Anda di halaman 1dari 9

Penentuan Patahan dan Saluran Fluida Panas Bumi Rajabasa Bagian Selatan

dengan Kombinasi Metode Second Horizontal Derivatif (SHD)


dan Audio Magnetotelluric (AMT)
Nandi Haerudin1, Dikpride Despa2 dan Suharno3
1)
Program Profesi Insinyur, Universitas Lampung
2)
Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung
3)
Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung
Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145

Corresponding author: nandi.haerudin@eng.unila.ac.id

Intisari — Patahan merupakan media yang menjadi saluran fluida panas bumi dari reservoir berpindah ke
permukaan. Penentuan patahan dan pola aliran menjadi sangat penting dalam eksploasi panas bumi untuk
mengetahui lokasi reservoir secara tepat. Hal inilah yang menjadi tujuan dari penelitian ini. Metode yang
dipakai adalah Second Horizontal Derivatif (SHD) dari data gravitasi dan metode Audio Magnetotelluric
(AMT). Hasil yang didapatkan menujukkan, patahan yang terbentuk berupa patahan turun ke arah barat
laut menuju arah tengah Gunung dan pusat saluran fluida berada di area antara kunjir dan Cugung.
Kata kunci — Patahan, saluran fluida, reservoir, Rajabasa bagian Selatan

Abstract — Fracture/Fault is a medium that is a channel of geothermal fluids from the reservoir to the
surface. Determination of faults and flow patterns becomes very important in geothermal exploitation to find
out the exact location of the reservoir. This is the aim of this research. The method used is the Second
Horizontal Derivative (SHD) of gravity data and the Audio Magnetotelluric (AMT) method. The results
obtained show that the fracture formed in the form of a fault descends northwest toward the middle of the
mountain and the center of the fluid channel is in the area between Kunjir and Cugung.
Keywords— Fault, fluid channel, reservoir, southern Rajabasa

I. PENDAHULUAN (sealing). Hanya patahan leaking yang bisa


menjadi saluran fluida panas bumi.
Sebuah manifestasi yang muncul di Tujuan dari penelitian ini adalah
permukaan menunjukkan adanya sumber menentukan jenis patahan dan saluran fluida
panas bumi di kedalaman yang dikenal panas bumi dengan menggunakan perpaduan
dengan reservoir. Fluida panas bumi tidak metode Second Horizontal Derivatif (SHD)
mungkin sampai ke permukaan tanpa adanya dari data gravitasi dipadukan dengan metode
media yang menjadi salurannya. Dalam Audio Magnetotellurik/ magnetotelluric
kasus fluida panas bumi, mereka mengalir (AMT)
melalui patahan atau rekahan yang terbentuk
oleh proses geologi. Kadang kemunculan II. DASAR TEORI
manifestasi tidak persis di atas reservoir. Hal
itu tergantung arah saluran yang Gradien horizontal data gravitasi 1D
membawanya. Gradien horisontal adalah sebuah metode
Untuk mendapatkan letak reservoir yang filter yang bertujuan mengetahui perubahan
tepat, maka jenis patahan dan arah saluran mencolok dan tiba-tiba kearah lateral.
fluida menjadi penting untuk diketahui Metode gradien horizontal dapat digunakan
dengan tepat. Ada patahan yang dapat untuk menentukan lokasi batas kontak
menyalurkan (leaking) dan ada yang tidak kontras densitas horizontal dari data gravitasi

11
[1]. Teknik ini sering digunakan pada metode g g
gravitasi untuk mengetahui perubahan dengan ( dan ) adalah turunan
x y
densitas pada batas kontak antara dua
horizontal gravitasi pada arah x dan y. Satuan
medium. Perubahan paling curam akan
dari FHD pada data gravitasi adalah mGal/m.
terlokalisasi di atas tepi/bidang batas medium.
Analisis ini sesuai dengan persamaan
Pada Gambar 1 diperlihatkan bagaimana
Laplace untuk anomali gravitasi di
profil respon dari anomali gravitasi dan
permukaan yang diberikan sebagai berikut:
gradien horizontal yang disebabkan oleh
sumber tubuh tabular. Puncak anomali  2 g  0 (2)
gravitasi berada pada bagian tengah tubuh,
sedangkan puncak respon gradien horizontal  2 g  2 g  2 g
  0 (3)
berada pada tepiannya. Jika tepian itu adalah x 2 y 2 z 2
batas kontak antara dua medium batuan, Sehigga bila diasumsikan turunan kedua arah
maka analisis ini dapat digunakan untuk y mempunyai nilai konstan maka
menentukan jenis struktur geologi bawah persamaannya menjadi:
permukaan seperti patahan naik atau turun,
 2 g  2 g
intrusi atau cekungan [2].   (4)
z 2 x 2
Second Horizontal Derivative dari suatu
anomali gravitasi permukaan adalah sama
dengan negatif dari derivatif orde dua
vertikalnya. Nilai g1 hingga gn merupakan
nilai anomali Bouguer untuk setiap stasiun
pengukuran yang memiliki jarak tertentu (x1-
xn) dengan spasi pengukuran ( x ) tertentu
pula. Maka Second Horizontal Derivative-
nya dapat dituliskan sebagai berikut:
Gambar 1 Anomali gravitasi dan gradien  2 g g i 1  g i (5)
horizontal pada model tabular (Blakely, 1996) 
x x
g i 1  g i  g i  g i 1  (6)
Pengertian gradien horizontal (GH) adalah   
 2 g x  x 
turunan pertama pertama pada arah 
horizontal atau First Horizontal Derivative x 2
x
(FHD). Gradien horizontal pada data anomali (7)
gravitasi adalah perubahan nilai anomali  g g i 1  g i 1  2 g i
2

gravitasi dari satu titik ke titik lainnya x 2 x 2
dengan jarak tertentu. Setelah diturunkan Dari analisa Second Horizontal Derivative
satu kali lagi, akan didapatkan gradien (SHD) didapat kriteria untuk patahan naik
horizontal kedua atau Second Horizontal dan turun yaitu:
Derivative (SHD). 1. Untuk patahan turun
Kelebihan dari metode gradien horizontal   2 g    2 g  (8)
adalah metode ini tidak rentan terhadap noise  2 
  
 2 

karena hanya memerlukan perhitungan  x  maks  x  min
turunan horizontal pertama yang 2. Untuk patahan naik
dikuadratkan dari data. Metode ini dapat   2 g    2 g 
digunakan untuk menggambarkan struktur  2 
   2 

geologi bawah permukaan yang dangkal  x  maks  x  min
maupun dalam. Amplitudo dari gradien Kriteria di atas dapat dibuktikan dengan
horizontal ditunjukkan sebagai berikut: membuat model sintetis lalu dilakukan
2 (1) analisa SHD pada model itu [3].
 g   g 
2

FHD      
 x   y 

12
Konsep Dasar Metode Magnetotelluric (MT) kepentingan investigasi di bawah permukaan
dan Audio Magnetotelluric (AMT) dengan kedalaman hingga ribuan meter [5].
Metode magnetotelurik atau Dengan mengggunakan hasil pengukuran
magnetotelluric (MT) adalah metode impedansi dari berbagai frekuensi yang
geofisika yang memanfaatkan medan elekto berurutan dapat diperoleh informasi
magnetik (EM) alami sebagai sumber resistivitas medium sebagai fungsi
gelombang atau sumber energi untuk kedalaman di bawah titik pengamatan
mengetahui struktur tahanan jenis bawah tersebut dan menggambarkan struktur
permukaan. Magnetotellurik merupakan geologi bawah permukaannya.
metode sounding yang mengukur secara pasif Target kedalaman tergantung pada
medan elektromagnetik alam yang frekuensi gelombang yang digunakan.
dipancarkan oleh bumi. Medan EM yang Gelombang elektromagnetik dengan
digunakan mempunyai rentang frekuensi frekuensi yang tinggi dapat memberikan
yang panjang sehingga mampu menyelidiki informasi mengenai resistivitas medium
bawah permukaan dari kedalaman puluhan dibagian yang dangkal sedangkan gelombang
hingga ribuan meter. elektromagnetik dengan frekuensi yang
Sumber medan elektromagnetik pada rendah dapat memberikan informasi
frekuensi rendah (kurang dari 1 Hz) berasal mengenai resistivitas medium dibagian yang
dari interaksi antara partikel yang dalam.
dikeluarkan oleh matahari yang Metode tahan jenis (geolectrical, MT,
menyebabkan resonansi lapisan ionosfer AMT/CSAMT dan TEM) adalah metode
bumi, sedangkan frekuensi tinggi (lebih dari geofisika yang paling penting dalam
1 Hz) berasal dari aktivitas kilat. eksplorasi panas bumi. Alasannya adalah
Medan listrik dan medan magnet bahwa resistivitasnya sangat sensitif terhadap
berhubungan dengan arus telurik yang proses perubahan suhu dan panas bumi dan
mengalir di bumi sebagai akibat dari variasi secara langsung terkait dengan parameter
medan elektromagnetik alami bumi yang yang mengkarakterisasi Reservoir [6].
bergantung pada sifat kelistrikan terutama Metode MT dan AMT secara umum sama,
konduktivitas medium [4]. Gelombang hanya saja keduanya berbeda pada frekuensi
elektromagnetik yang sampai di permukaan yang digunakan. Metode AMT menggunakan
tanah, akan menginduksi arus pada lapisan- frekuensi dari rentang 0,1 Hz hingga 10 kHz.
lapisan di bawah permukaan bumi yang Dengan rentang frekuensi ini, cocok untuk
dianggap konduktor. Arus hasil induksi ini digunakan dalam menentukan struktur
disebut arus telluric atau arus eddy. geologi di daerah panas bumi. Baik MT dan
Arus telluric pada lapisan-lapisan bumi AMT/CSAMT diakui sebagai metode
menyebabkan timbulnya medan geofisika yang handal dalam eksplorasi panas
elektromagnetik sekunder yang kemudian bumi karena keduanya menghasilkan struktur
akan dipancarkan kembali ke seluruh arah resistivitas yang kurang lebih terkait dengan
sampai di permukaan bumi. Medan rezim suhu bawah permukaan. Namun, dari
elektromagnetik inilah yang akan dicatat oleh sudut pandang empiris terkadang CSAMT
penerima untuk memperoleh informasi memberikan hasil yang lebih baik daripada
tentang pengukuran lapisan di bawah metode lainnya misalnya MT di eksplorasi
permukaan bumi. Informasi yang diperoleh panas bumi [7].
adalah fluktuasi medan listrik dan fluktuasi Salah satu keberhasilan metode ini adalah
medan magnet yang dihasilkan rapat arus mampu memetakan zona resistivity untuk
telluric pada masing-masing lapisan. memahami reservoir, jalur fluida termal, dan
Metode ini memanfaatkan medan sumber panas di lapangan panas bumi
elektromagnetik alam dengan frekuensi Mapamyum (QP) di barat daya Tibet [8].
antara 10-4Hz hingga 104Hz. Semakin kecil Selain untuk eksplorasi panasbumi, metode
frekuensi yang digunakan, maka informasi AMT berhasil digunakan untuk
kedalaman yang diperoleh semakin dalam mengevaluasi mineralisasi timah-seng
sehingga metode ini dapat digunakan untuk tersembunyi di bidang bijih timah-seng

13
Yuele, Daguancounty, NE provinsi Yunnan, mempunyai nilai koherensi besar. Nilai
Cina [9] dan memodelkan zona sesar koherensi menunjukkan perbandingan antara
Cimandiri Cianjur [10]. medan E prediksi dan medan E observed
(data lapangan). Data lapangan yang berupa
fungsi frekuensi diubah dalam bentuk akar
III. METODE PENELITIAN period, yang selanjutnya dibuat grafik.
Dilakukan smoothing (penghalusan data)
Penelitian ini dilakukan berdasarkan dengan cara rata-rata bergerak (moving
sistematika yang sesuai dengan kaidah average). Data hasil smoothing merupakan
metode ilmiah yang meliputi: pengambilan data masukan (input) untuk interpretasi 1D
data, pengolahan data, pemodelan dan menggunakan perangkat lunak
interpretasi, analisis dan kesimpulan. Pada IPI2Win(MT). Hasil yang diperoleh berupa
penelitian ini, digunakan data primer yang tahanan jenis pada lapisan batuan dengan
diambil di lapangan dan data sekunder dari ketebalan dan kedalaman tertentu untuk
Badan Geologi. Data gravitasi dari Badan setiap pengukuran. Dari hasil yang diperoleh
Geologi berupa data anomali Bouguer dibuat kontur tahanan jenis berdasarkan
lengkap yang diambil dalam kegiatan survei kedalaman yang sama dan kontur kedalaman
pendahuluan lanjutan. Data anomali Bouguer pada tahanan jenis yang sama. Interpretasi
ini ditampilkan dalam bentuk peta kontur, kuantitatif dilakukan dengan
kemudian dibuat irisan penampang lintang menginterpretasikan hasil pemodelan 1D
pada daerah anomali gravitasi rendah atau yang berupa urutan nilai tahanan jenis pada
kontur yang berubah secara drastis. data ketebalan dan kedalaman tertentu.
irisan penampang lintang diolah dengan Interpretasi kualitatif dilakukan dengan
metode Second Horizontal Derivative (SHD) menginterpretasikan kontur tahanan jenis
untuk mendapatkan posisi patahan dan arah berdasarkan kedalaman yang sama dan
kemiringannya. kontur kedalaman pada tahanan jenis yang
Pengukuran data penelitian dilakukan di sama dengan menggunakan perangkat lunak
gunung api Rajabasa bagian selatan diantara Surfer 11. Rangkain alur penelitian
fumarol Kunjir dan fumarol Cugung. Data ditampilkan pada Gambar 2
yang didapatkan dari perekaman alat berupa Mulai
data frekuensi, koherensi, apparent resistivity
dan fase. Frekuensi yang digunakan yaitu Studi Pustaka
frekuensi audio (audio frequency band) dari
rentang 0,1 Hz hingga 10 kHz. Data diolah Data skunder
Survei AMT
gravitasi
menggunakan perangkat lunak Microsoft
Excel, Notepad, IPI2Win(MT) dan Surfer. Anomali
Hasil pengolahan data berupa kontur tahanan Bouguer Resistivitas
Lengkap semu
jenis berdasarkan kedalaman yang sama dan
kontur kedalaman pada tahanan jenis yang
sama, kemudian diinterpretasikan secara Gradien Pemodelan
horizontal resistivitas 1D
kuantitatif dan kualitatif.
Peralatan yang digunakan dalam Analisis
penelitian dengan menggunakan metode patahan Zona konduktif

AMT adalah satu set Stratagem versi 26716-


01 Rev.D yang berupa komponen penerima Jenis patahan
(receiver) standar dan beberapa perangkat
tambahan lainnya sebagai pendukung Lokasi dan arah
aliran fluida panas
pelaksanaan penelitian. bumi
Setelah data pengukuran diperoleh,
dilakukan pemilihan data berdasarkan pada Selesai
nilai koherensinya. Data yang dianggap baik
dan dipilih untuk diolah adalah data yang Gambar 2 Diagram alir penelitian

14
gravitasi G. Rajabasa bagian selatan dibuat
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN beberapa irisan seperti pada Gambar 3.
Hasil FHD dan SHD untuk irisan aa’
Analisis second horizontal derivative (SHD) ditampilkan pada Gambar 4. Terlihat adanya
data gravitasi profil kurva gradien yang bernilai tinggi atau
Analisa Second Horizontal Derivative curam pada Kurva FHD yang
(SHD) dapat menggambarkan sumber- mengindikasikan adanya struktur patahan di
sumber anomali dan digunakan untuk lokasi itu. Posisinya pada 568700 – 571200
menentukan jenis struktur geologi bawah mE. Prosisi ini hampir sama dengan posisi
permukaan seperti patahan naik atau turun, manifestasi Kunjir. Setelah diturunkan sekali
intrusi atau cekungan. Metode gradien lagi, terlihat pasangan nilai posistif dan
horizontal digunakan untuk menentukan negatif. Nilai puncak positif (maksimum)
lokasi batas kontak kontras densitas lebih kecil dari nilai puncak negatif
horizontal dari data gravitasi. Pada data (minimum) dan berada di sebelah kiri.

Gambar 3 Irisan-irisan untuk second horizontal derivative (SHD)


Untuk penentuan jenis struktur geologi sebaliknya. Mengacu pada Tabel 5.1, struktur
dan arah kemiringannya digunakan tabel geologi yang yang ditemukan pada irisan A
analisis dari Cordell seperti yang tertuang adalah patahan turun/patahan normal kearah
dalam Tabel 5.1. Patahan turun ditentukan kiri atau barat laut.
dengan nilai maksimum (puncak positif) Untuk menentukan struktur geologi yang
yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai ada pada irisan bb’, dicari dengan cara yang
minimum (puncak negatif). Ketika nilai sama pada irisan aa’. Hasilnya ditampilkan
minimum yang lebih besar tadi berada pada Gambar 5. Terlihat ada kurva gradien
disebelah kiri, maka hal itu menunjukkan yang yang bernilai tinggi/curam pada posisi
bahwa arah bidang patahan adalah turun ke 568500 – 571500. Setelah diturunkan sekali
kanan. Untuk patahan naik, berlaku aturan lagi, terlihat nilai maksimum (positif) lebih

15
kecil daripada negatif dan nilai positif berada
disebelah kiri. Hal ini menunjukkan jenis
struktur yang ditemukan dengan metode
SHD gravitasi pada irisan bb’ berupa patahan
turun ke arah kiri atau arah barat laut atau
sama dengan patahan pada irisan aa’.

Gambar 5 Hasil first horizontal derivative/FHD


(a) dan second horizontal derivative/SHD (b)
Gambar 4 Hasil first horizontal derivative/FHD pada irisan bb’
(a) dan second horizontal derivative/SHD (b)
pada irisan aa’ Pada Gambar 6 ditunjukkan posisi
patahan hasil FHD dan SHD untuk irisan aa’’
Tabel 5.1 Penentuan sesar dan arah kemiringan dan bb’ pada peta dasar. Patahan utama irisan
berdasarkan second horizontal derivative (SHD) aa’ terletak berhimpit dengan lokasi
pada data gravitasi [1] manifestasi Kunjir hasil pengukuran
SHD Tipe Arah Kemiringan lapangan dengan GPS, sedangkan patahan
Sesar Ke kanan Ke kiri utama irisan bb’ berhimpit dengan patahan
Naik F.6. Patahn F.6 diprediksi sebagai patahan
turun dengan bidang turun ke arah barat laut.
Turun Dengan begitu, hal ini menjadi verifikasi
bahwa metode FHD dan SHD dapat
digunakan untuk menentukan lokasi dan jenis
patahan.

16
Gambar 6 Posisi patahan hasil second horizontal derivative (SHD) pada peta dasar

Pengolahan Data dan Interpretasi Metode


AMT
Data awal yang diperoleh dari hasil
pengolahan stratagem versi 2671-01 REV.D
berupa komponen frekuensi, koherensi,
apparent resitivity dan fase. Data tersebut
dikoreksi berdasarkan nilai koherensinya.
Data yang memiliki nilai koherensi besar
(mendekati nilai 1) merupakan data yang
bagus. Untuk meningkatkan kualitas data,
dilakukan smoothing (penghalusan data)
menggunakan cara moving average. Hasilnya
merupakan input (masukan) untuk Gambar 7 Hasil pengolahan IPI2Win(MT) pada
pemodelan 1D menggunakan program titik ukur 16
IPI2Win(MT).
Hasil dari pengolahan dengan Data tahanan jenis sounding dari setiap
menggunakan program IPI2Win(MT) berupa titik pengukuran dikorelasikan berdasarkan
resitivitas lapisan batuan dengan ketebalan berdasarkan kedalaman yang sama.
dan kedalaman tertentu untuk setiap titik Kedalaman yang masih bisa dideteksi
pengukuran. Titik pengukuran diberi label mencapai 580 m dari MSL. Gambar 8
berdasarkan nomor 1 – 29. Gambar 7 menunjukkan kontur tahanan jenis pada
menunjukkan hasil pengolahan pada salah kedalman 580 m. Nilai tahanan jenis yang
satu titik yaitu titik pengukuran 16. terukur berkisar 20 m – 290 m. Terlihat
adanya tahanan jenis rendah dengan nilai 20
m – 100 m di daerah antara fumarol
Kunjir dan fumarol Cugung pada titik ukur

17
15, 16, 20, dan 21. Daerah dengan warna Gambar 9. Terlihat ada daerah tahanan jenis
merah mendominasi bagian tengara, tinggi (warna merah, kuning dan hijau) yang
sedangkan dearah dengan warna kuning dipisahkan oleh daerah tahanan jenis rendah
mendominasi bagian barat laut. Kedua warna (warna ungu dan biru). Hal ini
tersebut memperlihatkan adanya batas mengindikasikan adanya daerah yang
kontras yang adanya zona tahanan jenis terpatahkan dilokasi itu.
tinggi yang melingkupi zona tahanan jenis
yang lebih rendah.

Gambar 9 Penampang lintang vertikal tahanan


jenis dari metode AMT

Setelah dilakukan analisis kualitatif dan


analisis kuantitatif, peta kontur tahanan jenis
dari metode AMT di-overlay (dibaringkan)
pada peta dasar untuk melihat posisinya di
permukaan seperti yang ditunjukkan Gambar
10. Zona konduktif (tahanan jenis rendah)
Gambar 8 Kontur tahanan jenis metode AMT berada diantara patahan-patahan yang
pada kedalaman 580 m berarah barat laut – tenggara dan diantara
fumarol Kunjir dan fumarol Cugung.
Untuk melihat penampang lintang arah
vertikal, dipilih titik 10, 13, 15, 16, 21 dan 23
yang hampir membetuk satu garis lurus.
Hasil rekontruksinya ditampilkan pada

18
Gambar 10 Kontur tahanan jenis dari AMT pada kedalaman 580 m
Indonesian Geothermal Association Meeting &
Conference, Bandung 6-8 November, 2012.
V. KESIMPULAN [8] L. He, L. Chen, Dorji, X. Xi, X. Zhao, R. Chen,
and H. Yao, “Mapping the Geothermal System
Metode FHD dan SHD dapat digunakan untuk Using AMT and MT in the Mapamyum (QP) Field,
menentukan lokasi dan jenis patahan. Hasil yang Lake Manasarovar, Southwestern Tibet,” Energies
2016, 9, 855; doi:10.3390/en9100855T. T. Lap, C.
didapatkan menujukkan, patahan yang terbentuk
Xue, A. Wei1, L. Liu, W. Li1, Q. Hu, J Li, D. Luo,
berupa patahan turun ke arah barat laut menuju arah S. and Zhu, T. Zhang “Application of Audio-
tengah Gunung dan berdasarakan analisis metode Magnetotelluric Method for Exploration the
AMT didapatkan zona saluran fluida berada di area Concealed Ore-Bodies in Yuele Lead-Zinc Ore
antara kunjir dan Cugung. Feild, Daguan County, NE Yunnan Province,
China,” Journal of Geoscience and Environment
Protection, 2, 35-45, 2014.
UCAPAN TERIMA KASIH http://dx.doi.org/10.4236/gep.2014. 23005.
[9] L. Handayani, Maryati, M. Kamtono, M. Mukti,
Kami ucapkan terima kasih kepada Badan Geolgi and Y. Sudrajat, “Audio-Magnetotelluric Modeling
yang telah mengijinkan penggunaan data skunder of Cimandiri Fault Zone at Cibeber, Cianjur,’
Indonesian Journal on Geoscience, Vol. 4 No. 1
gravitasi untuk analisis SHD.
April 2017: 39-47
REFERENSI

[1] L. Cordell, “Gravimetric Expression of Graben


Faulting in Santa Fe Country and The Espanola
Basin, New Mexico” in New Mexico Geol. Soc.
Guidebook, 30th Field Conference, 1979.
[2] H. Yudianto, dan A. Setyawan, “Interpretasi
Struktur Bawah Permukaan Daerah Manifestasi
Panasbumi Gedong Songo Gunung Ungaran
Menggunakan Metode Magnetik,” Youngster
Physics Journal, 2(1), 39-48, 2014.
[3] J.M. Reynolds, An Introduction To Applied And
Environmental Geophysics, John Willey and Sons,
1997.
[4] A. Manzella, Geophysical Methods in Geothermal
Exploration. Italian National Research Council,
International Institute for Geothermal Research,
Pisa, 2007.
[5] Chave and Thomson, “Bounded Influence
magnetotelluric Response Function Estimation,”
GJI Geomagnetism, Rock Magnetism and
Palaeomagnetics, Vol. 157, pp. 988 – 1006, 2004.
[6] G.P. Hersir, K. Árnason, and A. Vilhjálmsson,
“3D inversion of magnetotelluric (MT) resistivity
data from Krýsuvík high temperature area in SW
Iceland, ” in Proceedings of the Thirty-Eighth
Workshop on Geothermal Reservoir Engineering
Stanford University, Stanford, CA, United States,
14 pp, 2013.
[7] H. Grandis, dan P. Sumintadireja, “A Brief Review
For The Proper Application Of Magnetotelluric (Mt)
And Controlled- ource Audio-Frequency
Magnetotelluric (Csamt) In Geothermal
Exploration, ” in Proceedings The 12th Annual

19

Anda mungkin juga menyukai