492 1507 1 SM
492 1507 1 SM
Oleh :
Wildan Wibawa Perdana, ST., MT.
Teknologi Pangan Universitas Al-Ghifari Bandung.
wildan.w.perdana@gmail.com / wildan.w.perdana@unfari.ac.id
Abstract
HACCP(Hazard AnalyticalCritical ControlPoint/Hazard analysis and critical control points) is a system
thatcontrolfood safetystarting fromthe farmtoeatable food.This system emphasizesthe importance of selectingthe right technology andhowto
validatethetechnology.The implementation ofGMP isfollowedin the form ofSSOP which areadded value forfoodcompaniesto be
ablepenetrate the export market, in accordance with trade firms of target country.
This study aimed toevaluate the condition ofthe basicfeasibility requirementsin line with the requirementsof
GMPandHACCP, analyzing the Implementation ofSOPbased onthe critical pointsas aguidance of theimprovement of
production processes, Arrangingthe HACCP plandocument(HACCP
plan)forproductionas a guidein the implementation ofthe HACCP system, Recommendthe HACCP planfor
the development ofHACCP system, andredesignthe layout ofthe facilityafterseeingaspects ofdeviations thatoccur inthe production process.
The evaluation results towardsthe basicfeasibility requirements condition orgoodmanufacturingpractice(GMP) inCV.
Ruyaprima Utama had been found 9deviations in the field; 6 of
themare categorizedasmajordeviationsand3minordeviationswhich were divided intoseven sections: Building aspects with 2 minor deviations,
sanitation facility aspects with 1 minor deviation, employee hygiene aspects
(employee health, hygiene and habits) with 2 major deviations, storage aspects with 1 major deviations,
processing facilities maintanance and sanitation along with pest controlling aspects 1 major deviations and management and training
aspects with 1 major deviations. Sanitation Standard Operating Procedures
(SSOP) is a standard procedure that can cover the entire area in producing a food product started from the company's policy, the stages of
sanitation activities, the officer responsible for sanitation, how to monitor, and
documentation through evaluation of GMP. The nine deviations in the company must be repaired before applying the HACCP
system.
The results of hazard analysis for mochi’s production of CV Ruyaprima Utama showed a negative
pathogen bacteria content (Salmonella, E. Coli, Staphylococcus and fungi). Total Plate Count analysis showed <100 colonies per
gram, this result was still below the required maximum limit of 106 colonies /
gram. Based on Identification of CCPs have been conducted, it was found that the two processes have a CCP. First, the sugar
heating process in the way it cooked until melted. Second, manually printing process where
directly has a contact with employees.
Tabel 2. Tujuh belas aspek pemeriksaan sarana produksi menurut draft revisi formulir pemeriksaan
CPMB (BPOM, 2005)
Kelompok No Aspek Keteranga
Ketentuan 1 A n
Persepsi pimpinan dan manajemen
I
Umum 2 B Sanitasi dan higiene karyawan
3 C Konstruksi dan desain bangunan – umum
4 D Konstruksi dan desain ruang pengolahan
5 E Kondisi gudang biasa (kering)
Kondisi gudang beku, dingin (apabila
6 F
digunakan)
Kondisi 7 G Kondisi gudang kemasan dan produk
sanitasi Sanitasi lingkungan: lokasi, pembuangan limbah,
II bangunan 8 H
investasi burung, serangga, atau binatang lain
dan fasilitas
9 I Fasilitas pabrik
10 J Pasokan air
11 K Operasional sanitasi pabrik
12 L Pencegahan binatang pengganggu/
serangga dalam pabrik
13 M Penggunaan bahan kimia
Kondisi 14 N Peralatan produksi
III dan sanitasi Penanganan bahan baku dan bahan
15 O
peralatan Tambahan
Produksi 16 P Pengendalian proses produksi
dan
IV
Pengendali 17 Q Tindakan pengawasan
an proses
Pengumpulan data
(primer dan sekunder)
Hasil penilaian
Identifikasi masalah penerapan CPMB pada
sarana pengolahan
dapat diterapkan
Ya
Selesai
CCP
Penumbukan
CCP
Mochi
Pengemasan
CCP
Pengeluaran produk
Gambar 5. Diagram alir penentuan titik kritis (CCP) proses produksi mochi.
Bukan Berhenti *)
Dapatkah kontaminasi dengan bahaya yang teridentifikasi terjadi melebihi batas yang dapat
diterima atau dapatkah ini meningkat/ berkembang sampai tingkatan yang tidak dapat
diterima ?
P3
Gambar 6. Diagram alir pohon penentuan titik kendali kritis atau CCP untuk pengembangan HACCP Plan
di IKM Mochi Mommi.
Penimbangan Bahan
Baku
Penyanggraian Pemasakan
Penyanggra
Pencampuran Pemasakan 100◦C
sampai ian
±1jam I
mencair ±30
menit Penumbuka
Pencampuran II
Penghancuran
Filling
Pencetakan
Tidak
Mochi
O
K
Pengemasan
Produk akhir
dalam
kemasan
5. Pemeliharaan Pest control hingga saat ini dikerjakan oleh perusahaan Mayor
Sarana Pengolahan sendiri
dan Sanitasi serta
Pengendalian Hama
6. Manajemen dan - Pimpinan/pihak manajemen mempunyai wawasan Mayor
Pelatihan terhadap metode pengawasan (GMP, HACCP, dan lain-
lain), tetapi belum melaksanakan penerapannya dalam
perusahaan;
- Alasan belum melaksanakan penerapan HACCP di
IKM adalah HACCP cukup rumit dan perlu persiapan
waktu, tenaga dan sumber daya lain.
