Agresi Militer II yang dilancarkan Belanda Menimbulkan reaksi yang sangat keras dari
negara-negara di Asia – Afrika. maka atas prakarsa perdana menteri India Pandit
Jawaharlal Nehru dan perdana mentri Burma u Nu, pada tanggal 20-25 Januari 1949
diselenggarakan konferensi Asi di New Delhi yang dihadiri oleh utusan dari negara-
negara Afganistan, Australia, Burma ( Myanmar ), Sri Langka, Eithiopia, India, Iran,
Iraq, Libanon, Pakistan, Phlipina, Saudi Arabia, Suriah, dan Yaman. Wakil-wakil dari
Indonesia yang Hadir anatar lain : Mr. A.A. Maramios, Mr. Utojo, Dr. Sudarsono, H.
Rasjidi, dan Dr, Soemitro Djojohadikusumo. Tujuan dari konferensi tersebut adalah
untuk memberikan dukungan terhadap Indonesia dalam forum PBB.
Isi resolusi Konferensi Asia :
a) Pengembalian pemerintah Republik Indonesia Ke yogyakarta.
b) Pembentukan perintah ad intern yang mempunyai kemerdekaan dalam
politik
luar negeri, sebelum tanggal 15 maret 1949
c) Penarikan tentara Belanda dari seluruh Indonesia
d) Penyerahan kedaulatan kepada pemerintahan Indonesia serikat paling lambat
tanggal 1 Januari 1950.
C. Pengaruh konflik Indonesia-Belanda terhadap keberadaan NKRI
Pendaratan NICA di
Penyerangan melalui laut
Pelabuhan Tanjung Priok
AGRESI MILITER BELANDA II
19 Desember 1948
Disebut juga Aksi Polisionil yaitu aksi yang dilakukan Belanda dengan tujuan menjaga wilayah
kekuasaannya. Aksi dimulai dengan menyerang Lapangan udara Maguwo, Yogyakarta. Taktik
yang digunakan Belanda dengan mengadakan serangan kilat atau Blitzkrieg.
Hasil : Kota Yogya dapat dikuasi dan para pemimpin RI dapat di tawan ( Soekarno, Hatta, H.
Agus Salim).
Reaksi pihak RI :
A. Bidang Militer
Menghadapi serangan Belanda, TNI menerapkan taktik Pertahanan Rakyat Semesta yaitu
Perang gerilya secara total deangan cara menyebarkan kekuatan di seluruh wilayah yang disebut
kantong-kantong perlawananan dijabarkan dalam Perintah Kilat no.1 tgl 12 Juni 1948 dari
Jenderal Sudirman yang berisi antara lain :
1. Kita telah diserang oleh Belanda dengan menyerang Yogyakarta dan
LapanganTerbang Maguwo
2. Pemerintah Belanda telah membatalkan persetujuan gencatan senjata
3. Semua angkatan perang menjalankan rencana yang telah ditetapkan untuk
menghadapi serangan tersebut
Juga dibentuk adanya struktur pemerintahan militer antara lain :
Markas Besar Komando Djawa (MBKD) berpusat di Kepurun, Manisrenggo, Klaten
dibawah pimpinan Kolonel AH. Nasution
Markas Besar Komando Sumatera (MBKS) berpusat di Medan, Sumatera Utara dipimpin
Kolonel Hidayat
Tugas : Melaksanakan pemerintahan militer dan merencanakan perlawanan bersenjata terhadap
Belanda
Taktik yang digunakan
Wingate yaitu gerakan untuk melakukan penyusupan
ke dalam wilayah musuh
Wehrkreise ( dari kata wehr “perlawanan” dan
kreise“lingkaran” ) artinya membentuk daerah-daerah perlawanan yang tersebar
dibanyak tempat sehingga kekuatan Belanda terpecah-pecah dalam daerah
perlawanan yang luas
Hasil : Dalam serangan Umum 1 Maret 1949 TNI mampu menguasai kota Yogya
selama 6 Jam yang secara taktik militer TNI dapat mengalahkan Belanda dengan
menguasai Yogya selama 6 Jam dibawah pimpinan Letkol Soeharto (Komandan
Wehrkreise III/Brigade X Yogyakarta
B. Bidang Politik
Untuk tetap menjaga kelangsungan pemerintahan RI, dibentuklah :
1. Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) dibentuk 19
Desember 1948 berpusat di Bukittinggi, Sumatera Barat dipimpin Mr.
Syafruddin Prawiranegara ( Menteri Kemakmuran )
2. Jika gagal maka membentuk Pemerintahan Republik Indonesia
di India dibawah pimpinan Mr. AA.Maramis (Menteri Keuangan), LN
Palar dan dr. Sudarso
Gambar Perjuangan Jendral Sudirman walau dalam keadaan sakit
parah
Memimpin pasukan Pasukan terus bergerak
bergerlya walau harus dari satu daerah kedaerah
ditandu lain
Gambar Perang Gerilya Jendral Sudirman
Habis menyerang musuh
pasukan lari masuk hutan Peta rute gerilya Jendral
lagi Sudirman
Masa terakhir perjuangan Jenderal sudirman dalam
melawan Belanda
Sayang sekali, Pak Dirman
sepertinya memang
ditakdirkan hanya untuk
berjuang, bukan untuk
menikmati kemerdekaan yg
telah beliau perjuangkan.
Beliau wafat dalam sakit
beliau pada tanggal 29
Januari 1950, hanya
berselang 1 bulan setelah
pengakuan kedaulatan RI.
D. Aktivitas Diplomasi Indonesia di Dunia Internasional
Tempat perundingan
Data proses perundingan
Hooge Veluwe Belanda
Tokoh: delegasi RI: mr. suwandi,
dr. sudarsono, mr.
prianggodigdo.. delegasi
belanda: van mook, prof.
logemann, idenburgh, van royen,
van asbeck, sultan hamid II,
surio santosa.. penengah: Sir
Archibald
Tanggal: 14-26 April 1946
Tempat: Hooge Veluwe, Belanda
Hasil: tidak ada, karena belanda
menolak hasil perundingan
antara Sjahrir – Van Mook
sebelumnya..
5. Perundingan Linggarjati:
Gambar Proses
Data Proses Perundingan
perundingan
Tokoh: Indonesia: Amir Syarifudin..
Belanda: Abdulkadir Widjodjoatmodjo
Tanggal: 8 Desember 1947
Tempat: Kapal USS Renville, milik
Amerika
Hasil:
RI harus mengakui kedaulatan Belanda
di Hindia-Belanda untuk mengakui NIS
Diadakan pemungutan suara untuk
mengetahui apakah rakyat ingin
bergabung dg RI atau belanda
Tiap negara bagian berhak tinggal di
luar NIS dan mengadakan hubungan
Gambar Perundingan Renville
Bismillah Hirochmanirrachim
SOEMPAH KEBOELATAN TEKAD
Tetap Merdeka !
Kedaulatan Negara dan Bangsa Indonesia dilaporkan pada tanggal 17 Agustus 1945
akan kami pertahankan dengan soenggoeh-soenggoeh, penoeh tanggoeng
djawab, ikhlas berkorban dengan tekad MERDEKA atau MATI !!!
Sekali merdeka tetap merdeka !
Soerabaja, 9 November 1945
Beberapa Gambar Pertempuran 10 November
Surabaya
PERTEMPURAN AMBARAWA
Awal Pertempuran
Perjuangan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin Jenderal
Soedirman pada pertengahan Desember 1945, membuat tentara sekutu
terjepit dan akhirnya mundur dari Ambarawa menuju Semarang. Walaupun
dihadang dengan seluruh kekuatan persenjataan modern serta kemampuan
taktik dan strategi sekutu, para pejuang RI tak pernah gentar sedikitpun.
Mereka melancarkan serangan dengan gigih seraya melakukan pengepungan
ketat di semua penjuru kota Ambarawa. Dengan gerakan pengepungan
rangkap ini sekutu benar-benar terkurung dan kewalahan.
Jenderal Soedirman sebagai pemimpin pasukan menegaskan perlunya
mengusir tentara sekutu dan Ambarawa secepat mungkin. Sebab sekutu akan
menjadikan Ambarawa sebagai basis kekuatan untuk merebut Jawa Tengah.
Dengan semboyan “Rawe-rawe rantas malang-malang putung, patah tumbuh
hilang berganti”, pasukan TKR memiliki tekad bulat membebaskan
Ambarawa atau dengan pilihan lain gugur di pangkuan ibu pertiwi
Peristiwa Pertempuran Ambarawa
Serangan pembebasan Ambarawa yang berlangsung selama empat
hari empat malam dilancarkan dengan penuh semangat pantang
mundur. Dari tanggal 12 hingga 15 Desember 1945, para pejuang
tidak menghiraukan desingan-desingan peluru maut dan lawan.
Letusan tembakan sebagai isyarat dimulainya serangan umum
pembebasan Ambarawa, terdengar tepat pukul 04.30 WIB pada 12
Desember 1945. Pejuang yang telah bersiap-siap di seluruh penjuru
Ambarawa mulai merayap mendekati sasaran yang telah ditentukan,
dengan siasat penyerangan mendadak secara serentak di segala
sektor. Seketika, dan segala penjuru Ambarawa penuh suara riuh
desingan peluru, dentuman meriam, dan ledakan granat. Serangan
dadakan tersebut diikuti serangan balasan musuh yang kalang kabut.
Akhir pertempuran
Sekitar pukul 16.00 WIB, TKR berhasil menguasai Jalan Raya
Ambarawa Semarang, dan pengepungan musuh dalam kota Ambarawa
berjalan dengan sempurna. Terjadilah pertempuran jarak dekat.
Musuh mulai mundur pada 14 Desember 1945. Persediaan logistik
maupun amunisi musuh sudah jauh berkurang.
Akhirnya, pasukan sekutu mundur dan Ambarawa sambil melancarkan
aksi bumi hangus pada 15 Desember 1945, pukul 17.30 WIB.
Pertempuran berakhir dengan kemenangan gemilang pada pihak TKR.
Pasukan TKR berhasil merebut benteng pertahanan sekutu yang
tangguh. Kemenangan pertempuran Ambarawa pada 15 Desember
1945. Keberhasilan Panglima Besar Jenderal Soedirman ini kemudian
diabadikan dalam bentuk monumen Palagan Ambarawa. TNI AD
memperingati tanggal tersebut setiap tahun sebagai Hari Infanteri.
Gambar : Peristiwa Ambarawa
Jendral Sudirman
Monumen Palagan mempersiapkan pasukan
Ambarawa untuk melawan Belanda
TKR berhasil menguasai &
Data dan hasil Ambarawa
mepertahankanAmbarawa
Tanggal
20 Oktober - 15 Desember
1945
Lokasi
Ambarawa
Hasil
Kemenangan Indonesia
Pihak yang terlibat Indonesia
Belanda Komandan Kol.
Soedirman Brigadir Bethell
Pertempuran Medan Area
Pertempuran Medan Area adalah sebuah
peristiwa perlawanan rakyat terhadap
Sekutu yang terjadi di Medan,
Sumatera Utara
Tanggal
13 Oktober 1945
Lokasi
Medan
Hasil
Perang Gerilya dan Perang Frontal
selama 2 tahun
Pihak yang terlibat
Indonesia
Inggris
Komandan
Achmad Tahir
T.E.D. Kelly
Tanggal 27 Agustus 1945 rakyat Medan baru mendengar berita proklamasi
yang dibawa oleh Mr. Teuku Mohammad Hassan sebagai Gubernur
Sumatera. Menanggapi berita proklamasi para pemuda dibawah pimpinan
Achmad Tahir membentuk barisan Pemuda Indonesia. Pendaratan Sekutu di
kota Medan terjadi pada tanggal 9 Oktober 1945 dibawah pimpinan
T.E.D Kelly. Pendaratan tentara sekutu (Inggris) ini diikuti oleh pasukan
sekutu dan NICA yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan.
Kedatangan tentara sekutu dan NICA ternyata memancing berbagai insiden.
Pada tanggal 13 Oktober 1945 pemuda dan TKR bertempur melawan Sekutu
dan NICA dalam upaya merebut dan mengambil alih gedung-gedung
pemerintahan dari tangan Jepang. Inggris mengeluarkan ultimatum kepada
bangsa Indonesia agar menyerahkan senjata kepada Sekutu. Ultimatum ini
tidak pernah dihiraukan. Pada tanggal 1 Desember 1945, Sekutu memasang
papan yang tertuliskan "Fixed Boundaries Medan Area" (batas resmi
wilayah Medan) di berbagai pinggiran kota Medan. Tindakan Sekutu itu
merupakan tantangan bagi para pemuda. Pada tanggal 10 Desember 1945,
Sekutu dan NICA melancarkan serangan besar-besaran terhadap kota
Medan. Serangan ini menimbulkan banyak korban di kedua belah pihak.
Pada bulan April 1946, Sekutu berhasil menduduki kota Medan. Pusat
perjuangan rakyat Medan kemudian dipindahkan ke Pemantangsiantar.
Peristiwa Bandung Lautan Api
Tanggal
24 Maret 1946
Lokasi
Bandung
Hasil
Tentara Rakyat Indonesia
mundur dari Bandung
Pihak yang terlibat Indonesia
Inggris Komandan Kol. A.H.
Nasution Brigadir MacDonald
Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi
di kota Bandung, provinsi Jawa Barat, Indonesia pada 24 Maret 1946. Dalam
waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung[1] membakar rumah mereka,
meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini
dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda untuk dapat
menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang
Kemerdekaan Indonesia.
Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara Republik Indonesia (TRI, TNI kala itu)
meninggalkan kota Bandung mendorong TRI untuk melakukan operasi "
bumihangus". Para pejuang pihak Republik Indonesia tidak rela bila Kota
Bandung dimanfaatkan oleh pihak Sekutu dan NICA. Keputusan untuk
membumihanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Madjelis Persatoean
Perdjoangan Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan pihak
Republik Indonesia, pada tanggal 24 Maret 1946[2]. Kolonel Abdoel Haris
Nasoetion selaku Komandan Divisi III TRI mengumumkan hasil musyawarah
tersebut dan memerintahkan evakuasi Kota Bandung.[rujukan?] Hari itu juga,
rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota
Bandung dan malam itu pembakaran kota berlangsung.
Puputan Margarana 20 November 1946
Perang Puputan Margarana di Bali diawali dari keinginan Belanda
mendirikan Negara Indonesia Timur (NIT). Letkol I Gusti Ngurah Rai,
Komandan Resimen Nusa Tenggara, berusaha menggagalkan
pembentukan NIT dengan mengadakan serangan ke tangsi NICA di
Tabanan tanggal 18 Desember 1946. Konsolidasi dan pemusatan pasukan
Ngurah Rai (yang dikenal dengan nama pasukan Ciung Wanara)
ditempatkan di Desa Adeng Kecamatan Marga. Belanda menjadi gempar
dan berusaha mencari pusat kedudukan pasukan Ciung Wanara. Pada
tanggal 20 November 1946 dengan kekuatan besar Belanda melancarkan
serangan dari udara terhadap kedudukan Ngurah Rai di desa Marga.
Dalam keadaan kritis, Letkol I Gusti Ngurah Rai mengeluarkan perintah
“Puputan” yang berarti bertempur sampai habis-habisan (fight to the
end). Letkol I Gusti Ngurah Rai gugur beserta seluruh anggota pasukan
dalam pertempuran tersebut. Jenazahnya dimakamkan di desa Marga.
Pertempuran tersebut terkenal dengan nama Puputan Margarana.
Gugurnya Letkol I Gusti Ngurah Rai telah melicinkan jalan bagi usaha
Belanda untuk membentuk Negara Indonesia Timur.
I Gusti Ngurah Rai Gambar : Situasi di Bali
Peristiwa Westerling di Makassar
Selesai
TUGAS YANG HARUS DIJAWAB JADI SIAPKAN KERTAS