Anda di halaman 1dari 8

INTERNALISASI NILAI-NILAI KARAKTER

MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU


DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU
AL MUMTAZ PONTIANAK
Zaenuri, Marzuki, Yulis Jami’ah
Program Studi Magister Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UNTAN Pontianak
Email: zainprofs@gmail.com

Abstract
The main educational issues today are quality and character. Integrated thematic
learning in Elementary School is expected to be a solution. This study aimed to describe
the implementation of integrated thematic learning as well as the internalization of the
nation's character values, including religious and disciplinary characters. This is
descriptive qualitative research, described fact and phenomenon in detail and intact.
Researcher served as an instrument of data collection. This subject is the fourth-grade
teacher of A SDIT Al Mumtaz. Techniques of collecting data used: interviews,
observation, and documentation. Data validity was obtained by triangulation. Data
analysis includes data reduction, analysis, and conclusions. The conclusion of the
study: first, integrated thematic learning at SDIT Al Mumtaz combined of the 2013
curriculum with SIT concept from JSIT Indonesia. The combination of enrichment in the
material and the learning process (steps T-E-R-P-A-D-U). Second, internalization of
values through exemplary, habituation, advice and lessons, attention and supervision,
and reward and punishment. Third, supporting factors such as the concept of JSIT,
young teachers and fast learners, and commitment to synergy parents of learners.

Keywords: character, internalized values, thematic integrated

PENDAHULUAN melaksanakan pendidikan karakter bagi


Menguatnya semangat dan kesadaran peserta didiknya.
akan pentingnya pendidikan karakter menjadi Institusi pendidikan harus menjadi ujung
dinamika kekinian dunia pendidikan saat ini. tombak dalam implementasi pendidikan
Mulyasa (2013: 5), mengidentifikasi salah karakter. Thomas Lickona (2014: 25)
satu dari lima permasalahan utama pendidikan mengatakan bahwa peran sekolah sebagai
di Indonesia adalah pendidikan karakter. Hal sarana pendidikan moral semakin vital ketika
senada diungkapkan oleh Rosida Tiurma peran keluarga dan masyarakat (institusi
Manurung (2012: 1) bahwa pendidikan keagamaan) untuk hal itu menurun.
karakter sebagai bagian dari proses Karenanya, proses pembelajaran di sekolah
pembentukan akhlaq dan menjadi pondasi harus sanggup membentuk pribadi peserta
utama dalam membentuk jati diri bangsa. didik secara utuh. Pembelajaran harus secara
Sebelum itu, Menteri Pendidikan dan holistik mengembangkan potensi kognitif,
Kebudayaan RI, Mohammad Nuh afektif, maupun psikomotorik peserta didik
mencanangkan tema peringatan hari (Benjamin S. Bloom, 1956: 7).
Pendidikan Nasional 2 Mei 2011, yaitu Penerapan Kurikulum 2013 merupakan
“Pendidikan Karakter sebagai Pilar upaya mengurai permasalahan. Kurikulum
Kebangkitan Bangsa” (Muchlas Samani dan 2013 membawa beberapa perubahan dari
Hariyanto, 2011: 8). Sejak pencanangan KTSP diantaranya; pendekatan saintifik dalam
tersebut, seluruh satuan pendidikan pada kegiatan pembelajaran, pembelajaran yang
semua jenjang diharapkan dapat berpusat pada peserta didik, integrasi nilai

1
karakter, model tematik terpadu untuk jenjang Model pembelajaran tematik terpadu
Sekolah Dasar, serta peningkatan literasi. sangat relevan dengan pendidikan karakter.
Penerapan Kurikulum 2013 ini diharapkan Dengan tematik terpadu nilai-nilai karakter
dapat membentuk kompetensi sikap, dapat dengan leluasa di integrasikan dengan
kompetensi pengetahuan, dan kompetensi pembelajaran. Thomas Lickona (2014: 235)
keterampilan lulusan dengan lebih baik. mengatakan bahwa menambatkan pendidikan
Dalam penerapan Kurikulum 2013, moral pada kurikulum akademis merupakan
pembelajaran pada jenjang Sekolah Dasar suatu solusi bagi permasalahan pendidikan
menerapkan model pembelajaran tematik karakter. Pendidikan yang berpusat nilai
terpadu. Menurut Trianto (2015: 41) menempatkan pendidikan moral pada pusat
pembelajaran tematik terpadu merupakan kegiatan belajar mengajar. Pendidikan
wujud dari pembelajaran terpadu model karakter secara terintegrasi dan berkelanjutan,
webbed (jaring laba-laba). Sementara Robin menurut Ahmad Tafsir dalam Heri Gunawan
Fogarty (2009: 67) mendeskripsikan (2012: 215) dapat dilakukan antara lain, pada:
pembelajaran terpadu model webbed, (1) materi pelajaran, (2) proses pembelajaran,
“webbed curricula represent he thematic (3) pemilihan bahan ajar, dan (4) pemilihan
approach to integrating subject matter.” media pembelajaran. Nilai-nilai karakter
Model webbed mewakili pendekatan tematik terintegrasi secara monolit dalam
untuk mengintegrasikan materi pelajaran. pembelajaran. Thomas Lickona (2014: 43)
Pembelajaran dengan model tematik mengungkapkan strategi untuk mencapai
terpadu memiliki beberapa kelebihan. tujuan perkembangan intelektual dan
Menurut kemdikbud (2014: 16), kelebihan perkembangan moral sekaligus adalah dengan
pembelajaran tematik terpadu antara lain: 1) mengajarkan materi akademik dan karakter
Siswa mudah memusatkan perhatian pada secara serempak. Dengan kata lain, tujuan
suatu tema tertentu, 2) Siswa mampu instruksional dan dampak pengiring
mempelajari pengetahuan dan pengembangan diupayakan pencapaiannya sekaligus melalui
berbagai kompetensi dasar antar mata pembelajaran.
pelajaran dalam tema yang sama, 3) Nilai-nilai karakter akan menjadi
Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih perilaku dan selanjutnya secara permanen
mendalam dan berkesan, 4) Kompetensi dasar menjadi kepribadian seseorang jika nilai-nilai
dapat dikembangkan lebih baik dengan tersebut sudah terinternalisasi dalam diri
mengaitkan mata pelajaran lain dengan seseorang. Internalisasi, dalam Kamus Besar
pengalaman pribadi siswa, 5) Siswa mampu Bahasa Indonesia diartikan sebagai
lebih merasakan manfaat dan makna belajar penghayatan, atau proses penghayatan
karena materi disajikan dalam konteks tema terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai
yang jelas, 6) Siswa lebih bergairah belajar sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran
karena dapat berkomunikasi dalam situasi akan kebenarannya, atau nilai yang
nyata, untuk mengembangkan suatu diwujudkan dalam sikap dan perilaku.
kemampuan dalam satu mata pelajaran Sedangkan menurut Sarbini dalam Fandi
sekaligus mempelajari mata pelajaran lain, 7) Setiawan (2013:75) internalisasi adalah proses
Guru dapat menghemat waktu karena mata penggabungan dan menanamkan sikap-sikap,
pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat keyakinan-keyakinan, dan nilai-nilai yang
dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dimiliki menjadi perilaku moral. Dengan kata
dua atau tiga pertemuan, waktu, selebihnya lain internalisasi merupakan proses agar suatu
dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pengetahuan, keyakinan, atau nilai menyatu
pemantapan, atau pengayaan, 8) Budi pekerti dengan jiwa seseorang dan produktif sehingga
dan moral peserta didik dapat terejawantahkan dalam setiap kata, sikap, dan
ditumbuhkembangkan dengan mengangkat perbuatan secara permanen.
nilai budi pekerti yang sesuai dengan situasi David Osher, dkk (2010:48)
dan kondisi. mengemukakan bahwa untuk menanamkan

