Anda di halaman 1dari 7

Nama : Maulana Rif’af

Nim : 2231110119
Kelas : 2E D3TE

Jelaskan fungsi dari masing masing blok diagram yang terdapat pada gambar diatas!

Mikrokontroller adalah sebuah perangkat keras komputer kecil yang terintegrasi


dalam satu chip (IC) yang memiliki CPU, memori, dan berbagai perangkat keras input/output
(I/O) yang digunakan untuk mengendalikan berbagai sistem dan perangkat elektronik.
Mikrokontroller digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk sistem tertanam (embedded
systems) seperti peralatan rumah tangga, kendaraan, peralatan medis, perangkat elektronik
konsumen, dan banyak lagi.
1. CATU DAYA
Catu daya (power supply) dalam mikrokontroler sangat penting karena
mikrokontroler memerlukan tegangan yang stabil dan sesuai untuk beroperasi dengan
baik. Ketidakstabilan atau kesalahan dalam catu daya dapat mengakibatkan kerusakan
pada mikrokontroler atau mengganggu operasinya. Di bawah ini adalah beberapa hal
yang perlu diperhatikan tentang catu daya dalam mikrokontroler:
1.1 Tegangan Suplai (Supply Voltage): Mikrokontroler memiliki tegangan
kerja yang ditentukan oleh produsen. Sebagian besar mikrokontroler
bekerja pada tegangan 3.3V atau 5V, tetapi ada juga varian yang bekerja
pada tegangan yang lebih rendah atau lebih tinggi. Pastikan untuk
memberikan tegangan yang sesuai sesuai dengan spesifikasi produsen.
1.2 Arus Suplai (Supply Current): Selain tegangan, Anda juga perlu
memperhatikan kapasitas arus yang diperlukan oleh mikrokontroler dan
perangkat yang terhubung kepadanya. Pastikan catu daya memiliki
kapasitas arus yang cukup untuk mendukung semua perangkat yang
terhubung.
1.3 Stabilitas Tegangan: Catu daya harus mampu menyediakan tegangan yang
stabil tanpa fluktuasi yang signifikan. Penggunaan regulator tegangan
(voltage regulator) seperti LDO (Low Dropout Regulator) atau switching
regulator dapat membantu menjaga stabilitas tegangan.
1.4 Filtering dan Decoupling: Untuk menghilangkan noise dan gangguan pada
catu daya, seringkali digunakan kapasitor filter (decoupling capacitor)
yang ditempatkan dekat dengan kaki-kaki daya mikrokontroler. Kapasitor
ini membantu menjaga tegangan kerja tetap stabil.
1.5 Proteksi Polaritas Terbalik: Melindungi mikrokontroler dari sambungan
daya yang salah polaritas (polarity reversal) sangat penting. Ini dapat
dicapai dengan menggunakan diode pelindung atau rangkaian
perlindungan yang sesuai.
1.6 Proteksi Terhadap Lonjakan Tegangan (Transient Voltage Protection):
Perlindungan harus disediakan untuk melindungi mikrokontroler dari
lonjakan tegangan atau transien yang dapat merusaknya. Zener diode atau
suppressor diode dapat digunakan untuk tujuan ini.
1.7 Efisiensi Energi (Power Efficiency): Penting untuk mempertimbangkan
efisiensi energi dalam desain catu daya. Penggunaan regulator tegangan
yang efisien dan desain yang hemat daya dapat membantu menghemat
energi.
1.8 Kebijakan Hibernasi dan Pemadaman Daya: Untuk menghemat daya,
beberapa mikrokontroler memiliki mode hibernasi atau pemadaman daya.
Desain catu daya harus mempertimbangkan penggunaan mode ini.
1.9 Saat merancang sistem dengan mikrokontroler, sangat penting untuk
memahami persyaratan catu daya yang ditentukan oleh produsen
mikrokontroler dan memastikan bahwa catu daya yang digunakan sesuai
dengan persyaratan tersebut untuk menghindari masalah catu daya yang
dapat merusak mikrokontroler atau perangkat terkait.
2. ROM
ROM (Read-Only Memory) dalam mikrokontroler adalah jenis memori yang
digunakan untuk menyimpan program yang akan dieksekusi oleh mikrokontroler.
Program tersebut biasanya tidak dapat diubah oleh pengguna akhir setelah
mikrokontroler diprogram, sehingga disebut "Read-Only Memory."
Dalam diagram blok atau struktur internal mikrokontroler, ROM (Read-Only
Memory) memiliki peran penting dalam menyimpan program yang akan dieksekusi
oleh mikrokontroler. Berikut adalah fungsi ROM dalam diagram mikrokontroler:
2.1 Penyimpanan Program: Bagian utama dari ROM dalam mikrokontroler
adalah menyimpan program utama yang akan dieksekusi oleh CPU
(Central Processing Unit) mikrokontroler. Program ini disusun dalam
bentuk instruksi-instruksi yang harus dijalankan oleh mikrokontroler untuk
melakukan berbagai tugas.
2.2 Instruksi Eksekusi: Setelah daya dinyalakan, CPU mikrokontroler akan
membaca instruksi-instruksi dari ROM satu per satu dan menjalankannya.
Instruksi-instruksi ini mengontrol bagaimana mikrokontroler berinteraksi
dengan perangkat keras dan menjalankan operasi yang diperlukan.
2.3 Fungsi Khusus: Selain program utama, ROM dalam mikrokontroler juga
dapat berisi tabel, konstanta, atau data yang digunakan dalam program. Ini
bisa mencakup lookup tables, data pengkompensasi sensor, atau informasi
konfigurasi.
2.4 Keamanan dan Perlindungan: Beberapa mikrokontroler memiliki
mekanisme perlindungan yang memungkinkan ROM untuk mengunci
akses ke program atau data tertentu untuk mencegah perubahan yang tidak
sah atau pembacaan yang tidak sah.
2.5 Firmware Updates: Jika mikrokontroler memiliki jenis ROM yang dapat
diprogram ulang (seperti Flash ROM), ROM ini juga digunakan untuk
menyimpan pembaruan perangkat lunak (firmware updates) saat
diperlukan. Pembaruan ini dapat digunakan untuk mengubah atau
meningkatkan fungsi mikrokontroler.
2.6 Inisialisasi Awal: Pada saat daya pertama kali dinyalakan, ROM juga bisa
digunakan untuk melakukan inisialisasi awal mikrokontroler. Inisialisasi
ini bisa mencakup pengaturan awal perangkat keras dan variabel yang
diperlukan.

