1. Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) adalah pasukan yang berintikan tentara Inggris
dan dipimpin oleh Letjen Sir Philip Christison.
2. Tugas AFNEI:
b. Membebaskan tawanan perang (dinamakan Relief of Allied Prisoners and War Internees atau
RAPWI).
3. Pada tanggal 25 Oktober 1945, pasukan AFNEI dari Brigade 49 (Inggris) mendarat di Tanjung
Perak, Surabaya. Pasukan itu dipimpin oleh Brigjen A.W.S Mallaby.
a. Pihak AFNEI menuntut balas atas kematian Mallaby yang menjadi tanggung jawab rakyat
Surabaya.
5. Dipelopori oleh TKR, rakyat Bandung tidak mengindahkan ultimatum, di bawah pimpinan Aruji
Kartawinata.
6. Untuk kedua kalinya tanggal 23 Maret 1946, AFNEI mengeluarkan ultimatum supaya TRI
meninggalkan seluruh kota Bandung.
7. Pada tanggal 9 Oktober 1945, pasukan AFNEI dari Brigade 4 mendarat di Belawan, di bawah
pimpinan Brigjen T.E.D Kelly. (Pertempuran Medan Area)
8. AFNEI segera mempersenjatai bekas pasukan KNIL Belanda yang sempat menjadi tawanan
Jepang, disebut Tangsi Putih. (Peristiwa Merah Putih di Manado)
9. Para pemuda dan para bekas anggota KNIL dari Indonesia yang mendukung RI disebut Tangsi
Hitam. (Peristiwa Merah Putih di Manado)
10. Tanggal 14 Maret 1948, muncul upaya perlawanan dari rakyat Biak. Sasarannya adalah kamp
NICA, yakni tangsi Sorido. (Peristiwa Merah Putih di Biak)
Suatu wilayah terbagi menjadi sejumlah lingkaran pertahanan yang dapat berdiri sendiri.
Selain menggalang pertahanan, tiap wehrkreise harus mampu menyusup ke belakang garis
pertahanan musuh.
12. Keampuhan sistem wehrkreise:
Karena semua kekuatan termasuk rakyat terlibat dalam pertahanan, gerak pasukan Belanda
dapat diketahui dengan cepat.
Karena bersifat dinamis, konsolidasi (koordinasi) pasukan dapat dengan cepat dilakukan
sesuai dengan tuntutan keadaan.
13. Serangan umum dilakukan oleh pasukan TNI dari Brigade 10 / Wehrkreise III, di bawah
pimpinan Letkol Soeharto.
- Sektor kota dipimpin oleh Letnan Amir Murtono dan Letnan Marsudi.
16. Berbagai bentuk perjuangan Indonesia untuk menarik dukungan internasional lewat PBB antara
lain:
b. Membina hubungan baik dengan India, yang dimulai dengan mengirimkan bantuan beras.
17. Perundingan Linggajati: Delegasi Indonesia dipimpin oleh Sultan Syahrir, sedangkan delegasi
Belanda (disebut juga Komisi Jenderal) dipimpin oleh Prof. Schermerhorn.
18. Perundingan Linggajati ternyata berhasil mengundang simpati internasional. Hal itu terbukti dari
pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Inggris, AS, Mesir, Libanon, Suriah, Afghanistan,
Burma (sekarang Myanmar), Saudi Arabia, Yaman, dan Uni Soviet.
19. Menjelang agresi militer, pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda mengirimkan nota (surat) yang
harus dijawab oleh pemerintah RI.
20. Pada tanggal 21 Juli 1947, pasukan Belanda melancarkan serangan serentak ke wilayah RI di
Jawa dan Sumatera.
22. Pada tanggal 18 September 1947, Dewan Keamanan PBB membentuk Committee of Good
Offices (Komite Jasa-Jasa Baik), komite itu kemudian terkenal dengan sebutan Komisi Tiga
Negara (KTN).
23. Anggota KTN terdiri atas: Richard Kirby (Wakil Australia), Paul van Zeeland (Wakil Belgia),
Frank Graham (Wakil AS).
24. Tugas pokok KTN: mencari penyelesaian damai terhadap masalah perselisihan antara Indonesia
dan Belanda.
25. Dalam Perundingan Renville, delegasi Indonesia dipimpin oleh Amir Syarifuddin, sedangkan
delegasi Belanda dipimpin oleh Abdulkadir Wijoyoatmojo.
26. Menjelang tengah malam pada tanggal 18 Desember 1948, Wali Tinggi Mahkota Belanda Dr.
Beel mengumumkan bahwa Belanda tidak terikat lagi pada hasil Perundingan Renville.
27. Dini hari tanggal 19 Desember 1948, pesawat terbang Belanda membombardir Maguwo
(sekarang Bandara Adisucipto) beserta gedung-gedung penting lainnya.
28. Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) dibentuk oleh Syarifuddin Prawiranegara dan
berkedudukan di Bukittinggi, Sumatera Barat.
29. Pada Perundingan Roem-Roijen, delegasi Indonesia dipimpin oleh Moh. Roem, sedangkan
delegasi Belanda dipimpin oleh Dr. van Roijen.
30. Tokoh UNCI (United Nations Comission for Indonesia) yang berperan dalam perundingan
Roem-Roijem adalah Merle Cohran dari AS.
31. Konferensi Inter-indonesia dilatarbelakangi oleh keinginan menjalin persatuan dan sikap
bersama untuk menghadapi Belanda dalam KMB nanti.
32. Tanggal 23 Agustus 1949, KMB (Konferensi Meja Bundar) dibuka secara resmi di Ridderzaal,
Den Haag, Belanda. Konferensi itu diikuti oleh delegasi RI, BFO, Belanda, dan UNCI.
33. Delegasi RI dipimpin oleh Hatta, delegasi BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II, dan delegasi
Belanda dipimpin oleh van Maarseveen. Anggota UNCI yang hadir: Herremans, Merle
Cohran, dan Chritchley. (KMB)
Evaluasi
1. Sikap Indonesia untuk lebih mementingkan perdamaian dalam peristiwa pertempuran di Surabaya
tampak dari kesediaan Indonesia untuk menghentikan tembak-menembak.
2. Kesadaran tentara Indonesia untuk tidak mencampuri urusan politik dala peristiwa Bandung
Lautan Api tampak dari tindakan menaati instruksi pemerintah RI untuk meninggalkan kota
Bandung.
4. Dampak Serangan Oemoem 1 Maret yang menunjang perjuangan diplomasi adalah menjadi
landasan dibawanya masalah Indonesia ke forum PBB.
6. Tujuan Agresi Militer Belanda I mengalami kegagalan karena TNI mampu mengadakan
konsolidasi dan membangun sistem pertahanan baru.
7. Tujuan pimpinan pemerintah RI tidak meninggalkan Yogyakarta saat Agresi Militer Belanda II
adalah sebagai berikut, kecuali
9. Meskipun mendapat kritik dari PDRI dan TNI, hasil Konferensi Roem-Roejen tetap berperan
penting karena membuka jalan bagi pengakuan kedaulatan Indonesia.
10. Meskipun tidak sesuai dengan cita” proklamasi kemerdekaan (negara kesatuan), terbentuknya
RIS tetap merupakan keberhasilan Indonesia mempertahankan kemerdekaannya. Alasannya
Indonesia diakui sebagai negara yang berdaulat.