Anda di halaman 1dari 176

TATA RUANG MEWUJUDKAN

DIREKTORAT BINA PERENCANAAN TATA RUANG DAERAH WILAYAH II


KOTA TEPI AIR TANGGUH BENCANA
DI AMBON
DIREKTORAT JENDERAL TATA RUANG
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

TATA RUANG MEWUJUDKAN KOTA TEPI AIR TANGGUH BENCANA DI AMBON.


P E N GA R A H PENERBIT
Dr. Ir. Abdul Kamarzuki, MPM. Direktorat Bina Perencanaan Tata Ruang Daerah Wilayah II
Dr. Eko Budi Kurniawan, ST., M.Sc. Direktorat Jenderal Tata Ruang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
P E N A N G G U N G J AWA B
Mirwansyah Prawiranegara, ST., M.SC. R E DA KS I
Jalan Raden Patah I No. 1 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
KETUA
Royger Maniur Simanjuntak, ST., M.Sc. ISBN
978-623-7814-17-7
A N G G O TA
Caesar Adi Nugroho, ST., MA.
Rhefita Ardhana Riswari, S.Si.
Suriadi, S.Si., M.Sc.
Rendra Miftadira, ST.
Hani Fatimah Azzahra, S.Si.
Dwi Ayu Mawarni, ST.
Rizki Kirana Yuniarti, ST., M.Sc.
Muhammad Faqihuddin, S.Si.
Arief Khoiruddin, S.Si.
Windi Lestari, S.PWK
Febi Nur Khasanah

TATA RUANG MEWUJUDKAN Cetakan Pertama, Januari 2021

KOTA TEPI AIR TANGGUH BENCANA DI Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

AMBON
TATA RUANG MEWUJUDKAN
KOTA TEPI AIR TANGGUH BENCANA
DI AMBON

DIREKTORAT BINA PERENCANAAN TATA RUANG DAERAH WILAYAH II


DIREKTORAT JENDERAL TATA RUANG
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

2021
Dr. Ir. Abdul SEKAPUR
Untuk itu, saya menyambut baik buku “Mitigasi Bencana
Melalui Tata Ruang Kota Ambon” ini. Saya berharap agar
keberadaan buku ini dapat memberikan manfaat yang

Kamarzuki, sebesar-besarnya bagi seluruh pihak, terutama pemerintah

SIRIH
daerah Kota Ambon untuk kemudian dapat masukan dalam

M.P.M.
penerapan dan pelaksanaan tata ruang berbasis mitigasi
bencana

Semoga upaya kita dalam rangka mewujudkan penataan


Salam sejahtera bagi kita semua, puji dan yang senantiasa ruang berbasis mitigasi/pengurangan risiko bencana dapat
D IRJ EN TATA RUA NG melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga buku berjalan secara efektif dan optimal demi terciptanya ruang
“Mitigasi Bencana Melalui Tata Ruang Kota Ambon” ini yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA dapat disusun dan diterbitkan. Adapun yang mendasar
perlunya penyusunan kegiatan tersebut adalah kejadian
RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL bencana gempabumi pada tanggal 26 September 2019.
Jakarta, Desember 2020
Intisari dari kegiatan Penataan Kawasan Rawan Bencana
(KRB) di Pulau Ambon ini menitikberatkan pada
peningkatan kualitas tata ruang telah mengakomodasi
berbagai aspek kebencanaan rencana tata ruang, khususnya
terhadap Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Dr. Ir. Abdul Kamarzuki, MPM
Pusat Kota Ambon. Direktur Jenderal Tata Ruang
Bagi pemerintah, khususnya Direktorat Jenderal Tata Ruang,
buku ini di harapkan dapat bermanfaat sebagai acuan proses
dalam rangka penataan kawasan rawan bencana, terutama
dari bencana banjir, longsor, gempabumi dan tsunami di
Pulau Ambon khususnya Kawasan Pusat Kota Ambon.
Sedangkan bagi pemerintah daerah Kota Ambon, dapat
dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan
penataan ruang.
Dr. Eko Budi
Kurniawan,
KATA
S.T., M.Sc. PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan kebijakan, strategi mitigasi dan adaptasi yang adaptif dan
D IREKTU R BIN A P ERENCA NA A N rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku “Mitigasi Bencana responsif.
Melalui Tata Ruang Kota Ambon” telah dapat diselesaikan.
TATA RUANG DA ERA H WIL AYA H II Dengan terbitnya buku ini dapat dijadikan sebagai refrensi Buku ini disusun sebagai salah satu upaya dalam menjawab
bagi pemangku kepentingan/stakeholder secara umum dan amanat pengurangan risiko bencana melalui tata ruang.
pedoman bagi pemerintah Kota Ambon secara khusus. Buku Berbagai pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA
ini memberikan gambaran terkait penataan ruang berbasis dalam proses penyusunan buku ini merupakan hasil dari
RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL mitigasi/pengurangan risiko bencana pada lingkup kawasan kerjasama berbagai pihak baik Pemerintah Pusat dan
perkotaan. Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, kami ucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang berupaya mewujudkan
Amanat untuk mewujudkan penataan ruang yang berbasis penataan ruang berbasis mitigasi/pengurangan risiko
mitigasi/ pengurangan risiko bencana terdapat dalam bencana. Serta kontribusi dalam upaya kita bersama dalam
Undang-Undang Republik Indonesia no.26 tahun 2007. penyelenggaraan penataan ruang untuk mewujudkan ruang
Secara teknis, amanat tersebut telah diakomodasi dalam yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.
Peraturan Menteri ATR/BPN no. 16 tahun 2018 tentang
pedoman penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).
Jakarta, Desember 2020
Penataan ruang wajib memperhatikan aspek kebencanaan
yang terdapat dalam suatu daerah dengan mengintegrasikan
mitigasi bencana ke dalam tata ruang. Untuk semakin
memantapkan peran dan fungsi penataan ruang dalam
pengurangan risiko bencana, maka diperlukan adanya Dr. Eko Budi Kurniawan, ST, M.Sc
Direktur Bina Perencanaan Tata Ruang Daerah Wilayah II
DAFTAR
KotaAmbon.......................................................................................138 Ketentuan Luas Kavling Minimum ...........................................277
Masukan Penyempurnaan RTRW Terkait Aspek Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal .............................279
Bencana.............................................................................................142 Ketentuan Khusus ..........................................................................284
Teknik Pengaturan Zonasi ...........................................................285

ISI
BAB 5 RDTR KAWASAN PUSAT KOTA AMBON UNTUK Visual 3D Kawasan ........................................................................294
MEWUJUDKAN WATERFRONT CITY YANG TANGGUH
BENCANA BAB 6 PENATAAN KAWASAN PRIORITAS
Tujuan Penataan Ruang Kawasan .............................................149 Apresiasi Untuk Keterlibatan Berbagai Pihak .......................306
Pembagian Sub BWP dan Blok .................................................151 Limitasi Kegiatan ...........................................................................307
Rencana Struktur Ruang ..............................................................155 Tindak Lanjut .................................................................................308
Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan .............................157
Rencana Jaringan Transportasi ..................................................160 LAMPIRAN
BAB 1 - PENDAHULUAN BAB 3 MENGENALI BAHAYA DAN MEMAHAMI RISIKO
Rencana Jaringan Energi .............................................................163 Timeline Kegiatan ..........................................................................311
Latar belakang ...................................................................................03 BENCANA DI PULAU AMBON
Rencana Jaringan Telekomunikasi ............................................166 Rangkaian Kegiatan .......................................................................312
Peran dan Dungsi Kawasan Konstelasi Regional...............05 Isu Kebencanaan ...............................................................................83
Rencana Jaringan Sumber Daya Air ........................................168 Milestone ..........................................................................................318
Urgensi Penataan Ruang ................................................................06 Metode Pemetaan Kawasan Rawan bencana ..........................85
Rencana Jaringan Drainase .........................................................173 Daftar Istilah ....................................................................................329
Peran Tata Ruang dalam Penanggulangan Bencana .............07 Banjir.....................................................................................................86
Rencana Jaringan Pengolahan Air Limbah .............................176 Daftar Pustaka ................................................................................334
Kerangka Pemikiran ........................................................................10 Gerakan Tanah dan Longsor .........................................................92
Rencana Jaringan Persampahan ................................................179
Lingkup Wilayah Kajian .................................................................11 Gerakan Tanah ..................................................................................95
Rencana Jaringan Evakuasi Bencana .......................................181
Delineasi Wilayah Perencanaan ..................................................12 Gempa Bumi ......................................................................................98
Rencana Pola Ruang .....................................................................182
Tinjauan Kebijakan ..........................................................................15 Tsunami .............................................................................................100
Rencana Zona Budidaya ..............................................................186
Patahan Aktif ..................................................................................103
Penetapan SUB BWP Yang Diprioritaskan
BAB 2 KAWASAN RAWAN BENCANA Risiko Bencana ...............................................................................107
Penanganannya ...............................................................................188
Sumber Daya Alam dan Disik Lingkungan ..............................27
SUB BWP Prioritas I ...................................................................189
Daya Dukung Lahan Dan Daya Tampung Lahan .......................37 BAB 4 ZONA RUANG RAWAN BENCANA (ZRB) SEBAGAI
SUB BWP Prioritas II ..................................................................191
Pemukiman..........................................................................................45 ACUAN TATA RUANG BERBASIS PENGURANGAN RISIKO
Ketentuan Pemanfaatan Ruang .................................................193
Kependudukan dan Sosial Budaya ..............................................25 BENCANA
Peraturan Zonasi ............................................................................257
Ekonomi dan Sektor Unggulan .....................................................27 Zona Ruang Rawan Bencana ......................................................121
Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan ...........................259
Sarana Pelayanan Umum.................................................................31 Isu Strategis Penataan Kawasan Rawan Bencana ...............125
Daftar Kegiatan ..............................................................................260
Transportasi dan Sistem Pergerakan ..........................................33 Gerakan Tanah dan Longsor .......................................................135
Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang ..............................273
Jaringan Utilitas ................................................................................41 Evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Ketentuan Tata bangunan ...........................................................276
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

BAB 1
PENDAHULUAN

1 2
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

LATAR BELAKANG
serangkaian gempa susulan dengan jumlah yang sangat pesisir TAD yang landai, tingkat kemiringan lahan pantai rawan bencana, sehingga diperlukan penataan ruang yang
banyak. Berdasarkan pernyataan BMKG, kejadian rentetan TAD juga berpengaruh terhadap besarnya jumlah intrusi air berbasis mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkan
gempa tersebut memberikan petunjuk bidang rekahan laut masuk ke wilayah pesisir maka tingkat kerentanannya keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan
batuan (rupture) dan adanya sesar aktif. Adapun sebaran pun akan semakin tinggi akibatnya wilayah darat berpotensi (konsideran menimbang huruf e). Kemudian Undang-
Pulau Ambon termasuk bagian dari wilayah Indonesia yang
aktivitas gempa susulan di Ambon tercatat sudah pada terendam akan semakin luas. Selain itu pengaruh intensitas Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan
rawan terhadap bencana dan rentan dampak perubahan
kluster utama denga pola kelurusan yang hampir berarah hujan yang semakin tingggi yang menyebabkan volume air Penanggulangan Bencana (UUPPB), diatur bahwa mitigasi
iklim. Pulau Ambon sebagai titik pertemuan lempeng-
selatan-utara yang terletak di antara Ambon dan Haruku pada TAD juga semakin banyak. adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
lempeng utama di Asia Pasifik, sehingga wilayah memiliki
yang belum teridentifikasi dalam Peta Gempa Indonesia baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran, dan
risiko untuk bencana tsunami terutama akibat gempa laut.
Nasional 2017. Pola tersebut mencerminkan adanya aktivitas Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana,
Berdasarkan catatan sejarah; kondisi geoteknologi dan
sesar aktif dengan panjang yang diperkirakan sekitar 42 km. Ruang (UUPR), Pemerintah melakukan pembinaan atau dengan kata lain, baik melalui pengurangan ancaman
geografis, bencana gempa bumi dan tsunami pernah terjadi
Ancaman bencana di Kota Ambon tidak hanya gempa bumi penataaan ruang kepada pemerintah daerah provinsi, bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.
di Pulau Ambon. Begitu juga jejak tsunami diperoleh dari
dan tsunami, tetapi juga kenaikan muka air laut. Ancaman pemerintah daerah kabupaten/kota, dan masyarakat (pasal
lapisan tanah di bumi (paleo tsunami) maupun bongkahan
kenaikan air laut di Kota Ambon terutama pada kawasan 13 ayat 1). Penataan ruang juga disusun dan ditetapkan
karang yang berada di pesisir pantai. Tsunami yang terjadi
pesisir salah satunya Teluk Ambon Dalam (TAD). Perairan dengan menimbang bahwa secara geografis Negara
bersifat lokal, dalam artian tsunami yang terjadi dikarenakan
Teluk Ambon Dalam merupakan perairan yang paling Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berada pada kawasan
gempa bumi yang dekat pada wilayah pesisir terdampak,
mudah Perubahan karena wilayah perairannya banyak
khususnya yang berasal di Laut Seram dan Laut Banda.
mendapat pengaruh pasang surut serta masukan air massa
Berdasarkan tatanan tektonik, yaitu sumber terjadinya UU No. 26 Tahun 2007
tawar dari sungai-sungai yang bermuara di sekitar. Ambon ttg Penataan Ruang Ambon merupakan salah satu dari
gempa-gempa yang berpotensi menimbulkan tsunami, Perpres No. 18 Tahun 2020
termasuk dalam kelas risiko tinggi berdasarkan Indeks Risiko ttg RPJMN 146 kota/kabupaten menghadapi bahaya
wilayah Ambon dapat dibagi menjadi 3 (tiga) rumpun Pasal 3, 11, 25, 26, dan 27 Tahun 2020-2024 tsunami dengan tingkat kerawanan tinggi
Bencana Indonesia (BNPB, 2013) dan kerawanan bencana
tektonik, yakni 1). Wilayah Laut Maluku (Maluku Utara), Perda Provinsi Maluku Pasal 18
tinggi untuk ancaman bencana banjir, tanah longsor, gempa PP No. 15 Tahun 2010 No. 16 Tahun 2013 Sistem perkotaan yang ada di wilayah
2). Wilayah Laut Seram, 3). Wilayah Laut Banda (Ambon ttg Penyelenggaraan Penataan Ruang
bumi, gunungapi, cuaca ekstrim, dan abrasi. Ambon sebagai ttg RTRW Provinsi Maluku Provinsi Maluku yakni Pusat Kegiatan
dan Banda Naira, serta busur Kepulauan Maluku Tenggara Tahun 2013-2033 Nasional (PKN) berada di Kota Ambon
wilayah yang berada pada kawasan rawan bencana dan Pasal 59
dan Maluku Barat Daya). “Setiap RTRW kab/kota harus menetapkan Perda Kota Ambon Pasal 12, Pasal 15, dan Pasal 16
rentan dampak perubahan iklim (BNPB, 2011). Ambon juga bagian wilayah kab/kota yang perlu disusun” No. 24 Tahun 2012 Pusat Kota Ambon sebagai sentra primer,
ttg RTRW Kota Ambon direncanakan melayani seluruh wilayah
termasuk dalam pusat pertumbuhan ekonomi skala provinsi “Bagian dari wilayah kota yang akan disusun
Tahun 2011-2031 Kota Ambon terutama SWP I
Catatan terbaru kejadian gempa bumi di Ambon kembali rencana detail tata ruangnya dapat
dalam bentuk Pusat Kegiatan Nasional (PKN), sehingga merupakan kawasan strategis kota”
terjadi pada akhir tahun 2019 tepatnya pada 26 September
diperlukan upaya untuk mengurangi risiko bencana,
2019 dan terdapat gempa susulan sebanyak 3.089 kali
diantaranya melalui integrasi aspek pengurangan risiko
hingga 11 Februari 2020. Aktivitas gempa susulan tersebut
bencana ke dalam perencanaan pembangunan, termasuk Kejadian Bencana Berulang PENAATAN KAWASAN PENYUSUNAN MATERI TEKNIS
terbilang fenomena langka dikarenakan kekuatan gempa Gempabumi di Pulau Ambon RAWAN BENCANA RDTR KAWASAN PUSAT
ke dalam rencana tata ruang wilayah. Topografi dataran 26 September 2019 PULAU AMBON KOTA AMBON
utama (mainshock) sebesar 6,5 magnitudo dan diikuti

3 4
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

1. Kota Ambon dan sekitarnya memiliki sejarah gempa sebanyak 34 kali dan
tsunami sebanyak 9 kali kejadian.
PERAN DAN
penanggulangan bencana di wilayah Maluku yang berada di
Kota Ambon diantaranya

FUNGSI Adanya rentan dampak perubahan iklim yang mempengaruhi beberapa


KAWASAN • Pengembangan kawasan strategis berupa
pengembangan Kota Pelabuhan di Ambon menjadi 2. sektor dan menyebabkan fenomena naiknya permukaan laut (Sea Level
Rise)
KONSTELASI
pusat pertumbuhan yang mengutamakan mitigasi
dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.

REGIONAL • Pengembangan infrastruktur berketahanan bencana


pada Seram-Ambon (wilayah sungai prioritas)
sebagai upaya pencegahan, adaptasi, serta antisipasi 3. Kota Ambon sebagai PKN (Pusat Kegiatan Nasional) yang memiliki risiko
kerentanan bencana yang tinggi
dampak kerugian baik secara finansial maupun
Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana
korban jiwa.
tsunami, karena merupakan daerah pertemuan tiga lempeng
tektonik utama dunia yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-
Mandat RPJM sebagai kawasan strategis berupa pengembangan Kota
4.
Australia, dan Lempeng Pasifik. Hal tersebut tidak terlepas
bahwa Maluku merupakan kawasan dengan ancaman Pelabuhan di Ambon dan menjadi pusat pertumbuhan yang mengutamakan
bahaya tsunami sangat tinggi. Kota Ambon merupakan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana
salah satu dari 16 kota/kabupaten dengan bahaya tsunami
sangat tinggi. Wilayah Maluku juga mengalami peningkatan
potensi dampak dan risiko bencana hidrometereologi akibat
perubahan iklim. Berdasarkan prediksi iklim dasawarsa
menunjukkan wilayah Maluku terjadi iklim ekstrem basah URGENSI 5. Memiliki tipologi teluk yang serupa dengan teluk di Palu (kanal hampir
tertutup) sehingga menimbulkan rawan tinggi tsunami
akan lebih sering berada dalam kondisi di atas normal (AN).
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah PENATAAN
Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024, bencana alam yang
berpotensi di wilayah Maluku diantaranya gempabumi, RUANG
tsunami, letusan gunung api, dan dampak perubahan iklim.
Selain itu juga terdapat arahan kebijakan pembangunan dan 6. Region Kepulauan Maluku belum pernah menjadi lokasi Peningkatan
Kualitas Tata Ruang (PKTR) Kawasan Rawan Bencana (KRB)

5 6
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

PERAN TATA RUANG DALAM PERAN TATA RUANG DALAM


PENANGGULANGAN BENCANA
PENANGGULANGAN BENCANA
Amanat DRR pada tingkat internasional diadopsi pada Pada tahap pasca bencana, tata ruang berperan sebagai acuan
tataran kebijakan nasional di Indonesia. Undang-Undang rekonstruksi pasca bencana pada wilayah pasca bencana
No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana harus memperhatikan rencana tata ruang (sinkronisasi
mencerminkan keseriusan Indonesia dalam mewujudkan rencana Rehabilitasi Rekonstruksi dan Revisi Rencana Tata
DRR. Kemudian kebijakan penataan dalam Undang-Undang Ruang).
No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengakomodir
manajemen bencana. Pada tahap pra bencana, tata ruang
berperan:

• Pencegahan: Rencana Tata Ruang yang berkualitas


yang mempertimbangkan daya dukung dan daya
tampung lingkungan
• Penegakan Rencana Tata Ruang (RTR)/
pengendalian pemanfaatan ruang
• Mitigasi bencana: penyusunan Rencana Tata Ruang
berbasis mitigasi bencana yang mempertimbangkan
analisis risiko bencana.

7 8
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

PERAN TATA RUANG DALAM


PENANGGULANGAN BENCANA
KERANGKA PEMIKIRAN
Kegiatan ini terbagi dalam 3 (tiga) lokus wilayah perencanaan, yaitu makro, meso, dan mikro. Lokus wilayah perencanaan makro
adalah Pulau Ambon, meso adalah Kota Ambon, dan mikro adalah Kawasan Pusat Kota Ambon. Tujuan dari kajian ini berupa
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG MUATAN TERKAIT MITIGASI/PENGURANGAN RISIKO BENCANA
meningkatnya kualitas penataan ruang Kawasan Rawan Bencana (KRB), keterpaduan program mitigasi bencana struktural &
PENGUMPULAN DATA DAN INFO ungan termasuk bencana, kws risiko bencana nonstruktural berbasis kawasan, dan mengurangi risiko bencana dan meningkatnya ketangguhan wilayah.

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS Analisis kws rawan bencana (geologi dan hidrometeorologi)
Analisis kws rentan dampak perubahan iklim
Analisis pengurangan risiko bencana

RENCANA STRUKTUR RUANG Sistem jaringan evakuasi bencana ()jalur & tempat evakuasi
Sistem jaringan SDA termasuk sistem pengendalian banjir
Sistem Pusat Kegiatan

Sistem Jaringan Prasarana

RENCANA POLA RUANG RTH Kota minimal 30%


Sempadan sungai yang mempertimbangkan KRB banjir
Kawasan Lindung KRB tinggi : gerakan tanah (termasuk longsor)l, etusan gn api,
sempadan patahan aktif pada KRB gempabumi
Kawasan Budidaya
KRB yang ditetapkan sebagai kawasan budidaya harus dilengkapi
dengan peraturan zonasi (overlay zoning)

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Program struktural dan nonstruktural mitigasi bencana, seperti
sistem jaringan evakuasi bencana & SDA (mis : pengendalian banjir

RENCANA POLA RUANG Peraturan zonasi kws lindung dan budidaya yang berada di KRB
(overlay zoning)
Peraturan Zonasi

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS Kriteria penetapan termasuk keberadaan pusat kegiatan yang
berada pada KRB

9 10
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

LINGKUP
WILAYAH KAJIAN
Kegiatan ini terbagi dalam 3 (tiga) lokus wilayah perencanaan, yaitu makro, meso, dan mikro. Lokus wilayah DELINEASI
perencanaan makro adalah Pulau Ambon, meso adalah Kabupaten Serang, dan mikro mikro adalah Kawasan WILAYAH
Pusat Kota Ambon. Tujuan dari kajian ini berupa meningkatnya kualitas penataan ruang Kawasan Rawan
Bencana (KRB), keterpaduan program mitigasi bencana struktural & nonstruktural berbasis kawasan, dan PERENCANAAN
mengurangi risiko bencana dan meningkatnya ketangguhan wilayah.
Delineasi kawasan perencanaan pada
Kawasan Pusat Kota Ambon meliputi
Kecamatan Sirimau dan sebagian
Kecamatan Nusaniwe
Rekomendasi Teknis
Ÿ Zona Ruang Rawan Bencana di

MAKRO
Luas = 80.390 ha Pulau Ambon (Kota Ambon
dan sebagian wilayah di Kab
Maluku Tengah)

Rekomendasi Teknis
Ÿ Evaluasi kualitas RTRW dari
aspek mitigasi /PRB dan API

MESO
Luas = 29.860 ha
Ÿ Masukan Penyempurnaan
RTRW dari aspek migasi/PRB
dan API

Fasilitasi Matek RDTR


Ÿ Analisis mitigasi/PRB dan API
Ÿ Fakta dan analisa RDTR dan PZ

MIKRO
Luas = 2.159,24 ha Ÿ Matek RDTR berbasis mitigasi
bencana dan adaptasi perubahan iklim
Ÿ Raperda, naskah akademik, album
peta RDTR, dan materi publikasi
migasi/PRB dan API

11
18 Kelurahan 2 Negeri 1 Desa
12
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

TINJAUAN KEBIJAKAN
RPJMN TAHUN 2020-2024

LOKASI PRIORITAS PENINGKATAN KETAHANAN


BENCANA 2020-2024 KARENA BERISIKO TINGGI
BANJIR DAN TSUNAMI
(PERPRES NO. 18 TAHUN 2020 TENTANG RPJM DAN MASTERPLAN INFRASTRUKTUR PENGENDALI
NASIONAL TAHUN 2020-2024) BANJIR TAHUN 2020-2034

AMBON
Bencana Banjir
& Tsunami

LEGENDA
Risiko Tsunami
Risiko Banjir
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Masterplan dan Infrastruktur Pengendali Banjir

13 14
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

TINJAUAN
KEBIJAKAN
1. 2. RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Pengembangan Kota Pelabuhan di Ambon sebagai Ambon merupakan salah satu dari 146 kota/
pusat pertumbuhan dan potensi wilayah dengan kabupaten menghadapi bahaya tsunami dengan NASIONAL | PP NO. 13 TAHUN 2017
mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan tingkat kerawanan tinggi.
terhadap risiko bencana.
Program: Pengembangan kebijakan wilayah untuk ketahanan
Program: Peningkatan SDM kelautan dan perikanan sarana dan bencana dan penguatan infrastruktur vital tahan bencana
prasarana pelatihan dan penyuluhan kelautan dan perikanan melalui penyusunan peta risiko dan rencana induk ketahanan
dan pengembangan pelabuhan baru di Ambon (KPBU) wilayah terhadap bencana tsunami.

3. 4.
Upaya pengurangan kerugian melalui Wilayah Maluku memiliki risiko bencana
pengembangan infrastruktur yang berketahanan gempabumi tinggi karena memiliki percepatan
bencana wilayah sungai prioritas Seram-Ambon. goncangan yang tinggi pula yakni >0,5g

Program: Pengembangan kebijakan wilayah untuk ketahanan Wilayah Maluku mengalami peningkatan potensi dampak dan
bencana dan penguatan infrastruktur vital tahan bencana risiko bencana hidrometereologi akibat perubahan iklim.
melalui penyusunan peta risiko dan rencana induk ketahanan
wilayah terhadap bencana banjir.

15 16
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

Sistem Perkotaan Nasional Sumber: Lampiran II Sistem Perkotaan Nasional Sumber: Lampiran VA
TINJAUAN
KEBIJAKAN
Sistem perkotaan Ambon sebagai PKN (Pusat
1. Kegiatan Nasional) dengan tahapan pengembangan
atau peningkatan fungsi.
5. Pengembangan pembangkit tenaga listrik di Kota
Ambon.
RTR KEPULAUAN MALUKU | PERPRES NO. 77 TAHUN
2014 TENTANG RTR KEPULAUAN MALUKU
Kawasan Strategis Nasional Sumber: Lampiran X Simpul Transportasi Laut Nasional

Rehabilitasi/revitalisasi Kawasan Laut Banda dengan PengembanganPemantapan pelabuhan utama Yos


2. sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam
dan teknologi tinggi.
6. Sudarso dan Pemantapan pelabuhan angkutan
penyeberangan Galala di Kota Ambon.
SISTEM PERKOTAAN
Sumber: Lampiran IV PASAL 13 AYAT 2
Wilayah Sungai (WS) Sumber: Lampiran VI
Kawasan Andalan Sumber: Lampiran IX 1. Pengembangan dan/atau peningkatan
Pengembangan konservasi sumber daya air,
3. Pengembangan Kawasan Andalan Laut Banda fungsi PKN Ambon sebagai pusat
7.
pendayagunaan SDA, dan pengendalian daya rusak
air pada Wilayah Sungai (WS) Ambon – Seram dan Sekitarnya untuk Sektor Perikanan, Sektor pengembangan perikanan dan
(Strategis Nasional) Pertambangan, dan Sektor Pariwisata. kelautan berbasis riset pengembangan
kelautan dan Pulau Kecil dan pusat
pengembangan pariwisata berbasis
Simpul Transportasi Udara Nasional ekowisata, wisata budaya, dan wisata
bahari

4. Pemantapan Bandar Udara Pengumpul Sekunder 2. Pengembangan PKN Ambon yang


Pattimura di Kota Ambon berada di Kota Ambon sebagai pusat
pertumbuhan Gugus Pulau Ambon dan
Sumber: Lampiran V Pulau-Pulau Lease;
3. Pengembangan PKN Ambon berbasis
mitigasi dan adaptasi bencana tanah
longsor, bencana banjir, gelombang
pasang, bencana gempa bumi, dan
bencana tsunami
17 18
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

KAWASAN RAWAN
BENCANA
TINJAUAN
PASAL 38 DAN PASAL 39 KEBIJAKAN
RTRW PROV MALUKU 2013-2033 | PERDA PROVINSI
1. Penetapan zona rawan bencana alam • Kawasan Rawan Tanah Longsor MALUKU NO. 16 TAHUN 2013
beserta ketentuan mengenai standar • Kawasan Rawan Gelombang Pasang
bangunan gedung yang sesuai dengan (Gugus Pulau Ambon dan Pulau-Pulau
karakteristik, jenis, dan ancaman Lease)
bencana dan bencana alam geologi; • Kawasan Rawan Banjir (Gugus Pulau
2. Pengendalian pemanfaatan ruang Ambon dan Pulau-Pulau Lease)
SISTEM PERKOTAAN KAWASAN RAWAN
pada kawasan budi daya terbangun • Kawasan Rawan Letusan Gunungapi PASAL 18 BENCANA
di kawasan rawan bencana alam dan • Kawasan Rawan Tsunami (Gugus Pulau Sistem perkotaan yang ada di wilayah PASAL 18
bencana alam geologi; Ambon dan Pulau-Pulau Lease) Provinsi Maluku yakni Pusat Kegiatan
3. Pengembangan sistem peringatan dini • Kawasan Rawan Gempabumi (Gugus Nasional (PKN) berada di Kota Ambon 1. Kawasan rawan gempa, gerakan tanah,
pada kawasan rawan bencana Alam Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease) dan longsor tersebar di 12 Gugus Pulau
dan bencana alam geologi • Kawasan Rawan Gerakan Tanah 2. Kawasan rawan banjir terdapat di
4. Penyelenggaraan upaya mitigasi dan Pulau Ambon, Pulau Seram, Pulau
adaptasi bencana melalui penetapan JALUR EVAKUASI BENCANA Haruku, Pulau Buru.
lokasi dan jalur evakuasi bencana serta PASAL 14 3. Kawasan gelombang pasang dan
pembangunan sarana pemantauan tsunami tersebar di 12 Gugus Pulau.
bencana dan bencana alam geologi Rencana sistem prasarana wilayah yang
mengatur jalur dan ruang evakuasi bencana
pada kawasan rawan bencana alam yang
tersebar di seluruh wilayah Provinsi
Maluku.

19 20
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

TINJAUAN
KEBIJAKAN
RTRW KOTA AMBON

SWP I Kasawan Pusat Kota


SWP II Kawasan Passo
SWP III Kawasan Wayame
SWP IV Kawasan Leitimuer Selatan
SWP V Kawasan Amahusu-Latuhat
SWP Kawasan Khusus Bandara

SISTEM
PERKOTAAN

1. Pusat Kota Ambon sebagai sentra


primer, direncanakan melayani seluruh
wilayah Kota Ambon terutama SWP I
(Pasal 12, Pasal 15, dan Pasal 16)
2. SWP I seluas 4.259,67 Ha yang meliputi
wilayah Kecamatan Sirimau, dan
sebagian Kecamatan Nusaniwe dengan
arahan penyebaran penduduk sebesar
25% (Pasal 12)

21 22
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

JALUR EVAKUASI KAWASAN RAWAN


PASAL 37 BENCANA
• Jalur evakuasi bencana gempa direncanakan pada PASAL 53
jaringan jalan -jalan utama, Ruang Terbuka Hijau
dan lapangan terdekat di Kota Ambon. • Kawasan Rawan Gempa dan Gerakan Tanah | Rencana
• Jalur evakuasi bencana tsunami direncanakan pengelolaan diarahkan untuk seluruh wilayah Kota Ambon.
pada jaringan jalan-jalan utama di Jazirah • Kawasan Rawan Longsor | Rencana pengelolaan kawasan
Leitimur, mulai dari arah pantai menuju ke diarahkan pada Neg. Hukurila, Neg. Soya, Neg. Kilang, Neg.
wilayah perbukitan. Naku, Neg. Urimessing, Neg. Amahusu, Neg. Batu Merah,
• Jalur evakuasi bencana longsor dan banjir Neg.Nusaniwe, dan kawasan-kawasan yang topografinya
direncanakan pada jaringan jalan-jalan utama di rentan terhadap longsor.
wilayah rawan longsor dan banjir • Kawasan Rawan Banjir | Rencana pengelolaan kawasan
• Jalur evakuasi bencana sosial direncanakan di rawan banjir diarahkan pada sepanjang bantaran sungai
jaringan jalan-jalan utama Kota Ambon. Wai Ruhu, Wai Batu Merah, Wai Tomu, Wai Batu Gajah,
Wai Batu Gantung, dan bantaran sungai lainnya yang
rentan terhadap banjir.
• Kawasan Rawan Gelombang Pasang dan Tsunami |
Rencana pengelolaan kawasan rawan gelombang pasang
dan tsunami diarahkan untuk kawasan pesisir Kota Ambon.

23 24
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

BAB 2 PROFIL
KAWASAN
RAWAN
BENCANA
25 26
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

SUMBER DAYA ALAM


DAN FISIK LINGKUNGAN
KELERENGAN

TOPOGRAFI KELERENGAN
Pesisir Pulau Ambon memiliki karakteristik Kondisi kelerengan, pada Kawasan Pusat
ketinggian yang berbeda-beda. Secara Kota Ambon terdapat 5 (lima) jenis klasifikasi
umum kondisi ketinggian pada Kawasan kelerengan mulai dari 0-8% sampai dengan
Pusat Kota Ambon terdapat 4 (empat) >40%. Kelerengan tertinggi di Kawasan Pusat
jenis klasifikasi ketinggian diataranya <50 Kota Ambon berada pada wilayah timur berupa
m, 50-75 m, 75-200 m, dan 200-500 m. wilayah kaki Gunung Sirimau. Oleh karena itu,
Adapun ketinggain pada Kawasan Pusat Kawasan Pusat Kota Ambon untuk topografi
Kota Ambon didominasi dengan tingkat didominasi dengan tingkat kelerengan 25-
<50 m di atas permukaan laut (dpl) dengan 40% dengan luas 584,39 Ha atau sebesar
luas 902,87 Ha atau sebesar 41,81% dari 27,06% dari total luas Kawasan Pusat Kota
total luas Kawasan Pusat Kota Ambon. Ambon. Sedangkan untuk kemiringan lereng
>40% hanya terdapat seluas 139,11 Ha atau
dengan presentase sebesar 6,44% dari wilayah
Kawasan Pusat Kota Ambon.

27 28
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

SUMBER DAYA ALAM


DAN FISIK LINGKUNGAN
JENIS TANAH + GEOLOGI

JENIS TANAH GEOLOGI


Pada Kawasan Pusat Kota Ambon terdapat Terdapat 4 (empat) jenis batuan diantaranya
4 (empat) jenis klasifikasi jenis tanah aluvial, batuan gunungapi Ambon, batuan
diantaranya Aluvial, Kambisol, Regosol, ultramfik, dan terumbu koral terangkat.
Gleisol; Kambisol, Litosol; Kambisol, Klasifikasi geologi akan digunakan sebagai
Litosol, Regosol; serta Rendzina, Kambisol, bahan untuk analisis selanjutnya seperti
Litosol. Jenis tanah pada Kawasan Pusat kemampuan dan kesesuaian lahan. Jenis batuan
Kota Ambon di dominasi dengan Kambisol, yang mendominasi pada Kota Ambon yakni
Litosol, Regosol dengan luas 1.394,16 Ha berupa batuan gunungapi ambon atau ambon
atau sebesar 64,57% dari total luas Kawasan volcanic rock dengan luas wilayah 1.242,73 Ha
Pusat Kota Ambon. Sedangkan untuk jenis atau sebesar 57,55% dari total luas Kawasan
tanah paling sedikit keberadaannya berupa Pusat Kota Ambon.
Kambisol, Litosol dengan luas 76,87 Ha
atau dengan presentase sebesar 3,56% dari
wilayah Kawasan Pusat Kota Ambon.

29 30
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

SUMBER DAYA ALAM


DAN FISIK LINGKUNGAN
GEOLOGI + HIDROGEOLOGI

CURAH HUJAN HIDROLOGI


Secara keseluruhan iklim dan cuaca Hidrologi yang dimaksud berupa aliran sungai
untuk suatu tempat memiliki sifat yang dimana merupakan salah satu sumber air
spesifik, sehingga keadaan iklim dan cuaca yang penting bagi penduduk Kota Ambon.
bervariasi antara satu tempat dengan Aliran sungai yangmengalir dari mata air yang
tempatnya. Hal ini menyebabkan adanya dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
perbedaan kondisi hidrologi dan tanaman Kota Ambon terdapat 5 daerah aliran sungai
yang mampu beradaptasi dengan daerah (wai) yaitu Wai Ruhu, Wai Batu Merah, Wai
yang berbeda kondisi iklimnya. Sebagian Tomu, Wai Batu Gajah, dan Wai Batu Gantung.
besar curah hujan di Kawasan Pusat Kota Sesuai dengan bentuk topografi pulau Ambon,
Ambon bervariasi dari 1.800-2.000 mm/ maka sungai-sungai yang mengalir di wilayah
tahun hingga 2.400-2.600 mm/tahun kota Ambon umumnya tidak panjang. Sungai
terpanjang adalah Way Sikula di Desa Laha
dengan panjang mencapai 15,5 km. Sedangkan
sungai terpendek adalah Way Tomu dan Way
Batu Gajah dengan panjang 1,5 km yang
mengalir di pusat Kota Ambon

31 32
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

SUMBER DAYA ALAM


DAN FISIK LINGKUNGAN
PENGGUNAAN LAHAN

33 34
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

SUMBER DAYA ALAM

2007
Perkembangan permukiman pada tahun 2007 hingga 2020
terjadi di Negeri Batu Merah yang mengarah ke arah

DAN FISIK LINGKUNGAN

PERTUMBUHAN PERMUKIMAN DI SEKITAR


kawasan hutan lindung yang telah di tepapkan. Selain itu,
perkembangan terjadi di daerah aliran sungai yang dapat
menggagu aliran air dan menyebabkan banjir pada daerah
PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
di bawahnya. Perkembangan permukiman perlu perhatian

KAWASAN SEMPADAN SUNGAI


khusus terutama agar tidak terbangun di daerah yang
memang tidak diperbolehkan seperti kawasan resapan air,

2020
sempadan, dan rawan bencana.

Perkembangan dan penyebaran lahan terbangun masih


tidak terlalui signisifikan selama 16 tahun dibandingkan
pulau jawa. Namun memperlukan pengendalian dalam
pemanfaatan ruangnya agar pembangunannya menghindari
zona merah (kawasan lindung/rawan bencana)

2007 2007 Arahan pengembangan perlu adanya pembatasan wilayah

2007
pengembangan pembangunan sebagai kawasan non-
terbangun atau lindung. Pembatasan dilakukan untuk

LINDUNG YANG DITEPAKAN OLEH SK


MENHUT 2614/MENLHK-PKTL/KUH/
menjaga kawasan penyagga agar tidak berdampak terjadinya

MENGARAH KE KAWASAN HUTAN


longsor dan banjir. Penetapan kawasan non terbangun

PERKEMBANGAN PERMUKIMAN
dilakukan dengan memperhatikan kondisi topografi dan
kerawanan bencana

2020

PLA.2/4/2017
2020 2020
35 36
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

DAYA DUKUNG LAHAN DAN DAYA KEMAMPUAN LAHAN

TAMPUNG LAHAN Analisis Kemampuan dan Kesesuaian Lahan


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan
PETA KEMAMPUAN
LAHAN
SATUAN KEMAMPUAN LAHAN (SKL) Umum No. 20 Tahun 2007 yang didasarkan
1. SKL MORFOLOGI 2. SKL KEMUDAHAN 3. SKL KESTABILAN LERENG pada kelas kemampuan lahannya. Dalam
DIKERJAKAN hal ini, kesesuaian dan kemampuan lahan
hanya mempertimbangkan faktor fisik, belum
menganalisis hal-hal yang bersifat non-fisik
seperti kepemilikan lahan, harga lahan, dan
lainnya
Metode analisis satuan kemampuan
lahan disusun berdasarkan PERMEN
Hasil analisis satuan kemampuan lahan di
PU NO. 20 TAHUN 2007 tentang
Kawasan Pusat Kota Ambon diketahui bahwa
Teknik Analisis Aspek Fisik dan 4. SKL KESTABILAN PONDASI 5. SKL KETERSEDIAAN AIR 6. SKL DRAINASE didominasi oleh kemampuan lahan cukup – agak
Lingkungan, Ekonomi serta Sosial
tinggi, hal ini menunjukkan bahwa Kawasan
Budaya dalam penyusunan RDTR
Pusat Kota Ambon masih memungkinkan untuk
dengan metode teknik scoring dan
dikembangkan.
overlay

Kelas Kemampuan Lahan

7. SKL TERHADAP EROSI 8. SKL PEMBUANGAN LIMBAH 9. SKL KEBENCANAAN Kelas A - Sangat Rendah ( 5,36 ha )
Kelas B – Rendah ( 593,89 ha )
Kelas C – Sedang ( 893,75 ha )
Kelas D - Agak Tinggi ( 599,58 ha )
Pengembangan pusat-pusat kegiatan dapat diarahkan pada
Kelas E – Sangat Tinggi ( 66,71 ha ) wilayah yang memiliki potensi sangat tinggi dan terhindar
dari berbagai macam jenis bencana yang ada di Kawasan
Pusat Kota Ambon.
37 38
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

DAYA DUKUNG LAHAN DAN


DAYA TAMPUNG LAHAN
ARAHAN TATA RUANG DAN RASIO TUTUPAN LAHAN

ARAHAN PEMANFAATAN ARAHAN PEMANFAATAN


PERTANIAN AIR BAKU
Arahan tata ruang pertanian dianalisis Pemanfaatan air baku dianalisis untuk
untuk mengetahui arahan pengembangan mengetahui gambaran umum ketersediaan
pertanian sesuai dengan kesesuaian air pada wilayah pengembangan, Analisis
lahannya. Dasar analisis dapat mengacu pemanfaatan air baku didasarkan pada klasifikasi
pada ATLAS arahan tata ruang pertanian kemampuan lahan, khususnya SKL ketersediaan
Indonesia skala 1:1000.000 dari air. Pemanfaatan air dianalisis lebih dalam
Departemen Pertanian, Badan Litbang pada sub-bab daya dukung sumberdaya air
Pertanian, Pusat Litbang Tanah dan menunjukkan parameter analisis pemanfaatan
Agroklimat tahun 2001. air baku.

39 40
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

DAYA DUKUNG DAYA DUKUNG LAHAN DAN


Berdasarkan pada pembobotan nilai di atas maka arahan
pemanfaatan air baku di Kawasan Pusat Kota Ambon

LAHAN DAN DAYA TAMPUNG LAHAN


didapatkan 5 klasifikasi yaitu:

DAYA TAMPUNG • Arahan pemanfaatan air baku sangat rendah dengan


PETA ARAHAN KETINGGIAN BANGUNAN + PETA
PEMANFAATAN AIR BAKU

LAHAN
luas 89,38 Ha;
• Arahan pemanfaatan air baku rendah dengan luas
638,45 Ha; RASIO TUTUPAN LAHAN
ARAHAN KETINGGIAN BANGUNAN DAN • Arahan pemanfaatan air baku cukup dengan luas
PEMANFAATAN AIR BAKU 821,83 Ha; Analisis rasio tutupan lahan adalah untuk
• Arahan pemanfaatan air baku baik dengan luas mengetahui gambaran perbandingan
559,63 Ha; dan daerah yang bisa tertutup oleh bangunan
Berdasarkan pada kriteria di atas maka arahan tata ruang • Arahan pemanfaatan air baku sangat baik dengan yang bersifat kedap air dengan luas lahan
pertanian di Kawasan Pusat Kota Ambon didapatkan 4 luas 49,96 Ha. keseluruhan beserta kendala fisik pada tiap
klasifikasi yaitu: tingkatan.

Arahan pemanfaatan air baku terdiri atas 5 klasifikasi yakni


• Arahan kawasan lindung dengan luas 89,38 Ha; sangat rendah, rendah, cukup, baik, dan sangat baik. Dari
• Arahan kawasan penyangga dengan luas 638,45 Ha; hasil analisis arahan pemanfaatan air baku dapat disimpulkan
• Arahan tanaman tahunan dengan luas 609,59 Ha; dan bahwa kesesuaian wilayah berdasarkan arahan pemanfaatan
• Arahan tanaman setahun dengan luas 821,83 Ha. air baku di Kawasan Pusat Kota Ambon didominasi oleh
arahan pemanfaatan air baku cukup dengan luasan sebesar
821,38 Ha atau 38% dari luas total perhitungan arahan
Dari hasil analisis arahan tata ruang pertanian dapat pemanfaatan air baku.
disimpulkan bahwa kesesuaian wilayah berdasarkan arahan
tata ruang pertanian di Kawasan Pusat Kota Ambon
didominasi oleh kawasan tanaman tahunan dengan luasan
sebesar 821,83 Ha atau 38% dari luas total perhitungan
arahan tata ruang pertanian.

41 42
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

DAYA DUKUNG LAHAN DAN


Berdasarkan pada pembobotan nilai di atas maka arahan rasio
tutupan lahan di Kawasan Pusat Kota Ambon didapatkan 5 • Arahan ketinggian bangunan non-terbangun dengan

DAYA TAMPUNG LAHAN


klasifikasi yaitu: luas 89,38 Ha;
• Arahan ketinggian bangunan <5 lantai dengan luas
PETA ARAHAN KETINGGIAN BANGUNAN + PETA 1.460,28 Ha; dan
• Arahan rasio tutupan lahan non-terbangun (Kelas A) • Arahan ketinggian bangunan >5 lantai dengan luas
PEMANFAATAN AIR BAKU dengan luas 89,38 Ha; 609,59 Ha.
• Arahan rasio tutupan lahan maksimal 40% (Kelas B)
ARAHAN KETINGGIAN dengan luas 638,45 Ha;
• Arahan rasio tutupan lahan maksimal 50% (Kelas C)
BANGUNAN dengan luas 821,83 Ha; Arahan tinggi bangunan terdiri atas non terbangun,
• Arahan rasio tutupan lahan maksimal 60% (Kelas D) bangunan < 5 lantai, dan bangunan > 5 lantai. Dari hasil
Analisis rasio tutupan lahan adalah untuk
dengan luas 559,63 Ha; dan analisis arahan ketinggian bangunan dapat disimpulkan
mengetahui gambaran perbandingan daerah
• Arahan rasio tutupan lahan maksimal 70% (Kelas E) bahwa kesesuaian wilayah berdasarkan arahan ketinggian
yang bisa tertutup oleh bangunan yang bersifat
dengan luas 49,96 Ha bangunan di Kawasan Pusat Kota Ambon didominasi oleh
kedap air dengan luas lahan keseluruhan beserta
kendala fisik pada tiap tingkatan. bangunan dengn ketinggian kurang dari 5 (lima) lantai
dengan luasan sebesar 1.460,28 Ha atau 68% dari luas total
Arahan rasio tutupan lahan terdiri atas non terbangun perhitungan arahan ketinggian bangunan. Dari hasil tersebut
dan terbangun. Rasio tutupan lahan terbangun terdiri atas dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan luasan Kawasan
klasifkasi maksimal 40%, maksimal 50%, maksimal 60%, dan Pusat Kota Ambon dipebolehkan untuk membangun
maksimal 70%. Dari hasil analisis arahan tutupan lahan dapat pembangunan dengan memiliki ketinggian minimal 0 lantai
disimpulkan bahwa kesesuaian wilayah berdasarkan arahan (lantai dasar) sampai dengan lebih dari 5 (lima) lantai.
tutupan lahan di Kawasan Pusat Kota Ambon didominasi
oleh tutupan lahan maksimal 50% (Kelas C) dengan luasan
sebesar 821,83 Ha atau 38% dari luas total perhitungan
arahan tutupan lahan.

Berdasarkan pada pembobotan nilai di atas maka arahan


ketinggian bangunan di Kawasan Pusat Kota Ambon
didapatkan 3 klasifikasi yaitu :

43 44
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

PERMUKIMAN
TIPOLOGI PERMUKIMAN

RUMAH DEVELOPER RUMAH DINAS RUMAH KHUSUS


Terdapat 15 perumahan developer pada 2 Terdapat 24 (rumah dinas yang berada di 2 Tipe perumahan khusus seperti rusun, TNI/Polri
Kecamatan dan 4 Negeri/Kelurahan Kecamatan dan 8 Negeri/Kelurahan dan wisma sebanyak 9 lokasi di 2 kecamatan dan 7
kelurahan

45 46
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

PEMUKIMAN RATA-RATA ASPEK


PEMUKIMAN KUMUH
PROFIL PERMUKIMAN
KUMUH
• Kondisi Bangunan Gedung : 14,53%
Analisis rasio tutupan lahan adalah untuk • Kondisi Jalan Lingkugan : 11,84%
mengetahui gambaran perbandingan daerah • Kondisi Penyediaan Air Minum : 33,70%
yang bisa tertutup oleh bangunan yang bersifat • Kondisi Drainase Lingkungan : 20,36%
kedap air dengan luas lahan keseluruhan beserta • Penyediaan Air Limbah : 10,77%
kendala fisik pada tiap tingkatan. • Pengelolaan Persampahan : 55,60%
• Kondisi Proteksi Kebakaran : 74.69%
Permukiman kumuh di Kota Ambon memiliki
luas: 102,64 hektar. Lokasi permukiman kumuh
secara keseluruhan berada pada di delineasi Sumber : Slum Improvement Action Plan (SIAP) 2019
Kawasan Pusat Kota Ambon yaitu Kecamatan
Nusaniwe dan Kecamatan Sirimau (15
Kelurahan/Negeri) Perlu adanya pengintegrasian data kawasan permukiman
kumuh berdasarkan SK Wali Kota Ambon Nomor 402 Tahun
2014 ke dalam kajian penyusunan RDTR Kawasan Pusat
Kota Ambon. Serta pengintegrasian rencana dan program
penanganan kawasan kumuh berdasarkan hasil kajian
dokumen SIAP/RP2KPKP 2019 dan RPLP Kelurahan ke
dalam rencana dan program pada RDTR Kawasan Pusat
Kota Ambon

47 48
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

KEPENDUDUKAN DAN
Berdasarkan cakupan delineasi pada Kawasan Pusat Kota
Ambon, Kecamatan Sirimau memiliki jumlah penduduk

SOSIAL BUDAYA
lebih banyak daripada Kecamatan Nusaniwe dengan
jumlah penduduk sebesar 193.308 jiwa. Sedangkan jumlah
penduduk Kecamatan Nusaniwe hanya sebesar 84.721 jiwa.
PETA SEBARAN PENDUDUK EKSISTING Adapun kelurahan/negeri/desa pada Kawasan Pusat Kota
Ambon yang memiliki jumlah penduduk tertinggi/terbanyak
berada pada Negeri Batumerah dengan jumlah penduduk
sebesar 91.458 jiwa.
PETA SEBARAN JUMLAH PETA SEBARAN KEPADATAN
PENDUDUK KAWASAN PUSAT PENDUDUK KAWASAN PUSAT
KOTA AMBON KOTA AMBON Kawasan Pusat Kota Ambon memiliki kepadatan penduduk
sebesar 129 Jiwa/Ha. Adapun wilayah yang memiliki
kepadatan penduduk terbesar berada di Kelurahan
Waihaong yaitu 403 Jiwa/Ha dengan kategori sangat tinggi.
Tingginya angka kepadatan penduduk pada Kelurahan
Waihaong menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki
jumlah penduduk yang tinggi namun luas wilayah tersebut
tidak cukup luas. Sedangkan, kepadatan penduduk terendah
berada di Negeri Hative Kecil sebesar 74 Jiwa/Ha.

Angka kepadatan penduduk di Kota Ambon berbanding lurus


antara jumlah penduduk dengan luas wilayah. Kepadatan
penduduk sangat erat kaitannya dengan kerentanan sosial
dalam Analisa resiko bencana. Data jumlah penduduk per
Persebaran jumlah penduduk tertinggi berada di
Negeri Batumerah sebesar 72.299 jiwa atau setara Negeri/Kelurahan ini selanjutnya dapat digunakan untuk
dengan 32% dari total penduduk di Kawasan
Pusat Kota Ambon.
menghitung jumlah penduduk yang berada pada KRB.

