Anda di halaman 1dari 59

PENGARUH CURRENT RATIO DAN DEBT TO EQUITY

RATIO TERHADAP RETURN ON EQUITY PADA


PERUSAHAAN SUB SEKTOR PERDAGANGAN
RITEL BARANG PRIMER YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA

OLEH:
DEVY ARISTA CIPTAMIARI
NIM 1917041105

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2023
PENGARUH CURRENT RATIO DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP
RETURN ON EQUITY PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR PERDAGANGAN
RITEL BARANG PRIMER YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh
Devy Arista Ciptamiari, NIM
1917041105 Jurusan Manajemen

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh current ratio dan debt to equity
ratio bagi return on equity baik itu secara simultan maupun secara parsial. Kajian
studi inipun mempergunakan rancangan studi kuantitatif kausal. Subjek yang
dipergunakan yakni perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang primer yang
terlisting di BEI dengan objek yang digunakan dalam kajian studi ini yaitu
seluruh variable yang diujikan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
pencatatan dokumen kemudian dianalisis melalui analisis regresi linier berganda.
Hasil temuan inipun membuktikan bahwasanya (1) current ratio dan debt to
equity ratio secara signifikan berpengaruh bagi return on equity. (2) current ratio
tidak berpengaruh bagi return on equity. (3) debt to equity ratio berpengaruh
secara negatif dan signifikan bagi return on equity.

Kata Kunci: current ratio, debt to equity ratio, return on equity

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Perkembangan ekonomi bergerak cepat pada negara maju maupun negara

berkembang. Hal ini dapat dilihat dalam bidang perdagangan domestik, regional,

dan internasional yang selalu di dukung oleh perusahaan di berbagai bidang. Salah

satunya perusahaan pada sektor energi, barang baku, perindustrian, barang

konsumen primer, barang konsumen non primer, kesehatan, keuangan, properti dan

real estate, teknologi, infrastruktur, transportasi dan logistik, hingga produk

investasi tercatat. Munculnya pandemi memberikan dampak negatif bagi

perekonomian hingga menyebabkan penurunan yang signifikan terhadap

perkembangan suatu perusahaan. Konsekuensi nyata yang paling dirasakan adalah

adanya penurunan kinerja perusahaan yang berakibat pada ketidakmampuan

perusahaan dalam mempertahankan bisnisnya. Kemampuan dalam

mempertahankan kelangsungan hidup bisnis menjadi hal yang perlu diperhatikan

dalam krisis ekonomi saat ini. Tujuan utama perusahaan adalah untuk menghasilkan

laba yang maksimal agar kelangsungan suatu perusahaan tersebut terus bertahan.

Makin tingginya keuntungan yang didapatkan suatu perusahaan tersebut otomatis

bisa menambah nilai perusahaan dan juga mampu bertahan dalam persaingan

global. Meningkatnya nilai pada suatu perusahaan akan membuat para investor

tertarik untuk berinvestasi.


2

Return on equity adalah salah satu bagian dari rasio profitabilitas yang

berfungsi untuk menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan. Profitabilitas

mengacu pada kapasitas korporasi untuk menghasilkan keuntungan melalui

pemanfaatan sumber dayanya, termasuk aset dan modal. Jika suatu perusahaan

dianggap menguntungkan atau memiliki potensi profitabilitas di masa depan,

banyak investor dapat memilih untuk mengalokasikan dananya untuk pembelian

saham perusahaan, sehingga mendorong harga saham naik. Rasio tersebut di atas

berfungsi sebagai metrik untuk menilai profitabilitas dari perspektif pemegang

saham. Namun, penting untuk dicatat bahwa rasio ini hanya memperhitungkan

keuntungan dan tidak memperhitungkan dividen atau keuntungan modal bagi

pemegang saham. Kemampuan suatu perusahaan untuk mempertahankan

kelangsungan usahanya bergantung pada kestabilan profitabilitasnya, dan

sebaliknya, pemeliharaan kestabilan profitabilitas bergantung pada kemampuan

perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.

Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem

dan sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek dari pihak-pihak

yang ingin memperdagangkan efek tersebut. Klasifikasi terbaru dari pengembangan

sektor yang sebelumnya berjumlah 9 sektor, kini menjadi 11 sektor yang telah

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tanggal 25 Januari 2021 yang tercantum

melalui lama web www.idx.co.id dengan nama “Indonesia Stock Exchange

Industrial Classification (IDX-IC).” Adapun tujuan pengadaan sektor saham ini

untuk memudahkan pasar dalam mengidentifikasi kinerja perusahaan atau emiten

sesuai dengan kelompok atau jenis usahanya. Selain itu, investor akan lebih tepat

dalam membandingkan kinerja satu emiten dengan yang lainnya di kelompok usaha

yang sesuai. Adapun 11 sektor yang dimaksud diantaranya yaitu, sektor energi,

basic materials, consumer cyclicals, comsumer non cyclicals, keuangan, kesehatan,


3

industri, infrastruktur, properti dan real estate, teknologi, serta transportasi dan

logistik.

Sektor barang konsumen primer merupakan sektor industri yang terdiri dari

perusahaan yang memproduksi produk dan jasa yang dikonsumsi secara primer atau

bersifat anti siklis. Sektor barang konsumsen primer (consumer non cylicals)

merupakan sektor industri yang akan mengalami pertumbuhan sejalan dengan

pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatannya. Pada tahun 2019, sektor

barang bisa memberi sumbangan pada Produk Domestrik Bruto nasional

sebanyak 20%. Indonesia mampu berada di posisi sesudah China melalui

sumbangsih industri sebanyak 29,3%. selanjutnya diikuti Korea Selatan (27,6%),

Jepang (21%) dan Jerman (20,7%). Pemerintah bertekad untuk terus

meningkatkan daya saing industri manufaktur nasional agar lebih produktif di

pasar domestik maupun internasional. Sebab, industri manufaktur menjadi salah

satu andalan dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional ditengah

ketidakpastian kondisi global (kemenperin.go.id).

Seiring dengan berkembangnya tingkat pendapatan masyarakat maka akan

meningkatkan jumlah kebutuhannya terhadap consumer non cyclicals. Selain itu

sektor ini dengan mudahnya mendapatkan dana dari investor dibandingnya

dengan sektor lainnya sebab dalam sektor ini memiliki peran penting bagi

pertumbuhan ekonomi Indonesia dan dianggap memiliki potensi yang

dikarenakan produk pada sektor ini bersifat konsumtif dan merupakan salah satu

sektor industri yang sangat dibutuhkan, dikarenakan semua produk barang

konsumsi selalu diminati oleh masyarakat apalagi saat ini Indonesia menjadi

negara yang sangat besar dengan memiliki penduduk yang cukup banyak

sehingga berpengaruh pada nilai


4

perusahaan. Perusahaan yang tergolong ke dalam sektor barang konsumen primer

adalah perusahaan ritel barang primer yaitu perusahaan yang memproduksi

makanan dan minuman kemasan, obat-obatan, supermarket, produk pertanian,

rokok, barang keperluan rumah tangga, dan barang perawatan pribadi

(www.idx.co.id). Sub sektor perdagangan ritel barang primer terus mengalami

perkembangan pesat dan dituntut untuk terus berinovasi dalam hal kestabilan

keuangan dan pekembangan teknologi sehingga mampu mempertahankan nilai

perusahaan salah satunya dengan meningkatkan nilai profitabilitas yang bisa

diukur dengan dimensi return on equity.

Berdasarkan analisis laporan keuangan pada observasi awal yang dilakukan,

maka diperoleh rata-rata ROE dalam perusahaan sub sektor perdagangan ritel

barang primer yang listing pada BEI periode tahun 2019 hingga 2021 yang bisa

diperhatikan melalui tabel 1.1.

Tabel 1.1
Rata-rata nilai return on equity sektor barang konsumen primer yang listing di
BEI periode 2019 sampai 2021

Rata Rata Nilai


No Nama Sub Sektor Return On Equity Keterangan
2019 2020 2021
Perdagangan Ritel
1 3.56% 3.43% 3.24% Menurun
Barang Primer
Makanan dan
2 2.76% 2.03% 2,79% Fluktuasi
Minuman
3 Rokok 3.39% 2.55% 4.05% Fluktuasi
Produk Rumah
4 3.64% 2.10% 2.94% Fluktuasi
Tangga Tidak Tahan
Lama
Sumber : Laporan Keuangan di BEI (data diolah).

Berlandaskan tabel 1.1 didapatkan bahwa perusahaan sub sektor rokok

mengalami fluktuasi hal ini sama dengan yang dialami oleh perusahaan produk

rumah tangga tidak tahan lama dan sub sektor makanan dan minuman yang

selama
5

periode 2019-2021 juga mengalami fluktuasi. Namun berbeda dengan perusahaan

sub sektor perdagangan ritel barang primer yang mengalami penurunan nilai return

on equity pada tahun 2019-2021. Jadi dapat disimpulkan bahwa perusahaan sub

sektor perdagangan ritel barang primer dari periode tahun 2019-2021 mengalami

penurunan diantara sub sektor yang lainnya. Penurunan dari nilai ROE di setiap

tahunnya diduga disebabkan oleh tingginya tingkat nilai CR dan DER. Hal inipun

senada dengan teori pecking order dari Myears (1984) yang menyatakan semakin

besar rasio likuiditas dan rasio solvabilitas menunjukan bahwa makin besarnya

biaya yang wajib di tanggung perusahaan dalam mencukupi kewajiban yang

dimiliki. Jadi makin tingginya likuiditas dan solvabilitas perusahaan otomatis

makin rendah kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Hal ini

dapat menurunkan profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Husnan dan

Pudjiastuti (2004) yang menyatakan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi dan

tingkat solvabilitas tinggi berdampak terhadap menurunnya profitabilitas, begitu

sebaliknya. Teori inipun senada dengan nstudi Sari (2016) membuktikan

bahwasanya likuiditas dan solvabilitas memberikan pengaruhnya dengan

signifikan bagi profitabilitas. Sehingga studi ini berfokus dalam sub sektor

perdagangan ritel barang primer yang listing di BEI.

ROE ialah rasio keuangan yang menghitung besaran pengembalian

investasi untuk pemegang saham biasa. Secara khusus, ini mengukur rasio laba

bersih bagi ekuitas biasa, yang mewakili pengembalian ekuitas biasa. Sesuai

pernyataan Brigham dan Houston (2010), profitabilitas dapat didefinisikan

sebagai hasil akhir dari serangkaian penentuan keputusan. Profitabilitas

diproyeksi menggunakan ROE yang berfungsi menganalisa laporan


6

keuangan pada kinerja suatu perusahaan. Dalam hal ini, pemegang saham

mengantisipasi kenaikan pengembalian modal pemegang saham dan berusaha

menarik investor baru untuk mengalokasikan dana mereka. Menurut Riyanto

(2010) profitabilitas dipengaruhi oleh likuiditas dan solvabilitas. Sehingga kajian

studi ini mengujikan variabel CR dan DER karena teori tersebut sesuai dengan

studi yang dilaksanakan Dewi (2021) membuktikan bahwasanya dengan

bersamaan CR dan DER menyumbangkan pengaruhnya dengan substansial bagi

return on equity. Selain itu studi dari Armin dan Maryandhi (2018) dan Hantono

(2015) juga menyatakan jika current ratio dan debt to equity ratio dengan

bersamasama menyumbangkan dampak yang substansial bagi return on equity.

Berlandaskan hasil studi terdahulu yang sudah dijelaskan, dengan demikian dalam

studi inipun mempergunakan return on equity selaku variabel penelitian.

Current ratio (CR) ialah rasio keuangan yang mengukur sampai dimana aset

lancar mampu memenuhi kewajiban lancar. Kesanggupan perusahaan dalam melunasi

hutang jangka pendek berbanding lurus terhadap rasio antara aset lancar dan

kewajiban lancarnya. Semakin tinggi rasio tersebut, semakin besar kemampuan

perusahaan untuk menutupi hutang jangka pendeknya. Namun CR yang terlalu rendah

juga dapat diindentifikasi terjadi permasalahan pada likuiditas, sebaliknya

tinggiinya CR akan membuat dana menganggur yang berakibat pada pengurangan

laba perusahaan. Rasio likuiditas ialah rasio yang memperlihatkan kapasitas

perusahaan untuk mencukupi kewajiban keuangan jangka pendek. Horne dan John

(2009:323) mengandaikan bahwa ada hubungan terbalik antara likuiditas perusahaan

dan profitabilitasnya. Dapat dikemukakan bahwa ada korelasi negatif antara likuiditas

perusahaan dan profitabilitasnya, dimana peningkatan likuiditas dapat mengakibatkan

penurunan profitabilitas.
7

Perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar kewajiban

finansialnya maka perusahaan terkait dikatakan likuid, namun jika perusahaan tidak

dapat memncukupi kewajiban pada saat ditagih maka berarti perusahaan tersebut

dalam illikuid. Jika semakin besar aktiva lancar dibandingkan utang lancarnya,

dengan demikian memperlihatkan makin besarnya keahlian perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaannya. Hal inipun senada dengan

studi Alpi (2018) membuktikan CR menyumbangkan pengaruhnya dengan signifikan

bagi ROE. Selain itu dalam penelitian Mujtahidah (2016) juga menyatakan jika

CR berpengaruh signifikan terhadap ROE. Mengacu pada temuan sebelumnya

yang sudah dijelaskan, dengan demikian kajian studi ini memngujikan variabel

current ratio.

Solvabilitas yang diproyeksikan oleh debt to equity ratio (DER)

dipergunakan dalam membandingkan banyaknya utang bagi total ekuitas atau

modal pemilik perusahaan. Menurut Kasmir (2010:151) Rasio solvabilitas, atau

rasio leverage, adalah rasio yang dipergunakan dalam pengukuran sampai dimana

aset perusahaan didanai melalui utang, sehingga menunjukkan proporsi utang

yang ditanggung oleh perusahaan relatif terhadap asetnya. Menurut Hery

(2015:198) bahwa semakin tinggi DER, maka semakin rendah profitabilitas karena

semakin besarnya beban utang perusahaan kepada kreditur. Hal inipun

menyimpang dari studi Fadhilah (2017) dan Alpi (2018) mengungkapkan

bahwasanya DER tidak menyumbangkan pengaruh terhadap ROE. Berbeda

dengan studi yang dilaksanakan Mawarni dan Kusjono (2021) mengungkapkan

bahwasanya DER menyumbangkan pengaruhnya dengan signifikan secara negatif

bagi ROE. Berdasarkan perolehan studi sebelumnya yang sudah dipaparkan,

dengan demikian studi ini mengujikan variable debt to equity ratio. Dari analisis

data laporan keuangan, dapat diketahui bahwa


8

terdapat masalah pada CR dan DER bagi ROE terhadap sub sektor perdagangan

ritel barang primer yang terlisting di BEI.

Perusahaan Duta Intidaya Tbk (DAYA) pada tahun 2020 menghadapi

kenaikan return on equity sebanyak 2,43% dari 3,18% pada tahun 2020 menjadi

5,61% pada tahun 2021. DER dalam perusahaan Duta Intidaya Tbk (DAYA)

menghadapi peningkatan sebesar 0,19% dari 0,99% pada tahun 2020 menjadi

1,18% pada tahun 2021. Perusahaan ini mengalami peningkatan pada current

ratio sebesar 0,34% dari 0,71% pada tahun 2020 menjadi 1,06% pada tahun

2021.

Kemudian pada tahun 2020 Enseval Putera Megatrading Tbk (EPMT)

menghadapi penurunan return on equity senilai 0,49% dari 5,34% pada tahun

2020 menjadi 4,85% pada tahun 2021. Debt to equity ratio dalam perusahaan

Enseval Putera Megatrading Tbk (EPMT) menghadapi penurunan sebesar 0,24%

dari 1,45% di tahun 2020 menjadi 1,21% di tahun 2021. Perusahaan ini juga

mengalami penurunan current ratio sebesar 0,67% dari 1,56% pada tahun 2020

menjadi 0,88%

pada tahun 2021.

Selanjutnya perusahaan Kurniamitra Duta Sentosa Tbk (KMDS)

mengalami penurunan current ratio sebesar 0,32% dari 1,39% pada tahun 2020

menjadi 1,06% ditahun 2021. DER pada perusahaan Kurniamitra Duta Sentosa Tbk

(KMDS) mengalami peningkatan sebesar 0,81% dari 1,11% pada tahun 2020

menjadi 1,92% pada tahun 2021. Return on equity pada perusahaan Kurniamitra

Duta Sentosa Tbk (KMDS) ini mengalami peningkatan sebesar 1,18% dari 4,07%

pada tahun 2020 menjadi 5,26% pada tahun 2021. Hal ini tidak sejalan dengan

pecking order theory dari Myears (1984) yang menyatakan semakin besar
9

rasio likuiditas dan rasio solvabilitas menunjukan bahwa makin besarnya biaya yang

wajib di tanggung perusahaan dalam mencukupi kewajiban mereka miliki. Jadi

makin tingginya likuiditas dan solvabilitas perusahaan otomatis keahlian perusahaan

dalam memperoleh keuntungan semakin rendah. Hal inipun bisa menurunkan

profitabilitas yang perusahaan miliki dalam memperoleh laba.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa adanya ketidaksesuaian

antara teori dengan beberapa data yang diperoleh, oleh karena itu diajukan

penelitian melalui judul “Pengaruh Current Ratio dan Debt to Equity Ratio

terhadap Return On Equity Pada Sub Sektor Perdagangan Ritel Barang

Primer yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Periode penelitian ini

menggunakan data tahun 2019 - 2021 berdasarkan laporan keuangan tahunan.

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian

Berlandaskan latar belakang penelitian dan permasalahan yang sedang terjadi

dengan demikian dapat di identifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut.

1) Terjadinya penurunan nilai return on equity dalam perusahaan sub sektor

perdagangan ritel barang primer yang listing di BEI tahun 2019-2021.

2) Terjadinya peningkatan dan penurunan nilai current ratio, debt to equity

ratio, dan return on equity pada perusahaan sub sektor perdagangan ritel

barang primer yang terlisting di BEI tahun 2019-2021.

3) Terjadinya kesenjangan teori yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada

dalam perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang primer yang listing di

BEI tahun 2019-2021.


10

1.3 Pembatasan Masalah

Berlandaskan identifikasi permasalahan yang diuraikan, dengan demikian

peneliti memberikan batasan-batasan masalah untuk menghindari pembahasan

secara meluas, diantaranya.

1) Perusahaan yang diteliti di BEI dibatasi pada perusahaan sub sektor

perdagangan ritel barang primer pada periode 2019-2021.

2) Rasio yang digunakan hanya memfokuskan pada variabel current ratio, debt

to equity ratio, dan return on equity dalam perusahaan sub sektor

perdagangan ritel barang primer yang terlisting di BEI.

1.4 Rumusan Masalah Penelitian

Mengacu pada latar belakang penelitian dan identifikasi permasalahan,

dengan demikian bisa dirumuskan masalahnya yakni.

1) Bagaimana pengaruh current ratio dan debt to equity ratio terhadap return on

equity bagi perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang primer yang

terlisting di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2019-2021?

2) Bagaimanakah pengaruh current ratio terhadap return on equity pada

perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di

Bursa Efek Indonesia pada tahun 2019-2021?

3) Bagaimanakah pengaruh debt to equity ratio terhadap return on equity pada

perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di

Bursa Efek Indonesia pada tahun 2019-2021?


11

1.5 Tujuan Penelitian

Terdapat tujuan dilaksanakannya kajian studi ini, diantaranya untuk

mengetahui:

1) Pengaruh current ratio dan debt to equity ratio terhadap return on equity

pada perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di

Bursa Efek Indonesia pada tahun 2019-2021.

2) Pengaruh current ratio terhadap return on equity pada perusahaan sub sektor

perdagangan ritel barang primer yang terlisting di Bursa Efek Indonesia pada

tahun 2019-2021.

3) Pengaruh debt to equity ratio terhadap return on equity pada perusahaan sub

sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2019-2021.

1.6 Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, adapun manfaat yang

diharapkan yaitu.

1) Manfaat Teoritis

Mampu menambah dan memperdalam ilmu pengetahuan dalam bidang

manajemen khususnya manajemen keuangan terutama berkaitan dengan

pengaruh current ratio dan debt to equity ratio bagi return on equity dan juga

diharapkan penelitian ini mampu memberikan bahan masukan bagi peneliti

kedepannya.

2) Manfaat Praktis

Mampu memberi gambaran dan tambahan informasi pada pihak yang memiliki

kepentingan terutama perusahaan sub sektor


12

perdagangan ritel barang primer yang listing di BEI terkait masalah pengaruh

current ratio dan debt to equity ratio bagi return on equity serta memberikan

tambahan informasi kepada calon pemegang saham terkait dana yang akan

diinvestasikan.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Deskripsi Teoretis

2.1.1 Return On Equity

Return On Equity (ROE) merupakan alat ukur profibilitas yang sangat

umum dipergunakan dalam pengukuran kinerja perusahaan. Perusahaan yang

memiliki nilai ROE tinggi dianggap memiliki kinerja yang lebih baik.

Penggunaan modal perusahaan yang diinvestasikan dalam bentuk aset untuk

memperoleh keuntungan. ROE merupakan sebuah pengukuran berdasarkan

pendapatan (income) yang ada untuk para pemilik perusahaan atas modal yang

diinvestasikan kedalam perusahaan (Harianja, 2020). Mengacu pada teori Kasmir

(2016:202) ROE ialah perbandingan dari keuntungan bersih terhadap modal

perusahaan. Dengan mkin besar rasionya, otomatis makin efektif pemanfaatan

modal milik oleh pimpinan organisasi. Ketika laba yang dihasilkan meningkat,

investor berdiri untuk menerima pengembalian yang lebih tinggi atas investasi

mereka. Semakin tinggi rasio yang disebutkan di atas, semakin mahir perusahaan

dapat menangani modalnya sendiri. Kenaikan ROE umumnya diikuti peningkatan

harga saham perusahaan. ROE yang tinggi bisa menjadikan suatu penanda

bahwasanya modal sebuah perusahaan sudah diurus secara maksimal, dengan

demikian bisa memperoleh laba untuk mereka yang memegang saham, dan ini

diasumsikan kinerja perusaan bisa makin membaik.

12
13

ROE mempunyai tujuan dan kegunaan, bukan saja untuk mereka yang memiliki

perusahaan, namun untuk pihak-pihak di luar bisnis, khususnya yang memiliki relasi

atau saham di perusahaan. Kasmir (2010) mengidentifikasi ROE sebagai salah satu

bentuk rasio profitabilitas. Sasaran dan manfaat dalam menggunakan rasio

profitabilitas untuk perusahaan dan pihak di luar perusahaan antara lain menghitung,

mengukur, dan menganalisis keuntungan perusahaan. Menurut Jumingan (2014:141)

dalam Isworo (2018) indikator dalam ROE ada 2 yaitu diantaranya laba bersih

yang dapat mengacu pada EAT (Earnings After Tax) atau laba tahun berjalan dan

modal yang menggambarkan jumlah hak kepemilikan yang seseorang miliki

dalam suatu perusahaan. Menurut Kasmir (2010), ROE bisa diperhitungkan

melalui rumus dibawah ini:

Earning After Tax


ROE= x 100% …….………….………………………… (1)
Equity
14

2.1.2 Current Ratio

Saat menjalankan operasional sebuah perusahaan memerlukan biaya

cukup besar dan tidak sepenuhnya dapat dipenuhi dengan modal sendiri. Dalam

upaya pemenuhan kebutuhan biaya tersebut perusahaan perlu melakukan

pinjaman kepada pihak kreditur. Current ratio (CR) adalah rasio yang digunakan

untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

keuangan segera. Kasmir (2016: 134) berpendapat bahwa rasio lancar berfungsi

sebagai metrik untuk menilai kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan

kewajiban keuangan segera atau hutang yang diharapkan dapat ditagih dalam

waktu dekat.

Keahlian perusahaan untuk mencukupi kewajiban jangka pendek

berkorelasi positif terhadap proporsi aset lancar terhadap kewajiban lancar. Rasio

lancar yang rendah umumnya dipandang sebagai indikasi potensi kesulitan

likuidasi, sedangkan rasio lancar yang tinggi juga tidak menguntungkan karena

menunjukkan sejumlah besar dana yang tidak terpakai yang berpotensi

mengurangi kapasitas menghasilkan laba perusahaan. Saat menilai tingkat

likuiditas perusahaan melalui penggunaan rasio lancar (CR) sebagai metrik,

dimungkinkan untuk meningkatkan tingkat tersebut dengan memanfaatkan hutang

lancar tertentu secara strategis, menambah aset lancar, dan mengurangi jumlah

hutang lancar yang terkait dengan aset lancar.

Kasmir berpendapat bahwa CR sebagai bentuk rasio likuiditas. Rasio

likuiditas adalah alat yang berharga dalam menilai kesanggupan perusahaan untuk

melunasi hutang dan kewajibannya secara tepat waktu. Metrik ini berguna tidak

hanya untuk pemangku kepentingan internal tetapi juga untuk pihak eksternal yang

tertarik untuk mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan. Pembayaran kewajiban

tepat waktu oleh perusahaan bergantung pada kepatuhan terhadap jadwal yang telah
15

ditentukan sebelumnya. Proses mengevaluasi kecukupan modal kerja perusahaan

dengan menyandingkan jumlah persediaan saat ini dengan jumlah uang tunai yang

tersedia untuk melunasi hutang. Menurut Brigham (2010:96) ada 2 indikator yang

membangun CR diantaranya yaitu aktiva lancar adalah aktiva yang dapat

dikonversi menjadi kas dalam waktu kurang dari setahun dan kewajiban lancar

yaitu jangka pelunasan dalam satu siklus normal operasi perusahaan. Menurut

Kasmir (2010:134) CR dapat dihitung melalui rumus sebagai berikut :

Aktiva Lancar
CR= x 100%............................................................................. (2)
Hutang Lancar
16

2.1.3 Debt to Equity Ratio

Mengacu pada teori Kasmir (2010:157) debt to equity ratio (DER) ialah

salah satu ratio yang dipergunakan dalam melakukan penilaian atas utang dengan

total modal sendiri. Mengacu pada Sugiyono (2017:71), mengasumsikan rasio ini

memperlihatkan perbandingan hutang dan modal. Rasio yang disebutkan di atas

memiliki signifikansi karena berkaitan dengan masalah pengungkit, yang dapat

menghasilkan hasil yang menguntungkan atau tidak menguntungkan bagi

perusahaan dan pemegang ekuitasnya dalam hal profitabilitas. DER merupakan

perbandingan antara rasio utang bagi modal. Dimana rasio ini menilai sejauh

mana perusahaan dibiayai oleh utang, menggambarkan kemampuan modal sendiri

menjamin utang yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Sangat

penting bagi perusahaan untuk menjaga keseimbangan proporsional antara ekuitas

dan hutang yang digunakan dalam operasinya. Idealnya, jumlah utang tidak boleh

melebihi modal sendiri.

Semakin besar suatu proporsi utang yang terdapat di dalam susunan modal

sebuah perusahaan, otomatis makin tinggi juga biaya bunga serta komitmen

pengembalian pokok pinjaman yang akan ditanggung. DER yang tinggi

mengindikasikan ketergantungan perusahaan terhadap utang cukup tinggi, nilai

utang yang lebih besar dibandingkan modal pribadi. DER adalah metrik

solvabilitas yang melayani berbagai tujuan, seperti mengevaluasi keseimbangan

antara nilai aset, terutama aset tetap dan modal, mengukur sejauh mana aset

perusahaan didanai oleh utang, dan menentukan sejauh mana utang perusahaan

berdampak pada manajemen aset. Menurut Kasmir (2010:122) DER dapat

diperhitungkan melalui rumus:

Total Liability
DER= x 100%.................................................................................(3)
Equity
17

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian yang berkaitan dengan

beberapa faktor yang berhubungan dengan return on equity, hasil dari beberapa

penelitian akan digunakan selaku bahan masukan dan perbandingan dalam

melakukan penelitian ini. Kajian studi sebelumnya dijadikan pedoman penulis

didalam melaksanakan penelitian yang bisa dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu yang Relevan

Nama/Judul Variabel Alat Hasil Penelitian


Penelitian penelitian Analisis
Maya Sari (2019) Variabel Bebas: Analisis Current Ratio,
Pengaruh Current 1. Current Ratio Regresi Debt To Equity
Ratio, Debt To 2. Debt To Linier Ratio dan Firm
Equity Ratio, dan Equity Ratio Berganda Size tidak
Firm Size Terhadap 3. Firm Size menyumbangkan
Variabel Terikat: pengaruh bagi
Return On Equity
1. Return Return On Equity
pada Perusahaan
On Equity
Perkebunan yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
periode 2011-2016

Kusminaini Armin Variabel Bebas: Analisis Current Ratio


dan Maryandhi 1. Current Ratio Regresi dan Debt to
(2018) Pengaruh 2. Debt to Linier Equity Ratio
Current Ratio dan Equity Ratio Berganda dengan
Debt to Equity Ratio Variabel Terikat: bersamaan
Terhadap Return On 1. Return menyumbangkan
Equity pada On Equity pengaruh
Perusahaan Food and signifikan bagi
Baverage Yang Return On Equity
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Tahun 2012-2016
18

Dian Permata Sari Variabel Bebas: Analisis Likuiditas dan


(2016) Pengaruh 1. Likuiditas Regresi solvabilitas
Likuiditas Dan 2. Solvabilitas Linier menyumbangkan
Solvabilitas Terhadap Variabel Terikat: Berganda pengaruhnya
Profitabilitas Pada 1. Profitabilitas dengan positif
dan signifikan
Perusahaan Makanan
bagi profitabilitas
Dan Minuman Yang
Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia
Hantono (2015) Variabel Bebas: Analisis Current ratio dan
Pengaruh Current 1. Current Ratio Regresi debt to equity
Ratio dan Debt to 2. Debt to Linier ratio
Equity Ratio Equity Ratio Berganda menyumbangkan
Terhadap Variabel Terikat: pengaruhnya
Profitabilitas Pada 1. Profitabilitas dengan signifikan
Perusahaan bagi return on
Manufaktur Sektor equity pada
Logam dan perusahaan
Sejenisnya Yang manufaktur sub
Terdaftar di BEI sektor logam dan
2009-2013 sejenisnya

Putu Sucitra Dewi Variabel Bebas: Analisis Likuiditas dan


(2021) Pengaruh 1. Likuiditas Regresi solvabilitas
Likuiditas Dan 2. Solvabilitas Linier dengan
Solvabilitas Terhadap Variabel Terikat: Berganda bersamaan
Profitabilitas Pada 1. Profitabilitas menyumbangkan
Perusahaan Sub pengaruhnya
Sektor dengan negatif
Pertambanganbatu signifikan bagi
Bara Yang Terdaftar profitabilitas
Di Bursa Efek
Indonesia Tahun
2017-2019
19

Nama/Judul Variabel Alat Hasil Penelitian


Penelitian penelitian Analisis
Ekky Pratama Putra Variabel Bebas: Analisis Likuiditas yang
(2017) Pengaruh 1. Likuiditas Regresi diproyeksikan
Likuiditas dan 2. Solvabilitas Linier oleh Current
Solvabilitas Terhadap Variabel Terikat: Berganda Ratio (CR) dan
Profitabilitas Pada 1. Profitabilitas Solvabilitas yang
diproyeksikan
Perusahaan Sub
oleh Debt to Aset
sektor Ratio (DAR)
Telekomunikasi Yang dengan
Terdaftar Di Bursa bersamaan
Efek Indonesia (BEI) menyumbangkan
Periode 2011-2015 pengaruhnya
dengan positif
dan signifikan
bagi profitabilitas
perusahaan

Lifany (2017) Variabel Bebas: Analisis Likuiditas dan


Pengaruh Likuiditas 1. Likuiditas Regresi solvabilitas
dan Solvabilitas 2. Solvabilitas Linier dengan
Terhadap Variabel Terikat: Berganda bersamaan baik
Profitabilitas pada 1. Profitabilitas signifikan dan
tidak signifikan
PT. Unilever
menyumbangkan
Indonesia, Tbk. yang pengaruhnya
Terdaftar di Bursa bagi
Efek Indonesia profitabiltas.

