Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmiah SETRUM – Volume 5, No.

1, Juni 2016 p-ISSN : 2301-4652 / e-ISSN : 2503-068X

Desain Power Amplifier Frekuensi 135 Mhz


Untuk Transmiter VHF Dittel Portable
Teguh Firmansyah1, Gatot Kuswara2, Windu Prasetyo3
1
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA).
2,3
Program Studi Teknik Navigasi Udara. Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI).
1
teguhfirmansyah@untirta.ac.id

Abstrak – Power amplifier (PA) merupakan komponen akhir pada bagian pemancar VHF Dittel Portable
yang berfungsi untuk menguatkan sinyal yang dikirimkan dari sumber. Pada perancangan ini power
amplifier dibuat untuk bekerja pada frekuensi 135 Mhz. PA yang diusulkan menggunakan Transistor Tipe
Mosfet MRF 136 dengan power supply V= 30 V, VDD= 28 V dan ID= 1.2 A agar memperoleh gain dan
output power yang besar. Untuk menigkatkan coverage area komunikasi pada saat flight check calibration.
Perancangan PA menggunakan L-Network dan phi- Matching digunakan sebagai rangkaian matching input
dan matching output. Tipe bias transistor yang digunakan yaitu power-divider karena memiliki tingkat
sensitifitas perubahan paling rendah terhadap perubahan suhu. Hasil dari simulasi dan perhitungan yang telah
dilakukan mendaptkan nilai-nilai dari spesifikasi power amplifier diperoleh nilai kestabilan > 1, gain (S21) =
20 dB, output return loss (S11) = -33.89 dB. Dengan power output sesuai dengan yang diharapkan sebesar
10 watt atau 40 dBm dan bekerja tepat pada frekuensi kerjanya 135 Mhz.

Kata kunci : PA, Gain,Kestabilan, Return Loss, L-Network, Phi-matcing.

Abstract – Power amplifier (PA) is the final component in the DITTEL Portable VHF transmitter with
fucuntion to amplify the signal that is sent from the source. In this paper, the power amplifier is made to
work at a frequency of 135 Mhz. PA proposed using Type Mosfet transistors MRF 136 with power supply V
= 30 V, VDD = 28 V and ID = 1.2 A in order to obtain the gain and output power are great. To boost the
coverage area of communication at the time of check calibration flight. Design PA using L-Network and phi-
Matching is used as an input matching circuit and output matching. Type bias transistor used is a power-
divider because it has the sensitivity of the lowest changes to temperature changes. The results of the
simulations and calculations have been carried out, the result obtained from the specification of power
amplifier : stability values> 1, the gain (S21) = 20 dB, output return loss (S11) = -33.89 dB. With a power
output as expected at 10 watts or 40 dBm at frequency 135 MHz.

Keywords : PA, Gain,Kestabilan, Return Loss, L-Network, Phi-matcing.

I. PENDAHULUAN VHF Dittel Portable merupakan suatu transceiver


Navigasi udara adalah sistem peralatan yang dapat yang menjadi bagian penting sebagai alat komunikasi
menuntun pesawat udara dari dan ke tempat tujuan antara panel operator dengan ground operator pada saat
dengan selamat dan lancar untuk menghindari bahaya flight check berlangsung. Adapun frekuensi yang
atau rintangan dalam penerbangan, upaya memberikan digunakan dalam operasional penerbangan bekerja pada
pelayanan yang optimal kepada pesawat udara maka frekuensi 117,975 Mhz sampai dengan 137 MHz yang
ketersediaan alat navigasi udara yang ada disepanjang diatur dalam Annex 10 volume 3 Dengan frekuensi kerja
jalur penerbangan sangat diperlukan keberadaannya [1]. yang telah dipersyaratkan tersebut, Balai Kalibrasi
Keselamatam penerbangan dan pengontrolan menetapkan pemilihan band frekuensi komunikasi pada
pergerakan pesawat terbang yang efektif memerlukan 135 Mhz. Berdasarkanengalaman dilapangan, dengan
adanya fasilitas navigasi, komunikasi , surveillance yang frekuensi komunikasi tersebut VHF Dittel dapat
akurat dan handal. Untuk mencapai keselamatan memberikan jangkauan komunikasi (coverage area)
penerbangan pada tingkat yang tinggi maka ditetapkan antara 15 – 30 Nm.
prosedur pemeliharaan standar fasilitas navigasi Coverage area tersebut cukup luas, tetapi kondisi
penerbangan. Fasilitas navigasi penerbangan tersebut yang terjadi dilapangan terkadang dalam komunikasinya
senantiasa memberikan pelayanan yang maksimum terdapat kendala yaitu menyempitnya coverage area dan
kepada seluruh pemakai, dengan memberikan informasi kualitas audio yang dipancarkan kurang bagus, hal
yang seragam sesuai dengan standar yang ditetapkan. tersebut dapat menyebabkan terputusnya komunikasi
Pengecekan fisik dari pola pancaran sinyal pada saat flight check. Kendala tersebut disebabkan oleh
elektromagnetik di ruang udara dari fasilitas navigasi beberapa faktor yaitu menurunnya kinerja dari peralatan
penerbangan harus dilakukan untuk menetukan kualitas karena sering digunakan secara terus menerus,
akurasi dan informasi yang diberikan untuk meyakinkan banyaknya pemancar radio–radio amatir daerah yang
keakuratan fasilitas navigasi tersebut.
35
Jurnal Ilmiah SETRUM – Volume 5, No.1, Juni 2016 p-ISSN : 2301-4652 / e-ISSN : 2503-068X

menyebabkan interferensi dengan frekuensi komunikasi


yang digunakan, serta usia peralatan yang sudah lama.
Penurunan kinerja peralatan tersebut akan
mempengaruhi beberapa sistem yang ada pada
transmitter dan receiver dari VHF Dittel itu sendiri.
Salah satunya penguatan pada blok power amplifiernya
juga menurun atau penguatanya melemah. Jika blok
power amplifier pada system transmitter melemah atau
gainnya menurun maka sinyal RF yang dipancarakan
tidak akan memenuhi coverage area yang diinginkan.
Berdasarkan dari masalah yang ada, penulis lalu
mempelajari dan memahami blok diagram pada sistem
transmitter VHF Dittel, seperti rangkaian Oscillator,
Buffer, Audio, Modulator, serta Power Amplifier yang
berfungsi untuk menguatkan sinyal RF tersebut
kemudian dipancarkan oleh Antenna dan dapat diterima
di receiver pesawat. Kriteria perancangan power
amplifier pada transmitter VHF dittel portable yang
diharapkan sebagai berikut :

Tabel 1. Spesifikasi Desain Dual Stage Power


Amplifier VHF Dittel Portable
No. Spesifikasi Nilai
1. Frekuensi Kerja 135 MHz
2. Transistor Mosfet MRF 136
3. Kelas Amplifier Kelas A
4. Gain Single Stage 10 dB
5. Gain Dual Stage 20 dB
6. Return Loss Single Stage < -10 dB
7. Return Loss Dual Stage < -10 dB
8. Kestabilan (K) >1 Gambar 1. Diagram alir
9. Power Output 10 W Setelah nilai spesifikasi pada PA stage pertama telah
10. VSWR 1-2 memenuhi persyaratan, langkah selanjutnya adalah
membuat rancangan dual stage PA dengan
II. PERANCANGAN POWER AMPLIFIER menggabungkan single stage menjadi dual stage.
Pada Gambar 1. memperlihatkan tahap perancangan Kemudian dilanjutkan dengan membuat rangkaian input
dimulai dengan mentukan spesifikasi parameter power dan output matching. Setelah semua spesifikasi
amplifier yang akan dirancang, dilanjutkan menentukan memenuhi syarat, langkah selanjutnya mensimulasikan
spesifikasi PA yang akan dirancang, kemudian memilih semua parameter PA dual stage yang telah matching.
jenis transistor yang cocok untuk aplikasi PA sesuai Langkah terakhir adalah melakukan uji coba rancangan
dengan spesifikasi yang telah ditentukan, kemudian dengan membandingkan hasil simulasi dengan hasil
menentukan jenis pembiasan DC yang dirancang agar perhitungan dan menginterpretasikan semua hasil uji
sesuai dan mampu bekerja pada titik biasnya. Hal coba rancangan power amplifier tersebut.
selanjutnya adalah memeriksa kestabilan dan gain yang
dihasilkan, apabila rangkaian dinyatakan belum stabil a. Pemilihan Transistor
maka proses penentuan bias DC dilakukan kembali Setelah memilih karakteristik power amplifier yang
sampai rangkaian dinyatakan stabil dan gain nya sudah akan rancang, langkah berikutnya yang dilakukan adalah
memenuhi kriteria yang diinginkan, hal ini sangat mencari komponen aktif yang berupa transistor.
penting agar transistor tidak terjadi osilasi. Pemilihan transistor ini adalah tahap paling penting
Setelah rangkaian dinyatakan stabil dan gain telah dalam perancangan amplifier. Oleh karena itu, dalam
muncul pada perancangan PA stage pertama, maka memilih transistor perlu untuk memeriksa parameter-
langkah selanjutnya adalah membuat rangkaian matching parameter pada data sheet dengan teliti. Transistor yang
impedance agar didapatkan nilai VSWR yang ideal akan digunakan harus mempunyai gain yang tinggi dan
sehingga gain yang dihasilkan akan maksimal. Kemudian power yang tinggi serta memiliki frekuensi kerja yang
memeriksa nilai semua parameter yang disimulasikan sesuai dengan karakteristik PA yang akan dirancang
antara lain gain, input return loss, output return loss pada serta yang terpenting adalah dapat dijumpai di pasaran.
frekuensi kerja 135 Mhz yang sesuai dengan kriteria Dengan melihat informasi tersebut maka penulis memilih
persyaratan. Apabila parameter belum memenuhi transistor tipe Mosfet MRF 136 yang diproduksi oleh
persyaratan maka tahap penentuan rangkaian matching perusahaan Tyco Elektronics by Macom (Lampiran 1-4).
kembali dilakukan. Transistor Mosfet MRF 136 termasuk kedalam jenis high
power transistor dan berbahan dasar silikon. Alasan
penulis memilih transistor Mosfet MRF 136 karena
36
Jurnal Ilmiah SETRUM – Volume 5, No.1, Juni 2016 p-ISSN : 2301-4652 / e-ISSN : 2503-068X

transistor ini dapat digunakan untuk perancangan power c. Kestabilan Rangkaian Amplifier
amplifier yang mempunyai fitur antara lain: Untuk sebuah amplifier sangat penting dalam
memeriksa kestabilan pada rangkaian, karena amplifier
dalam kondisi tidak stabil dapat terjadi osilasi. Salah satu
jalan untuk mengetahui kestabilan rangkaian adalah
dengan melakukan pengujian nilai Rollet‟s stability
factor (K) dan nilai ∆, rangkaian dikatakan dalam kondisi
stabil apabila nilai K>1 dan ∆<1, dengan cara ini
diperlukan data scattering parameter. Dalam perhitungan
ini penulis menggunakan scattering parameter pada
frekuensi 135 MHz. Sehingga nilai scattering parameter
yang digunakan adalah S11=0.627 ∠2.560 °
S21=10.32°∠146.651 ° S12=0.220 ∠22.663 ° S22=0.155
∠35.492 °.

Karena nilai ∆<1 tetapi K>1 maka rangkaian dalam


Gambar 2. Feature Transistor Mosfet MRF 136 kondisi unconditionally stable. Sehingga rangkaian tidak
perlu dinaikan nilai kestabilannya. Gambar 4.
b. Pemilihan Pembiasan Amplifier (DC Biasing) menggambarkan grafik kestabilan yang dihasilkan pada
Rangkaian pembiasan pembagi tegangan dapat frekuensi 135 Mhz. Kestabilan pada frekuensi kerja nya
dilihat pada gambar 3. telah stabil maka perancangan dapat dilanjutkan ketahap
DC
selanjutnya.
R1 RD
137,5 Ω 40mΩ

L1
L2 C1
50 nH
29,27 nH 53 pF
PO
C1
1000 pF
IN MLF
136

L4
L3
6 nH
90 nH
Gambar 4. Grafik Kestabilan Single Stage

R2
C3
d. Maksimum Available Gain
42,47 Ω RS
3,96 Ω 1000 pF Tahap selanjutnya adalah melakukan perhitungan
Maximum Available Gain. Tujuan dari perhitungan ini,
kita dapat nilai maksimal gain yang dimungkinkan
dihasilkan oleh rangkaian sebelum dilakukan matching
impedance. Hal pertama yang yang harus dihitung adalah
Gambar 3. Rangkaian referensi pembiasan pembagi nilai B1.Dalam perhitungan ini penulis menggunakan data
tegangan S parameter dari frekuensi tengah 127.5 MHz yaitu
S11=0.627 ∠2.560 ° S21=10.32°∠146.651 ° S12=0.220
Penambahan kapasitor yang diparalelkan dengan ∠22.663 ° S22=0.155 ∠35.492 °.
tahanan source berguna agar rangkaian lebih stabil ketika
ada perubahan suhu tanpa mengganggu kineja operasi
DC. Dalam perhitungan penentuan nilai tahananan
penulis menggunakan aturan rule of thumb. Nilai dari
titik kerja transistor telah penulis tentukan pada titik
operasi transistor pada VDD = 30 V, VDS = 28 V, ID =1.2
mA. Karena nilai – nilai bias nya sudah ditentukan, Alasan B1 dihitung pertama kali karena ketika
dengan optimasi pada software yang digunakan nilai dari melakukan perhitungan MAG terdapat simbol
masing - masing resistansi pada bias juga bisa ditentukan perhitungan tambah atau kurang (±). Jika B1 bernilai
yaitu RD= 40 mOhm RS= 3.96 Ohm R1= 137.5Ohm R2= negatif maka dalam rumus menggunakan simbol tambah
42.47Ohm. Langkah pertama dengan mengasumsikan (+) dan jika B1 bernilai positif maka yang digunakan
nilai IS = ID (transistor ideal). Setelah diketahui nilai IS simbol kurang (-). Telah diketahui kestabilan yang terjadi
dan ID maka VG dapat dihitung. pada frekuensi 135 MHz sebesar 1.18 Sehingga
perhitungan MAG dapat dilakukan sebagai berikut.

37
Jurnal Ilmiah SETRUM – Volume 5, No.1, Juni 2016 p-ISSN : 2301-4652 / e-ISSN : 2503-068X

Dari hasil perhitungan diatas, MAG untuk frekuensi


135 MHz sebesar 20.724 dB. Untuk memenuhi
spesifikasi rangkaian dengan gain lebih dari 10 dB tidak
dapat dihasilkan hanya dengan rangkaian single PA, Pada penambahan nilai paralel induktor L5
maka dari itu untuk meningkatkan gain dibutuhkan mengasilkan inductive susceptance sebesar –JB= 0.248
minimal dua stage power amplifier. mhO sehingga nilai kapasitor L5.

e. Perancangan Impedance Matching


Perancangan rangkaian impedance matching ini
bertujuan untuk menyesuaikan impedance rangkaian
amplifier dengan impedansi media transmisi sebesar 50 VDC = 30 V

Ohm, sehingga penguatan akan lebih optimal dengan R1 RD

noise figure yang kecil. Perancangan impedance


matching ini dilakukan dengan menggunakan smith chart L1 L2

sehingga akan tidak perlu melakukan perhitungan-


perhitungan yang rumit. Impedance matching ini Input
C1 OUT

dilakukan pada input dan output rangkaian amplifier. Hal IN


Matching
C3 R3
L5 Q1
pertama yang harus dilakukan adalah mencari
menentukan impedansi sumber dan impedansi beban C4
C2

optimal dan berada pada kondisi unconditionally stable. L3 L4

Pemilihan impedansi sumber dan impedansi beban


harus hati-hati sehingga pengecekan kestabilan R2 RS

menggunakan rollet stability factor pada sub bab


sebelumnya perlu dilakukan penggambaran input
stability circle dan output stability circle pada smith
chart untuk memastikan pemilihan impedansi, yang
nantinya berada dalam kondisi unconditionally stable. Gambar 5. Input Impedance Matching
Frekuensi matching yang digunakan adalah 135 MHz
dengan S-parameter yang telah diketahui sebelumnya. f. Output Impedance Matching
Perancangan input impedance matching ini
menggunakan rangkaian tiga komponen konfigurasi “L”
e. Input Impedance Matching
Perancangan input impedance matching ini terlihat pada gambar 4.8 karena untuk output PA penulis
menggunakan rangkaian tiga komponen konfigurasi „L‟ bandwidth yang cukup lebar. Konfigurasi “L” ini
terlihat pada gambar 4.7 karena untuk input PA penulis dirangkai dengan cara low pass filter yang ditandakan
menginginkan bandwidth frekuensi yang sempit dan inductor yang dihubungkan secara seri. Pada output
menghasilkan output power yang besar.Pada input impedance matching ini dilakukan penyesuaian
impedance matching ini dilakukan penyesuaian impedansi konjugasi sumber rangkaian (ZOut). Nilai
impedansi terminal(Zo) sebesar 50 Ohm dengan komponen pada output impedance matching sama
impedansi sumberrangkaian (Zin) yang bernilai komplek dengan input matching, karena menggunakan metode
sebesar 57.113-j58.591 Ohm. Oleh karena nilai dari ZIN optimasi pada software dan menyesuaikan dengan nilai
ini bernilai komplek maka perlu dikonjugasikan terlebih pendekatan pada input matching.
dahulu menjadi 57.113-j58.591 Ohm. Kedua nilai ini VDC = 30 V

R1

perlu dinormalisasikan dengan 50 Ohm terlebih dahulu RD

agar mudah untuk penggambaran pada smith chart. L1 L2

Karena input impedance matching menggunakan dua C2


output
Matching
OUT

elemen mathing maka perlu ditentukan nilai Q terlebih L6

IN
dahulu. Nilai Q ini berpengaruh terhadap bandwidth R3 Q1

frekuensi kerja yang digunakan, semakin rendah nilai Q


C6
C1

maka bandwidth frekuensi semakin lebar. Penulis


L3 L4

menetapkan nilai Q = 7. Nilai Q ini digambarkan pada R2 RS

smith chart.
Cara menyesuaikan kedua impedansi ini adalah
dengan menggariskan poin ZIN ke ZO. Pada penambahan
nilai paralel kapasitor C4 mengasilkan capasitive Gambar 6. Output Impedance Matching
reactance sebesar –JX= 1.25 Ohm sehingga nilai Sama halnya dengan input impedance matching,
kapasitor C4. output impedance matching juga menggunakan dua
elemen matching, sehingga perlu ditentukan nilai Q
terlebih dahulu dengan Q = 7. Cara menyesuaikan kedua
38
Jurnal Ilmiah SETRUM – Volume 5, No.1, Juni 2016 p-ISSN : 2301-4652 / e-ISSN : 2503-068X

impedansi ini adalah dengan menggariskan poin ZL ke b. Simulasi S21 dan S11
ZOut pada smith chart. Pada penambahan nilai paralel Simulasi S21 and S11 dilakukan untuk mengetahui
kapasitor C5 mengasilkan capasitive susceptance sebesar besar gain dan return loss yang dihasilkan dari rancangan
+JB= 1.53 mOhm sehingga nilai kapasitor C5 dapat single stage PA. Gambar 9. menunjukan grafik S21
dihitung sebagai berikut. berwarna biru dengan gain pada frekuensi 135 MHz
sebesar 20.692 dB dan return loss sebesar -35.417 dB.

Pada penambahan nilai seri induktor L6 mengasilkan


inductive reactance sebesar +JX= 1.05 Ohm sehingga
nilai kapasitor L6 dapat dilakukan perhitungan sebagai
berikut.

Setelah diketahui nilai-nilai komponen impedance


matching maka rancangan single PA tergambar pada
Gambar 7.
VDC = 30 V

R1 RD

L1 L2

C1
output
Matching OUT
Input
Matching L6
IN C3 R3
L5 Q1

C4
C2 C5
Gambar 9. Simulasi S21 dan S11 Single Stage PA
L3 L4

R2 RS
Untuk grafik input return loss digambarkan dengan
warna biru didapatkan nilai dari S11 pada fekuensi 135
MHz sebesar -11.087 dB. Dengan melihat nilai S21 dan
S11 diatas maka memenuhi syarat untuk melanjutkan
Gambar 7. Single PA dengan Input dan Output matching perancangan dual stage PA.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN c. Simulasi VSWR
Setelah rancangan single stage telah dilengkapi oleh Simulasi VSWR ini dilakukan untuk mengetahui
rangkaian impedance matching menandakan rancangan nilai VSWR input dan VSWR output rangkaian single
single stage PA telah selesai. Untuk selanjutnya stage PA pada frekuensi tengah yaitu 135 MHz. Gambar
dilakukan simulasi beberapa parameter penting antara 4.12 menunjukan nilai VSWR pada setiap frekuensi
lain kestabilan, gain, output power dan VSWR sudah dalam bandwidth. Garis warna merah menunjukan grafik
memenuhi syarat untuk melanjutkan perancangan dual VSWR keluaran dan grafik warna biru menunjukan
stage PA. grafik VSWR masukan. VSWR single stage PA pada
frekuensi 135 MHz sebesar 1.034. Dilihat dari nilai
a. Simulasi Kestabilan VSWR tersebut maka rangkaian dinyatakan matching
Simulasi ini dilakukan untuk memastikan rangkaian sehingga akan memudahkan perancangan dual stage PA.
single stage berada pada kondisi unconditionally stable. Dilihat dari nilai VSWR pada frekuensi tengah ini maka
Gambar 8. memperlihatkan grafik nilai kestabilan tahap perancangan dual stage PA dapat dilakukan.
frekuensi 135 MHz dari grafik tersebut nilai K>1 yaitu
berada pada nilai 1.198 sehingga dilihat dari faktor 8
kestabilan memenuhi syarat untuk melanjutkan tahap 6
perancangan dual stage PA. 4
1.5
2
0
1
50.00 MHz

80.00 MHz

110.0 MHz

155.0 MHz

185.0 MHz

215.0 MHz
65.00 MHz

95.00 MHz

125.0 MHz
140.0 MHz

170.0 MHz

200.0 MHz

0.5
0
50.00 MHz

95.00 MHz
110.0 MHz

140.0 MHz
155.0 MHz

200.0 MHz
65.00 MHz
80.00 MHz

125.0 MHz

170.0 MHz
185.0 MHz

215.0 MHz

Gambar 10. Grafik Data VSWR Single Stage PA


Perancangan single stage PA telah sesuai dengan
syarat untuk melanjutkan tahap ke perancangan dual
stage PA. Pada tahapan ini dirancang dual stage PA
Gambar 8. Simulasi Kestabilan Single Stage PA dengan cara menggabungkan single stage PA yang telah
dirancang menjadi dua tingkat (cara konvesional).
39
Jurnal Ilmiah SETRUM – Volume 5, No.1, Juni 2016 p-ISSN : 2301-4652 / e-ISSN : 2503-068X

Penambahan tersebut dilakukan dengan cara bagian S(2,1)=20 log│ S21│dan untuk perhitungan S11
keluaran single stage pertama digabungkan dengan menggunakan rumus dB S(1,1)=20 log│S11│. Nilai S21
masukan PA stage kedua. Perancangan ini tidak perlu dual stage pada frekuensi 135 MHz sebesar 20.69 dB
melakukan matching impedance lagi karena VSWR yang naik sebesar 10.35 dB dari single stage PA. Untuk nilai
dihasilkan oleh single stage PA telah matching, S11 dual stage PA pada frekuensi 135 MHz sebesar -
diidentifikasikan dengan nilai VSWR masukan dan 35.41dB single stage PA. Dilihat data tersebut maka
keluaran bernilai satu. rancangan dual stage PA telah memenuhi spesifikasi
VDC = 30 V rancangan dengan input return loss < -10 dB dan forward
VDC = 30 V

R2 R1
voltage gain > 10 dB.
1375Ω 50mΩ

R2 R1
1375Ω 50mΩ L2 L1
50 nH 29.27 nH

L2 L1 C1
50 nH 29.27 nH 1000pF
POut

C1 L6
1000pF C2 105 nH
MRF136
53pF Term2
C5 Z=50Ω
L6 L5 R5
C3 185pF
C2 105 nH 105 nH 60Ω
MRF136 1000pF
In 53pF
C5
L5 R5 L4 L3
C3 185pF
105 nH 60Ω C4 90 nH 6 nH
1000pF
Port 1 15pF
Z=50Ω
P=10mW L4 L3
Freq.=135MHz C4 90 nH 6 nH
R4 R3
15pF 42.47Ω 3.96Ω

R4 R3
42.47Ω 3.96Ω

Gambar 10. Skematik Diagram Dual Stage PA

Dalam bagian ini akan dibahas simulasi


rancangan dual stage PA yang telah dirancang. Simulasi
ini dilakukan pada parameter-parameter spesifikasi dual
stage PA yang telah ditentukan sebelumnya.

a. Simulasi Kestabilan
Simulasi ini dilakukan untuk memastikan rangkaian
dual stage berada pada kondisi unconditionally stable.
Gambar 11 memperlihatkan grafik nilai kestabilan dari
frekuensi 135 MHz. Data tersebut didapatkan dengan
melakukan perhitungan rollet stability. Grafik tersebut
menunjukan nilai K>1 yaitu berada pada nilai 1.90. Nilai Gambar 12. Grafik S11 dan S21 Dual Stage PA
kestabilan dual stage PA lebih tinggi dibandingkan
dengan kestabilan pada rangkaian single stage PA c. Simulasi VSWR
disebabkan karena bertambahnya nilai resistansi dan Simulasi simulasi Voltage Standing Wave Ratio
terjadi peningkatan arus yang signifikan pada arus bertujuan untuk memeriksa frekuensi tengah dalam
kolektor-emiter. Hasil secara kesuluruhan nilai kestabilan kondisi matching. Gambar 13 menggambarkan grafik
k>1. Dilihat dai data tersebut maka rancangan dual stage data VSWR tiap frekuensi, VSWR ini dihasilkan dengan
PA dengan frekuensi 135 MHz berada pada kondisi menggunakan perhitungan. Dari data tersebut pada
unconditionally stable. Nilai tersebut menandakan frekuensi tengah dihasilkan VSWR sebesar 1.034. Dari
rancangan dual stage sesuai dengan spesifikasi data tersebut dipastikan pada frekuensi tengah 135 MHz
rancangan. telah matching dan syarat parameter VSWR terpenuhi.

Gambar 11. Simulasi Kestabilan Dual Stage PA Gambar 13 Grafik VSWR Dual Stage PA

b. Simulasi S21 dan S11 d. Interpretasi Hasil Uji Coba Rancangan


Simulasi gain dan return loss ini diperlihatkan pada Interpretasi dari hasil uji coba perancangan dual
gambar 12. Data diambil dengan melakukan perhitungan stage power amplifier pada transmitter VHF dittel
menggunakan scattering parameter dual stage PA.
Perhitungan S21d engan menggunakan rumus dB
40
Jurnal Ilmiah SETRUM – Volume 5, No.1, Juni 2016 p-ISSN : 2301-4652 / e-ISSN : 2503-068X

portable yang bekerja di frekuensi 135 Mhz sebagai VSWR (1.034), Kestabilan > 1 dan Power Output (40
berikut: dBm/10 Watt).
Tabel 2. Hasil Rancangan
No. Hasil Uji Coba Perancangan DAFTAR PUSTAKA
1. Frekuensi 135 MHz [1] ICAO, Annex 10 Vol III, Communication System,
2nd Edition, ICAO, 2007, p. II-2-1
2. Gain Single 10.354 dB [2] ATKP Medan, Modul Radio Aid Navigation 1, 2012
3. Gain Dual 20.692 dB [3] Bhargava, Anurag. Prasath, S Deepak Ram.
4. RL Single -35.417 dB Periyasamy, V. Raju,S & Abhaikumar,V (2008).
Advance Design System 2009. Madurai,India :
5. RL Dual -33.891 dB Thiagarajar College of Engineering (TCE)
6. Kestabilan Single 1.198 [4] Boylestad, Robert L & Nashelsky, Louis. Electronic
7. Kestabilan Dual 1.901 Devices And Circuit Theory 10th Edition. : Pearson
International
8. VSWR Single 1.033 [5] Erwin Sugiono, Peracangan Dual Band High Power
9. VSWR Dual 1.043 Amplifier Untuk Mobile Wimax dan LTE Pada
Frekuensi 2.35 GHz dan 2.65 GHz, Depok, Skripsi
10. Power Output 40 Bm / 10 W
UI, 2011
[6] ICAO, Annex 10 Vol III, Communication System,
IV. KESIMPULAN 2nd Edition, ICAO, 2007
Power amplifier ini dirancang bekerja pada kelas A [7] Malvino, Albert Paul. (2003). Prinsip-Prinsip
telah berhasil dan sesuai dengan kriteria perancangan Elektronika. (Santoso, Joko. Terjemahan).
yang diinginkan. Power amplifier ini telah mencapai Jakarta:Salemba Teknika. Buku asli diterbitkan
kondisi stabil atau unconditional stable. Parameter tahun 1999
kestabilannya telah bernilai lebih besar satu (K>1). Hal [8] Manual Book VHF Dittel, Edisi 10, German, 2010
ini menandakan bahwa power amplifier telah mencapai [9] Ridho, David (2009). Peracangan High Power
kondisi stabil. Dengan demikian power amplifier ini Amplifier Untuk Mobile Wimax Frekuensi 2.3 GHz,
tidak akan mengalami osilasi. Rangkaian power amplifier Depok, Skripsi UI. 2009.
yang telah dirancang dapat bekerja dengan baik sesuai
dengan spesifikasi yang di usulkan yaitu pada frekuensi
135 Mhz dengan Gain (20.69 dB), Return Loss (-33.89),

41

Anda mungkin juga menyukai