OLEH:
DEVY ARISTA CIPTAMIARI
NIM 1917041105
Oleh
Devy Arista Ciptamiari, NIM
1917041105 Jurusan Manajemen
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh current ratio dan debt to equity
ratio bagi return on equity baik itu secara simultan maupun secara parsial. Kajian
studi inipun mempergunakan rancangan studi kuantitatif kausal. Subjek yang
dipergunakan yakni perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang primer yang
terlisting di BEI dengan objek yang digunakan dalam kajian studi ini yaitu
seluruh variable yang diujikan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
pencatatan dokumen kemudian dianalisis melalui analisis regresi linier berganda.
Hasil temuan inipun membuktikan bahwasanya (1) current ratio dan debt to
equity ratio secara signifikan berpengaruh bagi return on equity. (2) current ratio
tidak berpengaruh bagi return on equity. (3) debt to equity ratio berpengaruh
secara negatif dan signifikan bagi return on equity.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
berkembang. Hal ini dapat dilihat dalam bidang perdagangan domestik, regional,
dan internasional yang selalu di dukung oleh perusahaan di berbagai bidang. Salah
konsumen primer, barang konsumen non primer, kesehatan, keuangan, properti dan
dalam krisis ekonomi saat ini. Tujuan utama perusahaan adalah untuk menghasilkan
laba yang maksimal agar kelangsungan suatu perusahaan tersebut terus bertahan.
bisa menambah nilai perusahaan dan juga mampu bertahan dalam persaingan
global. Meningkatnya nilai pada suatu perusahaan akan membuat para investor
Return on equity adalah salah satu bagian dari rasio profitabilitas yang
pemanfaatan sumber dayanya, termasuk aset dan modal. Jika suatu perusahaan
saham perusahaan, sehingga mendorong harga saham naik. Rasio tersebut di atas
saham. Namun, penting untuk dicatat bahwa rasio ini hanya memperhitungkan
dan sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek dari pihak-pihak
sektor yang sebelumnya berjumlah 9 sektor, kini menjadi 11 sektor yang telah
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tanggal 25 Januari 2021 yang tercantum
sesuai dengan kelompok atau jenis usahanya. Selain itu, investor akan lebih tepat
dalam membandingkan kinerja satu emiten dengan yang lainnya di kelompok usaha
yang sesuai. Adapun 11 sektor yang dimaksud diantaranya yaitu, sektor energi,
industri, infrastruktur, properti dan real estate, teknologi, serta transportasi dan
logistik.
Sektor barang konsumen primer merupakan sektor industri yang terdiri dari
perusahaan yang memproduksi produk dan jasa yang dikonsumsi secara primer atau
bersifat anti siklis. Sektor barang konsumsen primer (consumer non cylicals)
dengan sektor lainnya sebab dalam sektor ini memiliki peran penting bagi
dikarenakan produk pada sektor ini bersifat konsumtif dan merupakan salah satu
konsumsi selalu diminati oleh masyarakat apalagi saat ini Indonesia menjadi
negara yang sangat besar dengan memiliki penduduk yang cukup banyak
perkembangan pesat dan dituntut untuk terus berinovasi dalam hal kestabilan
maka diperoleh rata-rata ROE dalam perusahaan sub sektor perdagangan ritel
barang primer yang listing pada BEI periode tahun 2019 hingga 2021 yang bisa
Tabel 1.1
Rata-rata nilai return on equity sektor barang konsumen primer yang listing di
BEI periode 2019 sampai 2021
mengalami fluktuasi hal ini sama dengan yang dialami oleh perusahaan produk
rumah tangga tidak tahan lama dan sub sektor makanan dan minuman yang
selama
5
sub sektor perdagangan ritel barang primer yang mengalami penurunan nilai return
on equity pada tahun 2019-2021. Jadi dapat disimpulkan bahwa perusahaan sub
sektor perdagangan ritel barang primer dari periode tahun 2019-2021 mengalami
penurunan diantara sub sektor yang lainnya. Penurunan dari nilai ROE di setiap
tahunnya diduga disebabkan oleh tingginya tingkat nilai CR dan DER. Hal inipun
senada dengan teori pecking order dari Myears (1984) yang menyatakan semakin
besar rasio likuiditas dan rasio solvabilitas menunjukan bahwa makin besarnya
Pudjiastuti (2004) yang menyatakan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi dan
signifikan bagi profitabilitas. Sehingga studi ini berfokus dalam sub sektor
investasi untuk pemegang saham biasa. Secara khusus, ini mengukur rasio laba
bersih bagi ekuitas biasa, yang mewakili pengembalian ekuitas biasa. Sesuai
keuangan pada kinerja suatu perusahaan. Dalam hal ini, pemegang saham
studi ini mengujikan variabel CR dan DER karena teori tersebut sesuai dengan
return on equity. Selain itu studi dari Armin dan Maryandhi (2018) dan Hantono
(2015) juga menyatakan jika current ratio dan debt to equity ratio dengan
Berlandaskan hasil studi terdahulu yang sudah dijelaskan, dengan demikian dalam
Current ratio (CR) ialah rasio keuangan yang mengukur sampai dimana aset
hutang jangka pendek berbanding lurus terhadap rasio antara aset lancar dan
perusahaan untuk menutupi hutang jangka pendeknya. Namun CR yang terlalu rendah
perusahaan untuk mencukupi kewajiban keuangan jangka pendek. Horne dan John
dan profitabilitasnya. Dapat dikemukakan bahwa ada korelasi negatif antara likuiditas
penurunan profitabilitas.
7
finansialnya maka perusahaan terkait dikatakan likuid, namun jika perusahaan tidak
dapat memncukupi kewajiban pada saat ditagih maka berarti perusahaan tersebut
dalam illikuid. Jika semakin besar aktiva lancar dibandingkan utang lancarnya,
bagi ROE. Selain itu dalam penelitian Mujtahidah (2016) juga menyatakan jika
yang sudah dijelaskan, dengan demikian kajian studi ini memngujikan variabel
current ratio.
rasio leverage, adalah rasio yang dipergunakan dalam pengukuran sampai dimana
(2015:198) bahwa semakin tinggi DER, maka semakin rendah profitabilitas karena
dengan demikian studi ini mengujikan variable debt to equity ratio. Dari analisis
terdapat masalah pada CR dan DER bagi ROE terhadap sub sektor perdagangan
kenaikan return on equity sebanyak 2,43% dari 3,18% pada tahun 2020 menjadi
5,61% pada tahun 2021. DER dalam perusahaan Duta Intidaya Tbk (DAYA)
menghadapi peningkatan sebesar 0,19% dari 0,99% pada tahun 2020 menjadi
1,18% pada tahun 2021. Perusahaan ini mengalami peningkatan pada current
ratio sebesar 0,34% dari 0,71% pada tahun 2020 menjadi 1,06% pada tahun
2021.
menghadapi penurunan return on equity senilai 0,49% dari 5,34% pada tahun
2020 menjadi 4,85% pada tahun 2021. Debt to equity ratio dalam perusahaan
dari 1,45% di tahun 2020 menjadi 1,21% di tahun 2021. Perusahaan ini juga
mengalami penurunan current ratio sebesar 0,67% dari 1,56% pada tahun 2020
menjadi 0,88%
mengalami penurunan current ratio sebesar 0,32% dari 1,39% pada tahun 2020
menjadi 1,06% ditahun 2021. DER pada perusahaan Kurniamitra Duta Sentosa Tbk
(KMDS) mengalami peningkatan sebesar 0,81% dari 1,11% pada tahun 2020
menjadi 1,92% pada tahun 2021. Return on equity pada perusahaan Kurniamitra
Duta Sentosa Tbk (KMDS) ini mengalami peningkatan sebesar 1,18% dari 4,07%
pada tahun 2020 menjadi 5,26% pada tahun 2021. Hal ini tidak sejalan dengan
pecking order theory dari Myears (1984) yang menyatakan semakin besar
9
rasio likuiditas dan rasio solvabilitas menunjukan bahwa makin besarnya biaya yang
antara teori dengan beberapa data yang diperoleh, oleh karena itu diajukan
penelitian melalui judul “Pengaruh Current Ratio dan Debt to Equity Ratio
ratio, dan return on equity pada perusahaan sub sektor perdagangan ritel
3) Terjadinya kesenjangan teori yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
dalam perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang primer yang listing di
2) Rasio yang digunakan hanya memfokuskan pada variabel current ratio, debt
1) Bagaimana pengaruh current ratio dan debt to equity ratio terhadap return on
equity bagi perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang primer yang
mengetahui:
1) Pengaruh current ratio dan debt to equity ratio terhadap return on equity
pada perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di
2) Pengaruh current ratio terhadap return on equity pada perusahaan sub sektor
perdagangan ritel barang primer yang terlisting di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2019-2021.
3) Pengaruh debt to equity ratio terhadap return on equity pada perusahaan sub
diharapkan yaitu.
1) Manfaat Teoritis
pengaruh current ratio dan debt to equity ratio bagi return on equity dan juga
kedepannya.
2) Manfaat Praktis
Mampu memberi gambaran dan tambahan informasi pada pihak yang memiliki
perdagangan ritel barang primer yang listing di BEI terkait masalah pengaruh
current ratio dan debt to equity ratio bagi return on equity serta memberikan
tambahan informasi kepada calon pemegang saham terkait dana yang akan
diinvestasikan.
BAB II
KAJIAN TEORI
memiliki nilai ROE tinggi dianggap memiliki kinerja yang lebih baik.
pendapatan (income) yang ada untuk para pemilik perusahaan atas modal yang
modal milik oleh pimpinan organisasi. Ketika laba yang dihasilkan meningkat,
investor berdiri untuk menerima pengembalian yang lebih tinggi atas investasi
mereka. Semakin tinggi rasio yang disebutkan di atas, semakin mahir perusahaan
harga saham perusahaan. ROE yang tinggi bisa menjadikan suatu penanda
demikian bisa memperoleh laba untuk mereka yang memegang saham, dan ini
12
13
ROE mempunyai tujuan dan kegunaan, bukan saja untuk mereka yang memiliki
perusahaan, namun untuk pihak-pihak di luar bisnis, khususnya yang memiliki relasi
atau saham di perusahaan. Kasmir (2010) mengidentifikasi ROE sebagai salah satu
profitabilitas untuk perusahaan dan pihak di luar perusahaan antara lain menghitung,
dalam Isworo (2018) indikator dalam ROE ada 2 yaitu diantaranya laba bersih
yang dapat mengacu pada EAT (Earnings After Tax) atau laba tahun berjalan dan
cukup besar dan tidak sepenuhnya dapat dipenuhi dengan modal sendiri. Dalam
pinjaman kepada pihak kreditur. Current ratio (CR) adalah rasio yang digunakan
keuangan segera. Kasmir (2016: 134) berpendapat bahwa rasio lancar berfungsi
kewajiban keuangan segera atau hutang yang diharapkan dapat ditagih dalam
waktu dekat.
berkorelasi positif terhadap proporsi aset lancar terhadap kewajiban lancar. Rasio
likuidasi, sedangkan rasio lancar yang tinggi juga tidak menguntungkan karena
lancar tertentu secara strategis, menambah aset lancar, dan mengurangi jumlah
likuiditas adalah alat yang berharga dalam menilai kesanggupan perusahaan untuk
melunasi hutang dan kewajibannya secara tepat waktu. Metrik ini berguna tidak
hanya untuk pemangku kepentingan internal tetapi juga untuk pihak eksternal yang
tepat waktu oleh perusahaan bergantung pada kepatuhan terhadap jadwal yang telah
15
dengan menyandingkan jumlah persediaan saat ini dengan jumlah uang tunai yang
tersedia untuk melunasi hutang. Menurut Brigham (2010:96) ada 2 indikator yang
dikonversi menjadi kas dalam waktu kurang dari setahun dan kewajiban lancar
yaitu jangka pelunasan dalam satu siklus normal operasi perusahaan. Menurut
Aktiva Lancar
CR= x 100%............................................................................. (2)
Hutang Lancar
16
Mengacu pada teori Kasmir (2010:157) debt to equity ratio (DER) ialah
salah satu ratio yang dipergunakan dalam melakukan penilaian atas utang dengan
total modal sendiri. Mengacu pada Sugiyono (2017:71), mengasumsikan rasio ini
perbandingan antara rasio utang bagi modal. Dimana rasio ini menilai sejauh
dan hutang yang digunakan dalam operasinya. Idealnya, jumlah utang tidak boleh
Semakin besar suatu proporsi utang yang terdapat di dalam susunan modal
sebuah perusahaan, otomatis makin tinggi juga biaya bunga serta komitmen
utang yang lebih besar dibandingkan modal pribadi. DER adalah metrik
antara nilai aset, terutama aset tetap dan modal, mengukur sejauh mana aset
perusahaan didanai oleh utang, dan menentukan sejauh mana utang perusahaan
Total Liability
DER= x 100%.................................................................................(3)
Equity
17
beberapa faktor yang berhubungan dengan return on equity, hasil dari beberapa
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu yang Relevan
bagi
return on
equity (ROE).
Yeti Kusmawati dan Variabel Bebas: Analisis 1. Variabel
Nadila Ovalianti 1. Current Ratio Regresi Current Ratio
(2022) Pengaruh 2. Debt To Linier bagi Return
Current Ratio dan Equity Ratio Berganda on Equity
Debt To Equity Ratio Variabel Terikat: menyumbang
terhadap Return On 1. Return On kan
Equity Pada Equity pengaruhnya
PT.Permodalan dengan positif
Nasional Madani dan tidak
(PNM) Periode 2012- signifikan.
2021 2. Debt to Equity
Ratio bagi
Return on
Equity tidak
berpengaruh.
3. Debt to Equity
Ratio dan
Current Ratio
bagi Return on
Equity pada
PT.
Permodalan
nasional
madani tidak
berpengaruh.
mempunyai
pengaruh bagi
ROE.
3. Debt to Equity
(DER), Current
Ratio (CR),
Total Asset
Turnover
(TATO), dan
ukuran
perusahaan
(Size), Return
on Equity
(ROE).
23
dimana dalam kajian studi ini mengambil data dari tahun 2019-2021.
Adapun tempat yang digunakan pada kajian studi ini yakni perusahaan sub sektor
2.3.1 Hubungan Current Ratio dan Debt to Equity Ratio Terhadap Return
On Equity
mempunyai tingkat likuiditas yang rendah dan tingkat solvabilitas yang rendah
pula maka hal ini akan menyebabkan kelebihan dana sehingga bisa berpengaruh
tingkat likuiditas yang tinggi dan tingkat solvabilitas tinggi pula, dengan
Jadi dapat diketahui faktor yang mempengaruhi ROE ialah CR dan DER. Teori
inipun senada dengan temuan Raymond (2017) dengan bersamaan likuiditas dan
menyatakan bahwasanya dengan bersamaan current ratio dan debt to equity ratio
memiliki pengaruh bagi return on equity. Sejalan Balqish (2020) yang juga
menyatakan bahwa current ratio dan debt to equity ratio berpengaruh bagi return on
equity.
24
kegagalan entitas didalam membayar utang jangka pendek mereka. Namun bila
nilainya rendah, otomatis kinerja entitas didalam membayar utang jangka pendek
tidak maksimal. Sehingga perusahaan yang tidak bisa memenuhi utang lancer
Namun demikian, rasio lancar yang tinggi mungkin tidak selalu menguntungkan
pengembalian ekuitas. Hal inipun senada dengan penjelasan Horne dan John
dimilikki sebuah entitas lebih jika dibanding total modal. Hal inipun menjadikan
2016). Debt-to-Equity Ratio (DER) ialah metrik keuangan yang digunakan dalam
menentukan proporsi utang dan ekuitas dalam struktur modal perusahaan. Rasio
inipun mencakup kewajiban yang harus dibayar kepada pihak eksternal, sebagaimana
dicatat oleh Haraha (2015). Pernyataan tersebut senada dengan studi Mahardika
(2016) yang mengungkapkan bahwasanya DER atau proksi leverage yang diwakili
Pecking order theory dari Myears (1984) yang menyatakan semakin besar rasio
likuiditas dan rasio solvabilitas menunjukan bahwa makin besarnya biaya yang
Kasmir (2010: 204) berpendapat bahwa pengembalian ekuitas adalah metrik yang
digunakan untuk menilai laba bersih setelah pajak dalam kaitannya dengan modal
Ada korelasi positif antara rasio yang lebih tinggi dan posisi perusahaan yang
lebih kuat, sedangkan korelasi negatif ada antara rasio yang lebih rendah dan
dengan cepat yang diharapkan akan diselesaikan dalam waktu singkat jika
lancar dan hutang lancar yang perusahaan miliki yang ada pada laporan keuangan.
Mengacu pada Kasmir (2010:151) debt to equity ratio (DER) ialah rasio
perbandingan total jika suatu perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang rendah
dan tingkat solvabilitas yang rendah pula maka hal ini akan menyebabkan
sebaliknya jika suatu perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang tinggi dan tingkat
solvabilitas yang tinggi pula, dengan demikian hal inipun berpengaruh terhadap
simpulannya paradigma berkaitan dengan current ratio dan debt to equity ratio
Keterangan:
: Pengaruh Secara Simultan
: Pengaruh Secara Parsial
Gambar 2.1
Paradigma Penelitian Current Ratio dan Debt to Equity Ratio Terhadap
Return On Equity pada Perusahaan Sub Sektor Perdagangan Ritel Barang
Primer yang Terlisting di BEI
berikut:
H1 = Pengaruh current ratio dan debt to equity ratio bagi return on equity pada
H2 = Pengaruh current ratio bagi return on equity pada perusahaan sub sektor
H3 = Pengaruh debt to equity ratio bagi return on equity pada perusahaan sub sektor
METODE PENELITIAN
dari website resmi BEI dengan alamat website www.idx.co.id. Waktu penelitian
dilaksanakan pada Oktober 2021, melalui subjek penelitian yaitu perusahaan sub
sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di BEI. Periode waktu yang
dipergunakan pada kajian studi ini yakni tahun 2019 - 2021 dengan melihat
untuk mendapatkan gambaran berkaitan pengaruh current ratio dan debt to equity
ratio bagi return on equity dalam perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang
primer yang terlisting di BEI. Studi kuantitatif kausal merupakan hubungan sebab
akibat. Kajian studi inipun dilaksanakan dalam menjawab rumusan masalah yang
Tujuan utama studi ini yaitu menilai pengaruh current ratio dan debt to equity
ratio bagi return on equity dalam perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang
27
28
1) Perumusan masalah
2) Mengkaji teori
3) Perumusan hipotesis
4) Mengumpulkan data
5) Mengolah data
6) Menarik kesimpulan.
