1 : 250 – 259 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
250
Zootec Vol. 40 No. 1 : 250 – 259 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
with the best replacement at the level of memanfaatkan bahan pakan lokal.
25% in all processing methods.
Penggunaan sumber daya lokal sebagai
Keywords: Broiler, coffee skin waste, feed pakan unggas telah banyak diteliti
consumption, body weight gain, feed
conversion. (Noferdiman, 2009). Akan tetapi, kulit kopi
memiliki kekurangan yaitu megandung
PENDAHULUAN serat kasar yang tinggi dapat menyebabkan
penurunan daya cerna terutama untuk
Jagung merupakan salah satu bahan ternak unggas. Untuk meningkatkan
pakan sumber energi bagi ternak unggas kualitas bahan pakan maka perlu adanya
penggunaannya dalam pakan unggas cukup teknologi pengolahan yang diterapkan.
tinggi serta bersaing dengan kebutuhan Kulit kopi dapat diolah dengan beberapa
manusia. Kulit kopi merupakan limbah metode yaitu dijemur, direndam dan
pertanian yang bisa digunakan sebagai direbus tujuannya untuk menurunkan
pakan pengganti jagung karena memiliki kandungan serat kasar serta meningkatkan
kandungan energi serta protein yang cukup kandungan zat-zat makanan.
tinggi. Bahan limbah kulit kopi cukup Berdasarkan informasi diatas maka
mengandung zat-zat makanan yang akan dibuat penelitian untuk mempelajari
dibutuhkan oleh ternak yang dapat dan mengetahui proses permanfaatan
dimanfaatkan sebagai salah satu bahan limbah kulit kopi dalam sebuah riset untuk
baku penyusun ransum (Murib, et al., melihat peluang potensi pemanfaatannya
2016). Pemanfaatan limbah kulit kopi dapat dengan pengolahan sederhana.
dipilih sebagai salah satu alternatif bahan
pakan ternak, dikarenakan limbah kulit MATERI DAN METODE
kopi memiliki kandungan protein yang PENELITIAN
cukup tinggi (Khalil, 2016). Limbah kulit
kopi mengandung 6,67% protein kasar, Penelitian dilaksanakan di kandang
dengan serat kasar 18,28%, lemak 1,0%, Fakultas Peternakan Universitas Sam
kalsium 0,21%, dan fosfor 0,03%. Ratulangi Manado selama 7 minggu.
Ketersediaan jumlah limbah ini di daerah Ternak yang digunakan dalam penelitian
yang ada di Indonesia cukup banyak, dan ini yaitu ayam pedaging strain CP. 707
belum termanfaat dengan baik (Londra, umur 1 hari sebanyak 144 ekor yang berasal
2007). Dari Dasar itulah dapat dilakukan dari PT. Charoen Pokhpand Jaya Farm.
cara untuk mengurangi biaya pakan yaitu Bahan pakan perlakuan yang digunakan
251
Zootec Vol. 40 No. 1 : 250 – 259 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
Tabel 1. Komposisi Zat Nutrient Dan Energy Metabolis Bahan Penyusun Perlakuan
Bahan pakan B0 B1 B2 B3
Jagung 40 30 20 10
Kulit kopi( A1/A2/A3) 0 10 20 30
Konsentrat 30 30 30 30
Dedak 29 29 29 29
Mineral 1 1 1 1
Total 100 100 100 100
252
Zootec Vol. 40 No. 1 : 250 – 259 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
dalam penelitian adalah kulit kopi kopi (A) jemur, rendam, rebus dan level
pengganti sebagian jagung, dengan tiga subtitusi (B) menunjukan hasil yang tidak
macam perlakuan dan level subtitusi pakan berbeda nyata (P>0,05). Hasil yang berbeda
yang berbeda. Kandungan nutrisi pakan ditunjukan oleh perlakuan level subtitusi
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. (B) yang memberikan pengaruh berbeda
Komposisi Zat Nutrient Dan Energy nyata (P<0,05) terhadap konsumsi ransum.
Metabolis Bahan Penyusun Perlakuan, Uji lanjut BNJ konsumsi ransum
pada Tabel 2. Susunan Bahan Penyusun menunjukan bahwa perlakuan B0 berbeda
Ransum Perlakuan (%) , dan pada Tabel 3. nyata (P<0,05) dengan B2 tetapi tidak
Komposisi zat nutrient dan energi berbeda nyata (P>0,05) dengan B1 dan B3.
metabolis ransum perlakuan. Variabel yang Sedangkan B3 tidak berbeda nyata
diukur yaitu, konsumsi ransum, (P>0,05) dengan B2 dan B1.
pertambahan bobot badan dan konversi Rataan konsumsi ransum penelitian
ransum. Data dianalisis dengan ini yaitu 114,18-125,47. g/ekor/hari. Data
menggunakan analisis varians dan apabila konsumsi menunjukkan bahwa rata-rata
perlakuan berpengaruh nyata, akan konsumsi ransum hasil penelitian lebih
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur rendah dibandingkan dengan Yulma et al.