2
suatu nilai karakter dapat dilakukan melalui dokumentasi berupa berkas-berkas, file, fideo,
tiga pendekatan, yaitu pendekatan ekologi dan foto yang menggambarkan perencanaan,
untuk manajemen kelas, kebijakan sekolah proses, dan evaluasi pembelajaran tematik
untuk mendukung perilaku positif, serta terpadu serta internalisasi nilai di dalamnya.
pembelajaran sosial dan emosional. Keabsahan data melalui triangulasi.
Sementara menurut Ajat Sudrajat (2011: 54) Selanjutnya data dianalisis dengan teknik
beberapa strategi dapat dilaksanakan dalam analisis induktif dimulai dari data hingga
mendidik karakter peserta didik, yaitu menjadi kesimpulan-kesimpulan umum.
pembelajaran (teaching), keteladanan Dalam analisis data ditempuh langkah-
(modeling), penguatan (reinforcing), dan langkah reduksi data, kategorisasi,
pembiasaan (habituating). Pendapat serupa pemaparan, dan penarikan kesimpulan.
dari Abdullah Nasih Ulwan (2012:516); lima
perkara terkait pembentukan karakter, yaitu HASIL DAN PEMBAHASAN
(1) keteladanan (modelling), (2) pembiasaan Pembelajaran tematik merupakan
(habituasi), (3) nasihat, (4) perhatian dan pembelajaran yang menggunakan tema
pengawasan, serta (5) reward and sebagai bingkai, pemersatu, katalisator
punishment. pembelajaran topik-topik dari berbagai mata
pelajaran dan memberikan peluang bagi
METODE peserta didik untuk mendapatkan
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yang lebih luas, mendalam,
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif kontekstual dan bermakna. Implementasi
dengan jenis penelitian deskriptif. Sesuai Kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar
dengan pendapat Sugiyono (2013: 9), pembelajarannya didesain sebagai
penelitian kualitatif adalah Penelitian yang pembelajaran tematik terpadu model webbed.
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, Sebagai anggota Jaringan Sekolah Islam
digunakan untuk meneliti kondisi objek yang Terpadu (JSIT) Indonesia, SDIT Al Mumtaz
alamiah (natural) dimana peneliti bertindak mengintegrasikan Kurikulum 2013 dengan
sebagai instrumen kunci. Penelitian ini Kurikulum Sekolah Islam Terpadu. Integrasi
bersifat induktif, digunakan untuk dengan prinsip integrasi nilai-nilai dan
mendapatkan makna yang mendalam dari pengetahuan ke dalam semua pelajaran
setiap data. Penelitian ini dilaksanakan di memungkinkan adanya penambahan
SDIT Al Mumtaz Pontianak. Subjek penambahan KD, redaksi KD, maupun materi
penelitiannya adalah guru dan peserta didik pembelajaran, baik pada ranah KI 1, KI 2, KI
kelas IV. 3, maupun KI 4. Implementasinya di SDIT Al
Merujuk pada Sugiono (2003: 225), Mumtaz dicontohkan dalam pembelajaran
bahwa teknik pengumpulan data dapat Tematik kelas IV tema 5 Pahlawanku, sub
dilakukan dengan 4 cara, yaitu wawancara, tema 3 Sikap Kepahlawanan diberikan
observasi, dokumentasi, dan gabungan, pada tambahan dalam materi pembelajaran dengan
penelitian ini diambil tiga teknik ayat Al Qur’an Surah Asy Syura ayat 39 dan
pengumpulan data yaitu observasi, Al Anfal ayat 15, serta hadits Nabi tentang
wawancara, dan dokumentasi. Peneliti mencegah kemunkaran.
mengamati langsung proses pembelajaran Bentuk modifikasi lain terkait
untuk mendapatkan informasi tentang pembelajaran tematik terpadu di SDIT Al
implementasi pembelajaran tematik terpadu Mumtaz terlihat pada standar proses.
dan internalisasi nilai-nilai karakter di Kegiatan inti pada K13 mengikuti langkah-
dalamnya. Wawancara dilakukan untuk langkah saintifik yang meliputi mengamati,
menjaring data dan informasi terkait berbagai menanya, mencoba, menalar, dan
kebijakan serta penjelasan konsep terkait mengkomunikasikan (5M). Dengan integrasi
pembelajaran tematik terpadu dan internalisasi konsep JSIT, proses pembelajaran mengikuti
nilai yang diimplementasikan. Selanjutnya langkah-langkah TERPADU (Telaah,