Kajian studi inipun mempergunakan dua variabel bebas dan satu variabel
terikat. Dimana pada kajian studi ini varibel bebas yang digunakan yakni current
ratio dan debt to equity ratio sementara variable terikatnya yakni return on equity.
perdagangan ritel barang primer yang terlisting di BEI yang diperoleh melalui
dari tahun 2019 hingga 2021. Setelah informasi lengkap data yang diperoleh
for Social Sciens (SPSS). Hasil yang diperoleh dari output SPSS selanjutnya akan
penelitian selanjutnya.
Subjek yang dipergunakan pada kajian studi ini yaitu perusahaan sub
sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di BEI. Sedangkan objek yang
diujikan yakni seluruh variable yang diujikan, mencakup; current ratio (X1), debt
suatu area generalisasi yang terbagi menjadi objek dan subjek yang
penarikan kesimpulan. Populasi yang kurang dari 100, maka tidak menggunakan
sampel. Sehingga dalam kajian studi ini digunakan studi populasi melalui
individu, entitas, atau peristiwa yang menunjukkan variasi yang berbeda, yang
aktivitas yang memiliki variasi yang ditentukan bagi peneliti yang akan dipelajari
dan dilakukan penarikan kesimpulan. Variable yang diteliti disini harus sesuai
diartikan sebagai titik perhatian dalam penelitian yang sedang dilakukan. Adapun
diantaranya:
30
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Variabel Penelitian
Jenis data dibedakan atas dua bagian yakni data kuantitatif dan data
kualitatif. Menurut Sugiyono (2016) data penelitian dibedakan menjadi 2, yaitu data
Data kualitatif ialah data yang berbentuk kata, kalimat maupun gambar.
Sementara data kuantitatif ialah data diperlihatkan melalui angka atau data
kualitatif yang diangkakan atau scoring. Sumber data kuantitatif ini diperoleh
pencatatan dokumen, yaitu metode yang memanfaatkan data yang telah tersedia
kemudian data ini diolah dalam menentukan hasil yang ingin dicapai.
Pengumpulan data seperti ini juga sering disebut dengan pengumpulan data
sekunder. Data sekunder ialah data yang biasanya berwujud dokumentasi atau data
keuntungan bersih, total ekuitas, aktiva lancar, hutang lancar dan total hutang
yang nantinya data yang diperoleh akan digunakan untuk melakukan perhitugan
terhadap current ratio, debt to equity ratio, dan return on equity sesuai dengan
laporan keuangan tahunan berupa neraca dan laporan laba/rugi dalam perusahaan
sub sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di BEI. Sumber data ini
keuangan tahunan.
pengaruh beberapa variabel bebas yang diteliti, yakni current ratio dan debt to
equity ratio. Sedangkan variabel terikatnya ialah return on equity. Pendekatan analisis
yang dipergunakan dalam kajian studi ini yakni pendekatan analisis kuantitatif. Data
berdasarkan paradigma yang dibangun tidak ada keterkaitan atau korelasi antar
variabel bebas. Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 25 for
Windows.
dibuat dapat dipergunakan sebagai alat prediksi yang baik dengan melihat uji
Model analisis regresi linier dapat dikatakan baik apabila model tersebut
heteroskedastisitas.
1) Uji Normalitas
2) Uji Multikolinearitas
dan hal ini akan menyebabkan tingkat kesalahan menjadi sangat besar dan
dibawah ini:
a. Apabila hasil Tolerance > 0,10(10%) dan VIF < 0,10(10%), dengan
b. Apabila hasil Tolerance < 0,10(10%) dan VIF > 0,10(10%), dengan
3) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi menilai korelasi antara observasi yang diperoleh dari deret
waktu dalam model regresi. Pada intinya pengujian ini menguji apakah
diantaranya:
e. Jika du < dw < 4 –du, maka tidak ada autokorelasi positif atau negatif.
4) Uji Heteroskedastisitas
regresi menjadi tidak efisien dan perolehan taksiran bisa menjadi kurang atau
melebihi dari yang semestinya. Regresi yang baik yaitu yang tidak memiliki
b. Apabila tidak adanya pola yang berbentuk titik-titik dengan tidak jelas
ataupun sebaran titik- titik terdapat diatas dan di bawah angka 0 dalam
Uji heteroskedastisitas bisa juga diidentifikasi melalui uji glejser. Apabila nilai
Analisis regresi linear berganda dipakai dalam kajian studi ini dikarenakan
variabel yang diujikan melebihi dua variabel dan pada kajian studi ini
ratio dan debt to equity ratio bagi variabel dependen return on equity. Terdapat pula
model analisis yang dipergunakan pada kajian studi ini yakni model regresi linier
a = Konstanta
𝜀 = eror
dari uji hipotesis adalah untuk pengumpulan bukti yang mencakup data didalam
pernyataan maupun asumsi yang sudah disusun oleh peneliti demi kepastian pada
hasil hipotesis.
36
kolektif yang tergabung pada model memiliki dampak yang signifikan terhadap
1. H0: β = 0, tidak ada pengaruh dari current ratio (X1) dan debt to equity ratio
2. Ha: β ≠ 0, ada pengaruh current ratio (X1) dan debt to equity ratio (X2)
Kriteria pengujian:
Fhitung < Ftabel sehingga H0 diterima, Fhitung > Ftabel sehiingga H0 ditolak.
dimana keahlian model mampu menguraikan variasi variabel terikat. Jika perolehan
terikat sangat terbatas. Bila hasil R2 mendekati satu maka variabel bebas yang
Data yang dipergunakan pada kajian studi 12 perusahaan yang terbagi atas
variabel current ratio (X1), debt to equity ratio (X2), dan return on equity (Y) pada
perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di BEI selama
Tabel 4.1
Descriptive Statistics
sebanyak -1,69 dengan nilai maksimumnya sebanyak 6,67 dengan jumlah rata-
rata sebanyak 2,0712 dan standar deviasinya sebanyak 2,0712. Debt to equity
ratio memiliki nilai minimum sebanyak 0,16 dan nilai maksimumnya sebesar
7,24 serta rata-rata sebanyak 2,6386 dengan standar deviasinya sebanyak 1.98738.
Return on equity mempunyai nilai minimum sebanyak -1.56 dan nilai maksimum
yaitu sebanyak 7.53 dan rata-rata sebesar 3,4081 melalui standar deviasinya
sebanyak 2,63055.
38
39
Syarat dalam analisis regresi linear berganda ialah terbebas dari asumsi-
1) Uji Normalitas
penyebaran disekitaran garis diagonalnya dan sesuai dengan orientasi garis diagonal,
demikain model regresi memperoleh asumsi normalitas. Grafik p-plot, pada kajian
Gambar 4.1
Hasil Pengujian Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
juga dapat dilihat dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov untuk menilai apakah
residual yang didapat memiliki distrubusi normal jika nilai signifikan > 0,05.
Tabel 4.2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 36
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 137.3509606
Most Extreme Differences Absolute .101
Positive .101
Negative -.066
Test Statistic .101
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Sumber: Lampiran 04
tailed) melebihi 0,05 yakni 0,200. Sehingga dari tabel diatas dapat disimpulkan
2) Uji Multikolinearitas
ditemukannya atau tidak korelasi dari variabel bebas yang diujikan (Ghozali
tidak ortogonal, artinya variabel bebas yang nilai korelasinya sama dengan nol
tolerance diatas (>) 0,1 dan mempunyai nilai VIF di bawah (<) 10. Hasil pengujian
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinieritas
Collinearity Statistics
Variabel Keterangan
Tolerance VIF
Tidak terjadi
Current Ratio (X1) 0,436 2,293
multikolinearitas
Tidak terjadi
Debt to Equity Ratio (X2) 0,436 2,293
multikolinearitas
Sumber: Lampiran 04
bernilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10. Bisa ditarik simpulannya tidak terjadinya
multikolinieritas.
3) Uji Heteroskedastisitas
untuk meregres nilai absolut residual bagi variabel independent yang bisa dilihat
Tabel 4.4
Uji Glejser
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 98.536 24.474 4.026 0.000
1 X1 0.020 0.111 0.047 0.177 0.860
X2 0.014 0.113 0.032 0.121 0.904
Sumber: Lampiran 04
Uji glejser pada tabel 4.4 diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
current ratio (X1) mempunyai signifikansi bernilai 0,860 dan variabel debt to
equity ratio (X2) mempunyai signifikansi bernilai 0,904, karena kedua variabel
tersebut memiliki nilai signifikansi > 0,05 dengan demikian dikatakan tidak
terjadinya heteroskedastisitas.
4) Uji Autokorelasi
melalui kesalahan dalam periode terdahulu. Model regresi yang baik ialah model
4.5.
43
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Durbin dl du 4-du 4-dl Keterangan
Watson
2,093 1,5872 1,3537 2,6463 2,4128 Tidak Terjadi Autokorelasi
Sumber: Lampiran 3 (Output SPSS 25.0 for Windows)
sebanyak 2,093. Hasil tabel Durbin Watson pada α = 0,05, n = 36, k = 2 adalah dU
= 1,3537. Hasil Durbin Watson terdapat diantara dU dan (4 – dU) atau 1,3537 <
2,093 < 2,6463. Dengan demikian, diasumsikan pada regresi linier tidak ada
autokorelasi.
tidak ditemukan adanya autokorelasi pada model regresi, sehingga dinyatakan data
Model analisis yang dipergunakan dalam studi ini yakni analisis regresi
linier berganda. Analisis ini dipergunakan dalam menilai ada maupun tidaknya
pengaruh dan hubungan dari variabel bebas bagi variable terikat. Pengujian inipun
dilakukan dengan penggunaan program SPSS 25.0 for windows. Dari uji yang
SPSS SPSS 25.0 for windows yang disediakan melalui tabel 4.5.
44
Tabel 4.6
Ringkasan Hasil Output SPSS Tentang Pengaruh Current Ratio (X1), Debt To
Equity Ratio (X2) Terhadap Return On Equityl (Y)
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
Β Std. Error Beta
Konstanta 638.785 39.554 16.15 0,000
Current Ratio -0.08 0.179 -0.061 -0.446 0,658
Debt to Equity Ratio -1.067 0.182 0.806 -5.854 0,000
Sumber: Lampiran 05
Dari pengujian regresi linier berganda pada tabel 4.6 memperoleh nilai
konstanta sebesar 638.785. Hasil koefisien regresi CR sebanyak -0.08 dan nilai
1) Konstanta sebanyak 638,785 artinya bahwa apabila current ratio (X1) dan debt to
equity ratio (X2) nilainya sama dengan nol, dengan demikian return on equity
2) Nilai koefisien current ratio (β1) sebanyak -0,080 tidak memberi pengaruh bagi
pengaruh negatif bagi return on equity (Y). Hal ini mengandung arti
sebanyak -1,067 melalui asumsi bahwa variabel bebas yang lainnya tetap.
45
4) Nilai error (ε) sebanyak 0,273 melalui asumsi bahwasanya masih ada variabel
pengukuran besaran sumbangan dampak dari variabel bebas bagi variabel terikat.
pengaruh variabel bebas bagi variabel terikat sebanyak 72,7%. Sementara sisanya
dipengaruhi variable lainnya yang tidak ada didalam model regresi linier.
4.3.1 Pengaruh Current Ratio dan Debt to Equity Ratio Terhadap Return On
Equity
Hipotesis pertama “Ada pengaruh simultan dari current ratio dan debt to
equity ratio terhadap return on equity”. Berdasarkan rekapan hasil uji regresi
berganda pada lampiran 5 menunjukan bahwa nilai dari F hitung sebesar 44,022 >
Ftabel sebesar 3,276 dan dengan signifikian 0,000 < 0,05, mengungkapkan bahwasanya
menolak H0 diartikan adanya pengaruh signifikan current ratio (X1) dan debt to
equity ratio (X2) bagi return on equity (Y), dilihat dari sumbangan pengaruh hanya
sebesar 72,7%. Hasil inipun membuktikan hanya sebesar 72,7% return on equity
(Y) dipengaruhi oleh current ratio (X1) dan debt to equity ratio (X2). Sedangkan
pengaruh variabel lain di luar current ratio (X1) dan debt to equity ratio (X2) sebesar
variabel current ratio (X1) dan debt to equity ratio (X2) dengan bersamaan secara
Hipotesis kedua “Ada pengaruh dari current ratio bagi return on equity”.
Berlandaskan rekapan perolehan uji regresi berganda menunjukan hasil nilai dari
thitung negatif yaitu -0,446 < ttabel yaitu 2,034 dengan signifikan 0,658 > 0,05, yang
Hipotesis ketiga “Ada pengaruh dari debt to equity ratio terhadap return on
dari thitung negatif yaitu -5,854 > ttabel yaitu 2,034 dengan signifikan 0,000 ˂ 0,05, yang
signifikan debt to equity ratio (X2) bagi return on equity (Y), dengan sumbangan
pengaruh sebesar 51%. Keeratan hubungan pengaruh memiliki arah negatif, hal
ini menunjukan bahwa debt to equity ratio (DER) berpengaruh secara negatif
terhadap return on equity (ROE). Diartikan, apabila bahwa debt to equity ratio
semakin tinggi, sehingga ROE bisa semakin rendah. Namun, bila DER semakin
4.4.1 Pengaruh Current Ratio dan Debt to Equity Ratio Terhadap Return On
Equity
analisis regresi linier berganda, maka menemukan hasil bahwasanya current ratio
pengaruhnya dengan signifikan bagi return on equity (Y) dalam perusahaan sub
sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di BEI. Hasil studi inipun
didalam hal ini return on equity dipengaruhi oleh likuiditas dan solvabilitas. Sejalan
dengan itu, Husnan dan Pudjiastuti (2004:14) menyatakan bahwa jika suatu
perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang rendah dan tingkat solvabilitas yang
rendah pula maka hal ini akan menyebabkan kelebihan dana sehingga akan
memiliki tingkat likuiditas yang tinggi dan tingkat solvabilitas yang tinggi pula
Kajian empirik yang turut mendukung temuan penelitian ini adalah studi
yang dilaksanakan Armin dan Maryandhi (2018) dengan bersamaan current ratio
dan debt to equity ratio menyumbangkan pengaruh signifikan bagi return on equity.
Hal yang sama juga ditunjukkan oleh studi Hartono (2015) membuktikan
bahwasanya dengan bersamaan current ratio dan debt to equity ratio menyumbang
current ratio (CR) tidak menyumbang pengaruh bagi return on equity (ROE)
dalam perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di
pendek. Rasio lancar yang rendah umumnya dianggap sebagai indikasi kesulitan
likuidasi, sedangkan rasio lancar yang sangat tinggi juga tidak menguntungkan
Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan dalam menurunkan nilai dari CR
adalah mengefisiensikan dari nilai hutang jangka pendek dan aset yang digunakan
untuk pengeluaran biaya seperti biaya bahan baku, tenaga kerja, dan operasional
Kajian empirik yang turut mendukung temuan penelitian ini yakni studi
pengaruh secara signifikan bagi ROE. Hasil yang sama juga ditunjukan oleh Nada
Senada dengan itu, temuan dari Mawarni dan Kusjono (2015) juga menemukan bahwa
sub sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di BEI. Perolehan studi
inipun senada pada pendapat Hery (2015:198) makin tingginya DER, otomatis
jika suatu perusahaan mempunyai tingkat solvabilitas yang kecil, otomatis hal
tingkat solvabilitas yang tinggi, otomatis hal ini bisa berdampak terhadap
menurunnya profitabilitas.
ROE. Hasil yang sama juga ditunjukan oleh studi Armin dsn Maryandhi (2018),
membuktikan DER menyumbang pengaruh signifikan bagi ROE. Senada dengan itu,
4.5 Implikasi
perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang primer yang terlisting di BEI.
turun maupun naiknya ROE. Dengan demikian CR tidak bisa dijadikan tolak ukur
diperoleh bisa meningkat juga. Debt to equity ratio (DER) memberi implikasi
bagi ROE, dimana DER menyumbang pengaruhnya secara negatif dan signifikan
bagi ROE. Semakin tinggi nilai DER yang perusahaan miliki mampu mengurangi
total rasio laba atau dalam hal ini ROE perusahaan tersebut, begitupun
penggunaan hutang jangka panjang yang terlalu tinggi. Hal ini dikarenakan
untuk melunasi kewajiban yang dimiliki yang menyebabkan penurunan pada laba
yang akan dimiliki oleh perusahaan. Karena tingkat laba yang tinggi
sebagai alat pertimbangan bagi perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang
PENUTUP
5.1 Rangkuman
Return On Equity adalah adalah ukur profibilitas yang sangat umum digunakan
untuk mengukur kinerja perusahaan dari segi kepemilikan modal. Perusahaan yang
memiliki nilai ROE tinggi dianggap memiliki kinerja yang lebih baik.
Penggunaan hutang yang tinggi apa lagi disaat masa pandemi saat ini tentu saja
memberikan pengaruh bagi return on equity yaitu diantaranya current ratio dan
debt to equity ratio. Kajian studi inipun dilaksanakan di perusahaan sub sektor
dilaksanakannya studi ini yakni untuk menilai pengaruh current ratio dan debt to
equity ratio bagi return on equity pada perusahaan sub sektor perdagangan ritel
barang primer yang listing di BEI baik pengaruh dengan bersamaan ataupun
studi inipun mempergunakan analisis regresi linier berganda, yang awalnya diujikan
51
52
Hasil temuan inipun membuktikan current ratio dan debt to equity ratio
72,7% dan sisanya sebesar 27,3% dipengaruhi oleh variabel lainnya. Dengan
individual current ratio tidak menyumbang pengaruh bagi return on equity dan
5.2 Simpulan
1) Current ratio (X1) dan debt to equity ratio (X2) berpengaruh signfikan bagi
return on equity (Y) pada perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang
2) Current ratio (X1) tidak berpengaruh bagi return on equity (Y) pada
perusahaan sub sektor perdagangan ritel barang primer yang terdaftar di BEI.
signifikan bagi return on equity (Y) pada perusahaan sub sektor perdagangan
5.3 Saran
1) Bagi perusahaan
stabilitas sistem dan lebih mengontrol rasio hutang jangka panjang dengan cara
hutang. Saran untuk perusahaan Sumber Alfaria Trijaya Tbk dan Enseval
mencerminkan kondisi yang baik dan sehat kepada pemegang saham. Hal ini
pada laporan keuangan bahwa perusahaan dalam kondisi yang baik dan akan
disebabkan oleh korelasi positif antara ROE dan harga saham, dimana ROE
yang lebih tinggi biasanya menghasilkan harga saham yang lebih tinggi.
Makin tingginya DER mengasumsikan komposisi total hutang makin besar dari
terhadap ekuits. Pemberi hutang dan investor biasanya memilih DER yang
perusahaan tersebut.
subjek penelitian
55
yang lain agar bisa membandingkan return on equity perusahaan satu dengan
yang lainnya khusunya perusahaan yang terdaftar di BEI. Selain itu diharapkan