Penyimpangan / ketidaksesuaian upaya untuk mencegah adanya kontaminasi
pertama dan kedua, adalah saling terkait dan silang yang disebabkan oleh kebersihan dan
berhubungan dengan persyaratan bangunan kesehatan karyawan. Hal ini berkaitan pula
serta berkaitan dengan upaya untuk mencegah dengan program persyaratan dasar (prerequisite
adanya kontaminasi silang yang disebabkan oleh programs) sebelum menerapkan manajemen
keadaaan lingkungan perusahaan/pabrik keamanan pangan berdasarkan sistem HACCP.
(BPOM, 2004) Penyimpangan keempat dan kelima
Penyimpangan/ketidaksesuaian merupakan hal yang berkaitan yaitu berkaitan
minor adalah kekurangan dalam taraf dengan upaya untuk mencegah adanya
rendah sehingga masih mudah kontaminasi silang yang disebabkan oleh status
untuk memperbaikinya. kesehatan karyawan, kebersihan karyawan, dan
Penyimpangan/ketidaksesuaian kebiasaan karyawan (Higiene
Karyawan).Penyimpangan/ketidaksesuaian
ketiga, berhubungan dengan persyaratan
fasilitas sanitasi, serta beraitan dengan
Higiene Karyawan merupakan penyimpangan tersebut yang tetap dan konsisten penerapannya,
yang sangat penting yang perlu segera diatasi b. Pada higiene karyawan ditemukan
dan diprogramkan implementasinya sebelum
diterapkannya sistem manajemen kemanan kekurangan dalam pelaksanaan GMP pada
pangan berdasarkan sistem HACCP; mengingat saat produksi, antara lain masih adanya
pengendalian kondisi kesehatan karyawan karyawan yang menggunakan perhiasan atau
yang berpotensi menghasilkan kontaminasi jam tangan pada waktu bekerja, penutup kepala
mikrobiologis terhadap pangan, bahan kemasan yang dipakai tidak menutup seluruh
pangan dan permukaan yang kontak dengan rambutnya, masih ada karyawan yang
pangan ini harus dikendalikan dengan baik menggunakan celemek yang agak kotor, dan
melalui program penerapan yang efektif. masih ada karyawan berbicara pada saat
Penyimpangan keenam, berhubungan berproduksi serta tidak memakai penutup
dengan aspek GMP penyimpanan, yaitu di mulut,
gudang kering, yang mana penempatan barang c. Kondisi sanitasi di ruang/gudang
tidak teratur dan sebagian tidak dipisahkan penyimpanan bahan baku tepung terigu saat
(penyimpanan bahan pengemas dan bahan-bahan diobservasi/diinspeksi kurang bersih dan
lain, bahan kimia dan desinfektan/deterjen), kurang terkontrol. Cukup banyak debu dan
hal ini dapat segera diatasi dengan tepung yang berceceran pada lantai dan
mengelompokkan atau memisahkan sesuai dindingnya. Kemungkinan kegiatan sanitasi di
dengan jenisnya dalam suatu rak/tempat yang gudang penyimpanan bahan baku tepung ini
terpisah dan khusus untuk jenis barang- belum terjadwal dan terkontrol dengan baik.
barang tersebut. Pengaturan ini perlu dibakukan Sanitation standard operating procedure
dan dilaksanakan/ dijalankan secara konsisten. (SSOP) ini akan memberikan manfaat bagi
Penyimpangan/ketidaksesuaian mayor unit usaha perusahaan CV. Ruyaprima
adalah Kekurangan sudah Utama dalam menjamin sistem keamanan
mendekati/mengarah pada hal-hal serius yang produksi pangannya, antara lain : (a)
dapat mengakibatkan terjadinya kemunduran Memberi jadwal pada prosedur sanitasi, (b)
mutu (BPOM, 2004). Memberikan landasan program monitoring
Menurut Ditjen POM, tujuan berkesinambungan, (c) Menjamin setiap
penerapan GMP adalah menghasilkan personil mengerti sanitasi, (d) Memberikan
produk akhir pangan yang bermutu, aman sarana pelatihan yang konsisten bagi
dikonsumsi, dan sesuai dengan selera personil, (e) Mendorong perencanaan yang
atau tuntutan konsumen, baik konsumen menjamin dilakukan koreksi bila
domestik maupun internasional. Hal diperlukan, (f) Mengidentifikasi
tersebut mengacu pada hasil observasi dari kecenderungan dan mencegah kembali
perusahaan, selain ditemukan terjadinya masalah, dan (g) Membawa
penyimpangan mayor dan minor ,juga peningkatan praktek sanitasi dan kondisi
ditemukan penyimpangan lain dalam yang baik di unit usaha. Thaheer, (2005),
bentuk administrasi, fisik dan oprasional menyatakan Standard Sanitation Operating
sebagai berikut : Procedures (SSOP) merupakan suatu
a. Spesifikasi bahan baku, bahan penolong prosedur standar yang dapat mencakup
dan bahan tambahan pangan belum seluruh area produksi. Pengamatan
diterapkan secara konsisten karena standar terhadap pelaksanaan standar prosedur
persyaratan spesifikasi yang ditetapkan operasi sanitasi secara ringkas di
perusahaan masih suka berubah, oleh perusahaan CV. Ruyaprima Utama dapat
karena itu perlu ditetapkan standar dilihat pada Tabel 11.sedang hal-hal yang
persyaratan spesifikasi bahan-bahan perlu dimonitor, tindakan koreksi dan
rekaman SSOP dapat dilihat pada Tabel
12.
