Anda di halaman 1dari 4

BERJUANG MENEGAKKAN KEDAULATAN

REPUBLIK INDONESIA

Perkembangan dan Tantangan di Awal Kemerdekaan Indonesia

Berikut perkembangan dan tantangan di awal kemerdekaan Indonesia.

1. Kondisi Awal Indonesia Pascaproklamasi Kemerdekaan

Pemerintahan Indonesia yang baru saja terbentuk di awal kemerdekaan sudah


menghadapi tantangan yang berat karena Jepang berusaha mempertahankan
status quo yang harus dijalankannya atas perintah Sekutu sebagai pemenang
Perang Dunia II. Selain itu, NICA untuk menghancurkan RI dari dalam.

2. Kedatangan Pasukan AFNEI (Sekutu) yang Membawa NICA (Belanda)

Pasukan ini dipimpin oleh Panglima Skuadron (Penjelajah V Inggris) dan


Laksamana Muda W.R. Patterson yang merupakan komando dari SEAC (South East
Asia Command). SEAC adalah pasukan sekutu dari komando Asia Tenggara,
pemimpinnya yaitu Laksamana Lord Louis Mountbatten. Nah, pasukan di bawah
komando inilah yang bernama Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI).

Pasukan AFNEI terdiri dari tiga divisi yaitu:

1. Divisi India ke-23, di bawah pimpinan Mayor Jendral D.C. Hawthorn yang
bertugas untuk daerah Jawa Barat;
2. Divisi India ke-5, di bawah pimpinan Mayor Jenderal E.C. Marsergh yang
bertugas untuk daerah Jawa Timur;
3. Divisi India ke-26, di bawah pimpinan Mayor Jenderal H.M. Chambers yang
bertugas untuk daerah Sumatera.

pasukan-pasukan AFNEI hanya bertugas di Sumatera dan Jawa.


3. Merdeka atau Mati

NICA dengan memanfaatkan AFNEI berusaha menguasai kembali Indonesia. di


sisi lain, pasukan Jepang yang sudah menyerah berusaha menjaga status quo
Indonesia. Bangsa Indonesia yang sudah memproklamasikan kemerdekaan tentu
saja tidak mau dijajah. Akibat ketiga kepentngan yang berbeda terjadi
pertempuran dimana-mana. Bangsa Indonesia pun bersemboyan “Merdeka atau
Mati”. Berikut berbagai pertempuran yang terjadi di Indonesia.

1.Pertempuran Ambarawa (20 November-15 Desember 1945)

2.Pertempuran Surabaya (27 Oktober 1945 – 20 November 1945)

3. Bandung Lautan Api (23 Maret 1946)

4. Pertempuran Medan Area (13 Oktober 1945)

5. Pertempuran Puputan Margarana (20 November 1946)

Selain berperang, Bangsa Indonesia juga melakukan cara diplomasi untuk


mempertahankan kemerdekaannya. Di mana diplomasi yang dilakukan oleh pihak
Indonesia, sebagai berikut.

1.Perundingan Linggarjati

Perundingan Linggarjati dilakukan di Subang Jawa Barat pada 10-15 November


1946 dan disahkan pada 25 Maret 1947. Pada perundingan tersebut, wakil dari
Indonesia adalah Sutan Sjahrir dan wakil dari Belanda adalah Prof. Schermerhorn.
Beberapa persetujuan yang dicapai di Perundingan Linggarjati adalah:

 Belanda mengakui RI secara de facto atas Jawa, Madura, dan Sumatra.


 Dibentuknya negara negara federal dengan nama Republik Indonesia
Serikat, dimana RI menjadi salah satu negara bagiannya.
 Pembentukan Uni Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda sebagai kepala
uni.
2.Perundingan Renville

Perundingan ini dilakukan di atas kapal Amerika serikat, USS Renville, pada 17
Januari 1948. Kapal USS Renville pada saat itu sedang bersandar di Pelabuhan
Tanjung Priok.Delegasi dari Indonesia diketuai oleh Perdana Menteri Amir
Syarifudin dan Belanda memilih seorang Indonesia bernama R. Abdulkadir
Wijoyoatmojo sebagai ketua.

Hasil dari perundingan Renville adalah:

 Belanda tetap berdaulat sampai terbentuknya RIS.


 RI memiliki kedudukan sejajar dengan Belanda.
 RI menjadi bagian RIS dan akan diadakan pemilu untuk membentuk
Konstituante RIS.
 Tentara Indonesia di daerah Belanda atau daerah kantong harus
dipindahkan ke wilayah RI.

3.Perundingan Roem-Royen

Perundingan ini digelar di Jakarta pada 7 Mei 1949. Ketua delegasi dari Indonesia
adalah Mr. Moh. Roem, dan wakil dari Belanda diketuai oleh Dr. J.H Van Royen.
Merle Cochran dari UNCI menjadi mediator dari perundingan Roem-Royen ini.

Hasil dari Perundingan Roem-Royen adalah:

 Menghentikan perang gerilya dan Indonesia-Belanda bekerja sama


memelihara ketertiban dan keamanan.
 Kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta dan bersedia turut serta
mengikuti Konferensi Meja Bundar yang akan diselenggarakan dalam waktu
dekat.
4.Konferensi Inter-Indonesia

Perundingan ini diselenggarakan di Yogyakarta pada 19-22 Juli 1949 lalu


dilanjutkan di Jakarta, 30 Juli 1949. Hasil konferensi ini adalah negara yang
dibentuk bernama RIS, APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat)
adalah angkatan perang nasional, dan TNI menjadi inti APRIS

5. Konferensi Meja Bundar

Konferensi ini diadakan di Den Haag, Belanda yang berlangsung pada 23 Agustus
hingga 2 November 1949. Delegasi Indonesia dipimpin oleg Drs. Moh. Hatta, dan
delegasi dari BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II.

Hasil dari KMB tersebut diantaranya:

 Belanda mengakui kedaulatan Indonesia paling lambat 30 Desember 1949.


 Indonesia berbentuk negara serikat dan merupakan sebuah uni dengan
Belanda.
 Uni Indonesia-Belanda dipimpin oleh Ratu Belanda.
 Permasalahan Irian Barat yang merupakan daerah perselisihan akan
diselesaikan dalam waktu satu tahun.

Hasil perundingan tersebut merupakan hasil maksimal yang bisa didapat


meskipun banyak pihak yang tidak puas. Pada 27 Desember 1949, dilakukan
penyerahan kedaulatan dari belanda kepada RIS.

Anda mungkin juga menyukai