Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


HARGA DIRI RENDAH (HDR)

DOSEN PEMBIMBING :

Ns.Yuliana S.Kep.M.Kep
Ns. Riska Amalya Nasution S.Kep.M.Kep.Sp.Kep.,J
Ns. Luri Mekeama, S.Kep., M.Kep

PEMBIMBING LAPANGAN :

Ns. Dermanto S, S.Kep


Ns. Retty Octi Syafrini S.Kep.Sp.Kep.,J

OLEH
FERA AFRI SANTHI
NIM: G1B223040

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULATAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2023
HARGA DIRI RENDAH (HDR)

A. Definisi
Harga diri rendah merupakan kondisi dimana individu memiliki penilaian yang
negatif, seorang HDR yang mengalami harga diri rendah akan mempunyai pikiran
negativ terhadap diri sendiri , merasa tidak bearti dan tidak berguna, tidak mempunyai
kemampuan positif, mengkritik diri, kurang konsentrasi, merasa malu, pengecilan diri,
rasa bersalah dan khawatir, menarik diri dari realitas, merusak diri dan lainnya. Klien
juga menunjukkan adanya ilusi dan tujuan yang tidak realistis, rasa berlebihan diri,
kebosanan dan pandangan hidup yang pesimis. (stuart & keliat 2016dalam Wulandari Ida
Ayu P. (2023)hal : 1).
Harga diri rendah ialah sebuah perasaan negatif terhadap dirinya sendiri dan
penyebab terjadinya kehilangan rasa percaya diri, merasa pesimis, dan juga merasa
bahwa dirinya tidak berharga di kehidupannya. (Atmojo & Purbaningrum, 2021).
Harga diri rendah adalah perasaan yang ada pada indivindu dan menganggap bahwa
dirinya tidak berharga dan tidak berarti dalam kehidupan yang dijalaninya. (Rrawati
Daulima & Wardhani. 2022).

B. Etiologi
Penyebab terjadinya harga diri rendah pada seseorang disebabkan oleh faktor
predisposisi dan presipitasi. Faktor predisposisi adalah berbagai kejadian yang terjadi
pada klien dan telah berlangsung lebih dari 6 bulan. Sedangkan faktor presipitasi
adalah berbagai kejadian yang terjadi pada klien dan berlangsung dalam kurun waktu
6 bulan terakhir. Adapun faktor predisposisi dan presipitasi penyebab terjadinya harga
diri rendah dapat dibedakan secara spesifik berdasarkan faktor biologis, faktor
psikologis, dan faktor sosial budaya, diantaranya sebagai berikut:
a. Faktor predisposisi
1. Faktor psikologis
Terkait dengan kemampuan intelegensi, kepribadian, pengalaman
masalalu yang tidak menyenangkan, adanya konflik, penolakan atau kekerasan
yang pernah dialami, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab yang tidak realistis, kegagalan
yang berulang, dan ideal diri yang tidak realitis.
2. Faktor biologis
Terkait dengan faktor genetic, status nutrisi, kondisi kesehatan secara
umum yang terganggu, penggunaan obat-obatan, trauma, dan paparan zat
beracun. yang mempengaruhi performa peran.
3. Faktor sosial budaya
Terkait dengan riwayat tumbuh kembang yang tidak sesuai dengan
usia, jenis kelamin, riwayat putus atau gagal dalam pendidikan, penghasilan
rendah, tidak memiliki pekerjaan atau memiliki pekerjaan namun tingkat stress
tinggi, pengalaman sosial buruk, seperti dikucilkan atau di ejekFaktor
presipitasi. (Wulandari Ida Ayu P. Dkk, (2023)
b. Menurut yosep (2009), faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya
adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan
atau produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep harga diri
rendah dapat terjadi secara situasional atau kronik.secara situasional karena
trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan,perkosaan,atau penjara, termasuk dirawat di rumah sakit bisa
menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau
pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman. Harga diri rendah
kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah
memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.

C. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala harga diri rendah kronik adalah sebagai berikut:
1. Subyektif
a. Merasa tidak berharga
b. Memiliki penilaian negative terhadap diri
c. Malu / minder
d. Merasa tidak memiliki kelebihan
e. Meremehkan kemampuan diri
f. Merasa tidak mampu melakukan apapun
g. Mengungkapkan keputusasaan
h. Merasa sulit tidur
i. Merasa tidak tertarik mencoba sesuatu yang baru
j. Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
2. Objektif
a. Menunduk
b. Bicara pelan
c. Pasif
d. Lesu
e. Kontak mata kurang
f. Tidak bersemangat
g. Lebih senang menyendiri
h. Menghindar dari oranglain
i. Tidak mampu membuat suatu keputusan
j. Bergantung pada orang lain (Keliat, et, al.,2019).

Selain data diatas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri
rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,
selera makan kurang,tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk,
bicara lambat dengan suara nada lemah.

D. Rentang respon

Respon adaptif Respon maldaptif


Aktualisasi diri Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi
Positif rendah identitas

Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
Konsep diri positif merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang ada
pada dirinya meliputi cita dirinya, ideal dirinya, harga dirinya, penampilan peran serta
identitas dirinya secara positif. Hal ini akan menunjukkan bahwa individu itu akan
menjadi individu yang sukses.
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri,
termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada
harapan dan putus asa. Adapun perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang
rendah yaitu mengkritik diri sendiri dan atau orang lain, penurunan produktifitas,
destruktif yang diarahkan kepada orang lain, gangguan dalam berhubungan, perasaan
tidak mampu, rasa bersalah, perassan negatif mengenai tubuhnya sendiri, keluhan
fisik, menarik diri secara sosial, khawatir, serta meanarik diri dari realitas.
Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk
mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian
psikososial dewasa yang harmonis. Adapun perilaku yang berhubungan dengan
kerancuan identitas yaitu tidak ada kode moral, sifat kepribadian yang bertentangan,
hubungan interpersonal eksploitasi, perassan hampa. Perasaan mengambang tentang
diri sendiri, tingkat ansietas yang tinggi, ketidak mampuan untuk empati terhadap
orang lain.
Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis dimana klien
tidak dapat membedakan stimulus dari alam atau luar dirinya. Individu mengalami
kesulitan untuk membedakan dirinya sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri
merasa tidak nyata dan asing baginya.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak
realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan
eksternal seperti :
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menaksika kejadian
yang megancam.
2. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jeis transisi peran :
a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai
tekanan untuk peyesuaian diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh,
perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik,
prosedur medis dan keperawatan.
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara:
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba- tiba, misal harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan kerja dll. Pada pasien yang dirawat
dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang kurang diperhatikan :
pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopani
(pemasangan kateter, pemeriksaan pemeriksaan perianal dll.), harapan akan
struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit,
perlakuan petugas yang tidak menghargai.
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama

E. POHON MASALAH

Pohon masalah

Resiko perilaku kekerasan


effect

Isolasi sosial
Core problem

Harga diri rendah kronik

causa Gangguan konsep diri


1. Pengkajian
Bagian ini berisi pedoman agar perawat dapat menangani pasien yang mengalami
diagnosis keperawatan harga diri rendah, baik menggunakan pendekatan secara individu
ataupun kelompok. Tahap pertama pengkajian meliputi faktor predisposisi seperti:
psikologis, tanda dan tingkah laku klien dan mekanisme koping klien.
Masalah keperawatan:
a. Resiko isolasi sosial: menarik diri.
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
c. Berduka disfungsional.
2. Data yang perlu dikaji:
a) Data subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
b) Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup
Format pengkajian pasien harga diri rendah:
a. Keluhan utama:
b. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
c. Konsep diri:
1. Gambaran diri
2. Ideal diri
3. Harga diri
4. Identitas
5. Peran
Jelaskan :
Masalah keperawatan:
d. Alam perasaan:
( ) sedih ( ) putus asa
( ) ketakutan ( ) gembira berlebih
Jelaskan:
Masalah keperawatan:
e. Interaksi selama wawancara:
( ) bermusuhan ( ) tidak kooperatif
( ) mudah tersinggung ( ) kontak mata kurang
( ) defensif ( ) curiga
Jelaskan:
Masalah keperawatan:
f. Penampilan:
Jelaskan:
Masalah keperawatan:

3. Diagnosa keperawatan
a. Harga diri rendah
b. Koping individu tidak efektif
c. Isolasi sosial

4. Tujuan asuhan keperawatan


Tujuan asuhan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah memiliki
bebrapa tujuan diantaranya :
a. Koognitif , Klien mampu:
1). Mengenal aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
2). Menilai aspek positif dan kemampuan yang ingin dilakukan
3). Memilih aspek positif dan kemampuan yang ingin dilakukan
b. psikomotor, klien mampu :
1). Melakukan aspek positif dan kemampuan yang dipilih
2). Berprilaku aktif
3). Menceritakan keberhasilan pada oranglain
c. Afektif, klien mampu:
1). Merasakan manfaat latihan yang dilakukan
2). Menghargai kemampuan diri (bangga)
3). Meningkatkan harga diri

5. Tindakan keperawatan
a. Tindakan pada klien
1) Pengkajian : kaji tanda dan gejala serta penyebab harga diri rendah
kronik
2) Diagnosis : jelaskan proses terjadinya harga diri rendah kronik
3) Tindakan keperawatan
a) Diskusikan aspek positif dan kemampuan yang pernah dan
masih dimiliki klien
b) Bantu klien menilai aspek positif dan kemampuan yang masih
dimiliki dan dapat digunakan/dilakukan
c) Bantu klien memilih aspek positif atau kemampuan yang akan
dilatih
d) Latih aspek positif atau kemampuan yang dipilih dengan
motivasi yang positif
e) Berikan pujian untuk setiap kagiatan yang dilakukan dengan
baik
f) Fasilitasi klien bercerita tentang keberhasilannya
g) Bantu klien membuat jadwal latiham untuk membudayakan
h) Bantu klien menilai manfaat latihan yang dilakukan

4) Tindakan keperawatan spesialis


a) Terapi koognitif
1. Sesi 1 : mengidentifikasi pengalaman yang tidak
menyenangkan dan menimbulkan pikiran otomatis
negatif
2. Sesi 2 : melawan pikiran otomatis negatif
3. Sesi 3 : memanfaatkan sistem pendukung
4. Sesi 4 : mengevaluasi manfaat melawat pikiran negativ
b) Terapi koggnitif perilaku
1. Sesi 1 : mengidentifikasi pengalaman yang tidak
menyenangkan dan menimbulkan pikiran otomatis
negatif dan perilaku negativ
2. Sesi 2 : melawan pikiran otomatis negativ
3. Sesi 3 : mengubah perilaku negatif menjadi positiv
4. Sesi 4 : memanfaatkan sistem pendukung
5. Sesi 5 : mengevaluasi manfaat melawan pikiran negativ
dan mengubah perilaku negatif
c) Logoterapi : medical ministry
1. Sesi 1 : identifikasi masalah yang dihadapi, perubahan
yang terjadi, dan masalah yang dialami
2. Sesi 2 : identifikasi respon terhadap masalah psikososial
dan cara mengatasinya, tambahkan respon bio dan
sosial
3. Sesi 3 : logoterapi dengan teknik medical ministry
4. sesi 4 : evaluasi

b. Tindakan pada keluarga


1. kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
2. menjelaskan proses terjadinya harga diri rendah yang dialami klien
3. mendiskusikan cara merawat harga diri rendahdan memutuskan cara
merawat yang sesuai dengan kondisi klien
4. melatih keluarga merawat harga diri rendah klien
a) mendiskusikan aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien
b) membimbing klien melakukan aspek positif dan kemampuan yang
dimilki klien : memilih, melatih, memberi motivasi.
c) Memberi pujian atas keberhasilan klien
5. Melibatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana lingkungan
yang nyaman : mengurangi kritik, memfasilitasi keberhasilan, dan
memberi pujian.
6. Menjelaskan tanda dan gejala harga diri rendah kronik yang
memerlukan rujukan, serta melakukan follow up ke pelayanan
kesehatan secara teratur.

c. Tindakan pada kelompok klien


1. Tindakan keperawatn ners : TAK stimulasi persepsi untuk harga diri
rendah
a) Sesi 1 : identifikasi kemampuan dan aspek positif pada diri
b) Sesi 2 : menilai kemampuan dan aspek positif pada diri klien yang
dapat dilakukan
c) Sesi 3 : memilih aspek positif atau kemampuan yang akan dilatih
d) Sesi 4 : melatih kemampuan atau aspek positif pada diri
e) Sesi 5 : menilai manfaat latihan terhadap harga diri
Selain strategi pelaksanaan SP, Salah satu terapi modalitas adalah
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang ditujukan untuk klien dengan
masalah yang sama. Pada penelitian yang dilakukan Sri Widowati dkk,
dengan judul penelitian pengaruh terapi aktivitas kelompok peningkatan
harga diri terhadap harga diri klien menarik diri di ruang seruni rs jiwa
dr radjiman wediodiningrat lawang, Penelitian dilaksanakan selama
sebulan pada bulan Juli 2009 di Ruang Seruni. Dari hasil analisa data dan
interpretasi data dapat disimpulkan, harga diri pada pasien menarik diri
sebelum diberikan TAK peningkatan harga diri mean untuk pre test =
11,8000 dan setelah dilakukan TAK peningkatan harga diri mengalami
penurunan tanda gejala harga diri rendah mean untuk post test = 4,2000.
Dan didapatkan perhitungan menggunakan uji wilcoxon signed ranks
test adalah z = -5a dan p = 0,00 (p < 0,05). Sehingga Ho ditolak, artinya
ada pengaruh yang signifikan antara sebelum dan setelah dilakukan
terapi aktivitas kelompok peningkatan harga pada pasien menarik diri di
RS Jiwa DR Radjiman Wediodiningrat Lawang.
STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP)
PADA KLIEN HARGA DIRI RENDAH KRONIK
Pertemuan ke-1
1. Orientasi
a) Salam
Selamat pagi, saya Fera Afri Santhi, mahasiswi keperawatan unja, siapa
namanya? Senang dipanggil apa? Saya panggil eko ya? Tanggal lahirnya?
b) Evaluasi
Apa yang eko rasakan? Jadi eko malu keluar rumah? Sudah berapa lama?
c) Validasi
Apa upaya yang sudah dilakukan? Apakah berhasil
d) Kontrak
1) Tindakan dan tujuan
Bagaimana kalau saya periksa agar kita belajar cara mengatasinya?
2) Waktu
Waktunya kira-kira 30 menit, apakah eko setuju?
3) Tempat
Kita lakukan disini saja ya?
2. Kerja
2.1 Pengkajian
2.1.1 Penyebab
apa peristiwa yang terjadi sampai eko malu keluar rumah?
2.1.2 Tanda dan gejala
Apa yang eko rasakan akibat peristiwa itu (sebutkan peristiwa
penyebab)? Apakah kehidupan eko yang dapat di banggakan?
apakah kelebihan yang pak ujang rasakan
2.2 Diagnosis
Eko merasa malu, tidak berarti dan merasa tidak bisa apa-apa. Kondisi
ini membuat pak ujang tidak ingin keluar rumah. Apakah eko
ingin belajar untuk semangat dan bangkit kembali?
2.3 Tindakan
Baiklah saya akan bantu eko untuk emngatasi rasa malu dan tidak berarti
dengan beberapa langkah
2.3.1 membuat daftar aspek positif atau kemampuan yang dimiliki
“eko mari kita tulis semua aspek positif dan kemampuan yang eko
miliki dari dulu sampai saat ini
2.3.2 menilai aspek positif dan kemampuanyang masih dapat
dilakukan ”eko, dari daftar aspek positif dan kemampuan ini mari
kita tandai yang masih dapat dilakukan”
2.3.3 meilih yang akan dilatih
“eko, dari daftar aspek positif dan kemampuan ini, yang mana yang
akan dilatih, silahkan pilih?
2.3.4 Melatih aspek positif yang dan kemampuan yang dipilih secara
bertahap sampai semua aspek positif dan kemampuan yang dilatih
dan dibiasakan dilakukan
2.3.5 Menyusun jadwal melakukan aspek positif dan kemampuan yang
sudah dipilih