(BNJ). (2014) dengan rata-rata 230,78-246,49
g/ekor. Hal ini disebabkan karena
HASIL DAN PEMBAHASAN kandungan energi metabolis yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa energi yang
Konsumsi Ransum terkandung dalam ransum perlakuan yaitu
Hasil pengamatan pengaruh berkisar antara 2947,85-2951,25 kkal/kg.
perlakuan terhadap konsumsi ransum dapat Kandungan energi metabolis penelitian
dilihat pada Tabel 4. Uji lanjut BNJ yang lebih rendah dari standar Bell dan
konsumsi ransum menunjukan bahwa Weaver (2002) dalam Yulma et al. (2014)
perlakuan B0 berbeda nyata (P<0,05) 3070 kkal/kg tidak berpengaruh terhadap
dengan B2 tetapi tidak berbeda nyata konsumsi ransum karena energi metabolis
(P>0,05) dengan B1 dan B3. Sedangkan B3 setiap ransum penelitian tidak berbeda jauh
tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan B2 sehingga konsumsi ransum tidak berbeda.
dan B1. Hasil analisis keragaman Selain itu, kandungan energi tersebut masih
menunjukan bahwa pengaruh interaksi kulit dapat ditoleransi karena masih dalam
253
Zootec Vol. 40 No. 1 : 250 – 259 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
Keterangan: Superskrip huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan beda nyata
(P<0,05)
kisaran energi yang dibutuhkan ayam energi, serta serat kasar faktor-faktor yang
broiler. Menurut NRC (1994) yaitu antara dapat mempengaruhi konsumsi pakan
2800-3200 kkal/kg. Rendahnya konsumsi antara lain berat badan, kondisi fisiologis
ransum dipengaruhi oleh banyak hal, ternak, serta gerak laju dari makanan
diantaranya bangsa, palatabilitas pakan, tersebut didalam alat pencernaan ternak.
temperatur dan tatalaksana. Sesuai Laju makanan dalam alat pencernaan dapat
pedoman Technical Service PT Charoen mempengaruhi jumlah makanan yang
Pokphand (2006) standar konsumsi 2.912 dikonsumsi, yakni makin cepat aliran
g/ekor. Sedangkan menurut Japfa Comfeed makanan dalam alat pencernaan makin
Indonesia (2012) standar konsumsi ransum banyak pula jumlah makanan yang
ayam 3.670 g/ekor. Hal ini sesuai dengan dikonsumsi. Selain itu, faktor yang
pendapat Razak et al. (2016) yang mempengaruhi konsumsi adalah
menyatakan bahwa tingkat energi dalam palatabilitas atau tingkat kesukaan ternak.
pakan akan menentukan jumlah pakan yang Semakin tinggi level penggunaan kulit kopi
dikonsumsi, selain faktor energi dalam dalam ransum mengakibatkan semakin
pakan kecenderungan serat kasar pada rendahnya tingkat konsumsi ayam
pakan juga dapat mempengaruhi tingkat pedaging. Kulit buah kopi mengandung zat
konsumsi. Faktor–faktor yang anti nutrisi yaitu tannin, kafein, lignin, dan
mempengaruhi konsumsi pakan adalah zat selulosa.
nutrisi pakan, bobot badan, aktivitas ternak,
manajemen pemberian pakan, kandungan Pertambahan Bobot Badan
energi dalam pakan dan suhu lingkungan Hasil pengamatan pengaruh
(Anggitasari et al., 2016). Selain protein, perlakuan terhadap pertambahan bobot
254
Zootec Vol. 40 No. 1 : 250 – 259 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
badan dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil Uzer et al. (2013) menyatakan bahwa
analisis keragaman menunjukan bahwa pertambahan bobot badan sangat berkaitan
pengaruh interaksi kulit kopi (A) jemur, dengan pakan, dalam hal kuantitas yang
rendam, rebus dan level subtitusi (B) berkaitan dengan konsumsi pakan apabila
menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata konsumsi pakan terganggu maka akan
(P>0,05). Hasil yang berbeda ditunjukan mengganggu pertumbuhan ternak.
oleh perlakuan level subtitusi (B) yang Sedangkan pendapat Cobb Vantress (2004)
memberikan pengaruh berbeda sangat dalam Sugiarto (2008) bahwa standar
nyata (P<0,01) terhadap pertambahan pertambahan bobot badan untuk ayam
bobot badan ayam. Rataan pertambahan pedaging yaitu antara 41,90-50,75
bobot badan dalam penelitian ini yaitu gram/ekor/hari. Menurut Nugraha et al
berkisar antara 25,13-54,95 gram/ekor/hari. (2017) bahwa pertambahan bobot badan
Hasil uji lanjut BNJ menunjukan bahwa pada ayam pedaging yaitu antara 32,75-
menunjukan bahwa B0 berbeda sangat 33,69 g/ekor/hari. Adanya perbedaan yang
nyata (P<0.01) dengan B3, B2, dan B1. sangat nyata dalam penelitian ini yaitu
Sedangkan B1 berbeda sangat nyata nyata terhadap pertambahan bobot badan
(P<0.01) dengan B3 dan B2 kemudian B2 ayam yang artinya semakin tinggi level
tidak berbeda nyata dengan B3. Data subtitusi atau level pemberian kulit kopi
pertambahan bobot badan menunjukkan dalam ransum, maka semakin rendah
bahwa rata-rata pertambahan bobot badan pertambahan bobot badan. Hal ini
hasil penelitian lebih tinggi dibandingkan disebabkan karena kandungan serat kasar
dengan Yulma et al. (2014) dengan rata- dalam ransum perlakuan level subtitusi
rata 252,72-204,88 g/ekor. Pertambahan 75% kulit kopi lebih tinggi dari kandungan
bobot badan dipengaruhi oleh konsumsi serat yang ada dalam ransum perlakuan
ransum. Hal ini sesuai dengan pendapat yang lain sehingga pertambahan bobot
255
Zootec Vol. 40 No. 1 : 250 – 259 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
badan juga menurun. Semakin tinggi level interaksi kulit kopi (A) jemur, rendam,
subtitusi kulit kopi dalam ransum maka rebus dan level subtitusi (B) menunjukan
semakin rendah pertambahan bobot badan. hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05).
Selain itu, faktor utama yang Sedangkan level subtitusi (B) memberikan
mempengaruhi pertambahan bobot badan pengaruh yang berbeda sangat nyata
adalah jumlah konsumsi ransum ayam serta (P<0,01). Terhadap konversi ransum, Uji
kandungan energi dan protein yang terdapat lanjut BNJ menunjukan bahwa B3 berbeda
dalam ransum, karena energi dan protein nyata dengan B0 dan berbeda nyata dengan
sangat penting dalam mempengaruhi B1 dan B2. B2 berbeda nyata dengan B0
kecepatan pertambahan bobot badan dan berbeda nyata dengan B1 sedangkan
(Yamin, 2002). Lebih lanjut faktor–faktor B1 tidak berbeda nyata (P>0,05). dengan
yang mempengaruhi pertambahan bobot B0.
badan pada unggas adalah spesies, strain, Rataan konversi ransum dalam
tipe produksi, jenis kelamin, suhu penelitian ini yaitu berkisar antara 2,28-
lingkungan, musim, mutu dan jumlah 2,55. Data konversi ransum menujukan
ransum, manajemen pemeliharaan, bentuk bahwa rata-rata konversi ransum lebih
ransum, sistem pemberian ransum dan redah dibandingkan dengan Yulma et al.
bobot awal (Kumar et al., 2005). (2014) dengan rata-rata 2,59-2,83. Menurut
Pertambahan bobot badan terbaik Japfa Comfeed Indonesia (2012) bahwa
yaitu pada ransum perlakuan dengan level standar konversi ransum ayam pedaging
subtitusi 25% kulit kopi yaitu pada kisaran 1,56. Konversi ransum pada saat penelitian
45,07. Terhadap jagung karena kandungan lebih tinggi dibandingkan dengan standar,
serat kasar dalam ransum tersebut masih dapat disebabkan oleh kualitas pakan,
lebih rendah dibandingkan dengan ransum kandungan nutrisi dalam pakan dan
level subtitusi 50% dan 75% sehingga temperatur yang tinggi selama
ternak masih bisa mencerna serat kasar pemeliharaan yaitu mencapai 31℃. Faktor
yang terkandung didalamnya. yang mempengaruhi konversi ransum agar
efisien adalah energi ransum, temperatur,
Konversi Ransum ventilasi kandang, kualitas pakan (termasuk
Hasil pengamatan pengaruh kecernaan pakan) dan penyakit. Konsumsi
perlakuan terhadap konversi ransum dapat ransum yang cukup tinggi disertai dengan
dilihat pada Tabel 6. Hasil analisis pertambahan bobot badan rendah sehingga
keragaman menunjukan bahwa pengaruh konversi ransum mengalami peningkatan
256
Zootec Vol. 40 No. 1 : 250 – 259 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
257
Zootec Vol. 40 No. 1 : 250 – 259 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
258
Zootec Vol. 40 No. 1 : 250 – 259 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
259