BAGIAN A
BAGIAN C
BAGIAN D
PEKERJAAN DINDING
BAB I PEKERJAAN DINDING BATA RINGAN
PEKERJAAN PLAFOND
PEKERJAAN PENGECATAN
BAB IX PEKERJAAN PENGECATAN
PEKERJAAN ACCESSORIES
BAB XII PEKERJAAN KACA & CERMIN
PEKERJAAN ATAP
BAGIAN E-1
PEKERJAAN MEKANIKAL
BAB I PEKERJAAN MEKANIKAL
BAGIAN G
BAGIAN H
SPESIFIKASI TEKNIS
Pekerjaan tersebut di atas harus selesai tepat waktu sesuai jadwal yang
ditentukan dengan kualitas yang memenuhi sebagaimana disyaratkan dalam
Surat Perjanjian Pemborongan dan pelaksanaannya harus dilaksanakan
berdasarkan :
1
1) Tenaga kerja dan tenaga ahli yang memadai, baik kualitas maupun
kuantitasnya untuk semua jenis pekerjaan.
2) Peralatan yang cukup untuk setiap jenis pekerjaan.
3) Bahan-bahan yang memenuhi syarat dalam jumlah yang cukup dan
didatangkan tepat waktunya, sehingga tidak terjadi stagnasi yang
mengakibatkan keterlambatan pada waktu penyerahan pertama.
2. Merk Dagang
Merk dagang untuk bahan-bahan tertentu yang disebutkan dalam
Persyaratan Teknis ini dimaksudkan hanya sebagai bahan perbandingan
dalam hal bentuk, model, mutu, jenis dan sebagainya, sehingga tidak
diartikan sebagai persyaratan merk yang mengikat.
Dalam hal disebutkan 3 (tiga) merk dagang atau lebih untuk jenis
bahan yang sama, maka Pemborong diwajibkan untuk mengajukan salah
satu dari padanya (bukan setara) untuk diperiksa dan disetujui direksi.
1.2. SITUASI
1. Site (lokasi pembangunan) akan diserahkan kepada Pemborong,
sebagaimana keadaannya. Untuk itu pemborong harus meneliti keadaan
tapak, terutama keadaan tanah (contour, letak bangunan yang sudah ada
2
serta sifat lingkup pekerjaan lain yang dapat mempengaruhi harga
penawarannya.
2. Kelalaian atau kekurangan telitian Pemborong dalam mengevaluasi keadaan
lapangan segala sesuatunya menjadi tanggung jawab Pemborong dan tidak
dapat dijadikan alasan untuk mengajukan tuntutan.
1.3. UKURAN/DIMENSI
1. Ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar adalah ukuran yang mengikat
dan mutlak harus ditepati.
2. Satuan ukuran yang dicantumkan dalam gambar dinyatakan dalam :
a. Milimeter (mm).
b. Centimeter (cm).
c. Meter (m).
Kecuali untuk hal khusus, satuan dinyatakan sesuai kebutuhan/ketentuan
umum yang berlaku.
3. Apabila terdapat perbedaan ukuran antara gambar struktur dan detail dalam
jenis yang sama, maka yang menjadi pegangan adalah gambar yang berskala
lebih besar (gambar detail).
4. Bila ada perbedaan antara gambar struktur, gambar arsitektur dan gambar
ME atau ketidaksesuaian atau keraguan di antara gambar kerja yang tidak
bisa diatasi menurut point no.3 di atas, Pemborong harus melaporkan secara
tertulis kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk diberi keputusan,
gambar mana yang akan dijadikan pegangan/acuan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
5. Sinkronisasi antara gambar, spesifikasi dan BQ (Daftar Volume dan Biaya
Pekerjaan) diambil yang mempunyai bobot teknis yang paling tinggi dan
tidak saling menghilangkan, demikian pula gambar-gambar, antara gambar
Arsitektur, Sipil dan Mekanikal/Elektrikal adalah saling melengkapi dan
tidak saling menghilangkan.
3
Pasal 2 Pembersihan Lapangan
Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus melakukan inventarisasi lapangan
sesuai dengan hasil survey yang telah dilaksanakan.
1. Lapangan terlebih dahulu harus dibersihkan dari rumput, semak, akar-akar
pohon.
2. Sebelum pekerjaan lain dimulai, lapangan harus selalu dijaga, tetap bersih
dan rata.
3. Segala macam sampah-sampah dan barang-barang bongkaran harus
dikeluarkan dari tapak proyek, dan tidak dibenarkan untuk ditimbun di
luar pagar proyek meskipun untuk sementara.
4. Semua sisa-sisa bongkaran bangunan lama, seperti pondasi, jaringan
listrik/pipa-pipa dan lain-lain yang masih ada menurut penilaian Supervisi
jika dibiarkan di tempat akan mengganggu pekerjaan tapak, seperti
pekerjaan tata hijau (landscaping), pembuatan jalan, penanaman rumput
dan lain-lain, harus dibongkar dan dikeluarkan dari tapak.
Semua biaya pembongkaran sisa-sisa tersebut di atas tanggung jawab
Kontraktor dan pelaksanaannya setelah mendapat persetujuan tertulis dari
Pemberi Tugas.
4
material-material yang ternyata tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat
pelaksanaan untuk keluar dari site, dalam waktu 24 jam. Semua biaya
yang diperlukan baik untuk field-test atau pun lab-test menjadi tanggung
jawab Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor.
3. Supervisi berhak memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor setiap waktu. Kelalaian Supervisi dalam
pengawasan, tidak berarti Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor bebas dari
tanggung jawab.
4. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor bertanggung jawab dan harus
memperbaiki atau apabila perlu, membongkar pekerjaan - pekerjaan yang
telah dilaksanakan yang ternyata tidak sesuai dengan ketentuan di dalam
kontrak.
5. Biaya-biaya yang diperlukan untuk pengetesan bahan, pengeluaran bahan-
bahan yang tidak memenuhi syarat keluar lapangan dan perbaikan atau
pembongkaran pekerjaan-pekerjaan yang tidak memenuhi syarat menjadi
tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor.
6. Kebutuhan listrik, air, telepon dalam pelaksanaan pekerjaan menjadi
tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor, bila diperlukan
penyambungan daya listrik dari bangunan sekitar yang ada harus dengan
meteran tersendiri dan harus meminta Izin Pemberi Tugas.
5
2. Supervisi juga berhak untuk setiap saat meminta kepada Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor untuk mengadakan perbaikan-perbaikan dengan
biaya Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor atas semua pekerjaan yang cacat
yang timbul selama masa pemeliharaan tersebut.
6
• Peralatan/perlengkapan penunjang yaitu : Genset cadangan, jala
pengaman (safety screen), scaffolding serta shaft pembuangan sampah
dan sebagainya.
4. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib merawat dan memelihara seluruh
peralatan dengan sebaik-baiknya agar dapat dipergunakan pada saat
diperlukan.
5. Supervisi berhak memberikan instruksi kepada Pelaksana Pekerjaan/
Kontraktor untuk melengkapi/menambah jumlah peralatan bila dirasa
peralatan yang tersedia kurang memadai dalam usaha mencapai target
prestasi.
6. Apabila Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor tidak mengindahkan instruksi
serupa, maka Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor dapat dikenakan denda
seperti yang disebutkan dalam dokumen kontrak ini.
7
b. Memasak di tempat pekerjaan kecuali atas ijin Pemberi Tugas atau
Manajemen Konstruksi
c. Memberikan ijin masuk kepada penjual-penjual makanan, buah-
buahan, minuman, rokok dan sebagainya.
d. Tanpa seijin keamanan proyek, kepada siapapun terkecuali petugas
dari Supervisi, tidak dibenarkan untuk keluar masuk secara bebas ke
lapangan.
(Catatan: semua tamu proyek yang mendapat ijin dicatat dalam buku
tamu dan diberi tanda pengenal yang disediakan oleh Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor).
e. Melanggar peraturan lain mengenal penertiban yang akan dikeluarkan
oleh Supervisi pada waktu pelaksanaan.
f. Pekerja-pekerja yang diwajibkan mamakai tanda pengenal. Tanda
pengenal atas beban Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor.
7. Peraturan lain mengenai penertiban akan dikeluarkan oleh Konsultan/
MK/Supervisi pada waktu pelaksanaan.
Pasal 11 Pengawasan
1. Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh Supervisi.
2. Supervisi berhak pada setiap waktu yang dianggap perlu tanpa
memberitahukan sebelumnya, untuk mengadakan inspeksi/pemeriksaan
kepada Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor atau Sub-pelaksana Pekerjaan/
Kontraktor:
• Terhadap jenis pekerjaan yang dipersiapkan di dalam atau di luar site;
• Terhadap gudang penyimpanan barang-barang
• Terhadap pengolahan material maupun sumber-sumbernya.
3. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari
pengawasan Supervisi, tetap menjadi tanggung jawab Pelaksana
Pekerjaan/ Kontraktor dan bagian pekerjaan tersebut jika diperlukan harus
segera dibuka sebagian atau seluruhnya untuk kepentingan pemeriksaan.
4. Jika diperlukan, pengawasan oleh Supervisi dilaksanakan di luar jam-jam
kerja. Untuk itu segala biaya menjadi beban Pelaksana Pekerjaan/
Kontraktor. Permintaan Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor tersebut harus
dengan tertulis dan disampaikan kepada Supervisi, minimal 6 (enam) jam
sebelumnya.
5. Di tempat pekerjaan, Supervisi menempatkan petugas-petugas bagian
pengawasan.
6. Apabila Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor akan bekerja lembur dimana item
pekerjaan tersebut diperlukan oleh Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor, maka
Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus memberitahukan satu hari
sebelumnya dan biaya tersebut termasuk biaya lembur petugas-petugas
pengawas Supervisi yang besarnya sesuai dengan aturan gaji mereka yang
menjadi tugas Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor.
8
dalam melaksanakan pekerjaan, yang disebabkan oleh kelalaian Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor.
4. Guna keamanan dan keselamatan kerja di lapangan Pelaksana Pekerjaan/
Kontraktor wajib untuk mengadakan :
• Tabung pemadam kebakaran type ABC berat 5 kg. jumlahnya minimal
1 buah pada setiap lantai bangunan dan 1 buah pada direksi keet.
• Perlengkapan K3 bagi seluruh pekerja proyek (Helm proyek, sepatu
kerja, sabuk keselamatan, jaring pengaman, dll).
• Penerapan K3 di proyek harus mutlak dilaksanakan oleh kontraktor,
pelanggaran terhadap ketentuan ini menjadi resiko kontraktor.
9
b. Bila dipandang perlu oleh Pemberi Tugas/Supervisi maka dalam
waktu 10 (sepuluh) hari sesudah dikenakannya suatu tindakan,
Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus tetap menyerahkan barang-
barang dan material yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
di lapangan sesuai isi kontrak ini, melalui supplier atau Sub-
Pelaksana/Kontraktor yang menyerahkan barang-barang dan material
sesuai dengan kontrak, yang ternyata sebegitu jauh belum dibayar oleh
Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor yaitu dengan memotong bagian yang
harus dibayarkan kepada Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor sesuai
penilaian prestasi.
c. Apabila dianggap perlu oleh Pemberi Tugas, maka semua milik
Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor yang masih tinggal di lapangan
seperti peralatan-peralatan kerja, barang-barang material dan barang-
barang yang disewanya, harus segera dikeluarkan dari lapangan dan
semua biaya untuk hal tersebut menjadi beban Pelaksana Pekerjaan/
Kontraktor. Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari ternyata hal tersebut di
atas tidak dilaksanakan, maka akan diselesaikan menurut kebijakan
Pemberi Tugas, dengan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau
hilangnya barang-barang tersebut.
d. Ketentuan tersebut juga berlaku bagi Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor
yang karena satu dan lain hal ternyata dihentikan kontrak kerjanya
oleh Pemberi Tugas.
10
menyerahkan 5 (lima) set gambar-gambar perubahan yang dikerjakan di
atas cetakan gambar asli dengan perubahan dikerjakan dengan tinta warna.
7. Atas perintah Supervisi dan kepada Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor dapat
dimintakan gambar-gambar penjelasan dan rincian atas bagian pekerjaan
khusus, yang kesemuanya atas beban Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor.
Gambar-gambar tersebut harus telah disetujui Supervisi untuk selanjutnya
dianggap sebagai gambar pelengkap dan menyerahkan 5 (lima) set
cetakannya kepada Supervisi.
8. Biaya pembuatan semua keperluan gambar-gambar yang dibutuhkan
selama masa kontrak, baik gambar shop drawing dan atau gambar
perubahan yang diperlukan dalam pelaksanaan untuk kepentingan
Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor maupun gambar-gambar yang
memerlukan persetujuan dari Supervisi harus dibuat di atas kertas minimal
ukuran A3, biaya percetakan gambar-gambar tersebut menjadi tanggung
jawab Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor.
9. Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah dikeluarkannya Surat
Perintah Kerja (SPK), Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus telah dimulai
dengan pekerjaan pembangunan fisik dalam arti kata yang nyata. Untuk
itu syarat-syarat yang diwajibkan agar dapat dimulainya pekerjaan harus
dipenuhi terlebih dahulu.
10. Pada akhir pekerjaan pelaksanaan, Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor
diwajibkan menyerahkan 1 set dalam bentuk kalkir ukuran minimal A2
dan 5 (lima) set blue print gambar-gambar instalasi terakhir sesuai dengan
yang dilaksanakan (as built drawings) yang telah disetujui Supervisi dan
Perencana, buku sistem beroperasi (Manual operation book) untuk mesin-
mesin dan peralatan-peralatan yang dipasang, disertai surat-surat ijin dan
keterangan resmi dari pihak yang berwajib yang diperolehnya mengenal
instalasi yang telah dipasangnya.
11. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib mempelajari dan memahami semua
undang-undang, peraturan–peraturan Pemerintah, persyaratan-persyaratan
umum maupun suplemennya, persyaratan standard International dan
persyaratan yang dikeluarkan produsen serta tidak menyimpang dari
ketentuan di dalam dokumen pelelangan serta segala petunjuk-petunjuk
tertulis yang telah dikeluarkan.
12. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor diharuskan menyediakan sedikitnya 1
(satu) set gambar-gambar pelaksanaan dan RKS di tempat pekerjaan
dalam keadaan terpelihara yang dapat dilihat setiap saat oleh Pemberi
Tugas, Supervisi atau pun petugas-petugas lainnya.
Pelaksanaan pekerjaan berkewajiban untuk memberikan pelatihan training
sistem operasi peralatan-peralatan, mesin-mesin yang dipasangnya. Biaya
training/pelatihan berikut buku-buku panduan adalah ditanggung oleh
kontraktor.
13. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor berhak meminta penjelasan kepada
Supervisi, Konsultan Perencana atau pihak lain yang ditunjuk Pemberi
Tugas bilamana menurut pendapatnya ada bagian-bagian dari dokumen
kontrak, gambar atau hal-hal lainnya yang kurang jelas. Untuk itu syarat-
syarat yang diwajibkan agar dapat dimulainya pekerjaan, maka harus
segera dimulai.
14. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus menyediakan atas biayanya sendiri
semua perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan, pengalaman dan
keahllan serta permodalan dan kemampuan yang nyata untuk
melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan tugas yang
diberikan oleh Pemberi Tugas.
11
Apabila telah tersedia di lapangan peralatan-peralatan milik Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor yang tidak dalam keadaan terpakai, Sub-Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor dapat menggunakan peralatan tersebut.
Di samping itu juga harus menyerahkan :
• Daftar/susunan staf Pelaksana yang ditempatkan di lapangan:
• Daftar peralatan-peralatan yang akan digunakan untuk pekerjaan
pelaksanaan;
• Rencana waktu penyelesaian pekerjaan {time schedule)-,
• Dan Iain-lain yang diperlukan.
15. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus mematuhi segala peraturan dan
ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku, serta instruksi-instruksi tertulis
yang dikeluarkan oleh Pemerintah/Penguasa setempat sehubungan dengan
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
16. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib mempelajari dan memeriksa
pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor pihak
lain yang ikut serta mengerjakan proyek ini (dalam hal ini Sub-Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktornya), apabila pekerjaan pihak lain dapat
mempengaruhi kelancaran pekerjaannya. Bilamana terjadi gangguan-
gangguan Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib memberikan saran-saran
perbaikan untuk segenap pihak. Apabila hal ini tidak dilakukan, Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor tetap bertanggung jawab atas semua kerugian-
kerugian yang ditimbulkan.
17. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib berkonsultasi dengan pihak lainnya
agar supaya sejauh mungkin dipergunakan peralatan yang seragam dan
merk yang sama untuk bangunan proyek ini agar memudahkan
pemeliharaan.
18. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib berkoordinasi dengan pihak lainnya
dalam kelancaran pelaksanaan pekerjaan proyek terutama berkoordinasi
dengan pihak Sub-Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor langsung dari
Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor.
19. Sub-Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan
diselaraskan dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan Pelaksana Pekerjaan/
Kontraktor, yang telah disetujui oleh Supervisi/Pengawas dan Pemberi
Tugas.
Dalam hal Sub-Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor tidak mengindahkan
teguran tertulis dari Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor dalam hal
penyelarasan jadwal dengan pelaksana pekerjaan sub Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor, dapat dikenakan sanksi, teguran dan denda.
20. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus mematuhi semua peraturan dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku serta instruksi-instruksi tertulis yang
dikeluarkan oleh Pemerintah/Penguasa setempat sehubungan dengan
pekerjaan yang dilaksanakan.
21. Didalam melaksanakan pekerjaan ini, Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor
harus:
a. Memperhatikan, melaksanakan dan mengikuti semua ketentuan
sehubungan dengan fungsinya sebagai koordinator pelaksanaan
pekerjaan sepanjang ketentuan tersebut berhubungan dengan
pelaksanaan kontrak Ini.
b. Berkerja sama dan saling tidak mengganggu dengan pihak lainnya
(Sub-Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor lainnya dan pihak-pihak lain
yang disetujui oleh Pemberi Tugas untuk melaksanakan pekerjaan
tertentu) di dalam melaksanakan pekerjaan yang merupakan bagian
dari pembangunan proyek ini.
12
c. Menjamin pihak-pihak lainnya sebagaimana tersebut di atas dari
semua kerugian yang diderita oleh pihak lain tersebut di dalam
melaksanakan pekerjaan yang disebabkan oleh kelalaian dan
kesalahan Sub Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor.
22. Kontraktor menjamin pada Pemberi Tugas dan Supervisi, bahwa semua
bahan dan perlengkapan untuk pekerjaan adalah sama sekali baru, kecuali
ditentukan lain, serta Kontraktor menyetujui bahwa semua pekerjaan
dilaksanakan dengan baik, bebas dari cacat teknis dan estetis serta sesuai
dengan Dokumen Kontrak.
Apabila diminta, kontraktor sanggup memberikan bukti-bukti mengenai
hal tersebut di atas.
Sebelum mendapat persetujuan dari Supervisi, bahwa pekerjaan telah
diselesaikan dengan sempurna, semua pekerjaan tetap menjadi tanggung
jawab Kontraktor sepenuhnya.
23. Apabila pada Spesifikasi Teknis ini disebutkan nama pabrik/merek dari
satu jenis bahan/komponen, maka Kontraktor menawarkan dan memasang
sesuai dengan yang ditentukan. Jadi tidak ada alasan bagi Kontraktor pada
waktu pemasangan menyatakan barang tersebut sudah tidak terdapat lagi
di pasaran atau pun sukar didapat di pasaran.
Untuk barang-barang yang harus di import, segera setelah ditunjuk
sebagai pemenang, Kontraktor harus sesegera mungkin memesan pada
agennya di Indonesia.
Apabila Kontraktor telah berusaha untuk memesan namun pada saat
pemesanan bahan/merek tersebut tidak/sukar diperoleh, maka Perencana
akan menentukan sendiri alternatif merek lain dengan spesifikasi
minimum yang sama. Setelah 1 (satu) bulan penunjukan pemenang,
Kontraktor harus memberikan kepada Pemberi Tugas foto copy dari
pemesanan material yang diimport pada agen atau pun importir lainnya,
yang menyatakan bahwa material-material tersebut telah dipesan (order
Import).
24. Contoh-contoh material yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau
wakilnya harus segera disediakan atas biaya Kontraktor dan contoh-
contoh tersebut diambil dengan jalan atau cara sedemikian rupa, sehingga
dapat dianggap bahwa bahan atau pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai
dalam pelaksanaan nanti.
Contoh-contoh tersebut jika telah disetujui, disimpan oleh Pemberi Tugas
atau wakilnya untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan-bahan
atau cara pengerjaan yang dipakai tidak sesuai dengan contoh, baik
kualitas maupun sifatnya.
25. Substitusi Produk yang disebutkan nama pabriknya:
Material, peralatan, perkakas, aksesories yang disebutkan nama pabriknya
dalam RKS, Kontraktor harus melengkapi produk yang disebutkan dalam
Spesifikasi Teknis, atau dapat mengajukan produk pengganti yang setara,
disertai data-dala yang lengkap untuk mendapatkan persetujuan konsultan
Perencana sebelum pemesanan.
Substitusi Produk yang tidak disebutkan nama pabriknya:
Material, peralatan, perkakas, aksesories dan produk-produk yang tidak
disebutkan nama pabriknya di dalam Spesifikasi Teknis, Kontraktor harus
mengajukan secara tertulis nama Negara dari pabrik yang
menghasilkannya, catalog dan selanjutnya menguraikan data yang
menunjukan secara benar bahwa produk-produk yang digunakan adalah
sesuai dengan Spesifikasi Teknis dan kondisi proyek untuk mendapatkan
persetujuan dari Pemilik/ Perencana.
13
26. Seluruh peralalan, material yang digunakan dalam pekerjaan ini harus
baru, dan material harus tahan terhadap iklim tropik.
Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan dengan cara yang benar dan setiap
Pekerja harus mempunyai keterampilan yang memuaskan, dimana latihan
khusus bagi Pekerja sangat diperlukan dan Kontraktor harus melengkapi
Surat sertifikat yang sah untuk setiap personil ahli yang menyatakan
bahwa personil tersebut telah mengikuti latihan-latihan khusus atau pun
mempunyai pengalaman-pengalaman khusus dalam bidang keahlian
masing-masing.
27. Apabila dalam Dokumen Perencanaan ini ada klausul-klausul yang
disebutkan kembali pada butir lain, maka ini bukan berarti menghilangkan
butir tersebut tetapi dengan pengertian lebih menegaskan masalahnya.
Jika terjadi hal yang saling bertentangan antara gambar atau terhadap
Spesifikasi Teknis, maka diambil sebagai patokan adalah yang
mempunyai bobot biaya yang paling tinggi.
Pemilik proyek dibebaskan dari patent dan lain-lain untuk segala “claim”
atau tuntutan terhadap hak-hak khusus seperti patent dan Iain-lain.
28. Perlindungan terhadap orang, harta benda dan pekerjaan
a. Perlindungan terhadap milik umum :
Kontraktor harus menjaga jalan umum, jalan kecil dan jalan bersih dari
alat-alat mesin, bahan-bahan bangunan dan sebagainya dan
memelihara kelancaran lalu lintas, baik bagi kendaraan maupun
pejalan kaki selama kontrak berlangsung.
b. Orang-orang yang tidak berkepentingan :
Kontraktor harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan
memasuki tempat pekerjaan dan dengan tegas memberikan perintah
kepada ahli tekniknya yang bertugas dan para penjaga.
c. Perlindungan terhadap bangunan yang ada :
Selama masa-masa pelaksanaan kontrak, Kontraktor bertanggung
jawab penuh terhadap kerusakan bangunan yang ada, utilitas, jalan-
jalan, saluran-saluran pembuangan dan sebagainya di tempat
pekerjaan, dan kerusakan-kerusakan sejenis yang disebabkan operasi-
operasi Kontraktor, dalam arti kata yang luas. Itu semua harus
diperbaiki oleh Kontraktor hingga dapat diterima Pemberi Tugas.
d. Penjagaan dan perlindungan pekerjaan:
Kontraktor bertanggung jawab atas penjagaan, penerangan dan
perlindungan terhadap pekerjaan yang dianggap penting selama
pelaksanaan Kontrak, siang dan malam.
Pemberi tugas tidak bertanggung jawab terhadap Kontraktor dan Sub
Kontraktor, atas kehilangan dan kerusakan bahan-bahan bangunan
atau peralatan atau pekerjaan yang sedang dalam pelaksanaan.
e. Kesejahteraan, Keamanan, dan Portolongan Pertama
Kontraktor harus mengadakan dan memelihara fasilitas kesejahteraan
dan tindakan pengamanan yang layak untuk memelihara para pekerja
dan tamu yang datang ke lokasi.
Fasililas dan tindakan pengamanan ini disyaratkan harus memuaskan
Pemberi Tugas dan juga harus menurut (memenuhi) ketentuan
Undang-Undang yang berlaku pada waktu itu.
Di lokasi pekerjaan, Kontraktor wajib mengadakan perlengkapan yang
cukup untuk pertolongan pertama, yang mudah dicapai. Sebagai
tambahan hendaknya di setiap site ditempatkan paling sedikit seorang
petugas yang telah dilatih dalam soal-soal mengenai pertolongan
pertama.
14
f. Gangguan pada tetangga:
Segala pekerjaan yang menurut Pemberi Tugas mungkin akan
menyebabkan adanya gangguan pada penduduk yang berdekatan,
hendaknya dilaksanakan pada waktu-waktu sebagaimana Pemberi
Tugas akan menentukannya dan tidak ada nada tambahan pengganti
uang yang akan diberikan kepada Kontraktor sebagai tambahan, yang
mungkin ia keluarkan.
29. Kontraktor harus melindungi pemilik (Owner) terhadap semua “claim”
atau tuntutan, biaya atau kenaikan harga karena bencana, dalam hubungan
dengan merek dagang atau nama produksi, hak cipta pada semua material
dan peralatan yang digunakan dalam proyek ini.
30. Kontraktor tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun di dalam
sepadan (batas) site atau di tanah yang berdekatan tanpa seijin dari pihak
Pemberi Tugas.
31. Peraturan Teknis pembangunan yang digunakan
a. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini berlaku dan mengikat
ketenluan-ketentuan di bawah ini termasuk segala perubahan dan
tambahannya:
➢ Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Pembangunan di
Indonesia atau Algemene Voorwaarden voor de Uitvoering bij
Aaneming van Openbare Werken (AV) 1941.
➢ Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbltrase
Teknik dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI).
➢ Standar Industri Indonesia untuk bahan yang digunakan.
➢ Peraturan Belon Bertulang Indonesia 1971 (PBI-1971).
➢ Peraluran Standar Beton, SKSNI-T15-1991-03.
➢ Peraturan Umum dari Dinas Kesehatan Kerja Departemen
Tenaga Kerja. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi
Llslrik (PUIL) 1979 dan PLN setempat.
➢ Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi air Minum
serta Instalasi Pembuangan dan Perusahaan Air Minum.
➢ Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-1961)
➢ Peraturan Semen Portland Indonesia NI-08
➢ Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung
SNI 03-2847-2002.
➢ Tata cara Perencanaan Struktur Baja untuk bangunan Gedung
SNI 03-1729- 2002.
➢ Tata cara Perencanaan Struktur Tahan Gempa untuk Bangunan
Gedung SNI 03-1726-2002.
➢ Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia tahun 1987.
➢ Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung tahun 1987.
➢ Peraturan/Pedoman Perencanaan Penangkal Petir SKBI-
1.3.53.1987, UDC : 887.2.
➢ Peraturan Bata Merah sebagai bahan bangunan Peraturan
Muatan Indonesia 1983.
➢ Untuk bahan dan pekerjaan yang belum termasuk dalam
standar tersebut di atas, maupun standar lainnya, maka
diberlakukan Standar Internasional atau persyaratan teknis dan
pabrik/produsen yang bersangkutan.
➢ Dan Iain-lain yang secara nyata termasuk di dalam
Dokumen/Gambar, RKS, Spesifikasi Teknis, Berita Acara
15
Penjelasan Pekerjaan/Aanwijzing dan ketentuan-ketentuan
lainnya.
b. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut di atas, berlaku
dan mengikat pula:
➢ Gambar Bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah
disahkan oleh Pemberi Tugas termasuk juga gambar-gambar
detail yang diselesaikan oleh Kontraktor dan sudah
disahkan/disetujui Direksi.
➢ Rencana kerja dan Syarat-syarat (RKS).
➢ Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
➢ Berita Acara Penunjukkan.
➢ Surat Keputusan Pemimpin Proyek tentang Penunjukan
Kontraktor.
➢ Surat Perintah Kerja (SPK).
➢ Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
➢ Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah
disetujui.
➢ Kontrak/Surat Perjanjian Pemborong,
16
Pasal 16 Koordinasi Pelaksanaan di Lapangan
1. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib dan bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan pelaksanaan seluruh pekerjaan yang tercakup di dalam
proyek ini, termasuk didalamnya pelaksanaan pekerjaan para Sub
Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor, dan Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor
harus mengikuti dan mentaati semua ketentuan sebubungan dengan
fungsinya sebagai koordinator sebagaimana tersebut di atas.
2. Tugas koordinasi tersebut meliputi:
a. Memberi petunjuk dan pengarahan kepada para Sub-Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor mengenai saat dimulai dan diselesaikannya
suatu bagian dan atau keseluruhan pekerjaan dengan berpedoman
kepada Master Schedule dan keadaan kondisi lapangan.
b. Mengatur dan memberi keleluasan kerja kepada para Sub
Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor dengan yang lainnya yang saling
berkaitan agar seluruh pekerjaan dapat dilaksanakan sebaik-
baiknya.
c. Memberikan data tentang suatu bagian pekerjaan dimana Sub
Pelaksana Pekerjaan/Konlraktor akan melakukan kegiatan
mengenai pengukuran, gambar detail dan sebagainya, sehingga
pelaksana pekerjaan/Kontraktor dapat mempersiapkan serta
membuat rencana kerja terperinci yang tepat.
d. Memberi keleluasaan kepada para Sub-Pelaksana Pekerjaan/
Kontraktor untuk memakai fasilitas peralatan dan fasilitas umum
lainnya yang dimiliki oleh Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor dengan
ketentuan bahwa pada saat dibutuhkan fasilitas-fasilitas tersebut
dalam keadaan tidak terpakai oleh Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor.
e. Mengadakan dan memimpin rapat persiapan dalam rangka
koordinasi antar Sub Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor yang terlibat
di dalam proyek ini guna mencapai kesepakatan dan konsensus
dalam rencana kerja dan/atau dalam membahas suatu masalah
yang timbul sebelum diajukan ke dalam Rapat Lapangan.
3. Sub Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor bertanggung jawab untuk mengganti
kerugian yang diderita oleh Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor dan atau Sub
Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor lainnya apabila pekerjaan Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor Utama dan atau Sub Pelaksana Pekerjaan/
Kontraktor lainnya tersebut mengalami gangguan dan atau kerusakan yang
disebabkan oleh kelalaian Sub Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor tersebut.
17
Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor bertanggung jawab penuh atas biayanya
sendiri untuk segala pekerjaan yang telah dilaksanakannya tanpa adanya
instruksi tertulis dari Supervisi.
3. Intsruksi tertulis dari Supervisi tersebut dapat berupa :
• Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga
membahayakan bagi keteguhan konstruksi, atau pekerjaan
finishing yang kurang baik atau hal-hal lain yang menyimpang dari
persyaratan teknis dalam RKS dan gambar pelaksanaan.
• Instruksi untuk menyingkirkan material/bahan yang tidak
memenuhi syarat dan harus diangkut keluar areal proyek;
• Instruksi untuk mengganti Pelaksana (foreman) dari kontraktor
yang dianggap kurang mampu (unskilled).
• Instruksi untuk suatu pekerjaan perubahan (Pengurangan dan
penambahan pekerjaan) yang sudah waktunya dilaksanakan
dengan segera.
• Instruksi untuk mengganti Sub-Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor
yang dianggap kurang mampu, baik dari segi mutu kerja maupun
kecepatan kerja.
• Instruksi untuk mempercepat pelaksanaan suatu bagian pekerjaan
berupa penambahan tenaga kerja.
• Instruksi-instruksi lainnya yang termasuk dalam lingkup tugas
Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor.
4. Bilamana ada instruksi lain, Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor berhak untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut, atau mengadakan konfirmasi kepada
Supervisi. Tetapi sebaliknya Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor bertanggung
jawab penuh atas segala pekerjaan yang telah dilaksanakan tanpa adanya
instruksi tertulis dari Supervisi.
18
(S-curve tersebut ialah suatu diagram yang menggambarkan progress
pekerjaan terhadap skala waktu mulai dari awal sampai dengan
penyelesaian proyek yang dihitung berdasarkan time schedule).
4. Pelaksana pekerjaan/kontraktor harus secara terpisah menyusun “Bagan
Pengerahan Tenaga” dan “Bagan Penyediaan Bahan” yang diperlukan.
5. Bagan-bagan tersebut harus diperlihatkan kepada Supervisi untuk
mendapatkan persetujuannya.
6. Kelalaian dalam memasukkan bagan-bagan yang dimaksud dapat
menyebabkan ditundanya permulaan pekerjaan. Akibat dari penundaan ini
menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor seluruhnya.
7. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan tersebut
sesuai dengan patokan waktu yang telah disetujui bersama di dalam
menyusun bahan kemajuan pekerjaan, demikian pula dengan pengerahan
pekerja harus sesuai dengan bahan yang ada.
8. Bagan Kemajuan Pekerjaan dan S-curve sebagaimana tersebut di atas
yang merupakan target pregtasi akan merupakan pedoman untuk
mengadakan penilaian progress kerja Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor atas
target prestasi akan merupakan pedoman untuk mengadakan penilaian
progress kerja pelaksana.
Pekerjaan/Kontraktor atas tahap maupun keseluruhan pekerjaan
mengalami keterlambatan, atau tepat pada waktunya atau lebih cepat dari
yang direncakanan dan hasil dari penilaian progress kerja Ini akan
dikaitkan dengan pembayaran kepada Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor
sebagaimana dicantumkan pada syarat- syarat umum ini.
9. Jika diperlukan, maka Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib membuat
network planning dari kegiatan pembangunan tersebut.
19
dipertanggung jawabkan, serta menunjuk staf yang diberi kuasa
sepenuhnya untuk mengambil keputusan-keputusan.
• Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor diwajibkan menyelenggarakan
rapat persiapan dalam rangka rapat koordinasi dengan para Sub
Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor yang ada.
• Konsumsi rapat lapangan tersebut disediakan oleh Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor.
Pasal 20 Laporan-Laporan
1. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor diwajibkan membuat catatan-catatan
berupa “Laporan Harian” yang memberikan gambar dan catatan yang
singkat dan jelas mengenai
• Tahap berlangsungnya pekerjaan;
• Pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh Sub Kontraktor (jika
diijinkan);
• Catatan dan perintah Supervisi yang disampaikan tertulis maupun
lisan;
• Hal ikhwal mengenai bahan-bahan (yang masuk, yang dipakai
maupun yang ditolak);
• Hal ikhwal mengenai keadaan pesanan barang-barang, baik di
dalam maupun di luar negeri (pembukaan L/C, pengapalan,
datangnya barang di pelabuhan dan sebagainya);
• Hal ikhwal mengenai pekerja dan sebagainya;
• Keadaan cuaca dan sebagainya.
2. Setiap laporan harian pada tanggal yang sama harus diperiksa dan
disetujui kebenarannya oleh petugas-petugas Supervisi. Perselisihan
mengenai ini mengakibatkan dihentikan sementara untuk diadakan
pemeriksaan.
3. Berdasarkan laporan harian tersebut, maka setiap minggu oleh Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor dibuat “Laporan Mingguan” yang disampaikan
langsung kepada Supervisi.
4. Salah satu tembusan laporan mingguan harus selalu di tempat pekerjaan
agar dapat dlteliti kembali oleh Supervisi setiap saat.
5. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor diwajibkan membuat foto-foto dan video
kegiatan proyek dalam bagian atau tahapan yang penting sesuai petunjuk
Supervisi sebagai dokumentasi proyek.
6. Untuk setiap progress pelaksanaan pekerjaan disyaratkan minimum
sebanyak 36 eksemplar foto berwarna yang dicetak dalam ukuran post
card.
7. Video yang memuat seluruh proses pekerjaan di lapangan dan minimum 3
(tiga) buah.
8. Album foto berikut soft copy masing- masing diserahkan minimum
sebanyak 3 (tiga) set kepada Pemberi Tugas.
9. Semua biaya untuk pembuatan foto dan video tersebut menjadi
tanggungjawab Pelaksana/Kontraktor.
10. Berdasarkan laporan mingguan terakhir, Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor
membuat “Laporan Bulanan” di dalam form yang ditentukan oleh
Supervisi.
20
Pasal 21 Perubahan Rencana
1. Atas instruksi dan persetujuan Pemberi Tugas Supervisi atau Konsultan
Perencana berhak mengadakan suatu perubahan atas rencana yang telah
ada dengan memberi instruksi tertulis kepada Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor untuk dilaksanakan. Dalam hal ini Pelaksana
Pekerjaan/Konlraktor harus bertanggungjawab atas pekerjaan yang tidak
sesuai dengan instruksi tersebut.
2. Yang dimaksud dengan perubahan tersebut adalah perubahan dari desain
kualitas maupun kuantitas dari pekerjaan seperti yang tercantum dalam
gambar-gambar kerja (Kontrak), berupa modifikasi maupun alternatif.
Perubahan tersebut termasuk penambahan, pembatalan dan atau
penggantian dari suatu pekerjaan, peralatan atau standard material.
3. Kuantitas nilai dari semua perubahan akan dihitung oleh Supervisi
menurut ketentuan yang berlaku di dalam kontrak ini dan apabila
diperlukan Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor diberi kesempatan untuk
mengikuti perhitungan yang dibuat. Untuk perhitungan nilai dan
perubahan, metode atau cara berikut ini harus dipakai:
a. Harga-harga yang tertera di dalam kontrak dipakai untuk
menghitung nilai dari item pekerjaan yang bersifat sama.
b. Untuk item pekerjaan yang sifatnya berbeda maka harga-harga
yang tertera di dalam penawaran merupakan dasar perhitungan,
sepanjang nilai yang didapat adalah wajar.
21
6. As built drawing harus dibuat oleh Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor secara
bertahap sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan untuk kebutuhan
pemeriksaan setiap saat. As built Drawing harus dibuat dengan gambar
(Autocad). Soft copy gambar As built Drawing harus diserahkan kepada
Pemberi Tugas dalam bentuk CD,
7. Dalam penyerahan pertama tersebut disertakan pula Surat Pernyataan,
Sertifikat dan Surat Jaminan dari masing-masing pekerjaan yang telah
dilaksanakan, sertifikat yang dikeluarkan oleh instasi yang terkait,
berwewenang, seperti Depnaker, produsen dan applicator.
22
BAGIAN B
PEKERJAAN BANGUNAN/HALAMAN
BAB I
PEKERJAAN DRAINASE
Pasal 2 Umum
Pekerjaan beton untuk gorong-gorong, selokan-selokan, bak kontrol dan
drainase serta untuk pekerjaan beton lainnya supaya mengikuti ketentuan-
ketentuan yang tercantum dalam P.B.1.1971, baik mengenai persyaratan
material, peresapan dan cara-cara pelaksanaannya, acuan dan lain- lalnnya.
a. Gorong-gorong
Pekerjaan pemasangan gorong-gorong, menggunakan saluran dari beton,
batu kali dan bata berbentuk "U" dan ditutup dengan pelat beton seperti
pada gambar dengan ukuran seperti tercantum gambar perencanaan dan
dibuat dari beton mutu K-175 dan perkuatan dengan pembesian.
1
c. Manhole
1) Umum
Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan “in let”, “manhole”.
Sesuai dengan yang ditunjuk/disyaratkan dalam gambar atau
persyaratan penjelasan yang akan diberikan di lapangan.
2) Referensi
• Semua pekerjaan ini sesuai dengan persyaratan:
• NI - 2
• NI - 3
3) Material
• Batu bata, yang memenuhi persyaratan pada RKS Bagian D.
• Batu kali, yang dipakai sesuai dengan persyaratan pada RKS
Bagian D.
• Adukan, yang dipakai untuk pasangan-pasangan batu harus
memakai campuran 1 Pc : 2 Ps, air yang dipakai harus bersih,
bebas dari asam alkali atau bahan-bahan organis lainnya.
• Beton yang dipakai sesuai dengan persyaratan pada Bagian C.
• Rangka penutup grill, dari bahan baja sesuai dengan
persyaratan pada Bagian C.
2) Referensi
Pekerjaan ini harus sesuai dengan P.U.B.I NI-3 1970
3) Material
• Bahan untuk saluran batu kali kecuali dipersyaratkan lain,
harus sesuai dengan P.U.B.I NI-3 1970 dan cara pengerjaannya
harus dilakukan menurut cara terbaik yang dikenal di sini.
• Sebelum dipasang kontraktor harus memberikan contoh bahan
dan type yang akan dipasang, agar diberikan ke Supervisi
lapangan untuk mendapatkan persetujuan pelaksanaan.
4) Pelaksanaan
• Sebelum pelaksanaan pemasangan batu kali, galian tanah harus
dicek kedalaman lebar dan kondisi tanah apabila ditemukan
kondisi tanah yang tidak normal harus segera dilaporkan ke
Supervisi.
• Pemasangan batu kali harus menggunakan profil-profil dari
kayu (kaso) untuk membuat bentuk pondasi batu kali yang
diinginkan.
• Pemasangan batu kali menggunakan adukan 1pc 4 ps, untuk
pondasi penahan tanah (turap) harus dibuat lubang-lubang
pengaliran air tanah, permukaan pondasi turap yang kelihatan
harus disiar.
2
Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan semua saluran batu
bata atau bagian-bagian lain yang menggunakan batu bata, sesuai
dengan gambar dan persyaratan disini.
2) Referensi
Pekerjaan ini harus sesuai dengan P.U.B.I NI-3 1970
3) Material
• Bahan untuk saluran batu bata kecuali dipersyaratkan lain,
harus sesuai dengan P.U.B.I. NI-3 1970 dan cara
pengerjaannya harus dilakukan menurut cara terbaik yang
dikenal di sini.
• Sebelum dipasang Kontraktor harus memberikan contoh bahan
dan type yang akan dipasang, agar diberikan ke Supervisi
lapangan untuk mendapatkan persetujuan pelaksanaan.
4) Pelaksanaan
Sebelum pelaksanaan pemasangan batu bata, galian tanah harus di cek
kedalaman lebar dan kondisi tanah apabila ditemukan kondisi tanah
yang tidak normal harus segera dilaporkan ke Supervisi.
3
BAB II
PEKERJAAN JALAN & PARKIR
4
gambar di atas subgrade yang telah didapatkan, dan padatkan sub grade
sampai dengan level yang dikehendaki dengan kepadatan 90% Standar
Proctor.
Bahan subbase tersebut harus memenuhi persyaratan gradasi seperti di
bawah ini :
5
• Loss by Abration after 500 revolutions (AASTHO T.96)
:40% maks.
• Thin and elongated pieces, by weight (pieces larger
than 2,5 cm with thickness less fragments) (ASTM C.235
:5% maks.
• Soft fragments (ASTM C.235) :5% maks.
• Clay lumps (AASTHO T.O.112) :0.25% maks.
Batu pecah kelas B harus terdiri dari campuran kerikil dan kerikil
pecah dengan berat jenis yang seragam dengan pasir, lanau atau
lempung dengan persyaratan seperti di bawah ini :
6
Partikel yang mempunyai diameter kurang dari 0,20 mm harus
tidak lebih dari 3 % dari berat total bahan yang diuji. Prosentase
berat butir yang lewat dapat dikoreksi oleh MK bila agregat
terdiri dari bahan-bahan dengan berat jenis yang berlainan.
3.4. Taburkan Sand Beding (abu batu atau pasir) setebal 50 mm atau
ditentukan lain dalam gambar, dan jaga agar kandungan kelembaban
konstan dan kepadatan longgar dan konstan sampai paving block
dipasang dan dipadatkan.
a. Sumber bahan:
Kontraktor harus mencari lokasi sumber bahan untuk lapis ini
biaya dari pencarian dan pekerjaan muat, angkut, bongkar ke
lokasi pekerjaan harus sudah diperhitungkan dalam penawaran
Kontraktor.
Kontraktor harus melaporkan lokasi tersebut kepada MK
secepatnya secara tertulis disertai keterangan tentang kualitas
bahan, perkiraan kuantitas bahan dan rencana operasi
pengangkutan bahan ke lokasi proyek.
Bahan tersebut harus memenuhi persyaratan dalam spesifikasi.
7
3.5. Pemasangan Paving Block
Paving block dipasang dengan lebar sambungan minimum 1 mm dan
maksimum 4 mm, hati-hati jangan menggangu leveling base, jika
paving block mempunyai spacer bars, pasang paving block dengan
tangan yang kencang terbadap spacers bars. Gunakan benang untuk
menjaga garis tangan yang lurus. Pilih unit dari 4 atau lebih cubes
untuk mencampur variasi warna dan texture. Is' gap antara unit yang
melebihi 4 mm dengan potongan unit yang dipotong agar serasi
dengan unit paving block yang utuh.
3.7. Getarkan dan padatkan paving block sampai dengan level yang
diinginkan dengan compactor machine (stamper) dengan plat
permukaan 0,35 - 0,5 m2 dan mempunyai gaya sentrifugal sebesar
16 sampai 20 kN dengan frekuensi getaran 75 sampai 100 Hz.
Minimal 2 kail lintasan difungsikan untuk pemadatan pasir atas
dengan penurunan sekitar 5 - 25 mm dan getarkan dan padatkan lagi
bersamaan dengan pengisian dan dengan pasir minimal 2 kali
lintasan. Getarkan dengan kondisi-kondisi berikut:
• Setelah paving block pinggir (topi uskup) terpasang dan
permukaan telah selesai dan sebelum permukaan terkena
hujan.
• Sebelum mengakhiri pekerjaan setiap kali, padatkan
sepenuhnya paving block yang terpasang yang berjarak lebih
dari 1 m dari akhir pasangan. Tutup lapisan yang terbuka
dengan lembaran plaslik yang bersih, lebihkan penutup 1,2 m
pada setiap sisi dari pasangan untuk pelindung terhadap
hujan.
8
dengan perpindahan bahan-bahan dan peralatan untuk menghindari
cakukan atau mengganggu keserasian unit pavers. Jika diperlukan
tambahan ketinggian pada paving yang kurang tinggi sebelum
pekerjaan pengisian sambungan.
3.12. Singkirkan dan ganti unit paving yang longgar, retak, patah, benoda
atau kerusakan lain atau unit tidak serasi dengan unit sebelahnya
seperti yang dikehendaki. Sediakan unit-unit baru untuk mencocokan
unit yang bersebelahan dan pasang dengan cara yang sama seperti
unit semula, dengan melakukan pengisian sambungan yang sama
agar tidak kelihatan tanda-tanda penggantian.
9
BAB III
PEKERJAAN KANSTEEN
10
BAB IV
PEKERJAAN PAGAR BRC
11
f. Pemasangan caping
Pemasangan penutup di atas kolom, bagian tengah kolom diberi adukan
agregat diisi hingga melebihi kolom sebagai bantalan dan penyambung
penutup dengan kolom, fungsi caping sebagai penyambung kolom dengan
panel
g. Grouting
Setelah seluruh bagian panel terpasang, lapisi bagian yang kurang
sempurna (grouting) dengan menggunakan bahan campuran air, semen
dan pasir ataupun abu batu.
12
BAB V
PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL
13
Direksi Pekerjaan dapat melarang peledakan dan memerintahkan untuk
menggali batu dengan cara lain, jika peledakan tersebut berbahaya bagi
manusia atau struktur di sekitarnya, atau apabila kurang cermat dalam
pelaksanaannya.
▪ Apabila diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus
menyediakan anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk
melindungi orang, bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika
dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya sebagai yang ditetapkan
oleh Direksi Teknis.
▪ Penggalian batu harus dilakukan sedemikian rupa, apakah dengan peledakan
atau cara lainnya, sehingga permukaan galian harus dibiarkan pada kondisi
yang aman dan serata mungkin. Batu yang lepas atau bergantungan dapat
menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau orang
harus dibuang atau diperkuat dengan angker, baik pada pemotongan batu
yang baru maupun yang lama.
▪ Cofferdam, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) atau tindakan lain
untuk mengeluarkan air harus dipasang untuk pembuatan dan pemeriksaan
acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari luar acuan
▪ Cofferdam atau penyokong atau pengaku yang tergeser selama pekerjaan
galian harus diperbaiki, dikembalikan posisinya dan diperkuat untuk
menjamin kebebasan ruang gerak yang diperlukan selama pelaksanaan.
▪ Cofferdam, penyokong dan pengaku yang dibuat untuk fondasi jembatan atau
struktur lainnya harus diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan terjadinya penggerusan dasar, tebing atau bantaran sungai.
b. Pekerjaan Timbunan
▪ Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang
tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan
▪ Penyedia Jasa harus memasang patok batas dasar timbunan 3 (tiga) hari
sebelum pekerjaan dimulai.
▪ Dasar fondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan
pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) setebal 20 cm dan harus
memenuhi kepadatan sebagai disyaratkan.
▪ Apabila timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di
atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus
dipotong bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan
peralatan berat dapat beroperasi.
▪ Sebelum timbunan dihampar dasar timbunan harus digaru dan dipadatkan
14
sehingga mencapai kepadatan 95% kepadatan kering maksimum sesuai SNI
03-1742-1989.
1. Elevasi Permukaan
15
2. Ketebalan Lapis Pondasi Agregat
Tebal total minimum lapis pondasi agregat kelas A dan kelas C atau kelas
B dan kelas C tidak boleh kurang dari tebal yang disyaratkan.
3. Kerataan
▪ Bahan lapis fondasi agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui Direksi
Pekerjaan sesuai dengan Pasal 1.2.7 tentang logistik, dari spesifikasi ini.
▪ Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan 50 kg contoh
agregat yang akan digunakan untuk dijadikan rujukan selama pelaksanaan
pekerjaan.
▪ Fraksi Agregat Kasar
Agregat kasar (tertahan pada saringan 4,75 mm) harus terdiri atas partikel
yang keras dan awet.
16
Agregat kasar kelas A yang berasal dari batu kali harus 100% mempunyai
paling sedikit dua bidang pecah, bila diuji sesuai Angularitas agregat kasar
sesuai.
Agregat kasar kelas B yang berasal dari batu kali harus 65% mempunyai
paling sedikit satu bidang pecah, bila diuji sesuai Angularitas agregat kasar
sesuai prosedur.
▪ Agregat kasar kelas C berasal dari kerikil.
▪ Fraksi Agregat Halus ,Agregat halus (lolos saringan 4,75 mm) harus terdiri
atas partikel pasir atau batu pecah halus dengan atau tanpa clay.
▪ Agregat untuk lapis fondasi harus bebas dari bahan organik dan gumpalan
lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki, harus memenuhi
ketentuan gradasi yang diberikan.
▪ Pencampuran Bahan untuk Lapis Fondasi Agregat
Untuk memperoleh homogenitas campuran dan memenuhi ketentuan yang
disyaratkan bahan lapis fondadi harus langsung dari instalasi pemecah batu
atau pencampur yang disetujui oleh Direksi Teknis, dengan menggunakan
pemasok mekanis yang telah dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang
menerus dari komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar.
Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran di
lapangan dengan grader, loader atau backhoe kecuali dengan alat khusus
pulvimixer.
▪ Peralatan
▪ Peralatan dan mesin-mesin yang digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan pada spesifikasi ini harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan
dirawat agar supaya selalu dalam keadaan baik. Peralatan yang
digunakan oleh sub-Penyedia Jasa atau pemasok untuk kepentingan
Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan dan
Direksi Teknis sebelum pekerjaan dimulai. Peralatan processing harus
direncanakan, dipasang, dioperasikan dan dengan kapasitas sedemikian
sehingga dapat mencampur agregat, air secara merata sehingga
menghasilkan campuran yang homogen. Apabila instalasi pencampur
digunakan maka instalasi pencampur tersebut harus dikalibrasi terlebih
dahulu untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-
komponen campuran dengan proporsi yang benar.
▪ Alat Penghampar
▪ Alat penghampar agregat harus menggunakan peralatan mekanis yang
mampu menyebarkan bahan lapis fondasi agregat dengan lebar dan
toleransi permukaan yang diinginkan serta tidak menimbulkan segregasi
▪ Alat Pemadat
17
▪ Alat pemadat roda besi dengan penggetar, pemadat roda besi tanpa
penggetar atau pemadat roda karet, dapat digunakan untuk pemadatan
fondasi agregat.
▪ Alat Pengangkut
▪ Dump truck yang akan digunakan, bak penampungnya tidak boleh bocor
dan dilengkapi terpal yang digunakan pada saat pengangkutan bahan ke
lokasi pekerjaan dan menjamin tidak banyak terjadinya penguapan air
sepanjang perjala nan.
▪ Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan
lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan lama
harus diperbaiki terlebih dahulu.
▪ Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan
lama atau tanah dasar baru, maka lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya
▪ Sebelum pekerjaan lapisan fondasi agregat akan dilaksanakan, maka lapisan
dasar yang akan dilapisi harus telah disiapkan memenuhi persyaratan dan
telah ditangani dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi
Teknis dengan panjang paling sedikit 60 m secara menerus. Untuk penyiapan
tempat-tempat yang kurang dari 60 m karena tidak cukup ruang, seluruh
daerah itu harus disiapkan dan disetujui sebelum lapis fondasi agregat
dihampar.
▪ Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar langsung di atas permukaan
perkerasan aspal lama, yang menurut pendapat Direksi Teknis dalam kondisi
tidak rusak, maka harus dilakukan penggaruan atau pengaluran pada
permukaan perkerasan aspal lama dengan greder agar diperoleh tahanan
geser yang lebih baik.
▪ Material lapis fondasi agregat setelah ditempatkan harus segera dihampar
dan dipadatkan agar tidak terjadi penurunan kadar air.
▪ Bahan lapis fondasi agregat harus diangkut ke badan jalan dan harus segera
dihampar dan dipadatkan agar tidak terjadi penurunan kadar air sehingga
kadar air pemadatan yang merata dalam rentang yang disyaratkan.
▪ Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.
▪ Setiap lapis harus dihampar pada ketebalan yang merata agar menghasilkan
tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Apabila
diperlukan penghamparan lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan
tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
▪ Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali
ukuran terbesar agregat lapis fondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh
melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknis.
▪ Segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir, setiap lapis harus
dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan
18
disetujui oleh Direksi Teknis, hingga kepadatan akhir mencapai paling
sedikit 100% dari kepadatan kering maksimum modifikasi (modified)
seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, Metode D.
▪ Direksi Teknis dapat memerintahkan agar digunakan mesin pemadat
beroda karet untuk pemadatan lanjutan untuk menghasilkan ikatan butiran
yang lebih baik dan stabil. Alat pemadat roda besi berpenggetar hanya
digunakan untuk pemadatan awal.
▪ Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam
rentang 2% di bawah kadar air optimum sampai 2% di atas kadar air
optimum, kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan
kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI
03-1743-1989, Metode D.
▪ Pelaksanaan pemadatan memanjang harus dimulai dari sisi terendah dan
bergerak ke sisi tertinggi bergeser dalam arah melintang demikian juga di
daerah super-elevasi.
▪ Pemadatan harus dilakukan dengan tumpang tindih satu lajur dengan lajur
lainnya selebar tebal lapisan.
▪ Pemadatan yang berbatasan dengan kerb, tembok, dan tempat-tempat yang
tak terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau
alat pemadat lainnya yang disetujui Direksi Teknis.
a. Lapis Perekat ( Track Coat ) dan Lapis Resap Ikat ( Prime Coat )
Aspal untuk lapis resap ikat haruslah salah satu dari berikut ini:
▪ Aspal emulsi yang digunakan dapat salah satu dari aspal emulsi pengikatan
sedang (CMS) yang memenuhi SNI 03-4798-1998 atau aspal emulsi
pengikatan lambat (CSS) yang memenuhi SNI 03-4798-1998.
▪ Aspal cair yang digunakan dapat salah satu dari aspal cair penguapan
sedang sesuai SNI 03-4799-1998 atau aspal cair penguapan cepat sesuai
SNI 03-4800-1998.
Kedua aspal cair tersebut harus dibuat dari aspal keras Pen 60 atau Pen 80,
yang memenuhi RSNI S-01-2003, diencerkan dengan minyak tanah (kerosen)
atau bensin (premium). Tipe aspal cair yang digunakan harus sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
▪ Apabila lalu lintas diizinkan lewat diatas lapis resap ikat maka harus
19
digunakan bahan penyerap (blotter material) dari hasil penyaringan kerikil
atau batu pecah, terbebas dari butiran-butiran berminyak atau lunak, bahan
kohesif atau bahan organik. Tidak kurang dari 98% harus lolos saringan
3/8” (9,5 mm) dan tidak lebih dari 2% yang lolos saringan No.8 (2,36 mm).
Aspal untuk lapis Perekat haruslah salah satu dari berikut ini:
▪ Aspal emulsi kationik jenis penguapan cepat (CRS-1 atau CRS-2) harus
memenuhi ketentuan SNI 03-4798-1998.
▪ Aspal cair penguapan cepat (RC 250) harus memenuhi ketentuan SNI 03-
4800-1998. Aspal cair tersebut dibuat dari aspal keras Pen 60 atau Pen 80
yang memenuhi ketentuan RSNI S-01-2003, diencerkan dengan bensin
(premium).
▪ Penyedia Jasa harus menyediakan perlengkapan yang terdiri dari
penyapu mekanis dan atau kompresor, alat aspal distributor, peralatan
untuk memanaskan aspal dan peralatan yang sesuai untuk meratakan
kelebihan aspal.
20
▪ Temperatur penyemprotan yaitu untuk Aspal cair penguapan cepat
(RC–250) temperatur 80° - 90° Sedangkan untuk Aspal Keras 145° –
165°
▪ Apabila pekerjaan lapis resap ikat dan lapis perekat akan dilaksanakan
pada perkerasan jalanbaru atau bahu jalan baru, perkerasan atau bahu
itu harus telah selesai dikerjakan sepenuhnya dan memenuhi ketentuan
dalam spesifikasi ini.
▪ Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan
dengan memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi
keduanya. Apabila peralatan ini belum dapat memberikan permukaan
yang benar-benar bersih, penyapuan tambahan harus dikerjakan manual
dengan sikat yang kaku. Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20
cm dari tepi bidang yang akan disemprot
▪ Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus
disingkirkan dari permukaan dengan memakai blencong atau dengan
cara lainnya yang telah disetujui Direksi Teknis dan bagian yang telah
diperbaiki tersebut harus disemprot air dan disapu
▪ Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan
yang telah disiapkan dapat diterima oleh Direksi Teknis Batas
permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan
harus diukur dan ditandai, batas-batas lokasi yang disemprot harus
ditandai (seperti dengan kapur tulis, cat atau benang).
▪ Agar aspal dapat merata pada setiap titik maka aspal harus
disemprotkan dengan batang penyemprot dalam jumlah aspal yang
diperintahkan. pemakaian penyemprot aspal tangan (hand sprayer).
▪ lebar penyemprotan harus lebih besar dari pada lebar rencana pekerjaan
lapisan beraspal yang ditetapkan, hal ini dimaksudkan agar tepi
permukaan yang ditetapkan tetap mendapat semprotan dari tiga nosel,
sama seperti permukaan yang lain.
▪ Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari
10% darikapasitas tangki untuk mencegah udara yang terperangkap
(masuk angin) dalam system penyemprotan. Jumlah pemakaian aspal
pada setiap kali lintasan penyemprotan harus segera diukur dari volume
sisa dalam tangki dengan meteran tongkat celup.
▪ Sewaktu lapis aspal dalam keadaan tidak tertutup, Penyedia Jasa harus
melindunginya dari kerusakan dan mencegahnya agar tidak berkontak
dengan lalu lintas.
▪ Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada
ketidaksempurnaan peralatan semprot pada saat beroperasi.
21
▪ Setelah pelaksanaan penyemprotan, aspal yang berlebihan dan
tergenang di atas permukaan yang telah disemprot harus diratakan
dengan menggunakan alat pemadat roda karet, sikat ijuk atau alat
penyapu dari karet.
▪ Lalu lintas tidak diizinkan lewat sampai penghamparan lapis beraspal di
atasnya selesai dikerjakan.
d. Lapis Beraspal
22
tertentu, sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Teknis, untuk menjamin
pengendalian penakaran. Aspal harus ditimbang atau diukur dan
dimasukkan ke dalam alat pencampur dengan jumlah yang ditetapkan
sesuai formula campuran kerja. Apabila digunakan instalasi pencampur
system penakaran, seluruh agregat kering harus dicampur terlebih
dahulu, kemudian baru sejumlah aspal yang tepat ditambahkan ke
dalam agregat tersebut dan diaduk dengan waktu sesingkat mungkin
yang ditentukan dengan “pengujian derajat penyelimutan aspal terhadap
butiran agregat kasar” sesuai dengan prosedur SNI 03-2439-1991
(biasanya sekitar 45 detik), untuk menghasilkan campuran yang
homogen dan semua butiranagregat terselimuti aspal dengan merata.
Waktu pencampuran total harus ditetapkan oleh Direksi Teknis dan
diatur dengan perangkat pengendali waktu yang handal. Untuk instalasi
pencampuran sistem menerus, waktu pencampuran yang dibutuhkan
harus ditentukan dengan “pengujian derajat penyelimutan aspal
terhadap butiran agregat kasar” sesuai dengan prosedur SNI 03-2439-
1991 dengan waktu pencampuran, paling lama 60 detik yang ditentukan
dengan menyetel bukanan pintu sekat dalam alat pencampur
▪ Temperatur campuran beraspal pada saat tiba di lokasi harus dalam
rentang antara 130° – 150° C Tidak ada campuran beraspal yang
diterima dalam pekerjaan apabila temperatur melampaui atu kurang dari
temperatur yang disyaratkan.
▪ Setiap truk yang telah dimuati harus ditimbang di rumah timbang dan
setiap muatan harus dicatat berat kotor, berat kosong dan berat netto.
▪ Penghamparan dan pemadatan hanya dilaksanakan pada saat masih
terang terkecuali tersedia penerangan minimal 100 lux yang dapat
diterima oleh Direksi Teknis.
▪ Semua permukaan yang akan dilapisi atau akan diberi lapis perata harus
disiapkan sedemikian rupa sehingga didapat kondisi yang baik.
Permukaan yang dalam kondisi rusak, harus dibongkar dan diperbaiki
sampai diperoleh permukaan yang keras dengan bahan yang disetujui
oleh Direksi Teknis yang setelah diperbaiki memenuhi toleransi yang
disyaratkan.
▪ Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus
dibersihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan
compressor dan atau sapu mekanis (power broom) yang dibantu dengan
cara manual bila diperlukan.
▪ Lapis Perekat (tack coat) harus diterapkan secara perata sesuai
sesifikasi teknis ini.
23
▪ Acuan tepi yang tersedia pada finisher harus digunakan, bila diperlukan
dapat pula digunakan balok kayu lurus atau acuan lain yang disetujui
dan harus dipasang sesuai dengan garis serta ketinggian sesuai rencana
ketebalan hamparan.
▪ Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) harus bersih, licin,
tidak cacad, tidak ada butiran batuan atau sisa campuran yang terselip
pada sambungan (dibawah crown control) dan harus dipanaskan dengan
alat pemanas yang terdapat pada Alat Penghampar. Campuran beraspal
harus dihampar sesuai dengan ketebalan yang direncanakan dan
diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang
melintang yang disyaratkan.
▪ Pengendalian tebal rencana dapat dilakukan secara manual atau dengan
pengendalian tebal mekanis berupa taut string (wire), short skies, dan
long skies.
▪ Crawler atau roda finisher harus duduk di atas lapisan dasar, tidak boleh
menginjak ceceran-ceceran campuran.
▪ Penghamparan harus dimulai dari lajur yang rendah terlebih dahulu
apabila pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.
▪ Peralatan pra-pemadat vibrasi pada alat perata harus dijalankan dan
berfungsi dengan baik selama penghamparan dan pembentukan.
▪ Bila digunakan alat penumbuk untuk pemadatan awal maka alat
penumbuk tidak boleh telah aus sedemikian rupa sehingga tidak
berfungsi memberikan kepadatan awal.
▪ Temperatur sisa campuran beraspal yang belum terhampar di bawah
alat perata harus dipertahankan sesuai temperatur atau viskositas yang
disyaratkan .
▪ Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang
konstan dan tidak menyebabkan terjadinya segregasi, terseret, retak
permukaan, ketidakseragaman atau bentuk ketidakrataan lainnya pada
permukaan. Kecepatan penghamparan harus disesuaikan dengan
kapasitas produksi UPA dan ketebalan hamparan sebagai yang disetujui
oleh Direksi Teknis dan harus ditaati.
▪ Apabila terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat
penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai
penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki
▪ Penaburan tidak boleh dilakukan di atas permukaan hamparan yang
telah rapih, butiran kasar sisa penaburan di daerah yang tidak rapih
tidak boleh dikembalikan untuk dihampar.
▪ Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan, permukaan
tersebut harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi
24
harus diperbaiki. Temperatur campuran beraspal yang terhampar dalam
keadaan gembur harus dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam
rentang temperatur sesuai viskositas aspal yang ditunjukkan dan
dilakukan dari sisi rendah bergeser ke sisi yang lebih tinggi.
▪ Penggilasan campuran beraspal harus terdiri dari 3 (tiga) tahap yang
terpisah berikut ini:
a) Pemadatan awal (breakdown rolling).
b) Pemadatan utama (intermediate rolling).
c) Pemadatan akhir (finish rolling).
▪ Penggilasan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan dengan
alat pemadat roda baja. Penggilasan awal harus dioperasikan dengan
roda penggerak berada di dekat alat penghampar. Setiap titik perkerasan
harus menerima minimum 2 (dua) lintasan penggilasan awal.
Pemadatan utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet
sedekat mungkin di belakang pemadatan awal dan dilakukan sebanyak
mungkin lintasan dalam rentang temperatur yang disyaratkan
▪ Pemadatan akhir harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja
tanpa penggetar sampai jejak bekas pemadatan roda karet hilang.
▪ Pelaksanaan pemadatan pada sambungan melintang harus dilakukan
dengan terlebih dahulu memasang dua buah balok kayu diluar lajur
sejajar sambungan melintang untuk dudukan roda pemadat saat berada
di luar lajur dengan ketebalan sesuai dengan tebal padat lapisan.
▪ Bila sambungan memanjang dibuat untuk menyambung dengan lajur
yang dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal harus memadatkan
sambungan sebanyak 2 (dua) lintasan dan selanjutnya dilakukan
pemadatan memanjang sesuai dengan prosedur yang berlaku.
▪ Pemadatan selanjutnya dilakukan sejajar dengan sumbu jalan berurutan
dari sisi terendah menuju ke sisi tinggi lintasan yang berurutan harus
saling tumpang tindih (overlap.
▪ Apabila menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk
pemadatan awal harus terlebih dahulu menggilas sambungan lajur
dengan lajur yang telah dihampar sebelumnya sehingga + ¾ dari lebar
roda pemadat yang menggilas sisi sambungan yang belum dipadatkan.
Pemadatan dengan lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan
menggeser posisi alat pemadat bertumpang tindih minimal selebar 15
cm.
▪ Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja
dan 10 km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga pada kecepatan
konstan sehingga tidak mengakibatkan bergesernya campuran panas
tersebut. Garis, kecepatan dan arah penggilasan tidak boleh diubah
25
secara tiba-tiba atau dengan cara yang menyebabkan terdorong,
terbentuknya bekas gilasan campuran beraspal. Alat pemadat tidak
boleh (berhenti) di atas hamparan yang sedang dipadatkan.
▪ Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus
untuk memperoleh pemadatan yang merata saat campuran beraspal
masih dalam kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak
roda dan ketidakrataan dapat dihilangkan.
▪ Roda alat pemadat harus dibasahi secara mengkabut terus menerus
untuk mencegah pelekatan campuran beraspal pada roda alat pemadat,
tetapi air yang berlebihan tidak diperkenankan. Untuk menghindari
lengketnya butiran-butiran halus campuran beraspal pada roda karet,
roda dapat dibasahi dengan air yang dicampur sedikit deterjen.
▪ Peralatan berat atau alat pemadat tidak diizinkan berada di atas
permukaan yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan
tersebut dingin.
▪ Bahan bakar, pelumasan dan gemuk yang tumpah atau tercecer dari
kendaraan atau perlengkapan yang digunakan oleh Penyedia Jasa di
atas perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi alasan
dilakukannya pembongkaran dan perbaikan oleh Penyedia Jasa atas
perkerasan yang terkontaminasi, selanjutnya semua biaya pekerjaaan
perbaikan ini menjadi beban Penyedia Jasa. Penyedia Jasa harus
mencegah agar tidak terjadi ceceran aspal di atas permukaan
perkerasan.
▪ Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan
elevasi, lereng melintang, kelandaian, dan berada dalam batas lereng
melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan.
Setiap campuran beraspal padat yang lepas atau rusak, tercampur
dengan kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan
diganti dengan campuran panas yang baru serta dipadatkan secepatnya
agar sama dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari
campuran beraspal terhampar dengan luas minimal 0,1 m2 (tunggal)
yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus
dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan setempat, tonjolan sambungan,
cekungan akibat ambles, dan segregasi permukaan yang keropos harus
diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
▪ Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Penyedia Jasa
harus memotong dengan gergaji tepi perkerasan agar bergaris rapih.
Setiap hamparan yang berlebihan, dan sambungan memanjang dan
melintang yang akan disambung dengan lajur baru harus dipotong tegak
26
lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang oleh Penyedia Jasa di luar
daerah milik jalan yang lokasinya disetujui oleh Direksi Teknis.
▪ Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan
harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapis satu tidak
terletak segaris dengan sambungan lapis dibawahnya. Sambungan
memanjang harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapisan
teratas harus berada di pemisah jalur atau pemisah lajur lalu lintas.
▪ Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping campuran
beraspal yang telah dipadatkan sebelumnya kecuali apabila tepinya
telah dibentuk tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus. Sapuan aspal
sebagai lapis perekat untuk melekatkan permukaan lama dan baru harus
diberikan sebelum campuran beraspal dihampar di sebelah campuran
beraspal yang telah digilas sebelumnya. Sapuan aspal lapis perekat
tidak boleh mengenai permukaan lapis sebelumnya.
V.3.7. LAIN-LAIN
1) Semua jenis material yang tidak tercantum dalam RKS terlebih dahulu
harus seijin Pengawas/Direksi Proyek/ dalam penggunaannya
2) Hal-hal yang bersifat teknis yang belum atau tidak dapat dijabarkan
dan diuraikan dalam syarat-syarat teknis, maka Rekanan/kontraktor
harus berpedoman pada Gambar Kerja yang merupakan satu kesatuan
dengan RKS ini.
V.3.8. PENUTUP
1) Rekanan/ kontraktor harus dapat menyelesaikan pekerjaan secara
keseluruhan (100%) dengan tepat mutu dan tepat waktu sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang ada dalam Dokumen Kontrak secara
keseluruhan serta petunjuk Direksi Proyek / Pengawas.
2) Hal-hal yang belum diatur atau belum tercantum dalam RKS ini
ataupun perubahan/ tambahan yang mungkin ada akan dijelaskan
dalam aanwijzing dan atau diberi petunjuk Direksi Proyek / Pengawas
3) Sebelum menyerahkan pekerjaan yang pertama/kedua, pelaksana
berkewajiban menyelesaikan semua jenis pekerjaan dan pembersihan
lapangan sehingga hasil pekerjaan nampak bersih dan sempurna
4) Syarat-syarat dan peraturan teknik ini mengikat sampai pekerjaan
selesai 100% dan diserahkan untuk kedua kalinya pada Direksi
Proyek.
27
BAGIAN C
PEKERJAAN TANAH, PONDASI DAN STRUKTUR
BAB I
PEKERJAAN TANAH, PEKERJAAN PENGGALIAN DAN PENGURUGAN
1
2.8. Kontraktor harus melaporkan hasil pekerjaan galian tanah yang telah
selesai dan menurut pendapatnya sudah dapat digunakan untuk
pemasangan pondasi/pekerjaan berikutnya kepada Supervisi/Konsultan
Pengawas untuk dimintakan persetujuannya.
2.9. Semua kelebihan tanah galian harus dikeluarkan dari lapangan ke lokasi
yang disetujui oleh Supervisi. Kontraktor bertanggung jawab untuk
mendapatkan tempat pembuangan dan membayar ongkos-ongkos yang
diperlukan.
2.10. Air yang tergenang dilapangan, atau dalam saluran dan galian selama
pelaksanaan pekerjaan dari mata air, hujan atau kebocoran pipa-pipa
harus dipompa keluar atau biaya Kontraktor.
2.11. Hambatan yang Dijumpai Waktu Penggalian
1. Semua akar-akar pohon, batang-batang pohon terpendam, beton-
beton tak terpakai atau pondasi-pondasi bata, septictank bekas, pipa
drainase yang tak terpakai, batu-batu besar yang dijumpai pada
waktu penggalian harus dikeluarkan atas biaya Kontraktor. Tanah
yang berlubang akibat hambatan yang dijumpai harus diperbaiki
Kembali dengan pasir beton : semen dengan perbandingan 10 : 1
2. Instalasi umum yang tertanam dan masih berfungsi seperti pipa
drainase, pipa air minu, pipa gas, kabel listrik yang dijumpai pada
waktu penggalian diusahakan tidak terganggu atau menjadi rusak.
Bilamana hal ini dijumpai maka Supervisi dan pihak-pihakw yang
berwenang harus segera diberitahu dan mendapatkan intruksi
selanjutnya untuk mengeluarkan instalasi tersebut sebelum
penggalian yang berdekatan diteruskan.
3. Bilamana terjadi kerusakan-kerusakan pada instalasi tersebut diatas,
maka Supervisi dan pihak-pihak yang berwenang harus segera
diberitahu dan semua kerusakan-kerusakan harus diperbaiki atas
biaya Kontraktor.
2
BAB II
PEKERJAAN URUGAN PASIR
3
BAB III
PEKERJAAN LANTAI KERJA
Pasal 1 Umum
Pasal ini menguraikan semua pekerjaan lantai kerja, seperti dibawah
pekerjaan pondasi, sloof dan sejenisnya sebagaimana yang tercantum dalam
gambar perencanaan.
4
BAB IV
PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
Lingkup Pekerjaan dalam bagian ini meliputi pekerjaan Pondasi Batu kali, Pondasi
Tiang Pancang, Pondasi Plat setempat, Pondasi lajur beton, Poer/Pile Cap dan Tie
Beam/sloof.
5
Selama pemasangan batu mungkin perlu dibentuk untuk
memperoleh nat yang tipis dan rata.
Pengecoran Beton
• Pengecoran beton dilakukan pada lokasi yang tidak berair,
sehingga air tanah yang ada harus terus menerus dipompa untuk
mencegah rusaknya beton akibat adanya air dari luar.
• Adukan beton yang dipakai dan proses pengecoran beton
dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah tercantum pada pasal
lain dalam RKS ini.
6
b. Pengeboran lubang tiang bor.
c. Pembuangan tanah / lumpur hasil pengeboran keluar site dan
pembersihannya.
d. Penyediaan dan pemasangan tulangan tiang bor serta
pengecorannya.
e. Dimensi Tiang adalah diameter 25cm, berdasarkan hasil
penyelidikan tanah dengan kedalaman tiang 19m dengan gambar
dari muka tanah asli, sampai dengan kedalaman tanah keras.
3.2 Prosedur Umum
a. Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor yang
berpengalaman dan yang mempunyai pelaksana yang
berpengalaman sehingga dapat menghasilkan mutu pekerjaan
sebagaimana disyaratkan dengan daya dukung yang sesuai dengan
yang tercantum dalam spesifikasi dan gambar rencana;
b. Kontraktor harus melampirkan Metode Pelaksanaan serta alat-alat
yang akan digunakan kepada Supervisi dengan memperhatikan
kondisi lapisan tanah yang ada, permukaan air, sifat dan jenis
tanah, sifat alat yang akan digunakan serta fasilitas yang
diperlukan pada tahap preliminary maupun tahap selanjutnya;
c. Kontraktor harus mempersiapkan peralatan pendukung yang
dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan ini walaupun pada
gambar struktur tidak tercantum;
d. Sebelum melaksanakan pekerjaan ini, Kontraktor harus membuat
nomor referensi dari semua tiang bor berikut urntan rencana
pelaksanaannya dan harus mendapat persetujuan dari Supervisi;
e. Kontraktor bertanggung jawab untuk melaksanakan pembuatan
tiang bor dengan jumlah, ukuran dan letak sebagaimana tertuang
dalam gambar pelaksanaan;
f. Kontraktor terlebih dahulu membuat penampungan sementara
untuk lumpur dari hasil pengeboran sebelum material lumpur ini
dibuang keluar lokasi kegiatan;
g. Perubahan-perubahan terhadap spesifikasi maupun gambar rencana
tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Perencana sama sekali
tidak diperkenankan.
7
Konsultan Perencana dan Supervisi jika ditemui perbedaan agar
dapat ditentukan solusinya.
5. Sebelum memulai pekerjaan kontraktor hams melakukan
pengukuran dengan surveyor yang berpengalaman untuk
menentukan posisi bangunan sebagaimana dalam gambar.
6. Jika ditemukan perbedaan elevasi/ukuran lapangan dengan yang
lercantum dalam gambar, maka kontraktor wajib melaporkan
secara Icrtulis kepada Konsultan Perencana dan Supervisl.
7. Kontraktor tidak diperkenankan mengganggu fasililas/utilitas
umum (PDAM, PLN, TELKOM) yang masih berfungsi dan
berupaya untuk menjaga agar selama pelaksanaan, fasilitas
tersebut masih tetap berfungsi.
8. Segala biaya yang diperlukan untuk melindungi/memelihara/
memindahkan fasilitas/utililas umum ( PDAM, PLN, TELKOM )
yang ada termasuk memperbaiki kembali jika mengalami
kerusakan sebagai akibat kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
9. Semua pekerjaan dan bahan-bahan harus dilaksanakan sesuai
dengan Persyaratan Teknis dalam spesifikasi ini serta sesuai
dengan gambar kerja. Kontraktor wajib meneliti gambar struktur
dan gambar arsitek, jika terdapat perbedaan/keganjilan harus
dilaporkan kepada Konsultan Perencana dan Supervisi.
8
Lakukan pekerjaan menentukan layout semua tiang bor terhadap as
dan level yang disyaralkan sebelum pemboran, dan pengukuran
atas tiang yang sebenamya dalam hal lokasi, diameter tiang,
elevasi dasar dan atas, penyimpangan dari toleransi yang
disyaratkan, dan data yang diperlukan.
e. Catat dan simpan informasi atas setiap tiang dan bekerjasama
dengan tenaga penguji dan inspeksi untuk menyediakan data untuk
laporan yang disyaratan.
f. Jasa Pengujian Beton: pekerjaan laboratorium pengujian untuk
melakukan pengujian evaluasi bahan dan untuk merencanakan
design mix beton.
g. Bahan dan pekerjaan terpasang mungkin memerlukan pengujian
dan pengujian ulang setiap saat selama pelaksanaan pekerjaan.
Sediakan daerah bebas terhadap penimbunan bahan dan fasilitas.
h. Pengujian yang tidak secara spesifik dinyatakan sebagai pekerjaan
yang dibiayai oleh Pemberi Tugas, termasuk pengujian kembali
atas bahan dan pekerjaan terpasang yang ditolak, merupakan
tanggung jawab Kontraktor.
i. Sertifikat material property, yang menunjukkan kesesuaian
terhadap persyaratan, dapat diserahkan sebagai pengganti
pengujian jika disetujui oleh Supervisi. Sertifikat kesesuaian harus
ditandatangani oleh produsen bahan dan kontraktor.
c. Semen
Semua semen yang digunakan adalah semen portland yang harus
memenuhi syarat- syarat berikut:
• SNI 15-2049-1994. Semen Portland
• Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2, 1971)
• Spesifikasi semen blended hidrolis (ASTM C 595)
• Spesifikasi semen hidrolis ekcpansif (ASTM C 845)
• Mempunyai sertifikat uji (test certificate)
• Mendapat persetujuan Supervisi
d. Agregat
Agregat untuk beton hams memenuhi salah satu persyaratan
berikut:
• Spesifikasi agregat untuk beton (ASTM C33)
• SNI03-2461-1991, Spesifikasi agregat ringan untuk beton
struktur.
• Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2,1971)
Ukuran maksimum agregat tidak lebih besardari:
• 1 /5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan
9
• 1/3 ketebalan pelat lantai
• 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawat-
kawat.
e. Air
• Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih, tidak
berwarna dan tidak mengandung bahan-bahan kimia, oli, asam,
garam, organik atau bahan lain yang dapat merusak beton atau
tulangan.
• Air yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat Peraturan
Beton Indonesia (NI-2, 1971)
• Air pencampur yang digunakan pada beton pratekan yang
didalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas
yang terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion
khlorida lebih besar dari 0.06% terhadap berat semen.
• Untuk belon lainnya max ion khlorida adalah 0.3%.
f. Bahan lambahan
• Bahan tambahan yang digunakan pada beton harus mendapat
persetujuan dari Supervisi.
• Bahan tambahan pembentuk gelembung udara harus memenuhi
SNI 03-2496-1991, Spesifikasi bahan tambahan pembentuk
gelembung untuk beton.
• Bahan tambahan pengurang air, penghambat reaksi hidrasi
beton, pemercepat reaksi hidrasi beton dan gabungan
pengurang air dan pemercepat reaksi hidrasi beton harus
memenuhi “Spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk beton
(ASTM C 494) atau “Spesifikasi untuk bahan tambahan
kimiawi untuk menghasilkan beton dengan kelecakan yang
tinggi” (ASTM C107)
• Abu terbang atau bahan pozzolan lainnya yang digunakan
sebagai bahan tambahan harus memenuhi “Spesifikasi untuk
abu terbang dan poozolan alami mumi atau terkalsinasi untuk
digunakan sebagai bahan tambahan mineral pada beton semen
Portland” (ASTM C 618)
10
keadaan lainnya memerlukannya, dilakukan tanpa tambahan biaya
terhadap Pemberi Tugas, dan dengan persetujuan Supervisi. Data
pengujian laboratorium untuk rencana adukan revisi dan hasil
kekuatan harus diterima dan disetujui oleh Supervisi sebelum
digunakan dalam pekerjaan.
f. Dapat menggunakan admixture dengan banyaknya sesuai
rekomendasi pabrik untuk kondisi iklim yang sesuai pada saat
dilakukan pengecoran. Sesuaikan banyaknya admixture seperti
disyaratkan untuk mempertahankan pengendalian mutu.
g. Perbandingan dan adukan rencana dibuat untuk menghasilkan
slump beton pada saat pengecoran sebesar 16 ± 2 cm,
menggunakan plasticizer.
11
g. Pengeboran harus dilakukan sampai mencapai lapisan tanah
yang disyaratkan yang ciri-clrinya ditentukan berdasarkan
Laporan hasil Penyelidikan Tanah atau sesuai gambar kerja.
h. Contoh tanah tersebut harus dapat ditunjukkan kepada
Konsultan Perencana SSupervisi setiap saat jika diperlukan.
Dan kedalaman pengeboran yang dicapai harus dicatat.
i. Konlraktor harus menempatkan seorang Ahli Tanah yang
sudah berpengalaman dengan pekerjaan tiang bor.
j. Pengeboran baru dihentikan setelah mendapat persetujuan
tertulis dari Supervisi, namun demikian mutu pekerjaan yang
dihasilkan sepenuhnya tanggung jawab Konlraktor.
k. Setelah pengeboran selesai, kontraktor harus melaksanakan
pembersihan dasar lubang bor dari longsoran dan lumpur yang
terjadi pada dasar bor, caranya bergantung pada metoda dan
alat yang baru dapat dihentikan setelah mendapat persetujuan
tertulis dari Supervisi.
l. Apabila pada saat penggalian dijumpai air tanah maka
Kontraktor harus menyediakan pompa-pompa penyedot air
agar pekerjaan penggalian tanah dapat
m. diselesaikan sesual dongan gambar roncana, dengan Jumlah
dan kapasilas yang dlsesuaikan dongan debit air yang ada
n. Pada saat tahap pemberslhan lubang bor, rangkalan lulangan
bang bor harus sudali slap untuk dimasukkan kedalam lubang
bor.
o. Apabila tulangan belum slap, maka pekerjaan pomborsihan
dasar lubang bor harus dilakukan kembali sampai lulangan slap
dimasukkan dan apabila diperlukan pcnyambungan tulangan,
maka dltempat pekerjaan harus dlslapkan mesln las yang dapat
dlgunakan setlap saat untuk mengelas tulangan.
p. Rangkalan tulangan yang dipasang adalah sesual dengan
gambar pelaksanaan dan harus diletakkan pada pusal lubang
bor serta harus dipasang dengan kuat sehingga tldak terjadi
penggeseran/ perpindahan tempat selama masa pengecoran.
q. Pada slsi luar rangkaian tulangan hams dipasang tahu beton
setebal 5 - 7 cm pada beberapa tempat agar dlperoleh selimut
beton yang tebalnya sama pada seluruh permukaan.
r. Setelah tulangan tlang bor terpasang, kontraktor dengan
sepengetahuan Supervisiharus melakukan kembali pengukuran
kedalaman lubang bor. Apabila terjadi pengurangan kedalaman
lubang bor dibanding pada saat selesai pembersihan, maka
tulangan tersebut harus dikeluarkan dan pekerjaan pembersihan
dasar lubang hams dilakukan kembali.
s. Tldak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ke tahap
berikutnya sebelum tahapan tersebut diatas disetujul secara
tertulis oleh Supervisi.
t. Setelah pemasangan tulangan selesai dilakukan dan disetujui
oleh Supervisi, maka adukan beton yang akan digunakan harus
sudah siap di tempat pekerjaan sehingga pengecoran bisa
langsung dilakukan. Mutu beton pada proyek ini adalah K-300
dan K-225 dengan slump antara 12±2cm.
u. Pengecoran harus dilakukan sampai selesai dan tidak
diperkenankan menunda pekerjaan pengecoran ini.
12
v. Apabila pengecoran ini tidak selesai karena suatu alasan, maka
bang bor tersebut dlanggap tidak memenuhi syarat lagi dan
kontraktor hams mengganti bang bor tersebut dengan bang bor
bam yang letaknya akan ditentukan oleh konsultan Perencana.
Semua resiko akibat hal ini sepenuhnya tanggung jawab
kontraktor.
w. Kontraktor hams menggunakan pipa tremie yang dipergunakan
harus mempunyal diameter minimum 20 cm serta receiving
hopper hams mempunyal kapasitas sama dengan kapasitas pipa
yang disupply dengan beton. Bagian bawah plpa tremie hams
ditutup dengan bola, atau dengan metode lain yang disetujui
oleh Supervisi.
x. Posisi dari pipa tremie hams dlatur sedemikian hingga dasar
dan pipa tersebut paling tidak berada 1,5 m‘ dibawah
permukaan beton pada setiap tahap pengecoran yang harus
dilaksanakan terns menerus tanpa henti sampai selesai.
y. Pelaksanaan tiap tahap diatas hams dilakukan berkelanjutan
sampai selesai dan tidak diperkenankan adanya penundaan
waktu diantara tahapan-tahapan tersebut.
2. Toleransi Posisi Tiang
Deviasi maksimum terhadap posisi dari tiang harus memenuhi
syarat berikut:
a. Toleransi kelurusan vertikal dibatasi maksimum 1 : 200.
b. Toleransi posisi (horisontal) ditentukan sebesar 5 cm segala
arah.
3. Pembobokan Kepala Tlang dan As Built Drawing
a. Setelah pekerjaan pembuatan tiang bor selesai, Kontraktor
harus memotong beton bagian atas dari tiang sampai mencapai
cut off level yang disyaratkan dengan memperhatikan panjang
stek tulangan untuk penyambungan dengan pile cap /poer.
b. Segera setelah pekerjaan selesai, Kontraktor harus membuat as
built drawing dari letak tiang bor untuk dibanding kan dengan
letak tiang bor rencana.
13
BAB V
PEKERJAAN BETON
Pasal 1 Umum
1.1. Persyaratan-persyaratan kontruksi beton, istilah teknik dan syarat-
syarat pelaksanaan beton secara umum menjadi kesatuan dalam
bagian buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam
persyatan teknis ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai
dengan standard di bawah ini :
• Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971 NI-2).
• Standart Beton Indonesia 1991.
• Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung Tahun 1983.
• American Society of Testing Materials (ASTM)
• Standart Beton Prategang/Pracetak Indonesia (jika diperlukan).
Bilamana ada ketidaksesuaian antara peraturan-peraturan tersebut di
atas maka peraturan- peraturan Indonesia yang menentukan.
1.2. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan
kesesuaian yang tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar
rencana, dan instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh Supervisi.
Semua pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan harus dibongkar
dan diganti atas biaya Kontraktor sendiri.
1.3. Semua material harus dalam keadaan baru dengan kualitas yang
terbaik sesuai persyaratan dan disetujui oleh Supervisi, dan Supervisi
berhak untuk meminta diadakan pengujian bahan-bahan tersebut dan
Kontraktor bertanggung jawab atas segala biayanya. Semua material
yang tidak disetujui oleh Supervisi dalam waktu 2 x 24 jam harus
dikeluarkan dari Proyek.
Pasal 3 Material
3.1. Semen
a. Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement
sesuai dengan persyaratan standar Indonesia NI-8/1964, SII
0013-81 atau ASTM C-150 dan produksi dari satu merk.
b. Kontraktor harus mengirimkan surat pernyataan pabrik yang
menyebutkan type, kualitas dari semen yang digunakan dan
14
“Manufacturer’s Test Certificate” yang menyatakan memenuhi
persyaratan tersebut diatas.
c. Kontraktor harus menempatkan semen tersebut dalam gudang
yang baik untuk mencegah terjadinya kerusakan. Semen yang
menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena
air/lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus segera
dikeluarkan dari proyek.
d. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
3.2. Agregat Kasar
a. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan
spesifikasi sesuai menurut ASTM C-33 dan mempunyai ukuran
terbesar 2,5 cm.
b. Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk kubus. Bila ada
butir yang pipih maka jumlahnya tidak melebihi 20% dari
volume dan tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi
50% kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles Abration
(LAA),
c. Bahan harus bersih dari zat-zat organik. zat-zat reaktif alkali atau
substansi yang merusak beton dan mempunyai gradasi sebagai
berikut:
15
3.4. Air
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung
minyak atau garam serta zat - zat yang dapat merusak beton atau baja
tulangan.
16
Pasal 4 Mutu Beton
4.1. Mutu beton untuk konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan
kekuatan tekan karakteristik K-300 untuk sloof pile cap, kolom,
balok dan plat lantai dan K-225 untuk mutu beton pekeraan
tangga.
4.2. Slump (Kekentalan Beton) untuk jenis konstruksi berdasarkan
pengujian dengan standar ASTM C-143 adalah sebagai berikut:
17
6.3. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (Batch
Mixer atau Portable Continous Mixer). Mesin pengaduk harus:
benar-benar kosong sebelum menerima bahan- bahan dari adukan
selanjutnya dan harus dicuci bila tidak digunakan lebih dari 30
menit.
6.4. Bahan bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama
1,5 menit sesudah semua bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan
harus ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m3 dan
Supervisi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika
ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal unluk
mendapatkan adukan dengan kekentalan dan warna yang
merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam
komposisi dan konsistensi dalam setiap adukan.
6.5. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang
ditentukan. Air harus dituang terlebih dahulu untuk. Selanjutnya
ditambahkan selama pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan
pengadukan yang bertebihan yang membutuhkan penambahan air
untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.
6.6. Kontraktor diperbolehkan menempatkan satu “Mixing Plant” atau
memperoleh beton dan satu “Ready Mix Plant” asalkan dapat
membuktikan bahwa mutu beton tersebut sesuai dengan semua
ketentuan dalam persyaratan ini. Kontraktor harus menyerahkan
spesifikasi beton ready mix yang akan digunakan sesua dengan mutu
beton yang diinginkan, sebelum pekerjaan dimulai.
18
dan harus cukup kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan
tempat atau kelongsoran dari penyangga.
8.2. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada
lekukan, lubang- lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada
cetakan diusahakan lurus dan rata dalam arah horisontal maupun
vertikal.
8.3. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga
dapat memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya
“overstress” atau perpindahan tempat pada beberapa bagian
konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup
kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban-beban yang
ada diatasnya.
8.4. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan
kebenaran letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan
dan pengembangan pada a\saat beton dituang.
8.5. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan
diberi “Mould release agent" untuk mencegah lekatnya beton pada
cetakan. Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak
dengan baja tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton
dengan tulangan.
8.6. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari
Supervisi, atau jika umur beton telah melampui waktu sebagai
berikut :
- Bagian sisi balok : 48 jam
- Balok tanpa beban konstruksi : 7 hari
- Balok dengan beban konstruksi : 21 hari
- Pelat lantai /atap /tangga : 21 hari
8.7. Dengan persetujuan Supervisi, cetakan dapat dibongkar lebih awal
apabila hasil pengujian dari benda uji yang mempunyai kondisi sama
dengan beton sebenarnya, telah mencapai 75% dari kekurangan
beton pada umur 28 hari. segala ijin yang yang diberikan oleh
Supervisi, tidak mengurangi atau membebaskan tanggung jawab
Kontraktor terhadap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran
cetakan.
8.8. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hatihati sehingga
tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi
bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Kontraktor
wajib mengadakan perbaikan atau pembentukan terjadi.
8.9. Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada
bagian-bagian konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan
harus dicabut dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.
19
jam atau tidak terjadi perbedaan pengikatan yang mencolok anatara
beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.
9.2. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu
yang ditentukan, maka harus dipakai bahan penghambat pengikatan
(retarder) dengan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.
9.3. Kontraktor harus memberitahu Supervisi selambat-lambatnya 2 (dua)
hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk
melaksanakan pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan cetakan dan pemasangan baja tulangan serta bukti bahwa
Kontraktor akan dapat melaksanakan pengecoran tanpa tanpa
gangguan.
9.4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampur air
pada semen dan agregat telah melalui 1,5 jam dan waktu Ini dapat
berukuran, bila Konsultan Pengawas menganggap perlu berdasarkan
kondisi tertentu.
9.5. Pengecoran harus dilakukan sedemiklan rupa untuk menghindarkan
terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letak
tulangan. Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang,
pipa, chute dan sebagainya harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas dan alat-alat tersebut harus selalu bersih dan bebas dari
sisa-sisa beton pengeras.
9.6. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih
dari 1,5 meter. Bila memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang
terisi penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan
yang baru dituang.
9.7. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah
mengalami “initiual set” atau yang telah mengeras dalam batas
dimana beton akan menjadi plastis karena getaran.
9.8. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh
tanah harus diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya
tulangan dengan baik dan mencegah penyerapan air semen oleh
tanah.
9.9. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton sudah
menjadi keras dan tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus
dibersihkan dari lapisan air semen dan partikel-partikel yang terlepas
sampai suatu kedalaman yang cukup, sehingga didapat beton yang
padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran, adukan yang lekat
dengan tulangan dan cetakan harus dibersihkan.
9.10. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila
diperkirakan pengecoran dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan
pada siang hari, maka sebaiknya tidak dilaksanakan, kecuali atas
persetujuan Supervisi dapat dilaksanakan pada malam hari dengan
sistem penerangan sudah disiapkan dan memenuhi syarat.
20
Pasal 10 Pemadatan Beton
10.1. Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna
pengangkutan dan penuangan beton dengan kekentalan secukupnya
agar didapat beton yang cukup padat tanpa perlu penggetaran yang
berlebihan.
10.2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan
“Mechanical Vibrato” dan dioperasikan oleh seorang yang
berpengalaman. Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak
mengakibatkan “over vibration” dan tidak diperkenankan
melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan beton.
10.3. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan
alat penggetar yang mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin
pengisian beton dan pemadatan yang baik. Alat penggetar tidak
boleh menyentuh tulangan-tulangan, terutama pada tulangan yang
telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras.
21
12.3. Selimut beton harus mempunyai ketetapan sebagai berikut:
a. Beton tanpa cetakan, berhubungan langsung dengan tanah 40
mm
b. Beton dengan cetakan berhubungan langsung dengan tanah 50
mm
c. Balok dan kolom tidak berhubungan langsung dengan tanah 40
mm
22
Pasal 16 Pengujian beton
16.1. Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan dalam
PBI NI-2 1971 dalam minimum memenuhi persyaratan seperti
tersebut dalam ayat berikut.
16.2. Untuk setiap jenis beton harus dibuat suatu pengujian, yang
dikerjakan dalam satu hari dengan volume sampai dengan volume
sampai dengan jumlah 5 m3.
16.3. Untuk satu pengujian dibutuhkan 5 (lima) buah benda uji
berbentuk kubus ukuran silinder. Satu benda uji akan diuji pada
umur 7 (tujuh) hari dan hasilnya segera dilaporkan kepada
Supervisi, sedang 3 (tiga) benda uji lainnya akan diuji pada umur
28 hari. Hasil pengujian adalah hasil rata-rata dari ketiga
spesimen tersebut. Batas kekuatan beton rata-rata harus sama atau
lebih dari kekuatan karakteristik Mutu Beton K-300 untuk beton
sloof pile cap, kolom, balok dan plat lantai dan K-225 untuk mutu
beton pekeraan tangga.
16.4. tidak boleh ada satu benda uji yang hasil pengujian kurang dari
kekuatan beton karakteristik tersebut.
16.5. Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi yang
ditinggal dilapangan, dibiarkan mengalami proses perawatan yang
sama dengan keadaan sebenarnya.
Pasal 17 Suhu
17.1. Suhu beton pada waktu dicor tidak boleh melebihi 32° C. Bila suhu
yang ditaruh berada di antara 27° dan 32° C.
17.2. Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang dapat
mengakibatkan suhu beton melebihi 32° C, maka Kontraktor harus
mengambil langkah-langkah yang efektif, misalnya mendinginkan
agregat atau melakukan pengecoran pada malam hari.
23
b. Penambahan additive dalam proses pembuatan beton ready
mixed harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat additive
tersebut dan dengan persetujuan dari Supervisi. Bilamana
diperlukan dua atau lebih jenis bahan additive, maka
pelaksanaannya harus dikerjakan secara terpisah. Dalam
pelaksanaannya harus sesuai dengan ACI 212.2R-71 dan ACI
212.1R-63.
c. Setelah temperatur di dalam beton mencapai maksimum, maka
permukaan beton harus ditutupi dengan kanvas atau bahan
penyekat lainnya, untuk mempertahankan panas sedemikian
rupa, sehingga tidak timbul perbedaan panas yang mencolok
antara bagian dalam dan luar atau penurunan temperatur yang
mendadak di bagian dalam beton. Selanjutnya sesudah bahan
penutup tersebut di atas dibuka, permukaan beton tetap harus
dilindungi terhadap pengertian yang mendadak.
Pasal 20 Lain-lain
20.1. Untuk penggunaan beton precast, kontraktor harus mengajukan
mixed design terlebih dahulu kepada Supervisi.
20.2. Setelah mixed design disetujui Supervisi, Kontraktor harus
membuat trial mixed berupa benda uji untuk diuji di laboratorium.
20.3. Beton precast tidak boleh dipasang sebelum Supervisi menyetujui
kuat tekan beton hasil trial mixed.
20.4. Supervisi bertanggung jawab atas ketentuan-ketentuan ini.
24
BAB VI
PEKERJAAN BETON NON STRUKTUR
Pasal 1 Umum
2.2. Lingkup Pekerjaan
a. Menyodiakan (enaga kerja, bahan-bahan, poralatan dan alat- alal
bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyalakan
dalam gambar, dengan hasil yang baik dan sempuma.
b. Pekerjaan ini melipuli beton kolom praktls, belon ring balok
untuk bangunan yang dimaksudkan termasuk pekerjaan besi
beton dan pekerjaan bekisting/acuan, dan semua pekerjaan beton
yang bukan struktur, sesuai yang ditunjukkan di dalam gambar.
2.2. Standard
a. Peraturan-peraturan/standar setempat yang biasa dipakai.
b. Peraturan-peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, NI - 2.
c. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961, NI- 5.
d. Peraturan Semen Portland Indonesia 1972, NI - 8.
e. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
f. Ketentuan-ketentuan Umum untuk pelaksanaan
g. Pemborong Pekerjaan Umum (AV) No. 9 tanggal 28 Mei 1941
dan Tambahan Lembaran Negara No. 1457.
h. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun
tertulis yang diberikan Perencana/MK.
i. Standar Normalisasi Jerman (DIN)
j. American Society for Testing and Material (ASTM)
k. American Concrete Institute (ACI).
25
c. Koral Beton/Split :
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta
mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat PBI
1971. Penyimpanan/Penimbunan pasir koral beton harus
dipisahkan satu dengan yang lain, hingga dapat dijamin kedua
bahan tersebut tidak tercampur untuk mendapatkan perbandingan
adukan beton yang tepat.
d. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak
mengandung minyak, asam, alkali dan bahanbahan organis/bahan
lain yang dapat merusak beton dan harus memenuhi NI-3 pasal
10. Apabila dipandang pertu Konsultan Manajemen Konstruksi
dapat minta kepada Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa
di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya
Kontraktor.
e. Besi Beton
Digunakan mutu U-24, besi harus bersih dari lapisan
minyak/lemak dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih.
Penampang besi bulat serta memenuhi persyaratan (PBI1971).
Bila dipandang perlu Kontraktor diwajibkan untuk memeriksa
mutu besi belon ke laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi
dan sah atas biaya Kontraktor.
f. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan
contoh-contoh material, mlsalnya: besi, koral, pasir PC untuk
mendapatkan persetujuan dari Supervisi.
g. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Supervisi, akan dipakai
sebagai standard/pedoman untuk memeriksa/menerima material
yang dikirlm oleh Kontraktor ke site.
2.2. Syarat-syarat Pengiriman dan Penyimpanan Bahan
a. Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan
utuh dan tidak bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih di
dalam kotak/kemasan aslinya yang masih tersegel dan berlabel
pabriknya.
b. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung dan tertutup,
kering, tidak lembab dan bersih sesuai dengan persyaratan yang
telah ditentukan pabrik.
c. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan
dilindungl sesuai dengan jenisnya.
d. Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan selama
pengiriman dan penyimpanan. Bila ada kerusakan, Kontraktor
wajib mengganti atas beban Kontraktor.
Pasal 3 Pelaksanaan
1.1. MutuBeton
26
Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang adalah fc’
= 15 Mpa dan memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam PBI-
1971.
1.2. Pembesian
3.2.1.Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang
dibengkokan, sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang
(ring), persyaratannya harus sesuai PBI-1971.
3.2.2.Pemasangan dan penggunaan tulangan beton. harus disesuaikan
dengan gambar konstruksi.
3.2.3.Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi
tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran dan harus
bebas dari papan acuan atau lantai kerja dengan memasang
selimut beton sesuai dengan ketentuan dalam PBI 1971.
3.2.4.Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera
dikeluarkan dari lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah
ada perintah tertulis dari Supervisi.
1.3. Cara Pengadukan
1.3.1.Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.
1.3.2.Takaran untuk Semen Portland, pasir dan koral harus disetujui
terlebih dahulu oleh Supervisi.
1.3.3.Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi
dengan jalan memeriksa slump pada setiap campuran bam.
Pengujian slump, minimum 5 cm dan maksimum 10 cm.
1.4. Pengecoran Beton
1.4.1.Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan
dengan membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai
jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian,
pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak.
1.4.2.Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan
Supervisi.
1.4.3.Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan
menggunakan alat penggetar untuk menjamin beton cukup
padat dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti
keropos dan sarang-sarang koral/split yang dapat memperlemah
konstruksi.
1.4.4.Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada
hari berikutnya maka tempat perhentian tersebut harus disetujui
oleh Supervisi.
1.5. Pekerjaan Acuan / Bekisting
1.5.1.Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran
yang telah ditetapkan/yang diperlukan dalam gambar.
1.5.2.Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-
perkuatan, sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah
bentuk dan kedudukannya selama pengecoran dilakukan.
1.5.3.Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas
dari kotoran-kotoran (tahi gergaji), potongan kayu,
27
tanah/lumpur dan sebagainya, sebelum pengecoran dilakukan
dan harus mudah dibongkar tanpa merusak pemiukaan beton.
1.5.4.Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material (besi,
koral/split, pasir dan Semen Portland) kepada Supervisl, untuk
mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilakukan.
1.5.5.Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat
penyimpanan yang aman, sehingga mutu bahan dan mutu
pekerjaan tetap terjamin sesuai persyaratan.
1.5.6.Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan
tidak disepuh seng, diameter kawat lebh besar atau sama
dengan 0,40 mm. Kawat pengikat besi beton/rangka harus
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-2
(PB11971).
1.5.7.Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak
terjadi penguapan cepat. Persiapan perlindungan atas
kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan.
1.5.8.Beton harus dibasahi paling sedikit selama tujuh hari setelah
pengecoran.
1.6. Pekerjaan Pembongkaran Acuan/Bekisting
Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis
dari Supervisi. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan
perubahan apapun pada permukaan beton tanpa persetujuan dari
Supervisi.
1.7. Pengujian Mutu Pekerjaan
1.7.1.Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan
untuk memberikan pada Supervisi “Certificate Test” bahan besi
dari produsen/pabrik.
1.7.2.Bila tidak ada “Certificat Test” maka Kontraktor harus
melakukan pengujian atas besi/kubus di laboratorium yang
akan ditunjuk kemudian.
1.7.3.Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Kontraktor dengan
mengambil benda uji berupa kubus yang ukurannya sesuai
dengan syarat-syarat/ketentuan dalam PBI Th.1971.
Pembuatannya harus disaksikan oleh Supervisi dan diperiksa di
laboratorium konstruki beton yang ditunjuk Supervisi.
1.7.4.Kontraktor diwajibkan membuat “Trial Mix” terlebih dahulu,
sebelum memulai pekerjaan beton.
1.7.5.Hasil pengujian dari laboratorium diserahkan kepada Supervisi
secepatnya.
1.7.6.Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian behan
tersebut, menjadi tanggung jawab Kontraktor.
1.8. Syarat Pengamanan Pekerjaan
1.8.1.Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras
selama 3 x 24 jam setelah pengecoran.
1.8.2.Beton diiindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari
pekerjaan-pekerjaan lain.
28
1.8.3.Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk
memperbaikinya dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan.
Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
1.8.4.Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus
selalu dibasahi dengan air terus menerus selama 1 (satu)
minggu atau lebih (sesuai ketentuan dalam PBI Th.1971).
29
BAB VII
PEKERJAAN BAJA
Pasal 1 Umum
1.1. Pekerjaan Struktur Baja ialah bagian-bagian yang dalam gambar
rencana dinyatakan sebagai struktur baja, juga bagian-bagian yang
menurut sifatnya memakai baja, seperti kolom, balok, rangka atap,
rangka dinding dan lain-lain.
1.2. Untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut Pelaksana Pekerjaan harus
membuat gambar kerja (shop drawing) dari pekerjaan baja gambar
kerja meliputi detail-detail pemasangan, pemotongan,
penyambungan, lubang baut, las, pengaku, ukuran-ukuran dan lain-
lain yang secara teknis diperlukan, terutama untuk fabrikasi dan
pemasangan.
1.3. Sub Pelaksana Pekerjaan yang dipakai jika ada harus diketahui dan
disetujui oleh Supervisi.
1.4. Pelaksana Pekerjaan harus melaksanakan pokerjaan baja sesuai
dengan Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983.
Pasal 2 Material
• Baja profil dan pipa sesuai dengan Fe-360 atau BJ-37 menurul
PPBBI atau ASTM A-36, dengan tegangan leleh sebesar 2400
kg/cm2.
• Baut Baja biasa sesuai ASTM A-307
• Baut Baja tegangan tinggi sesuai dengan ASTM A-325 F (High
Strenghl Friction Grip).
• Elektroda las mengikuti AWS E-70XX atau mutu lebih tinggi.
Pasal 3 Pabrikasi
3.1. Umum
3.1.1.Tukang-tukang yang digunakan harus dari tenaga-tenaga ahli pada
bidangnya dan melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan
pelunjuk-petunjuk Konsultan Pengawas dan ketelitian utama
diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh bagian dapat cocok satu
dengan lainnya pada waktu pemasangan.
3.1.2.Konsultan Pengawas mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk
setiap waktu melakukan pemeriksaan pekerjaan. Tidak satu
pekerjaanpun dibongkar atau disiapkan untuk dikirim sebelum
diperiksa dan disetujui.
3.1.3.Setiap pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan gambar rencana
atau spesifikasi ini akan ditolak dan harus segera diperbaiki.
3.1.4.Pelaksana Pekerjaan pabrikasi harus menyediakan atas biaya sendiri
semua pekerjaan, alat-alat perancah dan sebagainya yang diperlukan
dalam hubungan pemeriksaan pekerjaan.
3.1.5.Pelaksana Pekerjaan pabrikasi harus memperkenalkan Pelaksana
Pekerjaan Montase untuk sewaktu-waktu memeriksa pekerjaan dan
30
untuk mendapatkan keterangan mengenai cara-cara dan Iain-lain
yang berhubungan dengan waktu pemasangan di tempat pekerjaan.
3.1.6.Pelaksana Pekerjaan Montase tidak mempunyai wewenang untuk
memberikan instruksi-instruksi mengenai cara penyelenggaraan
pabrikasi.
3.2. Pola Pengukuran
Pola (mal) pengukuran dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan
untuk menjamin ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh Pelaksana
Pekerjaan Pabrikasi. Semua pengukuran harus dilakukan dengan
menggunakan pita-pita baja yang telah disetujui. ukuran-ukuran dari
pekerjaan baja yang tertera pada gambar rencana dianggap ukuran
pada 25o C.
3.2.1.Meluruskan
Sebelum pekerjaan lain dilakukan pada pelat, maka semua pelat
harus diperiksa kerataannya, semua batang-batang diperiksa
kelurusannya, harus bebas dari puntiran, bila perlu harus diperbaikl
sehingga bila pelat-pelat disusun akan terlihat rapat seluruhnya.
3.2.2.Pemotongan
a. Pekerjaan baja dapat dipotong dengan menggunting, menggergaji
atau dengan las pemotong,
b. Permukaan yang diperoleh dari hasil pemotongan harus
diselesaikan siku terhadap bidang yang dipotong, tepat dan rata
menurut ukuran yang diperlukan.
3.2.3.Pekerjaan Mesin Perkakas dan Gerinda yang diperkenankan
Apabila pelat digunting, digergaji atau dipotong dengan las
pemotongan, maka pada pemotongan diperkenankan terbuangnya
metal sebanyak-banyaknya 3 mm, pada pelat setebal 6 mm pada
pelat yang tebalnya lebih besar dari 12 mm.
3.2.4.Memotong dengan Las Pemotong
a. Las pemotongan digerakkan secara mekanis dan diarahkan
dengan sebuah mal serta bergerak dengan kecepatan tetap.
b. Pinggir yang dihasilkan oleh las pemotong harus bersih serta
lurus dan untuk menghaluskan tepi yang dipotong itu harus
digunakan gerinda.
c. Gerinda bergerak searah dengan arah las pemotong, tepi harus
diselesaikan sedemikian sehingga bebas dari seluruh bekas
kotoran besi.
3.2.5.Pekerjaan Las & Pengawasan Pekerjaan Las
a. Pekerjaan las harus dikerjakan oleh tukang las, di bawah
Pengawasan langsung seorang yang menurut anggapan Supervisi
mempunyai training dan pengalaman yang sesuai untuk
penyelenggaraan pekerjaan semacam itu.
b. Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan kepada Supervisi untuk
mendapatkan persetujuan, maka cara itu tidak akan diubah tanpa
persetujuan lebih lanjut.
31
c. Detail-detail khusus menyangkut cara persiapan sambungan, cara
pengelasan jenis dan ukuran serta kekuatan arus listrik untuk las
tersebut harus diajukan kontraktor untuk mendapatkan
persetujuan Supervisi terlebih dahulu sebelum pekerjaan las
listrik dapat dilakukan.
d. Ukuran elektroda, arus dan tegangan listrik, dan kecepatan busur
listrik, yang digunakan pada listrik, harus seperti yang
dinyatakan oleh pabrik las listrik tersebut dan tidak akan dibuat
penyimpangan tanpa persetujuan tertulis dari Supervisi.
e. Pelat-pelat yang akan di las harus bebas dari kotoran-kotoran
besi, minyak, cat karet atau lapisan lain yang dapat
mempengaruhi mutu las.
f. Las dengan retak susut, retak pada bahan dasar, berlubang dan
kurang tepat letaknya harus disingkirkan.
3.2.6.Mengebor
a. Semua lubang harus di bor untuk seturuh tebal dari material. Bila
memungkinkan, maka semua pelat, potongan-potongan dan
sebagainya harus dijepit bersama-sama untuk membuat lubang
dan di bor menembus seluruh tebal sekaligus.
b. Bila menggunakan baut pas pada salah satu lubang maka lubang
ini di bor lebih kecil dan kemudian baru diperbesar untuk
mencapai ukuran sebenamya.
c. Cara lain ialah bahwa batang-batang dapat dilubangi tersendiri
dengan menggunakan mal. Setelah mengebor, seluruh kotoran
besi harus disingkirkan dan pelat-pelat dan sebagainya dapat
dilepas bila perlu.
d. Diameter lubang untuk baut, kecuali baut pas, adalah 1.50 mm
lebih besar dari pada diameter yang tertera pada gambar rencana.
e. Diameter lubang-lubang untuk baut pas harus dalam toleransi
yang diberikan.
f. Dalam hal ini menggunakan pas lubang yang tidak di bor
menembus sekaligus seluruh tebal eleman-elemennya, maka
lubang dapat di bor dengan ukuran yang lebih kecil dahulu dan
kemudian pada saat montase percobaan.
3.2.7.Memberi Tanda untuk Pemasangan Akhir
a. Setelah montase percobaan serta setelah mendapat persetujuan
Supervisi, tetapi belum dilepas, setiap bagian harus diberi tanda
yang jelas (dengan pahatan dan cat). Cat dari warna yang berbeda
digunakan untuk membedakan baqian-baqian yang sama.
b. Dua copy dari gambar rencana yang menyatakan dengan tepat,
tanda-tanda itu, oleh Pelaksana Pekerjaan Pabrikasi diberikan
dengan cuma-cuma kepada Supervisi dan Pelaksana pekerjaan
Montase dari bangunan itu, pada saat pengiriman-pengiriman
pekerjaan baja itu.
3.2.8.Pengecatan di Bengkel
32
a. Setelah dibongkar, sebagai kelanjutan berhasil baiknya montase
percobaan, maka permukaan dari seluruh pekerjaan baja, kecuali
pada bagian yang dikerjakan dengan mesin perkakas dan pada
perletakan, harus dibersihkan seluruhnya sehingga menjadi
logam yang bersih dengan menggunakan penyemprot pasir (sand
blasting) atau dengan cara lain yang disetujui.
b. Setelah semua permukaan dalam keadaan bersih dan kering, atau
bahan-bahan dasar dengan satu lapisan menie, atau bahan-bahan
pelindung lainnya kalau disyaratkan khusus untuk pekerjaan
tersebut.
4.3. Pengecatan
4.3.1.Cat dapat digunakan dengan kwas tangan yang disetujui atau dengan
cara yang - disyaratkan oleh Supervisi.
4.3.2.Pengecatan tidak dapat dilakukan pada cuaca berkabut, lembab atau
berdebu atau pada cuaca yang lain yang jelek, kecuali diusahakan
tindakan-tindakan seperlunya yang sesuai dengan pendapat
Supervisi/Pengawas, untuk melawan pengaruh-pengaruh cuaca
tersebut terhadap pekerjaan.
33
4.3.3.Permukaan yang akan dicat harus kering dan tak berdebu. Lapisan
berikutnya tidak diberikan sebelum lapisan cat terdahulu telah kering
betul. Lapisan penutup diberikan diatas cat dasar dalam tempo
kurang lebih enam bulan tetapi tidak boleh lebih cepat dari 48 jam
setelah pengecatan dasar. Bila terjadi demikian maka permukaan
baja periu dibersihkan kembali atau dicat dasar lagi seperti diuraikan
diatas.
4.3.4.Cat (termasuk penyemprotan bila diperintahkan oleh Supervisi harus
disapu dengan kuat pada permukaan baja, baut-baut pada setiap
sudut-sudut, sambungan pelat, lekuk-lekuk dan sebagainya,
kemudian diratakan dengan baik.
4.3.5.Setiap bagian yang dapat menampung air, atau dapat dirembesi air,
diisi dengan cat yang tebal, atau bila diperintahkan oleh Supervisi,
dengan menggunakan semen kedap air atau bahan lain yang disetujui
sebelum penyelesaian cat dasar.
4.3.6. Setiap lapisan yang telah selesai harus tampak sama dan rata.
Pemakaian cat yang rata ialah 12.5 m2 per liter untuk setiap lapisan.
34
BAB VIII
PEKERJAAN BEKISTING DAN PERANCAH LUAR
35
1.3.4.Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah
persiapan yang perlu, sehingga pada akhir pekerjaan beton,
permukaan dan bentuk konstruksinya adalah sesuai dengan
kedudukan (peil) dan bentuk yang tertera pada gambar.
1.3.5.Semua bekisting tersebut harus dirakit ke dalam bentuk, ukuran
garis-garis dan dimensi yang tertera dan yang dibutuhkan, untuk
memperoleh kedudukan, ketinggian dan posisi yang tepat.
Konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mudah
dicabut bila tidak dipalu atau dicongkel. Bekisting harus dibuat
cukup rapat agar adukan tidak lolos pada saat pengecoran. Pada
tempat yang tertutup atau sukar dijangkau, pembukaan sementara
harus disediakan untuk membuang benda-benda yang tidak
dinginkan.
1.3.6.Bilamana sebelum atau selama pekerjaan pengecoran, bekisting
menunjukkan tanda-tanda penurunan yang besar, yang menurut
pendapat Supervisi/Pengawas akan menyebabkan kedudukan (peil)
akhir tidak dapat mencapai kedudukan yang semestinya, maka
Konsultan Pengawas berhak untuk memerintahkan dibongkarnya
pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan dan mewajibkan
Kontraktor untuk memperkuat bekisting tersebut sampai dianggap
cukup kuat. Semua biaya yang timbul karenanya menjadi
tanggungjawab dari Kontraktor.
1.4. Pembongkaran Bekisting
1.4.1. Bekisting untuk bagian beton yang mana saja yang tidak memikul
beban struktur dapat dibongkar selelah beton cukup mengeras.
1.4.2.Bekisting untuk bagian struktur dan pekerjaan lainnya yang memikul
beban struktur harus dibiarkan untuk sekurang-kurangnya sampai
beton mencapai kekuatan yang dipersyaratkan seperti yang
disebutkan dibawah ini, atau seperti yang diperintahkan oleh
Konsultan Pengawas.
1.4.3.Bekisting untuk bagian beton yang mana saja yang tidak memikul
berat struktur dapat dibongkar setelah beton cukup mengeras.
1.4.4.Pembongkaran bekisting harus dilaksanakan sedemikian rupa,
sehingga keamanan konstruksi tetap terjamin dan sesuai dengan
ketentuan yang tercantum pada PB11971 NI-2.
PRESENTASE
BAGIAN LAMA
KEKUATAN
STRUKTUR PEMBONGKARAN
RENCANA
Bagian tengah 28 hari 100
balok
Pelat lantai 21 hari 80
Dinding beton 2 hari 25
Kolom beton 4 hari 25
Bekisting tepi 2 hari 25
balok
36
Pasal 2 Pekerjaan perancah luar
2.1. Umum
Pasal ini menguraikan pekerjaan perancah luar yang harus
dilaksanakan pada saat pelaksanaan.
2.2. Persyaratan bahan
Peralatan yang digunakan sebagai perancah luar adalah scaffolding
yang lengkap serta bagian luarnya dipasang jarring-jaring luar.
Scaffolding yang dipakai harus kuat dan lengkap terdiri dari batang-
batang silang beserta perkuatannya. Sedangkan untuk jarring-jaring
luar terbuat dari anyaman tambang plastik atau nylon.
2.3. Pelaksanaan pekerjaan
2.3.1.Perancah luar dipasang pada sekeliling bangunan dengan cara-cara
yang benar sehingga tidak membahayakan pekerja, bangunan yang
dikerjakan maupun keadaan sekelilingnya. Perancah luar harus
dipasang minimal sama dengan bangunan yang dikerjakan dan dicat
dengan warna yang mencolok.
2.3.2.Untuk naik turun gedung selama pelaksanaan berlangsung, pada
perancah luar harus dipasang tangga dilengkapi dengan border
mendatar.
Sedangkan untuk jarring-jaring luar dipasang pada scaffolding secara
kuat, rapih dan tidak kendor. Jaring ini harus tahan terhadap tiupan
angin dan memberi perlindungan serta rasa nyaman bagi yang
bekerja pada dinding luar.
2.3.3.Supervisi.
2.3.4.Bila ada perbedaan dalam hal apapun antar gambar, spesifikasi dan
lainnya, Kontraktor harus segera melaporkan kepada
Supervisi/Konsultan pengawas sebelum pekerjaan dimulai.
2.3.5.Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu tempat
dalam hal ada kelainan/perbedaan di tempat itu, sebelum kelainan
tersebut diselesaikan.
2.4. Aplikasi
Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli berpengalaman
(ahli dari pihak pemberi garansi pemasangan) dan terlebih dahulu
harus mengajukan “metode pelaksanaan” sesuai dengan spesifikasi
pabrik untuk mendapat persetujuan dari Supervisi/Konsultan
Pengawas. Khusus untuk bahan waterproofing yang dipasang di
tempat yang berhubungan langsung dengan matahari tetapi tidak
mempunyai lapis pelindung terhadap ultra violet atau apabila
diisyaratkan dalam gambar pelaksanaan atau spesifikasi arsitektur,
maka di bagian lapisan atas dari lembar waterproofing ini harus
diberi lapisan pelindung sesuai gambar pelaksanaan, dimana lapisan
ini dapat berupa screed maupun material finishing.
2.5. Pengamanan Pekerjaan
37
2.5.1.Kontraktor wajib mengadakan perlindungan terhadap pemasangan
yang telah dilakukan, terhadap kemungkinan pergeseran, lecet atau
kerusakan lainnya.
2.5.2.Kalau terdapat kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan
Pemilik atau Pemakai pada waktu pekerjaan ini dilakukan
dilaksanakan maka Kontraktor harus memperbaiki/mengganti sampai
dinyatakan dapat diterima oleh Supervisi/Konsultan Pengawas.
Biaya yang timbul untuk pekerjaan ini adalah tanggung jawab
kontraktor.
2.6. Pengujian
Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan-percobaan dengan cara
merendam minimal selama 3 x 24 jam di atas permukaan yang diberi
lapisan kedap air pelaksaan pekerjaan dapat dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari Supervisi.
38
BAB IX
PEKERJAAN STRUKTUR BAJA
Pasal 2 Referensi
Kecuali dinyatakan lain dalam syarat-syarat teknis ini, maka seluruh
persyaratan pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti ketentuan-ketentuan
yang tercantum dalam standar dan peraturan di bawah ini:
- Peraturan Nasional Pembangunan Indonesia.
- Tata Cara Perhitungan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03
1829-2002
- Standart Industri Indonesia (Sll).
- American Society for Testing & Materials (ASTM).
- American Institute of Steel Construction (AISC).
- American Welding Society (AWS).
39
inspeksi ke bengkel setiap saat dan pemborong harus menyediakan
sarana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pemeriksaan.
Pelaksanaan pekerjaan harus menggunakan tenaga/pekerja yang
berpengalaman, ahli dan profesional sesuai dengan bidang
pekerjaannya yang dinyatakan dengan sertifikat dari lembaga
pengujian yang berwenang disertai daftar pengalaman/referensi
pekerjaan yang telah dilaksanakan.
b. Gambar Kerja
b-1 Gambar kerja (shop drawings) sebanyak 3 (tiga) set harus
diserahkan kepada Pengawas/Konsultan MK dan harus secara jelas
menunjukkan:
- Dimensi, layout dalam satuan metrik (mm)
- Type dan lokasi sambungan
- Daftar baut, las secara terinci
- Dimensi bagian-baglan konstruksi, detail, bentuk konstruksl
dan berat unit dan berat keseluruhan
- Metoda atau cara pemasangan
- Hal-hal lain yang dianggap penting
b-2 Walaupun semua gambar telah disetujui oleh Pengawas/Konsultan
MK, hal Ini tidak berarti bahwa tanggungjawab pemborong
menjadi berkurang apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian
dengan keadaan lapangan atau gambar rencana. Tanggungjawab
atas ketepatan ukuran-ukuran selama fabrikasi dan erection tetap
berada pada pemborong.
b-3 Pengukuran dalam skala gambar rencana tidak diperkenankan.
40
dibengkel maupun yang akan dikerjakan di lapangan. Usulan ini
harus diperiksa dan disetujui Pengawas/Konsultan MK sebelum
pekerjaan pengelasan ini dapat dimulai.
c. Pengelasan
1) Pengelasan harus dilaksanakan dengan las busur listrik dan batang
las harus dari bahan yang sama campurannya dengan bahan yang
akan dilas.
2) Pengelasan harus dilakukan oleh tenaga-tenaga ahli yang
berpengalaman dan dengan ketepatan yang tinggi. Pemborong
wajib menyerahkan sertifikat keahlian dari masing-masing tukang
lasnya sesuai dengan peraturan.
3) Pengelasan hanya boleh dilakukan pada tempat-tempat yang
dinyatakan dalam gambar kerja dan rencana kerja & syarat-syarat
ini. Ukuran las yang tercantum dalam gambar adalah ukuran-
ukuran efektif.
4) Setelah pengelasan selesai, maka sisa-sisa kerak las harus
dibersihkan dengan baik.
d. Pengecatan
1) Pengecatan seluruh pekerjaan sesuai dengan NI 3 dan NI 4 atau
sesuai dengan spesifikasi dan anjuran dari pabrik.
2) Cat merupakan produksi dari pabrik terkenal antara lain ICI,
Nippon Paint atau setarap.
3) Cat yang akan dipergunakan harus berada dalam kaleng yang
masih disegel, tidak pecah dan bocor serta mendapat persetujuan
pengawas. Seluruh permukaan harus dibersihkan dengan sikat baja
untuk menghilangkan karat, sisa-sisa serpihan las sebelum dimulai
pengecatan.
e. Cat logam
1) Permukaan yang akan dicat harus dibebaskan dari kotoran-kotoran.
Karet-karet dan sebagainya dengan amplas. Bila perlu dengan sikat
kawat tetapi harus dijaga jangan sampai merusak
lapisan/permukaan penutup logam yang bersangkutan.
2) Untuk menghilangkan gemuk, minyak dan semacamnya dlgunakan
bahan solvent.
f. Baja
• Primer (meni) : menie satu lapis.
• Cat dasar : Cat dasar satu lapis.
• Cat akhir : Cat mengkhilap/gloss dua lapis.
g. Seng/baja galvanies
• Primer : Zink Chromate satu lapis.
• Cat dasar : Epolux Zink Chromate satu lapis.
• Cat akhir : Cat mengkhilap/gloss dua lapis.
41
BAB X
LAIN-LAIN
52
Pasal 4 Tanggung jawab Kontraktor terhadap lingkungan sekitar
proyek
4.1. Sebelum melaksanakan kegiatan pemncangan tiang pancang,
Kontraktor dianjurkan mendata tertebih dahulu kondisi bangunan
dilingkungan sekitarnya.
4.2. Dalam melaksanakan pemancangan tiang pancang Kontraktor harus
melakukannya secara berhati-hati agar tidak merusak bangunan,
pagar atau bagian lainnya disekitar proyek.
4.3. Segala kerusakan yang timbul akibat pekerjaan pemancangan serta
claim lainnya dari penduduk disekitar proyek menjadi resiko
Kontraktor dan Kontraktor berkewajiban menyelesaikannya secara
luntas.
4.4. Selama pelaksanaan Kontraktor berkewajiban menjaga kebersihan
jalan, saluran disekitar proyek dan untuk itu Kontraktor harus
membuat tempat pencucian truk dilokasi pekerjaan.
53
biaya-biayanya. Perbaikannya harus mendapat persetujuan
Supervisi/Pengawas. Toleransi ini diberikan atas pekerjaan yang
bertalian dengan setting out, garis as bangunan, kedataran atau
ketinggian, ketegakkan, ukuran dan tebal dan suatu ketinggian
struktur dan Iain-lain.
8.2. Kedudukan suatu bagian dari bidang bangunan yang ditunjukkan
pada gambar adalah 6 mm per 3 meter panjang bidang bangunan
dengan maksimum 25 mm. Lepas dari ketentuan diatas, bidang
bangunan tidak boleh melampui garis batas pemilikan dan garis
bangunan (sempadan).
8.3. Toleransi
Ketegaklurusan :
Penyimpangan dari bidang tembok clan kolom terhadap garis
vertikal tidak melampui 6 mm per meter dengan maksimum 13 mm.
Kedataran:
Tinggi 3 meter dari lantai, penyimpangannya -6 mm.
Tinggi 6 meter dari lantai, penyimpangannya -13 mm.
Tinggi > 12meter dari lantai, penyimpangannya -13 mm.
Penampang:
Penyimpangan maksimum terhadap dimensi penampang nominal
dari kolom balok, pelat dan lan-lain adalah:
- Dimensi < 15 cm, penyimpangannya = + 10 mm - 13 mm
- Dimensl > 15 cm, penyimpangannya = + 13 mm - 6 mm
Lubang (opening):
Penyimpangan maksimum terhadap ukuran nominal dan lokasinya
pada lantai dan dinding : 6 mm.
54
BAGIAN D
PEKERJAAN DINDING
BAB. I.
PEKERJAAN DINDING BATA RINGAN
1
pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan
bata sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain.
3.11. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah 2 melebihi dari 5
% yang patah atau lebih dari 2 bagian tidak boleh digunakan.
3.12. Pasangan Bata Ringan untuk dinding ½ bata harus menghasilkan dinding
finish setebal 15 cm dan untuk dinding 1 bata finish adalah 25 cm,
pelaksanaan harus cermat, rapi, dan benar-benar tegak lurus.
3.13. Dinding bata yang baru dipasang harus dibasahi dengan air terus-menerus
selama paling sedikit 7 hari dan tidak diperkenankan terkena sinar
matahari langsung.
3.14. Antara sambungan dinding dengan kolom, pondasl dan balok harus
dipasang angkur besi beton dengan diameter 8 mm panjang 50 cm dan
beton yang berhubungan langsung dengan dinding bata harus diketrik
atau dikasarkan dulu agar pasangan tembok dapat merekat dengan baik.
3.15. Siar-siar pasangan bata harus dikerok dan dibersihkan sebelum spesi
menjadl kering sehingga membentuk lekukan agar plesteran dapat
merekat dengan baik.
2
BAB II.
PEKERJAAN PLESTERAN
Pasal 1 Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Termasuk dalam pekerjaan plester dinding ini adalah penyediaan
tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat
angkut yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran,
sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.
b. Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding
bagian dalam dan luar serta seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.
3
plesteran finishing harus ditambah dengan addivite plamix dengan
dosis 200-250 gram plamix untuk setiap 40 Kg semen.
e. Semua jenis aduk perekat tersebut di atas harus disiapkan sedemikian
rupa sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum mengering,
Diusahakan agar jarak waktu pencampuran aduk perekat tersebut
dengan pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama untuk
adukan kedap air.
3.5. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai
pemasangan instalasi pipa listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan.
3.6. Untuk beton sebelum diplester permukaannya harus dibersihkan dari sisa-
sisa bekisting dan kemudian diketrek (scrath) terlebih dahulu dan semua
lubang-lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup aduk
plester.
3.7. Untuk bidang pasangan dinding Bata Ringan dan beton bertulang yang
akan difinish dengan cat dipakai plesteran halus (acian di atas permukaan
plesterannya).
3.8. Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diberapen dengan memakai
spesi kedap air.
3.9. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada permukaannya
diberi alur-alur garis horizontal atau diketrek (scrath) untuk memberi
ikatan yang lebih baik terhadap bahan finishingnya, kecuali untuk
menerima cat.
3.10. Pasang kepala plesteran dibuat pada jarak 1 M, dipasang tegak dan
menggunakan keeping-keping plywood setebal 9 mm untuk patokan
kerataan bidang.
3.11. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom
yang dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta
gambar. Tebal plesteran maksimum 2,5cm, jika ketebalan melebihi 2,5cm
harus diberi kawat ayam untuk membantu dan memperkuat daya lekat
dari plesterannya pada bagian pekerjaan yang diizinkan
Perencana/SUPERVISI.
3.12. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu
dalam satu bidang datar, harus diberi nat (tali air) dengan ukuran lebar 0.7
cm dalamnya 0.5 cm, kecuali bila ada petunjuk lain di dalam gambar.
3.13. Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau
cembung bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika
melebihi, Kontraktor berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas
tanggungan Kontraktor.
3.14. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
wajar tidak terlalu tiba-tiba, dengan membahasi permukaan plesteran
setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari
langsung dengan bahan-bahan penutup yang bisa mencegah penguapan
air secara cepat.
3.15. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik,
plesteran harus dibongkar Kembali dan diperbaiki sampai sampai
dinyatakan dapat diterima oleh Perencana/SUPERVISI dengan biaya atas
tanggungan Kontraktor.
3.16. Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai Kontraktor harus selalu
menyiram dengan air, sampai jenuh sekurang-kurang 2 kali setiap hari.
3.17. Selama pemasangan dinding Bata Ringan/beton bertulang belum finish,
Kontraktor wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-
kerusakan dan pengotoran bahan lain. Setiap kerusakan yang terjadi
menjadi tanggung jawab Kontraktor dan wajib diperbaiki.
4
3.18. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum
plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu.
5
BAB. III
PEKERJAAN DINDING KERAMIK
Pasal 1 Umum
1.1. Meliputi pekerjaan penyedian, pengiriman dan pemasangan semua bahan
yang dilaksanakan oleh Kontraktor sebagaimana dalam gambar atau yang
dipersyaratkan dalam dokumen kontrak.
1.2. Pekerjaan dinding keramik ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/
ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi Lapangan/
Konsultan Pengawas.
Pasal 3 Pelaksanaan
3.1. Pada permukaan plesteran dinding/beton yang ada, keramik dapat
langsung diletakkan, dengan menggunakan adukan 1 pc : 4 ps atau dapat
juga menggunakan perekat keramik, diaduk baik air 1,5 liter tiap 5 kg
bahan perekat, pemakaian perekat menggunakan trowel bergigi dengan
tebal adukan + 3 mm.
3.2. Keramik yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, warna,
motif tiap keramik harus sama tidak boleh retak, gompal atau cacat
lainnya.
3.3. Pemotongan keramik harus menggunakan alat potong khusus, sesuai
dengan petunjuk pabrik.
3.4. Sebelum keramik dipasang, keramik terlebih dahulu harus direndam air
sampai jenuh.
3.5. Pola keramik harus memperhatikan ukuran/letak dan semua peralatan
yang akan terpasang di dinding : Exhaust Fan, Panel, Stop Kontak, Lemari
Gantung dan lain-lain sebagaimana yang tertera didalam gambar.
3.6. Ketinggian peil tepi keramik disesuaikan dengan gambar.
3.7. Awal pemasangan keramik pada dinding dan kemana sisa ukuran harus
ditentukan serta harus dibicarakan terlebih dahulu dengan Direksi
Lapangan/Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan pemasangan dimulai.
6
3.8. Bidang dinding keramik harus benar-benar rata, garis-garis siar harus
benar-benar lurus. Siar arah horizontal pada dinding yang berbeda
ketinggian peil lantainya harus merupakan satu garis lurus.
3.9. Keramik harus disusun menurut garis-garis lurus dengan siar sebesar 4-5
mm setiap perpotongan siar harus membentuk dua garis tegak lurus. Siar-
siar keramik diisi dengan bahan pengisi siar sehingga membentuk
setengah lingkaran seperti yang disebutkan dalam persyaratan bahan dan
warnanya akan ditentukan kemudian.
3.10. Bersihkan permukaan keramik segera jika terkotori dengan pekerjaan
grouting dan kotoran lainnya, bersihkan dengan hati-hati, tanpa merusak
permukaan, lindungi keramik selama 14 hari setelah pemasangan.
3.11. Pembersihan permukaan keramik yang sudah terpasang dari sisa-sisa
adukan semen hanya boleh dilakukan dengan menggunakan cairan
pembersih untuk keramik.
3.12. Nat-nat pada pemasangan keramik harus diisi dengan bahan komponen
semen mortar siap pakai (tile grout) yang dicampur air diisikan ke nat
keramik dan diratakan dengan busa (spons).
3.13. Pemasangan keramik pada dinding kamar mandi atau lokasi lain yang
disyaratkan harus memakai waterproofing dilakukan setelah hasil tes
waterproofing disetujui Supervisi.
7
BAB. IV
PEKERJAAN LANTAI
Pasal 1 Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan:
a. Plesteran kasar untuk dasar pasangan ubin keramik lantai.
b. Pasangan ubin keramik untuk lantai pada area-area, sesuaikan dengan
yang ditunjukkan pada gambar.
c. Pemasangan Vynyl Sheet
d. Pekerjaan Epoxy
e. Tile Grout untuk pengisi nut nut keramik / joint filler.
f. Pasangan ubin keramik untuk tangga.
1.2. Pekerjaan yang berhubungan:
a. Pekerjaan Pasang bata.
b. Pekerjaan screed lantai.
c. Pekerjaan Waterproofing (pada area basah).
1.3. Standard
a. PUBI : Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia -1982 (NI-3)
b. ANSI : American National Standard Institute
c. TCA : Tile Council of America, USA
1) TCA 137.1 - Recommended Standard Spesifikation for
Ceramic Tile
1.4. Persetujuan
1.4.1. Contoh bahan
Guna persetujuan Direksi/Perencana, Kontraktor harus
menyerahkan contoh-contoh semua bahan yang akan dipakai,
keramik, bahan-bahan additive untuk adukan, dan bahan untuk tile
grouts.
1.4.2. Mock-up/contoh pemasangan
Sebelum muiai pemasangan, kontraktor harus membuat contoh
pemasangan yang memperlihatkan dengan jelas pola pemasangan,
warna dan groutingnya.
Mock-up yang telah disetujui akan dijadikan standard minimal
untuk pemasangan keramik.
1.4.3. Brosur
Untuk keperiuan Direksi/Perencana, Kontraktor harus
menyediakan brosur bahan guna pemilihan jenis bahan yang akan
dipakai.
1.5. Kondisi Lingkungan
Suhu dan ventilasi ruang dimana keramik akan dipasang harus dijaga agar
sesuai dengan rekomendasi pabrik sehingga tidak mempengaruhi rekatan
keramik.
Pasal 2 Bahan/Produk
2.1. Keramik Lantai Kamar Mandi
Kualitas I ukuran: 30 x 30 cm tekstur
2.2. Area Teras dan Area Umum Banguan Pendaftaran dan Bangunan Tengah:
Kualitas I, Homogeneous Tile 60 x 60 cm matt Tile Adhesive berbahan
dasar semen, filler, aditif dan pasir silica yang dikemas kualitas baik
sebagai pelekat keramik pada lantai atau menggunakan adukan 1 pc : 4
ps.
2.3. Step Tile ukuran 30x120 (nosing sudah menyatu di keramik)
8
2.4. Area Lobby, Ruang Tunggu, Ruang Koordinator :
Vinyl Sheet tebal 3 mm
2.5. Pekerjaan Epoxy Lantai Warna Abu-abu 1.000 mikron
2.6. Tile grout sebagai pengisi celah-celah / nat antar keramik, memakai merk
berkualitas baik. Warna disesuaikan dengan warna keramik.
Pasal 3 Pemasangan
3.1. Umum
a. Sebelum pekerjaan dimulai, lebih dahulu harus dipelajari dengan
seksama lokasi pemasangan keramik, kualitas, bentuk dan ukuran
ubinnya dan kondisi pekerjaan setelah studi di atas dilaksanakan,
tentukan metoda persiapan permukaan pemasangan ubin, joints dan
curing, untuk diusulkan kepada Direksi Lapangan.
b. Pemborong harus menyiapkan “tiling manual”, yang berisi uraian
tentang bahan, cara instalasi, sistim pengawasan, perbaikan/ koreksi,
perlindungan, testing dan Iain-lain untuk diperiksa dan disetujui
Direksi Lapangan.
c. Sebelum instalasi dimulai, siapkan lay out nat-nat, hubungan dengan
finishing lain dan dimensi-dimensi joint, guna persetujuan
Direksi/Perencana.
d. Pemilihan Tile
Tile yang masuk ke tapak harus diseleksi, agar berkesesuaian dengan
ukuran, bentuk dan warna yang telah ditentukan.
e. Pemotongan Tile
Ujung potongan tile harus dipoles dengan gurinda atau batu
3.2. Level.
a. Kecuali ditentukan lain pada spesifikasi ini atau pada gambar, level
yang tercantum pada gambar adalah level finish lantai karenanya
screeding dasar harus diatur hingga memungkinkan pada tiles dengan
ketebalan yang berbeda permukaan finishnya terpasang rata.
b. Lantai harus benar-benar terpasang rata; baik yang ditentukan datar
maupun yang ditentukan mempunyai kemiringan.
c. Lantai yang ditentukan mempunyai kemiringan, kemiringan tidak
boleh kurang dari 25 mm pada jarak 10 m untuk area toilet. Sedangkan
untuk area lain, tidak boleh kurang dari 12 mm pada jarak 10 m.
Kemiringan harus lurus hingga air bisa mengalir semua tanpa
meninggalkan genangan.
d. Jika ketebalan screed tidak memungkinkan untuk mendapatkan
kemiringan yang ditentukan, kontraktor harus segera melaporkan
kepada Direksi untuk mendapatkan jalan keluarnya.
9
d. Penyimpangan kerataan permukaan beton tidak boleh lebih dari 5 mm
untuk jarak 2 mm, pada semua arah, Tonjolan harus dibuang (Chip
off) tekukan kedalaman diisi dengan mortar (1:2), sehingga plesteran
dasar (Setting bed) mempunyai ketebalan yang sama.
3.4. Pemasangan ubin keramik dinding di bagian dalam (internal)
a. Sebelum pemasangan dimulai, plesteran dasar dan ubin harus
dibasahi. Pakai benang untuk menentukan lay out ubin, yang telah
ditentukan dan pasang sebaris ubin guna jadi patokan untuk
pemasangan selanjutnya.
b. Kecuali ditentukan lain pemasangan ubin harus dimulai dari bawah
dan dilanjutkan ke bagian atas.
c. Pada pemasangan keramik, tempelkan dibagian belakang keramik
adukan dan ratakan, kemudian ubin yang telah diberi adukan ini
ditekankan ke plesteran dasar. Kemudian permukaan ubin dipukul
perlahan-lahan hingga mortar perekat menutupi penuh bagian
belakang ubin dan sebagian adukan terlekan keluar dari tepi ubin.
d. Tiap hari pemasangan, tidak diperkenankan memasang tile dengan
ketinggian lebih dari ketentuan berikut :
− 1.2 m – 1.5 m, untuk tile tinggi 60 mm,
− 0.7 m – 0.9 m, untuk tile tinggi 90 - 120 mm,
− Max 1.8 m, untuk semi porcelain tile.
e. Jika tile sudah terpasang, mortar yang berada di nat (joint) harus
dibuang/dikeluarkan dengan sikat atau cara lain yang tidak
merusakkan permukaan tile. Mortar yang mengotori permukaan tile
harus dibuang dengan kain lap basah.
f. Pemasangan tile grant (pengisian nat) harus sesuai dengan ketentuan
pabrik.
a. Bidang permukaan lantai harus rata dan kuat, tidak terdapat retak- retak,
tidak ada lubang dan celah-celah, bebas debu, bebas lemak dan minyak.
b. Pekerjaan lapisan vinyl harus rapi dan dilakukan sesuai dengan yang
dipersyaratkan dari pabrik yang bersangkutan sehingga dapat diperoleh
hasil pekerjaan bermutu baik dan dapat tahan lama.
10
c. Pekerjaan lapisan vinyl dilakukan setelah pekerjaan finishing yang lain
seperti plafond, dinding, pekerjaan ME, pengecatan selesai dilaksanakan. .
Tahapan pemasangan vinyl - Sceeding
a. Screeding harus benar-benar kuat dan rata yang di capai dengan membuat
adukan dengan komposisi 1 semen : 4 pasir
b. Leveling
Leveling di laksanakan sebanyak 3 s/d 4 kali (lapis). Antara tahap 1 dan
tahap berikutnya di lakukan sengan arah yang menyilang dan biarkan
sampai kering. Bahan leveling terdiri dari Polymer + semen atau dengan
bahan Self Leveling. Tetapi kalau dengan self leveling dapat di lakukan
antara 1 s/d 2 lapis.
c. Pengamplasan
Pengamplasan dilakukan setelah lapisan terakhir kering, kemudian
dibersihkan dengan cara di Vakum atau dip ell.
d. Pemasangan vinyl
Untuk menjaga hyginitas setiap ada celah/sambungan vinyl harus dilas
dengan bahan dari PVC yang sama.
e. Pemolesan
Setelah vinyl benar-benar bersih dari semua kotoran langkah terakhir
adalah pemolesan. Bahan poles adalah yang telah direkomendasikan oleh
Pabrik.
Untuk lantai yang berhubungan langsung dengan tanah dan
kelembabannya tinggi harus di coating dengan water proofing atau
dilakukan tes moisture sebelum dilakukan tahapan pemasangan vinyl.
a. Lantai dasar adalah beton yang memiliki kuat tekan minimal 225 kg/cm2,
dengan tulangan sesuai disain dari perencana struktur.
b. Lantai beton ini harus bisa menerima beban tanpa terjadi penurunan sama
sekali.
c. Umur lantai minimal 28 hari dan tingkat kelembaban tidak lebih dari 80%
RH saat aplikasi akan dimulai.
d. Untuk lantai yang berada langsung di atas tanah, sangat disarankan untuk
dilapisi oleh lapisan penghalang uap air (water vapour barrier) berbentuk
lembaran tipis dari bahan bitumen yang dilapis dengan bahan plastik
polyethylene.
e. Saat pengecoran lantai harus diratakan (leveling) dengan peralatan yang
memadai seperti jidar (baik jidar manual atau jidar bergetar / screeder) dan
ketinggiannya diawasi dan dicermati dengan peralatan ukur yang baik
(theodolit ataupun sistim laser), sehingga kerataan, kehalusan dan
ketinggian lantai sesuai dengan rencana awal.
f. Permukaan lantai halus, tidak bergelombang dan tidak kasar.
11
g. Metode pengupasan permukaan seperti menggunakan alat grit-blasting,
waterjetting, Blastrac ataupun diamondize scrubber bisa digunakan
terutama untuk permukaan yang telah terkontaminasi oleh tumpahan semen
atau kotoran kering yang telah membatu dan lainnya.
h. Gunakan air dan sabun untuk mencuci bersih kotoran cair berupa minyak,
oli atau pasta.
i. Setelah itu lantai harus dikeringkan minimal 2 x 24 jam sebelum dilanjutkan
dengan pemasangan Cat Epoxy . Gunakan kipas angin berskala besar
(blower) dapat membantu proses pengeringan kondisi lantai yang basah
atau lembab
j. Pastikan beton bersih dari debu , bersihkan dengan alat penyedot debu
(vacuum cleaner)
k. Lantai beton yang telah memenuhi syarat di atas, dilapisi terlebih dahulu
dengan Epoxy
Primer dapat diaplikasikan dengan roller ataupun disemprot dengan tekanan
udara.
l. Tunggu Lapisan primer kering untuk paling tidak dibiarkan selama 12 jam
m. Kemudian laukan tahapan Base Epoxy Coat,Body Coate dan Top Coate) –
Tiap tahapan di Sending dan Cleaning.
n. Gunakan roller yang berkwalitas baik, dimana bulu-bulunya tidak akan
rontok saat digunakan.
o. Pelapisan dilakukan 2 kali, dimana arah pelapisan sebaiknya saling
bersilangan
p. Selama proses pelapisan, perhatikan kebersihan lantai dari debu,serangga
terbang seperti lalat, laron, nyamuk dan lainnya. Jika didapati kotoran atau
hewan yang jatuh harus segera dibuang dan dilapis kembali.
q. Selama proses pengerjaan bukalah semua jendela dan pintu karena ruangan
tertutup membahayakan keselamatan pekerja.
r. Setiap kali selesai pelapisan, lantai tidak boleh dilewati orang, gerobak
ataupun kendaraan lainnya hingga minimal 12 jam
12
Pasal 4 Perlindungan dan Pembersihan
4.1. Perlindungan
a. Kontraktor harus melindungi ubin yang telah terpasang maupun
adukan perata dan harus mengganti, atas biaya sendiri kerusakan yang
terjadi, Penyerahan pekerjaan dilakukan dalam keadaan bersih.
b. Setelah pemasangan, kontraktor harus melindungi tile lantai yang
telah terpasang. Jika mungkin dengan mengunci area tersebut Batasi
lalu lintas diatasnya, hanya untuk yang penting saja.
4.2. Pembersihan
Secara prinsip, permukaan tile dibersihkan dengan air, menggunakan
sikat kain lap, dan sebagainya. Tetapi jika area-area yang tidak bisa
dibersihkan hanya dengan air, pembersihan memakai campuran air
dengan hidrochloric acid, perbandingan 30 : 1. Sebelum pembersihan
dengan asam ini, lindungi semua bagian yang memungkinkan akan
berkarat atau rusak oleh asam. Setelah dibersihkan dengan asam ini,
bersihkan area ini dengan air biasa, hingga tidak ada campuran asam yang
tersisa.
13
BAB. V
PEKERJAAN PLAFON DAN DINDING GRC
Pasal 1 Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi penyediaan bahan langit-langit calcium silicate/GRC board dan
konstruksi penggantungnya, penyiapan tempat serta pemasangan pada
tempat-tempat yang tercantum pada gambar untuk itu.
1.2. Pekerjaan yang berhubungan :
• Pekerjaan kayu kasar
• Pekerjaan Pengecatan
• Pekerjaan Logam non Struktur
• Pekerjaan Mekanikal
• Pekerjaan Elektrikal
1.3. Standard
ANSI : A 42.4 - Interior Lathing and Furring
1.4. Persetujuan
1.4.1.Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan
contoh jenis langit- langit yang dipakai, lengkap dengan brosur dan
syarat pelaksanaan dari pabrik.
1.4.2.Kontraktor harus menyediakan shop drawing yang memperlihatkan
dengan jelas hubungan langit-langit satu dengan lainnya tanpa naad
dan hubungannya dengan lampu, AC dan Iain-lain.
Pasal 2 Bahan/Produk
2.1. Gypsum Board tebal 9 mm, Rangka hollow 40x40 dan 20x40 galvanis
tebal 0,4 mm (toleransi 0,05 mm) untuk plafon
2.2. List plafond: Gypsum t. 10 cm model minimalis
2.3. GRC board tebal 9 mm rangka hollow 40x40 dan 20x40 galvanis tebal
0,4 mm (toleransi 0,05 mm) untuk dinding
Pasal 3 Pelaksanaan
3.1. Rangka langit-langit
3.1.1.Rangka hollow disusun sejajar dengan bidang gypsum board Board
yang akan dipasang, dengan jarak mak. 60 cm, dipasang menerus,
tidak terputus.
3.1.2.Rangka hollow pada arah tegak lurus disusun sejajar, jarak max. 120
cm.
3.1.3.Suspension road clamp dipasang pada hollow, jarak min. 120 cm.
3.1.4.Seluruh sisi bagian bawah rangka langit-langit harus diratakan, pola
pemasangan rangka/penggantung harus disesuaikan dengan detail
gambar serta hasil pemasangan harus rata/tidak melendut.
3.1.5.Semua ukuran dalam gambar adalah ukuran jadi (finish).
3.1.6.Pada Pekerjaan langit-langit ini perlu diperhatikan pekerjaan
elektrikal dan perlengkapan instalasi lain yang terletak di atas langit-
langit. Unluk detail pemasangan harus konsultansi dengan
Supervisi.
3.1.7.Bidang pemasangan langit-langit harus rata/waterpass, jarak
pemasangan naad dibuat 0,5 cm atau sesuai dengan detail gambar.
Naad harus lurus dan sama lebar, pada pertemuan harus saling
berpotongan tegak lurus satu sama lain.
14
3.2. Dinding GRC
3. Proses Pemasangan
Sekarang, kita akan masuk ke dalam proses pemasangan di mana Anda
harus menyiapkan GRC board yang akan digunakan, paku, dan juga
palu. Anda juga perlu melakukan pengukuran terlebih dahulu dengan
menandai dinding sesuai dengan ukuran GRC board.
Gunakan paku berukuran sedang untuk memasang GRC board.
Kemudian, pastikan jarak antar GRC board tidak renggang. Anda
harus memasang GRC board tersebut dengan rapat. Lakukan proses
ini hingga seluruh dinding rumah Anda tertutupi dengan GRC board.
4. Melakukan Penambalan
Dalam proses pemasangan, GRC board tentu tidak akan benar-benar
dapat menutup keseluruhan dinding rumah, khususnya pada bagian
akhir pemasangan. Maka dari itu, Anda dapat memotong GRC board
sesuai dengan bagian tambalan yang dibutuhkan.
5. Proses Pendempulan
Setelah seluruh dinding tertutupi dengan GRC board, maka pada tahap
selanjutnya kita akan memasuki proses pendempulan. Untuk
mendempul GRC board, Anda perlu mencampurkan dempul dengan
air di sebuah wadah, lalu aduk hingga merata dan gunakan scrab untuk
mengaplikasikan dempul pada bagian sambungan GRC board.
6. Mengaplikasikan Plamer
Ketika dempul sudah mengering, Anda dapat mengaplikasikan plamir
pada seluruh permukaan GRC board. Campurkan plamir dengan air
secukupnya (baca instruksi yang diberikan dari merek plamir yang
Anda gunakan), kemudian aplikasikan plamir diamkan hingga tembok
benar-benar kering.
15
7. Proses Pengecatan
Tahapan terakhir yang perlu Anda lakukan adalah mengecat dinding
rumah dengan cat tembok yang sudah dipilih sebelumnya. Anda dapat
menggunakan cat tembok apapun sesuai dengan kebutuhan.
16
BAB. VI
PEKERJAAN PLAFOND BETON EKSPOSE
17
maka harus dilaksanakan dengan teriebih dahulu membentangkan
kawat ayam pada bagian yang harus diperbaiki.
b. Ketidakrataan permukaan pada sambungan acuan hams diratakan
dengan gurinda sehingga memenuhi kualitas yang diharapkan/
dipersyaratkan.
3.2. Pelaksanaan Finishing
Finishing baru boleh dilaksanakan apabila Supervisi telah menyatakan
bahwa kerataan permukaan/hasil perbaikan dapat diterima, dinyatakan
dalam persetujuan.
18
BAB. VII
PEKERJAAN KUSEN PINTU DAN JENDELA ALUMINIUM
Pasal 1 Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan
1.1.1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralalan dan alat
bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat
dicapai hasil pekerjaan yang baik dan Sempurna.
1.1.2. Pekerjaan ini melipuli seluruh kusen pintu, kusen jendela,
kusen bovenlicht seperti yang dinyatakan/ditunjukkan dalam
gambar serta shop drawing dari Kontraktor.
1.2. Pekerjaan yang berhubungan
a. Pekerjaan Sealant.
b. Pekerjaan Pintu dan Jendela Rangka Aluminium.
c. Pekerjaan Kaca dan Cermin.
1.3. Design Criteria
Seluruh pintu dan jendela harus mampu menahan beban angin (tarik
maupun tekan) : 120 Kg/M2.
1.4. Standard
ASTM:
a. C 509 - Cellular Elastomeric Preformed Gasked and Selain
Material.
b. C 2000 - Gasification System for Rubber Products in Automatic
Applications.
c. C 2287 - Nonrigid Viny Chloride Polymer and Copolymer
Molding and Extinasion Compounds.
1.5. Persetujuan-persetujuan
1.5.1. Shopdrawing:
a. Harus memperlihatkan dengan jelas dimensi, sistim
konstruksi, hubungan- hubungan antar komponen, cara
pengangkuran dan lokasinya, penempatan hardware, dan
detail-detail pemasangan.
b. Harus memperlihatkan kesesuaiannya dengan gambar
rencana dan spesifikasi.
c. Shop drawing harus dikoordinasikan dengan
“Ironmongery” guna ketepatan perkuatan-perkuatan yang
diperlukan serta lokasi dari hardware tersebut.
d. Shop drawing harus memperlihatkan juga detail-detail
pemasangan kaca, gasket, serta sealant.
1.5.2. Contoh bahan:
a. Kontraktor harus menyerahkan 3 set contoh semua bahan
yang memperlihatkan tekstur, finishing dan warna. Sampul
profil-profil extruded panjangnya minimum 300 mm.
Untuk aluminium sheet, ukuran 300 x 300 mm2, ketebalan
sesuai dengan yang akan dipakai.
19
b. Semua sampul harus diberi tanda yang memperlihatkan
ketebalan, jenis alloy, warna dan pekerjaan dimana bahan
tersebut akan dipakai.
1.6. Pengadaan dan Penylmpanan Material.
1.6.1. Bahan harus didatangkan ke lapangan dalam keadaan kemasan
pabrik, lengkap dengan instruksi-instruksi pemasangan.
1.6.2. Kaca harus disimpan dan diamankan dari karat, guratan,
goresan dan kemungkinan pecah.
Pasal 2 Bahan/Produk
2.1. Kusen Aluminium yang digunakan:
• Bahan : Aluminium framing system sesuai standard
mutu SNI dengan bahan baku aluminium
menggunakan Alloy 6063 dengan T5.
ukuran 1,5x3 inchi, tebal 1.2 – 1.3 mm.
• Merk : Alexindo Powder Coating
• Bentuk profil : Sesuai shop drawing yang disetujui
Perencana/SUPERVISI.
• Wama Profil : Natural (contoh wama diajukan
Kontraktor).
• Lebar Profil : pemakaian lebar bahan sesuai yang
ditunjukkan dalam gambar.
• Pewamaan : Standart.
• Warna : Ditentukan kemudian.
• Nilai Deformasi : Diijinkan maksimal 2 mm.
2.2. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-
syarat dari pekerjaan aluminium serta memenuhi ketentuan-ketentuan
dari pabrik yang bersangkutan.
2.3. Konstruksi kusen aluminium yang dikerjakan seperti yang
ditunjukkan dalam detail gambar termasuk bentuk dan ukurannya.
2.4. Ketahanan terhadap air dan angin untuk setiap type harus disertai hasil
test, minimum 100 kg/m2.
2.5. Ketahanan terhadap udara tidak kurang dari 15 m3/hr dan terhadap
tekanan air 15 kg/m2 yang harus disertai hasil test.
2.6. Bahan yang akan diproses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu
sesuai dengan bentuk toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan,
kelengkungan dan pewarnaan yang dipersyaratkan.
2.7. Untuk keseragaman warna disyaratkan, sebelum proses fabrikasi
warna profil-profil harus diseleksi secermat mungkin. Kemudian pada
waktu fabrikasi unit-unit, jendela, pintu partisi dan lain- lain, profil
harus diseleksi lagi warnanya sehingga dalam tiap unit didapatkan
warna yang sama. Pekerjaan memotong, punch dan drill, dengan
mesin harus sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang telah
dirangkai untuk jendela, dinding dan pintu mempunyai toleransi
ukuran sebagai berikut :
• Untuk tlnggi dan lebar 1 mm.
20
• Untuk diagonal 2 mm.
2.8. Accesssories
Sekrup dari stainless steel galvanized kepala tertanam, weather strip
dari vinyl, pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan
aluminium harus ditutup caulking dan sealant, angkur- angkur untuk
rangka/kusen aluminium terbuat dari steel plate tebal 2-3 mm, dengan
lapisan zink tidak kurang dari (13) mikron sehingga dapat bergeser.
2.9. Bahan finishing
Treatment untuk permukaan kusen jendela dan pintu yang bersentuhan
dengan bahan alkaline seperti beton aduk atau plester dan bahan
lainnya harus diberi lapisan finish dari laquer yang jernih atau anti
corrosive treatment dengan insulating varnish seperti asphaltic varnish
atau bahan insulation lainnya.
Pasal 3 Pelaksanaan
3.1. Sebelum memulai pelaksaan Kontraktor diwajibkan meneliti gambar-
gambar dan kondisi dilapangan (ukuran dan peil lubang dan membuat
contoh jadi untuk semua detail sambungan dan profil aluminium yang
berhubungan dengan sistem konstruksi bahan lain.
3.2. Prioritas proses fabrikasi, harus sudah slap sebelum pekerjaan dimulai,
dengan membuat lengkap dahulu shop drawing dengan petunjuk
Perencana/SUPERVISI.
3.3. Semua frame/kusen baik untuk dinding, jendela dan pintu dikerjakan
secara fabrikasi dengan teliti sesua! dengan ukuran dan kondisi
lapangan agar hasilnya dapat dlpertanggungjawabkan.
3.4. Pemotongan aluminium hendaknya dijauhkan dari material besi untuk
menghindarkan penempelan debu besi pada permukaannya.
Disarankan untuk mengerjakannya pada tempat yang aman dengan
hati-hati tanpa menyebabkan kerusakan pada permukaannya.
3.5. Pengelasan dibenarkan menggunakan non-activated gas (argon) dari
arah bagian dalam agar sambungannya tidak tampak oleh mata.
3.6. Akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan
sekrup, rivet, stap dan harus cocok. Pengelasan harus rapi untuk
memperoleh kualitas dan bentuk yang sesuai dengan gambar.
3.7. Angkur-angkur untuk rangka/kusen aluminium terbuat dari steel plate
setebal 2 - 3 mm dan ditempatkan pada interval 600 mm.
3.8. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti
karat/stainless steel, sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap
sambungan harus kedap air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap air
sebesar 1.000 kg/cm2. Celah antara kaca dan sistem kusen aluminium
harus ditutup oleh sealant.
3.9. Disyaratkan bahwa kusen aluminium dilengkapi oleh kemungkinan-
kemungkinan sebagai berikut:
a. Dapat menjadi kusen untuk dinding kaca mati.
b. Dapat cocok dengan jendela geser, jendela putar, dan Iain-lain.
21
c. Sistem kusen dapat menampung pintu kaca frameless.
d. Untuk sistem partisi, Harus mampu moveable dipasang tanpa
harus dimatikan secara penuh yang merusak baik lantai maupun
langit-langit.
e. Mempunyai accessories yang mampu mendukung kemungkinan
diatas.
3.10. Untuk fitting hard ware dan reinforcing materials yang mana kusen
aluminium akan kontak dengan besi, tembaga atau lainnya maka
permukaan metal yang bersangkutan harus diberi lapisan chormium
untuk menghindari kontak korosi.
3.11. Toleransi pemasangan kusen aluminium disatu sisi dinding adalah 10
- 25 mm yang kemudian diisi dengan beton ringan/grout.
3.12. Khusus untuk pekerjaan jendela geser aluminium agar diperhatikan
sebelum rangka kusen terpasang. Permukaan bidang dinding
horizontal (pelubangan dinding) yang melekat pada ambang bawah
dan atas harus waterpass
3.13. Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama
pada ruang yang dikondisikan hendaknya ditempatkan mohair dan jika
perlu dapat digunakan synthetic rubber atau bahan dari synthetic resin.
Penggunaan ini pada swing door dan double door.
3.14. Sekeliling tepi kusen yang teriihat berbatasan dengan dinding agar
diberi sealant supaya kedap air dan kedap suara.
3.15. Tepi bawah ambang kusen exterior agar dilengkapi flashing untuk
penahan air hujan.
22
BAB. VIII
PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG & PENGUNCI
Pasal 1 Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan
1.1.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
perlengkapan daun pIntu/daun jendela dan alat-alat bantu
lainnya untuk melaksanakan pekerjaan hingga tercapainya
hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
1.1.2. Pemasangan alat penggantung dan pengunci dilakukan
meliputi seluruh pemasangan pada daun pintu kayu, daun pintu
aluminium dan daun jendela aluminium seperti yang
ditunjukkan/disyaratkan dalam detail gambar.
1.2. Pekerjaan yang berbubungan
a. Pekerjaan Pintu dan Jendela Rangka Aluminium
b. Pekerjaan Pintu Kayu
c. Pekerjaan Kusen dan Pintu Besi
1.3. Persyaratan Bahan
1.3.1. Semua “hardware” yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam buku Spesifikasi Teknis. Bila
terjadi perubahan atau penggantian “hardware” akibat dan
pemilihan merek, Kontraktor wajib melaporkan hal tersebut
kepada Perencana/SUPERVISI untuk mendapatkan
persetujuan.
1.3.2. Semua anak kunci harus dilengkapi dengan tanda pengenal
dari pelat aluminium berukuran 3 x 6 cm dengan tebal 1 mm.
Tanda pengenal ini dihubungkan dengan cincin nikel kesetlap
anak kunci.
Pasal 2 Bahan/Produk
2.1. Pekerjaan Kunci dan Pegangan Pintu.
a. Semua pintu menggunakan peralatan kunci kualitas baik, bahan
stainless steel/bebas dan anti karat.
b. Untuk pintu-pintu aluminium (unit hunian) dan pintu-pintu besi
pada ruang panel yang dipakai adalah kunci “mortise lock set”
berbahan stainless steel atau logam anti karat.
c. Seluruh kunci-kunci yang disebutkan diatas harus tercakup dalam
satu sistim general Masterkey.
d. Semua kunci-kunci tanam terpasang dengan kuat pada rangka
daun pintu. Dipasang setinggi 90 cm dari lantai atau sesuai
petunjuk Supervisi.
2.2. Pekerjaan Engsel.
a. Untuk pintu-pintu aluminium pada umumnya menggunakan
engsel pintu kualitas baik, dipasang sekurang-kurangnya 2 buah
untuk setiap daun dengan menggunakan tippet dengan warna yang
23
sama dengan warna engsel. Jumlah engsel yang dipasang harus
diperhitungkan menurut beban berat daun pintu.
b. Untuk pintu-pintu aluminium serta pintu panel menggunakan
engsel lantai (floor hinge) double action, kualitas baik dipasang
dengan baik pada lantai sehingga terjamin kekuatan dan
kerapihannya, dipasang sesuai dengan gambar untuk itu.
c. Untuk jendela digunakan engsel kualitas baik.
d. Untuk pintu-pintu aluminium menggunakan engsel kualitas baik
disertai pada posisi single action.
e. Untuk pintu-pintu besi dipakai engsel kupu dibuat khusus untuk
keperluan masing-masing pintu.
Pasal 3 Pelaksanaan
3.1. Engsel atas dipasang ± 28 cm (as) dari permukaan atas pintu
Engsel bawah dipasang ± 32 cm (as) dari permukaan bawah pintu
Engsel tengah dipasang ditengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
3.2. Untuk pintu toilet, engsel atas dan bawah dipasang ± 28 cm dari
permukaan pintu, engsel tengah dipasang di tengah-tengah antara
kedua engsel tersebut.
3.3. Penarikan pintu (door pull) dipasang 90 cm (as) dari permukaan lantai.
3.4. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus
dilakukan pengujian secara kasar dan halus.
3.5. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.
3.6. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang yelah dlsesuaikan
dengan keadaan di lapangan. Didalam shop drawing harus jelas
dicantuSupervisian semua data yang diperlukan termasuk keterangan
produk, cara pemasangan atau detail-detail khusus yang belum
tercakup secara lengkap di dalam Gambar Dokumen Kontrak, sesuai
dengan Standar Spesifikasi pabrik.
3.7. Shop Drawing sebelum dilaksanakan harus disetujui dahulu oleh
Manajemen Konstruksi.
24
BAB. IX
PEKERJAAN PENGECATAN
Pasal 1 Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Persiapan permukaan yang akan diberi cat.
b. Pengecatan permukaan dengan bahan-bahan yang telah
ditentukan. Cat emulsi, epoxy, vinyl acrylic, enamel, dan cat
menie.
c. Pengecatan semua permukaan dan area yang ada pada gambar dan
yang disebutkan secara khusus, dengan warna dan bahan yang
sesuai dengan petunjuk Perencana.
1.2. Pekerjaan yang berhubunga
• Pekerjaan Langit-langit
• Pekerjaan kayu
• Pekerjaan pintu dan jendela
1.3. Standard
• PUBI : 54, 1982
• PUBI : 58, 1982
• NI :4
• ASTM : D - 361
• BS No. 3900, 1970
• ASK - 41
1.4. Persetujuan
1.4.1. Standard Pengerjaan (Mock-up)
a. Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan
pengecatan pada satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat
yang diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan dijadikan
contoh pilihan warna, texture, material dan cara
pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai
mock-up ini akan ditentukan oleh Direksi Lapangan.
b. Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh
Direksi Lapangan dan Perencana, bidang-bidang ini akan
dipakai sebagai standar minimal keseluruhan pekerjaan
pengecatan.
1.4.2. Contoh dan Bahan untuk Perawatan
a. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap
warna dan jenis pada bidang-bidang transparan ukuran 30
x 30 cm2. Dan pada bidang-bidang tersebut harus
dicantuSupervisian dengan jelas warna, formula cat,
jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar s/d lapisan
akhir).
b. Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada
Direksi Lapangan dan Perencana. Jika contoh-contoh
tersebut telah disetujui secara tertulis oleh Perencana dan
25
Direksi Lapangan, barulah Kontraktor melanjutkan dengan
pembuatan mock-up seperti tersebut di atas.
c. Pemborong harus menyerahkan kepada Direksi Lapangan
untuk kemudian akan diteruskan kepada pemberi tugas
minimal 5 galon tiap warna dan jenis cat yang dipakai.
Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan
menyantu Supervisian dengan jelas identitas cat yang ada
didalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai cadangan untuk
perawatan, oleh pemberi tugas.
Pasal 2 Bahan/Produk
2.1. Dinding Dalam.
a. Untuk dinding-dinding dalam bangunan digunakan cat jenis
Emulsi Acrylic kualitas I, tidak mengandung bahan-bahan
tambahan yang membahayakan lingkungan dan kesehatan
penghuni, dengan lapisan dasar Alkali Resistance Sealer warna
ditentukan Perencana.
b. Plamur yang digunakan adalah plamur tembok dan plamer wall
Putty kualitas I.
2.2. Dinding Luar.
a. Untuk dinding luar bangunan digunakan Cat berbahan dasar
acrylic kualitas Weathershield. Dengan lapisan dasar cat primer
berbaban dasar alkali resistant sealer. Konstraktor harus
memberikan Garansi Bahan dan pelaksanaan selama 5 tahun
b. Cat luar bangunan tidak boleh di plamur, bila permukaan tidak
rata/ bergelombang harus diratakan dengan bahan/semen khusus
(sejenis Seam Coat)
Pasal 3 Pelaksanaan
3.1. Pekerjaan dinding
a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh
plesteran bangunan dan/atau bagian-bagian lain yang ditentukan
gambar.
b. Sebelum dinding diplamur, plesteran sudah harus betul-betul
kering tidak ada retak-retak dan Kontraktor meminta persetujuan
kepada Konsultan Pengawas.
c. Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisal plamur dan plat baja
tipis dan lapisan plamur dibuat setipis mungkin sampai
membentuk bidang yang rata.
d. Sesudah 7 hari plamur terpasang, kemudian dibersihkan dengan
bulu ayam sampai bersih betul. Selanjutnya dinding cat dengan
menggunakan Roller.
e. Lapisan pengecatan dinding dalam terdiri dari 1 (satu) lapis alkali
resistance sealer atau cat primer untuk exterior yang dilanjutkan
dengan 3 (tiga) lapis emulsion dengan kekentalan cat sebagai
berikut
26
− Lapis I encer (tambahan 20 % air)
− Lapis II kental
− Lapis III encer.
f. Untuk warna-warna yang jenisnya khusus, Kontraktor diharuskan
menggunakan kaleng-kaleng dengan nomor percampuran (batch
number) yang sama.
g. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang
yang utuh, rata, licin, tidak ada bagian yang belang dan bidang
dinding dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.
3.2. Pekerjaan Cat Langit-langit
a. Yang termasuk dalam pekerjaan cat langit-langit adalah langit-
langit calcium sillcate/GRC, pelat beton atau bagian-bagian lain
yang ditentukan gambar.
b. Cat yang digunakan sama dengan cat bagian dalam bangunan
untuk plafond bagian dalam dan cat luar bangunan untuk plafond
bagian luar. Warna putih atau ditentukan perencana selelah
melakukan percobaan pengecat.
c. Plamur yang digunakan adalah plamur kayu kualitas baik.
d. Selanjutnya semua metode/prosedur sama dengan pengecatan
dinding kecuali tidak digunakannya lapis alkali resistance sealer
pada pengecatan langit-langit ini.
e. Untuk Pekerjaan cat semprot bertekstur, dipakai juga Gypsum
Spray dengan finish cat emulsi kualitas baik.
f. Sambungan-sambungan multiplex harus diberi flexible sealant
agar tidak terlihat sebagai retakan sesudah dicat.
3.3. Pekerjaan Cat Kayu
a. Yang termasuk dalam pekerjaan cat kayu adalah bagian-bagian
yang berbahan dasar kayu atau bagian-bagian lain yang ditentukan
gambar.
b. Cat yang digunakan adalah jenis alkyd enamel kualitas baik, warna
ditentukan perencana setelah melakukan percobaan pengecatan.
c. Bidang yang akan dicat diberi manie kayu wama merah 1 lapis,
kemudian diplamur dengan plamur kayu sampai lubang-
lubang/pori-pori terisi sempuma.
d. Setelah 7 (tujuh) hari, bidang plamur diamplas besi halus dan
dibersihkan dari debu kemudian dicat sekurang-kurangnya 3 (tiga)
kali dengan menggunakan kuas.
e. Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang terbentuk, utuh, tata,
tidak ada bintik-bintik atau gelembung udara dan bidang cat dijaga
terhadap pengotoran.
27
a. Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh bagian-
bagian besi railing, pintu-pintu besi dan pekerjaan besi lain
ditentukan dalam gambar.
b. Cat yang dipakai adalah cat jenis alkyd enamel kualitas baik.
c. Pekerjaan cat dilakukan setelah bidang yang akan dicat, selesai
diamplas halus dan bebas debu, oli dan Iain-lain.
d. Sebagai lapisan dasar anti karat dipakai sebagai cat dasar 1 kali.
Sambungan las dan ujung yang tajam diberi “touch up” dengan dua
lapis.
e. Setelah kering sesudah 24 jam, dan diamplas kembali maka
disemprot 1 lapis. Setelah 48 jam mengering baru lapisan akhir
enamel disemprot 2 lapis.
f. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan semprot dengan
compressor 2 lapis.
g. Setelah pengecatan selesai, bidang cat harus licin, utuh,
mengkilap, tidak ada gelembung dan dijaga terhadap pengotoran-
pengotoran.
3.5. Pekerjaan Meni Kayu
a. Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh
permukaan yang berbahan dasar kayu sebelum dlcat dan atau
bagian-bagian lain yang ditentukan gambar.
b. Meni yang digunakan adalah menie kayu warna merah kualitas
baik.
c. Semua kayu hanya boleh dimenie ditapak proyek dan mendapat
persetujuan Supervisi/Pengawas.
d. Sebelum pekerjaan menie dilakukan, bldang kayu kasar harus
diamplas dengan amplas kayu kasar dan dilanjutkan dengan
amplas kayu halus sampai permukaan bidang licin dan rata.
e. Pekerjaan menie dilakukan dengan menggunakan kuas, dilakukan
lapis, sedemikan rupa sehingga bidang kayu tertutup sempurna
dengan lapisan menie.
Pasal 4 Garansi
Untuk cat luar bangunan (weathershield) kontraktor harus memberikan
garansi produk dan garansi aplikasi kepada pemberi tugas yang berlaku
selama 5 tahun.
28
BAB. X
PEKERJAAN SANITAIR
Pasal 1 Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan
1.1.1. Termasuk dalam pekerjaan pemasangan sanitair ini adalah
penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu lainnya yang digunakan dalam pekerjaan ini hingga
tercapai hasil pekerjaan yang bermutu dan sempurna dalam
pemakaiannya/operasinya.
1.1.2. Pekerjaan pemasangan kloset, kitchen sink, kran air, pengering
lantai (floor drain), serta septictank.
1.2. Pekerjaan yang berbubungan :
• Pekerjaan Waterproofing
• Pekerjaan Plumbing
1.3. Persetujuan
1.3.1. Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada
Perencana/SUPERVISI beserta persyaratan/ketentuan pabrik
untuk mendapatkan persetujuan. Bahan yang tidak disetujui
harus diganti tanpa biaya tambahan.
1.3.2. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian bahan,
pengganti harus disetujui Perencana/SUPERVISI berdasarkan
contoh yang dilakukan Kontraktor.
Pasal 2 Bahan/Produk
2.1. Untuk kloset jongkok memakai bahan porselen, warna putih, biru
muda, kuning muda (disesuaikan dengan persetujuan owner), kualitas
baik.
2.2. Untuk kloset duduk memakai bahan porselen warna putih, merk
dengan kualitas baik.
2.3. Kitchen Zinc dari bahan stainless steel tipe single bowl merk local
kualitas baik.
2.4. Floor drain bahan steel yang dilapisi verchroom ex. Local kualitas
baik.
2.5. Kran air bahan stainless steel ex. Local kualitas baik.
2.6. Septictank Biotek/Bioseptic terdiri dari :
− Bak pengendapan
− Filtration tank
− Chlorination tank dan rembesan
− Kapasitas : tank 2 unit @ volume 15 - 18 M3.
− Type : Bioseries – 20
− Bahan : FRP (Fibreglass/Fibre Reinforced Plastic)
− Specific Gravity : 1.8 – 2.0
− Tensile Strength : 30.000 – 35.000 Psi.
− Flextual Strength : 2 – 5 x 104 Psi.
29
− Compressive Strength : 40.000 Psi.
− Impact Strength : 40 – 50
Pasal 3 Pelaksanaan
3.1. Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-
gambar yang ada dan kondisi dilapangan, termasuk mempelajari
bentuk, pola, penempatan, pemasangan sparing-sparing, cara
pemasangan dan detail-detail sesuai gambar.
3.2. Bila ada kelainan dalam hal ini apapun antara gambar dengan gambar,
gambar dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus
segera melaporkannya kepada Perencana/SUPERVISI.
3.3. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat bila
ada kelainan/berbedaan ditempat itu sebelum kelainan tersebut
diselesaikan.
3.4. Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/pemeriksaan
untuk kesempurnaan hasil pekerjaan dan fungsinya.
3.5. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada
kerusakan yang terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi,
atas biaya Kontraktor, selama kerusakan bukan disebabkan oleh
tindakan Pemilik.
3.6. Pekerjaan Kloset
a. Kloset beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah
diseleksi dengan baik, tidak ada bagian yang gompal, retak atau
cacat-cacat lainnya dan telah disetujui Supervisi.
b. Kloset harus terpasang dengan kokoh letak dan ketinggian sesuai
gambar, waterpass. Semua noda-noda harus dibersihkan,
sambungan-sambungan pipa tidak boleh ada kebocoran-
kebocoran.
3.7. Pekerjaan Keran
a. Semua keran yang dipakai, kecuali keran dinding adalah ex. lokal,
dengan chrd finish.
b. Ukuran disesuaikan keperiuan masing-masing sesuai gambar
plumbing dan brosur alat- alat sanitair. Keran-keran tembok
dipakai yang berteher panjang dan mempunyai ring dudukan yang
hams dipasang menempel pada dinding. Keran-keran yang
dipasang dihalaman hams mempunyai ulir sink di ruang saji dan
dapat disambung dengan pipa leherangsa(extention).
c. Stop keran yang dapat digunakan ex. lokal bahan kuningan dengan
putaran berwama hijau, diameter dan penempatan sesuai gambar
untuk itu.
d. Keran-keran harus dipasang pada pipa air bersih dengan kuat, siku,
penempatannya harus sesuai dengan gambar-gambar untuk itu.
30
a. Floor drain dan Clean out yang digunakan adalah metal
verchroom, lobang dia. 2" dilengkapi dengan siphon dan penutup
berengsel untuk floor drain dan depverchron dengan draad untuk
clean out.
b. Floor drain dipasang ditempat-tempat sesuai gambar untuk itu.
Floor drain yang dipasang telah diseleksi baik, tanpa cacat dan
disetujui Supervisi/Pengawas.
c. Pada tempat-tempat yang akan dipasang floor drain, penutup lantai
harus dilobangi dengan rapih, menggunakan pahat kecil dengan
bentuk dan ukuran sesuai ukuran floor drain tersebut.
d. Hubungan pipa metal dengan beton/lantai menggunakan perekat
beton kedap air Embeco dan pada lapis teratas setebal 5 mm diisi
dengan lem Araldit.
e. Setelah floor drain dan clean out terpasang, pasangan harus rapih
waterpass, dibersihkan dari noda-noda semen dan tidak ada
kebocoran.
3.9. Pekerjaan Metal Sink
a. Metal sink yang digunakan ialah jenis satu bowl tebal minimum 1
mm, bahan stainless steel.
b. Metal sink yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik
sehingga tidak ada bagian yang cacat dan direkatkan dengan kuat
pada dasamya sesuai dengan gambar untuk itu.
c. Setelah metal sink terpasang, letak ketinggian pemasangan sesuai
dengan gambar untuk itu, baik waterpassnya dan bebas dari
kebocoran-kebocoran air.
31
BAB. XI
PEKERJAAN WATER PROOFING
Pasal 1 Umum
1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Yang lermasuk pekerjaan ini adalah penyediaan lenaga kerja,
bahan-bahan peralatan dan aiat-alat bantu lainnya lermasuk
pengangkutannya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar, memenuhi
uraian syarat-syarat dibawah ini serta memenuhi spesifikasi dari
pabrik yang bersangkutan.
1.2. Bagian yang di waterproofing :
• Pelat atap dan overstek
• Daerah WC, kamar mandi dan daerah basah lainnya.
• Ground Tank
• Bagian-bagian lain yang dinyatakan dalam gambar.
1.3. Pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan waterprofing
adalah :
• Beton Bertulang.
• Lantai/Ubin Keramik.
• Plumbing.
1.4. Standard
• PUBJ: Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia-1982
(Nl - 3).
• STM 828.
• ASTME: TAPP I 803 dan 407.
1.5. Persetujuan
Kontraktor harus menyediakan data-data teknis produk dan
spesifikasi untuk persiapan permukaan dan aplikasi untuk
diperiksa dan disetujui Direksi Lapangan/Perencana.
1.6. Gambar Detail Pelaksanaan
a. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail
pelaksanaan) berdasarkan pada gambar dokumen kontrak dan
telah dlsesuaikan dengan keadaan di lapangan.
b. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail-detail
khusus yang belum tercakup lengkap dalam gambar
kerja/dokumen kontrak.
c. Dalam shop drawing harus Jelas dicantumkan semua data yang
diperlukan termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau
persyaratan khusus yang belum tercakup secara lengkap
didalam gambar kerja/dokumen kontrak sesuai dengan
spesifikasi pabrik.
d. Shop drawing sebelum dilaksanakan harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari konsultan Manajemen
Konstruksi
32
1.7. Contoh
a. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, brosur
lengkap dan jaminan dari pabrik.
b. Bilamana diperlukan, Kontraktor wajib membuat mock-up
sebelum pekerjaan dimulai.
1.8. Pengangkutan, Penyimpanan dan Penanganan Bahan
a. Material harus disiapkan dalam kemasan yang akan
melindunginya dari kerusakan pada pekerjaan.
b. Dibagian luar tiap kemasan tersebut harus diberi label yang
menyebutkan nama “generic” dan “merk dagang” dari produk,
berat bersih dan nama pabrik, nama kontraktor dan nama
proyek.
c. Dilapangan bahan harus disimpan di dalam kemasan yang
masih tertutup, terlindung dari sinar matahari langsung, dan
dilindungi dari percikan api, panas, dan lain-lain.
d. Jangan keluar-kan material dari gudang ke area pekerjaan lebih
dari yang diperlukan untuk 1 (satu) hari kerja, dan pembukaan
kemasan hanya dilakukan setelah aplikator siap melaksanakan
aplikasi bahan tersebut.
1.9. Jaminan Pemeliharaan dan Tenaga Ahli.
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahlinya yang
ditunjuk penyalur dan pekerjaan harus mendapat sertifikat jaminan
pemeliharaan secara cuma-cuma selama 10 (sepuluh) tahun
berupa:
• Jaminan ketepatan pemakaian bahan (Producer's Process
Performance Warranty).
• Jaminan ketepatan aplikasl (Aplicators Workmanship
Warranty).
Pasal 2 Bahan/Produk
Bahan bahan untuk waterproofing lapisan pertama antara lain :
2.1. Waterproofing untuk dak atap, KM/WC, Atap Canopy entrance, ruang
jemur & GWT.
2.2. Menggunakan waterproofing tipe cement base sebagai material dasar.
Dengan material berbahan dasar dua komponen polimer akrilik yang
dimodifikasi menjadi lapisan semen. Dibuat untuk memudahkan
penggunaannya. Dengan memvariasikan material proportions
campuran. Dapat diterapkan dengan kuas, roller, seprot atau sekop
kaku untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
2.3. Sebelum pemasangan dimulai, pemborong harus memastikan bahwa
kemiringan plat beton sudah cukup untuk mengalirkan air hujan ke
pipa-pipa pembuangan (kemiringan minimal 2 %)
2.4. Semua cara pemasangan, cara-cara pelapisan sampai dengan
perlindungan permukaan setelah pemasangan harus mengikuti
petunjuk-petunjuk yang dikeluarkan pabrik/produsen.
33
2.5. Warna bahan waterproofing akan ditentukan kemudian oleh
Perencana, dari pilihan warna yang tersedia.
Pasal 3 Pelaksanaan :
Permukaan harus dibersihkan dari debu, kotoran dan minyak dengan
menggunakan air bertekanan tinggi, termasuk juga bagian yang keropos
harus dipahat dan dicuci.
34
BAB. XII
PEKERJAAN KACA DAN CERMIN
Pasal 1 Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu
lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai
hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
b. Pekerjaan kaca dan cermin meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukan dalam detail gambar.
1.2. Pekerjaan yang berhubungan
a. Pekerjaan Kusen Aluminium
b. Pekerjaan Pintu dan Jendela Rangka Alumnium
1.3. Standard :
a. ANSI : American National Standard Institute. 97.1-1975-Safety
Mateliars Used in Building
b. ASTM : American Society for Testing and Materials E6 - P3
Proposed Specification for Sealed Insulating Glass Units.
1.4. Persyaratan Bahan
1.4.1. Kaca adalah benda terbuat dari bahan glass yang pipih pada
umumnya mempunyai ketebalan yang sama, mempunyai sifat
tembus cahaya, dapat diperoleh dari proses-proses tank tembus
cahaya, dapat diperoleh dari proses-proses tarik, gilas dan
pengembangan (Float glass).
1.4.2. Toleransi lebar dan panjang.
Ukuran panjang dan lebar tidak boleh melampaui toleransi
seperti yang ditentukan oleh pabrik.
1.4.3. Kesikuan
Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai
sudut serta tepi potongan yang rata dan lurus, toleransi
kesikuan maximum yang diperkenankan adalah 1,5 mm per
meter.
1.4.4. Cacat-cacat.
a. Cacat-cacat lembaran bening yang diperbolehkan harus
sesuai ketentuan dari pabrik.
b. Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang-
ruang yang berisi gas yang terdapat pada kaca).
c. Kaca digunakan harus bebas dari komposisi kimia yang
dapat mengganggu pandangan.
d. Kaca harus bebas dari keretakan (garis-garis pecah pada
kaca baik sebagian atau seluruh tebal kaca).
e. Kaca harus bebas dari gumpilan tepi (tonjolan pada sisi
panjang dan lebar kearah luar/masuk).
f. Harus bebas dari benang (string) dan gelompang (wave)
benang adalah cacat garis timbul yang tembus pandangan,
35
gelombang adalah permukaan kaca yang berubah dan
mengganggu pandangan.
g. Harus bebas dari bintik-bintik (spots), awan (cloud) dan
goresan (scratch)
h. Bebas lengkungan (lembaran kaca yang bengkok).
i. Mutu kaca lembaran yang dlgunakan AA.
j. Ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh
melampaui toleransi yang ditentukan oleh pabrik. Untuk
ketebalan kaca 5 mm kira-kira 0,3 mm.
Pasal 2 Bahan/Produk
2.1. Bahan kaca dan cermin, harus sesuai SII 0189/78 dan PBVI 1982.
Kaca bening dari jenis sheet glass dengan ketebalan 3 mm dan 5 mm.
2.2. Semua bahan kaca dan cermin sebelum dan sesudah terpasang harus
mendapat persetujuan Perencana/SUPERVISI.
2.3. Sisi kaca yang tampak maupun yang tidak tampak akibat pemotongan,
harus digurinda/dihaluskan, hingga membentuk tembereng.
Pasal 3 Pelaksanaan
3.1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar,
uraian dan syarat pekerjaan dalam buku ini.
3.2. Pekerjaan ini memerlukan keakhlian dan ketelitian.
3.3. Semua bahan yang telah terpasang harus disetujui oleh
Perencana/SUPERVISI.
3.4. Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan
benturan, dan diberi tanda untuk mudah diketahui, tanda-tanda tidak
boleh menggunakan kapur. Tanda-tanda harus dibuat dari potongan
kertas yang direkatkan dengan menggunakan lem aci.
3.5. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan menggunakan alat-
alat pemotong kaca khusus.
3.6. Pemotongan kaca harus disesuaikan ukuran rangka, minimal 10 cm
masuk kedalam alur kaca pada kusen.
3.7. Pembersih akhir dari kaca harus menggunakan kain katun yang lunak
dengan menggunakan cairan pembersih kaca.
3.8. Hubungan kaca dengan kaca atau kaca dengan material lain tanpa
melalui kusen, harus diisi dengan lem silicon. Warna transparant cara
pemasangan dan persiapan-persiapan pemasangan harus mengikuti
petunjuk yang dikeluarkan pabrik.
3.9. Cermin dan kaca harus terpasang rapi, sisi tepi harus Iurus dan rata,
tidak diperkenankan retak dan pecah pada sealant/tepinya, bebas dari
segala noda dan bekas goresan.
3.10. Cermin yang terpasang sesuai dengan contoh yang telah diserahkan
dan semua terpasang harus disetujui Perencana/Konsultan Pengawas,
jenis cermin sesuai dengan yang telah disebutkan dalam syarat
pemakaian bahan material dalam uraian dan syarat pekerjaan tertulis
ini type VVV polished, tebal 5 mm.
36
3.11. Pemotongan cermin harus rapi dan Iurus, diharuskan menggunakan
alat potong kaca khusus.
37
BAB. XIII
PEKERJAAN RAILING
Pasal 1 Umum
1.1. Pekerjaan railing tangga menggunakan besi hollow di finish dengan
cat jenis alkyd enamel dan sesuai dengan petunjuk dalam gambar
rencana.
1.2. Pekerjaan Railing Tangga Stainless Steel dan Kaca Tempered dan top
railing Kayu profil
1.3. Lingkup pekerjaan termasuk pengadaan besi hollow dan stainless
steel dan kaca tempered dan juga mempersiapkan lokasi/tempat
dudukannya.
Pasal 2 Ketentuan
2.1. Tenaga ahli
Pelaksanaan harus dikerjakan oleh tenaga ahli dan berpengalaman
dalam bidangnya.
2.2. Peralatan
Untuk melaksanakan pekerjaan dlperlukan peralatan yang memadai
seperti alat potong besi, alat las listrik/las diesel dan lain sebagainya.
Sebelum pengadaan bahan secara menyeluruh, Kontraktor diminta
mengajukan contoh bahan dan catalog serta persyaratan teknis
lainnya.
Pasal 3 Material
3.1. Tangga Bangunan Tengah :
Stainless Steel kotak ukuran 4x6
Kaca Tempered 10 mm
Top Railing Kayu Kamper Profil finish melamik senada warna step
tile
3.2. Ukuran besi hollow yang dipakai sesuai dengan gambar perencanaan
yang diberikan.
3.3. Panjang dan bentuknya serta penggunaannya sesuai gambar rencana.
3.4. Cat untuk pipa yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah cat
Synthetic enamel, sedangkan warna ditentukan kemudian oleh
Perencana.
Pasal 4 Pelaksanaan
Railing Besi Hollow
4.1. Besi dipotong-potong sesuai panjang yang dibutuhkan dan dikerjakan
di luar proyek (workshop). Pelaksanaan di lokasi hanya merakit dan
memsasang pada dudukannya.
4.2. Railing harus dibuat sesuai bentuk dan ukuran seperti yang tertera
dalam gambar detail.
4.3. Sambungan las harus digerinda sampai halus dan siap untuk dicat.
38
4.4. Sebelum pengecatan railing yang terpasang agar dibersihkan dari
bekas-bekas minyak dan diamplas untuk menghilangkan kotoran-
kotoran dan kemudian dicat dengan cat dasar.
4.5. Dudukan railing besi pada dinding/lantai dengan cara disekrup dan
dynabolt.
39
4. Perlindungan
Semua pekerjaan baja, mur, baut dan alat penghubung untuk pekerjaan
stainless steel, harus terlindung secara dicelup panas (hot dip coated)
atau terdiri dari bahan bebas karat yang disetujui Pengawas atau MK.
5. Kontraktor harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang
berhubungan dengan pekerjaan lain; jika terjadi kerusakan akibat
kelalaiannya, maka Kontraktor tersebut harus mengganti tanpa biaya
tambahan.
40
BAB. IX
PEKERJAAN PENUTUP ATAP
Pasal 1 Umum
1.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan baku,
perlengkapan atap dan alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan
pekerjaan hingga diperoleh hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
1.2. Pemasangan atap meliputi seluruh pasangan pada rangka atap yang
ditentukan seperti yang ditunjukkan/diisyaratkan dalam gambar atau
dalam tabel rincian jenis pekerjaan.
41
Pasal 3 Persyaratan Pelaksanaan
3.1. Lakukan pemasangan seperti yang direncanakan, tambahkan angkur-
angkur atau baut-baut untuk mendapatkan pekerjaan yang kaku, kuat,
tepat dan benar seperti yang direncanakan.
3.2. Pasangkan penutup atap tepat pada tempatnya, lurus, rata dan level,
ukur dari bagian-bagian yang sudah permanen, lakukan pemotongan,
dan keperluan lain untuk pemasangan, pasangkan sesuai dangan shop
drawing.
3.3. Periksa hasil pekerjaan, perbaiki atau ganti pekerjaan yang rusak atau
kotor akibat pekerjaan lain-lain, buang bahan pelindung/pelapis dari
pabrik, bersihkan dengan alat dan cara yang diinstruksikan pabrik
pembuat.
3.4. Perbaikan/pembersihan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
tidak menggangu pekerjaan finishing lainnya.
3.5. Apabila ada pekerjaan finishing yang rusak akibat perbaikan pekerjaan
penutup atap ini, maka kerusakan-kerusakan pekerjaan finishing
tersebut harus segera diperbaiki.
42
BAB. X
PEKERJAAN SILICONE SEALANT
Pasal 1 Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan
1.1.1. Meliputi : Pengadaan bahan, tenaga kerja, peralalan dan lain
sebagainya, untuk pekerjaan silicone sealant secara lengkap,
terpasang sempurna sesuai RKS.
1.1.2. Pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan dengan silicone
sealant antara lain:
a. Setiap hubungan antara kaca dengan rangka aluminium
b. Setiap hubungan antara rangka aluminium dengan dinding
beton.
c. Setiap hubungan antara kaca dengan kaca.
1.2. Pekerjaan yang berhubungan:
− Pekerjaan Kusen Aluminium
− Pekerjaan Kaca dan Cermin
43
Pasal 3 Pelaksanaan
3.1. Pekerjaan silicone sealant ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor
khusus yang ahli dalam bidang pekerjaan sealant, dibuktikan dengan
melampirkan CV tenaga ahli yang bersangkutan.
3.2. Untuk kaca, alumnium, concrete dan steel sebelum diberi perlakuan
sealant harus dilakukan pembersihan, bebas dari debu, minyak dan
lain sebagainya yang mengakibatkan berkurangnya daya rekat sealant.
3.3. Pemasangan Sealant harus dilakukan dengan menggunakan tekanan
udara, karena dapat mengatur keluarnya sealant dengan baik.
Sesuaikan tekanan udara untuk memperoleh pengisian joint yang
cukup.
3.4. Jika joint sudah diisi, ratakan sealant dengan alat yang direkomendasi
oleh pabrik pembuat sealant. Masking Tape harus segera diangkat
sebelum sealant mengering (kira-kira 10 - 15 menit).
3.5. Silicone sealant harus dibersihkan sebelum mengering, dengan
menggunakan kain lap yang dibasahi dengan cairan pelarut.
3.6. Jika ada yang tercecer dan sealant sudah mengeras dapat dirapihkan
dengan pisau cutter yang tajam.
3.7. Ukuran joint yang digunakan untuk sealant minimal harus 6 mm
dengan perbandingan lebar dan dalam 2:1 (sebagai contoh untuk lebar
12 mm, dalam 6 mm).
44
BAB. XI
PEKERJAAN FASADE
Pasal 2 Umum
Pekerjaan fasade adalah untuk memperbaiki tampilan bangunan dan
menambah informasi mengenai bangunan pengujian. Untuk uraian
pekerjaan dinding dan pengecatan dapat dilihat di bab-bab sebelumnya
45
di Gambar
− Pengukuran material dan pemotongan sesuai dengan Gambar
− Perakitan material menjadi bentuk huruf sesuai dengan Gambar
c. Pengangkutan barang ke lokasi pemasangan :
− Sebelum pengantaran ke lokasi, huruf dan neon sign harus
dipacking dengan baik agar pada saat pengiriman tidak
terbentur-bentur selama di jalan
− Pada saat menyusun huruf-huruf dan neon sign di mobil,
memungkinkan posisi penempatan tidak mengakibatkan huruf
cacat selama perjalanan
d. Pemasangan Letter Sign dan neon sign di lokasi :
− Pemeriksaan bersama lokasi penempatan, apakah permukaan
sudah selesai dan siap dipasang
− Pemasangan sesuai dengan Gambar
− Dipastikan huruf yang diantar ke lokasi langsung terpasang pada
hari itu juga. Karena kondisi tidak ada gudang penyimpanan di
lokasi.
e. Pengetesan :
− Setelah selesai pemasangan, dilakukan pengetesan terhadap
semua nyala lampu
− Dilakukan pengetesan juga untuk kekuatan struktur huruf dan
neon sign
f. Pembersihan :
− Pembersihan terhadap huruf letter sign dan neon sign, agar
terlihat bersih saat lampu dinyalakan
− Pembersihan terhadap lahan kerja
Persiapan
46
Pekerjaan pengukuran
47
BAB. XII
PEKERJAAN INTERIOR DAN PINTU KAYU
Pekerjaan Interior untuk paket pekerjaan ini adalah pekerjaan membuat fasilitas
pelayanan umum di area Pendaftaran dan Kasir serta penyediaan meja kerja berupa
meja beton khusus untuk Laboratorium Listrik, dan partisi antara ruang WC di
sebagian toilet; pintu kayu lapis HPL
1. Area Pendaftaran :
Meja Pendaftaran dengan material multipleks tebal 15 mm lapis HPL merk
TACO motif kayu, dengan variasi plat stainless steel lebar 1,5 cm dan kaca
pembatas tebal 5 mm ( sesuai gambar )
2. Area Kasir :
Meja Kasir dengan material multipleks tebal 15 mm lapis HPL merk TACO
motif kayu, dengan variasi sebagian finish duco putih dan kaca pembatas
tebal 5 mm ( sesuai gambar )
4. Partisi Toilet :
a. Terbuat dari Panel Phenolic Resin ketebalan 12 mm
b. Asesoris sudah kesatuan dengan produk panel
5. Pintu Kayu :
a. Pintu double tripleks lapis HPL merk TACO
b. Asesoris sesuai dengan spesifikasi pada bab sebelumnya
48
Pasal 4 Urutan Pekerjaan dan Syarat-syarat
49
3. Pelaksanaan pemasangan harus lengkap dengan peralatan bantu untuk
mempermudah serta mempercepat pemasangan dengan hasil pemasangan yang
akurat, teliti dan tepat pada posisinya.
4. Metode pemasangan antara lain :
· Kondisi lapangan sudah terpasang keramik, saniter, dll
· Pemasangan Panel dan asesorisnya.
5. Frekuensi pembersihan dan perawatan serta pemilihan bahan pembersih yang
cocok sangat tergantung pada penggunaan. Pembersihan dapat dilaksanakan
dengan air dan spons atau sikat lembut Apabila pengotoran lebih berat bisa
ditambahkan dengan aceton.
50
BAGIAN E-1
PEKERJAAN MEKANIKAL
BAB I
PEKERJAAN MEKANIKAL
Pasal 1 Umum
1.3. Standardisasi
Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan mekanikal mengacu pada
standar-standar dan peraturan-peraturan yang telah berlaku, meliputi :
− SNI : Standar Nasional Indonesia
− PPI : Pedoman Plumbing Indonesia
− ASTM : American Society for Testing and Materials
− ANSI : American National Standart Institute
− PDI : Plumbing and Drainage Institute
− JIS : Japanese Industrial Standart
− ASHRAE : American Society of Heating, Refrigerating and Air
Conditioned Engineer
− SMACNA : Sheet Metal and Air Conditioning Contractors
National Association
− PUIL : Pedoman Umum Instalasi Listrik
− Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dinas
Pekerjaan Umum
− Peraturan Daerah setempat
− Peraturan Perburuhan Departemen Tenaga Kerja
1
Pasal 2 Persyaratan Teknis
2
dengan pekerjaaan mekanikal kepada Pengawas atau SUPERVISI
untuk dimintakan persetujuan. Pengajuan ini harus disertakan Data
Teknis (Technical Data), Spesifikasi Material (Material
Specficaticn), Brosur (Brochure), dan apabila pertu disertakan
Contoh Material (Mock- up) sebagai dasar teknis Pengawas atau
SUPERVISI untuk memberikan persetujuan.
f. Gambar Kerja (Shop Drawing) diajukan oleh Pelaksana/Pemborong
kepada Pengawas atau SUPERVISI untuk dimintakan persetujuan.
Gambar Kerja bertungsi sebagai pedoman gambar pelaksanaan
dibuat berdasarkan Gambar Rencana, Spesifikasi Material yang telah
disetujui, dan kondisi di lapangan. Untuk itu Pelaksana/Pemborong
harus mengadakan survey di lapangan untuk menentukan
perietakan/posisi material dengan baik. Jumlah lembar Gambar kerja
yang diajukan menyesuaikan prosedur dan peraturan yang berlaku di
pekerjaan/proyek ini.
g. Tahap pelaksanaan pekerjaan mekanikal dari persiapan,
pemasangan, test dan commisioning dilakukan sesuai prosedur
pelaksanaan. Sedangkan ketentuan pelaksanaan detail pekerjaan
diisyaratkan dalam bab-bab yang bersangkutan.
h. Pelaksanan pekerjaan menyesuaikan gambar yang telah disetujui
Pengawas atau SUPERVISI. Apabila terjadi permasalahan Gambar
Kerja dan kondisi di lapangan, Pelaksana/Kontraktor
memberitahukan dan berkonsultasi dengan Pengawas atau
SUPERVISI untuk didapatkan pemecahan permasalahan. Dokumen
pemecahan permasalahan di lapangan ini bisa dituangkan dalam
Berita Acara dan atau dokumen lainnya yang ditandatangani
Pelaksana/Kontraktor dan pihak Pengawas.
i. Dalam melaksanakan pekerjaan Pelaksana/Pemborong harus
memperhatikan dan melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3). Prosedur ini harus dilaksanakan di lapangan bagi semua
yang terlibat di area pekerjaan/proyek. Fasilitas Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) disediakan Pelaksana/Pemborong untuk
mendukung pelaksanaan pekerjaan dengan baik tanpa terjadi
kecelakaan kerja.
j. Kebersihan dan Keamanan di lokasi pekerjaan harus diperhatikan
dan menjadi tanggung jawab Pelaksana/Pemborong. Hal ini untuk
menjaga kenyamanan dalam bekerja dan kualitas pekerjaan itu
sendiri.
k. Pelaksana/Pemborong juga harus membuat merekam dalam bentuk
tertulis atau foto selama pelaksana dan penyesuaian-penyesuaian
dilapangan. Catatan-catalan tersebut dituangkan dalam gambar
dengan lengkap sebagai Gambar Terpasang (As Built Drawing),
kemudian diajukan kepada Pengawas dan Mangemen Kontruksi
untuk dimintakan persetujuan. Jumlah lembar Gambar kerja yang
diajukan menyesuaikan prosedur dan peraturan yang berlaku di
pekerjaan/proyek ini.
l. Dokumen pendukung untuk Peralatan Utama dan Material terpasang
meliputi : Manual Operation, Spare Part Cataloge, dan dokumen
lainnya yang disertakan dengan material yang bersangkutan, akan
diserahkan kemudian setelah selesai pekerjaan. Selain itu
Pelaksana/Pemborong Juga harus membuat Petunjuk Operasional
dan Perawatan dalam Bahasa Indonesia untuk Peralatan Utama
3
ataupun Sistem yang terpasang sebagai pedoman pemilik/pengguna
melakukan operasi dan perawatan.
4
BAB II
PEKERJAAN INSTALASI PEMADAM KEBAKARAN
Pasal 1. Umum
1.3. Standardisasi
Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan Pemadam Kebakaran mengacu
pada standart- standart dan peraturan-peraturan yang berlaku, meliputi :
− SNI. Standart Nasional Indonesia.
− SNI 03-3987-1995. Tata Cara Perencanaan dan, Pemasangan
Pemadam Api Ringan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
pada Bangunan Rumah dan Gedung.
− NFPA. National Fire Protection Association.
− Petunjuk Pemasangan Unit terkait.
− Peraturan Dinas Pemadam Kebakaran di daerah setempat.
5
Untuk instalasi under ground pipa-pipa diberi pelapis/plinkut
bitumastic sheet.
− Fitting.
Sambungan : Welded joint, flange joint
Standard : Material sama dengan pipa.
2.3. Hydrant
a. Hydrant Box
− Hidran box tersebut dari bahan plat baja ketebalan 2 mm di cat di
bagian luar dan dalam dengan cat dasar tahan karat, dan cat
finish dengan cat warna merah.
− Pada hidran box ditulis “Hydrant” dengan huruf yang
proporsional dengan warna putih.
− Di dalam hidran box terdapat hose rack, hose, nozzle, stop valve
dan landing valve.
− Hose tersebut dan bahan asbes dengan diameter 65 mm dan
panjang 30 meter dan mampu menerima tekanan maximum 10
kg/cm, terpasang rapi pada rack.
− Nozzle terbuat dari bahan bronze, dan mampu menerima tekanan
10 kg/cm2.
− Stop valve terbuat dari bahan bronze, dan mampu menerima
tekanan 20 kg / cm2.
− Standard kwalitas
• Standard kwalitas hidran box, ex lokal buatan pabrik.
• Standard kwalitas Nozzle, Stop Valve, Hose Rack, buatan
pabrik pembuatan alat-alat pemadam kebakaran.
− Dalam project dimana hanya di lakukan re-lokasi maka Standard
kwalitas di dasarkan pada relatan yang di pindahkan.
b. Hydrant Pilar
− Hidran pilar terbuat dari bahan besi tuang, dicat dibagian luar
dan dalamnya dengan cat dasar anti karat dan dicat finish dengan
cat merah menyala.
− Hidran pilar mempunyai 1 (satu) outlet dengan diameter 65 mm,
dilengkapi dengan valve dan cuopling Van der Heyden.
− Hidran pilar harus mampu menerima tekanan sebesar 20 kg/cm2.
− Standard kwalitas dari Hidran Pilar ex Pabrik pembuat alat
pemadam kebakaran.
− Dalam project dimana hanya di lakukan re-lokasi maka Standard
kwalitas di dasarkan pada relatan yang di pindahkan.
c. Sambungan untuk Regu Pemadam Kebakaran (Seamese Connection)
dan Landing Valve
1. Seamese Connection
− Sambungan regu pemadam kebakaran (seamese connection)
memungkinkan regu pemadam kebakaran untuk
memompakan air ke dalam instalasi pemadam kebakaran.
− Sambungan regu pemadam kebakaran (seamese connection)
lengkap dengan kotak dan penutup dari kaca, yang
keseluruhannya harus memenuhi ketentuan dari Dinas
Pemadam Kebakaran.
6
− Sambungan ini mempunyai diameter 65 mm (2,5”) terdiri
dari 2 (dua) inlet, chek valve, dan caps.
− Sambungan untuk regu Pemadam Kebakaran ini (seamese
Connection) mampu menerima tekanan sebesar 20 kg/cm2.
− Sambungan untuk regu Pemadam Kebakaran ini terbuat dari
bahan sejenis bronze.
− Dalam project dimana hanya di lakukan re-lokasi maka
Standard kwalitas di dasarkan pada relatan yang di
pindahkan.
d. Material Pendukung Instalasi
Material Pendukung berasal dari pabrikan terkait atau material yang
lelah disetujui pemilik/pemakai gedung, tanpa mengabaikan
operasional alat pemadam kebakaran.
3.2. Jika di dalam melaksanakan pekerjaan ada salah satu bagian instalasi
yang sukar dilaksanakan. Pemborong wajib membuat laporan tertulis
dan hal tersebut segera dibicarakan dengan Direksi.
3.6. Semua pipa baik yang tampak atau yang ditanam diharuskan diberi
laplsan pelindung lead meni. Pipa yang ditanam di tanah diharuskan
dilapisi lagi dengan aspal, dan dibalut dengan anyaman rami beraspal
atau dengan tape wrapping standard underground.
3.9. Dalam relokasi pipa pengetesan tetap dilakuan pada batas panjang
penambahan relokasi.
3.10. Pengetesan yang gagal, termasuk biaya dan peralatan yang diperiukan
untuk perbaikan ditanggung oleh Pemborong.
7
3.11. Sebelum pekerjaan dimulai Pemborong wajib menyerahkan gambar
kerja, daftar dan brosur material/equipment yang akan dipasang.
4.3. ProsedurTest
a. Sebelum periengkapan hydrant ini dicoba, maka terlebih dahulu pipa
instalasi hydrant ini di bersihkan/flushing dan ditest dulu mengenai
kebocorannya.
Dengan mengisi air ke instalasi dengan pompa mekanik diharuskan
minimal 15 kg/cm2 dan tidak ada penurunan selama 24 jam.
b. Kalau pipa instalasi hydrant sudah dalam keadaan baik (tidak bocor)
maka pengecekan equipment lainnya dapat dilaksanakan.
8
5.2. Garansi dan Spare Part
a. Garansi Material Alat Pemadam Kebakaran berlaku selama 1 tahun
setelah serah terima unit.
b. Garansi Spare Part Alat Pemadam Kebakaran mengacu pada
ketentuan garansi spare part yang telah dipasang.
9
BAGIAN E-2
PEKERJAAN PLUMBING
BAB I
PEKERJAAN PLUMBING
Pasal 1. Umum
1.3. Standardisasi
Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan plumbing mengacu pada
standart-standart dan peraturan-peraturan yang telah berlaku, meliputi.:
− SNI. Standart Nasional Indonesia
− SNI 03 – 6481 – 2000. Sistem plumbing – 2000.
− SNI 07-0242.1-2000. Spesifikasi Pipa Baja dilas dan tanpa
sambungan dengan lapis hitam dan Galvanis pan as.
− SNI 19-6782-2002. Tata Cara Pemasangan Besi Daktil dan
Periengkapannya.
− SNI 03-7065-2005. Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing.
− Ppi : Pedoman Plumbing Indonesia
− PQI : Plumbing and Drainage Institute
− ASTM : American Society for Testing and Materials
− ASME : American Society of Mechanical Engineers
10
− JIS : Japanese Industrial Standart
− DIN : Deutsches Institut fur Norm ung
− Peraturan PAM daerah setempat
− Peraturan Daerah setempat
b. Material Fittings :
− Fitting Pipa Instalasi Air Bersih.
• Penyambungan pipa dengan sistem dipanaskan sesuai
standard Aplikator dan bahan yang akan digunakan.
− Fitting Instalasi Pipa Air Bekas, Air Kotor dan Air Hujan.
• Untuk ukuran 15 mm s/d 50 mm : Injection Moulding
connection, AW Class. 10 kg/cm2, Standard: SNI 06-
01351989.
• Untuk ukuran 65 mm s/d 300 mm : Slip-on Ring
Connection, AW Class, 10 kg/cm2, Standard: SNI 06-0135-
1989.
− Fining Instalasi Pipa Ventilasi udara- Air bekas & Air Kotor
Poly Vinyl Carbonat (PVC) Pipe, D Class, 5 kg/cm2. Standard :
SNI 06-0135-1989
c. Material Valves dan peralatan di jalur pipa air bersih.
− Gate Valves, Globe Valve, Check Valve dan Y- Strainer.
11
• Untuk ukuran 15 mm s/d 50 mm : Thread connection,
Bronze, 10 kg/cm2. Standard : JIS 10 K.
• Untuk ukuran 65 mm s/d 300 mm : Flange connection,
Melleable Cast Iron, 10 kg/cm2. Standard : JIS 10 K.
− Floating Valve
• Untuk ukuran 15 mm s/d 50 mm : BSPT Thread, Brass or
Bronze, Working Pressure, min: 4 kg/cm2. Standard : JIS 10
K
• Untuk ukuran 65 mm s/d 300 mm : Flange connection,
Brass or Bronze, 10 kg/cm2. Standard : JIS 10 K
− Foot Valve (with Strainer)
• Untuk ukuran 15 mm s/d 50 mm : Thread Connection,
Bronze, Working Pressure, 10 kg/cm2. Standard :
JIS10K/PN 10
• Untuk ukuran 65 mm s/d 300 mm : Flange connection,
Cast Iron or Galvanized Steel 10 kg/cm2. Standard : JIS
10K/PN 10
− Flow Meter
Thread or Flange Connection, Magnetic Drive, Working
Pressure : 10 kg/cm2
− Flexible Joint
Thread or Flange Connection, Double Sphered, Rubber,
Working Pressure : 10 kg/cm2
− Pressure Gauge & Compound Gauge
Casing Chrome Plated St, Size : 100 mm, Ranges : 0 – 10
kg/cm2.
− Hangers :
• Steel rod or Steel Band, Adjustable thread or turnbuckle,
Swivel Ring or Steel Band or Split Ring.
• Untuk pipa berisolasi memakai rubber lining
− Supports :
• Steel rod or Steel Band, Adjustable, U-bolt or flat strip steel
with thread.
• Untuk pipa berisolasi memakai rubber lining.
• UNP and or L profile Steel.
− Clamps :
• Steel rod or Steel Strip Band, Adjustable, U-bolt or steel
bend with thread.
12
• Untuk pipa berisolasi memakai rubber lining.
• UNP and or L profile Steel.
e. Kawat Las/Veld Electrode
− Kawat Las untuk Mild Steel
High titania type covered electrode, Standard : AWS A5.1 E6013
− Kawat Las untuk High tensile steel
High titania type covered a low hydrogen electrode, Standard :
AWS A5.1 E7016.
f. Paint/ Cat
− Cat Dasar
Oil paint type, Minyak Resin/Lena, Standard : SNI 06-0087-
1987
− Cat Jadi
Oil paint type, Minyak Resin/Lena, Standard : SNI 06-0087-
1987
13
Ukuran Pipa Jarak Hanger/Support
Dia. < 1” 0,7 mm
1” s/d 1 ½ ” 1 mm
2” 1,2 mm
2 ½ ” s/d 5” 1,5 mm
14
jalan kendaraan karena dalamnya galian tidak memenuhi syarat
(60 cm), maka pipa pada bagian pengurugan teratas harus
pelindung berupa pipa besi dengan diameter diatas pipa
terpasang atau dengan plat beton bertulang setebal 10 cm yang
dipasang sedemikian rupa sehingga plat beton tidak bertumpu
pada pipa.
− Semua pipa dari besi/baja yang ditanam dalam tanah harus
terisolasi rapi dengan karung goni dan dilapisi aspalt untuk
mencegah/menghambat korosi dari luar.
− Semua pipa yang akan ditutup/ditimbun dengan tanah, telah
dilakukan test tekan dan desinfeksi terhadap pipa yang
bersangkutan.
− Untuk menjaga kestabilan posisi pipa, pada setiap belokan dan
dekat fitting dipasang thmst block.
− Penimbunan tanah dilakukan teriebih dahulu dengan pasir
setebal 15 cm kemudian tanah asli atau urugan. Tanah timbunan
selanjutnya dipadatkan disesuaikan dengan kekerasan tanah asli.
d. Test dan Commisioning.
Yang dimaksudkan dengan Test dan Commisioning disini adalah
pengujian dan treatment terhadap instalasi pipa yang akan dipasang
maupun yang sudah dipasang. Pengujian pipa dilaksnakan secara
partial (bagian-perbagian) dan atau secara menyeluruh. Beberapa
ketentuan pengujian pipa tersebut adalah sebagai berikut;
− Pipa Air Bersih.
Setelah semua pipa terpasang dan perlengkapannya terpasang
harus dilakukan pengujian dengan tekanan hidrolik sebesar 10-
12 kg/cm selama 8 jam terus menerus tanpa terjadi penurunan
tekanan.
− Pipa Fire Fighting
Setelah semua pipa terpasang dan perlengkapannya terpasang
harus dilakukan pengujian dengan tekanan hidrolik sebesar 20
kg/cm selama 4 jam terrus menerus tanpa terjadi penurunan
tekanan.
− Pipa Air Bekas, Air Kotor, Air Hujan, dan Ventilasi Udara
Untuk pipa air bekas, air kotor, air hujan, dan ventilasi udara
dilakukan test genang dengan menyumbat semua ujung pipa dan
menyediakan lubang yang tertinggi untuk pengisian air. Sistem
tersebut harus menahan air yang diisikan minimum selama 2 jam
tanpa terjadi penurunan air.
− Desinfeksi.
Pelaksana harus melaksanakan disinfeksi dan pembilasan
terhadap seluruh instalasi pipa air bersih. Disinfeksi dilakukan
dengan cara.
• Diisi larutan chlorine yang mengandung 50 ppm, dan
dibiarkan selama 24 jam sebelum dibilas dan digunakan atau
dipakai kembali.
• Diisi larutan chlorine yang mengandung 200 ppm, dan
dibiarkan selama 1 jam sebelum dibilas dan digunakan
kembali.
• Setelah 24 jam seluruh pipa tersebut harus dibilas dengan air
bersih sehingga chlorine tidak lebih dari 0,2 ppm.
15
Pasal 3 Jaminan dan Garansi
16
BAB II
PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH
Pasal 1 Umum
1.3. Standardisasi
Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan instalasi air bersih mengacu
pada standart-standart dan peraturan-peraturan yang telah berlaku,
meliputi :
− SNI : Standart Nasional Indonesia
− PPI : Pedoman Plumbing Indonesia
− PDI : Plumbing and Drainage Institute
− Peraturan PAM daerah setempat
− Peraturan Daerah setempat
17
c. Dari roof tank air selanjutnya didistribusikan secara gravitasi melalui
pipa tegak dalam shaft dan datar ke plumbing fixture di Toilet
gedung TUM, toilet gedung tengah
d. Untuk gedung pendaftaran air bersih langusng di alirkan dari tanki
air Menara ke system air plumbing fixture di toilet gedung
pendaftaran
18
3.2. Garansi dan Spare Part
a. Garansi instalasi air berlaku terhadap unit-unit terpasang dalam
instalasi sistem ini dengan masa garansi selama 1 tahun setelah serah
terima unit.
b. Garansi Spare Part unit terpasang dalam instalasi air bersih mengacu
pada ketentuan garansi spare part yang terkait.
19
BAB III
PEKERJAAN INSTALASI AIR LIMBAH GEDUNG
Pasal 1. Umum
1.3. Standardisasi
Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan air limbah gedung mengacu
pada standart- standart dan peraturan-peraturan yang telah berlaku,
meliputi.:
− SNI. Standart Nasional Indonesia.
− PPI. Pedoman Plumbing Indonesia.
− PDI. Plumbing and Drainage Institute.
− Keputusan Mentri Lingkungan Hidup.
− Peraturan PAM daerah setempat.
− Peraturan Daerah setempaL
20
melewati pipa datar dan pipa tegak menuju ke saluran
gedung/kawasan/kota atau ke unit pengolahan limbah.
d. Instalasi Sistem Pengolah Air Limbah merupakan sistem pengolah
air limbah yang berasal dari gedung kemudian diolah Unit Pengolah
Air Limbah sehingga air keluar menuju ke saluran
gedung/kawasan/kota memenuhi persyaratan/ketentuan air limbah.
21
dipasang sebagaimana di tunjukkan dalam detail gambar
rencana. Pemasangan Clean Out di luar gedung diletak pada bak
kontrol khusus atau concrete block, sehingga aman terhadap
aklifitas pengguna.
d. Testing & Commisioning terhadap instalasi sistem air bekas, air
kotor, dan air hujan, terdiri testing terhadap instalasi plumbing dan
instalasi pengolah limbah. Spesifikasi pelaksanaan pekerjaan testing
disyaratkan dalam pekerjaan plumbing. Testing dan Commisioning
instalasi pengolah Limbah disyaratkan dalam pekerjaan pengolah
limbah.
22
BAB IV
PEKERJAAN SUMUR DALAM
Pasal 1. Umum
Pasal 2. PersyaratanTeknis
23
a. Sumur Dalam (Deep Well) sebagai penyedia air bersih yang
merupakan air tanah diambil pada kedalaman lebih dari 30 meter atau
telah mendapatkan lapisan mata air bersih.
b. Kedalaman air tanah yang berdasarkan perletakan pipa saringan
sumur di aquifer atau zona jenuh.
c. Sumur berfungsi sebagai penyedia air baku yang berasal dari air
tanah. Air baku diharapkan memenuhi standart air bersih yang
dipakai untuk memenuhi kebutuhan air bersih pengguna gedung.
Berkaitan dengan hal tersebut Pelaksana/Pemborong harus
melaksanakan test analisa air sumur ke instansi yang berwenang
untuk menentukan kelayakan sebagai air bersih.
d. Jika dalam proyek area dimana telah ada sumur atau sumber air
bersih yang sudah digunakan dan cukup handal dalam kualitasnya,
maka pengetesan mutu air baku air dapat dipertimbangkan kembali.
b. Pekerjaan Survey
− Sebelum menentukan lokasi pengeboran, Pengawas/Pemborong
harus melakukan survey di lapangan untuk menentukan titik
pengeboran. Hasil survey dilaporkan kepada Pengawas atau
Management Kontruksi untuk persetujuan titik pengeboran.
− Titik pemboran harus berjarak minimum 10 meter dengan bidang
tangki septik, atau resapan air buangan, resapan air tanah atau
lubang galian untuk sampah, atau unit-unit penampung dan atau
pengolah terbuka yang dapat mencemari kondisi air tanah yang
akan diambil.
c. Pekerjaan Persiapan
− Pelaksanaan pekerjaaan persiapan dengan pembuatan kolam
penampung/sirkulasi air dan kolam pemeriksaan lumpur dan
lapisan tanah. Pembuatan kolam ini harus memperhatikan
kondisi sekitar sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar.
24
− Mobilisasi Alat dilanjutkan pemasangan peralatan utama dan
peralatan pendukung untuk pengeboran.
− Pelaksana/pemborong pekerjaan sumur bertanggung jawab atas
kebersihan dan pengembalian kondisi tanah/landscape
dikarenakan pekerjaan kolam, mobilisasi dan demobilisasi alat.
d. Pekerjaan Pengeboran
− Kedalaman Pengeboran adalah berkisar minimum 30meter.
− Diameter lubang pengeboran disesuaikan dengan penempatan
pipa jambang yang akan dipasang. Kontraktor wajib
menyerahkan procedure dan spesifikasi untuk pengeboran.
− Pelaksana/Kontraktor mengajukan metode pelaksanan
pengeboran : drilling dan reaining untuk dimintakan persetujuan
Pengawas atau Management Kontruksi.
− Pemompaan diteruskan untuk membersihkan lubang sumur
sampai air kurasan yang keluar tidak mengandung lumpur lagi.
25
− Pengujian terhadap kwalitas air tanah perlu dilaksanakan
Pelaksana/Pemborong. Hasil Analisa Air di keluarkan oleh
Instansi yang berwenang atau badan yang telah disetujui
Pengawas atau SUPERVISI sebagai parameter untuk
menentukan kelayakan air tanah dipakai sebagai air bersih.
− Pelaksana/Pemborong harus membuat Laporan Pengeboran dan
Instalasi Sumur dengan melampirkan Hasil test dan
cominisioning.
26
BAB V
PEKERJAAN TANKI AIR BERSIH
Pasal 1. Umum
1.3. Standardisasi
Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan tanki air bersih mengacu pada
standart-standart dan peraturan-peraturan yang telah berlaku, meliputi :
− SNI : Standard Nasional Indonesia.
− Petunjuk pemasangan unit dari pabrikan.
27
2.2. Persyaratan Material
a. Tanki Roof Tank atau Tower Tank
− Bahan baku : Polyethylene HDPE atau FRP
− Thickness : sesuai ketentuan pabrikan
− Kapasitas : sesuai schedule
− Pipe Connection : Flange connection
− Service : Manhole, Ladder, pipe outlet pipe
inlet,drain pipe, overflow pipe,
bypass pipe, and venting pipe.
− Structure Support : sesuai ketentuan pabrikan
− Base Frame : By Vendor
− Foundation : Concrete Structure
− Standart SNI, ISO, FDA
− Diakui oleh FOA (Food and Drugs Administration), tidak
berbau, tidak beracun dan tidak mengubah rasa makanan
maupun minuman.
28
peralatan pendukung diatas dan pemasangan material yang
melekat di tanki terhadap resiko kebocoran.
29
a. Serah Terima Pekerjaan instalasi Tanki Air Bersih merupakan
bagian dari Serah Terima Pekerjaan Mekanikal secara keseluruhan
di pekerjaan/proyek ini, Prosedur Serah Terima Pekerjaan
Mekanikal harus menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku di
pekerjaan/proyek ini.
b. Pelaksana/Pemborong harus membuat Berita Acara Serah Terima
Pekerjaan Tanki Air Bersih dengan persetujuan Pengawas
Mekanikal atau SUPERVISI.
30
BAB VI
PEKERJAAN POMPA AIR BERSIH
Pasal 1. Umum
31
Operasi pompa secara otomatis dikendalikan terhadap sisi hisap dan
sisi keluaran pompa dengan mengaunakan sistem water level
control.
− Pada sisi hisap pompa : Pompa akan “off” jika posisi air di Tanki
Bawab dibawah “low level” elektrode, dan pompa akan “on”
setelah air mencapai posisi “high level” elektrode. Pompa
dilengkapi panel control.
− Pada sisi keluaran pompa : Pompa akan “on” jika posisi air di
Tanki Atas dibawah “low level” electrode, dan pompa akan “off”
setelah air mencapai posisi “high level” elektrode.
c. Air bersih dari Tower Tank didistribusikan ke gedung secara
gravitasi, melalui pipa distribusi yang dipasang melingkar (ring
system) di setiap lantai, dan pipa riser dibuatkan per lantai bukan
gabungan dengan lantai lainnya.
d. Sistem operasi tunggal bergantian (single alternate system) yaitu
sistem operasi dua (2) pompa, dimana Pompa #1 “on”, dan Pompa
#2 “off/stand by”. Setelah pompa #1 “off” karena kontrol otomatis
water level kontrol, untuk operasi pompa periode berikutnya Pompa
#2 “on” dan Pompa #1 “off / stand by”. Demikian seterusnya
bergantian.
32
− Structure : Volume casing, Closed Impeller, Gland
Packing.
− Kapasitas/Head : sesuai schedule.
− Driver : Electric Motor
− Power Source : 380 V / 3 phase / 50 Hz.
− Operasi : Manual dan otomatis.
− Operasi Auto : Water level Control System terhadap
sisi hisap (sumur) dan sisi keluaran
(Ground Tank atau Roof Tank).
33
Pompa bekerja pada range tekanan kerja sisi keluaran pompa
berkisar 1,2 kg/cm2 — 2,8 kg/cm2, menyesuaikan tekanan
kerja instalasi.
c. Pekerjaan Transfer Pump
− Pekerjaaan Transfer Pump meliputi pekerjaan pengadaan dan
pemasangan pompa, instalasi pipa, kontrol panel, kabel power,
kabel kontrol beserta peralatan pendukung instalasi.
− Pompa dipasang diatas pondasi dengan ketinggian minimal ±100
mm, dari lantai. Pompa Lifting berada dalam Rumah Pompa atau
ruang khusus yang berdekatan dengan Ground Tank.
− Beberapa hal yang periu diperhatikan daiam pemasangan pompa
ini adalah sebagai berikut:
• Pompa beserta motor penggerak berada pada base plate
pabrikan, dimounting bersamaan dengan vibration mounting
pada base trame (UNP 100 Profile Steel/sejenis) untuk
memudahkan setting dan adjusting (centering dan leveling)
posisi pompa. Selanjutnya base frame difix-kan ke pondasi
dengan menggunakan dyna bolt. Posisi terpasang dalam
posisi rata dan selevel.
• Pipe suction dan pipa discharge terpasang pada
support/clamp sehingga pompa tidak terbebani dengan berat
pipa atau gaya pada pipa.
• Panel Kontrol Pompa dibuat oleh pabrikan, sesuai dengan
sistem operasional pompa.
• Pondasi Pompa adalah pondasi block (block foundation),
merupakan kontruksi pondasi beton bertulang yang
mempunyai berat minimal 2x berat pompa.
− Spesifikasi pemasangan Panel Kontrol, Kabel Daya dan Kabel
Kontrol disyaratkan dalam pekerjaan eletrikal.
• Panel Kontrol di pasang di dinding Rumah Pompa, pada
posisi dekat dengan pompa dan mudah dioperasikan oleh
operator.
• Kabel Daya di sambung ke Panel Pompa berasal dari Panel
Daya di Ruang Pompa atau dari bangunan terdekat
• Sedang Kabel Kontrol disambung dari Panel Pompa ke
elektrode di dalam Ground Tank dan di dalam Roof Tank.
Posisi elektrode “low level limit” terpasang pada jarak ± 300
mm diatas ujung pipa isap pompa, sedang elektrode “high
level limit” terpasang di bawah muka air tertinggi dalam
Ground Tank. Sedangkan posisi elektrode atas/“high level
limit” dalam Roof Tank berada dibawah (±50 mm) pipa
overflow, dan elektrode tengah/“low level limit” dipasang
menyesuaikan waktu operasi pompa dan penggunaan air
bersih harian.
d. Test dan Cominisioning
− Pelaksanan Test dan Cominisioning dilakukan pada setiap jenis
pompa yang terpasang, disesuiakan dengan keperluaan system
operasi yang direncanakan.
− Sebelum dilaksanakan test dan cominisioning,
Pelaksana/Kontraktor harus sudah melaksanakan pekerjaan test
dan cominisioning untuk Instalasi pendukung yaitu:
34
• Pipa Suction dan Pipa Discharge, beserta pipa distribusinya
harus sudah ditest dan sudah terpasang dengan baik dan tidak
bocor.
• Semua Kabel Power dan Kabel Kontrol harus di test (merger)
untuk memberikan kepastian ketahanan isolasi dan
kebocoran arus. Spesifikasi pelaksanaan tes ini diisyaratkan
pada pekerjaan mekanikal.
• Pelaksana diharuskan melaksanakan pekerjaan pre-test
terhadap peralatan pendukung.
− Test dan Cominisioning dilaksanakan oleh Teknisi yang ditunjuk
oleh pabrikan atau dari agent penyetor peralatan untuk melihat
kemampuan pompa yang telah dipasang meliputi:
• Sistem Operasi Pompa secara Manual dan Otomatis. Operasi
Otomatis harus sesuai dengan sistem yang direncanakan.
• Pengukuran Kapasitas Aliran dan Tekanan. Dilanjutkan
dengan setting terhadap peralatan yang mendukung system
kontrol operasi pompa.
• Pengukuran Komsumsi Daya Listrik.
35
b. Pelaksana/Pemborong harus membuat Berita Acara Serah Terima
Pekerjaan Tanki Air Bersih dengan persetujuan Pengawas
Mekanikal atau SUPERVISI.
36
BAB VII
PEKERJAAN SEPTICTANK
Pasal 1. Umum
37
c. Area pengolahan harus memiliki ventilasi di 2 kompartemen.
d. Akses input pada kompartemen area menggunakn pipa PVC AW 4”.
e. Area kompartemen ke-2 harus berhubungan dengan area resapan
menggunkaan pipa 4” yang berlobang.
f. Luas area resapan dapat dilihat pada gambar rencana.
38
BAGIAN F
PEKERJAAN ELEKTRIKAL
BAB I
PEKERJAAN SISTEM CATU DAYA DAN DISTRIBUSI LISTRIK
Pasal 1. Umum
Pekerjaan sistem catu daya dan distribusi listrik meliputi pengadaan semua
bahan, peralatan dan tenaga kerja, pemasangan instalasi, pengujian perbaikan
selama masa pemeliharaan dan pelatihan bagi calon operator. Sehingga
seluruh sistem catu daya dan distribusi listrik dapat beroperasi dengan baik
dan benar.
Pasal 3. Koordinasi
1
3.2. Gambar-gambar perancangan hanya menunjukkan secara umum tentang
posisi dari peralatan-peralatan, pengkabelannya dan Iain-lain.
Kontraktor harus mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan
yang disesuaikan dengan keadaan bangunan sebenarnya, tanpa
tambahan biaya.
3.3. Setiap pekerjaan yang disebut pada spesifikasi teknik tapi tidak
ditunjukkan pada gambar perancangan atau sebaliknya, harus dilengkapi
dan dipasang.
2
Pasal 7. Gambar Instalasi Terpasang dan Petunjuk Operasi
7.2. Kontraktor juga harus menyerahkan 3 set buku yang berisi petunjuk
operasi dan perawatan dari seluruh instalasi, dan peralatan kepada
Pemilik paling lambat 30 hari kalender setelah serah terima pertama.
10.1. Umum
Semua material yang dipasok dan dipasang oleh Kontraktor harus baru
dan material tersebut harus cocok untuk dipasang di daerah beriklim
tropis. Material-material harus dari produk dengan kualitas baik dan
produksi terbaru. Untuk material-material, maka Kontraktor harus
menjamin bahwa barang tersebut adalah baik dan baru dengan jalan
menunjukkan surat order pengiriman dari dealer/agen/pabrik.
3
Semua pengkabelan untuk bangunan ini harus menggunakan kabel 4
besar yang sudah resmi berlaku.
4
BAB II
PEKERJAAN PANEL TEGANGAN RENDAH
Pasal 3. Karakteristik
a. tegangan kerja : 400 V
b. tegangan uji : 3.000 V
c. tegangan ují impulse : 20.000 V
d. frekuensi : 50 Hz
5
Khusus untuk peralatan digunakan solid state dan inverter untuk peralatan-
peralatan yang memerlukan pengaturan variable speed atau pun pengaturan
starting.
Pasal 5. Konstruksi
5.4.Panel harus dibuat dari pelat baja tebal tidak kurang dari 2,00 mm dan
diberi penguat besi siku atau besi kanal dengan ukuran standar, sehingga
dapat dipertukarkan dan diperluas dengan mudah dan masing-masing
terpisah satu dengan yang lain dengan alat pemisah.
6
utama dari setiap panel daya (power panel) harus dilengkapi dengan
"Phase Failure Relay" dan kabel kontrol harus tahan api.
g. Busbar utama dalam panel harus dipasang mendatar di bagian
bawah/atas dan mempunyai kemampuan hantaran arus terus menerus
sekurang kurangnya sebesar 1,5 (satu setengah) kali dari rating ampere
frame pemutus tenaga utama.
h. Busbars dari bahan tembaga murni dengan minimum konduktivitas
99,99% . Busbars harus dicat dengan warna sesuai dengan aturan
dalam PUIL 2000 :
➢ Fase : merah, kuning, hitam
➢ Netral: biru
➢ Pembumian : hijau - kuning.
i. Kontaktor magnetik harus dapat bekerja tanpa getaran maupun dengan
kumparan contactor harus sesuai untuk tegangan 220 Volt, 50 Hz dan
tahan bekerja terus menerus pada 10 % tegangan Iebih dan harus pula
dapat menutup dengan sempuma pada 85 % tegangan nominal.
j. Pemberian Tanda Pengenal
Tanda pengenal harus dipasang, yang menunjukkan hal - hal berikut :
− fungsi peralatan dalam panel
− posisi terbuka atau tertutup
− arah putaran dari handel périgontrol dari switch
− dan lain-lain.
Tanda pengenal ini harus jelas dan tidak dapat hiiang.
k. Pengujian ini pertu dilakukan bila pabrik tidak dapat memberikan
sertifikat pengujian yang diakui oleh PLN (LMK) :
− pengujian kekuatan tegangan impuls
− pengujian kenaikan suhultemperatur
− pengujian kekuatan hubung singkat
− pengujian untuk aiat-alat pengaman
− pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan apa yang
dimaksud
− pemeriksaan alat-alat interiock dan fungsl kerja handel-handel
− pemeriksaan kekuatan mekanis dari handel dan aiat interlock
− pemeriksaan kontinuitas rangkalan.
l. Panel harus dibuat oleh panel maker pabrikan resmi yang diakui
legalitasnya oleh Negara Indonesia.
7
BAB III
PEKERJAAN KABEL DAVA TEGANGAN RENDAH
3.1. Bahan
Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus
memenuhí peraturan PUIL 2000 dan LMK dan juga harus 4 besar.
Semua kabel/kawat harus baru dan harus jelas ditandai dengan
ukurannya, jenis kabelnya, nomor dan jenis pintalannya.
Semua kawat dengan penampang 6 mm2 keatas haruslah terbuat secara
dipilin (stranded). Instalasi ini tidak boleh memakai kabel dengan
penampang lebih kecil 2,5 mm2 kecuali untuk pemakaian remote
control.
Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai ialah dari tipe
➢ Untuk instalasi penerangan adalah NYM dengan konduit uPCV
high impact.
➢ Untuk kabel distribusi NYY, NYFGbY, dan penerangan luar/jalan
dengan menggunakan kabel NYFGbY.
➢ Untuk kabel-kabel dari diesel generator set menuju ke PUTR
menggunakan kabel jenis NYY. Untuk kabel-kabel dari PUTR
menuju ke panel-panel pompa/hydrant, menggunakan kabel jenis
FRC.
3.2. Splice/Sambungan
Dalam membuat "splice" konektor harus dihubungkan pada
konduktor-konduktor dengan baik, sehingga semua konduktor
tersambung, tidak ada kabel-kabel telanjang yang kelihatan dan tidak
bisa lepas oleh getaran.
Semua sambungan kabel baik di daiam kotak sambung, panel ataupun
tempat lainnya harus menggunakan konektor yang terbuat dori
tembaga yang dilsolasi dengan porselen, bakelite atau PVC, yang
ukurannya disesuaikan dengan ukuran kabelnya.
8
3.3. Sambungan
➢ Semua penyambungan kabel harus dilakukan daiam kotak-
kotakpenyambung yang khusus untuk itu (misalnya kotak
sambung dan lain- lain). Kontraktor harus memberikan brosur-
brosur mengenai cara-cara penyambungan yang dinyatakan oleh
pabrik kepada Konsultan Pengawas/MK.
➢ Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan wama-wama atau
nama-namanya masingmasing, dan harus diadakan Pengujian
tahanan isolasi sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan.
Nasi! Pengujian harus tertulis dan disaksikan oleh Konsultan
Pengawas/MK.
➢ Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan
penyambungantembaga yang dilapisi dengan timah putih dan kuat.
Penyambungan-penyambungan harus dari ukuran yang sesuai.
➢ Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus dilsolasi dengan
pipa PVG / protolen yang khusus untuk Iistrik.
➢ Penyekat-penyekat khusus harus dipergunakan bila periti untuk
menjaga nilai isolasi tertentu.
➢ Cara-cara pengecoran yang ditentukan oleh pabrik harus diikuti,
misal suhu-suhu pengecoran dan semua lubang-lubang udara
harus dibuka selama pengecoran.
➢ Bila kabel dipasang tegak lurus dipermukaan yang terbuka, maka
harus dilindungi dengan pipa baja dengan tebal 3 mm atau
sekurang-kurangnya 2,5 mm.
9
3.5. Pemasangan Kabel dalam Tanah
➢ Kabel tegangan rendah harus ditanam minimal sedalam 800 mm.
➢ Kabel yang ditanam Iangsung dalam tanah harus dilindungi
dengan bata merah, dan diberi pasir, ditanam minima! sedalam
800 mm.
➢ Untuk yang lewat jalan raya ditanam sedalam 1.000 mm dan
dilindungi dengan pipa Galvanized dengan diameter minimum 2
kali diameter kabel,
➢ Kabel-kabelyang menyeberang jalur selokan, dilindungi dengan
pipa galvanis atau pipa beton yang dilapisi dengan pipa PVC tipe
AW, kabel harus berjarak tídak kurang dari 300 mm dari pipa gas,
air dan lain-lain
➢ Galian untuk menempatkan kabel yang dipasang dalam tanah
harus bersih dan bahanbahan yang dapat merusak isolasi kabel,
seperti : batu, abu, kotoran bahan kimia dan lain sebagainya. Alas
galian (lubang) dilapisi dengan pasir kali setebal 100 mm.
kemudian kabel diletakkan, diatasnya diberi bata dan akhirnya
ditutup dengan tanah urug.
➢ Penyambungan kabel dalam tanah tidak diperkenankan secara
Iangsung. harus mempergunakan peralatan khusus untuk
penyambungan kabel dalam tanah.
➢ Penanaman dan penyambungan kabel harus diberikan marking
yang jelas pada jalur-jalur penanaman kabelnya. Agar
memudahkan didalam pengoperasian, pengurutan kabel dan
menghindari kecelakaan akibat tergali/tercangkul.
Pasal 4. Pengujian
4.4.Marking kabel untuk pemasangan kabel di dalam tanah harus jelas dan
tidak dapat dihapus.
10
BAB IV
PEKERJAAN SISTEM PENERANGAN
Pasal 1. Umum
Pekerjaan sistem penerangan meliputi pengadaan semua bahan, peralatan
dan tenaga kerja, pemasangan instalasi, pengujian, perbaikan selama masa
pemeliharaan dan pelatihan bagi calon operator. Sehingga seluruh sistem
penerangan dapat beroperasi dengan baik dan benar.
11
2.2 Kabel Instalasi
a. Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi kotak kontak
harus kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih
(NYA, NYM, NYY).
b. Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2,5 mm2 kode
warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PU1L 2000 sebagal
berikut
➢ fasa R : merah
➢ fasa S : kuning
➢ fasa T : hitam
➢ Netral : biru
➢ Pembumian : hijau/kuning
c. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adaiah konduit
uPVC high impact. Pipa, elbow, socket, kotak sambung, clamp dan
accessories lainnya harus sesuai yang satu dengan lainnya, yaitu tidak
kurang dari diameter 19 - 25 mm.
d. Pipa flexible harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak
sambung (TJ unction box) dan armatur lampu,
e. Sedangkan pipa untuk instalasi penerangan dan kotak kontak dengan
pipa konduit u PVC, high impact conduit-heavy gauge, sekurang-
kurangnya diameter 19 - 25 mm.
Pasal 3. Pengujian
Pengujian dilakukan dengan disaksikan oleh Konsultan Pengawas/MK dan
disahkan oleh lembaga yang berwenang meliputi :
➢ Pengujian tahanan isdasi
➢ Pengupan kekuatan tegangan impuls
➢ Pengupan kenalkan suhu
➢ Pengujian kontinyultas.
12
BAB V
PEKERJAAN KOTAK KONTAK DAN SAKLAR
Pasal 1. Umum
Pekerjaan sistem kotak kontak dan saklar meliputi pengadaan semua bahan,
peralatan dan tenaga kerja, pemasangan instalasl, pengujian perbaikan
selama masa pemeliharaan dan pelatihan bagi calon operator. Sehingga
seluruh sistem kotak kontak dapat beroperasi dengan baik dan benar.
Kabel Instalasi
Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi kotak kontak
harus kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYA,
NYM, NYY).
13
Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2,5 mm2 kode warna
insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PIJIL 2000 sebagai berikut :
fasa R : merah
fasa S : kuning
fasa T : hitam
netral : biru
pembumian : hijau/kuning
Rak Kabel
Rak kabel yang dipakai untuk distribusi kabel listrik digunakan jenis
cable tray yang terbuat dari plat mild steel dengan ketebalan sekurang-
kurangnya 2,0 mm, dan difinish hot dip galvanis dilapisi oleh
zinchromate harus tahan terhadap bahan kimia dan gas kimia.
Demikian pula untuk rak kabel yang berfungsi sebagai jalur kabel NYM
untuk penerangan dan kotak kontak, yang terbuat dari sheet steel dengan
ketebalan sekurang-kurangnya 2,0 mm dengan difinish hot dip
galvanized.
Pasal 3. Pengujian
Pengujian dilakukan dengan disaksikan oleh Konsultan Pengawas/MK
dan disahkan oleh lembaga yang berwenang meliputi :
a. Pengujian tahanan isolasi
b. Pengujian kekuatan tegangan Impuis
c. Pengujian kenaikan suhu
d. Pengujian kontinyuitas.
14
BAB VI
PEKERJAAN PENANGKAL PETIR
Pasal 1. Umum
Pekerjaan sistem proteksi petir meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan
tenaga kerja, pemasangan instalasi, pengujian perbaikan selama masa
pemeliharaan dan pelatihan bagi calon operator. Sehingga seluruh sistem proteksi
petir dapat beroperasi dengan baik dan benar.
Pasal 3. Referensi
Pekerjaan harus dilakukan mengikuti standar dan peraturan yang berlaku dari
Jawatan Keselamatan Kerja atau standar/peraturan yang dikeluarkan dari pabrik.
Pasal 4. Material
Material yang digunakan dalam sistem proteksi petir harus dalam keadaan baik
dan sesuai dengan yang dimaksudkan serta disetujui oleh Konsultan
Pengawas/MK.
Daftar material, katalog dan shop drawing harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas/MK sebelum dilakukan pemasangan. Material atau alat-alat yang tidak
sesuai dengan spesifikasi teknik ini akan ditolak.
Sistem proteksi petir yang dipakai adalah Sistem non radio aktif atau elektrostatik.
Komponen - komponen yang dipakai adaiah sebagai berikut :
a. Terminasi Udara :
Terminal udara khusus untuk sistem proteksi petir ekstemai, yang dimaksudkan
untuk menetralisir awan bermuatan disekitar bangunan gedung dan menangkap
sambaran petir bila terjadi petir.
b. Penghantar / konduktor penyalur :
Terdiri dari dua macam, yaltu penghantar horizontal yang menghubungkan
secara listrik antara terminal udara dan penghantar / konduktor penyalur
vertikal (down conductor) yang menghubungkan secara listrik antara termlnal
udara dan elektroda pembumian.
Proteksi petir inl harus menjamin dapat mentransfer dengan aman energi kilat
dari lerminal udarau ke bumi. Untuk sistem tersebut digunakan jenis kabel yang
sesuai dengan rekomendasi darl pabrik pembuat terminal udara.
c. Sistem Pembumlan
Terminal pembumian, terletak di dalam bak kontrol yang dilengkapi dengan
elektroda pentumlan, bak kontrol diperlukan untuk pengujian tahanan
pembumian secara berkala
d. Elektroda Pembumian :
Elektroda pembumian, terbuat dari Copper Rod pejal dengan diameter tidak
kurang dari 20 mm dan panjang sekurang — kurangnya 6.000 mm dan harus
dimasukan ke dalam tanah secara vertikal dan harus diperoleh tahanan
pembumian setinggi — tingginya 5 Ohm.
15
Pasal 5. Pemasangan dan Pelaksanaan
Cara-cara pemasangan penangkal petir sistem ini harus sesuai dengan petunjuk-
petunjuk dan spesifikasi pabrik.
a. Batang proteksi dipasang pada atap bangunan dengan memakai baut angker
atau klem. Pemasangan harus cukup kuat untuk menahan gaya-gaya mekanis
pada saat timbulnya sambaran petir.
b. Pemegang konduktor/klem harus terbuat dari bahan yang sama dengan
konduktor untuk mencegah terjadinya elektrolisa jika terkena air.
c. Sambungan - sambungan :
Sambungan yang dipertukan haruslah menjamin kontak yang baik dan tidak
mudah terlepas.
Sambungan sedapat mungkin mengurangi kerugian-kerugian tipis akibat
adanya sambungan
d. Pelindung mekanis
Penghantar pembumian harus dilindungi terhadap kerusakan mekanis dengan
pipa uPVC tipe high impact.
Pasal 6. Pengujian
Untuk mengetahui baik atau tidaknya sistem proteksi petir yang dipasang, maka
harus diadakan pengujian terhadap instalasi sistem maupun pembumiannya.
Pengujian yang harus dilakukan :
a. Pengujian tahanan pembumian.
Ukuran tahanan dari pembumian dengan menggunakan metoda standar.
b. Pengujian kontinyuitas.
Pasal 8. Pemeriksaan
Sistem proteksi petir akan diperiksa oleh Konsultan Pengawas/MK untuk
memastikan dipenuhinya spesifikasi teknis ini. Semua bagian dari Instalasi Ini
harus diperiksa oleh Konsultan Pengawas/MK terlebih dahulu sebelum ditutup
atau tersembunyi. Setlap baglan yang tidak sesual dengan syarat - syarat
spesifikasi teknis dan gambar-gambar harus seaera diganti, tanpa biaya tambahan
pada Pemilik Proyek.
16
Pasal 10. Daftar Bahan/Material
Untuk semua bahan/material yang ditawarkan, maka kontraktor wajib mengisi
daftar bahan/material yang menyebutkan merk, tipe, kelas lengkap dengan brosur /
katalog yang dilampirkan pada waktu tender.
Tabel daftar bahan/material ini diutamakan untuk komponen-komponen yang
berupa barang – barang produksi.
Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa merk
tertentu atau kertas mutu (quality performance) dari bahan/material atau komponen
tertentu terutama untuk bahan-bahan / material -material listrik utama, maka
Kontraktor wajib melakukan didalam penawarannya material yang dalam taraf
mutu/pabrik yang disebutkan itu.
Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi , bahwa material yang disebutkan pada
tabel material tidak dapat diadakan oleh Kontraktor, yang diakibatkan oleh suatu
alas an yang kuat dan dapat diterima pemilik, Konsultan Pengawas/MK dan
Konsultan Perancang, maka dapat dipertimbangkan penggantian merk/tipe dengan
suatu sangksi tertentu kepada Kontraktor.
17
BAB VII
PEKERJAAN SISTEM PEMBUMIAN
18
BAB VIII
19
Pasal-3. Kondisi Perancangan
Kondisi udara luar bangunan :
• Temperatur rata-rata : 35° C
• Relative Humidity : 70 – 75 %
• Kecepatan angin rata-rata : 7 – 10 mile / jam
Kondisi udara dalam bangunan :
• Temperatur `` : 24° ± 2° C
• Relative Humidity : 55% ± 5 %
• Ventilasi : 15 – 20 cfm / orang
Kriteria Kebisingan / Noise Criteria (NC)
• Batas – batas yang diijinkan untuk perkantoran : 40 ~ 50 dB
Perlindungan Kebakaran
• Semua peralatan maupun instalasi yang mengharuskan tahan terhadap api dalam
jangka waktu tertentu, maupun terhadap penyebaran api yang disebabkan adanya
celah-celah antara pipa dengan dinding atau lantai harus menggunakan material
yang sesuai untuk tujuan tersebut.
a. AC Split
• Pemasangan dan pengadaan unit air cooled yang terdiri atas indoor unit (IU)
dan condensing unit (OU) berikut pemipaan refrigerant dari kedua unit
tersebut. Kapasitas masing-masing unit sebagaimana yang tertera pada
gambar rencana.
• Indoor dan outdoor unit harus merupakan paket yang utuh dari pabrikan.
• Spesifikasi teknik yang diuraikan berikut ini adalah sebagai kebutuhan dasar
yang harus dipenuhi. Sedangkan ketentuan spesifik dari kemampuan unit
(perfomance) dapat dilihat pada lembar gambar rencana yang melengkapi
dokumen ini.
• Unit harus dirancang untuk beroperasi tenang, dimana semua peralatan yang
bergerak harus menggunakan unit vibration mounting dan dibalance dengan
teliti untuk menjamin vibration (getaran) yang kecil.
• Unit harus terdiri dari kompresor, kondensor coil, fan, kontrol, lengkap
dengan pemipaan. Setiap unit harus mempunyai satu atau lebih kompresor
dan masing-masing kompresor mempunyai sirkulasi refrigerant dan elektrikal
sirkuit tersendiri.
b. Pekerjaan Pemipaan
• Umum
Seperti apa yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana, jalur-jalur pipa yang
terlihat pada adalah gambar dasar yang menunjukkan route dan ukuran pipa.
Kontraktor wajib menyesuaikan dengan keadaan setempat (shop drawing) dan
dengan jalur-Jalur instalasi lainnya, diperlukan dan mendapat persetujuan dari
Pengawas Lapangan sebelum dilaksanakan.
• Pipa Refrigerant
➢ Hendaknya semua pipa refrigerant harus dikerjakan secara hati-hati dan
sebaik mungkin, sebelum dipasang semua bagian harus sudah bersih, kering
dan bebas dari debu dan kotoran dan hendaknya dipasang sependek mungkin.
➢ Pipa tembaga dari jenis L yang dehydrated dan sealed. Diameter pipa yang
dipakai harus disesuaikan kembali dengan kapasitas pendingin mesin dan
panjang ekivalen pipa.
➢ Perbedaan tinggi antara condencing dan evaporator dan panjang pipa tidak
melebihi yang ditentukan oleh pabrik pembuat.
20
➢ Sambungan pipa jenis “hard drawn” tubing harus disambung dengan
perantaraa wrought copper fitting atau non porous brass fittings, dan
dianjurkan dipakai solder perak dengan meniupkan gas mulia seperti nitrogen
kering kedalam pipa yang sedang disambung untuk menghindarkan
terbentuknya kerak oksida di dalam pipa.
➢ Pipa jenis “soft drawn tubing” dapat disambung dengan solder, nyala api atau
lainnya yang sesuai untuk pipa refrigerant. Pada pipa “precharger refrigerant
lines” yang disediakan oleh pabriknya maka harus dipasang sesuai dengan
persyaratan pabrik.
➢ Pipa refrigerant harus disangga dan digantung dengan baik untuk mencegah
melentur dan meneruskan getaran mesin kepada bangunan.
➢ Pipa refrigerant harus dipasang sesuai dengan persyaratan “Ashrae Guide
Book” dan atau persyaratan pabrik.
➢ Gantungan pipa sesuai dengan gambar detail, jarak gantungan pipa/penyangga
pipa tidak boleh lebih dari :
− sampai ½” : berjarak 1,2 m
− diameter ¾“ s/d 1” : berjarak 1,8 m
− diameter 1¼“ s/d 2” : berjarak 2,3 m
➢ Penggantung pipa pada plat beton memakai Phillips red heat (dyna-bolt).
➢ Pipa-pipa yang ditahan lantai, ditunjang pakai clamp atau collar yang
dipasang erat pada pipa dan menumpu pada floor memakai rubber pad.
➢ Semua pipa harus dipasang lurus sejajar dengan dinding / bagian dari
bangunan pada arah horizontal maupun vertical.
➢ Sudut belokan yang diperbolehkan ialah 90º dan 45º pada dasarnya untuk
sudut belokan 90º dan 45º terutama untuk pipa pembuangan digunakan long
radius dan dalam hal kondisi setempat tidak memungkinkan maka
menggunaan short radius harus mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas
Lapangan dan konsultan perencana.
➢ Sebelum pipa dipasang, supports harus dipasang dulu dalam keadaan
sempurna.
➢ Semua pipa harus bertumpu dengan baik pada supports.
➢ Type dan fitting harus bebas dari tegangan dalam yang diakibatkan dari bahan
yang dipaksakan.
c. Pipa Kondensasi (drain)
➢ Pipa sebelum disambung harus dibersihkan dahulu bagian luar dari kotoran-
kotoran yang melekat dan disambung dengan lem perekat yang dianjurkan
oleh pabrik pipa.
➢ Untuk sambungan ulir harus memakai seal tape untuk mencegah kebocoran
dan tidak diperkenankan memakai plumber rope, sedangkan untuk sambungan
menggunakan lem, semua bagian yang akan disambung harus sudah bersih,
kering dan bebas dari debu, kotoran dan hendaknya dipasang sependek
mungkin.
➢ Pipa sebelum dipasang harus dibersihkan dahulu bagian dalamnya dari
kotoran-kotoran yang melekat.
➢ Pipa-pipa yang menembus dinding / plat beton harus memakai sleeve dan
sekitarnya diisi dengan bahan caulking umpamanya compriband atau building
sealant.
d. Pekerjaan Isolasi
➢ Seperti yang ditunjukan dalam gambar rencana, Kontraktor wajib membuat
contoh cara mengerjakan isolasi yang diperlukan untuk mendapatkan
persetujuan dari Pengawas Lapangan sebelum dilaksanakan.
➢ Pengadaan dan pemasangan isolasi untuk pipa, alat-alat bantu dan peralatan
yang ditentukan, lengkap dengan material bantu lainnya yang menunjang bagi
keperluan isolasi tersebut.
21
BAB IX
PEKERJAAN CCTV
22
e. POW Switch
f. Port : 24
g. Power : 500 watt (max)
h. NVR Recorder
• Channal : 8 Channal (min)
• Capacity : 2 Terabyte (min)
i. Router
• Interface : 4, 10/100mbps
• Connection : LAN Port
j. Monitor
• Type : LED Monitor TV
• Dimension : 32 inch
k. PC Intel Pentium
• Preocessor : Intel Pro i5
• Memory : DDr 4 8 gb
• Hardisk : HDD Sata 1 Tb
• Operating : Windows 11
• Monitor : 19 inch
Pasal-3 Pemasangan
a. Pemasangan colour camera dipasang sesuai petunjuk gambar, Kontraktor dapat
mengajukan usulan lain untuk penempatan colour camera ini.
b. Cara pemasangan colour camera tersebut digantung pada ceiling atau plafond
dengan rangka penguat/ hanger yang diperkuat pada dak beton.
c. Peralatan utama seperti ; Digital Video Recorder , diletakan pada ruang kontrol
lantai 4 atau seperti ditunjuk dalam gambar rencana.
d. Kabel instalasi yang digunakan untuk isyarat video dan untuk keperluan control
menggunakan coaxial cable RG 6 / CAT6, kabel power menggunakan NYM 3 x
2,5 mm² yang semuanya dalam pelaksanaan harus dimasukkan dalam pipa PVC
high impact dia. 20 mm.
23
BAB X
e. Control Penggerak lift cargo berad di setiap lantai (2 lantai) dengan philosophy
control 1 digunakan yang lain off.
f. Hoist Crane di gantung pada struktur baja.
g. Hook utama di tautkan pada bolt eye di tengah cargo kerete lift.
h. Harus di Tempatkan limit switch yang terhubung pada push button, dalam hal ini
penghentian kargo lift di dasarkan pada limit switch atas dan bawah.
i. Posisi panel control power (LCP Lift) terdapat pada bagian atas struktur lift
24
Pasal-4. Car Operating Panel (COP)
j. Lift hanya utnuk barang.
k. Pintu lift manual dari expanda gate.
l. Pada setiap lantai terdapat 1 buah control push button yang jika salah satu
dioperasika/digunakan maka yang lain off.
m. yang terletak pada sisi masuk ke lift setiap lantai.
n. Tombol yang dipakai merupakan tombol dari alat angkat hoist
o. Touch button yang dilengkapi dengan.
• Touch button untuk bergerak naik
• Touch button untuk bergerak turun
• Touch button untuk emergency stop
Pasal-5. Buffer
a. Buffer yang dipakai harus dari jenis oil buffer dimana pada bagian atasnya
diberikan karet setebal 5 mm
b. Untuk setiap elevator min. digunakan 1 buah buffer dimana satu buah untuk car
bufffer.
c. Setiap buffer harus dilengkapi dengan safety switch yang dihubungkan ke panel
control.
25
BAB XI
PEKERJAAN HOIST GANTRY CRANE
26
Pasal-3. Spesifikasi Peralatan Hoist Crane Gantry Statis
a. Struktur Gantry merupakan struktur portal baja dengan standard JIS
SS400/ASTM A36.
b. Struktur di coating dengan coating standard industry minimal 150 micron
c. Peralatan Hoist dengan Spesifikasi :
• Capacity : 5000 kg
• Chain Dia : 7.1 mm
• Chain No Of Falls : 1
• Hoisting Lift : 6 meter
• Speed : 1.1 (M/Min)
• Motor : 0.8 kw
• Phase : 3 Phase
• Power : 380V
• Frekwensi : 50Hz
27
BAB XII
Pasal-2. Peralatan
a. Mixer Amplifier
- Zone = 4 Zone (min)
- Voltase = 250W @ 70V/100V, 4-16 ohm
- Konektivitas = 3 MIC Input, 2 AUX In, 1 Pre-output
- Facilitas = Radio FM/USB/Bluetooth/Remote/Antena FM
b. Speaker Wall
- Type = Spekaer pasif,
- Directtional = 2 way speker system
- Daya = 200 watts (max)
- Ukuran = 5 inch (min)
- Frequency response = 40hz-20khz
- Sensitivity = 87db
- Facilitas = Hanger and Support
c. Horn Speaker
- Rated Input = 20 Watt
- Sound Pressure Level (1W/1m) = 118 dB (max)
- Impedance = ± 10 Kohm
- Material = By Vendor
- Color = By proposal
d. Microphone
Paging Microphone type Dynamic Microphone dengan flexible microphone
stem, Patern UniDirectional condenser, selectable gain dan Frekuensi response
antara 100 Hz sampai dengan 16 kHz. Microphone harus dilengkapi dengan
Heavy Duty Press to Talk Switch dan 6-selectable zone.
28
b. Instalasi Kabel
Semua kabel yang ditarik harus dimasukkan de dalam pipa PVC dan dipasang
sejajar dan harus dihindari/dijaga jaraknya terhadap instalasi dari arus kuat
(misalnya berjarak 30 cm).
Kabel catu untuk setiap laudspeaker mempergunakan NYMHY / shielded wire 3
x 1,5 mm2 atau setaraf, setiap kabel catu yang menuju loudspeaker harus
dikeluarkan lewat Tee Doos. Untuk jenis loudspeaker yang wall mounted,
pemasangan kabel catu tetap outbow, tetapi harus tetap dijaga kerapihan
penarikannya dan tidak mengsampingkan faktor estetika ruangan.
Pipa-pipa PVC yang ditarik harus diklem serta diberi penguat/pendukung yang
kuat dan ditarik secara rapi. Semua kabel yang akan dipasang harus disambung
sesuai dengan warna atau namanya masing-masing dan diadakan
pengetesan mutu kabel sebelum pemasangan.
Pipa PVC yang dipakai type High Impact. Semua penyambungan kabel harus
dilakukan dalam kontak- kontak penyambung yang dibuat khusus untuk
keperluan itu
c. Instalasi Loudspeaker
Pemasangan ceiling, wall mounted loudspeaker dan harus disesuaikan dengan
keadaan ruangan dan dipasang serapi mungkin.
Pemasangan dan peletakkan attenuator harus disesuaikan dengan tata letak dan
tata guna ruangan dan dipasang pada bed side table.
Pengkawatan yang menuju attenustor ini harus ditanam dan dimasukkan ke
dalam pipa PVC 1/2" kecuali untuk loudspeaker yang wall mounted.
Semua loudspeaker dan attenuator beserta perlengkapannya harus dipasang
dengan cara yang telah disetujui C.M (Pengawas Lapangan).
Pasal-4. Lain-Lain
b. Referensi Produk
Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus memenuhi spesifikasi.
Kontraktor dimungkinkan untuk mengajukan alternative lain yang setaraf dan
Kontraktor baru dapat menggantinya bila sudah ada persetujuan resmi dan tertulis
dari Pemberi Tugas dan Konsultan Manajemen Konstr
29
BAGIAN G
SCOPE KERJA MEP
1
15. Pemasangan CCTV serta persiapan ruang control.
16. Pemasangan Lift Elevator serta MCC Panel, Kabel dan
accessories
2
H.1. SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
Kegiatan : Pemeliharaan Barang Milik Daerah Penunjang Urusan Pemerintah Daerah
Pekerjaan : Penyusunan Rehabilitasi Bangunan Fasilitas Pelayanan dan Pengujian
Lokasi : Jakarta Utara
Tahun Anggaran : 2023
Bidang : STRUKTUR
I PEKERJAAN STRUKTUR
Standar Referensi:
SNI 2847: 2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan
SNI 1729: 2015 Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural
1 Pekerjaan Baja WF, CNP, UNP, Plat Baja Material Baja ASTM A36 / JIS G3101 / SS 400
6 Besi Tulangan
Besi Ulir Fy 3200 kg/cm2 / U32
Besi Polos Fy 2400 kg/cm2 / U24
H.2. SPESIFIKASI TEKNIS ARSITEKTUR
Kegiatan : Pemeliharaan Barang Milik Daerah Penunjang Urusan Pemerintah Daerah
Pekerjaan : Penyusunan Grand Design Fasilitas Pelayanan dan Pengujian
Lokasi : Jakarta Utara
Tahun Anggaran : 2023
Bidang : ARSITEKTUR
II PEKERJAAN ARSITEKTUR
6 Pekerjaan Kusen dan Pintu Jendela Alumunium Kusen 4" Merk Alexindo powder coating putih
Daun Pintu Merk Alexindo powder coating putih
11 Pekerjaan Sanitair
- Kloset Duduk Merk TOTO CW CW 660/SW 660JP
- Wastafel TOTO LW 240CJLW /240HFJ
- Kran Wastafel TOTO TX 109LD plus stop kran, flexible
- Kran dinding Ex Onda/San Ei
12 Pekerjaan Fasade
Pek.Letter Sign Galvanis tebal 1 mm finish duco
Pek, Neon Sign Akrilik bergambar dan tulisan tebal 2 mm bagian
depan dan bagian samping stainless steel 304 t.
0.8 mm, lengkap dengan lampu LED modul merk
Samsung
Batu Andesit Ukuran 3x40 divernish batu alam
14 Pekerjaan Interior
Meja Pendaftaran Multipleks tebal 15 mm lapis HPL merk TACO
motif kayu, dengan variasi plat stainless steel
lebar 1,5 cm dan kaca pembatas tebal 5 mm (
sesuai gambar )
Meja Kasir Multipleks tebal 15 mm lapis HPL merk TACO
motif kayu, dengan variasi duco putih dan kaca
pembatas tebal 5 mm + marmer Ujung Pandang
Slab ( sesuai gambar )
Partisi Toilet Panel Phenolic Resin dari Eterna Cubicle Toilet
ketebalan 12 mm warna putih rangka alumunium
15 Pekerjaan Waterproofing
Waterproofing bubuk dan cairan SIKA Top 107
Waterproofing membran Bituline Prima
H.3. SPESIFIKASI TEKNIS MEKANIKAL
Kegiatan : Pemeliharaan Barang Milik Daerah Penunjang Urusan Pemerintah Daerah
Pekerjaan : Penyusunan Grand Design Fasilitas Pelayanan dan Pengujian
Lokasi : Jakarta Utara
Tahun Anggaran : 2022
Bidang : MEKANIKAL
1 Pekerjaan plumbing
Pipa plumbing , Air berish, Air Buangan Pipa PVC (Poly Vinyl Chloride), Type AW, 10 kg/m2.
Brand WAVIN/RUCIKA/Setara
Fitting pipa Standard Pabrikan. Brand WAVIN/RUCIKA/Setara
Gate valve Body & Bonet Cast Iron, Trim foe wwater, JIS 10K,
OS&Y. Brand KITZ / Setara
Check valve Body Cast Iron, JIS 10K, Swing. Brand KITZ / Setara
Foot Valve 2", JIS 10K CS, JIS 10K, Brand MIZU/Setara
Header CS Pipe 4". Blind Flange, JIS 10K, Branch 2" & 1-1/2".
Coating Zinchromate
Suppoort pipe Mild Steel, JIS SS400 Steel Material, Steel Profiel, Bolt
and nut, fisher nut.
a Septic Tank-1
- Jumlah orang terlayani : 80 Orang
- Ukuran : 2,5m x 2m x 2m
- Material : Dindng bata, cover concrete
- Chamber : 2 Chamber, with manhole
b Septic Tank-2
- Jumlah orang terlayani : 120 Orang
- Ukuran : 3m x 2,5m x 2m
- Material : Dindng bata, cover concrete
- Chamber : 2 Chamber, with manhole
c Resapan
- Ukuran : 3m x 2,5m x 2m
- Material pengisi : gravel , sand , ijuk, pipa lobang
- Jumlah : 2 Lokasi
d Drainage
- Type : U-Ditch Precast
- Ukuran : 30x30x100cm, tebal 7cm
- Cover : Griller L30, rebar 10mm
- Sloope : 2%
IV PEKERJAAN ELEKTRIKAL
1 Panel
Panel Distribusi Utama TUM Exisitng dengan oenambahan kabel dan MCB
Panel Distribusi -LT1 Panel 11 kV. MCCB 3 Phase, 15A, Panel Local Source, MCCB
Schneider/Setara, Local Pabarikasi
Panel Distribusi -LT2 Panel 3 kV. MCCB 3 Phase, 10A, Panel Local Source, MCCB
Schneider/Setara, Local Pabarikasi
Panel MCC-6 (Gas) Panel 38 kV. MCCB 3 Phase, 25A, Panel Local Source, MCCB
Schneider/Setara, Local Pabarikasi
Panel MCC-7 (KWH) Panel 38 kV. MCCB 3 Phase, 25A, Panel Local Source, MCCB
Schneider/Setara, Local Pabarikasi
Panel MCC-8 (Elevator) Panel 14 kV. MCCB 3 Phase, 10A, Panel Local Source, MCCB
Schneider/Setara, Local Pabarikasi
2 Kabel
a Kabel Underground Kabel NYFGBY, Tegangan : 0.6 / 1 (1.2) KV, Kabelmetal, Kabelindol,
Supreme, Jembo, Tranka setara
b Kabel Udara Kabel NYM, Tegangan : 300 / 500 Volt, Kabelmetal, Kabelindol,
Supreme, Jembo, Tranka setara
c Kabel Grouunding Kabel NYA, Hijau Kuning, dia 6mm2, Kabelmetal, Kabelindol,
Supreme, Jembo, Tranka setara
3 Penerangan
c Lampu TL LED Tube, T8, 2x16Watt, 1200mm, ballast, Outbow, Kap V-type,
PHILIPS Setara
LED Tube, T8, 1x16Watt, 1200mm, ballast, Outbow, Kap V-type,
PHILIPS Setara
a Lampu LED Bulb, Interior LED Bulb, 1x19watt, Downlight, Inbow, Dia 4", Reflektor, PHILIPS
Setara
LED Bulb, 1x16watt, Downlight, Inbow, Dia 4", Reflektor, PHILIPS
Setara
LED Bulb, 1x10watt, Downlight, Inbow, Dia 4", Reflektor, PHILIPS
Setara
a Lampu LED Bulb, Exterior LED Bulb, 1x40watt, Industrial, Downlight, Inbow, Dia 4", Reflektor,
PHILIPS Setara
a Lampu LED Bulb, Industrial
LED, 1x19watt, Inbow, Exterior, Kap bulat susu, stand, PHILIPS Setara
a Lampu Flodlight exterior LED Floodlight, 1x30watt, Outdoor, PHILIPS Setara
Lampu Projector Interior LED Projectro Indoor, 1x10watt, PHILIPS Setara
4 Exhaust
a Exhaust Ceiling Fan Exhaust Fan, 30watt (max), ceiling inbow, 1-2m3/min, 4"con,
KDK / MASPION / Setara
5 Air Conditioner
a AC Split Wall 1/2 PK 5000 BTU, 400wat. DAIKIN / Setara
b AC Split Wall 3/4 PK 7000 BTU, 600wat. DAIKIN / Setara
c AC Split Wall 1 PK 9000 BTU, 850wat. DAIKIN / Setara
6 Peralatan
Kabel tray W200& W100, Mild Steel Perforated, GIV. NOBI/Setara
Condut PVC, 5/8in, CLIPSAL/BROCCO/Setarra
Saklar Tunggal Brocco 10A, Putih. CLIPSAL/BROCCO/Setarra
Saklar Ganda Brocco 10A, Putih. CLIPSAL/BROCCO/Setarra
Stop Kontak Brocco 10A, Putih. CLIPSAL/BROCCO/Setarra
7 Lift Elevator
Type Lift Cargo barang
Kapasitas 2 ton
Pengerak Hoist Crane, 0,8Kw, 380V, 50HZ, HITACHI Setara
Cargo Car Steel
Structure Portal 3D steel Tructure
8 CCTV
Cable UTP LAN CAT 6, BALDEN Setara
CCTV Camera dome indoor IP Camera, Dome, 2MP, Indoor, Hooneywell setara
CCTV Camera bullet outdoor IP Camera, Bullet, 2MP, outdoor, waterproof, Hooneywell setara
CCTV PTZ Camera bullet indoor IP Camera, 180, R360, 2MP, Indoor, Hooneywell setara
POW Switch 24 Port,
NVR Recorder 8 Channal (min), 2TB (min)
Router 100Mbps Interface 4 10/100Mbps LAN Port
Monitor Monitor LED TV 32"
PC Intel Pentium Intel Pro i5, DDR4 8gb, HDD Sata1TB, Win11, Monitor 19",