3. Terminasi
3.1 evaluasi subjektif
bagaimana perasaan eko sekarang
3.2 evaluasi objektif
apa yang telah dilatih ? bagaimana langkah-langkahnya ? bagus sekali.
3.3 Rencana tindak lanjut klien
Selanjutnya mari kita buat jadwal latihannya, berapa kali sehari, jam
berapa? Jangan lupa di ceklis kalau sudah dilakukan dan rasakan
manfaatnya.
3.4 Rencana tindak lajut perawat
Baiklah hari rabu pagi say aakan datang kembali kesini, kita akan periksa
kembali kondisi dan latihannya serta diperiksa dokter. Jika dapat obat,
nanti kan di jelaskan cara minum obat yang benar
3.5 Salam
“Semoga cepat sembuh”

Strategi pelaksanan pasien dengan harga diri rendah SP sejalan dengan


penelitian yang dilakukan oleh Ridhyalla Afnuhazi1 , Febria Syafyu Sari2, (2023).
dengan judul Asuhan Keperawatan pada Tn A dengan Harga Diri Rendah, Metode
yang digunakan adalah studi kasus dengan melakukan asuhan keperawatan
meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi dengan
memfokuskan pada penerapan strategi pelaksanaan (SP) HDR. Setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama 7 hari pada Tn. A sesuai rencana tindakan keperawatan
didapatkan pasien dapat membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, dan dapat melakukan kegiatan
yang dipilih serta mampu berinteraksi dengan lingkungan. Hasil dari laporan
intervensi dihentikan pada SP ke 4, karena Tn.A sudah mengerti dan melakukan
kegiatan yang telah diajarkan penulis pada Tn. A dengan harga diri rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A.,et al. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta.

R. Febrina, “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Keluarga dengan Harga Diri Rendah Kronis di
Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang,” Poltekkes Kemenkes Padang, 2018.

Ridhyalla Afnuhazi1 , Febria Syafyu Sari, (2023). Asuhan Keperawatan pada Tn A dengan
Harga Diri Rendah. Vol.2. No.1 (2023) 17-22.
file:///C:/Users/SR%20COMPUTER/Downloads/505-File%20Utama%20Naskah-
2999-1-10-20230723.pdf di akses pada sabtu 16 desember 2023.

Saputra M.Khalis, dkk, (2023), Asuhan Keperawatan Jiwa II. Padang : PT Global Eksekutif
Teknologi.

S. Juliasari, “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien dengan Gangguan Konsep Diri Harga
Diri Rendah Terintegrasi dengan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja
Samarinda,” Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur, 2018.

Sri Widowati dkk, (2018) Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Peningkatan Harga Diri Terhadap
Harga Diri Klien Menarik Diri Di Ruang Seruni Rs Jiwa Dr Radjiman Wediodiningrat
Lawang, Volume 1, Nomor 1.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/398

World Health Organization, “The WHO Special Initiative for Mental Health ( 2019-2023 ):
Univer

Wulandari Ida Ayu P. Dkk, (2023), Asuhan Keperawatan Jiwa. Denpasar : PT. Sonpedia
Publising Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai