Anda di halaman 1dari 4

POLICY BRIEF

TINGKATKAN PARTISIPASI BERMAKNA UNTUK PENCEGAHAN KEKERASAN PADA ANAK

INTAN LUKFIA INDRIYANI


23/511968/PSP/07885
MAGISTER PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTARAAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
RANGKUMAN EKSEKUTIF
Implementasi Forum Anak Daerah di Indonesia masih belum bisa mencapai pada tingkat partisipasi
bermakna. Partisipasi bermakna yaitu ketika pendapat dan suara anak dipertimbangkan dalam proses
pembangunan. Padahal partisipasi anak sangat penting dalam upaya pencegahan kekerasan pada anak.
Konsep Forum Anak telah matang mendorong anak untuk menjadi pelopor dan pelapor. Namun, sayangnya
dalam implementasi masih banyak orang dewasa kurang mempertimbangkan suara anak. Keadaan ini
semakin dikuatkan bahwa pelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) di Indonesia
masih belum melibatkan partisipasi masyarakat secara konperehensif.

LATAR BELAKANG Salah satu strategi penting dalam


melakukan pencegahan kekerasan pada Anak
ialah dengan cara meningkatkan partisipasi
Kekerasan pada anak di Indonesia masih bermakna anak. Partisipasi anak tidak hanya
terbilang cukup tinggi. Per tanggal 1/1/2023 merupakan hak dasar mereka, tetapi juga dapat
hingga 13/12/2023, dari data SIMFONI PPA menjadi sarana efektif untuk mencegah
(Sistem Informasi Online Perlindungan Peremuan kekerasan dan melindungi kesejahteraan mereka.
dan Anak), masih menunjukan sebesar 57,7% Berdasarkan Konverensi Hak Anak pasal 12,
dari 26.105 kasus kekerasan artinya sebanyak Partisipasi anak telah dijamin, diakui, dan
15.0623 jiwa anak mengalami kekerasan. Kasus- didukung oleh dunia.(UNICEF, n.d.) Secara
kasus tersebut hanya yang telah dilaporkan dan hukum, Di Indonesia telah berkomitmen
tidak termasuk kasus yang tidak dilaporkan. mendukung hak partisipasi anak yang telah
diamanahkan dalam Undang-undang (UU) Nomor
35 Tahun 2014 atas perubahan UU Nomor 23
Tahun 2002 tentang perlindungan anak.
Melibatkan partisipasi anak dapat membantu
mengidentifikasi potensi resiko atau tanda-tanda
kekerasan sejak awal.

Grafik 1 Data Kekerasan pada Anak dan Dewasa


Indonesia telah memiliki Forum Anak di bawah binaan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Anak (KEMENPPA). Forum Anak Nasional (FAN) diselenggarakan berdasarkan Peraturan Menteri PPPA
Nomor 1 tahun 2022 atas perubahan Peraturan Menteri PPA nomor 18 tahun 2019. Forum anak merupakan
wadah partisipasi bagi perwakilan anak, atau perwakilan kelompok kegiatan anak untuk menyalurkan
aspirasi, pandangan, suara dan kebutuhan anak dalam proses pembangunan. Konsep Forum Anak sangat
mendukung partisipasi yang bermakna yaitu dengan mendorong anak-anak menjadi Pelopor dan Pelapor.
Artinya Forum Anak telah menekankan bahwa proses pembangunan menempatkan anak-anak bukan
hanya sebagai objek pembangunan, melainkan juga menjadi subjek pembangunan.
Sejauh ini Forum anak telah memberikan wadah secara legal untuk menciptakan ruang partisipasi
anak. Forum Anak memiliki kontribusi terbentuknya Kota Layak Anak(Alviana et al., 2021), peningkatan
kapasitas anak(Ritha F Dalimunthe & Arif Qaedi Hutagalung, 2022), mencegah terjadinya kekerasan pada anak(Ariij
Faatin Khoirunnisaa, 2022), dan sebagainya. Sebagai contoh Forum Anak Daerah di Hulu Rokan menggelar
ruang bermain dan teras literasi untuk menciptakan waktu luang antara orangtua dengan anak. Kegiatan
yang dilakukan untuk meminimalisir dan mencegah kekerasan anak di rumah.(Resdati et al., 2022). Adapun
Keterlibatan Forum Anak tanah seroncong dalam MUSREMBANG Aceh Tahun 2024. Dalam musrembang
tersebut menyampaikan beberapa point mengenai fasilitasi edukasi parenting, perlindungan anak dari
berbagai eksploitasu anak, pencegahan dan penanganan stunting, serta akes pelayanan menyalurkan
bakat
HAMBATANMEWUJUDKAN
HAMBATAN MEWUJUDKANPARTISIPASI
PARTISIPASIBERMAKNA
BERMAKNA

Pada implementasinya Forum Anak Nasional di Indonesia masih ditemukan beberapa problematika
partisipasi anak. Tidak semua forum anak mampu terlibat dalam MUSREMBANG. Masih banyak anak yang
tidak mengetahui Forum Anak. Berdasarkan survey U-report UNICEF sebagai berikut:
Table 1 Survei U-Report UNICEF Indonesia

Jumlah Persentase Jawaban


Pertanyaan
Responden Ya Tidak
1687 mengetahui Fotum Anak/Musrembang 40% 60%
1687 telah mengikuti pertemuan Forum Anak/Musrembang sebanyak 13% 87%
1631 mengetahui cara berpartisipasi 38% 62%
619 keinginan mereka belajar untuk berpartisipasi 95% 5%
Dari hasil survey menunjukan meskipun anak-anak masih banyak yang belum mengetahui forum
anak dan musrenbang, belum mengetahui cara berpartisipasi, dan masih banyak yang belum terlibat dalam
forum dan musrenbang, data menunjukan keinginan mereka belajar untuk berpartisipasi sangat
tinggi.(UNICEF INDONESIA, n.d.) Data tersebut juga menunjukan meskipun anak-anak telah terlibat masih
belum mencapai tingkat pasrtisipasi berkmakna. Seperti yang diungkapkan oleh Rifandini, Rahmalia dkk
Forum Anak tergantung pada aktor local dan kepala desa apakah memiliki pemahaman dan perhatian pada
isu anak atau tidak. Menurutnya Partisipasi anak di Forum Anak di kabupaten Tulungagung masih bersifat
semu. Sebagian Forum Anak Desa (FAD) hanya formalitas menghadiri musrembang dan Sebagian telah
diberi kesempatan bersuara namun kedudukannya masih belum strategis.(Rifandini et al., 2023). Maka dari
itu penyamaan persepsi mengenai partisipasi anak dalam pembangunan perlu diperhatikan
Keadaan ini sangat berkaitan dengan responbilitas dan akuntabilitas dalam pelaksanaan
Musrenbang. Seperti yang diungkapkan oleh Purwoningsih dalam penelitiannya, pelaksanaan Musrenbang
Daerah telah pada tahap 5 yaitu placation dimana masyarakat diberi kesempatan untuk memberi masukan
namun pengambilan keputusan tetap berada pada pemegang kekuasaan.(Purwaningsih, 2022) Sementara
itu penemuan Ambarwati mengungkapkan bahwa keterlibatan masyarakat hanya sekedar mereka yang
dikenal oleh perangkat desa.(Indah Dwi Ambarwati, 2019) Perangka desa masih kurang menjaring
masyarakat secara umum. Belum lagi adanya konflik kepentingan yang terjadi seperti yang diungkapkan
oleh Bria sehingga menyebabkan penyelenggaraan musrembang masih didominasi oleh aktor-aktor
elit.(Adriana L Bria, 2019). Makna partisipasi masih terbatas pada kehadiran saja bukan pada proses
penganggaran dan perencanaan yang partisipatif.
Meski telah diatur dalam peraturan, pendapat anak masih belum memiliki otoritas atau pengaruh.
Seperti yang diungkapkan oleh Anna Kaldal dalam temuannya anak yang bermasalah dalam hukum
diragukan kredibilitas suaranya. Hal tersebut menunjukan bahwa pendapat anak masih memiliki power
rendah bahkan di situasi rentan. Kurangnya pertimbangan pada anak dilatarbelakangi oleh tuntutan bahwa
anak masih sangat kecil/belum dewasa untuk didengarkan, mudah dipengaruhi. Kaldal mengasumsikan
hak partisipasi anak telah diperkuat dalam undang-undang namun dalam pelaksanaannya tanpa
mempertimbangkan pandangannya, hal tersebut dapat mencerminkan kondisi bias diskriminasi terhadap
kapasitas anak untuk berpartisipasi.(Adami et al., n.d.) Hambatan partisipasi anak bukan terlihat pada
undang-undang melainkan skeptisme terhadap pandangan anak terkait kredibilitas dan independent anak.
Hal tersebut didasarkan pada perspektif pengalaman bahwa semua orang dewasa telah melewati masa
kanak-kanak mereka merasa paling mengetahui apa yang dibutuhkan dan dirasakan anak-anak.
Pemahaman mengenai anak-anak perlu memperhitungkan konteks dan perspektif anak-anak.
REKOMENDASI
1. Penentuan Indikator dan status ketercapaian tingkatan partisipasi Forum Anak
Salah satu cara untuk melihat perkembangan Forum Anak perlu menentukan secara pasti
tingkatan partisipasi yang telah dicapai oleh suatu Lembaga Forum Anak. Hal ini sangat penting
dilakukan untuk melihat sejauh apa partisipasi anak telah dilibatkan. Sehingga dapat menjadi bahan
evaluasi bagi masyarakat sekitar dan untuk meminimalisir tokenestik, di mana partisipasi anak
hanya sebatas formalitas tanpa memberi mereka pengaruh yang nyata dalam pengambilan
keputusan. Adapun teori yang dapat digunakan untuk mengukur tingkatan partisipasi anak yaitu
Teori Ladder of participation milik Rogert Hart yang terdiri atas 8 anak tangga partisipasi, Model Jalur
Partisipasi milih Shier, Model Partisipasi bermakna milik Lundy dsb.
Dengan memberi status yang telah dicapai oleh Forum Anak maka akan membantu menyamakan
persepsi menegnai partisipasi anak. Selain itu pemberian status tingkat partisipasi pada setiap
Forum Anak akan menstimulus mereka untuk meningkatkan partisipasi bermakna. Pemberian status
tingkatan partisipasi ini juga akan meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai partisipasi
bermakna.
2. Menetapkan Forum Anak di setiap sekolah dan Desa/Kelurahan
Sejauh ini pembentukan Forum Anak tidak bersifat wajib. Jika ini dibiarkan maka informasi
mengenai Forum Anak akan sangat terbatas didengar oleh masyarakat maupun anak-anak itu
sendiri. Akibatnya masih banyak masyarakat dan anak-anak yang belum mengetahui Forum Anak.
Sehingga, apabila Forum Anak ditetapkan di sekolah maupun berbasis masyarakat di
desa/kelurahan maka akan mendorong masyarakat untuk memprioritaskan pembentukan Forum
Anak. Menetapkan forum anak di setiap sekolah dan Desa/Kelurahan sebagai wadah formal untuk
anak-anak menyuarakan pendapat mereka. Penetapan di setiap sekolah akan membantu
menangani permasalahan anak-anak di lingkungan sekolah. Begitu pula di desa/kelurahan akan
menjangkau permasalahan anak-anak di lingkungan sekitar mereka. Sehingga akan mendorong
keterwakilan anak-anak secara komperehensif dan mampu melihat kondisi setiap anak secara lebih
mendalam. Namun perlu diperhatikan untuk melakukan sosialisasi di sekolah dan di desa mengenai
Forum Anak.
3. Perkuat sarana partisipasi bermakna
Tingkatkan Akuntabilitas dan responbilitas Musrenbang agar dapat menjaring masyarakat
secara lebih luas. Manfaatkan media kreatif ataupun kearifan local untuk menjaring pendapat
masyarakat. Selain memanfaatkan musrenbang, Forum Anak dapat menggunakan media untuk
menyampaikan suara anak baik melalui media seni, film, dan media sosial dalam
mengkampanyekan suara anak. Cara ini dapat digunakan untuk mempercepat penyebaran
informasi mengenai Forum Anak, Partisipasi Anak, isu-isu anak, dan cerita anak.
4. Peningkatan Kapasitas Orang Dewasa untuk Mendengarkan
Dalam peraturan Musrembang, FA dapat berpartisipasi dalam proses musrenbang apabila
telah mendapatkan peningkatan kapasitas. Namun, sejauh ini permasalahan dalam pelibatan anak
dalam pembuatan kebijakan ialah bagaimana partisipasi anak mempengaruhi pertimbangan
kebijakan. Tentu hal ini berkaitan dengan bagaimana orang dewasa mampu mendengarkan dan
memberi perhatian pada suara anak. Masih banyak orangtua, guru, dan aktor pembuatan kebijakan
tidak menyadari keberadaan anak-anak sehinga cenderung abai dengan suara anak. Oleh karena
itu, perlu dilakukan peningkatan kapasitas bagi orang dewasa dalam mendengarkan maupun
menimbang pendapat anak.
Dalam rangka mewujudkan partisipasi bermakna perlu menciptakan lingkungan yang
mendukung untuk berpartisipasi. Tidak hanya meningkatkan keterampilan anak-anak untuk
menyuarakan pendapat namun peningkatan kapasitas dan kapabilitas orang dewasa dalam
menciptakan lingkungan yang supportif. Hal ini dapat diwujudkan dengan membuat peraturan wajib
untuk peningkatan kapasitas baik di ranah pemerintah maupun di sekolah. FA juga perlu melakukan
peningkatan kapasitas di masyarakat bagaimana cara pengasuhan anak agar mendorong anak
berani berpendapat serta menghargai pendapat anak. Cara lain juga dapat dilakukan dengan
melibatkan orang dewasa untuk menghadiri forum anak. Namun perlu menjadi catatan bahwa
kehadiran orang dewasa bukan untuk mengintervesi anak-anak dan menggiring opini anak-anak.
Pentingnya orang dewasa meningkatkan kapasitas mendengarkan perspektif anak-anak
sangat besar. Mendengarkan anak-anak bukan hanya sekadar aktifitas komunikasi, tetapi juga
merupakan upaya untuk memahami dan menghormati pandangan mereka terhadap dunia.
Mendengarkan memungkinkan pemberdayaan anak-anak untuk mengartikulasikan gagasan,
keinginan, dan kebutuhan mereka. Ini membantu mereka mengembangkan keterampilan
komunikasi dan rasa percaya diri. Selain itu, bermanfaat bagi orang dewasa untuk belajar dari anak-
anak. Pandangan anak-anak seringkali segar dan orisinal, membuka pintu untuk pemikiran kreatif
dan sudut pandang baru.
REFERENSI
Adami, R., Kaldal, A., & Aspán, M. (n.d.). The rights of the child : legal, political, and ethical challenges.

Adriana L Bria. (2019). DINAMIKA POLITIK DALAM PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA (MUSRENBANGDES) (Studi
Penelitian Di Desa Umatoos, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka). JPPol: Jurnal Poros Politik, 1(2), 31–35.

Alviana, I., Rosyadi, S., Simin, S., & Idanati, R. (2021). Partisipasi Forum Anak Banyumas dalam Mewujudkan Kabupaten Layak Anak di Kabupaten
Banyumas Ditinjau dari Perspektif Multi Stakeholder Partnerships. JDKP Jurnal Desentralisasi Dan Kebijakan Publik, 2(2), 277–287.
https://doi.org/10.30656/jdkp.v2i2.3738

Ariij Faatin Khoirunnisaa. (2022). Pendampingan Program Pencegahan Kekerasan Anak di Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Dan
Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Gunungkidul. JSCE: Journal of Society and Continuing Education, 3(1).

Indah Dwi Ambarwati. (2019). Perencanaan Yang Tak Partisipatif: Proses Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan
Randudongkal Kabupaten Pemalang Tahun 2019. Journal of Politic and Government Studies, 8(4), 271–280.

Purwaningsih, M. R. (2022). PELAKSANAAN MUSRENBANG DAERAH DALAM PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF. Jurnal
Litbang Sukowati : Media Penelitian Dan Pengembangan, 6(1), 151–164. https://doi.org/10.32630/sukowati.v6i1.346

Resdati, Tedi Ramadani, Anisa Trisari, & Alika Nurmala Siregar. (2022). Peran Forum Anak Rokan Hilir (Fan Karir) dalam Mengatasi Kekerasan pada
Anak. Jurnal Cakrawala Ilmiah, 1(6).

Rifandini, R., Puteri, B. P. T., & Sholakodin, A. F. (2023). Analisis Model Mekanisme Partisipasi Forum Anak dalam Pembangunan Sosial. Jurnal
Transformative, 9(1), 102–124. https://doi.org/10.21776/ub.transformative.2023.009.01.6

Ritha F Dalimunthe, & Arif Qaedi Hutagalung. (2022). Pemanfaatan Waktu Luang Anak Melalui Forum Anak di Desa Nelayan Seberang. Prosiding
Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat (SINAPMAS).

UNICEF. (n.d.). Konvensi Hak Anak: Versi anak anak | UNICEF Indonesia. Retrieved October 1, 2023, from
https://www.unicef.org/indonesia/id/konvensi-hak-anak-versi-anak-anak

UNICEF INDONESIA. (n.d.). U-Report Indonesia. Retrieved December 3, 2023, from https://indonesia.ureport.in/opinion/4535/

Anda mungkin juga menyukai