3
Eksplorasi, Rumuskan, Presentasikan, TERPADU akan didapatkan gambaran
Aplikasikan, Duniawi, Ukhrawi). sebagai berikut:
Jika langkah-langkah saintifik
disandingkan dengan langkah-langkah

Tabel 1. Langkah Saintifik dan TERPADU


Langkah Langkah
Deskripsi Deskripsi
saintifik TERPADU
Kegiatan inti
Mengamati Membaca, mendengar, Telaah Mengkaji konsep-konsep
menyimak, melihat dengan dasar materi melalui
atau tanpa alat aktivitas Tadabbur atau
Menanya Mengajukan pertanyaan Tafakkur
tentang informasi yang tidak
difahami, atau pertanyaan
untuk mendapatkan
tambahan informasi.
Mengumpulkan Melakukan eksperimen, Eksplorasi Melakukan aktifitas
data membaca sumber lain, menggali pengetahuan
mengamati objek/kejadian, melalui beragam metode
wawancara dengan dan pendekatan
narasumber
Mengasosiasi Mengolah informasi yang Rumuskan Merumuskan hasil
sudah didapat dari yang eksplorasi dengan berbagai
bersifat memperdalam bentuk penyajian
sampai yang bersifat mencari
solusi, dari data yang pararel,
berbeda, maupun yang
bertentangan
Mengkomunika Menyampaikan hasil Presentasikan Menjelaskan/
sikan pengamatan, kesimpulan menyampaikan/
berdasarkan hasil analisis mendiskusikan rumusan
secara lisan, tulisan, atau hasil eksplorasi
media lainnya

Kegiatan penutup
Aplikasikan Menerapkan hasil
pembelajaran yang didapat
untuk memecahkan
masalah atau mengkaitkan
dengan bidang relevan
Duniawi Mengaitkan hasil
pembelajaran untuk
diaplikasikan dalam
kehidupan nyata
Ukhrawi Menghubungkan hasil
pembelajaran dalam
melaksanakan
pengabdiaanya pada Allah
SWT

4
Memperhatikan perbandingan di atas 1. Keteladanan
terlihat bahwa sebenarnya antara langkah- Upaya internalisasi nilai-nilai
langkah saintifik dengan TERP hampir karakter melalui keteladanan diantaranya
seluruhnya sama. Sedikit perbedaan pada ditunjukkan oleh aktivitas guru dan
langkah telaah, yakni dengan tambahan karyawan dalam hal ibadah, berpakaian,
mengutip rujukan dari kitab suci Al adab-adab amaliah sehari-hari secara
Qur’an dan hadits Nabi, atau Islami, serta adab pergaulan dengan lawan
fakta/fenomena yang terkait ajaran agama jenis yang bukan makhram. Komitmen
Islam. Selanjutnya kutipan/fakta tersebut dan ketaatan beribadah sudah menjadi
dijadikan objek tadabbur atau tafakkur. karakter setiap guru dan karyawan.
Dalam aktifitas tafakkur dan tadabbur Demikian pula adab-adab amaliah harian
bisa terkandung di dalamnya pertanyaan- seperti bagaimana makan, minum,
pertanyaan yang muncul untuk berbicara dan lain-lain. Sementara adab
memperluas atau memperdalam gambaran dalam berpakaian dan pergaulan dengan
persoalan yang menjadi objek. Sekali lagi lawan jenis, selain menjadi komitmen
yang menjadi tantangan adalah bagaimana seorang muslim juga didukung oleh tata
guru secara cekatan (kognitifnya) tertib guru/karyawan, kebijakan sekolah,
menemukan dalil (ayat/hadits) yang serta fasilitas seragam dari sekolah.
relevan dengan pembelajaran yang akan Dalam aspek ibadah dan adab
dilaksanakan. amaliah harian, guru sudah berperan
Secara umum langkah-langkah sebagai moral model, dan moral mentor.
TERPADU menunjukkan upaya untuk Guru dalam hal ini telah menjalankan
pencapaian kompetensi pada ranah sikap peran yang sangat strategis yaitu sebagai
spiritual, sikap sosial, pengetahuan, model yang ditiru kebaikannya. Maka
maupun ranah keterampilan sudah benarlah sebuah ungkapan children see
terlihat. Untuk kompetensi sikap spiritual children do. Lingkungan yang kondusif
sangat kental baik dalam pengayaan untuk pembentukan kepribadian perlu
materi, instruksi-instruksi bagaimana diciptakan. Untuk di sekolah, tentu
melakukan tahap-tahap aktivitas dimulai dari seluruh guru dan
pembelajaran, maupun pada proses pegawainya. Kebijakan, peraturan, serta
refleksi. Demikian pula sikap sosial fasilitas sekolah juga menjadi komponen
ditempuh dengan upaya serupa. pembentuk lingkungan pendidikan yang
Untuk ranah pengetahuan sudah kondusif.
cukup memadai. Stimulus dan aktivitas 2. Pembiasaan
pembelajaran sudah memberikan porsi Internalisasi nilai-nilai karakter di
yang cukup untuk dikatakan pembelajaran SDIT Al Mumtaz melalui kegiatan
berpusat pada peserta didik. Proses pembiasaan diantaranya, untuk karakter
merumuskan kesimpulan, menuliskan religius terlihat dari pembiasaan
kesimpulan dalam bentuk mind maping mengucap salam saat berjumpa maupun
juga memberikan stimulus kepada peserta berpisah, saat memulai pembicaraan
didik untuk menumbuhkan keterampilan dalam majelis dan mengakhirinya. Bentuk
berfikir tingkat tinggi (higher orde lain upaya internalisasi nilai religius dari
thinking skill). pembiasaan adalah berdoa dalam setiap
Internalisasi nilai-nilai karakter di memulai aktivitas, pembiasaan sholat
SDIT Al Mumtaz dilakukan melalui dhuha di pagi hari, sholat fardhu
berbagai strategi secara simultan. Upaya berjamaah, dzikir setelah sholat, dan
internalisasi nilai-nilai karakter di SDIT pembiasaan membaca Al Qur’an sebagai
Al Mumtaz dapat dikelompokkan sebagai aktivitas harian. Selanjutnya pembiasaan
berikut: dalam berpakaian menutup aurat sesuai
ajaran Islam.

