Anda di halaman 1dari 13

1.

Pengertian Marginal Propensity to Consume (MPC)

Seperti yang telah disebutkan di atas, marginal propensity to consume (MPC) adalah
perubahan proporsi pendapatan untuk konsumsi akibat kenaikan pendapatan. Misalnya,
Anda mendapatkan bonus tahunan sebesar Rp500.000. Jika 400.000 dari bonus tahunan
tersebut Anda gunakan untuk jalan-jalan, maka MPC Anda adalah sebesar 0.8.

Umumnya, individu dengan tingkat pendapatan yang rendah akan memiliki nilai MPC yang
tinggi. Sebab ini artinya, semakin besar proporsi dari pendapatan yang digunakan untuk
membeli barang kebutuhan sehari-hari. Sebaliknya, individu dengan pendapatan tinggi
cenderung memiliki nilai MPC yang rendah, sebab kebutuhannya sudah terpenuhi dan
sebagian besar pendapatan mereka akan ditabung.

Sejarah Konsep MPC

Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh John Maynard Keynes dalam bukunya yang
berjudul The General Theory of Employment, Interest, and Money. Dalam buku yang terbit
pada tahun 1936 tersebut, Keynes mengungkapkan pemikirannya mengenai pentingnya
stimulus dari pemerintah untuk meningkatkan permintaan agregat.

Sebagai konteks, ekonom sebelum Keynes percaya bahwasanya supply barang dan jasa akan
tetap laku (supply creates its own demand). Anggapan ini terbantahkan ketika terjadi the
great depression yang mana ketika itu, ada banyak barang yang diproduksi gagal terjual
karena rendahnya permintaan agregat (aggregate demand) akibat rendahnya pendapatan.

Dalam bukunya, Keynes berpendapat bahwa stimulus pemerintah, seperti diskon pajak,
subsidi, bantuan dana untuk pengangguran dan program fiskal lainnya dibutuhkan untuk
meningkatkan permintaan agregat. Sederhananya, jika pemerintah memberikan stimulus
tersebut, bantuan dana untuk pengangguran misalnya, maka pendapatan dan konsumsi
masyarakat akan naik sehingga ekonomi akan berputar. Kenaikan tingkat konsumsi akibat
pendapatan naik inilah yang tergambar dalam MPC.

Rumus MPC

Rumus MPC cukup sederhana, yaitu:

MPC = Perubahan Konsumsi / Perubahan Pendapatan Disposabel

Keterangan:
Pendapatan disposabel (disposable income) adalah pendapatan yang telah dikurangi dengan
pajak atau pendapatan yang benar-benar bisa digunakan untuk konsumsi.

Pada contoh di atas misalnya. Ketika Rp1.500.000, Anda mengeluarkan uang sebesar
Rp1.400.000 untuk makan, bayar kost, beli pulsa dan lain-lain, sementara ketika gaji Anda
naik menjadi Rp3.000.000, Anda mengeluarkan Rp2.000.000 untuk konsumsi. Maka, nilai
MPC pengeluaran bulanan Anda adalah:

MPC = 2.000.000-1.400.000/3.000.000-1.500.000 = 600.000/1.500.000= 0,4

Ini artinya, Anda menggunakan 40% dari tambahan pendapatan yang Anda terima untuk
konsumsi, sementara 60% sisanya ditabung.

Menginterpretasikan nilai MPC cukup mudah. Apabila nilai MPC=1, maka seluruh tambahan
pendapatan digunakan untuk konsumsi. Apabila nilai MPC 0<MPC<1, maka sebagian
tambahan pendapatan digunakan untuk konsumsi, dan sebagian lagi ditabung. Apabila
MPC=0, maka semua tambahan pendapatan akan ditabung.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi MPC

Setidaknya terdapat 5 faktor yang dapat mempengaruhi nilai MPC. 5 faktor tersebut adalah:

1. Tingkat pendapatan

Seperti yang telah disinggung di atas, orang dengan tingkat pendapatan yang rendah
cenderung memiliki nilai MPC yang tinggi, sebab mereka menggunakan sebagian besar
pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebaliknya, individu dengan
pendapatan yang tinggi cenderung akan menggunakan sebagian besar pendapatannya
untuk ditabung sebab kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi.

2. Periode peningkatan pendapatan

Individu yang mendapatkan peningkatan pendapatan sementara waktu, seperti


mendapatkan bonus tahunan atau THR, cenderung akan menggunakan uang tambahan
tersebut untuk ditabung. Sebaliknya, individu yang mendapatkan penghasilan tambahan
yang lebih permanen, seperti akibat kenaikan jabatan, cenderung menggunakan tambahan
pendapatan tersebut untuk konsumsi.

3. Tingkat suku bunga


Tingkat suku bunga merupakan “pedang bermata dua” untuk ekonomi, sehingga harus
digunakan dengan bijak. Penurunan tingkat suku bunga di satu sisi dapat meningkatkan
konsumsi, sebab itu artinya akan lebih banyak orang yang meminjam uang di bank dan
menggunakannya untuk membeli kebutuhan sehari-hari atau untuk kebutuhan bisnis. Di sisi
lain, penurunan tingkat suku bunga juga melemahkan motivasi penabung atau investor
untuk menyimpan uangnya di bank.

4. Pajak

Sistem pajak dan subsidi sebuah negara harus didesain dengan hati-hati. Sebab, di satu sisi
pajak merupakan sumber pendapatan utama pemerintah, namun di sisi lain pajak juga
mengurangi konsumsi. Keynes berpendapat bahwasanya total pajak yang dibayarkan oleh
individu dengan pendapatan menengah kebawah harus lebih rendah dibandingkan dengan
pajak yang harus dibayarkan oleh individu dengan pendapatan tinggi. Sebab, individu
dengan pendapatan rendah membutuhkan pendapatan disposabel yang lebih tinggi untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan memutar roda perekonomian.

5. Tingkat kepercayaan konsumen

Tingkat kepercayaan konsumen terhadap kondisi perekonomian secara keseluruhan juga


bisa mempengaruhi nilai MPC. Sederhananya, apabila konsumen percaya bahwa dalam
beberapa tahun ke depan ekonomi Indonesia akan baik-baik saja, maka mereka akan lebih
banyak menggunakan uangnya untuk berbelanja (MPC tinggi). Sebaliknya, jika Indonesia
sedang krisis atau terkena isu resesi, maka konsumen akan menabung sebagian besar
pendapatannya untuk berjaga-jaga (MPC rendah).

Pengaruh MPC pada Ekonomi

MPC merupakan konsep yang penting dalam mengukur efisiensi kebijakan fiskal
pemerintah. Asumsinya adalah, semakin banyak fiskal stimulus yang diterbitkan oleh
pemerintah, semakin tinggi pendapatan masyarakat. Akibatnya, semakin tinggi pula
proporsi pendapatan yang digunakan untuk belanja (konsumsi).

Dalam teorinya, MPC merupakan variabel yang digunakan untuk menghitung efek
pengganda (multiplier effect). Multiplier effect adalah tingkat penambahan atau
pengurangan pada pendapatan yang diakibatkan oleh peningkatan atau pengurangan pada
pengeluaran.

Keynes percaya bahwasanya peningkatan pengeluaran pemerintah dapat meningkatkan


ekonomi melalui efek pengganda ini. Misalnya, pemerintah menjalankan program
pembangunan infrastruktur dengan budget 1 triliun rupiah, 500 miliar untuk membeli bahan
baku, 500 miliar untuk gaji pegawai. 500 miliar dari bahan baku ini akan berdampak pada
semakin banyaknya produksi bahan baku dan toko bangunan yang semakin laku.
Sementara 500 miliar untuk gaji pegawai bisa digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-
hari, membayar sekolah anak, hingga digunakan untuk membuka bisnis. Akibatnya, uang 1
triliun tadi bisa kembali ke pemerintah dengan nilai atau dampak yang lebih besar. Maka
dari itu, disebut dengan efek pengganda.

Hal ini juga berlaku sebaliknya. Apabila stimulus dari pemerintah dikurangi, maka ada
kemungkinan MPC mengecil, sehingga pertumbuhan ekonomi juga melambat.

Pengertian, Macam, Contoh, serta Perbedaan Kebijakan Fiskal dan Moneter


Pengertian Kebijakan Fiskal dan Moneter
Menurut Wikipedia, Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak)
pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-
stabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang
beredar.
Kebijakan Fiskal adalah salah satu kebijakan ekonomi yang dibuat oleh pemerintah untuk
mengarahkan kondisi perekonomian agar menjadi lebih baik lagi. Salah satu caranya yaitu
dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

Arti lain dari kebijakan fiskal yaitu sebagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi dalam suatu negara melalui pengaturan pengeluaran dan
pendapatan (berupa pajak) pemerintah.

Tujuan dari kebijakan fiskal ini mirip juga dengan kebijakan moneter yaitu untuk mengatur
dan mengelola jumlah uang yang beredar. Namun pada prakteknya kebijakan fiskal lebih
menekankan pada pengaturan pendapatan dan pengeluaran (belanja) pemerintah.

Pemerintah membuat kebijakan fiskal ini dengan tujuan mendapatkan dana-dana dan
kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan dana tersebut dalam
rangka menjalankan pembangunan negara.

Kebijakan pemerintah ini juga bertujuan untuk mempengaruhi proses kehidupan ekonomi
masyarakat yang dilaksanakan melalui Anggaran Belanja Negara (APBN). Pemerintah melalui
kebijakan fiskal hanya bisa mengatur pembelanjaan Negara (pengeluaran Negara) dan pajak
dari semua unsur APBN.

Pada tujuan lain, kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, dimana tujuannya
yaitu untuk men-stabilkan perekonomian melalui controlling tingkat bunga dan jumlah uang
yang beredar. Kemudian yang menjadi instrumen utama dalam kebijakan fiskal yaitu
pengeluaran dan pajak.
Perubahan tingkat komposisi pajak serta pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi
variabel-variabel berikut ini:

1. Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi negara


2. Pola persebaran sumber daya yang dimiliki
3. Distribusi pendapatan negara
Pengertian Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan dari otoritas moneter (dalam hal ini adalah bank
sentral) dalam bentuk pengendalian agregat moneter (seperti uang beredar, uang primer,
atau kredit perbankan) untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang dicita-
citakan. Perkembangan perekonomian ini berupa stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi
yang baik, dan kesempatan atau peluang kerja yang tersedia.

Pengertian lain dari kebijakan moneter adalah salah satu upaya untuk mencapai tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap menjaga kestabilan
harga.

Pada prakteknya, kebijakan moneter akan mengatur persediaan uang yang dimiliki suatu
negara untuk mencapai tujuan tertentu seperti menahan laju inflasi, dan juga mendorong
usaha pembangunan nasional.

Tujuan dari kebijakan moneter sendiri pada dasarnya untuk mencapai keseimbangan
internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan)
dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan
ekonomi makro, yaitu menjaga stabilitas ekonomi yang dapat diukur melalui kesempatan
kerja, kestabilan harga, serta keseimbangan neraca pembayaran internasional.

Pemerintah atau Bank Sentral dapat membuat kebijakan moneter dengan cara langsung
atau tidak langsung. Berikut ini penjelasannya:

 Kebijakan moneter dengan cara langsung yaitu pemerintah langsung campur tangan
dalam hal peredaran uang atau kredit perbankan.
 Kebijakan moneter dengan cara tidak langsung dilakukan oleh Bank sentral dengan
cara mempengaruhi kemampuan bank-bank umum dalam memberikan kredit.
Pengaturan jumlah uang yang beredar di dalam masyarakat diatur dengan cara menambah
atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Dengan begitu kebijakan moneter dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

 Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary Expansive Policy), adalah suatu kebijakan


dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Tujuan dari kebijakan ini yaitu
untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat saat
ekonomi lesu (resesi atau depresi).
 Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Contractive Policy), adalah suatu kebijakan
dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini disebut juga
dengan kebijakan uang ketat (tight money policy). Kebijakan moneter kontraktif
dikeluarkan ketika perekonomian negara sedang mengalami inflasi yang
mengakibatkan naiknya harga barang di pasaran.
Contoh Kebijakan Fiskal dan Moneter

Berikut ini kami sajikan contoh kebijakan fiskal dan moneter agar Anda semakin memahami
tentang kebijakan fiskal dan moneter.

Contoh Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan
ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah.

Berikut ini beberapa contoh kebijakan fiskal:

1. Pada saat perekonomian nasional sedang mengalami inflasi, maka pemerintah akan
mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil
pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta kestabilan kembali. Cara
seperti ini disebut dengan pengelolaan anggaran.
2. Menaikkan jumlah pajak dan jenis pajak
3. Melakukan pinjaman negara, misalnya dengan mengeluarkan obligasi pemerintah
4. Melakukan penghematan pengeluaran negara
5. Mewajibkan kepemilikan NPWP (nomor pokok wajib pajak) untuk meningkatkan
wajib pajak.
Contoh Kebijakan Moneter
Berikut ini beberapa contoh kebijakan moneter:

 Bank Indonesia melelang sertifikatnya, atau bisa juga membeli surat-surat berharga
di pasar modal.
 Jika kondisi tingkat kegiatan ekonomi masih berada di harapan, maka bank sentral
akan menurunkan tingkat suku bunga. Hal ini akan membuat masyarakat melakukan
pinjaman sehingga banyak investasi yang ada di masyarakat. Begitu juga sebaliknya,
jika bank sentral ingin membatasi kegiatan ekonomi, maka tingkat suku bunga akan
dinaikkan, hal ini akan membuat masyarakat/pengusaha banyak menabung sehingga
uang yang beredar dapat dikurangi.
 Pada saat perekonomian mengalami resesi, maka uang yang beredar perlu dilakukan
penambahan untuk mendorong kegiatan ekonomi yaitu dengan cara membeli surat-
surat berharga.
 Di dalam mengurangi kegiatan ekonomi yang berlebihan pada saat terjadinya inflasi,
maka harus mengurangi uang yang beredar dengan cara menjual surat-surat
berharga.
 Jika sedang terjadi inflasi maka bank sentral akan menaikkan cadangan kas
minimumnya sehingga uang yang beredar bisa dikurangi. Sebaliknya jika kondisi
perekonomian sedang lesu, maka pemerintah akan menurunkan cadangan kas
minimumnya, sehingga uang yang beredar akan bertambah akibat banyaknya
pinjaman yang diberikan kepada masyarakat. Kemudian akibat dari naiknya
cadangan kas, maka kemampuan bank umum untuk memberikan pinjaman akan
berkurang atau bahkan bank umum tidak mampu memberikan pinjaman, sehingga
dana yang menganggur di bank akan semakin bertambah.
Tujuan Kebijakan Fiskal dan Moneter
Berdasarkan penjelasan di atas, berikut ini akan dibahas mengenai tujuan kebijakan fiskal
dan moneter.

Tujuan Kebijakan Fiskal


Ada beberapa tujuan kebijakan fiskal yang ada saat ini, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan


2. Menciptakan stabilitas perekonomian
3. Menciptakan keadilan dalam distribusi pendapatan
4. Menciptakan lapangan pekerjaan
Tujuan Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk:

1. Mencapai keseimbangan internal yaitu berupa pertumbuhan ekonomi yang tinggi,


stabilitas harga, pemerataan pembangunan
2. Mencapai keseimbangan eksternal yaitu berupa keseimbangan neraca pembayaran
3. Tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat
diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran
internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian
terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan
stabilisasi).
4. Mengendalikan inflasi dengan cara mengatur keseimbangan antara persediaan uang
dengan persediaan barang.
5. Tercapai kesempatan kerja, dengan ini maka semakin besar peluang dalam
meningkatkan produksi, selain dapat meningkatkan produksi maka dapat juga
membantu masyarakat yang menjadi pengangguran. Semakin besar gairah untuk
berusaha, maka akan mengakibatkan peningkatan produksi. Peningkatan produksi
ini akan diikuti dengan kebutuhan tenaga kerja. Hal ini berarti akan terjadinya
peningkatan kesempatan kerja dan kesejahteraan pada karyawan.
6. Memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran.
7. Mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan likuiditas perekonomian dan
stabilitas tingkat harga.
Instrumen Kebijakan Fiskal dan Moneter
Apa itu instrumen kebijakan fiskal dan moneter? Nah agar Anda lebih paham, maka di
bawah ini akan dibahas tuntas mengenai instrumen kebijakan fiskal dan moneter.

Instrumen Kebijakan Fiskal


Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang sangat
berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku
maka akan berpengaruh terhadap ekonomi.
Apabila pajak diturunkan, maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan
industri akan mampu meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya, apabila pajak dinaikkan,
maka daya beli masyarakat akan menurun serta output industri pun akan menurun secara
umum.

Adapun instrumen instrumen kebijakan fiskal antara lain sebagai berikut:

Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif


Anggaran defisit merupakan suatu kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran
negara lebih besar dari penerimaan negara. Hal ini bertujuan untuk memberi stimulus pada
kondisi perekonomian. Umumnya anggatan defisit ini sangat baik digunakan apabila kondisi
ekonomi sedang resesif.
Anggaran defisit dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai berikut:

 Defisit konvensional: Defisit konvensional ini adalah anggaran defisit yang dihitung
berdasarkan selisih antara realisasi total pembelanjaan dan realisasi total
pengeluaran, termasuk juga dana hibah di dalamnya.
 Defisit moneter: Defisit moneter merupakan anggaran defisit yang hasilnya
diperoleh dari perhitungan berdasarkan selisih antara realisasi total belanja negara
(tidak termasuk pembayaran pokok ataupun hutang) dan realisasi dari total
penerimaan (tidak termasuk di dalamnya penerimaan dari hutang)
 Defisit operasional: Difisit operasional ini hampir mirip dengan defisit moneter,
hanya saja letak perbedaannya yaitu dalam nilai yang diukur. Dalam defisit
operasional nilai yang dihitung adalah nilai riil atau asli bukan lah nilai nominal.
 Defisit primer: Defisit primer merupakan defisit yang jumlahnya dihitung dari selisih
antara realisasi dari belanja total (belum termasuk pembayaran pokok dan hutang)
dan total penerimaan.

Baca Juga Dong Pengertian Skala Prioritas Beserta Contoh dan Tabel

Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif


Anggaran surplus merupakan suatu kebijakan pemerintah yang bertujuan membuat
penerimaan negara lebih besar daripada pengeluaran negara. Umumnya politik anggaran
surplus ini akan labih baik dilaksanakan pada saat perekonomian sedang dalam kondisi yang
ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.
Anggaran Berimbang (Balanced Budget)
Anggaran berimbang dilakukan oleh pemerintah untuk menentukan agar pengeluaran
negara sama besar dengan penerimaan negara. Tujuan politik anggaran berimbang adalah
terjadinya anggaran yang pasti serta meningkatkan disiplin.
Instrumen Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter,
intstrumen kebijakan moneter tersebut antara lain sebagai berikut:

Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)


Operasi pasar terbuka menrupakan sebuah cara untuk mengendalikan uang yang beredar di
masyarakat dengan cara menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government
securities).
Pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah apabila menginginkan jumlah uang
beredar bertambah. Namun, apabila menginginkan berkurangnya jumlah uang yang
beredar, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat.

Beberapa surat berharga pemerintah antara lain yaitu Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).

Fasilitas Diskonto (Discount Rate)


Fasilitas diskonto merupakan sebuah cara untuk mengatur jumlah uang yang beredar di
masyarakat dengan cara memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum.
Terkadang bank umum mengalami kekurangan uang sehingga mereka harus meminjam
kepada bank sentral.
Agar jumlah uang beredar bertambah, maka pemerintah menurunkan tingkat bunga bank
sentral. Begitupun sebaliknya, agar jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah
akan menaikkan tingkat bunga.

Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)


Rasio cadangan wajib merupakan sebuah cara mengatur jumlah uang yang beredar. Namun
berbeda dengan fasilitas diskonto, pada rasio cadangan wajib, cara yang dilakukan yaitu
dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada
pemerintah.
Pemerintah akan menurunkan rasio cadangan wajib jika ingin menambah jumlah uang yang
beredar. Begitu pun sebaliknya, pemerintah akan menurunkan rasio cadangan wajib jika
ingin menurunkan jumlah uang beredar.

Imbauan Moral (Moral Persuasion)


Imbauan moral adalah kebijakan moneter dalam rangka mengatur jumlah uang beredar
dengan cara memberi imbauan kepada pelaku ekonomi.
Contohnya yaitu seperti memberi imbauan kepada perbankan pemberi kredit agar berhati-
hati dalam mengeluarkan kredit, hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah uang yang
beredar. Kemudian akan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral
dengan tujuan untuk memperbanyak jumlah uang yang beredar di dalam perekonomian.

Kredit Selektif
Kreatif selektif merupakan politik bank sentral dalam rangka mengurangi jumlah uang yang
beredar dengan cara memperketat pemberian kredit.
Politik Sanering
Politik sanering ini dilakukan apabila sudah terjadi hiper inflasi. Hal ini pernah dilakukan oleh
BI pada tanggal 13 Desember 1965 dengan cara melakukan pemotongan uang dari Rp1.000
menjadi Rp1.
Peran Kebijakan Fiskal dan Moneter
nerdwallet.com
Berikut ini akan dibahas mengenai peran kebijakan fiskal dan moneter. Apa saja perannya?
Langsung saja ini dia peran kebijakan fiskal dan moneter.

Peran Kebijakan Fiskal


Peran kebijakan fiskal antara lain adalah sebagai berikut:

1. Mampu menurunkan tingkat inflasi dengan cara memperkecil pengeluaran


pemerintah yang dilakukan dengan mengurangi atau menunda atau bahkan
membatalkan proyek-proyek pemerintah untuk sementara waktu.
2. Menyejahterakan masyarakat melalui aturan pemerintah yang mengatur
perekonomian berupa pengeluaran, pajak, perbelanjaan dan hutang agar lebih
stabil.
3. Mengurangi tingkat pengangguran dengan cara memperbesar pengeluaran dan
transfer pemerintah. Untuk memperbesar transfer pemerintah, perlu adanya subsidi
atau mengurangi pungutan pajak dari masyarakat.
4. Meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional dengan cara pemerintah
meningkatkan pendapatan nyata masyarakat dan mengurangi tingkat pendapatan
yang lebih tinggi.
5. Berperan meningkatkan pendapatan masyarakat yaitu dengan cara memperbesar
pengeluaran pemerintah, seperti pengadaan proyek pembangunan jalan, jembatan,
gedung pemerintah, atau membelian peralatan militer, rumah sakit, perkantoran.
Cara tersebut akan bisa memberikan keuntungan kepada masyarakat dan dapat
melibatkan tenaga kerja.
6. Mampu menanggulangi inflasi yang dilakukan dengan menerapkan pajak langsung
progresif yang dilengkapi dengan pajak komoditi.
7. Mampu meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan cara memperbesar
pengeluaran pemerintah. Misalnya pemerintah melakukan pengeluaran dengan cara
menjalankan proyek pembangunan yang didanai oleh APBN, maka dengan cara ini
nantinya akan timbul permintaan barang dana jasa, sehingga hal tersebut akan
mendorong produksi masyarakat atas barang dan jasa. Cara yang lainnya yaitu
dengan meningkatkan transfer pemerintah, maksudnya adalah memberikan bantuan
kepada masyarakat miskin, bantuan bencana alam, beasiswa pelajar, atau berupa
subsidi.
8. Mampu meningkatkan laju investasi dengan cara mendorong dan memacu atau
menghambat investasi pada sektor swasta maupun sektor negara.
9. Mampu mendorong investasi optimal secara sosial yang dilakukan oleh pemerintah.
10. Mampu menjaga stabilitas perekonomian internal ataupun eksternal di tengah
ketidakstabilan internasional

Baca Juga Dong Pengertian Devisa, Fungsi Devisa, dan Sumber Perolehan Devisa Negara

Peran Kebijakan Moneter


Peran kebijakan moneter antara lain adalah sebagai berikut:
1. Mampu mengatur persentase cadangan minimum yang ada di bank berdasarkan
jumlah uang yang beredar di masyarakat.
2. Berperan dalam penetapan suku bunga kredit agar kestabilan ekonomi terjaga.
3. Mampu memelihara kestabilan nilai tukar uang melalui Bank Indonesia yang
menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar agar tidak
berlebihan.
4. Mampu memainkan jumlah cadangan perbankan melalui jumlah cadangan
perbankan yang harus disimpan oleh pemerintah.
5. Imbauan moral kepada pelaku ekonomi dengan cara pemerintah akan menghimbau
setiap bank agar berhati-hati dalam memberikan kredit. Hal itu untuk menjaga agar
peredaran uang tidak meningkat.
6. Mampu mengatur suku bunga deposito, sehingga apabila pemerintah ingin adanya
pertambahan peredaran uang, maka suku bunga deposito harus dinaikkan.
Sebaliknya, jika pemerintah ingin mengurangi peredaran uang, maka suku bunga
deposito juga harus diturunkan.
7. Mampu mengendalikan uang dengan menjual atau membeli surat berharga.
8. Mengatur persediaan uang dan barang agar perekonomian negara bisa stabil melalui
kebijakan moneter di bidang perdagangan.
9. Mampu mempertahankan kestabilan harga dengan cara mengurangi peredaran
uang.
10. Berperan dalam memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum.
Perbedaan Kebijakan Fiskal Dan Moneter
breakingnews.co.id
Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal merupakan dua kebijakan yang memiliki tujuan
untuk mengatur perekonomian dan mengatasi kondisi dan permasalahan ekonomi suatu
negara seperti halnya krisis ekonomi atau inflasi yang terlalu tinggi.

Dari penjelasan di atas dapat kita ambil kesimpulan mengenai perbedaan kebijakan fiskal
dan moneter, yaitu sebagai berikut:

Secara Definisi
 Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi perekonomian
secara makro khususnya sektor riil melalui kebijakan pengelolaan anggaran
pendapatan dan belanja negara dalam hal ini APBN.
 Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah dalam hal mengatur jumlah uang
yang beredar di pasar dalam rangka menjaga stabilitas harga dan nilai rupiah.
Dengan kata lain: Kebijakan fiskal adalah kebijakan untuk mengatur perekonomian
dengan mengatur penerimaan dan pengeluaran negara, melalui pengaturan tingkat pajak
dan belanja negara. Sedangkan kebijakan moneter adalah kebijakan untuk mengatur
perekonomian dengan mengatur jumlah uang yang beredar dan tingkat suku bunga.
Berdasarkan Instrumen
Kebijakan fiskal dilakukan dengan menggunakan APBN sebagai instrumen, seberapa besar
belanja pemerintah dan seberapa besar penerimaan pajak ditetapkan untuk mempengaruhi
perekonomian.
Sedangkan kebijakan moneter dilakukan untuk mempengaruhi uang yang beredar dengan
cara:

1. Melakukan operasi pasar terbuka


2. Menetapkan tarif suku bunga
3. Menetapkan giro wajib minimum
4. Melakukan himbauan moral
Instansi yang berwenang
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter sama-sama menjadi kewenangan pemerintah,
namun ada instansi pemerintah yang menangani secara khusus.

Kebijakan fiskal dibuat oleh pemerintah, dalam hal ini yaitu Presiden beserta kabinetnya
yang juga dibantu oleh lembaga legislatif yaitu DPR. Sedangkan kebijakan moneter dibuat
oleh bank sentral yaitu Bank Indonesia, dan ditetapkan oleh Gubernur Bank Indonesia.
Namun pemerintah tetap bisa campur tangan dalam kebijakan moneter melalui kebijakan
moneter langsung seperti masalah peredaran uang dan kredit perbankan.
Dampak terhadap perekonomian
Secara umum, kebijakan moneter berdampak lebih cepat terhadap perekonomian negara
daripada kebijakan fiskal. Selain itu juga kebijakan moneter cenderung lebih efektif dalam
mengatasi inflasi, sedangkan kebijakan fiskal cenderung lebih efektif dalam mengatasi
resesi. Dengan demikian masing-masing kebijakan mempunyai kelebihan dan
kekurangannya masing-masing.

Kemudian jika ada pertanyaan mengenai mana sih yang lebih efektif antara kebijakan fiskal
dan moneter? Maka jawabannya yaitu bergantung pada permasalahan apa yang akan
diatasi.

Dalam prakteknya, diperlukan adanya kombinasi yang tepat antara kebijakan fiskal dan
moneter (policy mix), karena sesungguhnya sektor riil (dalam hal ini adalah kebijakan fiskal)
dan sektor moneter (dalam hal ini adalah kebijakan moneter) sangat berkaitan erat.
Kombinasi antara dua kebijakan ini membutuhkan komunikasi dan koordinasi yang baik
antara Pemerintah (Kementerian Keuangan) sebagai penanggungjawab kebijakan fiskal dan
Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas atau kebijakan moneter.

Kebijakan Non Moneter


pengampunanpajak.com
Jenis-jenis kebijakan non moneter:

 meningkatkan produksi barang dan jasa


 menetapkan harga maksimum untuk barang dan jasa
 mengadakan pengawasan terhadap harga barang dan jasa
 pemerintah ikut serta dalam kegiatan produksi dan distribusi barang dan jasa
 melalui kebijakan upah, tidak menaikkan upah agar harga barang dan jasa tidak naik
 meningkatkan impor barang, agar jumlahnya bertambah dan mengakibatkan harga
turun
Kebijakan Fiskal dan Moneter PDF
Bagi Anda yang membutuhkan file kebijakan fiskal dan moneter pdf lengkap silahkan unduh
disini, kami sudah mengumpulkan bahannya dari berbagai sumber. File tersebut berupa
materi kebijakan fiskal dan moneter yang dibahas secara lengkap dan juga terdapat
beberapa makalah kebijakan fiskal dan moneter.
***

Demikian pembahasan mengenai kebijakan fiskal dan moneter. Semoga bisa membantu
Anda. Terimakasih sudah berkunjung ke artikel ini, jangan lupa kasih masukan di saran
melalui komen untuk perbaikan artikel selanjutnya.

SUKSES TERUS!!!

Anda mungkin juga menyukai