Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh:

FERA AFRI SANTHI


NIM: G1B223040

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULATAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Perawatan Diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya
jika tidak dapat melakukan perawatan diri.
Defisit keperawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa merupakan defisit
perawatan diri yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri
adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan
untuk dirinya.

2. Jenis Defisit Perawatan Diri


a. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan.
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi/kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri : Makan.
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan
aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri : Toileting.

1
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).

3. Etiologi
Penyebab kurang perawatan diri adalah :
a. Faktor prediposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

2
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.


a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

4. Komplikasi
3
Akibat dari defisit perawatan diri adalah Gangguan Pemeliharaan Kesehatan
(Budiana K, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Jilid 2), Gangguan pemelihaaan
kesehatan ini bentuknya bisa bermacam-macam. Bisa terjadinya infeksi kulit (scabies,
panu, kurap) dan juga gangguan yang lain seperti gastritis kronis (karena kegagalan
dalam makan), penyebaran penyakit orofecal ( karena hiegene bab/bak sembarangan)
dan lain-lain.

5. Manifestasi Klinis
tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor.
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif.
2) Menarik diri, isolasi diri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :
a. Data subyektif
1) Klien menolak melakukan perawatan diri berpakaian, makan dan minum, dan
eliminasi
2) Menyampaikan ketidak inginan melakukan perawatan diri, kebersihan diri,
berpakaian, makan, minum dan eliminasi.
3) Menyatakan tidak tahu cara perawatan diri, kebersihan diri, berpakaian,
makan ,minum dan eliminasi.

4
b. Data obyektif
1) Kulit, rambut, gigi, kuku kotor.
2) Pakaian kotor, tidak rapi, dan tidak tepat
3) Makan dan minum tidak beraturan
4) Eliminasi, BAB, BAK tidak pada tempatnya
5) Lingkungan tempat tinggal kotor dan tidak rapi.
6) Rentang Respon

Respon Adaptif Respon


Maladaptif

Pola perawatan Kadang perawatan diri Tidak melakukan


diri seimbang tidak seimbang perawatan diri

7) Pohon Masalah

Resiko Tinggi Isolasi Sosial Effect

Defisit Perawatan Diri Core Problem

Harga Diri Rendah Causa

Pohon Masalah Defisit perawatan Diri ( Fitria.2009 ).

8) Mekanisme Koping
Mekanisme koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor
meliputi status sosialekonomi, keluarga, jaringan interpersonal, organisasi yang
dinaungi oleh lingkungan sosial yang lebih luas, juga menggunakan kreativitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan (Stuart and
Sundeen, 1998 dalam Lili Kadir, 2018).

5
6. Penatalaksanaan
Tindakan keperawatan
1) Tindakan keperawatan ners
Tindakan pada klien
a. Pengkajian : kaji tanda dan gejala perawatan diri serta penyebabnya
b. Diagnosis : penjelasan proses terjadinya masalah perawatan diri : kebersihan
diri, berpakaian, makan, minum, eliminasi, BAB, BAK dan lingkungan
Tindakan keperawatan
a) Melatih kebersihan diri : mandi, keramas, sikat gigi, berpakaian, berhias,
gunting kuku
b) Melatih makan dan minum
c) Melatih BAB dan BAK
d) Melatih kebersihan dan keterampilan kebersihan lingkungan rumah,
kamar tidur, ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar mandi, dan halaman.

Tindakan pada keluarga


Tindakan keperawatan ners
1. Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
2. Menjelaskan proses terjadinya defisit perawatan dir yang dialami klien
3. Mendiskusikan cara merawat defisit perawatan diri dan memutuskan cara
merawat yang sesuai dengan kondisi klien
a. Menyediakan alat-alat yang diperlukan dalam menjaga kebersihan diri
b. Mrmbimbing klien melakukan perawatan diri: kebersiahan diri, makan,
minum, BAB, BAK, kebersihan dan kerapian rumah dan lingkungan

c. Membuat jadwal
d. Memberi pujian atas keberhasilan klien
4. Melibatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana keluarga yamg
mendukung : mengingatkan klien, melakukan kegiatan bersama-sama,
memberi motivasi dan tujuan
5. Menjelaskan tanda dan gejala defisit perawatn diri yang memerlukan rujukan
segera serta melakukan follow up kepelayanan kesehatan secara teratur

6
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh novianingsih, linda
dengan judul Penerapan strategi pelaksanaan defisit perawatan diri pada pasien
skizofrenia dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis, penelitian Studi kasus ini
menggunakan deskriptif dengan pendekatan asuhan keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi dalam penerapan strategi pelaksanaan defisit perawatan diri pada
pasien Skizofrenia dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis. Subjek dalam studi
kasus adalah satu orang pasien Skizofrenia dengan masalah defisit perawatan
diri. Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 hari didapatkan
hasil perawatan diri klien mengalami peningkatan kemampuan yaitu sebelum
dilakukan penerapan strategi pelaksanaan skor kemandirian klien 13 (kategori
buruk) setelah dilakukan penarapan strategi pelaksanaan skor kemandirian
klien menjadi 38 (kategori baik). Kesimpulan : Pemberian Strategi
Pelaksanaan Defisit Perawatan Diri efektif dilakukan pada pasien Skizofrenia
yang mengalami gangguan perawatan diri.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Masalah dan Data yang Perlu Dikaji
Masalah keperawatan jiwa yang mungkin muncul pada pasien dengan defisit
perawatan diri, diantaranya yaitu:
a. Defisit Perawatan Diri
b. Isolasi Sosial: Menarik Diri
c. Gangguan Pemeliharaan Kesehatan
Sedangkan data yang perlu dikaji pada pasien dengan defisit perawatan diri, yaitu
diantaranya:
a. Data Subjektif
1) Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin atau di rumah
sakit tidak tersedia alat mandi
2) Klien mengatakan dirinya malas berdandan
3) Klien mengatakan ingin disuapi makan
4) Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK
maupun BAB
b. Data Objektif

7
1) Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor,
gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor
2) Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut acak – acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki)
atau tidak berdandan (wanita)
3) Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran dan makan tidak pada
tempatnya
4) Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai dengan BAB/BAK
tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah
BAB/BAK

2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri

C. STRATEGI PELAKSANAAN
Standar Pelaksanaan Komunikasi (SP)
Dengan Klien Defisit Perawatan Diri

Pertemuan ke-1 klien : fokus keberihan diri: mandi, keramas, sikat gigi,
berpakaian dan berhias.
1. Orientasi
a. Salam
“Selamat Pagi Dik, perkenalkan saya perawat Fera Afri Santhi,
mahasiswi unja. Nama Adik siapa?”
“Oh baik, kalau begitu saya memanggilnya dengan nina ya”
b. Evaluasi
“Apa yang nina rasakan saat ini? jadi nina tidak mau merawat diri ya?”
“Apa penyebab nina tidak mau merawat diri?”
“Oh, jadi nina merasa tidak mampu merawat diri.”
“sudah berapa lama nina tidak merawat diri?”

8
c. Validasi
“Apa yang telah nina lakukan supaya dapat merawat diri?”
“lalu, bagaimana manfaatnya?”
d. Kontrak
1) Tindakan dan tujuan
“bagaimana kalau kita periksa dulu kegiatan perawatan diri nina
dan belajar meningkatkannya”
“tujuannya supaya nina mampu merwat diri sendirr.”
“bagaimana apakah nina setuju?”
2) Waktu
“baiklah, kita akan berdiskusinya selama 30 menit ya nina.”
3) Tempat
“ kita berbincang di ruang tamu, atau disini saja?”
2. Kerja
a. Pengkajian
1) Penyebab
Bagaimana kebersihan diri nina?
Apa yang menyebabkan ?
2) Tanda dan gejala
- Bagaimana dengan mandinya? Berapakali sehari? Apa alat-alat
yang di sediakan?
- Bagaimana dengan kebersihan rambut? Berapa hari sekali
keramas? Apa aja alat yang di sediakan
- Bagaimana dengan kebersihan gigi? Berapa kali sikat gigi
perhari?apa saja alat yang di sediakan
- Bagaimana dengan pakaian?berapa kali diganti? Apakah ada
pakaian khusus: tidur, dirumah, bepergian? Pakaian yang sedng
di pakai ini sudah berapa hari? Menurut nina apakah sudah
perlu diganti? Apa saja pakaian yang tersedia?
- Bagaimana dengan berhias? Sisiran, bedak dan lipstik? Apa
saja alat yang tersedia?
3) Akibat
- Apa gunanya kebersihan diri?

9
- Apa akibatnya jika tidak dilakukan? Apakah sudah ada yang
dirasakan
b. Diagnosis
“nina, dari hasil percakapan kita tadi sepertinya kebersihan dirinya
perlu ditingkatkan. Bagaimana kalau nina latihan agar keuntungan
kebersihan diri dapat dirasakan.”
c. Tindakan
“baiklah, mari kita latihan mulai dengan mandi, sikat gigi, keramas,
berpakaian dan berhias.”
1) Persiapan
“ mari kita siapakan alat-alat : alat mandi (sabun, sampo, pasta gigi
dan sikat gigi), pakaian bersih, handuk, alat-alat berhias.”
2) Latihan sikat gigi
- Mari ambil sikat gigi dan pasta gigi: bimbing menaruh pasta
gigi pada sikat gigi.
- Beri arahan cara sikat gigi dan bimbing melakukannya.
Bersihkan alat dan simpan
- Beri pujian.
3) Latihan keramas dan mandi
- Mari ambil alat keramas dan mandi: sampo, sabun mandi,
handuk.
- Latih membuka pakaian kotor dan meletakkan di tempat
pakaian kotor.
- Latih membilas tubuh, kepla dan rambut.
- Latih keramas dan membilas.
- Latih menyabuni badan dan membilas
- Latih mengeringkan badan dengan handuk
- Berikan pujian
4) Berpakaian
- Mari ambil pakaian yang bersih dan pakaian dalam
- Latih memakai pakaian dalam dan pakaian
- Berikan pujian
5) Latih berhias

10
- Mari ambil alat-alat berhias : sisir, bedak, lipstik, kaca.
- Latih menyisir rambut dengan rapi.
- Latih memakai bedak dan lipstik (untuk perempuan)
- Beri pujian
d. Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“bagaimana perasaan nina setelah selesai latihan kebersihan diri?”
2) Evaluasi Objektif
“ apasaja latihan kita tadi?”
“benar sekali nina”
3) Rencana Tindak Lanjut Klien
“selanjutnya mari kita buat jadwal latihan :sikat gigi, keramas,
mandi, berpakaian dan berhias”
4) Rencana Tindak Lanju Perawat
“ besok silahkan datang kembali kita periksa lagi kebersihan diri
dan jadwal kegiatannya serta di periksa dokter.jika dokter memberi
obat, akan dijelaskan car aminum obat yang benar.”
5) Salam
“Semoga cepat sembuh"

11
DAFTAR PUSTAKA

Hoesny, Rezkiyah,.2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Defisit Perawatan Diri


diakses dari http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3358/1/Rezkiyah%20Hoesny.pdf pada 14
Juni 2018
Novianingsih linda (2022), penerapan strategi pelaksanaan defisit perawatan diri pada pasien
skizofrenia dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis. Di akses dari
https://eprints.udb.ac.id/id/eprint/1396/ diakses pada 13 Desember 2023

Keliat, B. A.,et al. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta.

R. Febrina, “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Keluarga dengan Harga Diri Rendah Kronis di
Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang,” Poltekkes Kemenkes Padang, 2018.

Saputra M.Khalis, dkk, (2023), Asuhan Keperawatan Jiwa II. Padang : PT Global Eksekutif
Teknologi.

S. Juliasari, “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien dengan Gangguan Konsep Diri Harga
Diri Rendah Terintegrasi dengan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja
Samarinda,” Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur, 2018.

World Health Organization, “The WHO Special Initiative for Mental Health ( 2019-2023 ):
Univer

Wulandari Ida Ayu P. Dkk, (2023), Asuhan Keperawatan Jiwa. Denpasar : PT. Sonpedia
Publising Indonesia.

Neri, Silvia,.2018. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan diakses dari


https://www.academia.edu/6822348/STRATEGI_PELAKSANAAN_TINDAKAN_KE
PERAWATAN_SP-1_Pasien_Defisit_Perawatan_Diri_Pertemuan_Ke-1 pada 14 Juni
2018

Shinzu, Bekti,.2018. Defisit Perawatan Diri LP SP diakses dari


https://www.academia.edu/35135428/Defisit_Perawatan_Diri_LP_SP pada 14 Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai