Anda di halaman 1dari 45

Daftar Isi

DaftarIsi 1

Pedoman Praktikum Fisika Dasar 2

Modul 1 : Dasar Pengukuran 4

Modul 2 : Vektor Gaya 9

Modul 3 : Pendulum Sederhana 12

Modul 4 : Koefisien Gesek 16

Modul 5 : Sistem Katrol 19

Modul 6 : Viskositas Cairan dengan Metode Stokes 21

Modul 7 : Density Zat Padat 25

Modul 8 : Density Zat Cair 28

Modul 9 : Tegangan Permukaan 31

Modul 10 : Kalorimeter 34

Modul 11 : Multimeter 37

1
PEDOMAN PRAKTIKUM FISIKADASAR

A. KEHADIRAN
a. Praktikan diwajibkan untuk mengikuti 90 % dari seluruh objek
praktikum sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir praktikum,
apabila kurang dari hal tersebut praktikum dinyatakan gagal.
b. Ketidakhadiran karena sakit atau berhalangan harus disertai dengan
surat resmi yang diserahkan pada dosen yang bersangkutan
c. Praktikan harus datang tepat waktu.
d. Toleransi keterlambatan 10 menit
e. Keterlambatan lebih dari 10 menit dianggap tidak hadir
f. Praktikan diabsen oleh dosen masing - masing objek

B. PERSYARATAN MENGIKUTI PRAKTIKUM


a. Berprilaku dan berpakaian sopan
b. Memasuki labor harus memakai jas labor dan di pasang dengan
rapi.
c. Selama pratikum tidak dibenarkan :
i. berambut gondrong bagi yang cowok
ii. memakai kaos oblong atau sandal
iii. makan, minum dan merokok

C. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
a. Mentaati tata tertib yang berlaku di laboratorium
b. Mengikuti petunjuk yang diberikan oleh dosen penanggungjawab
c. Memelihara kebersihan serta bertanggungjawab atas keutuhan alat-
alat praktikum
d. Setelah praktikum, praktikan sudah membuat jurnal objek yang
dipraktikumkan, perubahan jurnal diberi tahu pada saat praktikum.

2
e. Jurnal praktikum harus ditandatangani oleh dosen pada jadwal
praktikum tersebut.

D. PENILAIAN
a. Nilai praktikum ditentukan dari : Laporan awal, Laporan akhir,
Aktivitas praktikum
b. Kelulusan praktikum ditentukan oleh : Nilai ujian akhir praktikum,
Nilai praktikum serta keikutsertaan praktikum lebih kurang 90%

E. SANKSI ADMINISTRASI
a. Sanksi administrasi diberikan kepada praktikan jika selama
melaksanakan praktikum mengakibatkan kerugian seperti
memecahkan/merusakkan alat, dsb.

F. LAPORAN
a. Sebelum praktikum praktikan membuat laporan awal, setelah
praktikum membuat laporan akhir
b. Daftar pustaka minimal 3 buah (tidak termasuk penuntun)
c. Teori laporan minimal 3 lembar

G. LAIN - LAIN
a. Hal – hal yang belum ditentukan dapat diatur kemudian

3
I. DASAR PENGUKURAN
I.Tujuan
1. Dapat menggunakan alat ukur
2. Dapat memahami dan memakai teori ralat
3. Dapat menentukan angka penting

II. Teori
Fisika adalah ilmu eksperimen. Eksprimen memerlukan pengukuran, dan
untuk mendapatkan hasil pengukuran, kita menggunakan alat ukur dan
menggunkan bilangan untuk menyatakan hasil pengukuran. Setiap bilangan yang
digunakan untuk mendiskripsikan suatau fenomena fisika secara kuantitatif
disebut besaran. Ketika kita mengukur suatu besaran, kita selalu
membandingkannya dengan suatu acuan standar. Standar tersebut didefinisikan
sebagai satuan.
Setiap pengukuran selalu memiliki ketidakpastian. Pengukuran dengan alat
yang mempunyai ketelitian lebih akurat (seperti jangka sorong) memiliki
ketidakpastian yang lebih kecil dibandingkan pengukuran dengan menggunakan
mistar biasa. Ketidakpastian tersebut disebut juga ralat, karena hal tersebut
mengindikasikan selisih maksimum yang mungkin terjadi antara nilai terukur
dengan nilai sebenarnya.
Pada banyak kasus, ketidakpastian dari suatu bilangan tidak dicantumkan
secara eksplisit, ketidakpastian dinyatakan dengan banyaknya angka – angka
penuh arti, atau angka penting. Dua nilai dengan jumlah angka penting yang sama
dapat memberikan ketidakpastian yang berbeda.

III. Prosedur Praktikum


Alat – Alat
1. Jangka sorong dan mikrometer sekrup
2. Timbangan
3. Gelas ukur

4
4. Benda yang akan diukur
Cara Kerja
1. Ukurlah dimensi benda – benda yang tersedia dengan menggunakan
mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup
2. Tentukan massa benda – benda tersebut dengan menggunakan
timbangan
3. Timbanglah massa gelas ukur dalam keadaan kosong, kemudian diisi
air hingga volume tertentu, kemudian timbang dan catat hasil
pengukuran
4. Lakukan langkah (3) sebanyak 5 kali berdasarkan variasi volume

IV. Pertanyaan
1. Jelaskan ketelitian jangka sorong dan mikrometer sekrup
2. Jelaskan bagaimana Ada dapat mengukur ketebalan selembar kertas
dengan menggunakan mistar biasa !
3. Apakah satuan dari volume? Jika seseorang mengatakan pada Anda
bahwa sebuah tabung dengan jari – jari r dan tinggi h memiliki volume
yang diberikan oleh  r3 h. Jelaskan mengapa hal ini tidak bisa
dikatakan benar.

