Anda di halaman 1dari 32

BAB II

PENGUKURAN DASAR
2.1 Tujuan
1. Mempelajari penggunaan alat ukur.
2. Menuliskan hasil pengukuran atau hitungan.
3. Menghitung besaran lain berdasarkan besaran yang terukur langsung.
4. Memahami besaran pokok dan besaran turunan.
5. Memahami besaran fisika dan non fisika.

2.2 Teori Dasar


Pengukuran adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengidentifikasi
besar kecilnya obyek atau gejala. Pengukuran dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu menggunakan alat – alat yang standard an menggunakan alat – alat yang
tidak standar (Hadi, 1955).
Pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi data secara
kuantitatif. Hasil dari pengukuran dapat berupa informasi – informasi atau data
yang dinyatakan dalam bentuk angka maupun uraia yang sangat berguna dalam
pengambilan keputusan, oleh karena itu mutu informasi haruslah akurat (Umar,
1991).
Berdasarkan pendapat – pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
pengkuran adalah suatu langkah yang tersusun untuk memperoleh informasi data
kuantitatif baik data dalam bentuk angka maupun uraian yang akurat, dan dapat
dipercaya terhadap benda yang diukur dengan alat ukur yang baik dan langkah
pengukuran yang jelas dan benar.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran menggunakan alat
ukur, diantaranya :
1. Titik nol alat, yaitu angka yang ditunjukkan alat sebelum digunakan.
2. Nilai skala terkecil, yaitu skala terkecil yang ditunjukkan alat.
3. Batas ukur alat, yaitu batas maksimal yang dapat diukur alat tersebut.
4. Cara pemakaian alat, karena pada setiap masing – masing alat cara
penggunaannya berbeda – beda.

7
BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan
angka dan nilai yang memiliki satuan. Besaran berdasarkan cara memperolehnya
dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Besaran fisika yaitu besaran yang didapatkan dari hasil pengukuran. Karena
didapatkan dari hasil pengukuran, maka harus ada alat ukurnya. Contoh
besaran fisika adalah massa. Karena massa merupakan besaran fisika dan
massa dapat diukur dengan menggunakan neraca.
2. Besaran nonfisika yaitu besaran yang didapatkan dari penghitungan. Pada
besaran nonfisika ini tidak dibutuhkannya alat ukur, tetapi yang
dibutuhkannya adalah alat hitung, contohnya kalkulator. Contoh besaran
nonfisika adalah jumlah.
Besaran berdasarkan satuannya dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telat ditetapkan. Besaran
pokok ada 7 macam, yaitu panjang (m), massa (kg), waktu (sekon), suhu
(kelvin), kuat arus (ampere), intensitas cahaya (Cd), dan jumlah zat
(mol). Saya sendiri sering menyebutnya PaMaWaSuKuInJu agar lebih
mudah untuk dihafal.
Besaran pokok mempunyai ciri – ciri, antara lain :
a. Pengukuran bisa dilakukan secara langsung.
b. Besaran pokok mempunyai satu satuan.
c. Memiliki nilai yang pasti dalam proses pengukuran.
Tabel 2.1 Besaran Pokok
Besaran Satuan Lambang
Panjang Meter l
Massa Kilogram M
Waktu Sekon t
Suhu Kelvin T
Kuat arus Ampere I

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 8


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

Intensitas cahaya Kandela Cd


Jumlah zat Mol n

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 9


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

2. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari besaran
pokok. Besarannya diturunkan dari besaran pokok.
Besaran turunan mempunyai ciri – ciri, antara lain :
a. Pengukuran bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
b.Besaran turunan mempunyai lebih dari satu satuan.
c. Diturunkan dari besaran pokok.
Tabel 2.2 Besaran Turunan
Besaran Satuan Lambang
Luas m2 A
Kecepatan m/s V
Percepatan m/s2 ɑ
Gaya Kg m/s2 F
Tekanan Kg ms2 P
Usaha Kg m2/s2 W

Ada beberapa rumus dalam pengukuran besar yaitu :


1. Nilai Ketidakpastian & Nilai Interval setiap dimensi pengukuran
a. Nilai Ketidakpastian (ΔP ; ΔL ; ΔT)

∆x =

b. Nilai Interval (P ; L ; T)

X=

ɑ< X < b
2. Nilai ketidakpastian volume dan nilai intervalnya.

a. Nilai ketidakpastian (∆V)


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 10
BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

b. Nilai interval

V=

∆V

ɑ<V<b
3. Massa jenis dan nilai interval setiap benda kerja.

a. Massa jenis benda (

b. Nilai Interval massa jenis benda.

ɑ< <b
Terdapat berbagai macam alat ukur antara lain jangka sorong, mikrometer
sekrup, neraca teknis, dan lainnya. Alat – alat tersebut disebut alat ukur
langsung karena objek yang diukur dibandingkan dengan skala pada alat
ukurnya secara langsung. Berikut ini ada beberapa alat yang digunakan
dalam pengukuran dasar diantaranya :
1. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat untuk mengukur panjang, lebar, tebal dan
kedalaman. Jangka sorong pertama kali ditemukan oleh seorang ahli
matematika bernama Pierre Vernier tahun 1600-an. Jangka sorong

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 11


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

mempunyai 2 rahang dan 1 penduga. Rahang dalam berfungsi untuk


mengukur diameter dalam, rahang luar berfungsi untuk mengukur
diameter luar, dan penduga berfungsi untuk mengukur kedalaman.
Ketelitian jangka sorong berbeda – beda sesuai dengan jumlah skala
nonius pada jangka sorong.

Gambar 2.1 Jangka Sorong


(Sumber : https://images.app.goo.gl/U9cjacGzSuBLEdGd6)
2. Mikrometer Teknis
Mikrometer teknis ditemukan pada abad ke 16 oleh William Gascoigne.
Mikrometer hanya dapat digunakan untuk mengukur bagian luar saja.
Skala utamanya adalah bagian horizontal dan skala nonius pada bagian
vertikal.Biasanya pada bagian vertikal terdiri dari 50 skala, satu putaran
skala putar akan merubah skala utama sebesar ½ mm. Ketelitian
mikrometer teknis lebih kecil daripada jangka sorong.

Gambar 2.2 MikrometerTeknis


(Sumber : https://images.app.goo.gl/PVRGfSvEDJWgRYyV8)
3. Neraca Teknis

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 12


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

Neraca teknis adalah alat untuk mengukur massa benda dengan


menggunakan prinsip keseimbangan. Neraca teknis membutuhkan
bidang yang datar agar bisa digunakan.

Gambar 2.3 Neraca Teknis


(Sumber : https://images.app.goo.gl/UiuybzcjKzb55Hkr6)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 13


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

2.3 Metodologi Praktikum


2.3.1 Skema Proses
A. Jangka Sorong

Jangka sorong dinolkan terlebih dahulu.

Rahang luar jangka sorong digeser ke kanan.

Benda dijepit di kedua rahang jangka sorong.

Kemudian rahang digeser hingga menjepit benda.

Panjang, lebar tebal dan diameter benda diukur.

A
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 14
BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

Pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali.

Hasil pengukuran dicatat pada lembar kerja.

Dan diolah dipengolahan data.

Gambar 2.4 Skema Proses Jangka Sorong

B. Mikrometer Teknis

Pemutar kasar diputar

Benda diletakkan diantara rahang Mikrometer.

Pemutar kasar diputar untuk menjepit benda.


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 15
BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

Ketebalan benda diukur.

Pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali.

Hasil pengukuran dicatat pada lembar kerja..

Dan diolah dipengolahan data..

Gambar 2.5 Skema Proses Mikrometer Teknis


C. Neraca Teknis

Neraca diseimbangkan terlebih dahulu.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 16


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

Benda diletakkan pada lengan neraca.

Massa benda dihitung.

Hasil dicatat pada lembar kerja.

Pengukuran dilakukan kembali pada benda yang lain.

Gambar 2.6 Skema Proses Neraca Teknis

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 17


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

2.3.2 Penjelasan Skema Proses


1. Jangka Sorong
a) Bahan kerja yang akan diukur disiapkan.
b) Dimensi benda kerja diukur dengan cara menjepitnya
menggunakan rahang jangka sorong. Untuk mengukur
panjang, lebar, tebal dan diameter benda dilakukan dengan
cara menjepitnya menggunakan rahang bawah. Sementara
untuk mengetahui kedalaman, dapat diukur dengan penduga,
dan untuk mengetahui diameter dalam dapat diukur dengan
rahang dalam.
c) Kemudian lingkaran yang ada pada jangka sorong dikunci.
d) Skala utama dan skala nonius dilihat dan dibaca.
e) Hasil pengukuran dihitung dan dicatat pada lembar kerja.
f) Untuk pengukuran panjang, lebar, dan tebal dilakukan
sebanyak 5 kali untuk setiap bendanya.
2. Mikrometer Teknis
a) Roda bagian pemutar kasar diputar untuk memperpanjang
rahang bawah.
b) Benda dimasukkan ke antara rahang putar.
c) Roda pemutar kasar diputar hingga benda terjepit.
d) Kemudian, roda pemutar halus diputar ± 3 kali.
e) Apabila sudah pas, dikunci menggunakan penguat.
f) Pengukuran dihitung dan dicatat pada lembar kerja.
g) Pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali pada setiap bendanya.
3. Neraca Teknis
a) Neraca yang akan dipakai diseimbangkan terlebih dahulu
dengan digerakannya puntir yang ada pada neraca teknis
hingga jarum penunjuk seimbang.
b) Benda kerja diletakkan pada lengan neraca.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 18


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

c) Massa benda kerja dihitung dengan cara menambahkan beban


dimulai dari yang terbesar hingga jarum sejajar dengan garis
atau pergerakan jarum seimbang antara naik dan turun.
d) Hasil penimbangan dicatat pada lembar kerja.
e) Pengukuran dilakukan kembali pada setiap benda kerja.

2.4 Alat dan Bahan


2.4.1 Alat
1. Jangka Sorong : 1 buah
2. Mikrometer Sekrup : 1 buah
3. Neraca Teknis : 1 buah
2.4.2 Bahan
1. Batang Kuningan : 1 buah
2. Batang Tembaga : 1 buah
3. Batang Besi : 1 buah

2.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


2.5.1 Pengumpulan Data
1. Mengukur dengan jangka sorong
A. Benda Kerja 1 : Kuningan
Tabel 2.3 Pengukuran Kuningan Dengan Jangka Sorong
Bagian Panjang (P) Lebar (L) Tinggi / Tebal (T)
1 35,45 mm 18,10 mm 9,05 mm
2 35,25 mm 18,80 mm 9,05 mm
3 35,40 mm 18,35 mm 9,05 mm
4 35,20mm 18,10 mm 9,05 mm
5 35,75 mm 18,05 mm 9,05 mm
∑ 176,55 mm 91,40 mm 45,25 mm
35,31 mm 18,28 mm 9,05 mm

6233,96 mm2 1671,18 mm2 409,5 mm2

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 19


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

1246,79 mm2 334,15 mm2 7412,17 mm2


(
B. Benda Kerja 2 : Tembaga
Tabel 2.4 Pengukuran Dengan Jangka Sorong
Bagian Panjang (P) Lebar (L) Tinggi / Tebal (T)
1 42,10 mm 24,05 mm 15,05 mm
2 42,05 mm 24,10 mm 15,05 mm
3 42,15 mm 24,05 mm 15,05 mm
4 42,20 mm 24,05 mm 15,10 mm
5 42,20 mm 24,15 mm 15,15 mm
∑ 210,7 mm 120,5 mm 75,4 mm
42,14 mm 24,1 mm 15,08 mm

3578,87 mm2 17424,3 mm2 1137,03 mm2

44394,49 mm2 14520,25 mm2 5685,16 mm2


(

C. Benda Kerja 3 : Besi


Tabel 2.5 Pengukuran Dengan Jangka Sorong
Bagian Panjang (P) Lebar (L) Tinggi / Tebal (T)
1 42,10 mm 24,10 mm 15,05 mm
2 42,20 mm 24,15 mm 15,10 mm
3 42,05 mm 24,10 mm 15,15 mm
4 42,15 mm 24,15 mm 15,20 mm
5 42,10 mm 24,05 mm 15,10 mm
∑ 210,6 mm 120,55 mm 75,6 mm
42,12 mm 24,11 mm 15,12 mm

8870,48 mm2 2906,46 mm2 1143,00 mm2

44352,36 mm2 14532,30 mm2 5715,36 mm2


(

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 20


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

2. Mengukur dengan Mikrometer Teknis


A. Benda Kerja 1 : Kuningan
Tabel 2.6 Pengukuran Dengan Mikrometer Teknis
Bagian Tinggi / Tebal (T)
1 10,03 mm
2 10,01 mm
3 10,01 mm
4 10,03 mm
5 10,05 mm

B. Benda Kerja 2 : Tembaga


Tabel 2.7 Pengukuran Dengan Mikrometer Teknis
Bagian Tinggi / Tebal (T)
1 14,99 mm
2 15,12 mm
3 14,99 mm
4 15,00 mm
5 14,98 mm

C. Benda Kerja 3 : Besi


Tabel 2.8 Pengukuran Dengan Mikrometer Teknis
Bagian Tinggi / Tebal (T)
1 15,05 mm
2 15,07 mm
3 15,09 mm
4 15,04 mm
5 15,10 mm

3. Mengukur dengan Neraca Teknis


A. Benda Kerja 1 : Kuningan
Massa BK-1 = 46,33 gram
B. Benda Kerja 2 : Tembaga
Massa BK-2 = 133,06 gram
C. Benda Kerja 3 :
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 21
BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

Massa BK-3 = 117,02 gram

2.5.2 Pengolahan Data

A. BK.1 (Kuningan)
:Σ=

= 176,55 mm

= 35,31 mm
i2 = 35,452 + 35,252 + 35,402 + 35,202 + 35,252

= 6233,96 mm2
2
= 2

= 31169,8 mm2
: Σ=

= 91,40 mm

= 18,28 mm
i2 = 18,102 + 18,802 + 18,352 + 18,102 + 18,052

= 1671,18 mm2
2
= 2

= 8359,06 mm2

:Σ=

= 45,25 mm

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 22


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

= 9,05 mm
i2 = 9,052 + 9,052 + 9,052 + 9,052 + 9,052

= 409,51 mm2
2
= 2

= 2047,56 mm2
Volume BK.1
V = 35,31 x 16,28 x 9,05
= 5841,47 mm3
Nilai Ketidakpastian (ΔP ; ΔL ; ΔT) dan Nilai Intervalnya

∆P =

= 0 mm

P1 = 35,41 + 0
= 35,31 mm Nilai max
P2 = 35,31 – 0
= 35,31 mm Nilai min
Nilai Intervalnya 35,31 = 35,31 = 35,31

∆L =

= x 0,34

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 23


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

= 0,068 mm

L1 = 18,28 + 0,068
= 18,34 mm Nilai max
L1 = 18,28 - 0,068
= 18,21 mm Nilai min
Nilai Intervalnya 18,21 < 18,28 < 18,34

∆T =

= x 33,92

= 6,78 mm

T1 = 9,05 + 6,78
= 15,83 mm Nilai max
T2 = 9,05 – 6,78
= 2,27 mm Nilai min
Nilai Intervalnya 2,27 < 9,05 < 15,83
Nilai Ketidakpastian Volume dan Nilai Intervalnya
Nilai Ketidakpastian (ΔV)

= + +

= x

= x 5.841,47

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 24


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

= x 5.841,47

= 4397,458 mm3

V1 = 5.841,47 + 4.397,458
= 10238,928 mm3 Nilai max
V2 = 5.841,47 – 4.397,458
= 1444,012 mm3 Nilai min
Nilai Intervalnya 1444,012 < 5841,47 < 10238,928
Nilai Massa Jenis Benda dan Nilai Intervalnya

= 0,00793

1 =

= 0,0045

2 =

= 0,032
Nilai Intervalnya 0,032 > 0,00793 > 0,0045
B. BK.2 (Tembaga)
:Σ=

= 21,07 mm

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 25


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

= 42,14 mm
i2 = 42,102 + 42,052 + 42,152 + 42,102 + 42,202

= 8878,87 mm2
2
= 2

= 44394,49 mm2
: Σ=

= 12,05 mm

= 24,1 mm
i2 = 24,052+ 24,102 + 24,052 + 24,152 + 24,152

= 17424,3 mm2
2
= 2

= 14520,25 mm2

:Σ=

= 75,4 mm

= 15,08 mm
i2 = 15,052+ 15,052 + 15,052 + 15,102 + 15,152

= 1137,03 mm2
2
= 2

= 5685,16 mm2

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 26


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

Volume BK.2
V = 42,14 x 24,1 x 15,08
= 15314,855 mm3
Nilai Ketidakpastian (ΔP ; ΔL ; ΔT) dan Nilai Intervalnya

∆P =

= 0 mm

P1 = 42,14 + 0
= 42,14 mm Nilai max
P2 = 42,14 – 0
= 42,14 mm Nilai min
Nilai Intervalnya 42,14 = 42,14 = 42,14

∆L =

= x 67,3

= 13,46 mm

L1 = 24,1 + 13,46
= 37,56 mm Nilai max
L1 = 24,1 – 13,46
= 10,64 mm Nilai min

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 27


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

Nilai Intervalnya 10,64 < 24,1 < 37,56

∆T =

= 0 mm

T1 = 15,08 + 0
= 15,08 mm Nilai max
T2 = 15,08 – 0
= 15,08 mm Nilai min
Nilai Intervalnya 15,08 = 15,08 = 15,08
Nilai Ketidakpastian Volume dan Nilai Intervalnya
Nilai Ketidakpastian (ΔV)

= + +

= x

= x 15314,855

= 8553,441 mm3

V1 = 15314,855 + 8553,441
= 23868,296 mm3 Nilai max
V2 = 15314,85 – 8553,441
= 6761,414 mm3 Nilai min
Nilai Intervalnya 6761,414 < 15314,855 < 23868,296
Nilai Massa Jenis Benda dan Nilai Intervalnya

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 28


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

= 0,00868

1 =

= 0,00557

2 =

= 0,01967
Nilai Intervalnya 0,01967 > 0,00868 > 0,00557
C. BK.3 (Besi)
:Σ=

= 21,06 mm

= 42,12 mm
i2 = 42,102 + 42,202 + 42,052 + 42,152 + 42,102

= 8870,48 mm2
2
= 2

= 44352,36 mm2
: Σ=

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 29


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

= 120,55 mm

= 24,11 mm
i2 =24,102 + 24,152 + 24,102 + 24,152 + 24,052

= 2906,46 mm2
2
= 2

= 14532,30 mm2

:Σ=

= 75,6 mm

= 15,12 mm
i2 = 15,052 + 15,102 + 15,152 + 15,202 + 15,102

= 1143,08 mm2
2
= 2

= 5715,36 mm2
Volume BK.3
V = 42,12 x 24,11 x 15,12
= 15354,559 mm3
Nilai Ketidakpastian (ΔP ; ΔL ; ΔT) dan Nilai Intervalnya

∆P =

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 30


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

= x 0,05

= 0,01 mm

P1 = 42,12 + 0,01
= 42,13 mm Nilai max
P2 = 42,12 – 0,01
= 42,11 mm Nilai min
Nilai Intervalnya 42,11 < 42,12 < 42,13

∆L =

= x0

= 0 mm

L1 = 24,11 + 0
= 24,11 mm Nilai max
L1 = 24,11 - 0
= 24,11 mm Nilai min
Nilai Intervalnya 24,11 = 24,11 = 24,11

∆T =

= 0,01 mm

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 31


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

T1 = 15,12 + 0,01
= 15,13 mm Nilai max
T2 = 15,12 – 0,01
= 15,11 mm Nilai min
Nilai Intervalnya 15,11 < 15,12 < 15,13
Nilai Ketidakpastian Volume dan Nilai Intervalnya
Nilai Ketidakpastian (ΔV)

= + +

= x

= x 15354,559

= x 15354,559

= 13,80056 mm3

V1 = 15354,559 + 13,80056
= 15368,359 mm3 Nilai max
V2 = 15354,559 – 13,80056
= 15340,758 mm3 Nilai min
Nilai Intervalnya 15340,758 < 15354,559 < 15368,359
Nilai Massa Jenis Benda dan Nilai Intervalnya

= 0,00762119

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 32


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

1 =

= 0,00761435

2 =

= 0,00762805
Nilai Intervalnya 0,00762805 > 0,0076119 > 0,00761435

Grafik Benda Kerja 1

Gambar 2.7 Grafik Nilai Interval P

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 33


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

Gambar Grafik 2.8 Nilai Interval L

Gambar 2.9 Grafik Nilai Interval T

Grafik Benda Kerja 2

Gambar 2.10 Nilai Interval P

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 34


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

Gambar 2.11 Grafik Nilai Interval L

Gambar 2.12 Grafik Nilai Interval T


Grafik Benda Kerja 3

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 35


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

Gambar 2.13 Grafik Nilai Interval P

Gambar 2.14 Grafik Nilai Interval L

Gambar 2.15 Grafik Nilai Interval T

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 36


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

2.6 Analisa dan Pembahasan


Ketika melakukan pengukuran saat praktikum kita menggunakan jangka
sorong, mikrometer teknis dan neraca teknis. Alat – alat tersebut memiliki fungsi
yang berbeda – beda.
Jangka sorong memiliki fungsi untuk mengukur panjang, lebar, tinggi /
tebal, dan diameter suatu benda. Jangka sorong memiliki ketelitian 0,05 mm.
Jangka sorong memiliki skala utama dan skala nonius. Skala utama terdapat pada
rahang tetap dan skala nonius pada rahang geser. Mikrometer teknis memiliki
fungsi untuk mengukur tinggi / tebal suatu benda. Ketelitian mikrometer teknis
memliki tingkat lebih baik daripada jangka sorong.
Neraca teknis memiliki fungsi untuk mengukur massa benda. Neraca teknis
adalah alat ukur massa yang memiliki ketelitan 0,01 gram. Massa dari suatu benda
dapat diketahui dari penjumlahan posisi timbangan sepanjang lengan setelah
neraca dalam keadaan seimbang. Pengukuran dalam praktikum ini dilakukan
sebanyak 5 kali, hal ini dilakukan agar mendapatkan hasil yang akurat.
Adapun faktor – faktor yang menyebabkan kesalahan atau perbedaan pada
saat percobaan.
1. Ketelitian, praktikan harus lebih berhati – hati dalam menunjuk angka, baik
angka skala nonius atau skala utama.
2. Adanya kesalahan prosedur, kesalahan dalam membaca hasil pengukuran
kemungkinan diakibatkan oleh tata cara pemakaian alat.
3. Adanya faktor luar yang menyebkan adanya perubahan fisik pada benda yang
diukur.

2.7 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dan percobaan dapat diambil kesimpulan ;
1. Dapat mempelajari penggunaan alat ukur
2. Dapat menuliskan hasil pengukuran atau hitungan

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 37


BAB II PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 9

3. Dapat menghitung besaran lain berdasarkan besaran yang terukur langsung


4. Dapat memahami besaran pokok dan besaran turunan

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR T.A. 2020/2021 Page 38

Anda mungkin juga menyukai