Ditinggalkannya Lembah
Tengkorak, setelah seorang
pendekar muda yang berjuluk
Pendekar Rajawali Sakti
mengobrak-abrik partainya, Panji
Tengkorak.
(Baca.
Episode.
"Suii t...!"
"Awas, panah!"
"Serang...!"
"Codet!"
Kepalanya terangguk-angguk
beberapa kali.
"Masuk!"
Sahut Codet.
"Ha ha ha...!"
"Ayo, minum!"
"Masuk!"
"Ada apa?"
Tanya Saka Lintang.
Iapor Codet.
"Tunggu!"
"Pergilah! Laksanakan
tugasmu!"
Sahut Codet.
"Maksudmu.... Intan?"
"Cukup!"
"Hamba mengerti,"
Sahut Codet.
"Ke desa,"
Jawab Codet.
"Cari hiburan!"
Tidak lebih.
"Cepat laporkan!"
"Beberapa telik sandi yang
hamba kirim untuk mencari
keterangan tentang Putri Intan
Kemuning, telah kembali pagi
tadi. Dilaporkan bahwa kapal yang
membawa Putri Intan Kemuning
dirampok gerombolan Bidadari
Sungai Ular,"
"Bedebah!"
Istrinya terheran-heran
melihat wajah suaminya yang merah
padam.
"Kang Mas...."
"Oh...!"
"Intan, anakku...,"
Rara Angken tak kuasa lagi
menahan air matanya.
"Hiya...! Hiya...!"
Di punggungnya bertengger
sebilah pedang dengan gagang
berbentuk kepala burung rajawali.
Sahut temannya.
"He he he...,"
"Kecongkakanmu melebihi
tingginya gunung, tapi matamu
buta! Kau tidak bisa melihat
kejadian di sekelilingmu!"
Sahut Rangga.
"Ada apa?"
"Katakan cepat!"
"Menyangkut..., Intan...,"
"Lalu?"
Lanjut Badil.
"Kau takut?"
"Tidak!"
Kata Gering.
"Kakak Lintang,"
"Aku...? Ha ha ha...!"
Pandangannya berkeliling.
Codet menggerak-gerakkan
tangannya ke atas ketika mereka
telah sampai di sungai itu.
Dengan seketika anak buahnya
berpencar masuk ke dalam semak-
semak dan ke balik bongkahan-
bongkahan batu.
Gumam Codet.
"Kala Srenggi,"
"Licik!"
Balas Badil.
Tanya Badil.
"Hiya...!"
"Hiya...!"
"Uhk!"
"Huh!"
"Berhenti!"
Mati.
"Bagaimana?"
"Mati,"
Sahut Codet.
Sahut Codet.
'Tuan Putri...,"
"Tidakkah...."
"Bantu dia!"
"Rapaksa!"
"Siapkan prajurit!"
"Siapa kau?!"
"Adya Bala!"
Teriak Patih Giling Wesi
memberi aba-aba.
Kelihatannya prajurit
Kepatihan lebih banyak.
Tapi bukan berarti mereka bisa
dengan mudah mengalahkan
gerombolan ini.
Segera diperintahkan
prajuritnya untuk menyerang.
"Huh! Sontoloyo!"
"Aaaakh...!"
Tiba-tiba Gering berteriak
memekik.
Sembur Codet.
"Majulah, setan!"
Serangan-serangan yang
dibangun Codet memang lebih
dahsyat dan berbahaya dibandirig
Gering.
Tampaknya prajurit-prajurit
Kepatihan makin kewalahan dan
terdesak.
"Aaaakh.,.!"
Melihat orang-orangnya
kewalahan menghadapi amukan Singa
Medan Laga, Saka Lintang jadi
geram.
"Huh!"
"Bocah setan!"
Semua serangan-serangannya,
mentah dan rontok di tengah jalan
oleh gadis ini.
"Awas kepala!"
Tapi....
"Setan!"
Dengus Patih Giling Wesi
dengan cepat melompat sambil
membabatkan pedangnya.
"Ah!"
Dan....
"Mampus kau!"
"Ouw!"
"hey! Uts!"
"Racun...!"
Desisnya.
Hatinya gembira.
"Ih!"
"Keluarkan seluruh
kesaktianmu, biar lebih cepat kau
kukirim ke neraka!"
"He he he...!"
"Aki Lungkur...,"
"He he he...,"
Aki Lungkur terkekeh lagi.
Bersama prajurit-prajuritnya
dia menuju bukit Guntur.
"Berhenti!"
"Lho, kenapa?"
Ancam Jambak.
"Pergi!"
Diayunkan langkahnya.
Perintah Jambak.
"Cukup!"
"Bayangan hitam...!"
"Bagi dua!"
(Baca.
Episode.
"Sombong!"
Lebih-lebih setelah
menyaksikan sepak terjangnya yang
dengan mudah merobohkan sepuluh
orang dalam satu jurus yang
diulang-ulang terus.
Bukan hanya Intan Kemuning
yang terkejut Ternyata Bayangan
Hitam pun kaget setengah mati.
"Edan!"
"Bersiaplah!"
"Glaaar...!"
"Hebat...!"
Desis Rangga memuji dengan
tulus "Tahan seranganku!"
"Serang...!"
"Kurang ajar!"
Jawab Jambak.
"Apa...?"
"Berada di markas!"
Sahut Jambak.
"Rantai Bayangan!"
"Hiya! Yeah...!"
Gencar sekali.
"Aaaakh...!"
"Serang...!"
"Aaaakh...!"
"Bedebah!"
"Lepas!"
Sentak Rangga. Tiba-tiba saja
empat pedang terlempar ke udara.
Dan tanpa terduga sama sekali,
kaki Rangga melayang ke arah
kepala. Kraaak! "Aaaa..r!"
"Bibi...!"
"Mundur...!"
"Paman Nambi...!"
"Perkumpulanku dihancurkan,
paman,"
"Serang aku!"
Teriak Nambi.
"Bersiaplah, Kek!"
"Maaf!"
Seru Rangga.
"Akh!"
Nambi mengemerutukkan
gerahamnya.
"Kakang...!"
"Aaaakh...!"
"Bibi...!"
Teriak Nambi.
"Ah!"
"Ih!"
"Auh! Lepaskan...!"
'Tidak...! Lepaskan!"
"Binatang!"
"Aaaakh!"
"Ayah...!"
"Tidak, Ayah,"
"Oh, syukurlah,"
"Pemuda itu...."
"Pemuda siapa?"
"Oh!"
Malu.
Kepalanya tertunduk.
Tanpa disadari dia telah
mencemaskan pendekar muda yang
sejak tadi menarik perhatiannya.
"Intan...,"
"Ayo...."
Patih Giling Wesi menggandeng
anaknya ke luar pondok itu.
"He he he...!"
Pelan-pelan kakinya
meninggalkan tempat pembantaian
itu.
Ironis sekali.
"Mudah-mudahan Pendekar
Rajawali Sakti bisa mengatasi
keadaan,"
"He he he...!"
"Hey, tunggu!"
Bahkan serangan-serangan
balasannya tidak tanggung-
tanggung mengarah ke bagian-
bagian tubuh lawan yang
mematikan.
Matanya berkunang-kunang.
"Resi..!"
Ketika posisinya
menguntungkan, Aki Lungkur segera
membalas tanpa memberi ampun
lagi.
"Setan!"
"Aaaakh...!"
"Dagma...!"
Dalam gerakan-gerakan
membingungkan itu, Rangga selalu
mengganti-ganti jurus.
"Yeaaah...!"
"Awas, Lintang!"
"Hait!"
"Kurang ajar"
"Kena!"
"Ah...!"
Cepat-cepat dilepaskan
tangannya.
"Uh! Racunmu,"
"Hoek!"
"Hiya!"
"Yeah!"
"Akh!"
Intan Kemuning memekik
tertahan.
"Oh...,"
"Maaf, Kakek!"
Seru Rangga tiba-tiba.
Seketika Rangga merubah jurusnya.
Dengan jurus 'Pukulan Maut Paruh
Rajawali' tangan Rangga berhasil
menghantam telak dada Setan Jubah
Merah.
"Aaaa...!"
"Paman...!"
"Aaaa...!"
"He he he...."
"Menakjubkan, hebat...,
hebat...,"
"Rangga...,"
(Baca serial.
Episode.
"Baiklah,"
"Silahkan,"
"Antarkan tamu-tamuku ke
tempat istirahatnya,"
"Silahkan,"
Rangga mengedarkan
pandangannya ke sekeliling.
Tanya Rangga.
"Gawat!"
Rangga terkejut.
"Benar! Aku mendengar sendiri.
Makanya aku segera ke sini
menemuimu."
Ucap Rangga.
Tanya Rangga.
"Ya,"
"Wajahmu."
Kata Rangga.
"Kapan?"
"Oh.","
Intan Kemuning tidak mampu
berkata-kata lagi.
Hatinya berbunga-bunga.