Anda di halaman 1dari 11

Ujian Akhir Semester

Sistem Transportasi

Nama : Faizal Hendrawan


NPM : 1406551626
Jurusan : Teknik Sipil

Soal

Diketahui kota A memiliki penduduk sebesar 5 juta jiwa dan memiliki 3 kota satelit sekitarnya
yaitu kota B,C, dan D, kota B dan C memiliki 1 juta penduduk dan D 600 ribu penduduk.

Perdagangan (A), Pemerintahan (B), Perumahan (%) Luasan Lahan


Penelitian dan industry digital (C) (%) (Km2)

Kota A 70% 30% 350,5

Kota B 60% 40% 167,5

Kota C 60% 40% 118, 5

Jawab

• Kota A
o Jumlah Penduduk Kota A 5.000.000 jiwa dengan luas 350,5 km².
o Kepadatan penduduk = 5000.000 : 350,5 = 14.265,335 = 14.266 penduduk/km².
o Komposisi wilayah:
- 70% Daerah Pusat Industri Jasa dan Perdagangan = 70% x 350,5 km² =
245,35 km².
- 30% Daerah Perumahan = 30% x 350,5 km² = 105,15 km².
• Kota B
o Jumlah Penduduk Kota B 1.000.000 jiwa dengan luas 167,5 km².
o Kepadatan Penduduk = 1000.000 : 167,5 = 5.970,14 = 5.971 penduduk/km².
o Komposisi Wilayah:
- 60 % Pusat Pemerintahan = 60% x 176,5 km² = 100,5 km².
- 40% Daerah Perumahan = 40% x 176,5 km² = 76 km².
• Kota C
o Jumlah Penduduk Kota C 1.000.000 jiwa dengan luas 118,5 km².
o Kepadatan Penduduk = 1000.000 : 118,5 = 8438,82 = 8439 penduduk/km².
o Komposisi Wilayah:
- 60 % Pusat Pendidikan, Penelitian dan Industri Digital = 60% x 118,5 km²
= 71,5 km².
- 40% daerah perumahan = 40% x 118,5 km² = 47 km².
• Kota D
o Jumlah Penduduk Kota D 600.000 jiwa.
o Luas Wilayah = Tidak ada keterangan luas wilayah
o Komposisi Wilayah = dan persebaran tata guna lahan

Seperti yang dijelaskan pada soal bahwa untuk pembuatan perancangan sistem
transportasi ini dengan menggunakan model klasik four-steps. Dimana dijelaskan bahwa model
klasik four-steph ini memiliki 4 steph model yaitu (Tamin O. Z., 2000):

1. Trip Generation
Pada bagian ini tahapan permodelan memprkirakan mengenai jumlah pergerekan
yang berasal dari suatu zona atau tataguna lahan. Bangkitan mengenai lalu lintas ini
mencakup lalu lintas yang meninggalkan lokasi (Trip Production) dan lalu lintas yang
menuju ke suatu lokasi (trip attraction). Pergerakan lalu lintas ini biasanya bertipe 3
aliran, yakni home-based work trips (HBW), home-based other (or non-work) trips
(HBO), dan non-home –based trips (NHB). Tipe lalu lintas yang sudah disebutkan
berikut sangat dipengaruhi oleh tata guna lahan.
Permodelan bangkitan perjalanan ini merupakan suatu permodelan yang
memprediksi jumlah pergerakan yang dibangkitkan oleh zona asal dan jumlah pergerakan
yang tertarik ke zona tujuan yang maish dalam suatu daerah kajian.
2. Trip Distrubution
Pola distribusi lalu lintas antara zona asal dan tujuan adalah hasil dari dua hal
yang terjadi secara bersamaan yakni lokasi dan intensiatas tata guna lah dan interaksi
antara 2 buah tata guna lahan. Tahap 2 ini juga menentukan apakah tipe penghubung
tersebut terpusat satu jalur atau tersebar. Biasanya factor paling menentukan dari trip
distribution adalah spatial separation dan biaya. Tata guna tanah cenderung menarik lalu
lintas dari tempat yang lebih dekat dibandingkan dengan tempat yang jauh.