V. Evaluasi Akhir
1. Tentukan volume dari benda – benda tersebut
2. Tariklah sebuah kesimpulan!
3. Buat ralat masing-masing pengukuran

5
JOURNALALAT UKUR

I. Jangka Sorong
Benda Pengukuran Panjang Lebar Luas
1
2
A 3
4
5
1
2
B 3
4
5

II. Mikrometer
Benda Pengukuran Panjang Lebar Luas
1
2
A 3
4
5
1
2
B 3
4
5

6
III. Mistar Ukur
Benda Pengukuran Panjang Lebar Luas
1
2
A 3
4
5
1
2
B 3
4
5

IV. Neraca Analitik Berat


Benda Pengukuran Berat
1
2
A 3
4
5
1
2
B 3
4
5

7
V Gelas Ukur

Benda Pengukuran Volume


air
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5

Praktikan Dosen ybs

( ) ( )
Praktikan Anggota

1 2 3

4 5 6

8
II. VEKTOR GAYA

I. Tujuan
Menentukan resultan gaya-gaya yang bekerja pada suatu titik

II. TEORI
Besaran vektor memiliki besar dan arah. Metode yang sederhana tetapi
bersifat umum untuk menjumlahkan vektor adalah metode komponen. Kita dapat
menyatakan setiap vektor yang berada pada bidang xy sebagai jumlah dari sebuah
vektor yang sejajar sumbu x dan sebuah vektor yang sejajar sumbu y. Kedua
vektor ini dinamakan AX dan AY pada gambar. Vektor-vektor ini disebut vektor-
vektor komponen dari vektor A, dan jumlahnya sama dengan A.
A = AX + AY

III.Prosedur Percobaan
Alat-Alat
1. Meja Gaya
2. Beban
3. Busur derajat (dibawa dari rumah)
4. Kertas milimeter (dibawa dari rumah)
Cara Kerja
1. Siapkan meja gaya dan ujilah pulley, apakah berjalan lancar atau tidak
2. Berikan beban pada tempatnya masing-masing dengan berbagai nilai
3. Ukurlah sudut yang terbentuk
4. Ulangi langkah (3) dan (4) dengan variasi massa beban

9
IV. Pertanyaan
1. Jelaskan perbedaan antara besaran skalar dan besaran vektor serta
contohnya
2. Jelaskan pengertian vektor satuan dan besar vektor

V. Evaluasi Akhir
1. Gambarkan vektor gaya yang terbentuk pada kertas millimeter
2. Tentukan resultan gaya dengan menggunakan metode oligon vektor
gambarkan resultan gayanya pada kertas millimeter
3. Tentukan resultan gaya dengan menggunakan metode paralelogram
(jajaran genjang) dan gambarkan resultan gayanya pada kertas millimeter
4. Tentukan resultan gaya dengan menggunakan metode komponen vektor
5. Buat ralat masing-masing pengukuran
6. Tariklah kesimpulan Anda

10
JOURNALVEKTOR GAYA
No Ma Mb Mc Md A B C D R
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Padang,

Dosen Pengawas Praktikan

( ) ( )
Praktikan Anggota

1 2 3
4 5 6

11
III. PENDULUM SEDERHANA

I.Tujuan
Menentukan percepatan gravitasi bumi g

II. Teori
Pendulum sederhana (simple pendulum) merupakan model yang
disempurnakan, terdiri dari sebuah massa titik yang ditahan oleh benang kaku
dengan massa yang diabaikan. Jika massa titik ditarik ke salah satu sisi dari posisi
kesetimbangannya dan dilepaskan, massa tersebut akan berosilasi di sekitar posisi
kesetimbanganya.
Lintasan dari massa titik tidak berupa garis lurus, akan tetapi berupa busur
dari suatu lingkaran dengan jari – jari L yang sama dengan panjangnya tali . Kita
menggunakan x sebagai koordinat kita yang diukur sepanjang busur. Jika
geraknya merupakan hormonik sederhana, gaya pemulihnya harus berbanding
lurus dengan x atau (karena x = L Ө) dengan Ө
Pada gambar 1, gaya pemulih F adalah komponen tangensial dari gaya total :
F= mgsin Ө (1)
Gaya pemulih diberikan oleh gravitasi. Tegangan tali T hanya bekerja untuk
membuat massa titik bergerak dalam busur. Jika sudut Ө kecil, sin Ө sangat dekat
dengan Ө dalam radian. Dengan pendekatan semacam ini, maka persamaan (1)
menjadi :
mg
F= x (2)
L
dengan periodenya
L
T= 2  (3)
g

12
III. Prosedur Percobaan
Alat – Alat
1. Pendulum, statif
2. Stop watch
3. Mistar
.Cara Kerja
1. Gantunglah pendulum dengan panjang L.
2. Beri simpangan dengan sudut yang kecil (maksimum 100 )
3. Lepaskan pendulum sehingga pendulum bergerak periodik
4. Tentukan waktu untuk 20 perioda
5. Ulangi langkah (2) sampai (4) sebanyak 5 kali
6. Lakukan langkah (1) sampai (5) untuk panjang L yang berbeda

V. Pertanyaan
1. Turunkan persamaan (3)
2. Jelaskan pengertian amplitudo, frekuensi, perioda dan kecepatan sudut
3. Apa yang harus Anda lakukan terhadap pendulum sederhana untuk :
(a) menggandakan frekuensinya? ; (b) menggandakan periodanya? ; (c)
menggandakan kecepatan sudutnya?
4. Pada titik yang mana dalam gerak pendulum sederhana memiliki
tegangan tali terbesar? Terkecil? Dalam setiap kasus, berikan alasan
yang mendasari jawaban Anda!
5. Mengapa anjing yang pendek berjalan dengan langkah kaki yang lebih
cepat dibandingkan anjing yang tinggi?

13
VI. Evaluasi Akhir
1. Hitunglah perioda ayunan
2. Tentukan percepatan gravitasi g
3. Buatlah kurva hubungan antara perioda T dengan panjang tali L
4. Tentukan nilai g dari kurva tersebut. Bandingkan dengan perhitungan
(nomor 2)
5. Hitung ralat
6. Buatlah analisa dan kesimpulan Anda!

14
JOURNALPENDULUM SEDERHANA

Panjang Pengukuran Perioda 20 Perioda 1 Grafitasi


Tali
1
2
A 3
4
5
1
2
B 3
4
5

Padang,

Dosen Pengawas Praktikan

( ) ( )
Praktikan Anggota

1 2 3

4 5 6

15
IV. KOEFISIEN GESEK
I. Tujuan
1. Mempelajari gaya gesek
2. Menentukan koefisien gesek statis dan kinetis pada gerak translasi

II. Teori
Benda yang bergerak pada suatu bidang akan mendapat gaya yang berlawanan dengan
arah geraknya yang disebut gaya gesek. Besarnya gaya gesek berbanding lurus dengan
gaya normal benda dan sebagai koefisien pembandingnya disebut koefisien gesek
antara dua permukaan benda (μ).

Ada dua jenis gaya gesek, gaya gesek statis yang bekerja untuk benda yang masih
berada dalam kondisi diam dan gaya gesek kinetis yang bekerja saat benda bergerak.

A. Koefisien gesek statis.

m F
g m
b g :
a pada saat benda tepat akan bergerak
Untuk sistem diatas,

a.  s = tan 

b. F =  s mg

B. Koefisien gesek kinetis.

M
 1g M
2g

16
Untuk sistem yang bergerak ke kanan :

m1 − m2 (sin  +  k cos )
a= g
m1 + m2

III. Prosedur Percobaan


Alat – Alat
1. Peralatan bidang miring
2. Balok kayu dan logam.
3. Tali
4. Mistar, Timer
5. Beban dan pegas
Cara Kerja
A1. Koefisien Gesek Statis Metode I
1. Amati kondisi permukaan bidang. Ukur luas permukaan benda!
2. Pasang bidang miring mendatar. ( = 0)
3. Letakkan balok diatas bidang tersebut.
4. Perbesar sudut  dengan perlahan hingga saat balok akan mulai bergerak.
Catat besar sudut !
5. Ulangi percobaan untuk balok berbeda.

A2. Koefisien Gesek Statis Metode II


1. Timbang balok yang akan digunakan, atur peralatan seperti gambar b!
Gunakan pegas untuk menarik balok!
2. Catat angka yang ditunjukkan oleh pegas sesaat balok akan bergerak.
Tentukan massa yang sebanding dengan nilai yang ditunjukkan oleh
pegas, catat!
3. Ulangi percobaan dengan variasi massa balok!

17
B. Koefisien Gesek Kinetik
1. Timbang m1 dan m2.
2. Atur sistem seperti gambar B.
3. Atur sudut  sehingga tan  = 0,25. Tentukan jarak yang ditempuh balok
dan waktu tempuhnya. Ukur percepatan sistem!
4. Ulangi percobaan untuk harga  yang berlainan (0,4; 0,5; 0,75; 1; 1,5;
2.)
IV. Pertanyaan
1. Buktikan persamaan yang digunakan diatas!
2. Dari persamaan a. dapatkah diartikan bahwa koefisien gesek statis antara
2 permukaan tergantung dari kemiringan permukaan tersebut? Jelaskan
3. Apa yang mempengaruhi nilai koefesien gesek statis dan kinetis?
4. Dalam hal apa gaya gesek diperlukan, dan dalam hal apa gaya gesek
diusahakan sekecil mungkin?

V. Evaluasi Akhir
1. Tentukan μs pada percobaan A1!
2. Untuk percobaan A2, buat grafik antara m balok dengan F (m), tentukan
μs dari kurva tersebut! Bandingkan dengan nilai yang didapat pada
percobaan A1!
3. Tentukan μk dari percobaan B!
4. Buat analisa dan kesimpulan hasil percobaan!
5. Buat ralat masing-masing pengukuran

18
V. SISTEM KATROL
I. Tujuan
Mempelajari sistem katrol dan gaya sebagai vektor

II. Teori
Katrol digunakan untuk mempermudah kerja. Dengan penggunaan katrol, untuk
benda dengan massa yang sangat besar dibandingkan dengan massa katrol, gaya
awal yang harus dikeluarkan untuk mengangkat benda secara langsung dapat
dikurangi sesuai dengan sistem katrol yang digunakan. Untuk katrol tanpa
gesekan, F akan sebanding dengan gaya tegang tali yang mengangkat beban pada
arah F.

III. Prosedur
Alat – Alat
1. Beban
2. Statip, Katrol
3. Pegas.
4. Busur
Cara Kerja
1. Atur beban dengan massa tertentu.
2. Gunakan pegas untuk mengangkat beban secara langsung!
3. Letakkan beban pada sistem katrol, tarik beban dengan pegas!
4. Catat angka yang tertera pada pegas!
5. Lakukan untuk beban lainnya!
6. Lakukan untuk sistem katrol lainnya!

19
F

F F F

M M M M

A B C D

IV. Pertanyaan
1. Tentukan besarnya F untuk masing – masing sistem katrol diatas!
2. Adakah pengaruh sudut gaya F pada pengangkatan beban? Jelaskan!
3. Bagaimana jika gaya gesek antara tali dengan katrol sangat besar? Berapa
F jika gaya gesek tali dengan katrol tidak dapat diabaikan?

V. Evaluasi Akhir
1. Tentukan F untuk masing – masing katrol!
2. Buatlah grafik hubungan antara F dengan M!
3. Rancanglah sistem katrol dengan F minimum!
4. Beri analisa dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan

20
VI. VISKOSITAS CAIRAN DENGAN METODA
STOKES

I. Tujuan : Menentukan visikositas zat cair

II. Teori :

Visikositas alir menurut Stokes dapt ditentukan dengan rumus :


2 2
r .g (  −  0 )
= 9
v
dimana :
r = jari –jari bola (cm)
g = percepatan gravitasi (cm/dt2)
 = massa jenis bola (gr/cc)
0 = massa jenis zat alir (gr/cc)
v = kecepatan bola (cm/dt) = h / t
h = tinggi jatuh, diukur bola jatuh dalam zat alir dengan kecepatan tetap
t = waktu jatuh (dt)
 = kekentalan zat alir (poisse)
Perlu diingat bahwa pengukuran kecepatan bola tersebut setelah bola itu jatuh
dengan kecepatan tetap. Kecepatan tetap akan tercapai apabila gaya berat bola =
gaya apung + gaya gesekan antara bola dengan zat alir.
Jadi: W=B+R

III. Prosedur Praktikum

Alat – alat : Tabung kaca yang lebar, Stop Watch, Bola Besi, Magnet
penarik, Mistar, termometer

21
Cara melakukan percobaan
1. Susun alat sebagaimana mestinya.
2. Ukur jari – jari dan massa dari bola jatuh
3. Tentukan massa jenis dari zat alir
4. Jatuhkan bola jatuh pelan – pelan di atas permukaan zat alir dalam
tabung.
5. Setelah kira –kira 5 cm dari permukaan zat alir dalam tabung, tekanlah
tombol stopwathc dan setelah sampai di dasar tabung hentikan
stopwatch. Catat waktu jatuhnya dan ukur jarak yang ditempuh bola
sejak awal penekanan tombol stopwatch sampai ke dasar tabung,
lakukan sebanyak 3 kali.
6. Tentukan v dari no. 5
7. Ulangi percobaan 4 dan 5 beberapa kali untuk mendapatkan v
8. Pakai rumus di atas untuk menghitung kekentalan zat alir setiap harga
v yang diperoleh.

IV. Pertanyaan
1. Apakah yang dimaksud dengan viskositas?
2. Sebutkan semua metode pengukuran viskositas itu?
3. Hal – hal apakah yang mempengaruhi viskositas?
4. Apakah yang dimaksud dengan bilanan Raynold?
5. Apakah yang dimaksud dengan aliran laminer dan turbelen?
6. Tunjukkan dengan rumus bahwa jenis aliran itu bergantung pada
viskositas zat alir yang mengalir !
7. Jelaskan hubungan suhu dengan viskositas zat alir!
8. Sebutkan ada berapa macam viskositas zat alir, tulis hubungannya
serta satuannya?
9. Apakah yang dimaksud dengan SAE itu?
10. Sebutkan batas – batas viskositas untuk menyatakan : SAE –
10,20,30,40,50 dan 150!
11. Buat ralat masing-masing pengukuran

22
JOURNALVISKOSITAS ZATALIR DENGAN
METODE STOKES

Jenis zat alir yang diperiksa : ...........................................


Massa jenis zat alir : ........................................... g/cc
Jari – jari bola jatuh : ........................................... cm
Massa jenis bola jatuh : ........................................... g/cm3
o
Suhu saat pengukuran : ........................................... C

h t T rata –rata V
No (cm) (dt) (dt) (cm/dt)

23
Padang,
Dosen Pengawas Praktikan

( ) ( )

Praktikan Anggota

1 2 3

4 5 6

24
VII. DENSITY ZAT PADAT
I. Tujuan
Dapat menentukan densitas suatu zat padat atau berat suatu zat padat

II. Teori
Densitas adalah massa suatu zat per satuan volume. Densitas memiliki
nilai numerik sekaligus satuan, satuan dari densitas adalah gr/ml atau kg/L. Untuk
menentukan densitas suatu zat, kita harus mengetahui baik volume maupun
masanya.
Densitas suatu zat tidak berubah secara signifikan pada kondisi biasa
terhadap tekanan tetapi berubah terhadap suhu. Zat padat yang dapat ditentukan
densitasnya adalah zat padat yang tidak dapat larut di dalam cairan pembanding.
Sebagai cairan pembanding digunakan aquades.
Hukum archimedes menyatakan :
Bahwa apabila zat padat dicelupkan kedalam zat cair maka masa
zat padat tersebut akan berkurang sebesar zat cair yang
dipisahkan.
Untuk menentukan densitas solid suatu zat padat digunakan rumus sebagai
berikut:
dr − Ws
ds =
(Vp.dr ) + Wp + Ws − Wf
dimana :
ds : densitas solid gr/ml
dr : densitas zat cair (aquades = 0,99567 gr/ml)
Ws : berat zat padat gr
Vp : Volume pikno ml
Wp : berat pikno kosong gr
Wf : berat pikno + aquades + solid gr

25
III. Prosedur Percobaan

Alat yang digunakan dan langkah atau cara kerja melakukan percobaan :

A. Alat – alat yang digunakan :


1. Labu semprot dengan aquades
2. Labu semprot dengan alkohol
3. Dryer
4. Piknometer
5. Tisu
6. Denset
7. Zat padat (timah)

B. Langkah – langkah atau cara kerja melakukan percobaan :


• Cuci piknometer dengan cairan pembersih, bilas beberapa kali dengan
air dan bilas dengan alkohol
• Keringkan piknometer di dalam dryer
• Setelah pikno kering dan dingin pada suhu kamar, catat volume pikno
yang digunakan sebagai Vp dan kemudian timbanglah pino tersebut
bersama tutup dan catat beratnya sebagai Wp.
• Timbang zat padat yang akan di tentukan densitasnya sebagai Ws
• Masukan aquades kedalam pikno sampai batas atas dan kemudian
ditutup
• Buka kembali tutup pikno dan masukan zat padat yang telah di
timbang serta tutup kembali pikno
• Keringkan bagian luar pikno dengan menggunakan tisu
• Timbang pikno berisi aquades dan zat padat dan catat sebagai Wf
• Tentukan densitas zat padat tersebut dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
dr − Ws
ds =
(Vp.dr ) + Wp + Ws + Wf

26
JURNALDENSITAS ZAT PADAT

No dr (gr/ml) Vp (ml) Wp (gr) Ws (gr) Wf (gr) Ds (gr/ml)


1
2
3
4
5

Padang,
Dosen Pengawas Praktikan

( ) ( )

Praktikan Anggota

1 2 3

4 5 6

27
VIII. DENSITY ZAT CAIR
I. Tujuan
Agar dapat menentukan density zat cair

II. Teori dasar


Density didefenisikan sebagai massa per satuan volume. Nilai density
umumnya dinyatakan dalam g/ml atau lb/Ft3 .
Spesifik grafity zat padat atau cairan adalah perbandingan antara densitas
zat dengan densitas air pada temperature tertentu. Spesifik grafitas secara tidak
langsung dapat juga digunakan untuk mengukur konsentrasi larutan.
Mencari densitas Zat cair x
M x − Mo
dx =
Vp

Vp = Volume picno
Mx = berat picno isi zat x
Mo = berat picno kosong
Ma = berat picno isi aquades
Spesifik Grafity Zat Cair X
M x − M0
SpgrX =
Ma − M0

III. Prosedur Percobaan

Alat yang digunakan dan langkah atau cara kerja melakukan percobaan :

A. Alat – alat yang digunakan :


1. Labu semprot dengan aquades
2. Labu semprot dengan alkohol
3. Dryer
4. Piknometer

28
5. Tisu
6. pinset
7. Zat cair (minyak kayu putih)

B. Langkah – langkah atau cara kerja melakukan percobaan :


• Cuci piknometer dengan cairan pembersih, bilas beberapa kali dengan
air dan bilas dengan alkohol
• Keringkan piknometer di dalam dryer
• Setelah pikno kering dan dingin pada suhu kamar, catat volume pikno
yang digunakan sebagai Vp dan kemudian timbanglah pikno tersebut
bersama tutup dan catat beratnya sebagai M0.
• Masukan aquades kedalam pikno sampai batas atas dan kemudian
ditutup dan kemudian timbanglah pikno tersebut bersama tutup dan
catat beratnya sebagai Ma.
• Cuci piknometer dengan cairan pembersih, bilas beberapa kali dengan
air dan bilas dengan alkohol
• Keringkan piknometer di dalam dryer
• Masukkan zat cair X kedalam piknometer, tutup dan kemudian ditutup
dan kemudian timbanglah pikno tersebut bersama tutup dan catat
beratnya sebagai Mx.
• Tentukan densitas zat cair tersebut.

29
JURNALDENSITAS ZAT CAIR

No Ma Mx dx Spgr x
1
2
3
4
5

Padang,
Dosen Pengawas Praktikan

( ) ( )

Praktikan Anggota

1 2 3

4 5 6

30
IX. TEGANGAN PERMUKAAN
I. Tujuan
a. Untuk menentukan tegangan permukaan cairan deterjen atau sabun
b. Membandingkan daya cuci berbagai deterjen

II. Teori dasar


Tegangan permukaan suatu cairan dapat dikatakan sebagai banyaknya
kerja yang dibutuhkan untuk memperluas permukaan cairan sebanyak satu satuan
luas pada satuan CGS dinyatakan dalam ergem -1 atau dyne cm-1 dalam satuan SI
dinyatakan dalam Nm-1. Kedua satuan besaran tadi saling berhubungan
berdasarkan hubungan satu dyne cm-1 tegangan permukaan dapat diukur dengan
pipa kapiler.
Bila kapiler dicelupkan kedalam cairan akan menimbulkan aksi kapiler
apakah naik atau turun tinggi cairan dalam kapiler. Untuk mengatasi kesalahan
pengukuran jari – jari kapiler maka dilakukan metode membandingkan aksi
kapiler suatau cairan terhadap suatu cairan pembanding yang telah diketahui
tegangan permukaannya pada alat yang sama.
Prosedur pencucian merupakan proses penurunan tegangan permukaan
cairan sehingga dapat melarutkan kotoran dan lemak yang melekat pada pakaian.
Deterjen atau sabun yang paling baik daya cucinya adalah yang baik menurunkan
tegangan permukaannya.
Makin kecil tegangan permukaan air makin besar kemampuan air untuk
membasahi benda. Tegangan permukaan air dipengaruhi oleh suhu, makin tinggi
suhu air, makin kecil tegangan permukaan berarti makin baik air itu membasahi
kotoran pakaian dan ini berarti kotoran pakaian lebih mudah larut.
Pada permukaan zat cair, tiap partikel ditarik oleh partikel – partikel
terdekat yang berada di samping dan di bawahnya, akibatnya resultan gaya yang
bekerja pada partikel sama dengan nol pada permukaan zat cair tiap partikel tidak
ditarik oleh partikel di atasnya (karena tidak ada partikel di atas permukaan zat
cair).

31
Resultan gaya ini menyebabkan lapisan – lapisan atas tertutup oleh
hamparan selaput elastis yang ketat. Selaput ini cendrung menyusut sekuat
mungkin oleh karena itu sejumlah cairan cenderung mengambil bentuk dengan
permukaan sesempit mungkin. Inilah yang disebut dengan tegangan permukaan.

III. Prosedur percobaan


A. Alat dan bahan
1. Alat
- Gelas piala - Neraca ohaus
- Batang pengaduk - Labu semprot
- Piknometer - Corong
- Neraca analitik - Cawan timbang
- Pipa kapiler - Dryer
- pengukur
2. Bahan
- Deterjen
- Alkohol
- Air
B. Cara Kerja
1. Buat larutan 0,5 gram sebanyak 100 ml dalam gelas piala , aduk sampai
larut
2. Masukkan pipa kapiler dan ukur tinggi kenaikan deterjen dalam pipa
kapiler dan tentukan h yaitu dengan cara pengurangan tinggi deterjen
dalam pipa kapiler dengan tinggi larutan.
3. Ukur density deterjen tersebut
4. Ukur diameter pipa kapiler
5. Lakukan percobaan di atas sebanyak 3 kali
6. Cari besarnya tegangan permukaan dengan rumus
 = ½ h.d.g.r

32
JURNALTEGANGAN PERMUKAAN
No Nama deterjen h (cm) Pikno + cairan (g)
1
2
3
4
5

Padang,
Dosen Pengawas Praktikan

( ) ( )

Praktikan Anggota

1 2 3

4 5 6

33
X. KALORIMETER
I. Tujuan
1. Menentukan panas jenis suatu benda
2. Menentukan kapasitas panas suatu benda

II. Teori
Dasar bekerjanya kalorimeter adalah azas black. Secara matematis
dinyatakan dengan persamaan :
Ms. Cs (ts – ta) = mw. cw (ta – tw) + mc.cc (ta – tc)
Kapasitas panas adalah banyaknya panas yang diperlukan untuk
menimbulkan kenaikan suhu, yang berbeda masing-masing bahan. Kapasitas
panas jenis adalah kapasitas panas persatuan massa.
Menurut azas Black bahwa banyaknya panas yang diberikan zat padat
panas/air panas sama dengan banyaknya panas yang diabsorpsi oleh air dan
kalorimeter.

IV. Prosedur Percobaan


Alat -alat
1. Kalorimeter air
2. Termometer
3. Bejanah didih
4. Benda yang akan ditentukan panas jenisnya
5. Neraca
6. Kompor
7. Pendingin
Cara Kerja :
1. Timbang kalorimeter kosong beserta pengaduk dan benda yang akan
ditentukan panas jenisnya, misalnya benda logom!
2. Isilah kalorimeter dengan aquades sedemikian rupa sehingga benda
logom itu dapat terbenam!

34
3. Panaskan bejana yang berisi air sampai mendidih!
4. Masukkan benda logom ke dalam bejanah mendidih!
5. Setelah beberapa saat, pindahkan benda logom tersebut ke dalam
kalorimeter dan catatlah suhu akhir yang tinggi!
6. Dinginkan kalorimeter, sampai suhu mula – mula yang diketahui!
7. Masukkan kalorimeter itu pada tempatnya dengan segera, dan amatilah
suhu mula – mula dari aquades/kalorimeter yang berada di dalam
tempatnya!
8. Catatlah suhu benda (ts) yang telah dipanaskan dalam bejana didih dan
masukkan sesegera mungkin ke dalam kalorimeter tadi!
9. Catatlah suhu akhir dari kalorimeter (suhu yang telah tetap) dengan
mengaduk air di dalam kalorimeter!
10. Lakukanlah percobaan ini berulang kali dengan bermacam – macam
benda dan jumlah air yang berbeda!
11. Catatlah kedudukan barometer!

IV. Pertanyaan
1. Apakah yang disebut dengan :
- Kapasitas panas?
- Panas jenis?
2. Bagaimana bunyi dan apakah maksud dengan azaz black?
3. Apakah yang dimaksud dengan percobaan pelopor?
4. Bagaimana pendapat anda, jika pengaduk digerakkan dengan cepat?
5. Jabarkanlah persamaan di atas!
6. Tunjukkan di bidang anda masing –masing kegunaan dari percobaan
ini dalam kehidupan anda sehari –hari!

35
JOURNAL KALORIMETER

No Nama logom M8 ts mw tw mc cc tc ta ca cs rata2


1

Padang
Dosen Pengawas Praktikan

( ) ( )

Praktikan Anggota
1 2 3

4 5 6

36
XI. MULTIMETER
I. Tujuan
Memperoleh keterampilan dalam mempergunakan multimeter sebagai alat
ukur listrik.

II. Teori
Multimeter (kadangkala disebut juga dengan multitesmeter) merupakan
suatu alat ukur listrik yang lazim digunakan untuk mengukur tegangan, kuat arus
dan esistansi listrik. Umumnya multimeter mempunyai spesifikasi pengukuran
sebagai berikut :
Jenis Pengukuran Jangkauan Pengukuran

DCV 0,25 – 10 – 50 – 250 – 500 – 1000 V


ACV 10 – 50 – 250 – 500 -1000 V
DCA 250  A – 25 mA – 0,5 A
 x1 – x10 –xIk
BATT 0,8 – 1,6 V

Beberapa hal yang perlu diketahui/dipindahkan sebelum anda melakukan


pengukuran (menghubungkan multimeter ke rangkaian) :
1. Penyetelan sakelar pemilih (range selector)
Kalau kita hendak mengukur suatu besaran listrik (V, A,  ), maka
pertama tama perhatian kita harus tertuju kepada alat ukur, bukan pada
titik/komponen yang akan diukur.
Pastikan bahwa sakelar pemilih telah disetel pada posisi yang tepat, baik
untuk jenis besaran yang hendak diukur maupun lebar jangkauan (range)
pengukurannya. Contoh : kita ingin mengukur tegangan baterai (DC) yang
besarnya (sudah tertera) 9 V; maka sakelar pemilih disetel ke posisi DCV pada
jangkauan 10 V.

37
Jika besaran listrik hendak diukur tidak diketahui perkiraan besarnya,
sakelar pemilih sebaiknya disetel pada jangkauan yang paling tinggi (untuk DVD:
1000 V) dan apabila jarum menunjuk belum bergerak (sehingga pengukuran sulit
terbaca) maka pindahkanlah ke jangkauan yang lebih rendah sehingga sampai
pembacaan skala menjadi mudah dan jelas.
2. Skala yang digunakan
Skala pertama dari atas adalah skala yang pengukuran resistensi ( 
meter). Posisi No,-nya berada di bagian paling kanan skala. Untuk mengetahui
tepat tidaknya posisi jarum petunjuk pada angka nol skala ini hubung singkat
terminal positif (probe merah) dan negatifnya (probe hitam). Jika jarum penunjuk
belum tepat menunjukkan posisi nol, aturlah/putarlah tombol penyetel FSD (Full
Scale Deflection = penyimpangan skala penuh).
Skala kedua dari atas digunakan untuk mengukur tegangan arus searah
(DCV), tegangan arus bolak- (ACV), dan kuat arus searah (DCA).
Skala ketiga dari atas khusus untuk mengukur tegangan AC yang tidak
lebih dari 10 V (AC 10 V only). Skala ke empat untuk pengukuran tegangan
beban baterai (1,5 V; RI: 10  ).
1. Cara membaca multimeter
a. Untuk pengukuran CDV, ACV dan DCA
Misalkan kita hendak mengukur tegangan PLN yang ada di ruangan labor.
Tegangan ini sudah dapat kita perkirakan yaitu sekitar 220 V. Oleh sebab itu
sakelar pemilih kita setel ke posisi ACV pada jangkauan 250 V. Setelah itu
hubungkan kedua probe multitester ke stop kontak (tidak perlu diperhatikan
positif negatifnya. Kapan?) Jika jarum menunjuk ke angka X dari skala yang
digunakan, maka tegangan yang terbaca (terukur) adalah :
Vterbaca = (X/FSD) x angka jangkauan yang terpilih
Prinsip yang sama juga berlaku untuk pengukuran kuat arus DCA.
Contoh Jangkauan yang PSD yang Angka yang Vterbaca atau
dipilh (range digunakan ditunjukkan Ierbaca
selector)
Tegangan PLN di 250 ACV 25 225 225 V

38
labor 250 ACV 50 45 225 V
Tegangan 10 DCV 10 1,4 1,4 V
1,5 V 10 DCV 50 7 1,4 V
(lama)
Kuat arus Mulailah dari 50 30 150  A
Dalam rangkaian DC 0,5 A. Jika
( beban diketahui belum terbaca,
besarnya) gser ke 25 mA.
Jika sudah
terbaca tapi
belum jelas,
geserlah ke
250  A
Catatan:
Praktikan diharapkan mampu membaca multimeter secara langsung,
tanpa kalkulator atau dihitung secara tertulis terlebih dahulu.
b. Untuk mengukur resistansi
Jika kita hendak mengukur resistansi auatu rangkaian atau komponen
elektronik, maka arahkan saklar ke posisi  pad afaktor pengali x1K. Jika jarum
penunjuk belum bergerak, pindahkan saklar ke x20.
Misalkan jarum bergerak dan menunjuk ke angka Y pada skala  , maka nilai
resistansi yang terbaca atau terukur adalah :
Rterukur = Yx 10 
4. Cara menghubungkan multimeter ke rangkaian
a. Besaran yang hendak diukur adalah resistansi
Susunan multimeter dan komponen adalah paraler (sejajar)
b. Besaran yang tidak diukur adalah tegangan
Susunan multimeter dan komponen adalah paraler (sejajar)
c. Besaran yang hendak dihitung kuat arus
Susunan multimeter dan komponen adalah seri (deret)

39
III. Prosedur Percobaan
Alat - alat
Multimeter (2), sumber tegangan AC dan DC berupa catudaya AC/DC
variable, resistor 100  , 150  dan 200  , dan kabel penghubung.
Cara Kerja :
A. Pemakaian DC, DCA dan  meter
1. Ukur GGL sumber tegangan DC yang akan digunakan
2. Ukur resitansi masing – masing resistor (R1, R2, dan R3) pada
rangkaian I, lalu ukur pula resistansi total (RAD). Bandingkan hasill
pengukuran RAD dengan hasil perhitungan.
3. Hubungan rangkaian sumber tegangan, lalu ukurlah tegangan antara A
da B (RI), antara B dan C (VR2), Antara C dan D (VR3) dan antara D
dan A (VAD = tegangan jepit). Bandingkan hasil pengukuran VAD
dengan hasil perhitungan.
4. Ukurlah kuat arus di titik A (I), B(I1), C(I2) dan D (I3=P)
5. Dari hasil pengukuran pada langkah 3 dan 4 hitunglah hambatan –
hambatan (rd) sumber tegangan.
rd = Vad/I
Rangkaian Resitor Paraler
1. Ukurlah resitor gabungan R2 dan R3 (RBE) dan resistansi total
rangkaian (RAE). Bandingkan hasil pengukuran tersebut dengan hasil
perhitungan.
2. Hubungan rangkaian ke sumber tegangan lalu ukurlah tegangan antara
A da B (RR1), anatar B dan C (VR2), anatara aB dan D (VR3) dan antara
A dan E (VAE = tegangan jepit). Bandingkan dengan hasil perhitungan.
3. Ukur kuat arus di titik A (I), di B (I2), di C(I3), dan di E (I’).
Bandingkan dengan hasil perhitungan.

40
B. Pemakaian ACV – meter
1. Ukur tegangan dari sumber tegangan AC variabel (0 -5 V)
2. Gantilah sumber tegangan DC pada gambar rangkaian I dengan
sumber tegangan AC 3 V, lalu ukurlah tegangan VAB, VBC, VCD,
dan VAD
3. Ukur tegangan pada stop kontak (dari PLN) di meja praktikum anda
(perhatian : pengukuran belum boleh anda lakukan sebelum mendapat
persetujuan dan pengawasan langsung dari asisten yang bertugas).

IV. Pertanyaan
1. Sebutkan dan tuliskan rumus hukum Ohm dan hukum Kirchoff I!
2. Apa beda GGL dan tegangan jepit? Jelaskan
3. Bagaimana besar kuat arus sebelum dan setelah melewati tiap resistor
pada rangkaian I ?
4. Bagaimana besar tegangan pada tiap resistor yang dihubungkan secara
pararel?

41
JURNALMULTIMETER
I. Resistor
No Resistor Pengukuran
1
2
3

II. Rangkaian Seri


No Teg. Pow Pengukuran Teg Pengukuran Arus
Supply VR1 VR2 VR3 IA IB IC ID

VAD Teg. Jepit =


RD = VAD/I =
III. Rangkaian Pararel
No Teg. Pow Pengukuran Teg Pengukuran Arus
Supply VR1 VR2 VR3 IA IB IC ID IE

VAE (Teg. Jepit) =

42
Padang
Dosen Pengawas Praktikan

( ) ( )

Praktikan Anggota
1 2 3

4 5 6

43

Anda mungkin juga menyukai