AB
Teola M Konoralma1*, Farid Alfalaki Hamid1
1
Teknik Pengolahan Minyak dan Gas, PEM Akamigas, Jl. Gajah Mada No.38, Cepu, 58315
*
E-mail: thitin.konoralma@gmail.com
ABSTRAK
HTU (Hydrotreating Unit) adalah unit yang terdiri dari unit Hydrogen Plan (Unit 22),
Gas Oil Hydrotreating Unit / GO-HTU (Unit 14), dan Light Cycle Oil Hydrotreting Unit atau
LCO HTU (Unit 22). Unit ini mempunyai fungsi utama ialah mengurangi dan
menghilangkan impurities (nitrogen, senyawa sulfur organik dan senyawa logam) yang
terbawah bersama minyak bumi dan fraksi-fraksinya yang mempengaruhi colour stability
dengan dilakukan proses hidrogenasi, yaitu dengan mereaksikan impurities dengan hidrogen
yang disuplai dari unit Hydrogen Plant dengan bantuan katalis. Gas Oil Hydrotreating Unit
(GO-HTU) ini mengolah gas oil yang belum stabil dan masih bersifat korosif masih
megandung sulfur dan nitrogen dengan bantuan katalis pada proses hidrogenasi sehingga
menghasilkan gas oil yang memenuhi ketentuan pasar yaitu 32.000 BPSD (212 m3/jam).
Feed pada unit GO-HTU ini berasal dari Crude Distillation Unit (CDU), Atmospheric Residu
Hydrometalization Unit (ARHDM), dan ada juga tang berasal dari tangki. Fouling factor
mengindikasikan tingkat kekotoran pada heat exchanger. Semakin tinggi nilai fouling factor,
semakin sedikit panas yang dapat ditransfer oleh heat exchanger tersebut. Penyebab
peningkatan nilai fouling factor adalah akumulasi mineral yang terbawa bersama feed.
Kata kunci : Heat exchanger, Fouling factor (Rd), Pressure drop
1. PENDAHULUAN
Heat exchanger adalah perangkat yang digunakan dalam industri untuk mengalihkan
panas antara fluida, dan fungsi utamanya adalah untuk mengubah suhu dalam suatu proses,
baik itu peningkatan atau penurunan suhu. Dalam unit GO-HTU, heat exchanger berperan
dalam meningkatkan suhu pada umpan sebelum memasuki furnace. Hal ini karena suhu
tinggi pada umpan akan mempermudah operasi furnace tersebut. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja heat exchanger adalah total fouling factor (Rd). Fouling factor
mengindikasikan tingkat kekotoran yang terjadi pada heat exchanger. Semakin tinggi nilai
fouling factor, semakin sedikit panas yang dapat ditransfer oleh heat exchanger. Peningkatan
nilai fouling factor terjadi akibat penumpukan mineral dan zat-zat lain yang terbawa bersama
umpan. Apabila nilai fouling factor melebihi batas toleransi yang ditetapkan, maka perlu
dilakukan tindakan perawatan atau pembersihan heat exchanger. Seiring dengan
perkembangan zaman dan pertumbuhan populasi global, kebutuhan akan energi terus
meningkat, terutama dalam hal minyak bumi. Oleh karena itu, diperlukan upaya
penghematan energi dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan dalam proses untuk
memanaskan umpan, dan salah satu alat yang digunakan untuk tujuan tersebut adalah heat
exchanger. Penting untuk mengoperasikan heat exchanger dengan melakukan evaluasi yang
tepat guna menghasilkan panas yang optimal, sehingga produk akhir yang dihasilkan sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Dengan metode pressure drop dan fouling factor,
nilai pressure drop dan fouling factor yang diperoleh dari hasil perhitungan evaluasi harus
sesuai dengan batasan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, jika nilai pressure drop dan
fouling factor berada dalam rentang yang telah ditentukan, maka kinerja heat exchanger
dianggap memenuhi standar dan efektif dalam mentransfer panas antara fluida. Sebaliknya,
jika nilai pressure drop dan fouling factor melebihi batasan yang ditetapkan, kemungkinan
terjadi hambatan dalam perpindahan panas dan kinerja heat exchanger perlu diperbaiki atau
dioptimalkan. Fouling factor yang tinggi menyebabkan terbentuknya endapan yang
signifikan dalam heat exchanger, mengganggu aliran fluida, dan meningkatkan penurunan
tekanan yang diperlukan untuk menjaga laju aliran melalui heat exchanger (Frank Kreith,
1997).
Melalui evaluasi tersebut, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi transfer panas pada
heat exchanger melalui upaya pembaruan, baik dalam hal kondisi operasional maupun
optimalisasi desain heat exchanger. Apabila heat exchanger memiliki efisiensi yang tinggi,
maka dapat mengurangi kehilangan panas sekecil mungkin, yang pada akhirnya akan
mengurangi biaya untuk menyediakan energi dalam suatu pabrik. Oleh karena itu, dilakukan
evaluasi kinerja heat exchanger (14-E-101) pada unit Gas Oil Hydrotreating Unit / GO-HTU
(Unit 14) ini untuk menentukan apakah alat ini berfungsi dengan baik atau belum. Jika tidak,
perlu dilakukan pembersihan. Dengan melakukan pembersihan secara berkala pada heat
exchanger, kinerja, performa, dan efisiensi dari alat tersebut akan terjaga, sehingga Heat
Exchanger dapat beroperasi dengan baik. (Kuppan, T. 2000)
Dalam proses evaluasi alat penukar panas, dilakukan serangkaian perhitungan yang
kemudian digunakan untuk menarik kesimpulan mengenai kinerja alat penukar panas
tersebut. Selanjutnya, dilakukan perhitungan optimasi untuk meningkatkan performa heat
exchanger.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam perhitungan efisiensi heat exchanger, digunakan metode Kern. Evaluasi
dilakukan dengan menggunakan metode Kern, yang melibatkan nilai koefisien
perpindahan panas bersih keseluruhan (Uc), koefisien perpindahan panas kotor
keseluruhan (Ud), faktor pengotor (Rd), dan efisiensi (Zain dan Mustain, 2020). Metode
Kern menggunakan rumus untuk menghitung aliran panas.
Tahap
Proses ini melibatkan berbagai alat seperti pompa, kondensor, kompresor, dan heat exchanger
untuk menjaga suhu, tekanan, dan pemisahan produk yang diinginkan.
B. Data Desain Heat Exchanger 14-E-101
Heat Exchanger (14-E-101) pada unit Gas Oil Hydrotreating Unit / GO HTU (Unit 14) ini
termasuk alat penukar panas jenis shell and tube heat exchanger dengan tipe aliran nya
berlawanan arah (counter current).
Tabel 1. Kondisi Desain Heat Exchanger 14-E-101
Heat Exchanger 14-E-101 digunakan di unit Go-HTU merupakan heat exchanger jenis shell
and tube. pada bagian shell dilalui oleh fluida dingin yang akan dipanaskan berupa Go-
reactor feed sedangkan tube dilalui oleh fluida panas berupa Go-reaktor effluent. Heat
exchanger ini memanaskan feed sebelum masuk ke dalam furnace sedangakan fluida dingin
akan keluar menuju ke fin fan untuk di dinginkan lagi. Tipe aliran yang digunakan pada heat
exchanger 14-E-101 adalah aliran counter-current. Penggunaan jenis aliran ini karena dapat
memberikan perpindahan panas yang lebih baik. Heat exchanger 14-E-101 ini sudah
digunakan sejak beroperasinya unit GO-HTU yaitu pada tahun 1994 dan baru dilakukan
dilakukan trun around (TA/perawatan skala besar), sehingga mengharuskan kilang untuk
shutdown (stop produksi) pada bulan Mei.
E. Analisa nilai fouling factor heat exchanger 14-E-101
Analisa fouling factor dilakukan karena fouling dapat mempengaruhi kinerja heat exchanger.
Fouling merupakan peristiwa adanya padatan atau hambatan di permukaan punukar panas
yang terkontak dengan fluida kerja, termasuk permukaan perpindahan panas. Peristiwa
tersebut dapat berupa pengendapan, pengerakan, dan proses biologi. Fouling factor yang
tinggi menyebabkan adanya endapan yang berat sehingga secara signifikan mengganggu
aliran fluida dan meningkatkan penurunan tekanan yang diperlukan untuk mempertahankan
laju aliran melalui heat exchanger. Sehingga adanya fouling dapat menyebabkan nilai
koefisien perpindahan panas ,mengecil sehingga proses perpindahan panas akan terhambat.
Ukuran besarnya hambatan akibat adanya kotoran atau endapan di dalam heat exchanger
itulah yang disebut dengan fouling factor.
0.00400
Fouling factor (Rd)
0.00300 Rd Desain
Rd
0.00200
0.00100
0.00000
1 2 Bulan
3 4 5 6
Ud Desain Vs Ud Aktual
45
40
35 Ud Aktual
Ud
30 Ud Desain
25
20
1 2 3 4 5 6
Bulan
Ud Desain Vs Ud Aktual
45
40
35 Ud Aktual
Ud
30 Ud Desain
25
20
1 2 3 4 5 6
Bulan
4. KESIMPULAN
Kondisi dari heat exchanger 14-E-101 berdasarkan hasil perhitungan di dapat nilai
pressure drop pada bagian shell sebesar 0,52 psi dan bada bagian tube 0,44 psi. Nilai tersebut
masih dibawah standar batas pressure drop desain yaitu: sebesar 1,0 psi pada shell dan tube
sehingga hal ini menunjukan ΔP masih sanggat baik
Sedangkan untuk harga dari fouling factor (Rd) diperoleh hasil perhitungga yaitu sebesar
0,00267 hr.ft2.0F/Btu dimana harga dari hasil perhitungan ini masih memenuhi batasan
fouling factor (Rd) desain yaitu sebesar 0,00578 hr.ft2.0F/Btu dimana hasil tersebut
menunjukan bahwa alat tersebut masih bersih baik untuk dioperasikan.
Untuk nilai effisiensi heat exchanger ditenukan dengan perbandingan antara energi panas
pada tube (hot fluida) yang berupa Go-Reactor effluent terhadap energi panas pada shell (cold
fluid) yang merupakan Go-reactor feed, sehingga hasil perhitungaan effisiensi aktual yang
diperoleh adalah 95,699 %.
5. DAFTAR ISI
[1] Kern,D.Q, 1950 “Proses Heat Transfer” International Edition, Mc.Graw HillBook
[2] Frank Kreith, 1997, “Prinsip-prinsip Perpindahan Panas”, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta
[3] Kuppan, T. 2000. “Heat Exchanger Design Handbook”. Marcel Dekker Inc.New York.
[4] Standards of Turbular Exchanger Manufacture Association, 8th Edition New York, 1999.
[5] Suhengki. Dan A.F. Lubis. 2018. Pengaruh fouling terhadap laju perpindahan panas.
Jurnal Power Plant. Vol. 6.
[6] Rahayu, dan puspitasari, 2018. Laporan Kerja Praktek PT. PERTAMINA (PERSERO) RU
VI Balongan-Indramayu Jawa Barat. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
[7] Hobson G. D, 1984, “Modren Petroleum Technology”, Fifth Edition part 1, The Institute
of Petroleum
[8] Gray, James, 2001. “ Petroleum Refining Technology and Economics”, Marcel Dakker,
New York
[9] Warren L. Mc Cabe. Julian C. Smith dan Peter Harriot, 1985 “Unit Operation of Chemical
Ebgineering”. Mc Graw-Hill International Book Co
[10] Supranto, 1993, “Statistik Teori dan Aplikasi”. Edisi 5, Erlangga, Jakarta