Nohita Cipta Nada & Variabel Bebas: Analisis Current Ratio


Nanu Hasanuh 1. Current Ratio Regresi tidak mempunyai
(2021) Pengaruh 2. Debt To Linier pengaruh yang
Current Ratio dan Equity Ratio Berganda signifikan bagi
Debt To Equity Ratio Variabel Terikat: Return on Equity
Terhadap Return On 1. Return On dan Debt on
Equity Pada Sub Equity Equity Ratio
Sektor Otomotif mempunyai
dampak negatif
yang signifikan
bagi Return on
Equity.
20

Nama/Judul Variabel Alat Hasil Penelitian


Penelitian penelitian Analisis
Anatu Nur Mawarni Variabel Bebas: Analisis 1. Current Ratio
& Gatot Kusjono 1. Current Ratio Regresi (CR) tidak
(2021) Pengaruh 2. Debt To Linier menyumbangk
Current Ratio Dan Equity Ratio Berganda an pengaruh
Debt To Equity Ratio Variabel Terikat: bagi Return
1. Return On On Equity
Terhadap Return On
Equity (ROE)
Equity Pada PT Pan
2. Debt Equity
Pacific Insurance, Ratio (DER)
Tbk Tahun 2011- menyumbangk
2018 an pengaruh
signifikan
dengan negatif
bagi Return
On Equity
(ROE)
3. Current Ratio
(CR) dan
Debt Equity
Ratio (DER)
menyumbang
kan
pengaruhnya
dengan
signifikan
bagi Return
On Equity
(ROE)

Imama Mujtahidah Variabel Bebas: Analisis 1. Current ratio


(2016) Pengaruh 1. Likuiditas Regresi (CR) total
Rasio Likuiditas, 2. Aktivitas Linier asset turn over
Rasio Aktivitas 3. Solvabilitas Berganda (TATO)
dan Rasio Variabel Terikat: menyumbangk
Solvabilitas 1. Profitabilitas an
Terhadap pengaruhnya
Profitabilitas dengan
signifikan
bagi return on
equity (ROE).
2. Debt to
equity ratio
(DER)
menyumbang
kan
pengaruhnya
dengan tidak
signifikan
21

bagi
return on
equity (ROE).
Yeti Kusmawati dan Variabel Bebas: Analisis 1. Variabel
Nadila Ovalianti 1. Current Ratio Regresi Current Ratio
(2022) Pengaruh 2. Debt To Linier bagi Return
Current Ratio dan Equity Ratio Berganda on Equity
Debt To Equity Ratio Variabel Terikat: menyumbang
terhadap Return On 1. Return On kan
Equity Pada Equity pengaruhnya
PT.Permodalan dengan positif
Nasional Madani dan tidak
(PNM) Periode 2012- signifikan.
2021 2. Debt to Equity
Ratio bagi
Return on
Equity tidak
berpengaruh.
3. Debt to Equity
Ratio dan
Current Ratio
bagi Return on
Equity pada
PT.
Permodalan
nasional
madani tidak
berpengaruh.

Asyifa Yandra Variabel Bebas: Analisis 1. Adanya


Destari dan 1. Total Asset Regresi pengaruh
Hendratno (2019) Turnover Linier signifikan
Analisis Pengaruh 2. Current Ratio Berganda dengan
Debt to Equity Ratio, 3. Debt To bersamaan
Current Ratio, Total Equity Ratio dari DER,
Asset Turnover, dan 4. Size CR, TATO,
Size Terhadap Return Variabel Terikat: dan Size
On Equity
1. Return On bagi ROE
Equity 2. Dengan
individuall,
ukuran
perusahaan
(Size)
menyumbang
kan pengaruh
signifikan
negatif bagi
ROE,
sementara
DER, CR, dan
TATO tidak
22

mempunyai
pengaruh bagi
ROE.
3. Debt to Equity
(DER), Current
Ratio (CR),
Total Asset
Turnover
(TATO), dan
ukuran
perusahaan
(Size), Return
on Equity
(ROE).
23

Perbedaan kajian studi saat ini dengan studi terdahulu, diantaranya:

1) Perbedaan pertama terletak pada penggunaan periode waktu yang diujikan,

dimana dalam kajian studi ini mengambil data dari tahun 2019-2021.

2) Tempat penelitian yang digunakan juga berbeda dengan penelitian sebelumnya.

Adapun tempat yang digunakan pada kajian studi ini yakni perusahaan sub sektor

perdagangan ritel barang primer yang terlisting di BEI.

2.3 Hubungan Antar Variabel

2.3.1 Hubungan Current Ratio dan Debt to Equity Ratio Terhadap Return

On Equity

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004:14), jika sebuah perusahaan

mempunyai tingkat likuiditas yang rendah dan tingkat solvabilitas yang rendah

pula maka hal ini akan menyebabkan kelebihan dana sehingga bisa berpengaruh

bagi meningkatnya profitabilitas, sebaliknya apabila suatu perusahaan memiliki

tingkat likuiditas yang tinggi dan tingkat solvabilitas tinggi pula, dengan

demikian hal ini bisa memberikan dampak terhadap menurunnya profitabilitas.

Jadi dapat diketahui faktor yang mempengaruhi ROE ialah CR dan DER. Teori

inipun senada dengan temuan Raymond (2017) dengan bersamaan likuiditas dan

solvabilitas menyumbangkan pengaruhnya dengan negatif dan signifikan bagi

profitabilitas. Menurut Mawarni dan Kusjono (2021) dalam penelitiannya

menyatakan bahwasanya dengan bersamaan current ratio dan debt to equity ratio

memiliki pengaruh bagi return on equity. Sejalan Balqish (2020) yang juga

menyatakan bahwa current ratio dan debt to equity ratio berpengaruh bagi return on

equity.
24

2.3.2 Hubungan Current Ratio Terhadap Return On Equity

Besaran jumlah CR mengasumsikan bahwasanya semkain rendah risiko

kegagalan entitas didalam membayar utang jangka pendek mereka. Namun bila

nilainya rendah, otomatis kinerja entitas didalam membayar utang jangka pendek

tidak maksimal. Sehingga perusahaan yang tidak bisa memenuhi utang lancer

mereka secara maksimal, bisa memberikan dampak bagi tingkat profitabilitas

perusahaan karena perusahaan bisa mendapat beban tambahan terkait kewajiban

mereka (Nada dan Hasanuh, 2021). CR dipergunakan dalam mengevaluasi

kesanggupan perusahaan dalam mencukupi kewajiban keuangan jangka

pendeknya dengan melakukan perbandingan aset lancarnya dengan kewajiban

lancarnya. Ketika CR meningkat, ini menunjukkan bahwa organisasi memiliki

kapasitas untuk menyelesaikan kewajiban keuangan segera kepada krediturnya.

Namun demikian, rasio lancar yang tinggi mungkin tidak selalu menguntungkan

sebab menandakan terdapatnya surplus aset lancar yang tidak dipergunakan

dengan efisien. Hal ini, pada gilirannya, berpotensi menyebabkan penurunan

keuntungan atau profitabilitas, yang pada akhirnya mengakibatkan berkurangnya

pengembalian ekuitas. Hal inipun senada dengan penjelasan Horne dan John

(2009:323), likuiditas perusahaan berbanding terbalik dengan profitabilitas. Teori

ini mendukung studi Nada dan Hasanuh, (2021) mengungkapkan bahwasanya

current ratio memiliki dampak negatif bagi return on equity.

2.3.3 Hubungan Debt to Equity Ratio Terhadap Return On Equity

Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang dipergunakan dalam

melakukan perhitungan utang dan modal, yang dapat menutupi utang-utang

terhadap pihak luar (Harahap, 2015).


25

Makin tingginya hasil DER diartikan memperlihatkan utang yang

dimilikki sebuah entitas lebih jika dibanding total modal. Hal inipun menjadikan

beban entitas pada kriditur meningkat. Sehingga, DER dinyatakan memberikan

pengaruh bagi peningkatan profitabilitais perusahaan. Karena, total hutang yang

perusahaan miliki bisa meminimalisir total keuntungan yang didapat (Kasmir,

2016). Debt-to-Equity Ratio (DER) ialah metrik keuangan yang digunakan dalam

menentukan proporsi utang dan ekuitas dalam struktur modal perusahaan. Rasio

inipun mencakup kewajiban yang harus dibayar kepada pihak eksternal, sebagaimana

dicatat oleh Haraha (2015). Pernyataan tersebut senada dengan studi Mahardika

(2016) yang mengungkapkan bahwasanya DER atau proksi leverage yang diwakili

oleh DER memiliki dampak yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.

2.4 Kerangka Berpikir

Tujuan dari return on equity adalah melakukan perhitungan, mengukur,

dan melakukan analisis keuntungan yang didapatkan oleh suatu perusahaan.

Pecking order theory dari Myears (1984) yang menyatakan semakin besar rasio

likuiditas dan rasio solvabilitas menunjukan bahwa makin besarnya biaya yang

wajib di tanggung perusahaan dalam mencukupi kewajiban yang mereka miliki.

Makin tingginya likuiditas dan solvabilitas perusahaan otomatis kesanggupan

perusahaan dalam mendapatkan keuntungan makin sedikit. Ini mungkin memiliki

dampak negatif pada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

Kasmir (2010: 204) berpendapat bahwa pengembalian ekuitas adalah metrik yang

digunakan untuk menilai laba bersih setelah pajak dalam kaitannya dengan modal

pemilik. Rasio ini menunjukkan penggunaan modal kepemilikan yang efektif.

Ada korelasi positif antara rasio yang lebih tinggi dan posisi perusahaan yang

lebih kuat, sedangkan korelasi negatif ada antara rasio yang lebih rendah dan

posisi perusahaan yang lebih lemah.


26

Rasio lancar ialah rasio keuangan yang dipergunakan dalam menilai

kapasitas perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau kewajiban keuangan

dengan cepat yang diharapkan akan diselesaikan dalam waktu singkat jika

dipertimbangkan secara keseluruhan (Kasmir, 2016:134). Rasio likuiditas ialah

suatu kemampuan perusahaan yang dipergunakan dalam pengukuran seberapa

likuid kondisi keuangan suatu perusahaan dengan menilai perbandingan aktiva

lancar dan hutang lancar yang perusahaan miliki yang ada pada laporan keuangan.

Mengacu pada Kasmir (2010:151) debt to equity ratio (DER) ialah rasio

keuangan yang membuktikan keadaan keuangan sebuah perusahaan. DER

digunakan rasio dalam pengukuran liabilitas terhadap modal. Dalam perhitungan

besaran DER dalam sebuah perusahaan yakni melalui melaksanakan

perbandingan total jika suatu perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang rendah

dan tingkat solvabilitas yang rendah pula maka hal ini akan menyebabkan

kelebihan dana sehingga akan berdampak terhadap meningkatnya profitabilitas,

sebaliknya jika suatu perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang tinggi dan tingkat

solvabilitas yang tinggi pula, dengan demikian hal inipun berpengaruh terhadap

menurunnya profitabilitas (Husnan dan Pudjiastuti, 2004:14).

Berdasarkan pemaparan teori kerangka berpikir tersebut, maka bisa ditarik

simpulannya paradigma berkaitan dengan current ratio dan debt to equity ratio

bagi return on equity digambarkan melalui Gambar 2.1.

Current Ratio (X1) H2


Return On Equity (Y)
27

Keterangan:
: Pengaruh Secara Simultan
: Pengaruh Secara Parsial

Gambar 2.1
Paradigma Penelitian Current Ratio dan Debt to Equity Ratio Terhadap
Return On Equity pada Perusahaan Sub Sektor Perdagangan Ritel Barang
Primer yang Terlisting di BEI

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumusakan dan dikaitkan dengan

teori-teori penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H1 = Pengaruh current ratio dan debt to equity ratio bagi return on equity pada

perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di

Bursa Efek Indonesia

H2 = Pengaruh current ratio bagi return on equity pada perusahaan sub sektor

perdagangan ritel barang primer yang terlisting di Bursa Efek Indonesia.

H3 = Pengaruh debt to equity ratio bagi return on equity pada perusahaan sub sektor

perdagangan ritel barang primer yang terlisting di Bursa Efek Indonesia.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang dipergunakan dalam memperoleh data penelitian ini yakni

dari website resmi BEI dengan alamat website www.idx.co.id. Waktu penelitian

dilaksanakan pada Oktober 2021, melalui subjek penelitian yaitu perusahaan sub

sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di BEI. Periode waktu yang

dipergunakan pada kajian studi ini yakni tahun 2019 - 2021 dengan melihat

laporan keuangan tahunannya, sedangkan yang dijadikan objek penelitian yaitu

seluruh variable yang diujikan pada kajian studi ini.

3.2 Rancangan Penelitian

Kajian studi ini mempergunakan rancangan penelitian kuantitatif kausal

untuk mendapatkan gambaran berkaitan pengaruh current ratio dan debt to equity

ratio bagi return on equity dalam perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang

primer yang terlisting di BEI. Studi kuantitatif kausal merupakan hubungan sebab

akibat. Kajian studi inipun dilaksanakan dalam menjawab rumusan masalah yang

tersedia sehingga mampu mencapai tujuan penelitian yang sudah ditentukan.

Tujuan utama studi ini yaitu menilai pengaruh current ratio dan debt to equity

ratio bagi return on equity dalam perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang

primer yang terlisting di BEI.

27
28

Tahapan dalam desain studi kuantitatif dapat dilakukan sebagai berikut.

1) Perumusan masalah

2) Mengkaji teori

3) Perumusan hipotesis

4) Mengumpulkan data

5) Mengolah data

6) Menarik kesimpulan.

Kajian studi inipun mempergunakan dua variabel bebas dan satu variabel

terikat. Dimana pada kajian studi ini varibel bebas yang digunakan yakni current

ratio dan debt to equity ratio sementara variable terikatnya yakni return on equity.

Penelitian ini memperoleh informasi utama dari perusahaan sub sektor

perdagangan ritel barang primer yang terlisting di BEI yang diperoleh melalui

laporan keuangan tahunannya melalui periode waktu yang dipergunakan yaitu

dari tahun 2019 hingga 2021. Setelah informasi lengkap data yang diperoleh

kemudian diolah dengan analisis regresi menggunakan aplikasi Statistical Package

for Social Sciens (SPSS). Hasil yang diperoleh dari output SPSS selanjutnya akan

diinpresentasikan dan akan ditarik kesimpulan serta saran sebagai kontribusi

penelitian selanjutnya.

3.3 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek yang dipergunakan pada kajian studi ini yaitu perusahaan sub

sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di BEI. Sedangkan objek yang

diujikan yakni seluruh variable yang diujikan, mencakup; current ratio (X1), debt

to equity ratio (X2) dan return on equity (Y).


29

3.4 Populasi Penelitian

Mengacu pada Sugiyono (2017:80) populasi bisa didefinisikan selaku

suatu area generalisasi yang terbagi menjadi objek dan subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik telah peneliti tetapkan dan dilakukan

penarikan kesimpulan. Populasi yang kurang dari 100, maka tidak menggunakan

sampel. Sehingga dalam kajian studi ini digunakan studi populasi melalui

menggunakan perusahaan yang terdapat dalam sub sektor perdagangan ritel

barang primer yang terlisting di BEI.

3.5 Definisi Operasional dan Variabel Penelitian

Variabel penelitian mengacu pada karakteristik, kualitas, atau kuantitas

individu, entitas, atau peristiwa yang menunjukkan variasi yang berbeda, yang

kemudian dipelajari untuk mendapatkan kesimpulan (Sugiyono, 2017:38). Jadi

variabel penelitian sendiri diartikan sebagai suatu atribut, subjek, maupun

aktivitas yang memiliki variasi yang ditentukan bagi peneliti yang akan dipelajari

dan dilakukan penarikan kesimpulan. Variable yang diteliti disini harus sesuai

dengan sasaran dilaksanakannya sebuah kajian studi. Variabel penelitian juga

diartikan sebagai titik perhatian dalam penelitian yang sedang dilakukan. Adapun

penjelasan berkaitan variabel yang dipergunakan pada kajian studi ini,

diantaranya:
30

Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Variabel Penelitian

Variabel Definisi Indikator Skala


Operasional Ukur
Current Kesanggupan Rasio
Ratio (X1) perusahaan dalam 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐶𝑅)
menyelesaikan
kewajiban jangka Aktiva lancar
= x 100%
pendeknya melalui Hutang lancar
penggunaan aset
lancarnya.

Debt to Kesanggupan Rasio


Equity perusahaan
didalam 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑇𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐷𝐸𝑅)
Ratio (X2)
memenuhi hutang 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦
jangka pendek = 𝑥 100%
ataupun panjang 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
yang dimiliki juga
rasio yang
digunakan
didalam
pengukuran
besarnya proporsi
utang bagi
modal.
Return On Sebuah Rasio
Equity (Y) kemampuan 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 (𝑅𝑂𝐸)
perusahaan
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
didalam = 𝑥 100%
mendatangkan 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
laba setelah pajak
bagi
total modal sendiri
(Equity) yang
didapatkan melalui
setoran
modal pemilik.

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dibedakan atas dua bagian yakni data kuantitatif dan data

kualitatif. Menurut Sugiyono (2016) data penelitian dibedakan menjadi 2, yaitu data

kualitatif dan kuantitatif.


31

Data kualitatif ialah data yang berbentuk kata, kalimat maupun gambar.

Sementara data kuantitatif ialah data diperlihatkan melalui angka atau data

kualitatif yang diangkakan atau scoring. Sumber data kuantitatif ini diperoleh

melalui laporan keuangan perusahaan perusahaan sub sektor perdagangan ritel

barang primer yang terlisting di BEI.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Proses mengumpulkan data yang dilaksanakan dengan pendekatan

pencatatan dokumen, yaitu metode yang memanfaatkan data yang telah tersedia

kemudian data ini diolah dalam menentukan hasil yang ingin dicapai.

Pengumpulan data seperti ini juga sering disebut dengan pengumpulan data

sekunder. Data sekunder ialah data yang biasanya berwujud dokumentasi atau data

yang sudah terbentuk dalam laporan yang telah tersedia.

Metode pencatatan dokumen ini digunakan untuk mendapatkan data tentang

keuntungan bersih, total ekuitas, aktiva lancar, hutang lancar dan total hutang

yang nantinya data yang diperoleh akan digunakan untuk melakukan perhitugan

terhadap current ratio, debt to equity ratio, dan return on equity sesuai dengan

laporan keuangan tahunan berupa neraca dan laporan laba/rugi dalam perusahaan

sub sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di BEI. Sumber data ini

diperoleh melalui website resmi BEI, yaitu www.idx.co.id dalam laporan

keuangan tahunan.

3.8 Metode dan Teknik Analisis Data

Kajian studi ini memiliki tujuan mengujikan, menjelaskan hubungan dan

pengaruh beberapa variabel bebas yang diteliti, yakni current ratio dan debt to

equity ratio. Sedangkan variabel terikatnya ialah return on equity. Pendekatan analisis

yang dipergunakan dalam kajian studi ini yakni pendekatan analisis kuantitatif. Data

studi inipun dianalisis melalui penggunaan regresi linier berganda dikarenakan


32

berdasarkan paradigma yang dibangun tidak ada keterkaitan atau korelasi antar

variabel bebas. Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 25 for

Windows.

3.8.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dipergunakan didalam menilai model regresi yang

dibuat dapat dipergunakan sebagai alat prediksi yang baik dengan melihat uji

normalitas residual, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.

Model analisis regresi linier dapat dikatakan baik apabila model tersebut

memenuhi persyaratan beberapa asumsi klasik mencakup data residual

terdistribusikan normal, tidak adanya multikolinearitas, autokorelasi, dan

heteroskedastisitas.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan prasyarat untuk penelitian kuantitatif karena

memberikan bukti empiris untuk menentukan apakah model regresi, variabel

perancu, atau residual sesuai dengan distribusi normal. Pengujian yang

dipergunakan pada studi ini yakni melalui Uji Kolmogorov-Smirnov (Uji K-

S). Uji K-S dilaksanakan untuk pembuatan hipotesis, yaitu:

Ho = data tidak berdistribusikan normal bila nilai signifikansi <

5% Ho = data berdistribusikan normal bila nilai signifikansi > 5%

2) Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas mempunyai tujuan menilaiapakah model regresi berkorelasi

antara variabel bebas (independent). Karakteristik yang diinginkan dari model

regresi adalah bahwa variabel independen tidak menunjukkan korelasi. Ketika

variabel independen menunjukkan hubungan, dapat disimpulkan bahwa

variabel tersebut tidak ortogonal. Variabel ortogonal mengacu pada variabel

independent yang tidak menunjukkan korelasi satu sama lain (Ghozali,2009).


33

Ketika terdapat multikolinearitas maka koefisien regresi menjadi tidak tentu

dan hal ini akan menyebabkan tingkat kesalahan menjadi sangat besar dan

biasanya ditandai dengan nilai koefisien determinasi yang sangat besar.

Menurut Ghozali (2009) uji multikolinearitas dapat dilakukan melalui uji

dibawah ini:

a. Apabila hasil Tolerance > 0,10(10%) dan VIF < 0,10(10%), dengan

demikian bisa ditarik simpulannya tidak adanya multikolinearitas antar

variabel bebas didalam model regresi.

b. Apabila hasil Tolerance < 0,10(10%) dan VIF > 0,10(10%), dengan

demikian bisa ditarik simpulannya terjadi multikolinearitas antar variabel

bebas didalam model regresi.

3) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi menilai korelasi antara observasi yang diperoleh dari deret

waktu dalam model regresi. Pada intinya pengujian ini menguji apakah

kesalahan pada pengamatan tertentu dipengaruhi oleh kesalahan pada

pengamatan sebelumnya, khususnya pada model regresi t-1. Tujuan utamanya

adalah untuk menentukan adanya korelasi antara kesalahan. Model regresi

yang tidak memiliki masalah autokorelasi dianggap sebagai model regresi

yang baik. Pengujian autokorelasi bisa dilaksanakan melalui metode Durbin

Watson (DW-test) (Ghozali Imam, 2009:100). Menurut Ghozali (2009) adapun

syarat dalam mengambil keputusan terdapat maupun tidaknya autokorelasi,

diantaranya:

a. Jika 0 < dw < dl, maka tidak ada autokorelasi positif.

b. Jika dl ≤ dw ≤ du, maka tidak ada autokorelasi positif.

c. Jika 4 –dl < dw < 4, maka tidak ada korelasi negatif.


34

d. Jika 4 –du ≤ dw ≤ 4 –dl, maka tidak ada korelasi negatif.

e. Jika du < dw < 4 –du, maka tidak ada autokorelasi positif atau negatif.

4) Uji Heteroskedastisitas

Tujuan uji heteroskedastisitas adalah berupaya mengetahui apakah terdapat

disparitas varians di antara residual pengamatan individu dalam model regresi.

Homoskedastisitas mengacu pada kondisi di mana varian residu antara dua

pengamatan tetap, sedangkan heteroskedastisitas mengacu pada kondisi di

mana varian residu antara dua pengamatan berbeda. Keadaan

heteroskedastisitas mampu menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien

regresi menjadi tidak efisien dan perolehan taksiran bisa menjadi kurang atau

melebihi dari yang semestinya. Regresi yang baik yaitu yang tidak memiliki

gejala heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilaksanakan melalui

memperhatikan grafik scatter plot nilai prediksi variabel indenpenden dengan

nilai residualnya. Menurut (Ghozali, 2009) adapun langkah yang dipergunakan

dalam pendeteksian masalah heteroskedastisitas yaitu diantaranya:

a. Apabila adanya pola yang berbentuk titik-titik yang menyerupai sebuah

pola tertentu yang beraturan atau bergelombang, melebar, selanjutnya

menyempit dengan demikian diasumsikan adanya heteroskedastisitas.

b. Apabila tidak adanya pola yang berbentuk titik-titik dengan tidak jelas

ataupun sebaran titik- titik terdapat diatas dan di bawah angka 0 dalam

sumbu Y, dengan demikian diasumsikan tidak tersedianya heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas bisa juga diidentifikasi melalui uji glejser. Apabila nilai

signifikansinya > 0,05 diausmsikan tidak adanya heteroskedastisitas.


35

3.8.2 Uji Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linear berganda dipakai dalam kajian studi ini dikarenakan

variabel yang diujikan melebihi dua variabel dan pada kajian studi ini

dipergunakan untuk menghitung besarnya pengaruh variabel independen current

ratio dan debt to equity ratio bagi variabel dependen return on equity. Terdapat pula

model analisis yang dipergunakan pada kajian studi ini yakni model regresi linier

berganda, melalui persamaannya:

Keterangan: 𝒀 = 𝑎 + 𝖰1X1+ 𝖰2X2+ 𝗌

Y = Variabel terikat (Return On Equity)

a = Konstanta

β1 = Koefisien regresi X1 (Current Ratio)

β2 = Koefisien regresi X2 (Debt to Equity Ratio)

X1 = Variabel bebas X1 (Current Ratio)

X2 = Variabel bebas X2 (Debt to Equity Ratio)

𝜀 = eror

3.9 Pengujian Hipotesisi

Hipotesis merupakan suatu dugaan sementara sebelum diuji kebenarannya.

Dalam pegujian hipotesis, peneliti menggunakan pengujian secara parsial. Tujuan

dari uji hipotesis adalah untuk pengumpulan bukti yang mencakup data didalam

penentuan keputusan apakah menerima maupun menolak kebenaran dari

pernyataan maupun asumsi yang sudah disusun oleh peneliti demi kepastian pada

hasil hipotesis.
36

3.9.1 Uji Simultan (Uji F)

Ghozali (2011) uji statistik F mengevaluasi apakah variabel independent

kolektif yang tergabung pada model memiliki dampak yang signifikan terhadap

variabel dependen. Rancangan pengujian hipotesis statistic yaitu:

1. H0: β = 0, tidak ada pengaruh dari current ratio (X1) dan debt to equity ratio

(X2) bagi return on equity (Y) dengan bersamaan.

2. Ha: β ≠ 0, ada pengaruh current ratio (X1) dan debt to equity ratio (X2)

bagi return on equity (Y) dengan bersamaan.

Kriteria pengujian:

Fhitung < Ftabel sehingga H0 diterima, Fhitung > Ftabel sehiingga H0 ditolak.

1. Signifikansi < 0,05 = H0 ditolak dan signifikan.

2. Signifikansi > 0,05 = H0 diterima dan tidak signifikan.

3.9.2 Uji Parsial (Uji t)

Ghozali (2011) uji-t adalah metode statistik yang menunjukkan sampai

dimana variabel independent memperhitungkan variabilitas variabel dependent

secara individual. Uji t berguna dalam menguji signifikansi variasi hubungan

antara variabel X dan Y, rancangan pengujian hipotesis statistik, yaitu:

1. H0: β = 0, tidak ada pengaruh dari variabel independen X bagi variabel

dependen Y dengan individual.

2. Ha: β ≠ 0, ada pengaruh dari variabel independen X bagi variabel

dependen Y dengan individual.

Kriteria mengambil keputusannya yaitu:


37

thitung > ttabel = H0 ditolak, thitung < ttabel = H0 diterima.

1. Signifikansi < 0,05 = H0 ditolak dan signifikan.

2. Signifikansi > 0,05 = H0 diterima dan signifikan.

3.9.3 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan melakukan pengukuran sampai

dimana keahlian model mampu menguraikan variasi variabel terikat. Jika perolehan

R2 kecil maka kesanggupan variabel bebas didalam menguraikan variasi variabel

terikat sangat terbatas. Bila hasil R2 mendekati satu maka variabel bebas yang

diujian memberi hampir seluruh data yang diperlukan dalam melaksanakan

perkiraan variasi variabel terikat (Ghozali, 2009).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Data yang dipergunakan pada kajian studi 12 perusahaan yang terbagi atas

variabel current ratio (X1), debt to equity ratio (X2), dan return on equity (Y) pada

perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di BEI selama

3 tahun pengamatan yakni tahun 2019 - 2021. Adapun deskripsi masing-masing

variabel penelitian, bisa dilihat melalui tabel 4.1 sebagai berikut.

Tabel 4.1
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Current Ratio (X1) 36 -1.69 6.67 2.0712 2.0712
Debt To Equity Ratio (X2) 36 0.16 7.24 2.6386 1.98738
Return On Equity (Y) 36 -1.56 7.53 3.4081 2.63055
Valid N (listwise) 36
Sumber: Lampiran 03

Mengacu pada table 4.1, current ratio mempunyai nilai minimum

sebanyak -1,69 dengan nilai maksimumnya sebanyak 6,67 dengan jumlah rata-

rata sebanyak 2,0712 dan standar deviasinya sebanyak 2,0712. Debt to equity

ratio memiliki nilai minimum sebanyak 0,16 dan nilai maksimumnya sebesar

7,24 serta rata-rata sebanyak 2,6386 dengan standar deviasinya sebanyak 1.98738.

Return on equity mempunyai nilai minimum sebanyak -1.56 dan nilai maksimum

yaitu sebanyak 7.53 dan rata-rata sebesar 3,4081 melalui standar deviasinya

sebanyak 2,63055.

38
39

4.2 Pengujian Asumsi Klasik

4.2.1 Uji Asumsi Klasik

Syarat dalam analisis regresi linear berganda ialah terbebas dari asumsi-

asumsi klasik, yang terbagi atas:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dapat diketahui dengan menggunakan grafik normal plot.

Kriteria mendasar untuk membuat keputusan adalah jika data menunjukkan

penyebaran disekitaran garis diagonalnya dan sesuai dengan orientasi garis diagonal,

atau jika grafik histogram memperlihatkan pola pendistribusian normal, dengan

demikain model regresi memperoleh asumsi normalitas. Grafik p-plot, pada kajian

studi ini bisa diperhatikan melalui Gambar 4.1.

Gambar 4.1
Hasil Pengujian Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot

Berlandaskan Gambar 4.1 membuktikan bahwasanya sebaran datanya berada di garis


diagonal dan diikuti oleh arah garis diagonalnya atau dengan kata lain grafiknya
memperlihatkan pola pendistribusian normal. Menurut Sugiyono (2017) uji normalitas
40

juga dapat dilihat dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov untuk menilai apakah

residual yang didapat memiliki distrubusi normal jika nilai signifikan > 0,05.

Pengujian bisa diperhatikan melalui tabel 4.2.

Tabel 4.2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual
N 36
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 137.3509606
Most Extreme Differences Absolute .101
Positive .101
Negative -.066
Test Statistic .101
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Sumber: Lampiran 04

Dari tabel 4.2 membuktikan bahwasanya nilai signifikansi Asmp.Sig (2-

tailed) melebihi 0,05 yakni 0,200. Sehingga dari tabel diatas dapat disimpulkan

bahwa nilai residual berdistribusi normal.

2) Uji Multikolinearitas

Tujuan dilakukannya uji multikolinearitas ialah berupaya mengetahui

ditemukannya atau tidak korelasi dari variabel bebas yang diujikan (Ghozali

(2017). Apabila variabel bebas saling berhubungan, dengan demikian dinyatakan

tidak ortogonal, artinya variabel bebas yang nilai korelasinya sama dengan nol

sesama variabel bebas. Dalam pendeteksian terdapat maupun tidaknya

multikolinearitas didalam model regresi yaitu diperlihatkan melalui angka

tolerance diatas (>) 0,1 dan mempunyai nilai VIF di bawah (<) 10. Hasil pengujian

multikolinieritas model regresi bisa diperhatikan dalam Tabel 4.3.


41

Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinieritas

Collinearity Statistics
Variabel Keterangan
Tolerance VIF
Tidak terjadi
Current Ratio (X1) 0,436 2,293
multikolinearitas
Tidak terjadi
Debt to Equity Ratio (X2) 0,436 2,293
multikolinearitas
Sumber: Lampiran 04

Berdasarkan Tabel 4.3 membuktikan seluruh variabel dalam penelitian ini

bernilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10. Bisa ditarik simpulannya tidak terjadinya

multikolinieritas.

3) Uji Heteroskedastisitas

Hasil pengujian heteroskedastisitas yang nampak pada grafik scatterplot,

menunjukkan bahwasanya sebaran titik-titik dengan acak diatas dan dibawah

angka 0 di sumbu Y, dengan demikian tidak adanya heteroskedastisitas.

Gambar 4.2 Grafik Scatterplot

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas pada Gambar 4.2, nampak

bahwasanya penyebaran titik-titiknya mengacak dan sebarannya berada di atas

dan juga di bawah angka 0


42

disumbu Y. Sehingga bisa ditetapkan simpulannya model regresi penelitian ini

tidak adanya heteroskedastisitas. Menurut Ghozali (2009) pengujian

heteroskedastisitas dapat mempergunakan pengujian glejser yang mengusulkan

untuk meregres nilai absolut residual bagi variabel independent yang bisa dilihat

dalam tabel 4.4.

Tabel 4.4
Uji Glejser
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 98.536 24.474 4.026 0.000
1 X1 0.020 0.111 0.047 0.177 0.860
X2 0.014 0.113 0.032 0.121 0.904
Sumber: Lampiran 04

Uji glejser pada tabel 4.4 diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada penelitian yang dilakukan. Hal ini dikarenakan variabel

current ratio (X1) mempunyai signifikansi bernilai 0,860 dan variabel debt to

equity ratio (X2) mempunyai signifikansi bernilai 0,904, karena kedua variabel

tersebut memiliki nilai signifikansi > 0,05 dengan demikian dikatakan tidak

terjadinya heteroskedastisitas.

4) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan dalam menguji apakah sebuah model regresi

linier adanya hubungan dari kesalahan pengganggu didalam suatu periode

melalui kesalahan dalam periode terdahulu. Model regresi yang baik ialah model

yang tidak terjadi autokorelasi. Dalam menguji autokorelasi bisa digunakan

Durbin Waston (DW). Perolehan pengujian autokorelasi disajikan pada Tabel

4.5.
43

Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Durbin dl du 4-du 4-dl Keterangan
Watson
2,093 1,5872 1,3537 2,6463 2,4128 Tidak Terjadi Autokorelasi
Sumber: Lampiran 3 (Output SPSS 25.0 for Windows)

Berlandaskan Tabel 4.5 didapat bahwasanya perolehan Durbin Watson

sebanyak 2,093. Hasil tabel Durbin Watson pada α = 0,05, n = 36, k = 2 adalah dU

= 1,3537. Hasil Durbin Watson terdapat diantara dU dan (4 – dU) atau 1,3537 <

2,093 < 2,6463. Dengan demikian, diasumsikan pada regresi linier tidak ada

autokorelasi.

Dari hasil pengujian normalitas, multikolineritas, heteroskedastisitas dan

autokorelasi didapatkan bahwa data berdistribusi normal serta tidak ditemukan

gejala multikolinearitas, tidak ditemukan adanya gejala heteroskedastisitas dan

tidak ditemukan adanya autokorelasi pada model regresi, sehingga dinyatakan data

layak untuk diuji lebih lanjut pada uji hipotesis.

4.2.2 Uji Regresi Linier Berganda

Model analisis yang dipergunakan dalam studi ini yakni analisis regresi

linier berganda. Analisis ini dipergunakan dalam menilai ada maupun tidaknya

pengaruh dan hubungan dari variabel bebas bagi variable terikat. Pengujian inipun

dilakukan dengan penggunaan program SPSS 25.0 for windows. Dari uji yang

sudah dilaksanakan, didapatkan hasil pengujian berupa ringkasan hasil output

SPSS SPSS 25.0 for windows yang disediakan melalui tabel 4.5.
44

Tabel 4.6
Ringkasan Hasil Output SPSS Tentang Pengaruh Current Ratio (X1), Debt To
Equity Ratio (X2) Terhadap Return On Equityl (Y)

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
Β Std. Error Beta
Konstanta 638.785 39.554 16.15 0,000
Current Ratio -0.08 0.179 -0.061 -0.446 0,658
Debt to Equity Ratio -1.067 0.182 0.806 -5.854 0,000
Sumber: Lampiran 05

Dari pengujian regresi linier berganda pada tabel 4.6 memperoleh nilai

konstanta sebesar 638.785. Hasil koefisien regresi CR sebanyak -0.08 dan nilai

koefisien DER sebanyak -1.067. Persamaan regresi yakni diantaranya:

Y = 638,785 - 0,080X1 - 1,067X2 + ɛ

Interpretasi hasil analisis regresi linier berganda diantaranya.

1) Konstanta sebanyak 638,785 artinya bahwa apabila current ratio (X1) dan debt to

equity ratio (X2) nilainya sama dengan nol, dengan demikian return on equity

(Y) sebanyak 638,785.

2) Nilai koefisien current ratio (β1) sebanyak -0,080 tidak memberi pengaruh bagi

return on equity (Y).

3) Nilai koefisien debt to equity ratio (β2) sebanyak -1,067 menyumbangkan

pengaruh negatif bagi return on equity (Y). Hal ini mengandung arti

bahwasanya masing-masing kenaikan debt to equity ratio (X2) satu satuan

dengan demikian return on equity (Y) otomatis menghadapi penurunan

sebanyak -1,067 melalui asumsi bahwa variabel bebas yang lainnya tetap.
45

4) Nilai error (ε) sebanyak 0,273 melalui asumsi bahwasanya masih ada variabel

lain yang menyumbangkan pengaruhnya untuk return on equity selain current

ratio dan debt to equity ratio.

4.2.3 Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Sugiyono (2017) koefisien determinasi (R2) digunakan dalam

pengukuran besaran sumbangan dampak dari variabel bebas bagi variabel terikat.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai R 2 sebesar 0,727 memperlihatkan

pengaruh variabel bebas bagi variabel terikat sebanyak 72,7%. Sementara sisanya

dipengaruhi variable lainnya yang tidak ada didalam model regresi linier.

4.3 Pengujian Hipotesis

4.3.1 Pengaruh Current Ratio dan Debt to Equity Ratio Terhadap Return On

Equity

Hipotesis pertama “Ada pengaruh simultan dari current ratio dan debt to

equity ratio terhadap return on equity”. Berdasarkan rekapan hasil uji regresi

berganda pada lampiran 5 menunjukan bahwa nilai dari F hitung sebesar 44,022 >

Ftabel sebesar 3,276 dan dengan signifikian 0,000 < 0,05, mengungkapkan bahwasanya

menolak H0 diartikan adanya pengaruh signifikan current ratio (X1) dan debt to

equity ratio (X2) bagi return on equity (Y), dilihat dari sumbangan pengaruh hanya

sebesar 72,7%. Hasil inipun membuktikan hanya sebesar 72,7% return on equity

(Y) dipengaruhi oleh current ratio (X1) dan debt to equity ratio (X2). Sedangkan

pengaruh variabel lain di luar current ratio (X1) dan debt to equity ratio (X2) sebesar

27,3%. Berdasarkan hasil tersebut dengan demikian bisa disimpukan bahwasanya

variabel current ratio (X1) dan debt to equity ratio (X2) dengan bersamaan secara

signifikan menyumbangkan pengaruh dalam return on equity (Y). Dengan

demikian hipotesis pertama penelitian ini diterima


46

4.3.2 Pengaruh Current Ratio Terhadap Return On Equity

Hipotesis kedua “Ada pengaruh dari current ratio bagi return on equity”.

Berlandaskan rekapan perolehan uji regresi berganda menunjukan hasil nilai dari

thitung negatif yaitu -0,446 < ttabel yaitu 2,034 dengan signifikan 0,658 > 0,05, yang

memperlihatkan menerima H0 yang diartikan tidak adanya pengaruh current ratio

(X1) bagi return on equity (Y)

4.3.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Return On Equity

Hipotesis ketiga “Ada pengaruh dari debt to equity ratio terhadap return on

equity”. Berlandaskan pengujian uji regresi berganda membuktikan perolehan nilai

dari thitung negatif yaitu -5,854 > ttabel yaitu 2,034 dengan signifikan 0,000 ˂ 0,05, yang

mengungkapkan menolak H0 yang diartikan adanya pengaruh negatif dan

signifikan debt to equity ratio (X2) bagi return on equity (Y), dengan sumbangan

pengaruh sebesar 51%. Keeratan hubungan pengaruh memiliki arah negatif, hal

ini menunjukan bahwa debt to equity ratio (DER) berpengaruh secara negatif

terhadap return on equity (ROE). Diartikan, apabila bahwa debt to equity ratio

semakin tinggi, sehingga ROE bisa semakin rendah. Namun, bila DER semakin

rendah, maka ROE akan semakin tinggi.


47

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

4.4.1 Pengaruh Current Ratio dan Debt to Equity Ratio Terhadap Return On

Equity

Berlandaskan perolehan studi yang sudah dilakukan melalui penggunaan

analisis regresi linier berganda, maka menemukan hasil bahwasanya current ratio

(X1) dan debt to equity ratio (X2) dengan bersamaan menyumbangkan

pengaruhnya dengan signifikan bagi return on equity (Y) dalam perusahaan sub

sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di BEI. Hasil studi inipun

mendukung teori yang disampaikan Riyanto (2010) membuktikan profitabilitas

didalam hal ini return on equity dipengaruhi oleh likuiditas dan solvabilitas. Sejalan

dengan itu, Husnan dan Pudjiastuti (2004:14) menyatakan bahwa jika suatu

perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang rendah dan tingkat solvabilitas yang

rendah pula maka hal ini akan menyebabkan kelebihan dana sehingga akan

berdampak terhadap meningkatnya profitabilitas, sebaliknya jika suatu perusahaan

memiliki tingkat likuiditas yang tinggi dan tingkat solvabilitas yang tinggi pula

otomatis hal inipun berpengaruh terhadap menurunnya profitabilitas.

Kajian empirik yang turut mendukung temuan penelitian ini adalah studi

yang dilaksanakan Armin dan Maryandhi (2018) dengan bersamaan current ratio

dan debt to equity ratio menyumbangkan pengaruh signifikan bagi return on equity.

Hal yang sama juga ditunjukkan oleh studi Hartono (2015) membuktikan

bahwasanya dengan bersamaan current ratio dan debt to equity ratio menyumbang

pengaruh substansial bagi return on equity.


48

4.4.2 Pengaruh Current Ratio Terhadap Return On Equity

Berlandaskan hasil studi yang sudah dilaksanakan, didapatkan bahwasanya,

current ratio (CR) tidak menyumbang pengaruh bagi return on equity (ROE)

dalam perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di

BEI. CR adalah ukuran perusahaan dalam memenuhi kewajiban berjangka

pendek. Rasio lancar yang rendah umumnya dianggap sebagai indikasi kesulitan

likuidasi, sedangkan rasio lancar yang sangat tinggi juga tidak menguntungkan

sebab membuktikan adanya dana menganggur yang berpotensi membuat

pengurangan kapasitas menghasilkan keuntungan perusahaan (Sawir, 2009).

Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan dalam menurunkan nilai dari CR

adalah mengefisiensikan dari nilai hutang jangka pendek dan aset yang digunakan

untuk pengeluaran biaya seperti biaya bahan baku, tenaga kerja, dan operasional

pabrik. Korelasi antara kenaikan CR dan besarnya profitabilitas perusahaan

berbanding terbalik. Tingkat likuiditas perusahaan yang tinggi berpotensi

menyebabkan penurunan laba. Pemanfaatan laba usaha untuk memenuhi

kewajiban hutang jangka pendek dapat menimbulkan kejadian tersebut. Sebagai

konsekuensinya, terjadi penurunan pendapatan dan penurunan kewajiban lancar,

yang mengarah pada peningkatan solvabilitas dan penurunan profitabilitas

(Riccardo, 2012 dalam Ardiatmi, 2014 ).

Kajian empirik yang turut mendukung temuan penelitian ini yakni studi

dari Sari (2019) membuktikan bahwasanya dengan parsial CR tidak menyumbang

pengaruh secara signifikan bagi ROE. Hasil yang sama juga ditunjukan oleh Nada

dan Hasanuh (2021), membuktikan CR berpengaruh tidak signifikan bagi ROE.


49

Senada dengan itu, temuan dari Mawarni dan Kusjono (2015) juga menemukan bahwa

CR memberikan pengaruh tidak signifikan bagi ROE.

4.4.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Return On Equity

Perolehan studi berikutnya terkait variabel debt to equity ratio (DER)

menyumbangkan pengaruh negatif bagi return on equity (ROE) dalam perusahaan

sub sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di BEI. Perolehan studi

inipun senada pada pendapat Hery (2015:198) makin tingginya DER, otomatis

makin rendah profitabilitas karena semakin besarnya beban utang perusahaan

kepada kreditur. Senada dengan itu, Riyanto (2010) menyatakan bahwa

profitabilitas dipengaruhi oleh solvabilitas. Pendapat yang sama juga

diungkapkan oleh Husnan dan Pudjiastuti (2004:14), yang menyatakan bahwa

jika suatu perusahaan mempunyai tingkat solvabilitas yang kecil, otomatis hal

inipun menyebabkan kelebihan dana sehingga akan berdampak terhadap

meningkatnya profitabilitas, sebaliknya apabila sebuah perusahaan mempunyai

tingkat solvabilitas yang tinggi, otomatis hal ini bisa berdampak terhadap

menurunnya profitabilitas.

Kajian emperik yang turut mendukung temuan studi Sari (2019),

membuktikan variabel DER menyumbang pengaruh negatif dan signifikan bagi

ROE. Hasil yang sama juga ditunjukan oleh studi Armin dsn Maryandhi (2018),

membuktikan DER menyumbang pengaruh signifikan bagi ROE. Senada dengan itu,

studi yang dilaksanakan Mawarni dan Kusjono (2021) membuktikan DER

menyumbangkan pengaruh dengan signifikan bagi ROE.


50

4.5 Implikasi

Hasil temuan inipun memberikan implikasi bahwasanya current ratio

(CR) tidak menyumbangkan pengaruh bagi return on equity (ROE) dalam

perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di BEI.

Diartikan bahwasanya current ratio tidak memberi sumbangan untuk menentukan

turun maupun naiknya ROE. Dengan demikian CR tidak bisa dijadikan tolak ukur

bahwa perusahaan memiliki CR yang tinggi, dengan demikian return yang

diperoleh bisa meningkat juga. Debt to equity ratio (DER) memberi implikasi

bagi ROE, dimana DER menyumbang pengaruhnya secara negatif dan signifikan

bagi ROE. Semakin tinggi nilai DER yang perusahaan miliki mampu mengurangi

total rasio laba atau dalam hal ini ROE perusahaan tersebut, begitupun

sebaliknya. Oleh karena itu diharapkan perusahaan membatasi jumlah

penggunaan hutang jangka panjang yang terlalu tinggi. Hal ini dikarenakan

penggunaan hutang yang tinggi akan mengakibatkan tingginya beban perusahaan

untuk melunasi kewajiban yang dimiliki yang menyebabkan penurunan pada laba

yang akan dimiliki oleh perusahaan. Karena tingkat laba yang tinggi

maka kemungkinan investor akan lebih tertarik menanamkan modalnya sehingga

kemungkinan permintaan saham akan lebih kuat dibandingkan dengan

penawarannya. Keadaan ini akan menyebabkan harga saham perusahaan

kemungkinan akan mengalami kenaikan. Secara keseluruhan CR dan DER

menyumbangkan pengaruhnya bagi ROE. Sehingga CR dan DER dapat dijadikan

sebagai alat pertimbangan bagi perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang

primer untuk melihat besarnya nilai ROE.


BAB V

PENUTUP

5.1 Rangkuman

Return On Equity adalah adalah ukur profibilitas yang sangat umum digunakan

untuk mengukur kinerja perusahaan dari segi kepemilikan modal. Perusahaan yang

memiliki nilai ROE tinggi dianggap memiliki kinerja yang lebih baik.

Penggunaan modal perusahaan yang diinvestasikan dalam bentuk aset untuk

memperoleh keuntungan. Rasio yang dipergunakan dalam pengukuran sampai

dimana perusahaan dibiayai oleh hutang melalui aktiva yang dimilikinya.

Penggunaan hutang yang tinggi apa lagi disaat masa pandemi saat ini tentu saja

memberikan beban yang berat bagi suatu perusahaan. Faktor-faktor yang

memberikan pengaruh bagi return on equity yaitu diantaranya current ratio dan

debt to equity ratio. Kajian studi inipun dilaksanakan di perusahaan sub sektor

perdagangan ritel barang primer yang listing di BEI. Adapun tujuan

dilaksanakannya studi ini yakni untuk menilai pengaruh current ratio dan debt to

equity ratio bagi return on equity pada perusahaan sub sektor perdagangan ritel

barang primer yang listing di BEI baik pengaruh dengan bersamaan ataupun

pengaruh secara individual. Penelitian inipun diharap mampu menyumbangkan

informasi, wawasan, dan ilmu pengetahuan dalam manajemen keuangan. Kajian

studi inipun mempergunakan analisis regresi linier berganda, yang awalnya diujikan

melalui uji asumsi klasik.

51
52

Jumlah populasi yang diujikan yakni sebanyak 12 perusahaan sub sektor

perdagangan ritel barang primer yang listing di BEI.

Hasil temuan inipun membuktikan current ratio dan debt to equity ratio

menyumbangkan pengaruh dengan simultan bagi return on equity sebanyak

72,7% dan sisanya sebesar 27,3% dipengaruhi oleh variabel lainnya. Dengan

individual current ratio tidak menyumbang pengaruh bagi return on equity dan

debt to equity ratio memnyumbangkan pengaruhnya dengan negatif dan

signifikan bagi return on equity sebesar 51,%.

5.2 Simpulan

Berdasarkan hasil pengujia hipotesis yang sudah dilaksanakan, dengan

demikian bisa diperoleh kesimpulannya yakni:

1) Current ratio (X1) dan debt to equity ratio (X2) berpengaruh signfikan bagi

return on equity (Y) pada perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang

primer yang terdaftar di BEI.

2) Current ratio (X1) tidak berpengaruh bagi return on equity (Y) pada

perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang primer yang terdaftar di BEI.

3) Debt to equity ratio (X2) menyumbangkan pengaruh secara negatif dan

signifikan bagi return on equity (Y) pada perusahaan sub sektor perdagangan

ritel barang primer yang terdaftar di BEI.

5.3 Saran

Berlandaskan hasil studi yang sudah dikemukakan, bisa disampaikan

beberapa saran diantaranya:


53

1) Bagi perusahaan

Sub sektor perdagangan ritel barang primer diharapkan mampu menjaga

stabilitas kinerja keuangan dengan cara membuat strategi monitoring

stabilitas sistem dan lebih mengontrol rasio hutang jangka panjang dengan cara

membuat perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan serta

memperhitungkan segala jenis resiko yang akan dihadapi dalam penggunaan

hutang. Saran untuk perusahaan Sumber Alfaria Trijaya Tbk dan Enseval

Putera Megatrading Tbk hendaknya menjaga nilai profitabilitas nya untuk

mencerminkan kondisi yang baik dan sehat kepada pemegang saham. Hal ini

dikarenakan nilai untuk ROE pada periode 2019-2021 mengalami penurunan.

Caranya dengan pengelolaan kegiatan produksi dan operasional dengan baik,

meminimalisir biaya pembelian bahan baku dan kegiatan perusahaan, lalu

memaksimalkan keuntungan yang diperoleh. Sehingga akan tergambarkan

pada laporan keuangan bahwa perusahaan dalam kondisi yang baik dan akan

membuat pemegang saham percaya kepada perusahaan atas keberanian nya

menanamkan modal diperusahaan. Perusahaan harus lebih meningkatkan rasio

ROE yaitu dengan memanfaatkan investasi para pemegang saham.

Pengembalian investasi pemegang saham merupakan metrik yang

mencerminkan efektivitas manajemen dalam memanfaatkan investasi. Ini

berfungsi sebagai indikator potensi pengembalian yang tinggi bagi investor,

sehingga meningkatkan minat mereka untuk membeli saham. Hal ini

disebabkan oleh korelasi positif antara ROE dan harga saham, dimana ROE

yang lebih tinggi biasanya menghasilkan harga saham yang lebih tinggi.

Perusahaan Diamond Food Indonesia Tbk dan Wicaksana Overseas

International Tbk harus meminimalkan rasio DER. Hal


54

ini dikarenakan pada periode 2019-2021 DER terus mengalami peningkatan.

Makin tingginya DER mengasumsikan komposisi total hutang makin besar dari

total modal pribadi, dengan demikian berpengaruh pada peningkatan beban

perusahaan bagi pihak kreditur. Dalam hal kemampuan untuk memenuhi

kewajiban finansial jangka panjang, kemampuan perusahaan untuk

membayar kewajiban tersebut ditingkatkan dengan penurunan rasio utang

terhadap ekuits. Pemberi hutang dan investor biasanya memilih DER yang

rendah sehingga hal ini dapat meningkatkan harga saham.

2) Bagi pemegang saham

Sebelum mengambil keputusan untuk menanamkan modalnya di suatu

perusahaan hendaknya memperhatikan kebijakan mengenai pembagian

dividen dalam perusahaan tersebut. Tidak hanya kebijakan dalam pembagian

dividen saja yang harus diperhatikan, tingkat profitabilitas perusahaan juga

perlu diperhatikan. Jangan sampai investor memilih untuk menanamkan

modalnya pada perusahaan yang tidak profitable atau memiliki tingkat

profitabilitas yang rendah. Disamping tingkat profitabilitas, investor juga harus

mencermati kinerja perusahaan lainnya. Untuk melihat kinerja suatu

perusahaan dapat dilihat pada laporan keuangan ataupun laporan tahunan

perusahaan tersebut.

3) Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan menggunakan periode yang terbaru untuk memperoleh gambaran

secara jelas dan lebih baik. Peneliti selanjutnya juga diharapkan

menggunakan jumlah populasi yang lebih banyak dengan menggunakan

subjek penelitian
55

yang lain agar bisa membandingkan return on equity perusahaan satu dengan

yang lainnya khusunya perusahaan yang terdaftar di BEI. Selain itu diharapkan

peneliti selanjutnya juga menambah variabel penelitian.

Anda mungkin juga menyukai