3. Modal choice/modal split


Setelah adanya bangkitan dan pemilihan tipe distribusi, tahapan model
transportasi selanjutnya adalah memilih bagaimana interaksi dari production dan
attraction itu dilakukan. Pemilihan moda transportasi bergantung dari tingkat
ekonomidari pemilik tata guna lahan dan biaya transportasi dari moda angkutan. Orang
dengan ekonomi tinggi cenderung memilih mode angkutan pribadi dibandingkan mode
angkutan umum. Jika terdapat lebih dari satu moda, moda yang dipilih biasanya yang
memiliki rute terpendek, tercepat atau termurah, atau kombinasi ketiganya.

4. Trip Assignment
setelah dipilihnya tipe moda angkutan dan jalur distribusi, maka akan timbulah
aliran volume lalu lintas. Pada tahapan ini, pengaturan akan arus lalu lintas akan
dilakukan. Bila diketahui suatu jalur distribusi memiliki beban volume yang padat, maka
planner bisa mengalihkan satu jalur lainnya ke jalur yang lain sehingga menjadi tinggal
satu jalur. Pemilihan rute baru tetap memperhitungkan alternative terpendek, tercepat,
termurah, dan juga diasumsikan bahwa pemakai jalan mempunyai informasi cukup
tentang kemacetan, kondisi jalan, dll.

Pada tahapan pertama trip generation kita menganalisa bahwa pada kota A aktifiatas
frekuensi lalu lintas pada kota A akan mengalami pada kepadatan karena pada kota A terdapat
lahan perdagangan sebesar 70% dan perumahan sebesar 30%, lalu pada kota B akan mengalami
kepadatan pada jam sibuk kerja yaitu pada pukul 06:00-09:00 dan jam pulang kerja pada pukul
17:00-20:00 karena terdapat pemerintahan sebesar 60% dan perumahan sebesar 40%, dan pada
kota C akan mengalami peningkatan frekuensi kendaraan mobil besar karena pad akota C
terdapat penelitian dan industry digital sebesar 60% dan perumahan sebesar 40%.

Pada tahapan trip distribution ini bila dilihat dari persebaran tata guna lahan pada kota A,
B, dan C, Perdagangan (A), Pemerintahan (B), Penelitian dan industry digital (C), memiliki
dampak yang sangat besar terhadap faktor dalam menentukan apakah tipe penghubung tersebut
terpusat satu jalur atau tersebar.

• Jumlah Keluarga (asumsi)

Saya berasumsi dimana satu keluarga memiliki seorang suami, istri dan dua orang
anak. Asumsi ini digunakan untuk membagi jumlah penduduk kedalam bentuk keluarga.
Sehingga didapat hasil, yaitu:
 Kota A
- Jumlah Penduduk = 5.000.000 jiwa.
- Jumlah Keluarga = 5.000.000/4 orang = 1.250.000 keluarga.
- Prediksi Perjalanan:
• Jumlah Ayah sebagai kepala keluarga yang bekerja sebanyak 25%
= 1.250.000 jiwa.
• Jumlah Anak yang mengenyam pendidikan sebanyak 50% =
2.500.000 jiwa.
• Jumlah Ibu yang mengurus rumah tangga sebanyak 25% =
1.250.000 jiwa.
 Kota B
- Jumlah Penduduk = 1.000.000 jiwa.
- Jumlah Keluarga = 1.000.000/4 orang = 250.000 keluarga.
- Prediksi Perjalanan:
• Jumlah Ayah sebagai kepala keluarga yang bekerja sebanyak 25%
= 250.000 jiwa.
• Jumlah Anak yang mengenyam pendidikan sebanyak 50% =
500.000 jiwa.
• Jumlah Ibu yang mengurus rumah tangga sebanyak 25% = 250.000
jiwa.
 Kota C
- Jumlah Penduduk = 1.000.000 jiwa.
- Jumlah Keluarga = 1.000.000/4 orang = 250.000 keluarga.
- Prediksi Perjalanan:
• Jumlah Ayah sebagai kepala keluarga yang bekerja sebanyak 25%
= 250.000 jiwa.
• Jumlah Anak yang mengenyam pendidikan sebanyak 50% =
500.000 jiwa.
• Jumlah Ibu yang mengurus rumah tangga sebanyak 25% = 250.000
k jiwa.
 Kota D
- Jumlah Penduduk = 600.000 jiwa.
- Jumlah Keluarga = 600.000 /4 orang = 150.000 keluarga.
- Prediksi Perjalanan:
• Jumlah Ayah sebagai kepala keluarga yang bekerja sebanyak 25%
= 150.000 jiwa.
• Jumlah Anak yang mengenyam pendidikan sebanyak 50% =
300.000 jiwa.
• Jumlah Ibu yang mengurus rumah tangga sebanyak 25% = 150.000
jiwa.

• Pusat Pemerintahan di Kota B


Menurut data statistik Pegawai Negeri Sipil yang ada di Indonesia pada tahun
2016 sejumlah 4.374.349 orang (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2017)
Sehingga didapat persentase jumlah apratur negara terhadap jumlah penduduk
Indonesia adalah:
= (4.374.349 / 264.000.000) x 100 persen
= 1,65695 % = 1.66 %
Melalui branchmarking diatas penulis mengasumsikan bahwa jumlah pegawai
pemerintahan untuk kota A,B,C,D adalah:
= 1.65% x (jumlah penduduk kota A,B,C,D)
= 1,65% x (5.000.000 + 1.000.000 + 1.000.000 + 600.000)
= 1,65% x 7.600.000
= 125.400 jiwa.
Penulis mengasumsikan disetiap kota jumlah tenaga pegawai pemerintahan yang
sama jadi disetiap kota memiliki
= 125.400 pegawai / 4 kota A,B,C,D
= 31.350 pegawai pemerintahan
Sehingga didapat bahwa untuk jumlah perjalanan yang menuju kota B dari
masing masing wilayah sebesar :
 Kota A = 31.350 perjalanan
 Kota B = 31.350 perjalanan
 Kota C = 31.350 perjalanan
 Kota D = 31.350 perjalanan

• Pendidikan yang dibutuhkan di Kota C


Dari perhitungan sebelumnya jumlah keseluruhan siswa adalah 3.800.000 jiwa,
dengan jumlah siswa tiap kota, yaitu:
 Kota A : 2.500.000 jiwa
 Kota B : 500.00 jiwa
 Kota C : 500.000 jiwa
 Kota D : 300.000 jiwa
Sehingga dapat diketahui jumlah tenaga pendidik untuk kota A,B,C, dan D
adalah:
= 3.800.000 /20
= 190.000 tenaga pendidik .
Saya mengasumsikan disetiap kota memiliki jumlah tenaga pendidik yang sama,
sehingga disetiap kota memiliki:
= 190.000 tenaga pendidik/4 kota
= 47.500 tenaga pendidik
Sehingga didapat bahwa untuk jumlah perjalanan yang menuju kota C dari
masing masing wilayah sebesar :
o Kota A = 2.500.000 siswa + 47.500 tenaga pendidik = 2.547.500 perjalanan.
o Kota B = 500.000 siswa + 47.500 tenaga pendidik = 547.500 perjalanan.
o Kota C = 500.000 siswa + 47.500 tenaga pendidik = 547.500 perjalanan.
o Kota D = 300.000 siswa + 47.500 tenaga pendidik = 347.500 perjalanan.

• Pusat Industri Jasa dan Perdagangan di Kota A


Untuk mendapatkan kebutuhan pegawai industry jasa dan perdagangan dari
masing-masing kota saya mengasumsikan tidak bekerja sebagai tenaga pendidik dan
pegawai pemerintahan dimasing-masing kota adalah pegawai industri jasa dan
perdagangan. Sebagai berikut:
 Kota A = 1.250.000 - 47.500 – 31.350 = 1.171.150 perjalanan
 Kota B = 250.000 - 47.500 – 31.350 = 171.150 perjalanan
 Kota C = 250.000 - 47.500 – 31.350 = 171.150 perjalanan
 Kota D = 150.000 - 47.500 – 31.350 = 71.150 perjalanan

1. Trip Distribution

Trip Distribution menghasilkan MAT untuk tiap maksud perjalanan sebagai fungsi
atribut sistem kegiatan (bangkitan dan tarikan) dan atribut jaringan (waktu perjalanan interzona),
dengan ukuran hambatan perjalanan (waktu perjalanan dan generalized cost) antara 2 zona.
(Sulistyorini & Tamin, 2007). Berdasarkan perhitungan bangkitan perjalanan (trip generation)
sebelumnya, penulis dapat mengetahui persebaran perjalanan (trip distribution) yaitu:
TAA = 1.171.150 perjalanan
TAB = 31.350 perjalanan
TAC = 2.547.500 perjalanan
TAD = 0 perjalanan

TBA = 171.150 perjalanan


TBB = 31.350 perjalanan
TBC = 547.500 perjalanan
TBD = 0 perjalanan
TCA = 171.150 perjalanan
TCB = 31.350 perjalanan
TCC = 547.500 perjalanan
TCD = 0 perjalanan

TDA = 71.150 perjalanan


TDB = 31.350 perjalanan
TDC = 347.500 perjalanan
TDD = 0 perjalanan

Origin / Destination A B C D
A 1171150 31350 2547500 0
B 171150 31350 547500 0
C 171150 31350 547500 0
D 71150 31350 347500 0

Sumber: Olahan Penulis (2019)


2. Modal Choice

Tahap pemilihan moda dapat dianalisis dengan beberapa alternatif posisi pentahapan
yaitu bersamaan dengan tahap bangkitan perjalanan, setelah bangkitan perjalanan, bersamaan
dengan sebaran perjalanan, dan setelah sebaran perjalanan. (Ansusanto, 2009). Berdasarkan table
manual kapasitas jalan Indonesia tahun 1997 hal 216. Saya dapat mengasumsikan jumlah
kendaraan bermotor tiap kota:

 Kota A (Penduduk 5 Juta (> 3JT))


o Kendaraaan Ringan : 60% x 5 juta = 3.000.000 Unit
o Kendaraan Berat : 4.5% x 5 juta = 225.000 Unit
o Sepeda Motor : 35.5% x 5 juta = 1.775.000 Unit
 Kota B (Penduduk 1 Juta (1-3JT))
o Kendaraan Ringan :55.5% x 1 Juta = 555.000 Unit
o Kendaraan Berat :3.5% x 1 Juta = 35.000 Unit
o Sepeda Motor :41% x 1 Juta = 410.000 Unit
 Kota C (Penduduk 1 Juta (1-3JT))
o Kendaraan Ringan :55.5% x 1 Juta = 555.000 Unit
o Kendaraan Berat :3.5% x 1 Juta = 35.000 Unit
o Sepeda Motor :41% x 1 Juta = 410.000 Unit
 Kota D (Penduduk 600.000 jiwa (0.5-1 JT))
o Kendaraan Ringan :40% x 600.000 = 240.000 Unit
o Kendaraan Berat :3% x 600.000 = 18.000 Unit
o Sepeda Motor :57% x 600.000 = 342.000 Unit

3. Route Choice
Route assignment, traffic assignment atau route choice merupakan tahap terakhir
dari Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap . Tahap ke empat ini konsern pada
seleksi rute (alternative disebut paths) antara asal dan tujuan dalam jaringan transportasi.
Untuk menentukan fasilitas yang diperlukan dan untuk mengetahui costs serta benefits,
kita perlu tahu jumlah pelaku perjalanan ditiap rute dan ruas dalam jaringan. Kita perlu
membebankan lalu lintas, jika ada jaringan jalan dan sistem angkutan umum. Kita
pertama ingin tahu pola tundaan lalu lintas saat ini dan kemudian apa yang akan terjadi
jika perubahan dibuat. (Sulistyorini & Tamin, 2007)
DAFTAR REFERENSI
Ansusanto, J. D. (2009). Perbandingan Beberapa Metode Trip Assignment (Pembebanan Perjalanan)
Dalam Permodelan Transportasi Four Step Model. Konferensi Nasional Teknik Sipil 3, 33-39.

Badan Pusat Statistik Indonesia. (2017). Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Jenis Kepegawaian dan
Jenis Kelamin Desember 2013 dan Desember 2016. Retrieved Januari 1, 2019, from Badan Pusat
Statistik: https://www.bps.go.id/statictable/2015/09/08/1798/jumlah-pegawai-negeri-sipil-
menurut-jenis-kepegawaian-dan-jenis-kelamin-desember-2013-dan-desember-2016.html

Sulistyorini, R., & Tamin, O. Z. (2007). Kajian Lanjut Pengembangan Model Simultan. Media Teknik Sipil,
145-151.

Tamin, O. Z. (2000). Perencanaan dan Pemodelan Transportasi (2nd ed.). Bandung: Penerbit ITB.

Tamin, O. Z. (2000). Perencanaan dan Permodelan Transportasi. BAndung: Penerbit ITB.

Anda mungkin juga menyukai