3. RAM
RAM (Random Access Memory) dalam mikrokontroler memiliki peran
penting dalam penyimpanan data sementara dan pemrosesan data selama operasi
mikrokontroler. Berikut adalah fungsi RAM dalam mikrokontroler:
3.1 Penyimpanan Data Sementara: RAM digunakan untuk menyimpan data
yang diperlukan oleh program yang sedang berjalan. Data ini bisa berupa
variabel, hasil perhitungan sementara, input dari sensor, atau hasil dari
operasi lainnya. Data yang tersimpan dalam RAM dapat diakses dan
diubah dengan cepat oleh CPU.
3.2 Stack Memory: RAM juga digunakan untuk menampung tumpukan (stack)
saat mikrokontroler menjalankan program. Stack adalah struktur data yang
digunakan untuk menyimpan informasi tentang pemanggilan fungsi,
variabel lokal, dan alamat pengembalian. Ini penting untuk menjaga urutan
pemanggilan fungsi dan pengembalian program yang benar.
3.3 Variabel dan Buffer: RAM adalah tempat di mana variabel program dan
buffer data disimpan. Variabel ini dapat digunakan untuk menyimpan
status, hasil perhitungan, atau data sementara lainnya yang dibutuhkan
dalam program.
3.4 Pengolahan Data: Selama operasi, CPU akan membaca data dari RAM,
melakukan operasi matematika, logika, atau lainnya, dan kemudian
menulis hasilnya kembali ke RAM. Ini adalah bagian penting dari
pemrosesan data mikrokontroler.
3.5 Manipulasi Data: RAM memungkinkan mikrokontroler untuk mengakses,
membaca, dan menulis data dalam berbagai format, termasuk data biner,
karakter, dan angka.
3.6 Buffering Komunikasi: Saat berkomunikasi dengan perangkat eksternal,
seperti sensor atau perangkat lain, data sering disimpan dalam buffer di
RAM sebelum diolah atau dikirim. Ini membantu dalam menangani data
yang masuk atau keluar dengan kecepatan yang berbeda.
3.7 Pemrosesan Tertanam: Beberapa mikrokontroler memiliki RAM yang
khusus digunakan untuk tugas tertanam seperti grafik, suara, atau
pemrosesan data yang lebih kompleks. RAM ini mendukung fungsi
tambahan yang tidak terkait langsung dengan operasi CPU inti.
3.8 Tempat Kerja untuk Program: Selain data, RAM juga digunakan sebagai
tempat kerja untuk program yang sedang berjalan. Ini termasuk
penyimpanan instruksi yang akan dieksekusi oleh CPU selama operasi.
Penting untuk diingat bahwa RAM dalam mikrokontroler bersifat volatile,
yang berarti data yang disimpan dalam RAM akan hilang ketika catu daya dimatikan
atau diputuskan. Oleh karena itu, RAM digunakan untuk penyimpanan data sementara
yang dibutuhkan selama operasi mikrokontroler, sedangkan ROM (misalnya, Flash
ROM) digunakan untuk menyimpan program yang persisten dan tetap ada bahkan
setelah pemadaman daya. Kombinasi RAM dan ROM adalah kunci untuk operasi
yang efisien dan efektif pada mikrokontroler.
4. ABLC I/O
Program ABL (Assembly Building Language) input/output dalam
mikrokontroler akan tergantung pada jenis mikrokontroler yang Anda gunakan, serta
perangkat input/output yang ingin Anda kendalikan. Adapun fungsi I/O dalam
pemrograman mikrokontroler mencakup:
4.1 Membaca Input: Mikrokontroler dapat membaca data dari perangkat input
seperti sensor suhu, sensor cahaya, tombol, atau sensor lainnya. Data ini
kemudian dapat digunakan dalam program untuk pengambilan keputusan
atau pemrosesan lebih lanjut.
4.2 Mengendalikan Output: Mikrokontroler dapat mengontrol perangkat
