Seperti yang telah disebutkan di atas, marginal propensity to consume (MPC) adalah
perubahan proporsi pendapatan untuk konsumsi akibat kenaikan pendapatan. Misalnya,
Anda mendapatkan bonus tahunan sebesar Rp500.000. Jika 400.000 dari bonus tahunan
tersebut Anda gunakan untuk jalan-jalan, maka MPC Anda adalah sebesar 0.8.
Umumnya, individu dengan tingkat pendapatan yang rendah akan memiliki nilai MPC yang
tinggi. Sebab ini artinya, semakin besar proporsi dari pendapatan yang digunakan untuk
membeli barang kebutuhan sehari-hari. Sebaliknya, individu dengan pendapatan tinggi
cenderung memiliki nilai MPC yang rendah, sebab kebutuhannya sudah terpenuhi dan
sebagian besar pendapatan mereka akan ditabung.
Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh John Maynard Keynes dalam bukunya yang
berjudul The General Theory of Employment, Interest, and Money. Dalam buku yang terbit
pada tahun 1936 tersebut, Keynes mengungkapkan pemikirannya mengenai pentingnya
stimulus dari pemerintah untuk meningkatkan permintaan agregat.
Sebagai konteks, ekonom sebelum Keynes percaya bahwasanya supply barang dan jasa akan
tetap laku (supply creates its own demand). Anggapan ini terbantahkan ketika terjadi the
great depression yang mana ketika itu, ada banyak barang yang diproduksi gagal terjual
karena rendahnya permintaan agregat (aggregate demand) akibat rendahnya pendapatan.
Dalam bukunya, Keynes berpendapat bahwa stimulus pemerintah, seperti diskon pajak,
subsidi, bantuan dana untuk pengangguran dan program fiskal lainnya dibutuhkan untuk
meningkatkan permintaan agregat. Sederhananya, jika pemerintah memberikan stimulus
tersebut, bantuan dana untuk pengangguran misalnya, maka pendapatan dan konsumsi
masyarakat akan naik sehingga ekonomi akan berputar. Kenaikan tingkat konsumsi akibat
pendapatan naik inilah yang tergambar dalam MPC.
Rumus MPC
Keterangan:
Pendapatan disposabel (disposable income) adalah pendapatan yang telah dikurangi dengan
pajak atau pendapatan yang benar-benar bisa digunakan untuk konsumsi.
Pada contoh di atas misalnya. Ketika Rp1.500.000, Anda mengeluarkan uang sebesar
Rp1.400.000 untuk makan, bayar kost, beli pulsa dan lain-lain, sementara ketika gaji Anda
naik menjadi Rp3.000.000, Anda mengeluarkan Rp2.000.000 untuk konsumsi. Maka, nilai
MPC pengeluaran bulanan Anda adalah:
Ini artinya, Anda menggunakan 40% dari tambahan pendapatan yang Anda terima untuk
konsumsi, sementara 60% sisanya ditabung.
Menginterpretasikan nilai MPC cukup mudah. Apabila nilai MPC=1, maka seluruh tambahan
pendapatan digunakan untuk konsumsi. Apabila nilai MPC 0<MPC<1, maka sebagian
tambahan pendapatan digunakan untuk konsumsi, dan sebagian lagi ditabung. Apabila
MPC=0, maka semua tambahan pendapatan akan ditabung.
Setidaknya terdapat 5 faktor yang dapat mempengaruhi nilai MPC. 5 faktor tersebut adalah:
1. Tingkat pendapatan
Seperti yang telah disinggung di atas, orang dengan tingkat pendapatan yang rendah
cenderung memiliki nilai MPC yang tinggi, sebab mereka menggunakan sebagian besar
pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebaliknya, individu dengan
pendapatan yang tinggi cenderung akan menggunakan sebagian besar pendapatannya
untuk ditabung sebab kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi.
4. Pajak
Sistem pajak dan subsidi sebuah negara harus didesain dengan hati-hati. Sebab, di satu sisi
pajak merupakan sumber pendapatan utama pemerintah, namun di sisi lain pajak juga
mengurangi konsumsi. Keynes berpendapat bahwasanya total pajak yang dibayarkan oleh
individu dengan pendapatan menengah kebawah harus lebih rendah dibandingkan dengan
pajak yang harus dibayarkan oleh individu dengan pendapatan tinggi. Sebab, individu
dengan pendapatan rendah membutuhkan pendapatan disposabel yang lebih tinggi untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan memutar roda perekonomian.
MPC merupakan konsep yang penting dalam mengukur efisiensi kebijakan fiskal
pemerintah. Asumsinya adalah, semakin banyak fiskal stimulus yang diterbitkan oleh
pemerintah, semakin tinggi pendapatan masyarakat. Akibatnya, semakin tinggi pula
proporsi pendapatan yang digunakan untuk belanja (konsumsi).
Dalam teorinya, MPC merupakan variabel yang digunakan untuk menghitung efek
pengganda (multiplier effect). Multiplier effect adalah tingkat penambahan atau
pengurangan pada pendapatan yang diakibatkan oleh peningkatan atau pengurangan pada
pengeluaran.
Hal ini juga berlaku sebaliknya. Apabila stimulus dari pemerintah dikurangi, maka ada
kemungkinan MPC mengecil, sehingga pertumbuhan ekonomi juga melambat.
Arti lain dari kebijakan fiskal yaitu sebagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi dalam suatu negara melalui pengaturan pengeluaran dan
pendapatan (berupa pajak) pemerintah.
Tujuan dari kebijakan fiskal ini mirip juga dengan kebijakan moneter yaitu untuk mengatur
dan mengelola jumlah uang yang beredar. Namun pada prakteknya kebijakan fiskal lebih
menekankan pada pengaturan pendapatan dan pengeluaran (belanja) pemerintah.
Pemerintah membuat kebijakan fiskal ini dengan tujuan mendapatkan dana-dana dan
kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan dana tersebut dalam
rangka menjalankan pembangunan negara.
Kebijakan pemerintah ini juga bertujuan untuk mempengaruhi proses kehidupan ekonomi
masyarakat yang dilaksanakan melalui Anggaran Belanja Negara (APBN). Pemerintah melalui
kebijakan fiskal hanya bisa mengatur pembelanjaan Negara (pengeluaran Negara) dan pajak
dari semua unsur APBN.
Pada tujuan lain, kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, dimana tujuannya
yaitu untuk men-stabilkan perekonomian melalui controlling tingkat bunga dan jumlah uang
yang beredar. Kemudian yang menjadi instrumen utama dalam kebijakan fiskal yaitu
pengeluaran dan pajak.
Perubahan tingkat komposisi pajak serta pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi
variabel-variabel berikut ini:
Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan dari otoritas moneter (dalam hal ini adalah bank
sentral) dalam bentuk pengendalian agregat moneter (seperti uang beredar, uang primer,
atau kredit perbankan) untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang dicita-
citakan. Perkembangan perekonomian ini berupa stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi
yang baik, dan kesempatan atau peluang kerja yang tersedia.
Pengertian lain dari kebijakan moneter adalah salah satu upaya untuk mencapai tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap menjaga kestabilan
harga.
Pada prakteknya, kebijakan moneter akan mengatur persediaan uang yang dimiliki suatu
negara untuk mencapai tujuan tertentu seperti menahan laju inflasi, dan juga mendorong
usaha pembangunan nasional.
Tujuan dari kebijakan moneter sendiri pada dasarnya untuk mencapai keseimbangan
internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan)
dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan
ekonomi makro, yaitu menjaga stabilitas ekonomi yang dapat diukur melalui kesempatan
kerja, kestabilan harga, serta keseimbangan neraca pembayaran internasional.
Pemerintah atau Bank Sentral dapat membuat kebijakan moneter dengan cara langsung
atau tidak langsung. Berikut ini penjelasannya:
Kebijakan moneter dengan cara langsung yaitu pemerintah langsung campur tangan
dalam hal peredaran uang atau kredit perbankan.
Kebijakan moneter dengan cara tidak langsung dilakukan oleh Bank sentral dengan
cara mempengaruhi kemampuan bank-bank umum dalam memberikan kredit.
Pengaturan jumlah uang yang beredar di dalam masyarakat diatur dengan cara menambah
atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Dengan begitu kebijakan moneter dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
Berikut ini kami sajikan contoh kebijakan fiskal dan moneter agar Anda semakin memahami
tentang kebijakan fiskal dan moneter.
1. Pada saat perekonomian nasional sedang mengalami inflasi, maka pemerintah akan
mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil
pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta kestabilan kembali. Cara
seperti ini disebut dengan pengelolaan anggaran.
2. Menaikkan jumlah pajak dan jenis pajak
3. Melakukan pinjaman negara, misalnya dengan mengeluarkan obligasi pemerintah
4. Melakukan penghematan pengeluaran negara
5. Mewajibkan kepemilikan NPWP (nomor pokok wajib pajak) untuk meningkatkan
wajib pajak.
Contoh Kebijakan Moneter
Berikut ini beberapa contoh kebijakan moneter:
Bank Indonesia melelang sertifikatnya, atau bisa juga membeli surat-surat berharga
di pasar modal.
Jika kondisi tingkat kegiatan ekonomi masih berada di harapan, maka bank sentral
akan menurunkan tingkat suku bunga. Hal ini akan membuat masyarakat melakukan
pinjaman sehingga banyak investasi yang ada di masyarakat. Begitu juga sebaliknya,
jika bank sentral ingin membatasi kegiatan ekonomi, maka tingkat suku bunga akan
dinaikkan, hal ini akan membuat masyarakat/pengusaha banyak menabung sehingga
uang yang beredar dapat dikurangi.
Pada saat perekonomian mengalami resesi, maka uang yang beredar perlu dilakukan
penambahan untuk mendorong kegiatan ekonomi yaitu dengan cara membeli surat-
surat berharga.
Di dalam mengurangi kegiatan ekonomi yang berlebihan pada saat terjadinya inflasi,
maka harus mengurangi uang yang beredar dengan cara menjual surat-surat
berharga.
Jika sedang terjadi inflasi maka bank sentral akan menaikkan cadangan kas
minimumnya sehingga uang yang beredar bisa dikurangi. Sebaliknya jika kondisi
perekonomian sedang lesu, maka pemerintah akan menurunkan cadangan kas
minimumnya, sehingga uang yang beredar akan bertambah akibat banyaknya
pinjaman yang diberikan kepada masyarakat. Kemudian akibat dari naiknya
cadangan kas, maka kemampuan bank umum untuk memberikan pinjaman akan
berkurang atau bahkan bank umum tidak mampu memberikan pinjaman, sehingga
dana yang menganggur di bank akan semakin bertambah.
Tujuan Kebijakan Fiskal dan Moneter
Berdasarkan penjelasan di atas, berikut ini akan dibahas mengenai tujuan kebijakan fiskal
dan moneter.
Defisit konvensional: Defisit konvensional ini adalah anggaran defisit yang dihitung
berdasarkan selisih antara realisasi total pembelanjaan dan realisasi total
pengeluaran, termasuk juga dana hibah di dalamnya.
Defisit moneter: Defisit moneter merupakan anggaran defisit yang hasilnya
diperoleh dari perhitungan berdasarkan selisih antara realisasi total belanja negara
(tidak termasuk pembayaran pokok ataupun hutang) dan realisasi dari total
penerimaan (tidak termasuk di dalamnya penerimaan dari hutang)
Defisit operasional: Difisit operasional ini hampir mirip dengan defisit moneter,
hanya saja letak perbedaannya yaitu dalam nilai yang diukur. Dalam defisit
operasional nilai yang dihitung adalah nilai riil atau asli bukan lah nilai nominal.
Defisit primer: Defisit primer merupakan defisit yang jumlahnya dihitung dari selisih
antara realisasi dari belanja total (belum termasuk pembayaran pokok dan hutang)
dan total penerimaan.
Baca Juga Dong Pengertian Skala Prioritas Beserta Contoh dan Tabel
Beberapa surat berharga pemerintah antara lain yaitu Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).
Kredit Selektif
Kreatif selektif merupakan politik bank sentral dalam rangka mengurangi jumlah uang yang
beredar dengan cara memperketat pemberian kredit.
Politik Sanering
Politik sanering ini dilakukan apabila sudah terjadi hiper inflasi. Hal ini pernah dilakukan oleh
BI pada tanggal 13 Desember 1965 dengan cara melakukan pemotongan uang dari Rp1.000
menjadi Rp1.
Peran Kebijakan Fiskal dan Moneter
nerdwallet.com
Berikut ini akan dibahas mengenai peran kebijakan fiskal dan moneter. Apa saja perannya?
Langsung saja ini dia peran kebijakan fiskal dan moneter.
Baca Juga Dong Pengertian Devisa, Fungsi Devisa, dan Sumber Perolehan Devisa Negara
Dari penjelasan di atas dapat kita ambil kesimpulan mengenai perbedaan kebijakan fiskal
dan moneter, yaitu sebagai berikut:
Secara Definisi
Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi perekonomian
secara makro khususnya sektor riil melalui kebijakan pengelolaan anggaran
pendapatan dan belanja negara dalam hal ini APBN.
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah dalam hal mengatur jumlah uang
yang beredar di pasar dalam rangka menjaga stabilitas harga dan nilai rupiah.
Dengan kata lain: Kebijakan fiskal adalah kebijakan untuk mengatur perekonomian
dengan mengatur penerimaan dan pengeluaran negara, melalui pengaturan tingkat pajak
dan belanja negara. Sedangkan kebijakan moneter adalah kebijakan untuk mengatur
perekonomian dengan mengatur jumlah uang yang beredar dan tingkat suku bunga.
Berdasarkan Instrumen
Kebijakan fiskal dilakukan dengan menggunakan APBN sebagai instrumen, seberapa besar
belanja pemerintah dan seberapa besar penerimaan pajak ditetapkan untuk mempengaruhi
perekonomian.
Sedangkan kebijakan moneter dilakukan untuk mempengaruhi uang yang beredar dengan
cara:
Kebijakan fiskal dibuat oleh pemerintah, dalam hal ini yaitu Presiden beserta kabinetnya
yang juga dibantu oleh lembaga legislatif yaitu DPR. Sedangkan kebijakan moneter dibuat
oleh bank sentral yaitu Bank Indonesia, dan ditetapkan oleh Gubernur Bank Indonesia.
Namun pemerintah tetap bisa campur tangan dalam kebijakan moneter melalui kebijakan
moneter langsung seperti masalah peredaran uang dan kredit perbankan.
Dampak terhadap perekonomian
Secara umum, kebijakan moneter berdampak lebih cepat terhadap perekonomian negara
daripada kebijakan fiskal. Selain itu juga kebijakan moneter cenderung lebih efektif dalam
mengatasi inflasi, sedangkan kebijakan fiskal cenderung lebih efektif dalam mengatasi
resesi. Dengan demikian masing-masing kebijakan mempunyai kelebihan dan
kekurangannya masing-masing.
Kemudian jika ada pertanyaan mengenai mana sih yang lebih efektif antara kebijakan fiskal
dan moneter? Maka jawabannya yaitu bergantung pada permasalahan apa yang akan
diatasi.
Dalam prakteknya, diperlukan adanya kombinasi yang tepat antara kebijakan fiskal dan
moneter (policy mix), karena sesungguhnya sektor riil (dalam hal ini adalah kebijakan fiskal)
dan sektor moneter (dalam hal ini adalah kebijakan moneter) sangat berkaitan erat.
Kombinasi antara dua kebijakan ini membutuhkan komunikasi dan koordinasi yang baik
antara Pemerintah (Kementerian Keuangan) sebagai penanggungjawab kebijakan fiskal dan
Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas atau kebijakan moneter.
Demikian pembahasan mengenai kebijakan fiskal dan moneter. Semoga bisa membantu
Anda. Terimakasih sudah berkunjung ke artikel ini, jangan lupa kasih masukan di saran
melalui komen untuk perbaikan artikel selanjutnya.
SUKSES TERUS!!!