5
Pembiasaan untuk terbentuknya sosok bung tomo (hikmah), serta kutipan
karakter disiplin terkait bagaimana peserta ayat Al Qur’an dan hadits Nabi
didik memiliki kepatuhan dan ketaatan Muhammad (dalil).
terhadap suatu aturan. Upaya ini terlihat Tujuan dibuatnya strategi ini sangat
dalam pembiasaan peserta didik baik yaitu menjadikan peserta didik
melaksanakan sholat tepat waktu, cerdas sekaligus sholeh. Tidak cerdas
melaksanakan sholat secara tertib, saja, tidak soleh saja. Peserta didik
berwudhu dengan tertib. Selain itu diarahkan untuk memandang kesuksesan
diupayakan melalui kegiatan berbaris, adalah kesuksesan dunia akhirat, tidak ada
morning talk, upacara bendera, serta dikotomi antara ilmu dunia dan ilmu
kegiatan pramuka. Dalam hal-hal yang akhirat. Keduanya harus dimiliki secara
lebih praktis diterapkan dalam hal bersamaan.
bagaimana peserta didik melaksanakan 4. Perhatian dan pengawasan
setiap aktivitas sesuai adab-adabnya. Bentuk perhatian dan pengawasan
Sebagai contoh pembiasaan adab makan, dalam rangka pengembangan karakter di
bahwa seorang muslim makan dan minum SDIT Al Mumtaz dilakukan dalam catatan
menggunakan tangan kanan dan dalam ibadah dan kartu “menuju prestasi
posisi sambil duduk. Dan masih banyak hebatku”. Catatan ibadah dan “kartu
lagi adab aktivitas lainnya. menuju prestasi hebatku” merupakan
3. Nasehat/pembelajaran instrument yang harus diisi sebagai
Internalisasi nilai-nilai karakter catatan amal-amal sholeh yang dilakukan
melalui pembelajaran dan nasehat oleh peserta didik baik di sekolah maupun
diantaranya dituangkan dalam materi di rumah setiap harinya. Selain itu,
pelajaran, soal ulangan, majelis pagi, perhatian dan pengawasan juga
muhasabah, mentoring, peringatan hari- diupayakan melalui komunikasi dengan
hari besar Islam, serta display-display orang tua peserta didik secara tertulis
yang dipasang di lingkungan sekolah. dengan buku penghubung maupun di
Muatan pengetahuan moral atau nilai-nilai group whatsapps setiap kelas.
karakter yang disampaikan telah Pengawasan secara harian dilaksanakan
direncanakan dan didesain sedemikian juga setelah jam pelajaran terakhir
rupa. Demikian pula pentahapannya. sebelum pulang sekolah saat muhasabah.
Terkait materi pembelajaran, Dukungan sarana prasarana diupayakan
integrasi nilai-nilai karakter religius melalui kamera CCTV yang dipasang di
diupayakan melalui strategi ISHADIE setiap kelas serta titik-titik pantauan lain
(istilah, sejarah, hikmah, aplikasi, dalil, yang strategis di lingkungan sekolah.
ilustrasi, dan eliminasi konten negatif). Penggunaan kartu monitoring amal
Strategi yang dipilih disesuaikan dengan harian peserta didik dapat bersinergi
karakteristik materi pembelajaran. dengan program pembiasaan. Namun
Diantara 7 alternatif dalam ISHADIE bisa peserta didik perlu dikondisikan bahwa
digunakan hanya satu atau beberapa melaksanakan amal shaleh bukan untuk
alternatif. Sebagai contoh, dalam mengisi kartu monitoring, dan mengisi
pembelajaran tema 5 Pahlawanku sub kartu monitoring bukan sekedar untuk
tema 3 Sikap kepahlawanan PB 5, guru mendapatkan reward atau menghindari
menggunakan strategi Istilah, sejarah, sanksi. Kartu tersebut harus digunakan
hikmah, dan dalil. Perjuangan rakyat oleh peserta didik sebagai organizer agar
surabaya yang dipimpin Bung tomo tidak lalai dari kewajiban serta agar
disebut sebagai jihad melawan termotivasi untuk banyak beramal,
kezholiman (istilah), tokoh Bung tomo berlomba-lomba dalam kebaikan. Peserta
sebagai sosok mujahid (sejarah), sikap didik juga harus dikondisikan bahwa
kepahlawanan yang perlu diteladani dari

6
pengawasan Allah di atas segalanya, dengan dengan akhlaq terpuji, dan 11)
berlaku kapan pun, di mana pun. Peserta didik yang pandai bekerja sama.
5. Reward and punishmen Jika memperhatikan empat pilar
Reward dan punishment merupakan belajar dari UNESCO; learning to know,
konsekwensi dari setiap amal. Hal ini juga learning to do, learning to be, dan
dapat digunakan dalam rangka learning to live together, maka terlihat
internalisasi nilai. Reward akan reward di SDIT Al Mumtaz telah di-
memberikan motivasi orang untuk breakdown dari empat pilar tersebut.
mencapai kriteria terbaik, sedangkan Bahkan juga ditambahkan pilar kelima,
punishment akan membuat orang learning to worship Allah. Jadi ada
termotivasi untuk tidak mendapatkan reward terkait aspek kognitif, aspek
kondisi dengan kriteria terburuk. keterampilan, aspek mental, aspek sosial,
Internalisasi nilai-nilai karakter juga serta aspek spiritual.
diupayakan melalui pemberian reward. Internalisasi nilai-nilai karakter di
Seluruh peserta didik berpeluang SDIT Al Mumtaz didukung oleh beberapa
memperoleh reward dan penghargaan. faktor, yaitu: 1) Konsep Kurikulum
Reward ada yang diberikan dalam proses Pendidikan Islam Terpadu dari JSIT
pembelajaran dan ada pula yang diberikan Indonesia. Program pendidikan yang
pada akhir periode penilaian, misalnya integral mencakup aspek akademik,
setelah rekap pojok reward sebulan, saat sosial, spiritual serta mental
pembagian rapor akhir semester, serta saat memungkinkan terwujudnya one stop
kenaikan kelas. learning. 2) SDM guru yang berusia
Reward yang diberikan dalam muda, kualifikasi pendidikan rata-rata
pembelajaran adalah reward simbolis sarjana, dan cukup menguasai teknologi
berupa poin/nilai positif atau negatif yang informasi. 3) Sinergi program antara
dikompetisikan antar kelompok atau orang tua dengan SDIT Al Mumtaz
perorangan peserta didik. Poin positif merupakan komitmen sejak awal saat
diberikan jika aktif dalam aktifitas belajar penerimaan peserta didik baru. Sekolah
seperti bertanya, menjawab, menanggapi meminta orang tua calon peserta didik
dan lain-lain. Poin negatif diberikan memahami dan memberikan persetujuan
sebagai konsekwensi perilaku/karakter sinergi dalam pendidikan putra/putrinya
negatif saat pembelajaran berlangsung. dengan sekolah dengan menandatangani
Predikat prestasi peserta didik secara surat pernyataan di atas materai.
reguler lainnya dilaksanakan pada saat
pembagian rapor setiap semester. Reward KESIMPULAN DAN SARAN
yang diberikan terkait dengan pencapaian Kesimpulan
karakter para peserta didik. Sejak Integrasi pembelajaran tematik
semester ganjil tahun ajaran 2016-2017, terpadu dengan konsep Sekolah Islam
SDIT Al Mumtaz memberikan reward Terpadu menghasilkan pembelajaran yang
untuk peserta didik dengan 11 kategori, kental dengan nilai-nilai karakter religius
yaitu: 1) Peserta didik dengan tahfizh dan pengetahuan Islam pada semua mata
terbaik, 2) Peserta didik dengan tahsin pelajaran. Demikian pula seluruh
terbaik, 3) Peserta didik dengan tahfizh kegiatan, pembiasaan, dan aktivitas warga
terbanyak, 4) Peserta didik yang rajin sekolah senantiasa didesain untuk
tilawah (membaca Al Qur’an), 5) Peserta mengembangkan nilai-nilai karakter
didik yang sholat dengan tertib, 6) Peserta positif yang didasarkan pada nilai-nilai
didik rajin belajar, 7) Peserta didik yang religius Islam.
antusias dalam belajar, 8) Peserta didik Perpaduan terlihat dalam dua hal;
yang aktif dalam belajar, 9) Peserta didik pertama dalam materi pembelajaran,
sebagai best leader, 10) Peserta didik dimana semua materi pembelajaran