keluaran seperti motor, LED, relais, atau layar. Ini memungkinkan
mikrokontroler untuk menggerakkan perangkat fisik atau menampilkan
informasi kepada pengguna.
4.3 Komunikasi Serial: Mikrokontroler dapat berkomunikasi dengan perangkat
eksternal atau komputer melalui berbagai protokol komunikasi serial
seperti UART, SPI, dan I2C. Ini memungkinkan pertukaran data dengan
perangkat lain.
4.4 Pemrosesan Sinyal Analog: Beberapa mikrokontroler memiliki konverter
analog-ke-digital (ADC) yang memungkinkan mereka untuk membaca
sinyal analog seperti suara atau tegangan listrik dari sensor.
4.5 Pemrograman PWM: Mikrokontroler sering digunakan untuk
menghasilkan sinyal PWM (Pulse Width Modulation) untuk
mengendalikan kecepatan motor, tingkat kecerahan LED, atau mengatur
daya keluaran.
4.6 Pengaturan Kecepatan atau Frekuensi: Mikrokontroler dapat digunakan
untuk menghasilkan sinyal clock yang digunakan dalam berbagai aplikasi,
termasuk komunikasi digital.
4.7 Penyimpanan Data: Mikrokontroler dapat menyimpan data dalam memori,
termasuk EEPROM atau Flash ROM, untuk keperluan penyimpanan
sementara atau pemrograman.
Fungsi-fungsi I/O ini sangat penting dalam mikrokontroler karena
memungkinkan mereka untuk berfungsi dalam berbagai aplikasi yang melibatkan
pengendalian perangkat fisik, pemantauan lingkungan, dan interaksi dengan perangkat
lain. Pemrograman I/O di mikrokontroler biasanya melibatkan manipulasi register
perangkat keras dan pemrograman dalam bahasa pemrograman tertentu yang sesuai
dengan mikrokontroler yang digunakan.
5. BUS DATA
Bus data dalam mikrokontroler adalah jalur komunikasi yang digunakan untuk
mentransfer data antara berbagai komponen dalam mikrokontroler. Ini adalah bagian
integral dari arsitektur mikrokontroler dan memiliki beberapa fungsi penting:
5.1 Transfer Data Antar Regiser: Dalam mikrokontroler, terdapat banyak
register yang digunakan untuk menyimpan data sementara, seperti register
umum (misalnya, register A, B, C), register status, dan register kontrol.
Bus data digunakan untuk mengirim dan menerima data antara berbagai
register ini.
5.2 Komunikasi Antar Perangkat: Mikrokontroler sering kali berkomunikasi
dengan perangkat eksternal seperti sensor, perangkat penyimpanan, dan
perangkat lainnya. Bus data digunakan untuk mengirim dan menerima data
antara mikrokontroler dan perangkat eksternal ini melalui berbagai
protokol komunikasi seperti I2C, SPI, UART, dan lainnya.
5.3 Pemrosesan Data: Mikrokontroler menggunakan bus data untuk
mengambil data dari memori, merancang operasi matematika atau logika
pada data tersebut, dan menyimpan hasilnya kembali ke memori atau
register. Ini adalah bagian penting dari pemrosesan data dalam
mikrokontroler.
5.4 Akses Memori: Bus data juga digunakan untuk mengambil data dari
memori program (biasanya Flash ROM atau RAM) dan memori data
(RAM) untuk eksekusi program atau pengolahan data.
5.5 Operasi I/O: Bus data digunakan untuk mentransfer data antara
mikrokontroler dan perangkat input/output (I/O) seperti port digital,
konverter analog-ke-digital (ADC), atau perangkat lain yang terhubung.
5.6 Operasi Kontrol: Fungsi bus data dapat dikendalikan oleh bus kontrol dan
sinyal-sinyal pengaturan yang memungkinkan pengendalian akses ke bus
data oleh komponen lain dalam mikrokontroler. Ini memastikan bahwa
akses ke bus data terkoordinasi dan aman.

Bus data dalam mikrokontroler biasanya memiliki lebar yang dapat bervariasi,
seperti 8-bit (bus data 8-bit), 16-bit (bus data 16-bit), atau 32-bit (bus data 32-bit),
tergantung pada arsitektur mikrokontroler yang digunakan. Lebar bus data
mempengaruhi jumlah data yang dapat diakses atau ditransfer dalam satu siklus clock.
6. CLOCK
Clock dalam mikrokontroler adalah sinyal osilasi periodik yang digunakan
untuk mengatur waktu dan mengkoordinasikan operasi internal mikrokontroler. Clock
ini memungkinkan mikrokontroler untuk menjalankan instruksi-instruksi program
dengan tepat pada waktu yang diinginkan dan mengatur kecepatan operasi berbagai
komponen seperti CPU, timer, dan perangkat lainnya.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipahami tentang clock dalam mikrokontroler:
6.1 Sumber Clock: Sumber clock dalam mikrokontroler dapat berasal dari
berbagai sumber, seperti kristal osilator eksternal, resonator keramik,
rangkaian RC (resistor-kapasitor), atau generator clock internal. Kristal
osilator eksternal adalah sumber clock yang paling stabil dan akurat.
6.2 Kecepatan Clock: Kecepatan atau frekuensi clock diukur dalam Hertz (Hz)
dan menentukan seberapa cepat mikrokontroler menjalankan instruksi-
instruksi programnya. Kecepatan ini dapat disetel oleh pengguna atau
ditentukan oleh spesifikasi mikrokontroler. Biasanya, mikrokontroler
memiliki beberapa mode operasi dengan kecepatan clock yang berbeda.
6.3 Pembagian Clock: Beberapa mikrokontroler memiliki kemampuan untuk
membagi kecepatan clock dengan faktor tertentu. Ini memungkinkan
pengguna untuk mengatur kecepatan clock yang sesuai dengan kebutuhan
aplikasi tertentu.
6.4 Pengaturan Clock: Mikrokontroler biasanya memiliki register pengaturan
yang memungkinkan pengguna untuk mengatur kecepatan clock dan
sumber clock. Pengaturan ini dapat dilakukan melalui perangkat lunak
yang mengendalikan mikrokontroler.
6.5 Prescaler: Sebuah prescaler adalah komponen yang digunakan untuk
membagi kecepatan clock dengan faktor tertentu. Ini sering digunakan
dalam pengukuran waktu, seperti dalam timer/counters, untuk mengatur
interval waktu yang tepat.
6.6 Interrupsi Clock: Mikrokontroler sering menggunakan clock untuk
menghasilkan interrupt (interupsi) pada interval waktu tertentu. Ini
digunakan untuk menjalankan kode yang harus dijalankan pada waktu
tertentu, seperti pembacaan sensor periodik atau pemantauan waktu.
6.7 Koreksi Drift Clock: Meskipun kristal osilator eksternal sangat stabil,
masih mungkin terjadi pergeseran frekuensi seiring berjalannya waktu.
Beberapa mikrokontroler memiliki kemampuan untuk melakukan koreksi
drift clock untuk memastikan akurasi waktu yang tinggi.
Clock dalam mikrokontroler adalah bagian penting dari sistem yang memengaruhi
kinerja dan akurasi operasi. Mempahami pengaturan dan penggunaan clock adalah
kunci untuk mengembangkan aplikasi yang stabil dan tepat waktu menggunakan
mikrokontroler.

Anda mungkin juga menyukai