Tabel 12. Pemantauan pada program Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) di
perusahaan
sementara produk akhir di gudang Bahaya kimia dapat berasal dari bahan
penyimpanan dan pendistribusiannya. pembersih (deterjen), Sanitizer dan cemaran
Bahaya biologi (mikrobiologi) untuk produk logam-logam berat yang berasal dari bahan baku
mochi yang mungkin timbul adalah E. Coli, tepung ketan dan tepung tapioka; sedangkan
coliform, dan kapang, tetapi karena dalam bahaya fisik bukan merupakan suatu bahaya
proses produksinya air yang digunakan yang potensial.
merupakan air dalam kemasan dan proses 4. Deskripsi Produk Dan Identifikasi
pendistribusiannya secara langsung dan cepat Pengguna (Langkah Ke-2 dan Langkah Ke-
tidak memungkinkan bahaya biologi tersebut 3)
untuk tumbuh. (BSN, 1998). Deskripsi produk mochi hasil produski
CV. Ruyaprima Utama dan identifikasi
penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 14
4. Karakteristik -Fisik : kenyal, semi kering berbentuk khas bulat khas mochi dengan ukuran bobot netto
produk 200 gram, rasa dan aroma normal
-Kimia : kadar air 47,3504%, kadar protein 5,6020%, Tidak mengandung boraks, dan
kadar lemak 1,1452%
-Mikrobiologi : E. Coli negatif; dan kapang negatif
5. Metode Dilakukan secara manual, pengemasan menggunakan kemasan karton beralas plastik.
Pengemasan
6. Pelabelan Nama dan kode produk, bobot netto, komposisi, nama dan alamat perusahaan, tanggal kadaluwarsa,
tanggal produksi, kondisi penyimpanan dan petunjuk penggunaannya
7. Umur simpan 6 hari selama disimpan dalam suhu chiller (10°C) dan 3 hari disuhu ruang
8. Kondisi Suhu ruang, tidak terkena cahaya matahari langsung, tempat tidak berbau.
penyimpanan
9. Distribusi Pendistribusian secara langsung (konsumen dan distributor datang langsung ketempat
penjualan/counter)
10. Penjualan Dari industri langsung ke distributor dan konsumen
11. Target konsumen Produk dapat dikonsumsi oleh semua orang dan tidak ditujukan secara khusus untuk kelompok
populasi tertentu
12. Cara penggunaan Produk dapat langsung dikonsumsi
5. Penentuan dan Verifikasi Diagram Alir tersebut. Penentuan diagram alir proses
Proses Produksi (Langkah Ke-4 dan pembuatan produk mochi di perusahaan
Langkah Ke-5) dilakukan dengan mencatat seluruh tahapan
Diagram alir proses produksi dibuat proses, sejak bahan baku diterima hingga
dengan tujuan untuk mempermudah analisis produk siap disimpan sementara dan
HACCP. Diagram alir proses ini didistribusikan ke konsumen. Diagram alir
diharapkan dapat membantu mengidentifikasi proses produksi pembuatan mochi hasil
sumber kontaminasi yang potensial dan upaya- verifikasi di lapang dapat dilihat pada Gambar
upaya apa yang dapat dilakukan untuk 9.
mengendalikan bahaya
Penyimpanan di
tempat penyimpanan Penyimpanan di Penyimpanan di
(gudang) tempat penyimpanan tempat penyimpanan Penyimpanan di
(gudang) (gudang) tempat penyimpanan
(gudang)
Penyanggraia
Penyanggraia Pemasaka
n
± 1 jam n n
± 1 jam ±30 Mixing
menit hingga kenyal Pemasak
(wajan1)
an
Penggilingan
Mixing ± 15
menit
(wajan 2)
Filling
Pencetakan
Moch
i
Pengemasan
Produk akhir
dalam
kemasan
Pengeluaran produk
Gambar 8. Diagram Alir Proses Produksi Mochi di CV. Ruyaprima Utama Hasil Verifikasi.
Stevenson (1999), Menyatakan pembuatan mochi yaitu tepung ketan,
Sistem HACCP dikatakan bersifat tepung tapioka, kacang tanah, dan gula pasir.
komprehensif, karena sistem HACCP ini d. Proses penyangraian ini dibagi menjadi dua,
berkaitan erat dengan ramuan/ingredien pangan, yaitu penyangraian tepung tapioka dan
proses pengolahan dan tujuan penggunaan penyangraian kacang tanah. Penyangraian
produk pangan selanjutnya. Proses tepung tapioka ini bertujuan untuk
produksi atau pembuatan mochi yang mengurangi kadar air yang terdapat pada
dilakukan di CV. Ruyaprima Utama meliputi tepung tapioka. Sedangkan penyangraian
tahapan : kacang tanah bertujuan untuk memasakkan
a. Penerimaan bahan baku, bahan kacang tanah sehingga akan mudah untuk
pembantu/penolong, bahan tambahan diproses selanjutnya.
pangan (BTP) dan bahan pengemas e. Proses penggilingan kacang tanah ini
merupakan tahap paling awal dalam bertujuan untuk menghancurkan
proses produksi pembuatan mochi di kacang tanah sehingga akan mudah
CV. Ruyaprima Utama. Pemeriksaan untuk dibuat sebagai filling (isian).
dilakukan setiap kali kedatangan bahan f. Proses pemasakan gula bertujuan untuk
di perusahaan CV. Ruyaprima Utama mencairkan gula sehingga dapat mudah
sesuai dengan spesifikasi yang dilakukan pencampuran pada proses
ditetapkan perusahaan secara visual, selanjutnya. Pemasakan gula dilakukan
dilakukan langsung pemilik perusahaan selama dilakukan selama ±30 menit
dan penanggung jawab produksi sesuai dengan suhu 100 ºC.
dengan SOP (standar prosedur operasi) g. Proses pencampuran (mixing) dilakukan
perusahaan. dengan dua tahap, yaitu pencampuran
b. Penyimpanan bahan di perusahaan pertama antara tepung ketan dengan air
dengan cara disimpan terpisah satu panas (100°C) sampai adonan kenyal,
sama lain di dalam ruang/gudang yang dan pencampuran kedua yaitu
bersih, cukup penerangan, terjamin pencampuran antara tepung ketan
aliran udaranya, dan pada suhu.
c. Penimbangan dilakukan pada bahan
yang digunakan untuk proses
dengan gula pasir yang telah dicairkan bahaya dan keadaan sampai terjadinya bahaya
yang adonan yang kalis. untuk menentukan mana yang berdampak
h. Proses pencetakan bertujuan untuk nyata terhadap keamanan pangan dan harus
membentuk mochi menjadi bentuk ditangani dalam rencana HACCP sesuai
adonan kecil agar mempermudah untuk dengan SNI 01.4852-1998 (BSN, 1999).
dikonsumsi. Proses pencetakan Besarnya peluang potensi bahaya untuk
dilakukan pengiisian (filling). bahan baku utama dan bahan pembantu serta
bahan tambahan pangan ditetapkan berdasarkan
i. Proses pengemasan dilakukan secara hasil analisis dari laboratorium yang sudah
manual oleh karyawan. Kemasan yang terakreditasi, sedang untuk tahapan proses
digunakan adalah karton beralaskan produksi ditetapkan berdasarkan hasil observasi
plastik jenis PE (Poly Etilen). Produk dan pengamatan catatan yang ada di lapangan.
disimpan pada rak penyimpanan Analisis bahaya dan tindakan pencegahannya
sementara. dalam penelitian ini dibahas secara khusus
dan komprehensif serta difokuskan pada
6. Analisis Bahaya dan Penentuan proses produksi mochi yang dibuat di CV.
Tindakan Pencegahannya (Langkah Ke-6, Ruyaprima Utama.
Prinsip 1 HACCP)
Analisis bahaya merupakan prinsip
ke-1 dari 7 (tujuh) prinsip penerapan
sistem HACCP. Analisis bahaya adalah
proses pengumpulan dan menilai informasi
Tabel 15. Analisis Bahaya dan Tindakan Pencegahannya pada Proses Produksi Mochi Momi di
CV. Ruyaprima Utama
Tabel 15. Analisis Bahaya dan Tindakan Pencegahannya pada Proses Produksi Mochi Momi di
CV. Ruyaprima Utama (lanjutan )
Tabel 15. Analisis Bahaya dan Tindakan Pencegahannya pada Proses Produksi Mochi Momi di
CV. Ruyaprima Utama (lanjutan )
Tabel 15. Analisis Bahaya dan Tindakan Pencegahannya pada Proses Produksi Mochi Momi di
CV. Ruyaprima Utama (lanjutan )
Keterangan :Peluang : H= High, M=Medium, L=Low; Severity : h=high, m=medium, l=low; dan
Signifikansi : Y=Yes dan N = No.
Tabel 17. Hasil Pengujian Cemaran Fisik, Kimia dan Mikroba Pada Tepung Tapioka
Parameter Satuan Hasil SNI 01-2997-
Pengujian 1996
Cemaran Fisik
- Benda asing - Tidak ada Tidak ada
-Serangga dalam bentuk stadia dan potongan- - Tidak ada Tidak ada
potongannya
Cemaran logam - Timbal (Pb) mg/kg Tidak ada Maksimal 1,00
Cemaran arsen (As) mg/kg Tidak ada Maksimal 0,50
Cemaran mikroba
- Angka lempeng total (ALT) Koloni/g 6,4 x 10 2 106
- E. Coli Koloni/g Tidak ada 10
- Kapang Koloni/g 10 104
Tabel 18. Hasil Pengujian Cemaran Fisik, Kimia dan Mikroba Pada Gula Pasir (*)
Parameter Satuan Hasil SNI No. 01-
Pengujian 3140-2001
Cemaran Fisik
- Benda asing - Tidak ada Tidak ada
-Serangga dalam bentuk stadia dan potongan- - Tidak ada Tidak ada
potongannya
Cemaran logam - Timbal (Pb) mg/kg Tidak ada Maksimal 2,0
Cemaran arsen (As) mg/kg Tidak ada Maksimal 1,0
Menurut Sapers et al. (2006) kontaminasi bakteri patogen, debu, dan
menyimpulkan ada empat faktor yang menjadi kotoran dari pekerja/karyawan.
penyebab utama kasus keracunan pangan yaitu 5. Tahap proses pengemasan berupa
pengawasan mutu air, lemahnya tindakan bahaya biologi bakteri patogen yang
dalam manajemen hama atau hewan diakibatkan dari kontaminasi perkerja
pengganggu, fasilitas dan peralatan yang tidak
saniter, serta kurangnya penerapan hygiene. Hasil pengujian cemaran mikroba
Peralatan yang digunakan CV. Ruyaprima dari beberapa produk mochi yang
Utama terbuat dari bahan anti karat. Terjadinya dihasilkan oleh CV. Ruyaprima Utama
kontaminasi kemungkinan pada saat menunjukkan bahwa kandungan yang
penimbangan bahan baku, pembentukan adonan negatif dari bakteri patogen yang diuji yaitu
mochi dan pengemasan produk. Hal ini Salmonella, E. Coli, Staphylococcus dan
dapat diminimalisasi dengan menerapkan kapang. Sedangkan jumlah angka lempeng
SSOP. total (ALT) menunjukkan sebagian besar
Kajian bahaya (analisis bahaya)
terhadap proses produksi mochi serta <100 koloni per gram, hasil ini masih di
tindakan pencegahannya secara lengkap dapat bawah batas maksimal yang dipersyaratkan
dilihat pada Tabel 15. sebesar 106koloni/gram.Data analisis
Berdasarkan kajian bahaya tahapan kapang menunjukkan negatif. Bahan baku
proses yang telah dilakukan, diperoleh bahwa yang digunakan untuk produksi mochi
bahaya potensial pada tahapan proses yang adalah tepung ketan dan tapioka, gula,
signifikan yang perlu dikendalikan adalah : kacang tanah, air. Maka pemeriksaan
1. Tahap proses penerimaan tepung ketan, cemaran mikroba untuk setiap hasil
tepung tapioka, dan gula pasir yaitu
kemungkinan adanya bahaya fisik berupa produksi mochi tetap perlu dilakukan
potongan benang, plastik, pasir, dan untuk memastikan bahwa cemaran
kotoran. mikroba yang ada dalam produk mochi
2. Tahap penyimpanan bahan-bahan di berada dalam jumlah yang aman untuk
gudang penyimpanan (sementara) yaitu dikonsumsi.
kemungkinan adanya bahaya fisik berupa Jumlah angka lempeng total,
kontaminasi dari kecoa, lalat, serangga, dan termasuk kapang adalah merupakan salah
adanya kemungkinan bahaya kimia berupa satu parameter mutu, bukan merupakan
residu sanitizer.
3. Tahap proses penimbangan bahan baku suatu bahaya keamanan pangan, yang
kemungkinan adanya bahaya biologi berupa mana tinggi rendahnya jumlah angka
kontaminasi bakteri patogen, debu, dan lempeng total ini akan mempengaruhi
kotoran dari pekerja/karyawan. umur simpan (daya simpan) dari produk
4. Tahap proses pencetakan kemungkinan mochi. Semakin tinggi jumlah angka
adanya bahaya biologi berupa lempeng total ini, maka kemungkinan
besar umur simpan produk akan menjadi
semakin pendek. Upaya untuk
memperkecil jumlah angka lempeng total
ini bisa dilakukan dengan menerapkan
GMP dan SSOP secara konsisten (Sapers,
et. all. 2006).
7. Menentukan Titik Kendali Kritis atau produk mochi dapat dilihat pada
Critical Control Point (Langkah Ke-7, Tabel 19.
Prinsip 2 HACCP) Identifikasi dan kajian bahaya pada
Menurut Ditjen POM, (1996) penerimaan bahan pembuatan mochi yang
Identifikasi penentuan titik kendali kritis telah dilakukan, bahwa bahaya potensial pada
atau critical control point (CCP) pada proses tahap penerimaan bahan baku tersebut yang
produksi mochi di CV. Ruyaprima Utama signifikan dan perlu dikendalikan.
mulai dari penerimaan bahan dan distribusi
Tabel 19. Identifikasi Penentuan Titik kendali (CP) dan Titik Kendali Kritis (CCP) pada
Proses Produksi Mochi di CV. Ruyaprima Utama
Tabel19. Identifikasi Penentuan Titik kendali (CP) dan Titik Kendali Kritis (CCP) pada
Proses Produksi Mochi di CV. Ruyaprima Utama (Lanjutan)
Tabel 19. Identifikasi Penentuan Titik kendali (CP) dan Titik Kendali Kritis (CCP) pada
Proses Produksi Mochi di CV. Ruyaprima Utama (Lanjutan)
Tabel 19. Identifikasi Penentuan Titik kendali (CP) dan Titik Kendali Kritis (CCP) pada
Proses Produksi Mochi di CV. Ruyaprima Utama (Lanjutan)
Tabel19. Identifikasi Penentuan Titik kendali (CP) dan Titik Kendali Kritis (CCP) pada
Proses Produksi Mochi di CV. Ruyaprima Utama (Lanjutan)
8. Menentukan Batas Kritis (Langkah Ke- dapat diterima pada produk atau parameter yang
8, Prinsip 3 tidak dapat diterima/ditolak.Batas kritis ini
HACCP) merupakan toleransi mutlak (absolut) untuk
Berdasarkan NACMCF, (1998), keamanan pangan. Berdasarkan identifikasi
bahaya dan titik kendali kritis pada produksi
Hazard Analysis Critical Control Point mochi, maka batas kritis untuk mencegah
(HACCP) adalah suatu pendekatan sistem bahaya biologis pada tahap proses pencetakan
manajemen yang bersifat sistematis untuk (CCP1) dapat dilihat pada Tabel20.
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
mengendalikan bahaya-bahaya keamanan
pangan. Batas kritis adalah kriteria yang
membedakan produk atau parameter yang
Tabel 20. Batas kritis yang ditetapkan pada titik kendali kritis (CCP) untuk produksi mochi di
CV. Ruyaprima utama.
No Jenis Bahaya Titik Kendali Kritis Batas Kritis
(CCP)
1. Perubahan karakteristik Pada tahap pemanasan gula - Suhu 100 – 120 ºC
gula menjadi karamel dengan cara dimasak hingga - Waktu pemasakan 30
(karamelisasi) mencair menit
2. Bahaya biologis bakteri Pada tahap pencetakan secara Pencetakan dilakukan
patogen (E. Coli, manual, terjadi kontak dengan dengan waktu maksimal 30
Salmonella, Staphyllococcus, karyawan detik per satu bulatan
kapang)
Penetapan batas kritis untuk bahaya memvalidasi batas kritis tersebut dapat dilihat
bakteri patogen pada proses produksi pada Tabel 21.Berdasarkan hasil pengujian
pembuatan mochi di tahap pemanasan gula dan bahaya biologis berupa bakteri patogen (E.coli,
pencetakan sebagai titik kendali kritis (CCP) Salmonella, Stapahylococcus) dan kapang pada produk
ditetapkan berdasarkan pengalaman empiris hasil pencetakan menunjukkan negatif dan
dan penelitian teknis perusahaan. Pengujian kandungan kapangnya sekitar 10 koloni/gram,
bahaya biologis adanya bakteri patogen (E.coli, Hasil pengujian menunjukkan di bawah
Salmonella, Stapahylococcus) dan kapang pada ambang.
produk mochi untuk
Tabel 21. Hasil Pengujian Cemaran Logam Berat, Arsen pada Bahan Baku Tepung ketan,
tepung tapioka, dan Gula serta Bakteri Patogen pada Produk Mochi.
No. Jenis/Parameter Bahaya Satuan Titik Kendali Kritis Hasil Batas
Pengujian Kritis
1. Bahaya boil Koloni/g Pencetakan Negatif Negatif
ogis/ bakteri patogen Koloni/g Secara manual (adonan Negatif Negatif
- E. Coli Koloni/g kontak langsung dengan Negatif Negatif
- Salmonella Koloni/g karyawan) 10 1 x 104
- Staphylococcus
- Kapang
bahaya yang terdidentifikasi, dan prinsip
9. Menetapkan Prosedur Monitoring ketiga, menetapkan sistem prosedur untuk
(Langkah Ke-9; Prinsip 4 HACCP) memantau titik kendali kritis. Monitoring di
Berdasarkan konsep Bauman, (1995), CV. Ruyaprima Utama pada titik kendali
sistem HACCP sendiri terdiri tiga prinsip, kritis (CCP) berada di luar kendali adalah
yaitu : prinsip pertama, identifikasi dan melakukan tindakan yang bersifat proaktif dan
pengkajian bahaya yang berhubungan kreatif. Tindakan proaktif dan kreatif secara
dengan pemanenan hingga penyediaannya; lengkap dapat dilihat di program rencana
prinsip kedua, penentuan titik kendali kritis HACCP atau HACCP Plan pada
dan batas kritis untuk mengendalikan
Tabel 22dan 23. 10. Menetapkan Prosedur Ruyaprima Utama sebagai produsen mochi
Tindakan Koreksi (Langkah Ke-10; Prinsip menyangkut titik kendali kritis (CCP) dan
5 HACCP) titik kendali (CP) dapat dilihat pada tabel
Menurut Bauman, (1995), Tindakan 22 dan 23
koreksi adalah segala tindakan yang diambil Tindakan verifikasi di CV.
saat hasil pemantauan/monitoring CCP Ruyaprima Utama pada tahapan proses
mengindikasikan hilangnya kendali. pemanasan gula dan pencetakan sebagai
Tindakan koreksi pada tahapan pencetakan titik kendali kritis (CCP) adalah sebagai
sebagai titik kendali kritis (CCP) terhadap berikut :
bahaya bakteri patogen di CV. Ruyaprima Melakukan pemeriksaan catatan
Utama adalah sebagai berikut : (records) titik kendali kritis (CCP) pada
a. Perusahaan akan menghentikan proses tahap pemanasan gula dan pencetakan
produksi sementara untuk mengurangi termasuk catatan penyimpangannya
jumlah produk, serta mengevaluasi dibandingkan dengan standar batas kritis
ketidaksesuaian yang ditemukan oleh yang sudah ditetapkan, untuk mengetahui
penanggung jawab produksi untuk arah kecenderungan
diperbaiki. perubahan/penyimpangan dari batas
b. Produk mochi yang terkotaminasi kritisnya. Melakukan pemeriksaan catatan
dipisahkan, kemudian lakukan pengujian laporan hasil kegiatan proses pencetakan
terhadap kandungan mikrobiologisme. terutama pada catatan/ rekaman produk
Produk yang terkontaminasi mikrobiologi hasil pencetakan yang mengalami cacat
akan dimusnahkan oleh perusahaan. atau tidak layak untuk dikonsumsi.
11. Menetapkan Tindakan Verifikasi Melakukan pengambilan sampel produk
(Langkah Ke-11; prinsip 6 HACCP) akhir hasil secara acak dan berkala untuk
Menurut Stevenson (1999), diuji dan dianalisis di laboratorium
Tindakan verifikasi merupakan suatu independen yang sudah terakreditasi sesuai
kegiatan penerapan metode, prosedur dengan spesifikasi standar yang ditetapkan
pengujian, analisis, dan evaluasi sebagai perusahaan atau pemerintah.
tambahan dalam sistem pemantauan untuk
mengetahui dan memastikan efektifitas
terhadap rencana HACCP. Tindakan
verifikasi yang dilakukan pada CV.
Tabel 22. Rencana HACCP (HACCP Plan) Pada Produksi Mochi CV. Ruyaprima Utama
Tabel 23. Rencana Pemantauan Control Point (CP) pada Proses Produksi Mochi di
Perusahaan CV. Ruyaprima Utama
.
Tabel 23. Rencana Pemantauan Control Point (CP) pada Proses Produksi Mochi di Perusahaan
CV. Ruyaprima Utama (Lanjutan)
Tabel 23. Rencana Pemantauan Control Point (CP) pada Proses Produksi Mochi di Perusahaan
CV. Ruyaprima Utama (Lanjutan)
Tabel 23. Rencana Pemantauan Control Point (CP) pada Proses Produksi Mochi di Perusahaan
CV. Ruyaprima Utama (Lanjutan)
Tabel 23. Rencana Pemantauan Control Point (CP) pada Proses Produksi Mochi di
Perusahaan CV. Ruyaprima Utama (Lanjutan)
Tabel 23. Rencana Pemantauan Control Point (CP) pada Proses Produksi Mochi di Perusahaan
CV. Ruyaprima Utama (Lanjutan)
: (1) Bagian Pemasaran menerima pengaduan tersebut; (3) Pimpinan perusahaan memutuskan
dari konsumen dan dituangkan dalam tindakan penyelesaian akhir berdasarkan laporan
Complaint Report, kemudian disampaikan ke dari Penanggung Jawab Produksi; (4)
bagian penanggung jawab produksi; (2) Bagian Pemasaran memberikan tanggapan
Bagian penanggung jawab produksi penyelesaian atas pengaduan tersebut kepada
mengidentifikasi produk yang dikeluhkan konsumen; dan (5) konsumen menerima
berdasarkan : nama produk, jenis kemasan, penyelesaian tersebut, maka kasus ini
tanggal penerimaan, jumlah dan masalah yang dinyatakan
dikeluhkan. Mengevaluasi hal yang dikeluhkan ”selesai” dan bukti rekaman semua
berdasarkan rekaman produksi dan pengaduan konsumen disimpan oleh Bagian
memeriksa sample. Mendiskusikan dengan Pemasaran. Diagram penanganan pengaduan
pemimpin perusahaan untuk tindakan konsumen yang ditangani oleh perusahaan CV.
perbaikan dan tanggapan atas keluhan Ruyaprima Utama dapat dilihat pada Gambar
10.
Identifikasi produk yg
dikeluhkan oleh penanggung
jawab produksi :
- Nama produk Pemberian tanggapan
- Jenis kemasan penyelesaian atas pengaduan
- Tanggal penerimaan tersebut kepada konsumen oleh
bagian Pemasaran
- Jml & masalah yg dikeluhkan
biaya atau kerugian yang mungkin timbul b. Pemasangan pembatas untuk mencegah
karena masalah keamanan produk pangan. adanya kontaminasi silang dari debu, kotoran
Pengamatan dan wawancara di CV.
Ruyaprima Utama untuk dan serangga.
mengimplementasikan dan mengembangkan c. Pengendalikan hama serangga dilakukan
rencana HACCP menghadapi hambatan. dengan memasang insecta trap, dilakukan
Hambatan psikologis terhadap penyemprotan, dan dipasang lem
karyawan yang ditunjuk oleh pihak perangkap lalat.
manajemen sebagai anggota tim HACCP d. Pemeriksaan kesehatan karyawan secara
sangat berpengaruh. Pemahaman tentang berkala, khususnya karyawan produksi
sistem HACCP masih rendah dan adanya yang menangani produk secara langsung,
pekerjaan tambahan untuk membantu e. Penanggung jawab produksi bertugas
mempersiapkan dokumen. Pimpinan memantau kebersihan karyawan dan
manajemen mempunyai hambatan memperhatikan aspek sanitasi, serta
organisasi, karena dalam memantau kesehatan karyawan yang bisa
mengimplementasikan dan diamati secara langsung.
mengembangkan rencana sistem HACCP, g. Pengaturan dan pengelompokan bahan
perusahaan harus menyediakan tim baku, bahan tambahan, produk, kemasan,
HACCP yang anggota harus kompeten di dan bahan kimia.
bidang, multidisiplin ilmu. CV. Ruyaprima h. Memperbaiki fasilitas sanitasi karyawan.
Utama harus mempunyai rencana untuk i. Meningkatkan efektiftas program
mengembangkan sumber daya manusia pembersihan dan sanitasi di ruang
yang dimilikinya dalam rencana produksi,
menerapkan dan mengembangkan sistem j. Program pelatihan yang berkelanjutan
HACCP untuk peningkatan kesadaran dan sikap
. karyawan terhadap sanitasi, sehingga sikap
dan perilaku karyawan (attitude) dalam
Rekomendasi Untuk Pengembangan menerapkan SOP dan GMP lebih
Sistem HACCP Di konsisten.
Perusahaan 2. Pengembangan Sistem Manajemen
Stevenson (1999), Sistem HACCP Keamanan Pangan Berdasarkan HACCP
dikatakan bersifat komprehensif, karena di CV. Ruyaprima Utama dapat
sistem HACCP ini berkaitan erat dengan direkomendasikan sebagai berikut :
ramuan/ingredien pangan, proses a. Melakukan komunikasi eksternal
pengolahan dan tujuan penggunaan dengan pemasok tentang kebijakan mutu
produk pangan selanjutnya. Kajian dan keamanan di perusahaan;
terhadap kondisi sistem manajemen mutu, b. Melakukan kaji ulang terhadap rencana
keamanan pangan, dan rencana HACCP HACCP) sebelum diaplikasikan di
Plan di CV. Ruyaprima Utama, dapat perusahaan.
direkomendasikan beberapa sebagai c. Validasi dan verifikasi terhadap rencana
berikut : HACCP yang ditetapkan di perusahaan.
1. Perbaikan (Improvement) Penerapan GMP d. Melakukan perbaikan yang diperlukan
di CV. Ruyaprima Utama dengan dan melakukan validasi kembali jika ada
menggunakan formulir/lembar kerja perubahan dalam rencana HACCP
pemeriksaan GMP sarana produksi pangan tersebut.
yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas e. Melakukan sertifikasi sistem HACCP
Obat dan Makanan (Badan POM). yang telah yang terlah diterapkan.
Pemperbaiki penyimpangan Rekomendasi Perubahan Tata Letak
direkomendasikan : di
a. Penugaskan penanggung jawab produksi Perusahaan CV. Ruyaprima
untuk mengawasi dan memantau dalam Utama
sanitasi yang dapat diamati secara langsung. Menurut Wignjosoebroto (2003),
Tata letak pabrik adalah tata cara
pengaturan fasilitas–fasilitas pabrik guna
5. Hasil analisis bahaya untuk produksi dan sikap karyawan terhadap sanitasi, sehingga
mochi pada CV. Ruyaprima Utama di sikap dan perilaku karyawan (attitude) dalam
Cianjur menunjukkan bahwa kandungan menerapkan SOP dan GMP lebih konsisten.
bakteri patogen yang diuji yaitu Pengembangan Sistem Manajemen Keamanan
Salmonella, E. coli dan Staphylococcus Pangan Berdasarkan HACCP di CV.
dan kapang adalah negatif. Sedangkan Ruyaprima Utama dapat direkomendasikan
jumlah angka lempeng total (ALT) adalah Melakukan komunikasi eksternal
menunjukkan sebagian besar <100 koloni dengan pemasok tentang kebijakan mutu
per gram, hasil ini masih di bawah batas dan keamanan di perusahaan, Melakukan kaji
maksimal yang dipersyaratkan ulang terhadap rencana HACCP) sebelum
sebesar diaplikasikan di perusahaan, Validasi dan
106koloni/gram.Data analisis kapang verifikasi terhadap rencana HACCP yang
menunjukkan negatif. Data ini ditetapkan di perusahaan, Melakukan perbaikan
menunjukkan bahwa cemaran mikroba yang diperlukan dan melakukan validasi
yang ada dalam produk mochi bukan kembali jika ada perubahan dalam rencana
merupakan suatu bahaya potensial bagi HACCP tersebut, Melakukan sertifikasi
keamanan produk mochi yang dihasilkan sistem HACCP yang telah yang terlah
oleh CV. Ruyaprima Utama. diterapkan.
6. Berdasarkan identifikasi CCP yang Rekomendasi tata letak dengan
telah dilakukan, didapatkan dua adanya peraturan yang mendukung adalah
proses yang memiliki CCP yaitu proses Pemakaian perlengkapan seragam
pemanasan gula dengan cara dimasak hingga
mencair dan proses pencetakan secara karyawan secara lengkap, Penggunaan
manual dimana terjadi kontak langsung kasa untuk ventilasi dan pintu yang
dengan karyawan. terbuka, Perbaikan lantai dan dinding
7. Setelah dilakukan upaya perbaikan tata sesuai aturan untuk keamanan pangan,
letak fasilitas pabrik yang serta perlu diadakan pengujian terhadap
memperhatikan faktor keamanan bahan baku secara berkala.
pangan, yaitu GMP, SSOP, dan
HACCP, maka beberapa hal dapat DAFTAR
meningkat lebih baik. PUSTAKA
Quality; A Challenge For North And South”, Muhandri, T, dan D, Kadarisman. 2006.
pp. 265-274, A publication of IAAS Sistem Jaminan Mutu Industri
Belgium vz, Coupure Links Pangan. Bogor: IPB Press.
653 B-9000 Gent, Belgiu. NACMCF. 1998. Hazard Analysis and
Hariyadi, Purwiyatno. 2007. Upaya Critical Control Point System and
Peningkatan Keamanan, Mutu, dan Guidelines for Its Application. J.
Gizi Pangan melalui Ilmu dan Food Protect.
Teknologi Pangan, Southeast Asian Rahayu. 2008. Disain Peningkatan Daya
Food Science and Technology Saing Industri Pengolahan Ikan
(SEAFAST) Center IPB, Berbasis Perbaikan Kinerja Mutu
Bogor. Dalam Rantai Pasokan Ikan Laut
Hariyadi, Purwiyatno. 2008. Beban Ganda: Tangkapan Di Wilayah Utara Jawa
Permasalahan Keamanan Pangan di Barat. Thesis. Fakultas Tehnologi
Indonesia. Artikel Pangan Edisi No. Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
51/XVIII/Juli-September/2008. Sapers GM, Gorny JR, and Yousef AE.
Hariyadi, Purwiyatno. 2008. Isu Terkini 2006.Microbiology of Fruits and
Terkait dengan Keamanan Vegetables. New York:CRC Press,
Pangan. Jurnal dalam Pra-Widyakarya Boca Raton, London.
Nasional Pangan dan Gizi IX. 9 Juni Stevenson, KE. 1990.Implementing HACCP
2008. in Food Industry, Food Technology.
Hariyadi, P. 2010. Penguatan Industri Stevenson, KE. 1999.Introduction to Hazard
Penghasil Nilai Tambah Berbasis Analysis Critical Control point,Didalam
Potensi Lokal (Peranan Teknologi : Stevenson, KE and Bernard, DT,
Pangan untuk Kemandirian editor, HACCP : A
Pangan). Jurnal Pangan. 19(4): 295- SystematicApproach to Food Safet, third
301 edition, the Food Processors
. Institute, Washington, DC.
Heizer, J. dan B. Render. 2006. Sudibyo, A, Rahayu, SE, Rohaman, MM,
Manajemen Operasi, Edisi Ketujuh. Ridwan, IN, Sirait, SD, Aprianita, N
Jakarta:Salemba Empat. dan Sutrisniati, D.
Hubeis, M. 1997. Menuju industri kecil 2001.Pengembangan dan Penerapan
profesional di era globalisasi melalui Sistem HACCP (Hazard Analysis
pemberdayaan manajemen industry, Critical Control Point) Pada Industri
Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Pangan di Indonesia, Warta IHP
Manajemen Industri, Fakultas New York ol. 18.
Teknologi Pertanian. IPB Bogor. Sukarman, W. 2009. Pengelolaan Industri :
Lawley R, Curtis L, and Davis J. 2008.The Peran Industri Perbankan dalam
Food Safety Hazard Guidebook. Mendukung Sektor UMKM di
Cambridge:RSC Publishing. Indonesia, Program Magister
Mayers, Fred E. 1993. Plant Layout and Profesional Industri Kecil
Material Handling, Regents Prentice Menengah Sekolah Pascasarjana.
Hall IPB.Bogor.
. Suprapto.1999. Sistem Akreditasi dan
Menpangan (Menteri Negara Urusan Sertifikasi HACCP. Makalah
Pangan). 1996. Undang-Undang RI Desiminasi pelaksanaan Akreditasi dan
No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, Sertifikasi HACCP. 7 Desember
Menteri Negara Urusan Pangan, 1999. Badan Standardisasi Nasional
Jakarta. (BSN). Jakarta.
Menteri Negara Pangan dan Hortikultura. Thaheer, Hermawan. 2005. Sistem
1999. Peraturan Pemerintah (PP) Manajemen HACCP (Hazard
No. 69 Tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan, Menteri Negara
Pangan dan Hortikultura, Jakarta.