7
diberikan pengayaan dengan nilai-nilai Gunawan, H. (2012) Pendidikan Karakter
karakter dan pengetahuan Islam. Untuk Konsep dan Implementasi. Bandung:
memperkaya materi pembelajaran tersebut Alfabeta.
digunakan strategi ISHADIE (istilah, Kemdikbud. (2014) Materi Pelatihan
sejarah, hikmah, aplikasi, dalil, ilustrasi, Guru Implementasi Kurikulum 2013.
dan eliminasi konten negatif). Kedua, Jakarta Kemdikbud
perpaduan terlihat dalam langkah-langkah Lickona, T. (2014) Educating for
pembelajaran. Langkah-langkah saintifik Character. Pendidikan Karakter;
dari kurikulum 2013 diperkaya dan Penduan Lengkap Mendidik Siswa
dinamai ulang dengan langkah-langkah menjadi Pintar dan Baik.
TERPADU. Terjemahan. Lita S. Bandung: Nusa
Internalisasi nilai dapat diupayakan Media
dalam beberapa hal, yaitu: Keteladanan Manurung, R. T. (2012) Pendidikan
(modelling), Pembiasaan (habituating) Antikorupsi sebagai Satuan
Nasehat dan pembelajaran, perhatian dan Pembelajaran Berkarakter dan
pengawasan, serta Reward and Humanistik. Jurnal Sosioteknologi
punishmen. Seluruh upaya ini didukung (online) Edisi 27 tahun 11 Desember
oleh SDM yang memadai, sistem yang 2012 (http://journals.itb.ac.id/
baik, serta sinergi orang tua peserta didik index.php/sostek/artikel/view/1103
dan sekolah. diakses tanggal 1 Mei 2015) hal.1
Saran Osher, D. (2010) How Can We Improve
Internalisasi nilai-nilai karakter School Discipline? Educational
melalui pembelajaran tematik terpadu Researcher Journal. Vol. 39. No. 1
sangat positif. Setiap satuan pendidikan January-February 2010. Hal. 48.
perlu memiliki kekhasan dan keunggulan Samani, M. dan Haryanto. (2011) Konsep
tertentu yang dapat dipadukan dalam dan Model Pendidikan Karakter.
implementasi pembelajaran tematik. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Kekhasan dan keunggulan sekolah dapat Setiawan, F. (2013) Kemampuan Guru
berupa ciri khas keagamaan, potensi Melakukan Penilaian dalam
daerah, dan sebagainya. Pembelajaran Melalui Internalisasi
Pendidik sebagai ujung tombak Nilai Kejujuran pada Pembelajaran
pembelajaran berperan penting dalam Pendidikan kewarganegaraan. Jurnal
internalisasi nilai-nilai karakter. JUPIIS Vol. 5. No. 2 Desember 2013.
Peningkatan kompetensi pendidik secara Hal. 75
berkelanjutan perlu terus dilakukan, tidak Sudrajat, A. (2011) Mengapa Pendidikan
hanya untuk kompetensi profesional dan Karakter? Jurnal Pendidikan
pedagogik, namun juga pada kompetensi Karakter No. 1 tahun I 2011. Hal. 54.
kepribadian dan kompetensi sosial. Sugiyono. (2003) Metode penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
DAFTAR RUJUKAN Bandung: Alfabeta.
Bloom, B. S. (1956) Taxonomy of Trianto. (2015) Model Pembelajaran
Educational Objective. London. Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Longman Group Ltd. Ulwan, A. N. (2012) Tarbiyatul Aulad fil
Fogarty, R. (2009) How Integrate The Islam. Terjemahan. Solo. Insan
Curricula.California: Corwin. Kamil.

Anda mungkin juga menyukai