49 50
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

KEPENDUDUKAN DAN
Kondisi penduduk dalam suatu kota biasanya
dapat menggambarkan kondisi sosial suatu kota

SOSIAL BUDAYA
secara umum. Kependudukan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi perkembangan
suatu kota, baik menyangkut perkembangan
PETA PROYEKSI PENDUDUK TAHUN 2041 kegiatan usaha maupun perkembangan struktur
tata ruang kota. Perencanaan kota atau
wilayah disusun dengan latar belakang untuk
mengakomodir berbagai kebutuhan penduduk
terhadap kebutuhan prasarana dan sarana untuk
PETA
waktu yang akan datang. Dengan demikian,
PROYEKSI perlu adanya analisis proyeksi penduduk untuk
PENDUDUK mengetahui perkembangan dan penambahan Berdasarkan hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa
KAWASAN jumlah penduduk setiap tahunnya. pertambahan penduduk Kawasan Pusat Kota Ambon
PUSAT KOTA mengalami kenaikan dengan kurva lurus artinya memiliki
AMBON Metode perhitungan proyeksi penduduk pertumbuhan yang konstan atau tetap setiap tahunnya.
Kawasan Pusat Kota Ambon menggunakan Proyeksi penduduk tahun 2041 di Kawasan Pusat Kota
metode agregat dimana pada metode ini tidak Ambon sebesar 380.082 jiwa. Kelurahan dengan jumlah
mempertimbangkan berbagai komponen detail penduduk terbanyak yaitu Negeri Batumerah yang terdapat
dalam perhitungan. Metode yang digunakan di Kecamatan Sirimau dengan proyeksi jumlah penduduk
yakni metode proyeksi geometrik atau metode pada tahun 2041 sebesar 125.028 jiwa.
bunga berganda menggunakan asumsi bahwa
penduduk akan bertambah/berkurang pada Dengan melihat standar di atas, maka Kawasan Pusat Kota
suatu tingkat pertumbuhan (persentase) yang Ambon dengan hasil proyeksi penduduk menggunakan
tetap/konstan. Menurut Klosterman (1990), metode exponensial termasuk ke dalam kota sedang dengan
proyeksi dengan tingkat pertumbuhan yang batas jumlah penduduk antara 100.000 – 500.000 jiwa,
tetap ini umumnya dapat diterapkan pada begitupun dengan jumlah proyeksi di tahun 2041 jumlah
wilayah, dimana menggunakan growth rate penduduk di Kawasan Pusat Kota Ambon ini sebesar
bahwa jumlah penduduk meningkat (perlahan) 380.082 jiwa.
pada tahun-tahun pertama namun kemudian
meningkat dengan sangat cepat pada tahun-
tahun berikut (Wang & Hafe, 2007).
51 52
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

KEPENDUDUKAN DAN
Kota Ambon dinobatkan oleh UNESCO sebagai salah satu Sedangkan kewenangan pemerintah kota dalam penerapan
dari 15 (lima belas) Kota Musik Dunia pada tanggal 31 Ambon Kota Kreatif berbasisk musik terdapat pada Pasal 9,

SOSIAL BUDAYA
Oktober 2019. Pembentukan kota musik di Kota Ambon yang meliputi:
merupakan upaya dalam menjadikan budaya sebai pillar
dan bukan hanya sebagai aksesoris saja. Hal tersebut
AMBON KOTA MUSIK untuk mendukung inovasi politik dan sosial, serta sangat • menetapkan kebijakan program jangka menengah
bagi generasi muda. Penerapan Kota Ambon sebagai kota dan jangka panjang pengembangan Ambon Kota
music diatur dalam Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor Musik.
2 Tahun 2019 tentang Ambon Kota Kreatif Berbasis Musik. • memfasilitasi pengembangan ekonomi kreatif
membuat standar presetas upak pelaku musik. berbasis musik;
• menyediakan sarana dan prasarana pengemabngan
Beberapa kriteria kota music pada Pasal 5 yang ditetapkan Ambon Kota Musik;
oleh UNESCO Creative Cities Network, meliputi: • memfasilitasi jaminan sosial bagi pelaku musik;
• memfasilitasi jaminan perlindungan ketenagakerjaan
bagi pelaku musik.
• adanya pusat-pusat aktivitas penciptaan dan
penciptaan musik yang diakui;
• pengalaman dlaam penyelengaraaan festival pada
tingkat nasional maupun international;
• memperkenalkan industri musik, koservatori, akademi
dan lembaga pendidikan tinggi khusus dalam bidang
musik;
• adanya struktur pendidikan musik informasl,
termasuk paduan suara dan okestra;
• perlakukan domestk maupun international untuk
jenis tertent yang masuk dari negara lain; dan
Ambon Kota Kreatif Berbasis Musik ketersediaan ruang budaya untuk berlatih dan
Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 2 Tahun mendengarkan music seperti ruang terbuka maupun
2019 auditorium.

53 54
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

KEPENDUDUKAN DAN
Ambon dinobatkan sebagai Kota Layak Anak (KLA) melalui
penghargaan tingkat pratama tahun 2019 dari Kementerian • sesuai dengan kebutuhan yang terintegrasi dengan

SOSIAL BUDAYA
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA). RPJPD, RPJMD, dan RKPD dengan mengacu kepada
Penghargaan tersebut sudah melalui serangkaian proses kebijakan nasional KLA;
evaluasi secara komperehesif yang terdiri dari empat • memiliki focus program tahunan yang mengacu ada
AMBON KOTA LAYAK ANAK tahapan, yaitu penilaian mandiri yang dilakukan setiap pencapaian indicator KLA;
daerah, verifikasi administrasi, verifikasi lapangan dan • berbasis pada permasalahan dilapanga dan
verifikasi akhir. Tujuan mempertahankan predikat KLA penyelesaiannya secara menyeluruh;
tingkat pratama agar arahan perencanaan dan penataan • disosialisasikan kepada seluruh Perangkat Daerah,
Kota Ambon menjadi kota yang layak dengan peningkatan pemangku kepentingan anak, keluarga, dan masyarakt
infrastruktur ramah anah yang layak. Hal tersebut telah Daerah secara umum; dan
diatur dalam Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 1 • ketentuan lebih lanjut mengenai AD-KLA ditetapkan
Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Kota Layak Anak. dalam Peraturan Wallikota
Kota Layak Anak yang selanjutnya disingkat KLA adalah
Kota yang mempunyai sistem pembangunan berbasis hak
anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumber daya
pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha yang terencana
secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan,
program, dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak
anak.

Penyelenggaraan Kota Layak Anak direncanakan


berdasarkan Rencana Aksi Daerah Kota Layak Anak (RAD-
KLA) yang memiliki masa 5 (lima) tahun dan mekanisme
kerjanya. Rencana Aksi Daerah Kota Layak Anak (RAD-
KLA) pada Pasal 13 harus memenuhi ketentuan:

Ambon Kota Layak Anak


Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 1 Tahun
2019

55 56
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

EKONOMI DAN SEKTOR 12.56


GAMBAR GRAFIK
LAJU PERTUMBUHAN
UNGGULAN 17.27
EKONOMI
LAJU PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI KOTA AMBON TAHUN
8.54
Persentase (%) 7.76
7.34 2014-2018
Perkembangan ekonomi suatu wilayah secara makro sebesar 25,99% dari seluruh pendapatan yang diperoleh
indikator yang umum digunakan adalah data Produk Kota Ambon; sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan 6.92 Sumber: Kota Ambon Dalam Angka Tahun 2019.
Domestik Regional Bruto (PDRB). Data PDRB akan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan pendapatan
digunakan untuk analisis kerentanan ekonomi untuk sebesar 3.060,04 milyar rupiah atau sebesar 20,62%; dan
mendapatkan tingkat risiko becana di Kota Ambon. sektor Transportasi dan Pergudangan dengan pendapatan
Selain menjadi bahan dalam penyusunan perencanaan sebesar 1.554,33 milyar rupiah atau sebesar 10,47%.
pembangunan ekonomi, angka PDRB juga digunakan untuk Sedangkan sektor pengadaan listrik dan gas merupakan
bahan evaluasi hasil pembangunan yang telah dilaksanakan. sektor penyumbang paling rendah yaitu sebesar 25,61 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Ada beberapa kegunaan angka PDRB ini antara lain: (1) miliyar rupiah atau dengan presentase sebesar 0,17% dari
Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi dan total pendapatan yang didapatkan Kota Ambon.
pertumbuhan setiap sektor ekonomi; (2) Untuk mengetahui
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan ekonomi
struktur perekonomian; (3) Untuk mengetahui besarnya Berdasarkan komposisi sektor pembentuk PDRB Kota
tertinggi terdapat pada tahun 2014 dengan nilai laju pertumbuhan 12,56%,
PDRB perkapita penduduk sebagai salah satu indikator Ambon, hal ini juga mencerminkan sektor unggulan yang
sedangkan laju pertumbuhan ekonomi terendah terdapat pada tahun 2017
tingkat kemakmuran/kesejahteraan; (4) Untuk mengetahui berada di Kawasan Pusat Kota Ambon, dimana sektor
dengan nilai laju pertumbuhan 6,92%. Adapun berdasarkan data PDRB Kota
tingkat inflasi/deflasi, berdasarkan perubahan harga unggulan masih berada pada sektor perdagangan.
Ambon tahun 2014 sampai tahun 2018 mengalami peningkatan yang cukup
produsen.
konstan pada semua sektor yaitu dengan rata-rata persentase laju pertumbuhan
tiap tahunnya adalah 9,07%.
Kondisi ekonomi berupa Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Kota Ambon tahun 2020. Pada tahun 2019, sektor yang
menyumbang pendapatan terbesar yaitu sektor Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib
dengan pendapatan sebesar 3.857,35 miliyar rupiah atau

57 58
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

EKONOMI DAN SEKTOR


UNGGULAN
KUADRAN PENENTU PENGEMBANGAN EKONOMI
KOTA AMBON

Terdapat 4 Sektor Unggulan pada Kota Ambon diantaranya sektor Informasi dan
Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor; dan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib. Adapun keempat sektor tersebut telah merepresantikan fungsi Kawasan
Pusat Kota Ambon sesuai amanat dari Rencana Struktur Ruang RTRW Kota Ambon
dimana direncanakan sebagai pusat penyelenggaraan pemerintahan provinsi maupun
kota, perdagangan, jasa keuangan, perhubungan darat dan laut, industri perikanan, dan
aneka industri, pariwisata, kesehatan, dan pendidikan, terutama untuk mendukung fungsi
Kota Ambon sebagai PKN dan pelabuhan internasional. Sedangkan sesuai dengan arahan
RTRW tersebut, untuk Sektor Jasa Pendidikan termasuk dalam Sektor Berkembang;
Sektor Industri dan Pengolahan dan Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial masih
berada pada Sektor Terbelakang; serta Sektor Transportasi dan Pergudangan berada
pada Sektor Potensial. Sehingga dalam pengembangan ekonomi Kota Ambon khususnya
untuk Kawasan Pusat Kota Ambon perlu treatment untuk meningkatkan performa
dari sektor-sektor berkembang dan potensian utamanya sektor yang merupakan sektor
dominan, basis dan progresif.

59 60
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

SARANA PELAYANAN
UMUM

SPU PEMERINTAHAN SPU PENDIDIKAN SPU KESEHATAN


Jumlah sarana pemerintahan dan pelayanan umum pada
Kawasan Pusat Kota Ambon sebanyak 193 unit dengan jenis
sarana yang beragam. Sarana pemerintahan pada Kawasan
Pusat Kota Ambon terdiri dari jenis sarana yang beragam
diantaranya Kantor Kepala Desa, Kantor Lurah, Kantor
Camat, Balai Kota, Kantor Gubernur, Kantor DPRD, Kantor
Kementerian, dan Kantor Pemerintahan Lainnya. Selain
sarana pemerintahan, juga terdapat sarana pelayanan umum
seperti Pos Keamanan, Kantor Polisi, Instalasi Militer, Kantor
PAM, Kantor PLN, Kantor Pos, Kantor Radio, Kantor Surat
Sarana pendidikan terdapat 6 (enam) jenis kegiatan sarana Sarana kesehatan yang berada di Kawasan Pusat Kota
Kabar, Kantor Telepon, serta Kantor Televisi.
pendidikan yang tersebar di Kawasan Pusat Kota Ambon Ambon terdiri dari rumah sakit sebanyak 9 unit, puskesmas
dengan jumlah 171 unit. Jenis kegiatan pada sarana sebanyak 12 unit, puskesmas pembantu sebanyak 3 unit,
pendidikan tersebut diantaranya PAUD sebanyak 24 unit, posyandu sebanyak 10 unit, poliklinik sebanyak 17 unit,
RA/TK sebanyak 30 unit, Pendidikan Dasar meliputi SD tempat praktek dokter sebanyak 16 unit, laboratorium
sebanyak 49 unit dan MI sebanyak 7 unit, Pendidikan sebanyak 2 unit, PMI sebanyak 1 unit, serta apotek/
Menengah Pertama meliputi SMP sebanyak 20 unit dan rumah obat sebanyak 42 unit. Sebaran sarana kesehatan
MTs sebanyak 4 unit, Pendidikan Menengah Umum ini cukup merata di seluruh kelurahan/negeri/desa, kecuali
meliputi SMA sebanyak 18 unit, SMK sebanyak 7 unit, pada Kelurahan Mangga Dua, Kelurahan Urimessing, dan
dan MA sebanyak 1 unit, serta jenis kegiatan paling tinggi Kelurahan Batu Meja.
merupakan Pendidikan Tinggi sebanyak 11 unit.

61 62
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

SARANA PELAYANAN SPU INDUSTRI SPU RUANG TERBUKA HIJAU


UMUM

SPU PERIBADATAN
Sarana peribadatan adalah sebuah tempat yang digunakan
oleh umat beragama untuk beribadah menurut ajaran
agama atau kepercayaan mereka masing-masing. Sarana
peribadatan Kawasan Pusat Kota Ambon di dominasi oleh Jenis kegiatan pada sarana industri dan pergudangan di Ruang terbuka hijau di Kawasan Pusat Kota Ambon terdiri
peribadatan gereja dan masjid. Sarana peribadatan pada Kawasan Pusat Kota Ambon diantaranya terdapat 8 (delapan) dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau
Kawasan Pusat Kota Ambon terdiri dari 5 (lima) jenis jenis meliputi 6 unit industry bahan dasar bangunan, 1 unit privat. Ruang terbuka hijau publik adalah ruang terbuka
kegiatan diantaranya 88 unit masjid, 15 unit musholla, 101 industrri bahan dasar logam, 4 unit industry bahan pangan hijau yang dimilki dan dikelola oleh pemerintah daerah
unit gereja, 2 unit pura, dan 1 unit vihara yang tersebar di dan makanan, 6 unit industri manufaktur lainnya, 4 unit kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan
seluruh kelurahan/negeri/desa. industri maritime, 11 unit industri otomotif, 3 unit industri masyarakat secara umum. Ruang terbuka hijau publik pada
sarana dan bahan perkantoran, juga terdapat 4 unit gudang. Kawasan Pusat Kota Ambon berupa taman kota, pulau
Pada Kawasan Pusat Kota Ambon, sarana industry dan jalan, dan median jalan. Ruang terbuka hijau privat adalah
pergudangan hanya terdapat di beberapa kelurahan/negeri/ ruang terbuka hijau milik institusi tertentu atau orang
desa. perseorangan yang pemanfaatanya untuk kalangan terbatas
antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik
masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Berdasarkan
luasan RTH yang ada, menunjukan bahwa ketersediaan
RTH Privat di wilayah perkotaan Kota Ambon lebih luas
dari RTH publik.

63 64
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

SARANA PELAYANAN SARANA SOSIAL BUDAYA SARANA REKREASI


UMUM

SARANA OLAHRAGA
Sarana olahraga pada Kawasan Pusat Kota Ambon terdiri
dari 5 (lima) jenis kegiatan diantaranya 4 unit lapangan
basket, 2 unit lapangan voli, 5 unit lapangan tenis, 1 unit
gor bulutangkis, serta 4 unit stadion/lapangan sepak Sebaran sarana sosial budaya di Kawasan Pusat Kota Untuk mendukung arahan fungsi Kawasan Pusat Kota
bola. Sebaran sarana olahraga hanya terdapat di beberapa Ambon antara lain berupa 13 unit gedung serbaguna, 2 unit Ambon berdasarkan RTRW Kota Ambon Tahun 2011-
kelurahan /negeri/desa pada Kecamatan Nusaniwe meliputi monumen, 1 unit museum, 1 unit perpustakaan, dan 2 unit 2031 sebagai pusat pariwisata, pada kawasan ini terdapat
Kelurahan Kuda Mati, Kelurahan Nusaniwe, dan Kelurahan sanggar seni. Monumen yang dimaksud yakni Monunem sarana rekreasi dan hiburan. Sarana rekreasi dan hiburan
Waihaong, dan Kecamatan Sirimau meliputi Kelurahan Christina Martha Tiahahu di Kelurahan Amantelu yang yang terdapat di Kawasan Pusat Kota Ambon terdapat
Amantelu, Kelurahan Batu Gajah, Kelurahan Pandan menceriterakan perjuangan seorang gadis muda bernama 5 (lima jenis) diantaranya 9 unit karaoke, 13 unit guest
Katsuri, Kelurahan Rijali, Kelurahan Urritetu, dan Negeri Martha Christina Tiahahu yang pada usia 17 tahun ia house, 2 unit homestay, 24 unit hotel melati, serta 35 unit
Batumerah. mendampingi ayahnya Kapitan Paulus Tiahahu berjuang hotel. Akan tetapi sebaran sarana rekreasi dan hiburan ini
melawan penjajahan Belanda pada tahun 1817 dan Gong masih terdapat hanya di beberapa kelurahan/negeri/desa,
Perdamaian Dunia (World Peace Gong) di Kelurahan dimana tidak terdapat pada Kelurahan Benteng, Kelurahan
Uritetu. Museum yang dimaksud yakni Museum Siwalima di Mangga Dua, Kelurahan Nusaniwe, Desa Galala, Kelurahan
Kelurahan Nusaniwe dimana memiliki koleksi benda-benda Amantelu, Kelurahan Batu Gajah, Kelurahan Karang
peninggalan sejarah, rumah adat dan pakaian adat Maluku. Panjang, Kelurahan Pandan Katsuri, Kelurahan Waihoka,
serta Negeri Hative Kecil.

65 66
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

SARANA
PELAYANAN
UMUM
KEBUTUHAN SARANA

Analisis fasilitas umum bertujuan untuk mengetahui apakah


jumlah ketersediaanfasilitas persebarannya telah terpenuhi
dan sesuai dengan standarnya atau belum. Standar yang
digunakan dalam melakukan analisis fasilitas umum yaitu
Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 03-1733-2004
tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahaan
di Perkotaan. Analisis yang akan dilakukan berupa analisis
jangkauan pelayanan fasilitas dan analisis ketersediaan
fasilitas.

67 68
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

TRANSPORTASI DAN
SISTEM PERGERAKAN Rakyat Nomor: 290/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut
Statusnya Sebagai Jalan Nasional dengan jalan nasional yang berada pada
SISTEM JARINGAN JALAN Kawasan Pusat Kota Ambon merupakan JAP yang terdiri atas Jalan Kapten
P. Tendean (Galala-Passo); Jalan Sultan Hasanuddin; Jalan Pantai Batumerah;
Jalan Pantai Mardika; Jalan Yos Sudarso; Jalan Pelabuhan; Jalan AM. Sangaji;
Jaringan jalan yang terbentuk di Kawasan Pusat Kota Ambon Jalan Diponegoro; Jalan Ahmad Yani; Jalan Rijali;
secara umum memiliki pola linier yang mengikuti pesisir Jalan Jendral Sudirman;
Teluk Ambon, dengan jalan nasional sebagai jalan utama
yang dihubungkan dengan jalan-jalan akses di kiri-kanan Seiring dengan tingginya beban lalu lintas di pusat Kawasan Pusat Kota Ambon
nya ke kawasan permukiman dan kegiatan lainnya. Namun dan dalam rangka pengembangan wilayah dan pemerataan pembangunan di
demikian, di bagian inti kota (kawasan perkantoran dan wilayah perencanaan, maka sistem jaringan jalan yang ada paling tidak harus
perekonomian) dan bagian timur (permukiman) Kawasan dikembangkan melalui peningkatan fungsi dan kualitas jalan secara terhierarki
Pusat Kota Ambon mulai menunjukkan kecenderungan serta pengembangan jalan alternatif yang ada. Wujudnya dapat berupa
terbentuknya pola grid. Pola jaringan jalan semacam ini penyesuaian rencana transportasi yang sudah ada berdasarkan kebijakan terkait
menghasilkan pola pergerakan jarak jauh, bersifat menerus dengan fungsi lahan dan fungsi jaringan jalan eksisting, peningkatan jalan-jalan
dengan kecepatan tinggi di jalan utama. lingkungan potensial menjadi akses utama arus kendaraan, pengaturan serta
penataan sirkulasi kendaraan.
Akses utama yang melintasi Kawasan Pusat Kota Ambon
adalah jaringan jalan nasional yang berperan sebagai
sirkulkasi di Kawasan Pusat Kota Ambon. Adapun penetapan
jalan nasional tersebut mengacu kepada Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor: 248/
KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan Dalam
Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya Sebagai Jalan
Arteri (JAP) dan Jalan Kolektor Primer-1 (JKP-1) dan
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan

Sumber: Kepmen PUPR Nomor: 248/KPTS/M/2015


dan Kepmen PUPR Nomor: 290/KPTS/M/2015 tentang
69 Penetapan Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan 70
Nasional
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

TRANSPORTASI DAN TRANSPORTASI DARAT

SISTEM PERGERAKAN
Pada kondisi eksisitng semua trayek yang ada melalui pusat menimbulkan kemacetan lalu lintas; c) Berada pada pusat-
Kota Ambon sehingga menimbulkan kepadatan lalu lintas pusat Kegiatan perdagangan, unit pelayanan perkotaan dan
SISTEM TRANSIT pada wilayah pusat kota terutama di daerah Terminal unit pelayanan lingkungan; d) Diusahakan terletak dengan
Mardika. Tercatat bahwa dari 62 trayek angkutan di Kota jalur pejalan kaki dan dekat dengan fasilitas pejalan kaki.
Ambon, 58 diantaranya melalui jalan di dalam Kawasan
Pusat Kota Ambon dan 52 trayek tersebut berangkat dan
kembali melalui Terminal Mardika. Selain itu pada kondisi TRANSPORTASI DAN SISTEM
TRANSPORTASI LAUT
• peningkatan mutu pelayanan transportasi pada
eksisting juga ditemukan bahwa pada Kawasan Mardika yang PERGERAKAN
terdiri dari Terminal Mardika dan Pasar Mardika memiliki
penyeberangan jalur Galala-Poka, termasuk prasarana ANGKUTAN UMUM
Sarana transportasi laut di Kawasan Pusat Kota Ambon pencampuran kegiatan dan tidak adanya penataan sehingga
berfungsi sebagai faktor pendukung bagi pengembangan dan sarana pendukungnya, sebagai alternatif dari menimbulkan adanya permasalahan seperti kemacetan
sosial-ekonomi. Pelabuhan dengan kewenangan Provinsi Jembatan Merah-Putih; akibat sirkulasi angkutan umum yang tidak teratur dan
Maluku diantaranya Pelabuhan Nusantara Yos Soedarso, • pengadaan jalur transportasi penyeberangan yang hambatan samping yang dimunculkan dari kegiatan Pasar
Pelabuhan Gudang Arang, Pelabuhan Slamet Riyadi, dan baru dari Pelabuhan Mardika (Pusat Kota) ke Mardika. Sehingga diperlukan adanya penataan Terminal
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ambon. Sedangkan Kawasan Tawiri atau Wayame, termasuk prasarana Angkutan didasarkan pada Peraturan Menteri Perhubungan
untuk pelabuhan dengan kewenangan daerah Kota Ambon dan sarana pendukungnya; dan RI No. PM 40 Tahun 2015 Tentang Standar Pelayanan
diantaranya Pelabuhan Mardika, Pelabuhan Kota Jawa, • Pelabuhan Internasional Yos Sudarso di Pusat Penyelenggaraan Terminal Penumpang Angkutan Jalan
Pelabuhan Wayame, Pelabuhan Enrico, dan Pelabuhan Kota Ambon direncanakan ditingkatkan mutu dan diantaranya mencakup pelayanan keselamatan, keamanan,
Amahusu. Adapun untuk pelabuhan kewenangan daerah daya tampungnya, termasuk prasarana dan sarana kehandalan/keteraturan, kenyamanan, kemudahan/
kota yang berada di Kawasan Pusat Kota Ambon hanya pada pendukungnya. keterjangkauan, dan kesetaraan.
Pelabuhan Mardika dan Pelabuhan Enrico. Dengan adanya • Pelabuhan Perikanan Nusantara di Kelurahan
jalan arteri, dapat menghubungkan pusat kota dengan Pandang Kasturi direncanakan akan ditingkatkan Perencanaan sarana transportasi berupa terminal perlu Berdasarkan kondisi ini, tercatat bahwa dari 62 trayek
wilayah bagian utara terutama yang menuju pelabuhan. menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera. didukung dengan perencanaan halte berdasarkan pada angkutan di Kota Ambon, 58 diantaranya melalui jalan di
kriteria meliputi : a) Jarak antar halte minimal 500 meter dalam Kawasan Pusat Kota Ambon dan 52 trayek tersebut
Adapun untuk pengembangan pada sarana transportasi untuk kawasan perdagangan dan jasa, serta fasilitas berangkat dan kembali melalui Terminal Mardika (Data
laut diantaranya: umum dan miniman 1000 m untuk kawasan perumahan Dinas Perhubungan Kota Ambon, 2018). Maka diperlukan
berkepadatan sedang hingga rendah; b) Diusahakan pada adanya pengaturan dalam sirkulasi kendaraan umum dengan
mulut-mulut jalan tempat permukiman penduduk tidak pengaturan jam operasi dan ganjil genap angkutan umum.

71 72
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

TRANSPORTASI DAN
Selain itu juga dilakukan analisa parkir berdasarkan Terdapat 10 ruang jalan yang terbagi dalam 5 ruas jalan
connectivity ruang jalan di dalam Kawasan Pusat Kota dengan nilai connectivity tinggi dan 5 ruas jalan dnegan

SISTEM PERGERAKAN
Ambon. Perhitungan nilai connectivity pada setiap ruang nilai connectivity sangat tinggi. Selanjutnya masih terdapat
yang ada di Kawasan Pusat Kota Ambon dilakukan dengan 5 ruas jalan yang membutuhkan ruang parkir akan tetapi
menjumlahkan semua ruang yang terhubung secara belum diakomodasi dalam Peraturan Walikota Ambon
SISTEM PARKIR
langsung dengan ruang pengamatan. Penjumlahan semua Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Parkir Kendaraan Pada Tepi
ruang menggunakan street pattern sebagai sebagai ruang Ruas Jalan Umum diantaranya pada Jalan Pantai Mardika,
yang terhubung. Kebutuhan parkir ditentukan pada ruang Jalan Jan Paays, Jalan Slamet Riyadi, Jalan Pala, dan Jalan
jalan dengan nilai connectivity tinggi dan sangat tinggi. Sultan Khairun.
Lahan parkir di Kawasan Pusat Kota Ambon menggunakan kendaraan terlebih pada ruas jalan utama. Oleh karena itu, Interpretasi semakin tinggi suatu connectivity ruang jalan
sistem parkir on street dan off street. Sistem parkir dominan diperlukan kebijakan manajemen penataan sistem parkir maka memberikan tingkat keterhubungan yang dapat
di Kawasan Cicaheum adalah parkir on street yakni parkir untuk meminimalisasi hambatan samping yang ditimbulkan dihitung berdasarkan banyaknya akses.
yang menggunakan badan jalan baik yang legal maupun seperti berikut. JARINGAN UTILITAS
illegal. Sedangkan parkir off street merupakan lahan parkir
PARKIR BERDASARKAN JARINGAN ENERGI
yang disediakan di pelataran bangunan dengan kegiatan
• Mengembalikan jalan kepada fungsinya, dengan
perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan, terminal,
demikian tidak boleh ada parkir, kegiatan pasar dan CONNECTIVITY RUANG JALAN Pemenuhan kebutuhan energi listrik di kota Ambon saat
pelabuhan. Akan tetapi beberapa kondisi parkir on street
PKL di badan jalan pada ruas jalan dengan fungsi ini dilakukan dengan memanfaatkan dua sistem yang saling
menggunakan jalur pejalan kaki sehingga menciptakan Tingkat
arteri dan kolektor. Nama Jalan Hierarki Jalan Keterangan terintekoneksi, yaitu PLTD Poka (RumahTiga), PLTD Wika
permasalahan terkait keselamatan, kenyamanan, dan Connectivity
• Penyediaan kantung-kantung parkir off street (di Jalan A.M. Sangaji Jalan Arteri Tinggi (Galala) dan PLTD Hative Kecil (Galala). Pembangkit Listrik
keamanan pejalan kaki. Kondisi seperti itu terjadi pada Sudah diatur dalam
luar badan jalan) pada ruas jalan dengan fungsi arteri Jalan Diponegoro Jalan Arteri Tinggi Tenaga Diesel (PLTD) Hative Kecil (Galala) kapasitas daya
kasus bangunan yang tidak memiliki tempat parkir yang Peraturan Walikota
dengan lokasi di pusat pendidikan, perdagangan jasa, Jalan Yos Sudarso Jalan Arteri Tinggi
terpasang sebesar 56 MW. Jaringan Energi/Kelistrikan Kota
cukup. Sehingga bangunan-bangunan yang belum memiliki Jalan A. Y. Patty Jalan Kolektor Sangat Tinggi
Ambon Nomor 17
perkantoran. Ambon Pada tahun saat 2015 dan seterusnya mengalami
lahan parkir tersebut diarahkan untuk menyediakan lahan Jalan Sultan Babullah Jalan Kolektor Sangat Tinggi
Tahun 2013
• Pasar Mardika pada Kawasan Mardika dan PKL di permasalahan yang berakibat pada pemadaman listrik
untuk parkir off street. Jalan Pantai Mardika Jalan Arteri Sangat Tinggi
ruas jalan arteri harus disediakan lahan di dalam Belum diatur dalam secara bergiliran. Kurang mampunya PT. PLN (Persero)
Jalan Jan Paays Jalan Kolektor Tinggi
lokasi pasar dan disediakan lahan khusus untuk PKL Peraturan Walikota dalam menyediakan kebutuhan Kota Ambon saat itu dapat
Adapun parkir on street di Kawasan Pusat Kota Ambon Jalan Slamet Riyadi Jalan Kolektor Tinggi
untuk berjualan sehingga badan jalan tidak terpakai. Jalan Pala Jalan Kolektor Sangat Tinggi
Ambon Nomor 17
berdampak pada kegiatan ekonomi di Kawasan Pusat Kota
terbagi menjadi dua jenis yakni bersifat legal dimana Tahun 2013
terdapat jalur khusus/marka dan bersifat illegal dimana tidak Jalan Sultan Khairun Jalan Kolektor Sangat Tinggi Ambon. Sehingga dibutuhkan proyeksi berdasarkan jenis
terdapat jalur khusus. Parkir on street yang bersifat illegal kegiatan dan jumlah penduduk terutama di Kawasan Pusat
tersebut dapat mengganggu kelancaran arus pergerakan Kota Ambon untuk memenuhi kebutuhannya. Selain PLTD

73 74
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

Hative Kecil, pada Kawasan Pusat Kota Ambon terdapat Analisis kebutuhan sarana jaringan energi atau kelistrikan JARINGAN UTILITAS
Gardu Induk Sirimau yang merupakan salah satu gardu di Kawasan Pusat Kota Ambon di bagi menjadi 3 (tiga)
JARINGAN TELEKOMUNIKASI
induk dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di jenis kebutuhan yaitu kebutuhan energi/listrik domestik,
Kota Ambon dengan kapasitas 2 x 15 MW. Gardu Induk kebutuhan energi/listrik non domestik, dan total kebutuhan
(GI) Sirimau memiliki kapasitas 30 MVA yang digunakan energi/listrik. Kebutuhan energi/kelistrikan sebagai berikut: Telekomunikasi sudah menjadi bagian tidak terpisahkan KEBUTUHAN SALURAN TELEPON UMUM
untuk memperkuat pasokan daya listrik di Kota Ambon dalam kehidupan telekomunikasi. Perkembangan
yang sebelumnya telah diinjeksikan ke penyulang Ahuru, telekomunikasi yang terus meninggat mulai dari pesan dua Perhitungan telepon umum didasarkan pada standar standar
Karpan-2 (gardu GRD Gadihu) dan ke PLTD Hative Kecil. • Domestik 118.451 kVA arah melalui telepon genggam hingaa media sosial melalui SNI 03-1733-2004 yaitu jumlah penduduk pendukung untuk
• Non-Domestik 51.445.301 kVA jaringan internet. Perkembangan tersebut perlu diakomodir satu telepon umum adalah 250 jiwa dengan telepon non
• Total 51.529.253 kVA dalam Kawasan Pusat Kota Ambon sebagai bagian dari perumahan 70% dari kebutuhan rumah tangga. Berdasarkan
pekembangan kawasan perkotaan. Asumsi yang digunakan perhitungan saluran telepon umum untuk memenuhi
dalam perhitungan kebutuhan telekomunikasi pada Kawasan kebutuhan di Kawasan Pusat Kota Ambon, pada tahun 2021
Konsep rencana pengembangan jaringan energi di Kawasan Pusat Kota Ambon menggunakan standar SNI 03-1733-2004 membutuhkan 1.112 unit dan tahun 2041 membutuhkan
Pusat Kota Ambon meliputi jaringan transmisi tenaga listrik, tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di 1.498 unit. Sedangkan berdasarkan perhitungan saluran
terdiri dari: Perkotaan. telepon non-permukiman untuk memenuhi kebutuhan di
Kawasan Pusat Kota Ambon, pada tahun 2021 membutuhkan
778 unit dan tahun 2041 membutuhkan 1.049 unit.
KEBUTUHAN SAMBUNGAN TELEPON
• Pembangunan gardu induk 70 kVa di Kecamatan
Sirimau; dan Penyediaan sambungan telepon melalui jaringan dari PT. KEBUTUHAN SAMBUNGAN TELEPON
• Peningkatan mutu dan kapasitas jaringan transmisi TELKOM. Perhitungan kebutuhan sambungan telepon Perhitungan kebutuhan sentral telepon otomat didasarkan
sesuai dengan kebutuhan jaringan di Kawasan Pusat menggunakan asumsi berdasarkan standar SNI 03-1733- pada SNI 03-1733-2004 yaitu 1 STO dapat melayani
Kota Ambon dengan mengikuti jaringan yang sudah 2004 yaitu 0,13 dari jumlah penduduk. Berdasarkan 3.000 sambungan telepon untuk memenuhi kebutuhan di
ada maupun pengembangan yang baru. perhitungan sambungan telepon untuk memenuhi Kawasan Pusat Kota Ambon. Berdasarkan hasil perhitungan
kebutuhan di Kawasan Pusat Kota Ambon, pada tahun 2021 Sentral Telepon Otomatis (STO) di Kawasan Pusat Kota
membutuhkan sambungan 36.144 unit dan tahun 2041 Ambon membutuhkan 10 STO pada tahun 2021, namun
membutuhkan sambungan 48.680 unit. Pemenuhan dari pada tahun 2041 membutuhkan 17 STO. Pemenuhan dari
hasil perhitungan didasarkan dari kebutuhan sambungan hasil perhitungan didasarkan dari kebutuhan sentral telepon
telepon tertinggi pada priode waktu tahun 2021 sampai otomat tertinggi pada priode waktu tahun 2021 sampai
tahun 2041. tahun 2041.

75 76
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

Konsep rencana pengembangan jaringan telepon di Kawasan Air Minum (PDAM) Kota Ambon. Sedangkan PT. DSA TOTAL KEBUTUHAN RATA-RATA gedung harus dilengkapi dengan sistem air bersih, sistem
Pusat Kota Ambon meliputi: merupakan perusahaan pengembangan kerjasama yang pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan
Total kebutuhan rata-rata air minum di Kawasan Pusat
telah terjalin antara PDAM Kota Ambon. sampah, serta penyaluran air hujan. Sistem sanitasi pada
Kota Ambon merupakan penjumlahan dari perhitungan
bangunan gedung dan lingkungannya harus dipasang
• Pengembangan jaringan terrestrial diarahkan untuk kebutuhan air minum domestik, non domestik, hidran
KEBUTUHAN JARINGAN AIR MINUM DOMESTIK
sehingga mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya,
pengembangan infrastruktur dasar telematika; dan dan kebocoran air. Berdasarkan perhitungan hidran untuk
tidak membahayakan serta tidak menganggu lingkungan.
• Pengembangan jaringan satelit yang terdiri memenuhi kebutuhan di Kawasan Pusat Kota Ambon, pada
Berdasarkan Permen PU No 14/2010 kebutuhan air bersih
infrastruktur nirkabel, menara seluler baru di wilayah tahun 2021 membutuhkan 77.749.325 (liter/orang/hari)
60 liter per orang per hari. Sedangkan Standar kebutuhan LIMBAH DOMESTIK
belum terlayani, BTS terpadu, pemanfaatan bersama dan tahun 2041 membutuhkan 104.475.741 (liter/orang/
air domestik berdasarakan Departemen Pemukiman
antar operator dan sistem wireless. hari). Pemenuhan dari hasil perhitungan didasarkan dari Air limbah domestik dikarakteristikan sebagai grey water
dan Prasarana Wilayah tahun 2003 dan SNI tahun
2002 diklasifikasikan berdasarkan jenis kota dan jumlah prediksi kebocoran air minum tertinggi pada priode waktu dan black water. Perhitungan kebutuhan jaringan air limbah
penduduk erdasarkan perhitungan air minum domestik tahun 2021 sampai tahun 2041. domestik didasarkan padan Keputusan Menteri Permukiman
untuk memenuhi kebutuhan di Kawasan Pusat Kota Ambon, dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 tentang
JARINGAN UTILITAS pada tahun 2021 membutuhkan 41.704.380 unit dan tahun
Konsep rencana pengembangan jaringan air bersih di Kawasan Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman Penentuan
JARINGAN TELEKOMUNIKASI Pusat Kota Ambon meliputi: Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang,
2041 membutuhkan 56.169.753 unit. Pemenuhan dari hasil
perhitungan didasarkan dari kebutuhan air minum domestik Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum,meliputi
tertinggi pada priode waktu tahun 2021 sampai tahun 2041. • Perlu adanya program optimalisasi pengembangan grey water dan black water.
Secara umum, setiap rumah harus dapat dilayani air bersih pemenuhan SPAM di Kawasan Pusat Kota Ambon;
yang memenuhi persyaratan untuk keperluan rumah tangga. dan LIMBAH NON DOMESTIK
Untuk itu, lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan KEBUTUHAN JARINGAN AIR MINUM NON DOMESTIK
• Perlunya penambahan sumber air baku baru sebagai Air limbah domestik dikarakteristikan sebagai grey water
air minum sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang Kebutuhan air minum non domestik adalah kebutuhan upaya pelayanan dan pemenuhan kawasan yang
diatur dalam peraturan/ perundangan yang telah berlaku, dan black water. Perhitungan kebutuhan jaringan air limbah
yang bukan untuk perumahan yang diantaranya adalah belum terlayani domestik didasarkan padan Keputusan Menteri Permukiman
terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan sarana pelayanan umum, kantor pemerintahan, industri,
air minum lingkungan perumahan di perkotaan. Pada dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 tentang
perdagangan dan jasa. Berdasarkan perhitungan air minum Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman Penentuan
Kota Ambon terdapat 2 (dua) perusahaan air minum yang non-domestik untuk memenuhi kebutuhan di Kawasan Pusat Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang,
melayani seluruh Kota Ambon khususny pada Kawasan Kota Ambon, pada tahun 2021 membutuhkan 25.022.628 JARINGAN UTILITAS Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum,meliputi
Pusat Kota Ambon yaitu SPAM Perusahaan Daerah Air (liter/orang/hari) dan tahun 2041 membutuhkan 33.701.852 JARINGAN TELEKOMUNIKASI grey water dan black water.
Minum (PDAM) Kota Ambon dan PT. PT. Dream Sukses (liter/orang/hari). Pemenuhan dari hasil perhitungan
Airindo (DSA). SPAM PDAM merupakan salah satu Sistem didasarkan dari kebutuhan air minum nondomestik tertinggi Berdasarkan peraturan perundang-undangan nomor
Penyedia Air Minum yang merupakan Badan Usaha milik pada priode waktu tahun 2021 sampai tahun 2041. 28 tahun 2002 Pasal 24, untuk memenuhi persyaratan
Pemerintah Kota. Ambon adalah Perusahaan Daerah sistem pembaungan air limba (sanitasi,) setiap bangunan

77 78
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

LIMBAH MEDIS
JARINGAN UTILITAS PROYEKSI KEBUTUHAN JARINGAN DRAINASE
lubang biopori dan sumur resapan pada kawasan
Limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan JARINGAN DRAINASE Nilai debit ekstrim yang telah diperoleh digunakan untuk yang mendukung penyerapan air.
medik, perawatan gigi, farmasi, penelitian, pengobatan, menentukan lebar minimur saluran drainase yang sebaiknya • peningkatan dan perbaikan saluran dengan sistem
Konsep sistem drainase semakin banyak digunakan dalam
perawatan atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan diterapkan untuk menampung debit ekstrim tersebut. Pada drainase sekunder yang mengalirkan air ke sungai
membantu dan menemukan solusi terhadap permasalahan
yang beracun, infeksius, berbahaya atau membahayakan tabel di bawah menunjukkan rekomendasi lebar/diameter utama;
kota yang kompleks. Permasalahan-permasalahan ini
kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu (Depkes RI saluran drainase di Kawasan Pusat Kota Ambon. Lebar • menjaga kelestarian pada kawasan daerah tangkapan
melibatkan sistem terdistribusi dan harus dianalisis
2001). Pengelolaan limbah medis Instalasi Pengolahan saluran drainase eksisting yang ada saat ini berada pada air (catchment area) sebagai bagian dari sistem
dengan mempertimbangkan variasi spasial dan temporal.
Air Limbah (IPAL) Medis untuk limbah cair pada sarana umumnya di jalan arteri dimana lebarnya bsa mencapai drainase mayor;
Karakteristik daerah tangkapan air di wilayah perkotaan
pelayanan umum (SPU) kesehatan. satu meter. Berdasarkan kalkulasi lebar minimum saluran • penggunaan jeruji pada saluran drainase terbuka
bervariasi secara keruangan tergantung pada kemiringan
drainase di Pusat Kota Ambon, terdapat 78 dari 112 atau untuk mencegah masuknya sampah kedalam saluran
permukaan tanah, penutup lahan, dan jenis tanahnya.
Konsep rencana pengeloaan air limbah pada Kawasan Pusat sekitar 70% ruas jalan yang sudah mencukupi potensi debit sehingga dapat menimbulkan genangan ataupun
Kota Ambon di bedakan menjadi 2 (dua) yaitu penggunaan ekstrim hingga 100 tahun, sedangkan terdapat 34 ruas jalan banjir;
septic tank individu dan septic tank komunal yang berdasarkan EVALUASI JARINGAN DRAINASE yang sebaiknya menambah kapasitas saluran drainase agar • penyedian kolam penangkap sampah dan sendimen
kepadatan kawasan, terdiri dari: dapat menampung debit ekstrim hingga kala ulang 100
Metode rasional merupakan metode yang umum digunakan pada jaringan drainase sekunder;
tahun. • peningkatan kapasitas saluran primer dan saluran
untuk merencanakan saluran drainase. kebutuhan saluran
drainase di Kawasan Pusat Kota Ambon akan dihitung sekunder;
• kawasan kepadatan rendah menggunakan septic Konsep rencana jaringan drainase pada Kawasan Pusat Kota • penanggulangan sendimen dan penguatan tembok/
berdasarkan kondisi jalan eksisting yang terdiri atas jalan
tank individu dengan resapan dan memperhatikan Ambon, meliputi: dinding saluran; dan
arteri, jalan kolektor dan jalan lingkungan. Lebar saluran
kedalaman air muka tanah; • pengembangan jaringan drainase sekunder diarahakan
drainase untuk jalan arteri umumnya satu meter sedangkan
• kawasan kepadatan sedang menggunakan septic tank • menggunakan paradigma sistem drainase perkotaan pada perawatan, peremajaan dan perbaikan drainase
lebar drainase untuk jalan kolektor dan jalan lokal berkisar
individu ataupun komunal; dan yaitu “ekodrainase” atau drainase yang berwawasan Kawasan Pusat Kota Ambon yang sudah ada
antara 0,3 meter hingga 1 meter. Evaluasi jumlah kebutuhan
• kawasan kepadatan tinggi menggunakan septic tank lingkungan. Paradigma ekodrainase bertujuan
drainase yang akan dihitung di Kawasan Pusat Kota Ambon
komunal dengan sistem Biodigester sehingga limbah meningkatkan daya guna air dengan menimalkan
yaitu sebanyak 112 jalan yang terdiri dari 10 ruas jalan
yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai biogas, kerugian serta konservasi lingkungan. Konsep ini
arteri, 40 ruas jalan kolektor dan 62 ruas jalan lokal.
dan pengelolaannya dilakukan secara berkelompok memanfaatkan jumlah curah hujan semaksimal
(Community Based Sanitation) mungkin untuk mengisi kebutuhan cadangan air
dalam tanah, dan mengalirkan kelebihan air yang tidak
digunakan secara tidak merusak permukaan tanah.
Konsep ekodranase dilakukan dengan pembuatan

79 80
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

JARINGAN UTILITAS pasar, perkantoran dan sebagainya. Perhitungan


Konsep rencana sistem jaringan persampahan pada Kawasan
Pusat Kota Ambon melalui sistem pengelolaan yang lebih
JARINGAN PERSAMPAHAN volume sampah non-domestik pada tahun 2041 baik dalam pengembangannya, melalui:
Sampah menjadi salah satu permasalah dalam suatu membutuhkan 93.616 (liter/orang/hari);
perkotaan yang semakin kompleks dan beragam dari tahun • sampah jalan merupakan bahan-bahan buangan yang
ketahun. Terdapat beberapa permasalahan persampahan dihasilkan dari aktivitas pedestrian maupun pengguna • proses pemilahan sampah organik dan anorganik.
di Kawasan Pusat Kota Ambon yaitu banyaknya sampah jalan. Perhitungan volume sampah jalan pada tahun Pengelolaan sampah organic dapat dilakukan dengan
mengapung di Teluk Ambon. Hal tersebut disebabkan 2041 membutuhkan 46.808 (liter/orang/hari). proses pengomposan, sedangkan pengelolaan sampah
oleh sampah perdagangan dan jasa yang membuat sampah anorganik dapat dilakukan daur ulang serta tidak
secara sembarangan baik di sungai maupun laut. Selain menimbulkan buangan atau limbah yang berbahaya
VOLUME SAMPAH HARIAN
itu, kurangnya fasilitas bak sampah dibeberapa kawasan dan tidak terurai;
pusat perekonomian menjadi perhatian khusus, karena Standar yang digunakan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata • pengembangan fasilitas pengelolaan sampah (FPS/
menjadikan perilaku masyarakat untuk membuat sampah Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan TPA) dan Stasiun Peralihan Antara (SPA) di
tidak pada tempatnya. untuk menghitung kebutuhan fasilitas persampahan yang Kecamatan Sirimau dan Nusaniwe sesuai dengan
dibutuhkan berdasarkan jumlah penduduk studi kelayakan yang dilakukan;
• pengembangan sistem pengumpulan sampah di pasar,
VOLUME SAMPAH HARIAN
pusat perdagangan, jasa dan industri, permukiman,
Perhitungan volume sampah harian pada Kawasan Pusat • sarana pelengkap tong sampah tiap rumah pada dan jalur jalan protokol; dan
Kota Ambon didasarkan pada karakteristiknya, yaitu sampah tahun 2041 membutuhkan 74.906 (unit); • peningkatan kemampuan manajemen pengankutan
domestik, sampah non domestik dan sampah jalan. • sarana pelengkap tong sampah tiap rumah pada dan pemindahan sampah.
tahun 2041 membutuhkan 160 (unit);
• sarana pelengkap bak sampah besar skala kelurahan
• sampah domestik adalah bahan-bahan buangan
pada tahun 2041 membutuhkan 25 (unit); dan
yang dibuang dari rumah atau dapur. Contohnya
• sarana pelengkap bak sampah besar skala kecamatan
ialah pakaian lama atau buruk, botol, kaca, kertas,
pada tahun 2041 membutuhkan 4 (unit).
beg plastik, tin aluminium dan juga sisa makanan.
Perhitungan volume sampah domestik pada tahun
2041 membutuhkan 936.163 (liter/orang/hari);
• sampah non-domestik merupakan bahan-bahan
buangan yang dihasilkan dari industri, perusahaan,

81 82
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

BAB 3
MENGENALI
BAHAYA DAN
MEMAHAMI
RISIKO
BENCANA DI
PULAU AMBON
83 84
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

ISU SEJARAH KEJADIAN BENCANA DIDASARKAN


DARI BERABAGAI SUMBER DENGAN RENTAN
KEBENCANAAN WAKTU PADA TAHUN 1648 - 2020

Indonesia secara geografis terletak pada Pacific Ring of Fire Begitu juga jejak tsunami diperoleh dari lapisan tanah di
yang memanjang dari Utara Pulau Sumatera – Jawa – Nusa bumi (paleo tsunami) maupun bongkahan karang yang
Tenggara hingga ke Sulawesi Utara. Indonesia juga berada berada di pesisir pantai. Tsunami yang terjadi bersifat lokal, GEMPA GERAKAN
pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik aktif yaitu: dalam artian tsunami yang terjadi dikarenakan gempa bumi TSUNAMI BUMI TANAH
Lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng yang dekat pada wilayah pesisir terdampak, khususnya yang
Pasifik. Lempeng Indo-Australia bergerak ke arah utara dan berasal di Laut Seram dan Laut Banda. (1) 0 kali kejadian (1) 15 kali kejadian (1) 23 kali kejadian
menyusup kedalam lempeng Eurasia, sementara lempeng (2) 9 kali kejadian (2) 21 kali kejadian (2) 1 kali kejadian
Pasifik bergerak relatif ke arah barat. Selain itu, posisi
geografis Indonesia diapit oleh dua samudera besar dunia
serta kondisi permukaan (relief) wilayah Indonesia yang
sangat beragam. Hal tersebut memiliki dampak kerentanan
tinggi dari bahaya bencana geologi seperti bencana
GELOMBANG
gempabumi, letusan gunungapi, gerakan tanah/longsor, dan LIKUEFAKSI PASANG BANJIR
tsunami. (1) 0 kali kejadian (1) 2 kali kejadian (1) 17 kali kejadian
(2) 2 kali kejadian (2) 4 kali kejadian (2) 0 kali kejadian
Pulau Ambon termasuk bagian dari wilayah Indonesia yang
rawan terhadap bencana dan rentan dampak perubahan
iklim. Pulau Ambon sebagai titik pertemuan lempeng-
lempeng utama di Asia Pasifik, sehingga wilayah memiliki
Keterangan Sumber:
risiko untuk bencana tsunami terutama akibat gempa laut.
Berdasarkan catatan sejarah dari beberapa sumber terdiri (1) : Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI), BNPB
dari bencana BANJIR, GERAKAN TANAH, GEMPA BUMI (2) : Air Turun Naik di 3 Negeri, Hamzah Latief
DAN TSUNAMI pernah terjadi di Pulau Ambon.

85 86
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

METODE BANJIR
KEJADIAN BENCANA BANJIR

PEMETAAN • Banjir merendam lebih dari 1700 rumah.

KAWASAN 2012
• 60 rumah mengalami kerusakan dan 25 rumah terancam longsor.
• BNPB mencatat sekitar 600 orang warga mengungsi ke berbagai
Curah hujan kumulatif pada 1-3 Agustus
yaitu 263 mm termasuk dalam hujan kala

RAWAN tempat penampungan yang tersebar di enam kelurahan termasuk


Batu Merah dan Tawiri
ulang 50 Tahun

BENCANA • Tingginya intensitas hujan telah menyebabkan banjir dan tanah


longsor di sekitar wilayah Batu Merah, Batu Gajah, Jalan Baru, Curah hujan kumulatif pada 30 Juli-1
2013 Ahuru, Mardika Talake, Tantui, Batu Gantung, Waihaong, Soabali Agustus yaitu 191 mm termasuk hujan
• Kejadian itu telah merendam sekitar 5.240 unit rumah dan kala ulang 25 Tahun
menelan korban setidaknya sebanyak 11 jiwa

Curah hujan kumulatif pada 16-17 Juli


• Kawasan terparah yang terkena banjir sejauh ini adalah Kelurahan
yaitu 95 mm termasuk dalam hujan kala
2016 Talake, kelurahan Waihoka, Kelurahan Karang Panjang, Batu
ulang 25 Tahun
Merah dan sejumlah kawasan lainnya

• Lebih dari 30 rumah warga di Kecamatan Sirimau terendam banjir. Curah hujan kumulatif pada 11-13 juni
2017 Kondisi itu memaksa warga terpaksa menyelamatkan diri ke tempat 2018 yaitu antara 161-181 mm termasuk
yang dianggap aman dalam hujan kala ulang 10 Tahun

Akibat curah hujan pada tanggal 28-29


• Ada sekitar 60 rumah warga di Ahuru yang terendam banjir, Mei. Curah hujan kumulatif berdasarkan
beberapa di antaranya rusak dan sekitar 40 rumah yang terendam analisis yaitu 96 mm. Curah hujan pada
2018 di Negeri Batu Merah. tanggal 29 Juni juga mengakibatkan banjir
• Terdapat puluhan rumah di Waiheru yang merupakan daerah dengan curah hujan kumulatif 86 mm.
langganan banjir Kedua intensitas ini masuk dalam kategori
curah hujan kala ulang 2 tahun

87 88
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

BANJIR
KAWASAN RAWAN BENCANA BANJIR | MAKRO
(PULAU AMBON)

Sumber : PERMEN-PU NO. 28/PRT/M/2015 Sumber : KRB Banjir Bandang 1:25.000 (PVMBG)

PETA SEMPADAN SUNGAI PETA SEMPADAN KRB


PULAU AMBON BANJIR BANDANG KOTA
Data KRB Pulau Ambon belum tersedianya
AMBON
walidata yang menyediakan data keranan
bencana banjir dan banjir bandang pada skala Terdapat kawasan rawan bencana di Kota
di Pulau Ambon (makro dan meso). Identifikasi Ambon yang memiliku luas 275.75 ha. Beberapa
kerawanan bencana banjir dan banjir bandang wilayah yang terdampak KRB banjir bandang
didasarkan pada ketentuan Sempadan Sungai hanya berada pada Kecamatan Teluk Ambon
dengan lebar 50 meter sesuai PERMEN-PU NO. Baguala dan sebagian Kecamatan Sirimau.
28/PRT/M/2015 Tentang Penetapan Garis
Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau.
Penetapan KRB tersebut sekaligus dalam upaya
penetapan kawasan lindung disekitar DAS di
Pulau Ambon

89 90
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

BANJIR
KAWASAN RAWAN BENCANA BANJIR | MESO (KOTA
AMBON)

Sumber : PERMEN-PU NO. 28/PRT/M/2015

PETA SEMPADAN SUNGAI Secara keseluruhan kawasan rawan bencana banjir


di Kawasan Pusat Kota Ambon adalah 56,34% dari
PULAU AMBON total luasan wilayah dengan dominasi KRB Banjir 3
atau klasifikasi tinggi
Tipe banjir pada umumnya di wilayah kajian
merupakan banjir bandang (flashflood) yang
dicirikan dengan tingkat kecepatan banjir yang
sangat tinggi. Tipe banjir dan topografi wilayah Permodelan banjir di Kawasan Pusat Permodelan ini menggunakan data
memiliki hidrograf banjir yang cukup singkat Kota Ambon meliputi 5 DAS yaitu curah hujan harian yang diperoleh
sehingga potensi terjadinya genangan banjir DAS Wai Batu Gantung, Wai Batu dari website https://giovanni.gsfc.
sangat kecil namun kecepatan banjir yang Merah, Wai Ruhu, Wai Batu Gajah nasa.gov/giovanni/
tinggi dapat merusak bangunan yang terdapat dan Wai Tomu
di kawasan KRB 3 banjir.

Hasil permodelan ini bersifat Hasil perhitungan puncak debit banjir


sementara dan akan divalidasi melalui untuk kala ulang 100 tahun yakni
survei lapangan dan data curah hujan/ DAS Wai Ruhu (267,69 m3/s), DAS
debit dari BWS Maluku Wae Batu Merah (152,4 m3/s), DAS
Wai Batu Gantung (256,79 m3/s), das
Wai Tomu (121,63 m3/s)

91 92
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

BANJIR GERAKAN TANAH


KAWASAN RAWAN
BENCANA BANJIR |
DAN LONGSOR
KEJADIAN BENCANA GERAKAN TANAH
MIKRO (KAWASAN
DAN LONGSOR
PUSAT KOTA AMBON)
Sejarah Kerawanan Bencana Gerakan Tanah/Longsor
bedasarkan Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) dari
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terdapat
23 kejadian bencana longsor/gerakan tanah di Ambon.
Kejadian bencana tersebut terjadi dengan rentang waktu
tahun 2010 hingga 2019.
Sejarah Kejadian Bencana Longsor/Gerakan Tanah di Ambon

93 94
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

GERAKAN TANAH TABEL LUAS KRB GERAKAN TANAH DI KOTA AMBON

ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH (ZKGT)


| MAKRO (PULAU AMBON) DAN MIKRO (KOTA
AMBON)

ZKGT PULAU AMBON


Perda Kota Ambon No. 24 / 2011 ttg RTRW
Kota Ambon

Rencana pengelolaan kawasan rawan longsor


diarahkan pada Negeri Hukurila, Negeri Soya, ZKGT KOTA AMBON
Negeri Hatalai, Negeri Ema, Negeri Kilang,
Negeri Naku Negeri Urimessing, Negeri KRB gerakan tanah sangat rendah Cenderung
Amahusu, Negeri Batu Merah, Negeri Hative berada di Kecamatan Teluk Ambon dan Teluk
Besar, Negeri Nusaniwe, dan kawasan-kawasan Ambon Baguala. Sedangkan KRB gerakan tanah
yang topografinya rentan terhadap longsor menengah terdapat dominan di Kecamatan
Sirimau, Nusaniwe, dan sebagian Teluk Ambon
Baguala. KRB gerakan tanah tinggi terluas
terdapat di Negeri Soya Kecamatan Sirimau
yaitu sekitar 1.417,47 Ha. Di Kecamatan Teluk
Ambon Baguala terdapat Negeri Passo yang
memiliki kelas gerakan tanah tinggi cukup
luas yaitu 408,64 Ha serta Negeri Hukurila di
Kecamatan Leitimur Selatan mencapai 634,09
Ha

95 96
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

GERAKAN TANAH
ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH (ZKGT) DAN ZONA
KERENTANAN GERAKAN TANAH (ZKGT) RINCI | KAWASAN PUSAT
KOTA AMBON (MIKRO)

PETA ZONA PETA ZONA


KERENTANAN GERAKAN KERENTANAN GERAKAN
TANAH TANAH (ZKGT) RINCI
KAWASAN PUSAT KOTA
Keseluruhan Kawasan Pusat Kota Ambon
memiliki rawan bencana yang terdiri dari 4 AMBON
klasifikasi yakni ZKGT Tinggi hingga Sangat
Rendah. Klasifikasi Tinggi sebesar 22,54% dan Klasifikasi Sangat Tinggi cenderung berada
menengah 53,34% dari luas wilayah Kawasan di Negeri Negeri Batumerah. Wilayah pesisir
Pusat Kota Ambon cenderung masuk pada klasifikasi Rendah.

97 98
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

GERAKAN TANAH GEMPA BUMI


Persandingan Kejadian Bencana Gempa Bumi Berdasarkan
Sumber Data dan Infomasi Pada Tahun 1648 – 2020 di
Ambon
KEJADIAN (SEJARAH) BENCANA GEMPABUMI
REKOMENDASI KEBIJAKAN MITIGASI/PENGURANGAN RISIKO
BENCANA (PRB) BANJIR MELALUI PENATAAN RUANG Berdasarkan Air Turun Naik di 3 Negeri oleh Hamzah Latief, 2016;
dan DIBI BNPB, pada tahun 1648-2020 terdapat 25 kejadian
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
gempa bumi di Ambon pada tahun 1815-2020. Persandingan
FUNGSI ZONA &
MITIGASI BENCANA
tersebut hanya tedapat 1 informasi yang bertampalan yaitu pada
UTAMA KRITERIA DIPERBOLEHKA
BERSYARAT DILARANG tahun 1983 dengan informasi ada kejadian berdasarkan DIBI dan
N
kejadian dengan kepastian mungkin (2) berdasarkan catatan “Air
LINDUNG Kawasan sudah • Diarahkan untuk relokasi bangunan yang terdampak bencana • Alih fungsi lahan terbangun menjadi non Turun Naik di 3 Negeri”.
pernah terjadi • Difungsikan untuk kawasan non terbangun seperti lindung RTH (taman), terbangun
longsor kebun, pertanian dan sebagainya • Mempertahankan kawasan non-terbangun

BUDIDAYA KRB sangat • Mengikuti • Pertanian tanaman Pembangunan fasilitas Semua unit bangunan yang diizinkan harus Bencana gempabumi pada tahun 2019 lalu terjadi pada 26
tinggi longsor aturan pangan dan hortikultura yang penting dan berisiko melakukan upaya mitigasi sebagai berikut : September 2019 pukul 06:46:44 WIB. Kejadian pusat gempabumi
dasar dilengkapi dengan tinggi, seperti sekolah, • Dilengkapi dengan retaining wall konstruksi
KRB tinggi terasering dan tanaman kantor pemadam beton bertulang (RC) yang memiliki
terletak di Pulau Seram pada kedalaman 10 km dengan magnitude
longsor penguat tebing; kebakaran & kantor kekuatan sesuai menahan longsoran dan 6,5 dan mekanisme sumber sesar geser (strikeslip). Korban
• Kegiatan hunian polisi, rumah sakit posisi tegak lurus terhadap kemungkinan
terbatas untuk rumah industri B3, penjara, arah aliran sedimen untuk mengurangi
terdampak per 16 Oktober 2019 tercatat 41 jiwa meninggal, 36
tunggal dengan rumah sakit, PLTN, kekuatan aliran; jiwa luka berat, 1.231 jiwa luka ringan, 111.490 jiwa mengungsi.
kepadatan sangat fasilitas lain yang • Tidak ada bagian terbuka bangunan yang Selain itu juga terdapat kerusakan infrastruktur per 26 September
rendah dibawah 40 unit menyimpan bahan searah dengan aliran sedimen. Bangunan
rumah/hektar; berbahaya, dan dan dilengkapi pintu evakuasi darurat dengan 2019 diantaranya retaknya sambungan Jembatan Merah Putih,
• Perdagangan dan Jasa, fasilitas lain yang arah berlawanan dari aliran sedimen. retaknya jalur utama. menuju Dermaga Ferry Desa Liang, serta
Industri dan diperlukan saat keadaan • Pemotongan atau pengurukan (cut or fill)
Pergudangan, darurat termasuk tempat tanah harus lebih rendah < 5m dan kerusakan rumah diantaranya rusak berat sebanyak 1.911 unit,
Pariwisata dengan perlindungan terhadap diperkuat dengan dinding beton bertulang rusak sedang sebanyak 1.802 unit, dan rusak ringan sebanyak
Batasan KDB lebih Bencana
rendah 20% dari aturan 3.486 unit.
dasar;
KRB menengah Mengikuti aturan dasar Mengikuti aturan dasar Mengikuti aturan dasar Adapun dari kejadian gempa pada 26 September 2019 terdapat
longsor
6 (enam) cluster gempa susulan mencapai 3.089 kali tercatat
KRB rendah pada hingga tanggal 11 Februari 2020. Selain itu juga ditemukan
longsor
struktur sesar aktif berarah selatan utara (S-N) antara Ambon dan
KRB sangat Pulau Haruku.
rendah longsor

99 100
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

GEMPABUMI TSUNAMI
KAWASAN RAWAN BENCANA GEMPABUMI KEJADIAN BENCANA TSUNAMI
DELINEASI KEJADIAN
TSUNAMI TAHUN 1950
DI HUTUMURI

Berdasarkan catatan sejarah kejadian bencana tsunami


di Ambon dan sekitarnya yang terangkum dalam buku
Hamzah Latif yaitu “Air Turun Naik di Tiga Negeri
Mengingat Tsunami Ambon 1950 Di Hutumuri, Hative
Kecil dan Galala” menyebutkan terdapat 15 (lima belas)
kali kejadian. Kejadian tsunami yang terjadi di Pulau
Ambon dan sekitarnya diawali dengan kejadian bencana
gempa bumi terlebih dahulu. Kejadian tsunami memiliki
ketinggian tertentu berdasarkan lokasi wilayah dan waktu
kejadiannya. Tercatat bahwa ketinggian bencana Tsunami
dapat mencapai 5 (lima) meter yang terjadi pada tahun
1674.

Terjadi gempa bumi yang menyebabkan bencana lanjutan


berupa liquefaksi atau pencairan tanah pada tahun 1674
dan 1754. Fenomena pencarian tanah atau liquefaksi
merupakan fenomena yang terjadi ketika tanah yang
jenuh atau agak jenuh kehilangan kekuatan dan kekakuan
akibat adanya tegangan.

101 102
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

TSUNAMI TSUNAMI
KEJADIAN BENCANA TSUNAMI KEJADIAN BENCANA TSUNAMI
DELINEASI KEJADIAN
TSUNAMI TAHUN 1950 DI
HATIVE KECIL DAN GALALA

Getaran gempa bumi atau perubahan ketegangan lain


secara mendadak dapat menyebabkan tanah yang padat
berubah wujud menjadi cairan atau air berat. Sedangkan
kejadian tsunami besar terjadi pada 8 oktober 1950 di
Pulau Ambon.

Identifikasi yang dilakukan oleh Hamzah latif dalam


bukunya “Air Turun Naik di 3 Negeri” melalui wawancana
para saksi mata dan rangkuman saksi hidup yang mengalami
kejadian tersebut di Hative Kecil, Hutumuri dan Galala.
Pada prosesnya, pengambilan narasumber berjumlah
28 yang terdiri dari 13 orang di Hative Kecil, 10 orang
di Hutumuri dan 5 orang di Galala. Melalui identifikasi
wawancara tersebut maka didapatkan delineasi kejadi
tsunami besar yang terjadi pada 8 Oktober 1950 yang
meliputi kejadian tsunami di Hutumuri, Hative Keci dan
Galala. Berikut merupakan peta delineasi perkiraan batas
tsunami yang terjadi di tiga negeri tersebut. Sumber : Air Turun Naik Di Tiga Negeri Mengingat
Tsunami Ambon 1950 di Hutumurii, Hative Kecil dan
Galala oleh Hamzoh Latief (2016)

103 104
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

TSUNAMI
Secara keseluruhan KRB Tsunami Pulau Ambon Terdapat 3 kelas tsunami diantaranya rendah, LUAS KLASIFIKASI KRB TSUNAMI
berada pada wilayah selatan pantai di Teluk menengah, dan tinggi. Secara keseluruhan KRB Rendah KRB Menengah KRB Tinggi
Ambon, Kota Ambon. Menurut Perda Kota kawasan rawan bencana tsunami di Kawasan
KAWASAN RAWAN BENCANA TSUNAMI KRB Tinggi 151,28
Ambon No. 24 / 2011 tentang RTRW Kota Pusat Kota Ambon adalah 16,44% dari total luasan KRB Menengah 95,48
MAKRO (PULAU AMBON) | MESO (KOTA AMBON) Ambon Pasal 53 ayat (5), Rencana pengelolaan wilayah. Adapun untuk masing-masing kelas KRB Rendah 108,09
kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami tsunami di Kawasan Pusat Kota Ambon meliputi
diarahkan untuk kawasan pesisir Kota Ambon. kelas rendah seluas 108,16 Ha, kelas menengah
seluas 95,48 Ha, dan kelas tinggi seluas 151,28
Berdasarkan peta kawasan rawan bencana Ha. Untuk KRB tinggi tsunami mendominasi pada
tsunami skala 1:25.000 oleh Pusat Vulkanologi KRB Tsunami dan memiliki persentase sebesar
dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), 42,64% dari luas KRB Tsunami di Kawasan Pusat
dengan luas total 515,57 hektar. Secara lebih Kota Ambon.
detail luasan kawasan rawan bencana tsunami,
sebagai berikut :

• KRB tsunami rendah terdapat di 21 administrasi Kec.


Nusaniwe (11), Kec. Sirimau (7), Kec. Teluk Ambon
Baguala (3);
• KRB tsunami menengah terdapat di 21 administrasi
Kec. Nusaniwe (11), Kec. Sirimau (7), Kec. Teluk
Ambon Baguala (3); dan
• KRB tsunami tinggi menengah terdapat di 19
administrasi Kec. Nusaniwe (9), Kec. Sirimau (7),
Kec. Teluk Ambon Baguala (3).

LUAS KLASIFIKASI KRB TSUNAMI

KRB Rendah KRB Sedang KRB Tinggi

KRB Tinggi 179,92

KRB Sedang 142,74

KRB Rendah 192,9

105 106
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

PATAHAN AKTIF
PETA LOKASI SESAR
PATAHAN AKIF

Pada tanggal 26 September 2019 pukul


06:46 WIB gempabumi bermagnitudo
Mw 6,5 terjadi di wilayah Ambon dan
mengakibatkan adanya korban jiwa
dan kerusakan infrastruktur. Wilayah
Pulau Seram dan sekitarnya berada
dekat dengan palung Seram yang
dapat membangkitkan gempa besar
dengan tipe penyesaran naik (thrust).
Menurut data BMKG, gempa Ambon
2019 merupakan gempa dengan tipe
penyesaran strike slip pada lapisan
kerak (crustal earthquake). Gempa
utama juga diikuti oleh ribuan gempa
susulan menurut hasil pengamatan
BMKG. Distribusi gempa susulan
menunjukkan pola yang berarah
utara-selatan.

Sumber : BNPB, BMKG & ITB

107 108
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

RISIKO BENCANA METODE ANALISIS


SATUAN
RISIKO BENCANA
METODE DAN SKEMA KERENTANAN BENCANA
RISIKO BENCANA
Metode analisis satuan risiko bencana disusun
berdasarkan Perka BNPB No.2 Tahun 2012
tentang pedoman umum pengkajian risiko
bencana. Metode yang digunakan adalah teknik
scoring dan overlay.

Peta risiko bencana dan kajian risiko bencana


harus disusun untuk setiap jenis ancaman
bencana yang ada pada daerah kajian.

Rumus dasar umum untuk analisis risiko yang


diusulkan dalam “Pedoman Umum Pengkajian
Risiko Bencana” yang telah disusun oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
yaitu Peraturan Kepala BNPB Nomor 02 Tahun
2012.

109 110
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

KERENTANAN FISIK yang digunakan untuk penilaian harga fasilitas umum yakni Analisis kerentanan sosial berdasarkan Perka BNPB
dari DALA dengan memberikan nilai Rp 100.000.000,- / unit tahun 2012 dinilai berdasarkan indikator kepadatan
Analisis kerentanan fisik berdasarkan Perka BNPB tahun 2012 fasilitas umum. Adapun pembagian kelas untuk fasilitas umum penduduk, rasio jenis kelamin, rasio kemiskinan, rasio
dinilai berdasarkan indikator nilai kerusakan rumah, fasilitas umum sesuai dengan Perka BNPB no.2 tahun 2012. Asumsi yang orang cacat, dan rasio kelompok umur.
dan fasilitas kritis. digunakan adalah jumlah tidak membedakan jenis fasilitas kritis
dengan perhitungan jumlah bangunan fasilitas umum dikalikan
dengan kerugian berdasarkan DALA. KERENTANAN SOSIAL

• Rumah/bangunan merupakan salah satu parameter yang di gunakan dalam • Kepadatan penduduk merupakan salah satu parameter
Perka BNPB no.2 Tahun 2012 untuk mengukur kerentanan fisik. Penilaian yang terdapat dalam Perka BNPB no.2 tahun 2012 untuk
kerentanan fisik dinilai berdasarkan ganti rugi yang ada dalam Damage Loss PETA KERENTANAN SOSIAL mengukur kerentanan sosial. Perhitungan kepadatan
Assessment, yakni penggantian rumah didasarkan pada harga lahan berdasarkan penduduk menggunakan data jumlah penduduk dan luas
wilayah untuk mendapatkan data kepadatan penduduk
DALA permukiman sebesar 1.800.000/m2. Sedangkan asumsi yang digunakan
yang berasal dari kecamatan dalam angka tahun 2020
rumah berada pada penggunaan lahan pemukiman yang dikalikan dengan harga dengan tahun data 2019.
lahan per m2. • Rasio jenis kelamin adalah salah satu parameter
• Fasilitas Umum merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk yang digunakan untuk mengukur kerentanan sosial.
penilaian kerentanan fisik. Penilaian parameter fasilitas umum berdasarkan Rasio jenis kelamin didasarkan pada analisis sex ratio
ganti rugi berdasarkan jumlah bangunan dan peta persebaran kawasan fasilitas penduduk di Kawasan Pusat Kota Ambon yakni dengan
umum, fasilitas peribadatan, fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan. Asumsi membandingkan jenis kelamin perempuan dan laki-laki.
Asumsi yang digunakan dalam rasio jenis kelamin ini
yang digunakan untuk penilaian harga fasilitas umum yakni dari DALA denga
yakni semakin tinggi rasio jenis kelamin maka semakin
memberikan nilai Rp 100.000.000,- / unit fasilitas umum. Adapun pembagian tinggi juga tingkat kerentanan sosial pada wilayah
kelas untuk fasilitas umum sesuai dengan Perka BNPB no.2 tahun 2012. Asumsi tersebut.
yang digunakan adalah jumlah tidak membedakan jenis fasilitas umum dengan • Rasio penduduk disabilitas dinilai berdasarkan jumlah
perhitungan jumlah bangunan fasilitas umum dikalikan dengan kerugian penduduk disabilitas dibandingkan dengan jumlah
berdasarkan DALA. penduduk. Asumsi yang digunakan adalah semakin
• Fasilitas kritis merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk tinggi rasio penduduk disabilitas maka semakin tinggi
pula tingkat kerentanannya. Kerentanan tersebut
penilaian kerentanan fisik. Penilaian parameter fasilitas fisik berdasarkan
dsebabkan sulitnya mobilitas penduduk disabilitas untuk
jumlah bangunan dan peta persebaran bangunan fasilitas kritis. mengevakuasi diri saat terjadi bencana.

111 112
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

RISIKO BENCANA
NARASI RISIKO MULTI-BENCANA

PETA KERENTANAN SOSIAL PETA KERENTANAN EKONOMI

KERENTANAN SOSIAL KERENTANAN EKONOMI


• Rasio kelompok umur merupakan salah Kerentanan ekonomi untuk melihat kerentanan
satu parameter kerentanan sosial yang Kawasan Pusat Kota Ambon terhadap
dilihat dari analisis tingkat ketergantungan multibencana dilihat dari parameter ekonomi.
penduduk usia tidak produktif terhadap Parameter ekonomi yang digunakan adalah
usia tidak produktif. Diasumsukan semakin PDRB dan Lahan Produktif.
tinggi tingkat ketergantungan di Kawasan
• Parameter PDRB merupakan salah
Pusat Kota Ambon maka akan semakin
satu parameter yang digunakan untuk
tinggi kerentanannya.
menganalisis kerentanan ekonomi.
• Rasio kemisikinan merupakan salah satu
Asumsi yang digunakan dalam analisis
dari parameter kerentanan kemiskinan yang
kerentanan ekonomi berdasarkan PDRB
dinilai berdasarkan tingkat kesejahteraan
adalah dengan mengalikan persentase luas
penduduk. Perhitungan rasio. kemiskinan
wilayah penggunaan lahan berupa industri,
diperoleh dari perbandingan jumlah orang
perdagangan dan jasa dengan masing-
miskin di setiap kelurahan dibandingkan
masing PDRB tersebut
dengan keselurahan rasio miskin di Kawasan
Pusat Kota Ambon. Asumsi yang digunakan
adalah semakin tinggi tingkat rasio yang
dimiliki maka semakin tinggi pula tingkat
kerentanan penduduk tersebut.

113 114
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

RISIKO BENCANA
masing-masing analisis indikator komponen kapasitas
semakin tinggi juga tingkat kerentanan lingkungan suatu daerah dengan urutan sesuai prioritas penanganan yang
KERENTANAN BENCANA
wilayah. Serta perhitungan kerentanan pada parameter ini sesuai dengan karakteristik Kawasan Pusat Kota Ambon
didasarkan pada jenis bencana yang ada. berdasarkan Perka BNPB No.2 Tahun 2012.
KERENTANAN LINGKUNGAN • Lahan kosong adalah salah satu parameter yang digunakan

PETA KERENTANAN Kerentanan lingkungan merupakan parameter


untuk mengukur kerentanan lingkungan. Parameter lahan
kosong didasarkan pada luasan guna lahan untuk lahan • Mengidentifikasi, menilai dan memantau risiko bencana dan
LINGKUNGAN kerentanan yang memperhatikan parameter
lingkungan yang disesuaikan dengan guna lahan
kosong di tingkat kelurahan/desa. Asumsi yang digunakan
dalam lahan kosong ini yakni semakin tinggi luasan
meningkatkan sistem peringatan dini untuk mengurangi
risiko bencana dengan bobot 30%;
eksisting berdasarkan data RBI Skala 1 : 5000 guna lahan maka semakin tinggi juga tingkat kerentanan • Memastikan bahwa pengurangan risiko bencana menjadi
di Kawasan Pusat Kota Ambon, parameter lingkungan suatu wilayah. Serta perhitungan kerentanan sebuah prioritas nasional dan lokal dengan dasar
pada parameter ini didasarkan pada jenis bencana yang Kelembagaan yang kuat untuk pelaksanaannya dengan
lingkungan menurut Perka BNPB N0.2 Tahun
ada. bobot 20%;
2012. • Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah salah satu parameter • Mengurangi faktor-faktor risiko dasar dengan bobot 15%;
yang digunakan untuk mengukur kerentanan lingkungan. • Tersedianya rambu, jalur dan tempat evakuasi dengan
• Hutan lindung adalah salah satu parameter yang Parameter lahan kosong didasarkan pada luasan guna lahan bobot 15%;
digunakan untuk mengukur kerentanan lingkungan. untuk ruang terbuka hijau (RTH) di tingkat kelurahan/ • Terwujudnya penggunaan pengetahuan, inovasi dan
Parameter hutan lindung didasarkan pada luasan desa. Asumsi yang digunakan dalam ruang terbuka hijau pendidikan untuk membangun kapasitas dan budaya aman
guna lahan hutan lindung di tingkat kelurahan/ (RTH) ini yakni semakin tinggi luasan guna lahan maka dari bencana di semua tingkat dengan bobot 10%;
desa. Asumsi yang digunakan dalam hutan lindung semakin tinggi juga tingkat kerentanan lingkungan suatu • Memperkuat kesiapsiagaan terhadapbencana demi respon
ini yakni semakin tinggi luasan guna lahan maka wilayah. yang efektif di semua tingkat dengan bobot 10%.

Untuk mendapatkan parameter kapasitas, maka indikator


yang dapat dirujuk adalah Peraturan Kepala Badan
KAPASITAS PENANGGULANGAN DAERAH
Penanggulangan Bencana Nasional No 3 Tahun 2012,
Indeks Kapasitas diperoleh berdasarkan tingkat ketahanan Tentang Panduan Penilaian Kapasitas Daerah Dalam
daerah pada suatu waktu. Tingkat Ketahanan Daerah Penanggulangan Daerah, dimana terdapat 5 sasaran utama
yang dianggap bernilai sama untuk seluruh kawasan pada dengan 88 indikator pertanyaan kemudian dinilai dan
suatu kabupaten/kota yang merupakan lingkup kawasan disesuaikan dalam tingkatan/level yang telah ditentukan,
terendah kajian kapasitas ini. Berikut adalah penjabaran yaitu:

115 116
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

• Level 1 (Sangat Rendah). Daerah telah memiliki


pencapaian-pencapaian kecil dalam upaya pengurangan
RISIKO BENCANA HASIL PENILAIAN DAERAH UNTUK SELURUH
INDIKATOR DI KAWASAN PUSAT KOTA AMBON
risiko bencana dengan melaksanakan beberapa tindakan KAPASITAS PENANGGULANGAN DAERAH
maju dalam rencana-rencana atau kebijakan.
• Level 2 (Rendah). Daerah telah melaksanakan beberapa
tindakan pengurangan risiko bencana dengan pencapaian-

PETA KAPASITAS
pencapaian yang masih bersifat sporadis yang disebabkan
belum dan komitmen kelembagaan dan /atau kebijakan


sistematis.
Level 3 (Sedang). Komitmen pemerintah dan beberapa
PENANGGULANGAN DAERAH
komunitas tekait pengurangan risiko bencana di suatu
daerah telah tercapai dan didukung dengan kebijakan
sistematis, namun capaian yang diperoleh dengan komitmen
dan kebijakan tersebut dinilai belum menyeluruh hingga
masih belum cukup berart iuntuk mengurangi dampak
negative dari bencana.
• Level 4 (Tinggi). Dengan dukungan komitmen serta
kebijakan yang menyeluruh dalam pengurangan risiko
bencana disuatu daerah telah memperoleh capaiancapaian
yang berhasil, namun diakui ada masih keterbatasan
dalam komitmen, sumber daya financial ataupun kapasitas
operasional dalam pelaksanaan upaya pengurangan risiko
bencana di daerah tersebut.
• Level 5 (Sangat Tinggi). Capaian komprehensif telah
dicapai dengan komitmen dan kapasitas yang memadai
disemua tingkat komunitas dan jenjang pemerintahan.

117 118
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

RISIKO BENCANA PETA TINGKAT RISIKO


TINGKAT RISIKO BENCANA

Berdasarkan skema tingkat risiko bencana terdapat


beberapa variabel yang harus terpenuhi telebih dahulu jalur dan ruang evakuasi.
diantaranya adalah indeks kerugian, indeks ancaman, • Analisis tingkat ancaman didapat dari superimpossed peta PERHITUNGAN TINGKAT RISIKO
indeks penduduk terpapar dan indeks ancaman Bedasarkan
indeks penduduk terpapar dan indeks kapasitas. Dari ke indeks penduduk terpapar dari analisis sebelumnya di
empat indeks tersebut akan dilakukan analisis overlay Kawasan Pusat Kota Ambon memiliki klasifikasi sangat
kembali yang pembobotannya didasarkan pada Perka rendah dan sedang. Sedangkan pada analisis indeks Kecamatan/ Tingkat Kapasitas
No
BNPB no 2 tahun 2012. ancaman yang menggunakan hasil analisis dari Zona Ruang
1 Kec. Nusaniwe
Kelurahan/Desa Sangat Rendah
150,40
Rendah
492,42
Sedang
0,00
Tinggi
0,06
Rawan Bencana memiliki klasifikasi sangat rendah, rendah, 1.1 Kelurahan Benteng 150,40 195,50 0,00 0,00
1.2 Kelurahan Kuda Mati 0,00 296,92 0,00 0,06
sedang dan tinggi. 1.3 Kelurahan Mangga Dua 16,23 314,60 0,00 0,00
• Perhitungan indeks kerugian merupakan penggunaan • Analisis tingkat kerugian didapat dari superimpossed peta 1.4 Kelurahan Nusaniwe 16,23 195,40 0,00 0,00
1.5 Kelurahan Seilale 0,00 119,20 0,00 0,00
data dari hasil analisis kerentanan fisik, ekonomi, dan indeks kerugian dan tingkat ancaman. Bedasarkan indeks 1.6 Kelurahan Urimessing 223,74 1938,93 0,00 1,71
lingkungan yang didasarkan pada peta penggunaan lahan kerugian dari analisis sebelumnya di Kawasan Pusat Kota 1.7 Kelurahan Waihaong 42,29 302,62 0,00 0,00
1.8 Kelurahan Wainitu 20,47 124,91 0,00 0,00
skala RBI 1:5000. Ambon memiliki klasifikasi sedang. Sedangkan pada tingkat 2 Kec. Sirimau 95,16 49,82 0,00 0,00
• Perhitungan indeks ancaman merupakan analisis Peta ancaman yang menggunakan hasil analisis dari indeks 2.1 Desa Galala 27,97 523,90 0,00 0,00
2.2 Kelurahan Ahusen 0,70 245,82 0,00 0,20
Zona Ruang Rawan Bencana (ZRB) sehingga sudah penduduk terpapar dan indeks ancaman. 2.3 Kelurahan Amantelu 3,13 47,83 0,00 0,46
mempertimbangkan multibencana yang didasarkan pada 2.4 Kelurahan Batu Gajah 0,41 76,09 0,00 0,90
• Analisis tingkat kapasitas didapat dari superimpossed peta 2.5 Kelurahan Batu Meja 2,47 59,27 0,00 0,00
peta penggunaan lahan skala RBI 1 : 5000. indeks kapasitas dan tingkat ancaman. Bedasarkan indeks 2.6 Kelurahan Honipopu 31,15 193,09 0,00 0,15
2.7 Kelurahan Karang Panjang 0,00 315,59 0,00 0,00
• Perhitungan indeks penduduk terpapar merupakan kapasitas dari analisis sebelumnya di Kawasan Pusat Kota 2.8 Kelurahan Pandan Kasturi 512,56 265,74 0,00 0,24
penggunaan data dari hasil analisis kerentanan sosial Ambon memiliki klasifikasi sedang. Sedangkan pada tingkat 2.9 Kelurahan Rijali 100,82 21,44 0,00 0,00
2.10 Kelurahan Uritetu 21,77 96,20 0,00 0,00
budaya meliputi kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, ancaman yang menggunakan hasil analisis dari indeks 2.11 Kelurahan Waihoka 162,76 52,99 0,00 0,24
Rasio usia produktif, penduduk disabilitas, dan penduduk penduduk terpapar dan indeks ancaman. 2.12 Negeri Batumerah 94,56 68,23 0,00 0,00
2.13 Negeri Hative Kecil 132,66 26,88 0,00 0,00
miskin. Data didasarkan pada peta penggunaan lahan skala • Analisis tingkat risiko didapat dari superimpossed peta Total 245,55 542,24 0,00 0,06
RBI 1 : 5000. indeks kapasitas dan tingkat kerugian. Bedasarkan tingkat
• Indeks Kapasitas diperoleh berdasarkan tingkat ketahanan kapasitas dari analisis sebelumnya menggunakan hasil
daerah pada suatu waktu. Analisis berpedoman pada analisis indeks kapasitas dan tingkat ancaman. Sedangkan
Perka BNPB no.3 tahun 2012 tentang Panduan Penilaian pada tingkat kergian yang menggunakan hasil analisis dari
Kapasitas Daerah dalam Penanggulangan Bencana dengan indeks kerugian dan tingkat ancaman.
penambahan indikator kapasitas berupa tersedianya rambu,

119 120
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

BAB 4 ZONA RUANG


RAWAN BENCANA
(ZRB) SEBAGAI
ACUAN TATA
RUANG BERBASIS
PENGURANGAN
RISIKO BENCANA
121 122
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

ZONA RUANG ZONA RUANG


RAWAN BENCANA RAWAN BENCANA
METODE TUMPANG TINDIH KEDETAILAN DATA
1. Merupakan bencana yang terjadi pada waktu dekat
2. Merupakan bencana yang masih minim terkait mitigasi
Zona Ruang Rawan Bencana (ZRB) merupakan analisis bencana
ZRB MAKRO ZRB MESO ZRB MIKROK AWASAN
yang berdasarkan peta multi rawan bencana secara fisik 3. Merupakan bencana yang tidak dapat diarahkan sesuai
standar mitigasi bencana yang sudah ada (contoh : seperti PULAU AMBON KOTA AMBON PUSAT KOTA AMBON
yang ada pada daerah tersebut. Kawasan Pusat Kota
rawan bencana lontaran gunungapi)
Ambon terdapat isu strategis kebencanaan yang terdiri
dari banjir, gempabumi, tsunami, dan gerakan tanah. 1. Sempadan Pantai dengan lebar 1. Sempadan Pantai dengan lebar 1. Sempadan Pantai dengan lebar
Bencana gempabumi menjadi prioritas atau diutamakan 100 meter sesuai RTRW 100 meter sesuai RTRW Kota 5-25 meter di pusat kota sesuai
dikarenakan terdapat sejarah kejadian yang masif dan Provinsi Maluku dan PERMEN- Ambon RTRW Kota Ambon
KP No. 21 Tahun 2018 tentang 2. KRB Tsunami 1: 25.000 2. KRB Tsunami 1: 25.000
menimbulkan adanya temuan struktur sesar aktif pada
Tata Cara Perhitungan Batas (PVMBG) (PVMBG)
September 2019, sehingga delineasi kejadiannya bencana 3. Sempadan Sungai dengan
Sempadan Pantai 3. Sempadan Sungai dengan lebar
banjir tersebut menjadi dasar dalam pertimbangan 2. KRB Tsunami 1: 25.000 3-10 meter sesuai RTRW Kota lebar 3-10 meter sesuai RTRW
perencanaan. Pada analisis ini menggunakan data bencana (PVMBG) Ambon Kota Ambon
dari berbagai sumber dan skala peta, sehingga dapat 3. Sempadan Sungai dengan 4. KRB Banjir Bandang 1:25.000 4. Pemodelan Banjir 1:5.000
tergambarkan secara luas perlakuan terhadap analisis lebar 50 meter sesuai (PVMBG) (Hasil Analisis Tim)
Zona Ruang Rawan Bencana (ZRB). ZRB merupakan hasil PERMEN-PU NO. 5. Zona Kerentanan Gerakan 5. Kerawanan Longsor 1:5.000
tumpang susun data kebencanaan kemudian diterapkan 28/PRT/M/2015 Tentang Tanah 1:50.000 (PVMGB) (Hasil Analisis Tim)
beberapa persyaratan untuk menjadikan salah satu Penetapan Garis Sempadan 6. Data terdampak bencana 6. Zona Kerentanan Gerakan
bencana menjadi bencana prioritas pada kawasan tertentu, Sungai dan Garis Sempadan historis (PVMBG) Tanah 1:50.000 (PVMGB)
Danau 7. Zona PatahanA k 1:250.000 7. Data terdampak bencana
beberapa persyaratan bencana tersebut sebagai bencana
4. Zona Kerentanan Gerakan (BNPB, BMKG & ITB) historis (PVMBG)
prioritas sehingga arahan pemanfaatan ruangnya dominan
Tanah 1:50.000 (PVMGB)
terhadap kebencanaan tersebut, berikut persyaratan 5. Data terdampak bencana
terkait hal tersebut. historis (PVMBG)
6. Zona Patahan Ak 1:250.000
(BNPB, BMKG & ITB)

123 124
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

ZONA RUANG RAWAN BENCANA ZONA RUANG RAWAN BENCANA


PETA ZRB PULAU AMBON (MAKRO) KEDETAILAN DATA

125 126
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

ISU STRATEGIS mengamanatkan sempadan pantai ditetapkan dengan


KONDISI EKSISTING
PENATAAN
kriteria berupa daratan sepanjang tepian laut dengan
jarak paling sedikit 100 meter dari titik pasang air KAWASAN SEMPADAN
laut tertinggi ke arah darat;
KAWASAN RAWAN • Pasal 41 ayat 2, Perda Kota Ambon No. 24 Tahun
2012 tentang RTRW Kota Ambon mengamanatkan
PANTAI

BENCANA sempadan pantai ditetapkan dengan kriteria

a. memiliki lebar 100 meter dari titik pasang tertinggi ke


• Pemanfaatan sempadan pantai pada Kawasan Pusat
Kota Ambon pada kondisi eksisting digunakan sebagai
KAWASAN SEMPADAN PANTAI arah darat pada kawasan yang belum berkembang di Kota pengembangan permukiman, bangunan pendidikan,
Ambon; dan bangunan kesehatan, bangunan peribadatan,
b. pada kawasan-kawasan yang sudah berkembang, lebar bangunan perkantoran dan perekonomian,
kawasan sempadan pantai adalah 5 sampai 25 meter dari
DASAR titik pasang tertinggi ke arah darat.
prasarana transportasi berupa pelabuhan dan
terminal bus, industri dan perdagangan, serta ruang
PERTIMBANGAN jalan dan jembatan;
• Selain areal terbangun, pada kawasan sempadan
Kawasan sempadan pantai pada Kawasan Pusat Kota pantai juga terdapat guna lahan non terbangun
• Dalam Permen ATR No. 1/2018 tentang Pedoman
Ambon ditetapkan dengan lebar 5 sampai 25 meter dari diantaranya hamparan pasir, semak belukar, kebun
Penyusunan RTRWP/K/K, ditetapkan upaya mitigasi
titik pasang tertinggi ke arah darat karena termasuk dalam campuran, dan ruang terbuka hijau;
tsunami melalui penetapan sempadan pantai yang
kawasan yang sudah berkembang • Masih terdapat kawasan terbangun yang sudah
mempertimbangkan bahaya dan risiko bencana
berkembang sebelum ditetapkannya Perda Kota
tsunami. Hal tersebut sejalan dengan Perpres
Ambon No. 24 Tahun 2012 yang berada pada
51/2016 tentang Batas Sempadan Pantai (BSP);
sempadan pantai kurang dari 5 meter.
• Pasal 24 ayat 1, PERMEN-KP No. 21 Tahun 2018
• Sehingga tipologi sempadan pantai terdapat 2 yakni
tentang Tata Cara Perhitungan Batas Sempadan
tipologi 1 (kawasan non bangunan) dan tipologi 2
Pantai bahwa dalam hal peta Risiko Bencana gempa,
(kawasan terbangun/keterlanjuran)
tsunami, atau badai mengamanatkan lebar Sempadan
Pantai ditentukan sejauh 100 m (seratus meter);
• Pasal 56 ayat 1, PP 26/2008 tentang RTRWN

127 128
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

ISU STRATEGIS Kegiatan pemanfaatan ruang sempadan pantai yang


terlanjur terbangun sebelum penetapan Perda RDTR dan
TIPOLOGI 2
PENATAAN tidak membangun kembali (tanpa kerusakan struktural) SEMPADAN PADA KAWASAN
KAWASAN RAWAN pasca bencana dilaksanakan dengan ketentuan meliputi: TERBANGUN (KETERLANJURAN)
BENCANA
KETERLANJURAN KAWASAN SEMPADAN PANTAI
a. Menyediakan akses publik menuju dan di sepanjang pantai
b. Melakukan proteksi dan adaptasi bangunan terhadap bencana
tsunami dan/atau konservasi pantai untuk mengembalikan
Ketentuan penggunaan lahan yang sudah ada dan tidak Batas Sempadan Pantai minimal 100 (seratus) meter yang
diperuntukkan sebagai kegiatan Ruang Terbuka Hijau publik
sesuai merupakan ketentuan yang memberikan kelonggaran
dan pengembangan struktur alami dan/atau struktur buatan
kepada Ketentuan penggunaan lahan yang sudah ada dan untuk mitigasi bencana pesisir; dan
tidak sesuai untuk menyesuaikan dengan ketentuan tertentu c. Menyediakan bangunan dengan struktur bertingkat minimal
untuk tetap mempertahankan fungsi dan kualitas ruang di atas 3 lantai yang sekaligus difungsikan sebagai Tempat
Evakuasi Sementara (TES) tsunami, atau bangunan TES sesuai
persyaratan yang berlaku, bila berjarak lebih dari 100 meter
dari perbukitan terdekat.

TIPOLOGI 1
SEMPADAN PADA
KAWASAN NON-
BANGUNAN

129 130
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

ISU STRATEGIS c. paling sedikit berjarak 30 meter dari tepi kiri dan kanan
KONDISI EKSISTING
PENATAAN
palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman
sungai lebih dari meter.
KAWASAN SEMPADAN
KAWASAN RAWAN • Pasal 6, Garis sempadan sungai kecil (dengan luas
daerah aliran sungai kurang dari atau sama dengan 500
SUNGAI

BENCANA
Km2) tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan
ditentukan paling sedikit 50 (lima puluh) meter • Pemanfaatan sempadan sungai di Kawasan Pusat
dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang Kota Ambon pada kondisi eksisting digunakan sebagai
KAWASAN SEMPADAN SUNGAI alur sungai pertimbangan pada skala makro (Pulau pengembangan permukiman, bangunan pendidikan,
Ambon) bangunan peribadatan, bangunan perkantoran dan
• Pasal 7, Garis sempadan sungai bertanggul di perekonomian, serta ruang jalan dan jembatan.;
DASAR dalam kawasan perkotaan ditetapkan paling sedikit • Selain areal terbangun, pada kawasan sempadan
berjarak 3 (tiga) meter dari tepi luar kaki tanggul pantai juga terdapat guna lahan non terbangun
PERTIMBANGAN sepanjang alur sungai diantaranya hamparan pasir, semak belukar, kebun
campuran, tegalan/ladang, hutan campuran, hutan
PERMEN-PU NO. 28/PRT/M/2015 Tentang Penetapan Pasal 41 ayat 3, Perda Kota Ambon No. 24 Tahun 2012 rimba, dan makam.
Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau tentang RTRW Kota Ambon mengamanatkan sempadan • Masih terdapat awasan terbangun yang sudah
mengamanatkan Garis sempadan sungai dengan kriteria sungai ditetapkan dengan kriteria berkembang sebelum ditetapkannya Perda Kota
sebagai berikut: Ambon No. 24 Tahun 2012 yang berada pada
a. untuk sungai bertanggul, di dalam kawasan perkotaan,
• Pasal 5, Garis sempadan sungai tidak bertanggul sempadan sungai kurang dari 3 meter sampai dengan
garis sempadannya sekurang-kurangnya 1 meter di sebelah
di dalam kawasan perkotaan ditetapkan dengan luar sepanjang kaki tanggul; 10 meter.
kriteria b. untuk sungai tidak bertanggul, di dalam kawasan perkotaan • Sehingga tipologi sempadan pantai pada Kawasan
sempadannya sekurang-kurangnya 3 meter dari tepi sungai; Pusat Kota Ambon terdapat 2 yakni tipologi 1
a. paling sedikit berjarak 10 meter dari tepi kiri dan kanan c. untuk sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, garis (kawasan non terbangun) dan tipologi 2 (kawasan
palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sempadannya sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di
sungai kurang dari atau sama dengan 3 meter;
terbangun/keterlanjuran)
sebelah luar sepanjang kaki tanggul; dan
b. paling sedikit berjarak 15 meter dari tepi kiri dan kanan d. untuk sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan
palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sepandan sungainya sekurang-kurangnya 10 meter dari
sungai lebih dari 3 meter sampai dengan 20 meter; dan tepi sungai.

131 132
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

ISU STRATEGIS Kegiatan pemanfaatan ruang sempadan sungai yang


terlanjur terbangun sebelum penetapan Perda RDTR dan
TIPOLOGI 2
PENATAAN tidak membangun kembali (tanpa kerusakan struktural) SEMPADAN PADA KAWASAN
KAWASAN RAWAN pasca bencana dilaksanakan dengan ketentuan meliputi: TERBANGUN (KETERLANJURAN)
BENCANA
KETERLANJURAN KAWASAN SEMPADAN SUNGAI
a. Menyediakan akses publik menuju dan di sepanjang DAS
Sungai
b. Melakukan proteksi dan adaptasi bangunan terhadap bencana
Ketentuan penggunaan lahan yang sudah ada dan tidak sungai dan/atau konservasi DAS untuk mengembalikan Batas
Sempadan Sungai sesuai ketentuan yang ditetapakn yang
sesuai merupakan ketentuan yang memberikan kelonggaran
diperuntukkan sebagai kegiatan Ruang Terbuka Hijau publik
kepada Ketentuan penggunaan lahan yang sudah ada dan dan pengembangan struktur alami dan/atau struktur buatan
tidak sesuai untuk menyesuaikan dengan ketentuan tertentu untuk mitigasi bencana banjir; dan
untuk tetap mempertahankan fungsi dan kualitas ruang. c. Menetapkan kegiatan yang dilarang dan kegiatan yang
diperbolehkan bersyarat, kemudian intensitas, konstruksi
bangunan atau rekayasa teknis, sarana dan prasarana minimal,
vegetasi, dan persyaratan lainnya, sesuai dengan tingkat
ancaman/kerawanan bencana pada zona bersangkutan

TIPOLOGI 1
SEMPADAN PADA
KAWASAN NON-
BANGUNAN

133 134
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

ISU STRATEGIS PENATAAN Terdapat 2 lokasi lahan yang telah disiapkan oleh
pemerintah daerah Kota Ambon sebagai bentuk
KAWASAN RAWAN BENCANA persiapan lokasi relokasi yang berada di Kawasan
KETERSEDIAAN LAHAN LOKASI RELOKASI Pusat Kota Ambon, yang diantaranya:

LOKASI 1
Lokasi 1 berada pada Zona Ruang Rawan Bencana
1 yang relatif aman dengan Kelerengan berubukit
yaitu 15-25%. Secara guna lahan eksisting, kawasan
ini merupakan semak belukar, hutan campuran
dan permukiman. Sedangkan berdasarkan rencana
pola ruang RTRW diarahkan subzona permukiman
kepadatan tinggi

LOKASI 2
Lokasi 2 berada pada Zona Ruang Rawan Bencana
3 yaiut dengan KRB banjir tinggi KRB longsor
sedang. Kelerengan berubukit hingga terjal yaitu
15-40%. Secara guna lahan eksisting, kawasan ini
merupakan semak belukar, hutan campuran dan
permukiman. Sedangkan berdasarkan rencana pola
ruang RTRW diarahkan subzona Ruang Terbuka
Hijau (RTH).

135 136
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

GERAKAN TANAH DAN GERAKAN TANAH DAN


LONGSOR LONGSOR
BANGUNAN POTENSI TERDAMPAK PADA ZRB 4 BANGUNAN POTENSI TERDAMPAK PADA ZRB 4

137 138
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

GERAKAN TANAH DAN EVALUASI RENCANA TATA RUANG


LONGSOR WILAYAH (RTRW) KOTA AMBON
BANGUNAN POTENSI TERDAMPAK PADA ZRB 4
Evaluasi dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota Ambon dilakukan untuk menilai Rencana Tata Ruang 6. Arahan pemanfaatan ruang terkait mitigasi bencana
berdasarkan perspektif mitigasi/Pengurangan Risiko 7. Ketentuan Umum/Peraturan Zonasi
Bencana (PRB). Evaluasi ini dilakukan pada aspek dan
komponen yang terdapat dalam dokumen RTRW. Penilaian
terhadap aspek dan komponen tersebut bertujuan utuk Kualifikasi nilai muatan RTRW dalam Peraturan Daerah
mendapatkan kesimpulan sejauh mana produk tata ruang Kota Ambon Nomor 24 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
dapat merespon risiko bencana, termasuk elemen dari Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ambon Tahun 2011-2031.
risiko bencana tersebut, yaitu meminimalisir bahaya dan Kemudian hasil dari penilaian tersebut diterjemahkan
kerentanan dan juga meningkatkan kapasitas. dalam bentuk evaluasi untuk mengetahui kekurangan dalam
Evaluasi ini juga dapat sebagai salah satu acuan untuk muatan RTRW dari aspek mitigasi bencana/PRB. Evaluasi
memberikan masukan terhadap rancangan perubahan RTRW Kota Ambon dilakukan pada Peraturan Daerah Kota
RTRW dari aspek mitigasi/PRB. Dalam evaluasi ini melihat Ambon Nomor 24 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
produk Rencana Tata Ruang dari tahapan ketersediaan data, Wilayah (RTRW) Kota Ambon Tahun 2011-2031.
pengolahan data, proses analisis, hingga menjadi produk Hasil penilaian tersebut juga dibuktikan dengan analisis
Rencana Tata Ruang. Adapun evaluasi pada aspek dan penampalan rencana pola ruang dan rencana struktur ruang
komponen dalam RTRW Kota Ambon, yaitu: pada KRB.

1. Data kebencanaan 1. Rencana Pola Ruang yang Berada pada KRB


2. Proses analisis Tsunami | Rencana pola ruang yang berada pada
3. Tujuan, kebijakan, dan strategi KRB III tsunami berada pada kawasan militer,
4. Rencana struktur ruang kawasan pantai berhutan bakau, kawasan pelabuhan,
5. Rencana pola ruang kawasan perkantoran, penyangga, perdagangan dan

139 140
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

Sedangkan hutan lindung juga mendominasi pada


jasa, permukiman kepadatan sedang, permukiman KRB gerakan tanah rendah. Selanjutnya untuk KRB
kepadatan sedang, permukiman kepadatan tinggi, gerakan tanah sangat rendah berada hanya berada
ruang terbuka hijau, ruang terbuka non-hijau, dan pada kawasan bandara, penyangga, permukiman
sempadan pantai. Kawasan dengan luasan terluas kepadatan sedang, dan pertanian.
pada KRB tsunami tinggi berada pada permukiman 3. Rencana Struktur yang Berada pada KRB | Sistem TUMPANG SUSUN POLA TUMPANG SUSUN POLA RUANG
kepadatan tinggi seluas 63,06 Ha. Kawasan perkotaan juga berada pada kerawanan multi
penyangga sebagai luasan terbesar pada KRB rendah. bencana. KRB gempa bumi tinggi berada di seluruh RUANG DAN KRB TSUNAMI DAN KRB GERAKAN TANAH
Sedangkan luasan terbesar pada KRB menengah wilayah pada Kota Ambon. Sedangkan untuk KRB KOTA AMBON KOTA AMBON
adalah rencana pola ruang kawasan perdagangan dan tsunami hanya terdapat pada Kecamatan Nusaniwe
jasa. Selanjutnya untuk KRB tinggi didominasi oleh tepatnya Negeri Amahusu memiliki sistem perkotaan
rencana pola ruang kawasan pantai berhutan bakau. sentra tersier dengan klasifikasi KRB menengah.
2. Rencana Pola Ruang yang Berada pada KRB Selanjutnya untuk KRB gerakan tanah menengah
Gerakan Tanah | Rencana pola ruang yang berada pada hanya terdapat pada Negeri Amahusu, Nusaniwe
KRB tinggi longsor atau gerakan tanah diantaranya dengan sistem perkotaan sentra tersier. Untuk KRB
agrowisata, hutan lindung, kawasan bandara, kawasan gerakan tanah rendah berada pada Negeri Leahari,
industri, kawasan militer, kawasan pantai berhutan Kecamatan Leitimur Selatan dengan sistem perkotaan
bakau, kawasan pelabuhan, kawasan penggalian, sentra tersier; Negeri Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe
kawasan perkantoran, kawasan wisata bahari, lamun, dengan sistem perkotaan sentra tersier; Kelurahan
pelayanan umum, penyangga, perdagangan dan Karang Panjang, Kecamatan Sirimau dengan sistem
jasa, permukiman kepadatan rendah, permukiman perkotaan sentra primer (pusat kota); Desa Wayame,
kepadatan sedang, permukiman kepadatan tinggi, Kecamatan Teluk Ambon dengan sistem perkotaan
pertanian, ruang terbuka hijau, ruang terbuka non sentra sekunder (sub pusat kota); serta Negeri Laha
hijau, sempadan pantai, dan terumbu karang. KRB dan Negeri Passo, Kecamatan Teluk Ambon Baguala
tinggi gerakan tanah tidak terdapat pada Kota dengan sistem perkotaan masing-masing sebagai
Ambon. Rencana pola ruang pada KRB gerakan tanah sentra tersier dan sentra sekunder (sub pusat kota).
menengah cukup mendominasi diantaranya adalah
hutan lindung dan permukiman kepadatan tinggi.

141 142
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

MASUKAN PENYEMPURNAAN
RTRW TERKAIT ASPEK BENCANA
TUMPANG SUSUN SISTEM TUMPANG SUSUN SISTEM Terdapat 5 (lima) pokok kesepakatan sebagai muatan mitigasi
PERKOTAAN DAN KRB PERKOTAAN DAN KRB GERAKAN bencana yang akan diintegrasikan dalam revisi RTRW • paling sedikit berjarak 5 (lima) meter - 25 (dua
Kota Ambon dan Penyusunan RDTR Kawasan Pusat Kota puluh lima) meter dari titik pasang tertinggi ke
TSUNAMI KOTA AMBON TANAH KOTA AMBON Ambon, yaitu sebagai berikut: arah darat pada kawasan yang sudah berkembang
di Kota Ambon;
• paling sedikit berjarak 25 (dua puiuh lima) meter
1. Zona Ruang Rawan Bencana {ZRB} akan menjadi - 100 (seratus meter dari titik pasang tertinggi ke
acuan bagi penataan ruang dan perencanaan arah darat pada kawasan yang belum berkembang
pembangunan berbasis mitigasi bencana di Kota di Kota Ambon.
Ambon;
2. Penetapan Kawasan Rawan Bencana (KRBI yang C. Batas Sempadan Sungai (BSS) yang
tingkat kerawanan dan probabilitas ancamann mempertimbangkan bahaya Banjir dengan ketentuan:
paling tinggi sebagai kawasan lindung atau kawasan
budidaya berfungsi lindung; • paling sedikit berjarak 3 (tiga) meter dar,i tepi
luar kaki tanggul untuk sungai bertanggul dalam
kawasan perkotaan;
A. Penetapan Kawasan Rawan Bencana Longsor Tinggi • paling sedikit berjarak 5 (lima) meter dari tepi
dan Sangat Tinggi didasarkan pada sejarah kejadian luar kaki tanggul untuk sungai bertanggul dalam
bencana yang dipetakan secara administratif; kawasan perkotaan;
B. Batas Sempadan Pantai (BSP) yang • paling sedikit berjarak 10 (sepuluh) meter dari
mempertimbangkan bahaya tsunami meliputi daratan tepi luar kaki tanggul untuk sungai bertanggul
sepanjang tepian pantai yang lebarnya berdasarkan dalam kawasan perkotaan.
kriteria sebagai berikut

143 144
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

tim dari Ditjen Tata Ruang, Ditjen Pengendalian


Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah, Dinas
Pada batas sempadan sungai (BSS) tidak diperbolehkan • pembangunan jetty dan sistem polder yang sungai;
PUPR Provinsi Maluku dan Kota Ambon, BWS Maluku
adanya kegiatan dan difungksikan untuk kawasan non dilengkapi dengan sistem pengendali; • pembangunan polder untuk menampung air
BAPPEDA Provinsi Maluku, BAPPELITBANGDA Kota
terbangun sesuai aturan dasar kawasan perlindungan • pemasangan buoys (early tsunami warning banjir dan kemudian mengalirkan air banjir pada
Ambon, BPBD Provinsi Maluku dan Kota Ambon, Dinas
setempat. system); dan saat memungkinkan dengan cara gravitasi atau
Lingkungan Hidup Provinsi Maluku, Dinas Lingkungan
• penyediaan sistem peringatan dini. menggunakan pompa;
Hidup dan Persampahan Kota Ambon, Dinas Pariwisata
3. Mengembangkan dan mengintegrasikan program • pembangunan prasarana penahan dan pemecah • pembangunan bendung dan sabodam di wilayah
dan Kebudayaan Kota Ambon, Dinas Perhubungan Kota
mitigasi struktural dan nonstruktural bencana melalui ombak di wilayah pesisir pantai; yang tepat di DAS untuk menurunkan debit air
Ambon telah teridentifikasi jalur evakuasi, TES, dan
perencanaan tata ruang; Untuk mengurangi bahya • pembangunan jetty dan sistem polder yang sungai;
TEA. Adapun untuk sistem evakuasi bencana khusus
dan risiko bencana di masa yang akan datang, akan dilengkapi dengan sistem pengendali; • pembangunan dan pemeliharaan jalan inspeksi
untuk masing-masing jenis bencana meliputi:
dikembangkan dan diintegrasikan infrastruktur mitigasi • pemasangan buoys (early tsunami warning sungai;
struktural dan non-struktural, yang lokasi dan alokasinya system); dan • peningkatan jalan inspeksi menjadi jalan
menjadi bagian dalam muatan (indikasi program) baik • penyediaan sistem peringatan dini. kolektor untuk menunjang konsep pembangunan
dalam revisi RTRW Kota Ambon dan RDTR Kawasan Waterfront City; A. Sistem evakuasi untuk seluruh jenis bencana mellputi
Pusat Kota Ambon yaitu: • pemanfaatan ruang di sempadan sungai sebagai jalur dan tempat evakuasi bencana, diantaranya:
C. pengembangan dan pembangunan sistem RTH dan pengendali banjir;
pengendalian banjir: • penyediaan daerah genangan untuk menampung • Tempat Evakuasi Sementara (TES) diperbolehkan
air banjir; dan bersayarat menggunakan menggunakan fasilitas
A. Rencana infrastruktur mitigasi bencana gerakan • pegembangan, peningkatan, dan pemeliharaan • penyediaan sistem peringatan dini. pelayanan umum atau mang terbuka (lapangan
tanah dan longsor: jaringan drainase utama, sekunder dan tersier olahraga dan taman) untuk menghindari bencana
pada PKL dan PPK; tertentu dengan waktu yang terbatas. Tempat
• pembangunan bangunan penahan longsor; • pembuatan terasering;
4. Menimbang dalam Perda No. 24 Tahun 2Ol2 tentang Evakuasi Sementara (TES) terdiri dari 131
• penyediaan sistem peringatan dini; dan • pembangunan check dam di badan sungai utama
RTRW Kota Ambon Tahun 2013-2033.belum memuat {seratus tiga puluh satu) ruang dimana berupa
• pelandaian atau penyesuaian tingkat kecuraman dan anak-anak sungai;
penetapan ruas jala.t utama yang difungsikan sebagai sarana pemerintahan, Kantor Camat, Kantor
• rehabilitasi situ; Desa, dan Kantor Desa Lurah; Balai Pertemuan;
jalur evakuasi bencana, Tempat Evakuasi Sementara
B. Rencana infrastruktur mitigasi bencana tsunami: • pembangunan tanggul banjir pada kawasan
(TES) dan Tempat Evakuasi Akhir (TEA), maka dalam serta Sarana Peribadatan berupa Masjid, Gereja,
berkembang di sepanjang sungai utama dan anak- Vihara yang terletak pada 41, kelurahan I negeri I
revisi RTRW akan mengintegrasikan sistem evakuasi
• pembangunan prasarana penahan dan pemecah anak sungai; desa di Kota Ambon.
bencana gerakan tanah, longsor, tsunami, dan banjir.
ombak di wilayah pesisir pantai; • normalisasi dan peningkatan kapasitas penampang • Tempat Evakuasi Akhir (TEA) diperbolehkan
Berdasarkan hasil analisis dan pemetaan bersama

145 146
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

revisi RTRW Kota Ambon dengan muatan lebih rinci,


serta akan diterapkan Peraturan Zonasi yang mengatur
menggunakan fasilitas pelayanan umum atau bangunan yang diperbolehkan bersyarat berada
pengendalian pemanfaatan ruang pada ZRB skala rinci
ruang terbuka (lapangan olahraga dan taman) pada batas sempadan pantai dan kawasan rawan
di Kawasan Pusat Kota Ambon
yang berada pada zona aman rawan multibencana. bencana III (rawan tinggi) tsunami. Tempat
Tempat Evakuasi Akhir (TEA) terdiri dari L9 evakuasi vertikal tsunami di Kota Ambon terdiri
(sembilan belas) ruarlg dimana berupa lahan dari 39 bangunan berupa Gereja, Masjid, Kantor
terbuka seperti lapangan dan stadion yang terletak Lurah, Kantor Desa, yang terletak pada wilayah
pada 9 kelurahanf negeri/desa di Kota Ambon. dengan KRB III Tsunami.
• Jalur evakuasi menuju TES dan TEA terdiri dari • Adapun kriteria dalam penentuan jalur evakuasi
2 ruas jalan nasional, 9 ruas jalan provinsi, dan 22 harus menjauhi sempadan pantai.
ruas jaian kota.

B. Sistem evakuasi bencana meliputi jalur dan tempat A. Sistem evakuasi bencana meliputi jalur dan tempat
evakuasi bencana gerakan tanah, diantaranya: evakuasi bencana banjir, diantaranya:

• Jalur evakuasi berupa jalur sekurang-kurangnya • Tempat Evakuasi Vertikal Banjir terdiri dari 8
dapat dilalui oleh pejalan kaki (pedestrian) menuju bangunan berupa Gereja, Masjid, dan Kantor
tempat evakuasi akhir; Lurah yang terletak pada wilayah dengan KRB
• Jalur evakuasi rnenuju tempat evakuasi terletak III Banjir diantaranya pada Kelurahan Ahusen,
di seluruh kecamatan; dan Kelurahan Uritetu, Negeri Batumerah, Kelurahan
• Tempat evakuasi berupa ruang terbuka dan/atau Kudamati, dan Kelurahan Urimessing.
fasilitas umum terdekat di seluruh kecamatan. • Adapun kriteria dalam penentuan jalur evakuasi
harus menjauhi sempadan sungai.
B. Sistem evakuasi bencana meliputi jalur dan tempat
evakuasi bencana tsunami, diantaranya: 5. Meningkatkan pengendalian pemanfaatan ruang di KRB
melalui peraturan zonasi dan implementasinya dalam
perizirian pembangunan. Dalam rangka mengurangi
• Tempat Evakuasi Vertikal Tsunami berupa risiko bencana di masa mendatang, maka akan diterapkan
ketentuan umum peraturan zonasi (KUPZ) KRB dalam

147 148
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

BAB 5 RDTR
KAWASAN PUSAT
KOTA AMBON UNTUK
MEWUJUDKAN
WATERFRONT CITY
YANG TANGGUH
BENCANA
149 150
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

TUJUAN PENATAAN RUANG 7. Pengembangan infrastruktur pada pariwisata pesisir


PRINSIP PENGEMBANGAN
KAWASAN
KAWASAN terpadu melalui konsep Waterfront City
8. Penyelenggaraan penataan ruang berbasis pada Kota
Layak Anak dan Ambon City Of Music
Tujuan penataan ruang Kawasan Pusar Kota Ambon dapat
diwujudkan melalui prinsip pencapaian tujuan BWP
Kawasan Pusat Kota Ambon, meliputi:
PERAN KHAWASAN ISU STRATEGIS
Kawasan Pusat Kota Ambon berperan sebagai Sentra Berdasarkan hasil analisis, terdapat kesimpulan beberapa isu- Dengan mempertimbangkan potensi dan permasalahan,
1. Pengembangan dan pemanfaatan wisata alam, wisata
Primer atau Kawasan Pusat Pelayanan Kota Ambon yang isu penataan ruang kawasan yang dihadapi. Isu-isu strategis isu-isu strategis penataan kawasan, serta peran dan fungsi
buatan, dan wisata budaya yang memiliki daya tarik
menunjang peran Kota Ambon dalam konstelasi PKN penataan ruang RDTR Kawasan Pusat Kota Ambon terdiri kawasan, maka Tujuan Penataan BWP Kawasan Pusat Kota
wisatawan dalam rangka peninggkatan perekonomian
Ambon di wilayah Timur Indonesia. dari: Ambon sebagai berikut:
setempat dengan memperhatikan daya dukung dan
kelestarian kawasan;
2. Penyediaan lingkungan perumahan perkotaan yang
FUNGSI KAWASAN 1. Mempunyai sejarah kejadian gempa bumi dan tsunami berkualitasn, aman, dan nyaman melalui pemenuhan
yang cukup banyak serta gempa bumi berulang pada layanan air bersih, pengelolaan persampahan, dan
semenjak 26 September 2019
MEWUJUDKAN KAWASAN PUSAT
1. Pusat fasilitas transportasi laut skala nasional pengolahan air limbah atau sanitasi yang layak;
2. Pusat fasilitas transportasi darat skala provinsi 2. Berada pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) KOTA AMBON SEBAGAI PUSAT
3. Penataan kawasan perkotaan berbasis pada prinsip
3. Pusat perdagangan dan jasa regional multibencana meliputi gempabumi, tsunami, banjir, PELAYANAN PERKOTAAN DENGAN pembangunan Waterfront City yaitu wajah kota
4. Pusat pelayanan pemerintahan provinsi dan kota dan gerakan tanah CITRA KOTA BERORIENTASI yang berorientasi ke arah perairan;
5. Pusat pelayanan pendidikan dasar hingga pendidikan 3. Kurang optimalnya pengendalian bencana banjir
PERAIRAN (WATERFRONT 4. Perwujudan dan pengembangan kota pelabuhan
tinggi skala regional Kota Ambon melalui sistem drainase perkotaan sebagai pusat pertumbuhan dan potensi wilayah;
6. Pusat pelayanan kesehatan skala kota 4. Pengembangan Kota Pelabuhan di Ambon sebagai CITY), YANG NYAMAN, AMAN,
5. Perwujudan kawasan strategis simpul transportasi
7. Pusat pelayanan olahraga skala kota pusat pertumbuhan dan potensi wilayah BERKELANJUTAN DAN TANGGUH nasional melalui pengembangan dan pemantapan
8. Potensi pariwisata alam dan budaya 5. Sistem jaringan transportasi darat maupun laut yang BENCANA, DIDUKUNG OLEH pelabuhan utama Yos Soedarso sesuai dengan
9. Perumahan perkotaan dengan kepadatan tinggi belum terintegrasi dengan baik PARIWISATA DAN SIMPUL kepentingan wilayah;
hingga rendah 6. Adanya lokasi permukiman kumuh di dalam kawasan 6. Penyediaan sarana dan prasarana kawasan sebagai
yang memerlukan jaringan prasarana permukiman
TRANSPORTASI NASIONAL
10. Konservasi cagar budaya pusat kegiatan untuk mendukung Kota Ambon sebagai
11. Konservasi sungai dan pantai memadai Kota Musik dan Kota Layak Anak serta pemenuhan

151 152
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

2. Keserasian dan keterpaduan fungsi kawasan TABEL PEMBAGIAN SUB BWP DAN BLOK
ruang terbuka hijau dan publik perkotaan; perkotaan KAWASAN PUSAT KOTA AMBON
7. 7. Perwujudan kawasan lindung sesuai dengan
daya dukung dan daya tampung lingkungan melalui Aspek morfologi kawasan perkotaan adalah
pembatasan pengembangan kegiatan budidaya penggunaan lahan saat ini, pola jaringan jalan,
terbangun pada kawasan rawan bencana, sempadan jenis bangunan, dan segala hal-hal yang sudah
pantai, sempdan sungai, dan mata air; direncanakan sebelumnya.
8. 8. Perwujudan penanggulangan bencana melalui
3. Jangkauan dan batasan pelayanan Kawasan
pengembangan infrastruktur berketahanan bencana
peningkatan kapasitas daerah dalam menghadapi Fungsi Pusat Kota Ambon sebagai sentra primer/
bencana. SWP I sesuai dengan arahan RTRW Kota Ambon
menjadi salah satu hal pertimbangan dalam aspek ini.

PEMBAGIAN SUB KRITERIA PEMBAGIAN BLOK

BWP DAN BLOK • Setiap blok mencerminkan satu kesatuan kegiatan


dan harus mempunyai batas-batas fisik yang tegas,
baik berupa jalan utama maupun kendala fisik yang
dapat mencerminkan satu kesatuan integral ruang
DASAR PERTIMBANGAN yang lebih kompak.
PEMBAGIAN SUB BWP • Dalam mewujudkan satu kesatuan kegiatan yang
serasi, maka setiap blok harus mencerminkan tingkat
homogenitas fungsional.
1. Morfologi kawasan perkotaan • Setiap blok sebagai gambaran mengungkapkan satu
Aspek morfologi kawasan perkotaan adalah penggunaan kesatuan kegiatan yang harus mampu menampilkan
lahan saat ini, pola jaringan jalan, jenis bangunan, dan kepribadiannya yang tercermin secara visual pada
segala hal-hal yang sudah direncanakan sebelumnya. perwajahan wilayahnya.

153 154
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

PEMBAGIAN SUB BWP DAN BLOK PETA PEMBAGIAN BLOK


PETA PEMBAGIAN SUB BWP

Perwujudan Citra Kawasan Gerbang Masuk


Pusat Kota Ambon melalui Pengembangan Penataan Kawasan Pemukiman
Konsep “Waterfront City” melalui Pengendalian
Pembangunan

7 SUB BWP
200 BLOK
Perwujudan Kota Pelabuhan melalui
Pengembangan Pusat Transportasi,
Pelayanan Umum, dan Koridor
Perdagangan dan Jasa

Pengembangan Transit Oriented


Development Mardika (Terminal serta
Pusat Perdagangan) dan Olahraga

Perwujudan Kawasan Tangguh Banjir


dan Perlindungan Kawasan Sempadan
Sungai

Pengembagan Koridor Pelayanan Umum,


Pariwisata, serta Perdagangan dan Jasa
Pengembangan Kawasan
Pariwisata Alam Pesisir dan
Pariwisata Budaya

155 156
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

RENCANA STRUKTUR RUANG PETA RENCANA PENGEMBANGAN PUSAT


PETA RENCANA STRUKTUR RUANG PELAYANAN

157 158
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

RENCANA PENGEMBANGAN PUSAT 1. Pusat Lingkungan (PL) Skala Kecamatan


Pusat Lingkungan (PL) Skala Kecamatan di Kawasan Pusat 9. Kelurahan Nusaniwe berada di Blok F.16;

PELAYANAN Kota Ambon meliputi: 10. Kelurahan Benteng berada di Blok F.6; dan
11. Negeri Batumerah berada di Blok G.20.

1. PL Skala Kecamatan di Kecamatan Nusaniwe terdapat


PUSAT PELAYANAN KOTA (PPK) SUB PUSAT PELAYANAN KOTA di Kelurahan Wainitu pada Blok B.8 memiliki

Pusat Pelayanan Kota (PPK) Kawasan Pusat Kota Ambon


(SPPK) fungsi perdagangan dan jasa skala kecamatan, pusat
pendidikan serta pariwisata alam; dan
berada di Kelurahan Uritetu, Kelurahan Honipopu, dan 2. PL Skala Kecamatan di Kecamatan Sirimau terdapat
Kelurahan Ahusen berada di Blok A.9 sebagai pusat Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK) Kawasan Pusat Kota
di Negeri Batumerah pada Blok D.33 memiliki fungsi
pertumbuhan utama dengan skala pelayanan kota dan Ambon meliputi:
pusat permukiman, perdagangan dan jasa skala
regional. Fungsi PPK adalah sebagai berikut: kecamatan.

1. SPPK di Kelurahan Seilale berada di Blok B.11


memiliki fungsi pelayanan perdagangan dan jasa skala
1. Pusat pemerintahan dan perkantoran skala kota dan 2. Pusat Lingkungan (PL) Skala Kelurahan
BWP, pendidikan, dan perumahan kepadatan tinggi
regional
2. SPKK di Kelurahan Karang Panjang berada di Blok Pusat Lingkungan (PL) Skala Kelurahan di Kawasan Pusat
2. Pusat kawasan bisnis kota berupa sarana perdagangan
E.1 memiliki fungsi pemerintahan dan perkantoran Kota Ambon meliputi:
dan jasa skala kota dan regional
skala kota
3. Pusat pelayanan transportasi laut skala kota dan
3. SPPK di Kelurahan Amantelu berada di Blok C.1
regional
memiliki fungsi pelayanan olahraga dan ruang terbuka 1. Kelurahan Kuda Mati berada di Blok B.25;
4. Pusat pengembangan ruang publik dan lapangan
skala BWP dan cagar budaya 2. Kelurahan Mangga Dua berada di Blok B.18;
olahraga skala kota.
4. SPPK di Negeri Hative Kecil berada di Blok D.44 3. Kelurahan Urimessing berada di Blok B.15;
memiliki fungsi pusat kesehatan, perdagangan dan 4. Kelurahan Rijali berada di Blok C.2;
jasa, serta pariwisata budaya. 5. Kelurahan Waihoka berada di Blok C.24;
6. Desa Galala berada di Blok D.4;
7. Kelurahan Pandan Kasturi berada di Blok D.43;
8. Kelurahan Batu Gajah berada di Blok E.6;

159 160
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

RENCANA JARINGAN
PETA RENCANA JARINGAN TRANSPORTASI
TRANSPORTASI
Rencana jaringan transportasi di Kawasan Pusat Kota
Ambon meliputi jaringan transportasi darat dan transportasi 1. Pembangunan jalur pejalan kaki baru.
laut, sebagai berikut: 2. Revitalisasi dan peningkatan jalur pejalan kaki.
3. Pengembangan skywalk interkoneksi pada terminal
A. JARINGAN JALAN dan parkir off-street terpusat (pusat bisnis).
4. Pembangunan Plaza yang berorientasi pada tepian
Rencana jaringan jalan di Kawasan Pusat Kota Ambon Teluk Ambon;
terdiri atas: 5. Pengembangan jalur pejalan kaki (pedestrian bridge)
wisata pada pesisir teluk ambon.
6. Pengadaan fasilitas sebidang (zebra cross) tematik di
1. Jalan arteri primer (JAP) seluruh BWP.
2. Jalan arteri sekunder (JAS) 7. Pengadaan pelican crossing ramah anak.
3. Jalan kolektor primer (JKP) 8. Penyediaan fasilitas pendukung disabilitas di
4. Jalan kolektor sekunder (JKS) sepanjang jalur pedestrian.
5. Jalan lokal primer (JLP) 9. Pengembangan sarana pelengkap jalur pejalan kaki.
6. Jalan lokas sekunder (JLS)
7. Jalan lingkungan primer (Jling-p)
8. Jalan lingkungan sekunder (Jling-s)
C. JALUR SEPEDA
B. JALUR PEJALAN KAKI Rencana jalur sepeda di Kawasan Pusat Kota Ambon
diarahkan pada seluruh BWP dimana dipadukan dengan
Rencana pengembangan jalur pejalan kaki yang terdapat di rencana pengembangan jalur pejalan kaki dimana dapat
BWP terdiri atas: dipisah secara fisik dari badan jalan maupun berada pada

161 162
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

badan jalan dengan pemisah berupa marka jalan atau F. JARINGAN PERGERAKAN PETA RENCANA JARINGAN
warna jalan yang berbeda untuk meningkatkan keselamatan
pesepeda. LAINNYA ENERGI

D. PELABUHAN LAUT
1. Halte, Rencana penyediaan halte sebagai titik
pemberhentian penumpang sejumlah 145 unit yang
1. Pelabuhan Utama meliputi pelabuhan Yos Sudarso terdapat di seluruh sub BWP.
dan pelabuhan Slamet Riyadi di Sub BWP A pada 2. Terminal Penumpang, Terminal Tipe B yakni
Blok A.1. Terminal Mardika terdapat di Sub BWP C meliputi
2. Pelabuhan Pengumpan Blok C-2 berfugsi untuk melayani angkutan perkotaan
• Pelabuhan pengumpan lokal Batumerah (Enrico) di Sub dan perdesaan di dalam Provinsi Maluku
BWP A pada Blok A.1 3. Jalan Masuk dan Keluar Terminal Penumpang
• Pelabuhan pengumpan lokal Gudang Arang Siwabessy di
• Ruas jalan Pantai Mardika – jalan Pantai Batumerah pada
Sub BWP F pada F.1
Sub BWP C pada Blok C.1 dan Blok C.2.
• Ruas jalan Pantai Mardika – jalan Ruko Batu Merah pada
Sub BWP C pada Blok C.1 dan Blok C.2.
E. ALUR-PELAYARAN DI LAUT • Jalan Mardika I pada Sub BWP C pada Blok C.2 dan Blok
C.5.

Alur-pelayaran di laut yang ada di Kawasan Pusat Kota 4. Sistem perparkiran terdiri dari parkir on-street dan
Ambon merupakan alur-pelayaran masuk pelabuhan. parkir off street berupa pembangunan bangunan
parkir off street terpusat di Sub BWP Blok A-2
sebanyak 2 (dua) unit untuk mendukung sistem park
1. Alur-pelayaran nasional meliputi alur-pelayaran and ride pada core zone TOD (Transit Oriented
Ambon-Banda, Ambon-Kupang, Ambon-Bau-Bau/ Development) Mardika.
Makassar, dan Namlea-Ambon.
2. Alur-pelayaran regional meliputi alur-pelayaran
Ambon-Namrole, Ambon-Wulur/Bebar, Ambon-
Moa/Kaiwatu, dan Ambon-Bula.

163 164
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

RENCANA 1. Gardu induk (GI) Sirimau dilakukan peningkatan


E. SARANA PENGOLAHAN
HASIL PEMBAKARAN
JARINGAN ENERGI tegangan menjadi 150 kV.
2. Pemeliharaan gardu distribusi eksisting di Sub BWP Sarana pengelohan hasil pembakaran milik PT. Pertamina
G pada Blok G.32. (Persero) terletak di Sub BWP F pada Blok F.3.
3. Pembangunan gardu distribusi.
A. JARINGAN TRANSMISI
1. Jalan arteri primer (JAP)
1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 2. Jalan arteri sekunder (JAS)
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) sepanjang C. PEMBANGKIT LISTRIK 3. Jalan kolektor primer (JKP)
84.350,15 meter terdapat di Sub BWP A, Sub BWP B, Sub
BWP C, Sub BWP D, Sub BWP E, Sub BWP F, dan Sub TENAGA DIESEL (PLTD) 4.
5.
Jalan kolektor sekunder (JKS)
Jalan lokal primer (JLP)
BWP G. 6. Jalan lokas sekunder (JLS)
Pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) terdapat di PLTD
Hative Kecil pada Blok D.2 diarahkan untuk ditingkatkan 7. Jalan lingkungan primer (Jling-p)
2. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) 8. Jalan lingkungan sekunder (Jling-s)
kapasitasnya menjadi 21,5 MW dan daya mampu 2,5 MW
Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) sepanjang
serta PLTD Wika Galala pada Blok D.1.
88.006,71 meter terdapat di Sub BWP A, Sub BWP B,
Sub BWP C, Sub BWP D, Sub BWP E, Sub BWP F, dan
Sub BWP G. D. PEMBANGKIT LISTRIK F. SARANA PENYIMPANAN
3. Kabel bawah tanah TENAGA SURYA (PLTS) BAHAN BAKAR
Kabel bawah tanah sepanjang 27.004,26 meter terdapat
Sub BWP A, Sub BWP C, Sub BWP D, dan Sub BWP E. Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebagaimana
Rencana pengembangan jalur pejalan kaki yang terdapat di
dimaksudkan pada ayat (1) huruf f, terdapat di Terminal
BWP terdiri atas:
Mardika pada Blok C-2 dan Taman Pattimura pada Blok A-8
B. GARDU INDUK diarahkan dengan besar daya 10 MW menggunakan sistem
on-grid tersebar berupa solar PV Rooftop.
Rencana pengembangan gardui induk terdiri atas:

165 166
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

RENCANA B. JARINGAN BERGERAK


TERRESTRIAL
PETA RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI
JARINGAN Jaringan bergerak terrestrial meliputi stasiun transmisi

TELEKOMUNIKASI (sistem televisi) terdapat pada Sub BWP C di Blok C.21.

C. JARINGAN BERGERAK
A. JARINGAN TETAP SELULER
1. Jaringan Telepon Fixed Line
Jaringan telepon fixed line adalah sepanjang 51.853,64 1. Menara telekomunikasi Base Transceiver Station
meter dengan pengembangan baru sepanjang 17.759,85 (BTS) eksisting terdapat di Blok B.20, Blok B.25,
meter yang terdapat di Sub BWP A, Sub BWP B, Sub Blok C.12, Blok C.17, Blok C.19, Blok D.31, Blok
BWP C, Sub BWP D, Sub BWP E, dan Sub BWP G. D.33, Blok D.43, Blok D.48, Blok E.6, Blok E.7, Blok
F.12, Blok F.18, Blok F.3, Blok G.21;
2. Jaringan Serat Optik 2. Infrastruktur nirkabel berupa lokasi menara
Jaringan serat optik adalah sepanjang 23.518,74 meter telekomunikasi Base Transceiver Station (BTS);
dengan pengembangan baru sepanjang 15.862,37 meter 3. Base Transceiver Station (BTS) terpadu (Mobile
yang terdapat di Sub BWP A, Sub BWP B, Sub BWP C,
Virtual Network Operation/MVNO);
Sub BWP D, dan Sub BWP F.
4. Menara Base Transceiver Station (BTS) baru pada
kawasan yang tidak terlayani jaringan; dan
3. Kotak Pembagi
5. Sistem wireless sebagai bentuk pengembangan
Kotak Pembagi yang terdapat di Sub BWP B pada Blok
B.8. jaringan komunikasi dengan konsep Ambon Cyber
City.
4. Stasiun Telepon Otomat
Stasiun Telepon Otomat (STO) yang terdapat di Sub
BWP A pada Blok A.19.

167 168
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

D. JARINGAN BERGERAK
SATELIT
RENCANA
Jaringan bergerak satelit meliputi stasiun bumi terdapat di
JARINGAN
Sub BWP E pada Blok E.4.
SUMBER DAYA
AIR
PETA RENCANA
JARINGAN SUMBER
A. BANGUNAN SUMBER DAYA
DAYA AIR
AIR
Bangunan sumber daya air meliputi bendungan terdapat
di Sub BWP C pada Blok C.22 diarahkan untuk adanya
perbaikan konstruksi, pemeliharaan, dan pengawasan

B. SISTEM PENGENDALIAN
BANJIR
1. Sistem pengendalian banjir meliputi bangunan
pengendali banjir berupa check DAM sebagai pengendali
sedimentasi terdapat di Sub BWP C pada Blok C.24,
yang diarahkan untuk adanya pemeliharaan dan
pengembangan pada seluruh wilayah DAS di Kawasan
Pusat Kota Ambon.
2. Pembangunan pengendali infrastruktur pengendali
banjir/pintu air di Wai Batu Gantung, Wai Batu Gajah,
Wai Batu Merah, dan Wai Ruhu, dan Wai Tomu.
169 170
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

RENCANA • Pemeliharaan jaringan pipa distribusi yang terdapat


PETA RENCANA JARINGAN AIR MINUM
JARINGAN AIR •
di seluruh BWP; dan
Pengembangan sistem perpipaan distribusi terdapat

MINUM
di Blok G.2, Blok G.3, Blok G.4, Blok G.5, Blok G-7,
Blok G-8, Blok G.9, Blok G.10, Blok G.11, Blok G.34,
Blok G.35, Blok C.21, Blok C.24, Blok F.14, dan Blok
F.15.
A. JARINGAN PERPIPAAN
Bangunan sumber daya air meliputi bendungan terdapat
di Sub BWP C pada Blok C.22 diarahkan untuk adanya B. BUKAN JARINGAN
perbaikan konstruksi, pemeliharaan, dan pengawasan PERPIPAAN
1. Instalasi Produksi 1. Bangunan Penangkap Mata Air
Instalasi produksi terdapat di reservoir Wainitu pada Blok Bangunan penangkap mata air terdapat di Wainitu pada
B.20, reservoir Karpan I pada Blok C.20, Reservoir Karpan Blok B.25, Batu Gajah pada Blok E.8, dan Gunung Nona
II pada Blok C.20, Reservoir Kebun Cengkeh pada Blok pada Blok F.15.
D.24, dan reservoir Batu Gajah pada Blok E.8.

2. Bangunan Penunjang SPAM • Penambahan kapasitas PDAM pada Mata Air Batu
Bangunan penunjang SPAM terdapat di Blok D.24. Gajah sebesar 25 L/det di Blok E-8 dan Mata Air
Wainitu sebesar 60 L/det di Blok B.25; dan
3. Pipa Unit Distribusi • Penambahan kapasitas air PT. DSA pada Mata Air
Pipa unit distribusi sepanjang 205.729,48 meter terdapat Besar sebesar 20 L/det dan Mata Air Panas sebesar
di Sub BWP A, Sub BWP B, Sub BWP C, Sub BWP D, 20 L/det.
Sub BWP E, Sub BWP F, dan Sub BWP G.

171 172
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

2. Sumur Pompa
Sumur pompa terdapat di Blok A.19, Blok B.15, Blok B.21,
Blok C.8, Blok C.8, Blok D.12, Blok E.4, dan Blok F.23.
PETA RENCANA JARINGAN DRAINASE
2. Bangunan Penunjang SPAM
Bangunan penunjang SPAM terdapat di Blok D.24.

3. Biopori
Pengembangan cadangan air tanah melalui pembuatan
lubang resapan biopori dan/atau sumur resapan terutama
pada kawasan permukiman Sub BWP G.

173 174
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

RENCANA • Pemeliharaan jaringan pipa distribusi yang terdapat lingkungan untuk memperbesar kapasitas penyerapan
D. SALURAN DRAINASE LOKAL

JARINGAN di seluruh BWP; dan air namun tetap mengurangi limpasan air dengan Saluran drainase lokal sepanjang 86.825,81 meter terdapat
• Pengembangan sistem perpipaan distribusi terdapat rooftop garden, rain garden, rain water harvesting di Sub BWP A, Sub BWP B, Sub BWP C, Sub BWP D, Sub

DRAINASE
di Blok G.2, Blok G.3, Blok G.4, Blok G.5, Blok G-7, (pemanenan air hujan), dan/atau sumur resapan. BWP E, Sub BWP F, dan Sub BWP G, meliputi:
Blok G-8, Blok G.9, Blok G.10, Blok G.11, Blok G.34,
Blok G.35, Blok C.21, Blok C.24, Blok F.14, dan Blok
• peningkatan kapasitas dan normalisasi saluran
F.15. C. SALURAN DRAINASE TERSIER drainase sekunder;
A. SALURAN DRAINASE PRIMER Saluran drainase tersier sepanjang 53.809,07 meter terdapat • penambahan bangunan pelengkap pada saluran
di Sub BWP A, Sub BWP B, Sub BWP C, Sub BWP D, Sub drainase sekunder berupa street inlets, catch basin,
Saluran drainase primer terdapat di Wai Tomu, Wai Batu
Gajah, Wai Batu Gantung, Wai Batumerah; dan Wai Ruhu, B. SALURAN DRAINASE BWP E, Sub BWP F, dan Sub BWP G, meliputi: dan/atau bak kontrol; dan
• pengembangan sistem drainase berwawasan
meliputi: SEKUNDER lingkungan untuk memperbesar kapasitas penyerapan
• peningkatan kapasitas dan normalisasi saluran air namun tetap mengurangi limpasan air dengan
• Penertiban sempadan sungai; Saluran drainase sekunder sepanjang 64.174,24 meter drainase tersier; rooftop garden, rain garden, rain water harvesting
• Peningkatan kapasitas sungai melalui normalisasi terdapat di Sub BWP A, Sub BWP B, Sub BWP C, Sub • penambahan bangunan pelengkap pada saluran (pemanenan air hujan), dan/atau sumur resapan.
alur sungai; BWP D, Sub BWP E, Sub BWP F, dan Sub BWP G, drainase tersier berupa street inlets, catch basin,
• Penyediaan jalan inspeksi pada tepi sungai yang meliputi: dan/atau bak kontrol;
berfungsi sebagai akses dalam pengelolaan sungai • pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan air
sekaligus sebagai pembatas sempadan sungai; limbah; dan
• Pengelolaan kali bersih melalui upaya membuat • peningkatan kapasitas dan normalisasi saluran • pengembangan sistem limpasan air hujan berwawasan
orientasi bangunan menghadap sungai (river drainase sekunder; lingkungan untuk memperbesar kapasitas penyerapan
front development) dengan maksud untuk • penambahan bangunan pelengkap pada saluran air namun tetap mengurangi limpasan air dengan
mengkampanyekan bahwa sungai merupakan bagian drainase sekunder berupa street inlets, catch basin, rooftop garden, rain garden, rain water harvesting
dari permukiman yang perlu dijaga kelesariannya; dan/atau bak kontrol; (pemanenan air hujan), dan/atau sumur resapan.
dan • pemisahan antara jaringan limpasan air hujan dan
• Peremajaan saluran pada sistem drainase primer. jaringan air limbah;
• pengembangan sistem drainase berwawasan

175 176
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

RENCANA
E, Sub BWP F, dan Sub BWP G.

JARINGAN
2. Pipa Induk
PETA RENCANA JARINGAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH
Pipa induk sepanjang 64.233,03 meterterdapat di Sub
BWP A, Sub BWP B, Sub BWP C, Sub BWP D, Sub
PENGELOLAAN BWP E, Sub BWP F, dan Sub BWP G.

AIR LIMBAH 3. Bak Perangkan Lemak dan Minyak dari Dapur


Bak perangkap lemak dan minyak dari dapur pada setiap
bangunan dengan kegiatan rumah makan dan/atau
restoran yang terdapat di seluruh Sub BWP.
A. SISTEM PENGELOLAAN AIR
LIMBAH DOMESTIK SETEMPAT 4. Bak Kontrol
Bak kontrol pada setiap pipa induk yang terdapat di Sub
1. Subsistem Pengelolaan Lumpur Tinja BWP A, Sub BWP B, Sub BWP C, Sub BWP D, Sub
Subsistem pengolahan lumpur tinja terdapat di Blok G.1. BWP E, Sub BWP F, dan Sub BWP G.

2. Subsistem Pengelolaan Setempat 5. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Kawasan


Subsistem pengolahan setempat berupa pengembangan Instalasi Pengelolahan Air Limbah (IPAL) kawasan
sanitasi komunal pada permukiman kepadatan tinggi tertentu/permukiman dengan sistem biofillter terdapat
dengan metode pengeolahan sistem sanita (sistem sanitasi di Blok A.11, Blok A.12, Blok A.19, Blok B.3, Blok B.6,
taman) terdapat di Blok B.2, Blok B.5, Blok B.19, Blok Blok B.10, Blok B.19, Blok B.21, Blok B.25, Blok C.7,
C.20, Blok D.36, Blok E.2, dan Blok F.4. Blok C.14, Blok C.20, Blok C.21, Blok D.12, Blok D.16,
Blok D.37, Blok E.5, Blok E.8, Blok E.11, Blok F.25, dan
Blok G.36.
B. SISTEM PENGELOLAAN AIR
LIMBAH
1. Pipa Persil
Pipa persil sepanjang 147.457,85 meter terdapat di Sub
BWP A, Sub BWP B, Sub BWP C, Sub BWP D, Sub BWP

177 178
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

C. SISTEM PENGELOLAAN
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA PETA RENCANA JARINGAN PERSAMPAHAN
DAN BERACUN (B3)
Sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun
(B3) berupa rencana pembangunan IPAL B3 pada sarana
kesehatan (rumah sakit, klinik, dan puskesmas), kawasan
peruntukan industri, serta pusat perbelanjaan diantaranya
terletak pada Blok A.2, Blok A.5, Blok A.14, Blok B.3, Blok
B.11, Blok C.3, Blok C.15, Blok C.23, Blok D.1, Blok D.14,
Blok D.31, Blok D.43, Blok D.44, Blok E.1, Blok E.11, Blok
E.6, Blok F.2, Blok F.3, Blok F.10, Blok F.11, Blok F.20, Blok
G.30, Blok G.31, dan Blok G.41.3.

179 180
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

RENCANA B. SISTEM PENGELOLAAN


SAMPAH TERPADU
JARINGAN PETA RENCANA SISTEM JARINGAN EVAKUASI BENCANA

PERSAMPAHAN • Pengembangan fasilitas pengelolaan sampah (FPS/


TPA) stasiun peralihan antara (SPA).
• Peningkatan kualitas dan kuantitas pengembangan
A. SISTEM PENGELOLAAN sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah.
SAMPAH SECARA INDIVIDU • Peningkatan kemampuan manajemen pengangkutan
dan pemindahan sampah.
Sistem pengelolaan sampah secara individu dilaksanakan • Tempat Pembuangan Sampah Reduce-Reuse-Recycle
dengan menerapkan konsep reduce, recycle dan reuse (3R), (TPS 3R) terdiri dari 21 (duapuluh satu) unit yang
meliputi: terdapat di Blok A.3, Blok A.9, Blok A.12, Blok B.7,
Blok B.10, Blok B.11, Blok B.18, Blok B.22, Blok C.8,
Blok C.18, Blok C.21, Blok C.24, Blok D.1, Blok D.8,
• Pembatasan timbulan sampah (reduce), pendauran Blok D.43, Blok E.4, Blok E.8, Blok E.10, Blok F.12,
ulang sampah (recycle); dan pemanfaatan kembali Blok F.15, dan Blok G.41.
sampah (reuse).
• Penyediaan tempat pewadahan, pemilahan/
pengolahan, dan/atau pemrosesan akhir sampah
individual.
• Penyediaan tempat pewadahan, pemilahan/
pengolahan, dan/atau pemrosesan akhir sampah
komunal.
• Sosialisasi mengenai manfaat dari pengurangan di
sumber, pemilahan sampah, dan pengomposan serta
daur Ulang sampah anorganik sangat diperlukan

181 182
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

RENCANA SISTEM RENCANA POLA


jalan Sultan Hasanuddin, jalan Sultan Khairun, jalan Tanah
Rata II, jalan Teratai, jalan Tulukabessy, jalan Tulukabessy

JARINGAN RUANG
I-IV, jalan W. R. Supratman, jalan Yos Sudarso, lorong Aspal
Kp. Tomia, lorong Depan Kebun Cengkeh, lorong Gosepa,

EVAKUASI
lorong Mangga, lorong Perum Perikani, lorong Sekawan
dan lorong Silale
Rencana pola ruang pada RDTR Kawasan Pusat Kota DIAGRAM PERSENTASE LUAS
BENCANA B. TEMPAT EVAKUASI Ambon merupakan rencana distribusi zona peruntukan ke
dalam setiap blok di dalam masing-masing Sub BWP yang RENCANA POLA RUANG
A. JALUR EVAKUASI
1. Meeting Point
Meeting point di Kawasan Pusat Kota Ambon terdiri dari 3
telah dilakukan pembagian sebelumnya. Peta pola ruang
juga berfungsi sebagai zoning map bagi Peraturan Zonasi.
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON
unit yang terdapat di Blok A.11, Blok D.16, dan Blok F.16. Rencana pembagian zona peruntukan Kawasan Pusat Kota
Rencana jalur evakuasi di Kawasan Pusat Kota Ambon
memiliki panjang 14,49 Km yang terdapat di gang Kavaleri, Ambon merupakan penjabaran lebih rinci dari rencana pola
2. Tempat Evakuasi Sementara (TES) ruang yang tertuang di dalam RTRW Kota Ambon.
gang Kesatrian, gang Sadis, galan A. Y. Patty, jalan A.M.
Tempat Evakuasi Sementara (TES) di Kawasan Pusat
Sangaji, jalan Arsu, jalan Baru, jalan Batugantung Ganemo,
Kota Ambon terdiri dari 98 unit yang terdapat di Blok Rencana pembagian zona peruntukan Kawasan Pusat Kota
jalan Bentas, jalan Christina Martha Tiahahu, jalan Cut Nyak
A.2, Blok A.9, Blok A.10, Blok A.11, Blok A.14, Blok Ambon terdiri dari zona lindung dan zona budi daya. Luas
Dien, jalan D. I. Panjaitan, jalan Dalam Desa Galala, jalan A.17, Blok B2, Blok B.8, Blok B.15, Blok B.17, Blok B.19,
Dalam Desa Hative Kecil, jalan Damar, jalan Diponegoro, zona lindung 577,44 Ha (27,85%) dan luas zona budi daya
Blok B.24, Blok C.2, Blok C.11, Blok C.12, Blok D.22, sebesar 1.496,10 Ha (72,15%) dari seluruh luas kawasan.
jalan Dr. J. B. Sitanala, jalan Dr. Kayadoe, jalan Dr. Siwabessy, Blok D.24, Blok D.27, Blok D.29, Blok D.32, Blok D.36,
jalan Dr. Sutomo, jalan Gaja, jalan Gajah Bentas Ambon, Blok D.38, Blok D.39, Blok D.40 Blok D.44, Blok E.1,
jalan Gudang Arang, jalan Gunung Nonaa, jalan Jendral Blok E.2, Blok E.6, Blok E.12, Blok F.6, Blok F.7, Blok
Sudirman, jalan Kapitan Yongker, jalan Kenanga, jalan F.9, Blok F.10, Blok F.11, Blok F.18, Blok F.25, Blok F.26,
Kesatrian, jalan Kp. Jawa, jalan Lola, jalan Mardika I, jalan Blok F.27, Blok G1, Blok G.13, Blok G.19, Blok G.22,
Mardika II, jalan Mardika III, jalan O.T. Pattimaipauw, jalan Blok G.23, Blok G.26, dan Blok G.29.
Pala, jalan Pandan Kasturi II, jalan Pandan Kasturi III, jalan
Pantai Mardika, jalan Pattimura, jalan PDAM Kesatrian, 2. Tempat Evakuasi Sementara (TES)
jalan Pelabuhan Ambon, jalan Pemuda, jalan Permi, jalan Tempat Evakuasi Akhir (TEA) di Kawasan Pusat Kota
PT. Dok dan Perkapalan Waiame Ambon, jalan RA Kartini, Ambon terdiri dari 12 unit yang terdapat di Blok B.22,
jalan Rijali, jalan Rurehe/Jalan THR, jalan Said Perintah, C.17, Blok C.18, Blok D.33, Blok F.12, Blok F.25, Blok
jalan Slamet Riyadi, jalan Soa Bali, jalan Sultan Babullah, G.1, Blok G.2, dan Blok G.4.

183 184
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

PETA RENCANA POLA RUANG (ZONA LINDUNG) TABEL LUAS ZONA LINDUNG KAWASAN PUSAT KOTA AMBON

RENCANA ZONA
LINDUNG
185 186
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

PETA RENCANA POLA RUANG (ZONA BUDI DAYA) TABEL LUAS ZONA BUDI DAYA KAWASAN PUSAT KOTA AMBON

RENCANA ZONA
BUDIDAYA
DIAGRAM PERSENTASE LUAS
ZONA BUDI DAYA KAWASAN
PUSAT KOTA AMBON

187 188
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

PETA PENETAPAN SUB BWP YANG DPIRIORITASKAN


PENANGANANNYA PENETAPAN SUB BWP YANG
DIPRIORITASKAN PENANGANANNYA
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya • Pada SUB BWP A terdapat prasarana transportasi laut
bertujuan untuk mengembangkan, melestarikan, berupa Pelabuhan Utama yakni Pelabuhan Yos Soedarso
melindungi, memperbaiki, mengkoordinasikan keterpaduan serta pusat pemerintahan skala regional, perkantoran
pembangunan, dan/atau melaksanakan revitalisasi di dan perdagangan jasa yang memerlukan penataan pada
kawasan yang bersangkutan, yang dianggap memiliki kawasan pelabuhan tersebut.
prioritas tinggi dibandingkan Sub BWP lainnya. Sub BWP • Sedangkan pada sebagian Sub BWP C merupakan
yang diprioritaskan penanganannya merupakan lokasi kesatuan simpul transportasi dengan Sub BWP A dimana
pelaksanaan salah satu program prioritas dari RDTR. terdapat Terminal Penumpang Tipe B Mardika dan Pasar
Induk Mardika yang membutuhkan penataan untuk
Fungsi Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan membentuk karakter kawasan serta mengendalikan
penanganannya: ketidakteraturan kegiatan di dalamnya.
1. Dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis
pembangunan sektoral; Tema Penanganan
2. Dasar pertimbangan dalam penyusunan indikasi program Tema penanganan pada Sub BWP Prioritas I yakni
prioritas RDTR. difokuskan pada penanganan kembali pasarana, sarana, dan
blok/kawasan.
Dasar Pertimbangan Penetapan Sub BWP yang
SUB BWP PRIORITAS I (SBWP A & SEBAGIAN
diprioritaskan penanganannya
SBWP C)
1. Tujuan penataan BWP;
Urgensi Penanganan 2. Nilai penting Sub BWP yang akan ditetapkan;
• Arahan Pengembangan Kota Pelabuhan di Ambon 3. Kondisi ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan Sub
sebagai pusat pertumbuhan dan potensi wilayah (Perpres BWP yang akan ditetapkan;
No. 18 Tahun 2020) 4. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
BWP; dan
5. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

189 190
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

SUB BWP
SUB BWP PRIORITAS II (SBWP D) e. Pengembangan Plaza yang berorientasi pada tepian atau tempat duduk, tempat sampah.
Teluk Ambon pada Jl. Mardika dan Jl. Pantai Batumerah r. Pengembangan jalur sepeda yang dipadukan dengan
Urgensi Penanganan

PRIORITAS I
f. Pengembangan Ambon Art Centre sebagai wadah untuk rencana pengembangan jalur pejalan kaki
• Negeri Hative Kecil dan Desa Galala pada Sub BWP acara pertunjukan dan kegiatan kesenian masyarakat s. Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik
D merupakan wilayah terdampak KRB tsunami kelas Ambon (Ambon City Of Music) t. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
tinggi terbesar di Kawasan Pusat Kota Ambon. Negeri g. Revitalisasi kawasan Cagar Budaya “Benteng New (RTBL) Kawasan Pemerintahan dan Perkantoran; dan
Kegiatan Utama
Batumerah memiliki ZRB 4 terluas di Kawasan Pusat Victoria” u. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
a. Revitalisasi kawasan Pelabuhan Utama Yos Soedarso
Kota Ambon (4G dan 4B), sedangkan Negeri Hative h. Pengembangan zona perdagangan (sentra kuliner) (RTBL) Koridor/Kawasan Mardika.
b. Revitalisasi Terminal Mardika menjadi Terminal dan
Kecil menjadi 4T terluas di Pusat Kota Ambon. Sehingga i. Penataan dan pengembangan pusat kegiatan perkantoran
Pasar Induk Terpadu dengan konsep green building
Sub BWP D membutuhkan tema penanganan berupa dan pemerintahan skala regional
dimana:
penataan hunian berkelanjutan yang bersifat adaptif j. Penataan koridor perdagangan dan jasa skala regional
terhadap bencana. k. Pembangunan parkir off-street terpusat secara vertikal
• Adanya potensi Jembatan Merah Putih mendorong 1. Level dasar untuk kegiatan terminal penumpang
dapat difungsikan sebagai Tempat Evakuasi Sementara
untuk adanya pengembangan kawasan wisata baru yang dilengkapi fasilitas parkir penampungan
(TES) pada kawasan pusat bisnis baru dan kawasan
dengan konsep waterfront city yang membutuhkan angkutan kota dan moda transportasi massal, jalur
pariwisata budaya
penataan seperti berikut: sirkulasi untuk bus dan angkot, ruang penurunan
l. Pembangunan Skywalk dengan green design yang
penumpang, ruang tunggu untuk pemberangkatan.
menghubungkan kawasan terminal dengan pusat bisnis
2. Level atas digunakan untuk kegiatan perdagangan
1. Penataan ketinggian bangunan serta penyesuaian serta parkir off-street terpusat.
Pasar Mardika dengan konsep Pasar Modern
tata bangunan dengan batas sempadan pantai m. Peniadaan parkir on-street pada ruas jalan berhierarki
3. Pada atap bangunan digunakan untuk rooftop
dan sempadan sungai; arteri primer
garden yang dilengkapi dengan rain harvesting atau
2. Penataan pada kawasan dengan kegiatan-kegiatan n. Pengembangan armada angkutan massal Trans Ambonia
pemanenan air hujan untuk mendukung sistem
penunjang untuk mendukung pariwisata dengan sebagai transportasi pelajar maupun wisatawan di dalam
eco-drainase dalam mencegah terjadinya genangan
konsep Waterfront City. Kota Ambon
ataupun banjir pada kawasan tersebut.
o. Pengembangan titik halte dengan konsep park and ride
yang terintegrasi pada jalur pejalan kaki dan simpul transit
Tema Penanganan c. Relokasi Pasar Mardika dan Pedagang Kaki Lima dengan p. Pengembangan jalur pejalan kaki pada pusat perdagangan
Tema penanganan pada Sub BWP Prioritas II yakni konsep di arahkan pada level atas bangunan Terminal dan jasa, pemerintahan, perkantoran, perumahan, dan
difokuskan pada penanganan kembali pasarana, sarana, dan Mardika simpul-simpul transportasi
blok/kawasan serta pembangunan baru prasarana, sarana, d. Pengembangan pusat bisnis baru yang terdiri dari pusat q. Penataan jalur pejalan kaki dengan fasilitas pelengkap
dan blok/kawasan. perbelanjaan, hotel, dan fasilitas lainnya. minimum seperti jalur hijau, lampu penerangan, bangunan
pelengkap drainase berupa inlet dan catch basin, bangku

191 192
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

SUB BWP
b. Pengembangan dan penataan perdagangan dan jasa
skala Kota Ambon dan skala BWP;

PRIORITAS II 1. pengembangan sarana pelayanan umum skala


kota dan BWP;
Kegiatan Utama
2. penataan dan pengendalian pemanfaatan ruang
a. Penetapan dan pengembangan kawasan “Waterfront
perdagangan dan jasa pada batas sempadan pantai
City” Galala;
(100 meter);
3. penataan dan pengendalian pemanfaatan ruang
1. pengembangan sarana dan prasarana wisata sarana pelayanan umum pada batas sempadan
buatan kota berbasis budaya melalui konsep pantai (100 meter);
“Ambon City of Music”; 4. pengembangan prasarana jalur pejalan kaki dan
2. pengembangan ruang terbuka hijau/publik sistem parkir pada kawasan perdagangan dan
sebagai kawasan budaya pusat kegiatan kreatif jasa;
musik; 5. pengembangan signage mitigasi sebagai rambu
3. pengembangan dan penataan perdagangan jasa petunjuk arah evakuasi ke lokasi pengungsian
pada kawasan wisata pesisir pantai; terdekat;
4. pengendalian perkembangan wisata di sempadan 6. pengembangan Tempat Evakuasi Vertikal (TEV)
pantai; tsunami dan banjir;
5. pengembangan bangunan permukiman yang
adaptif terhadap bencana;
6. pengembangan signage mitigasi sebagai rambu c. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
petunjuk arah evakuasi ke lokasi pengungsian (RTBL) Kawasan “Waterfront City” Galala; dan
terdekat; d. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
7. pengembangan Tempat Evakuasi Vertikal (TEV) (RTBL) Kawasan Gerbang Masuk Pusat Kota Ambon.
Tsunami;
8. Pengembangan kawasan sebagai Gerbang Masuk
Pusat Kota Ambon.

193 194
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

KETENTUAN
pemerintahan (pusat dan daerah), dan pihak swasta serta
masyarakat.

PEMANFAATAN Waktu dan Tahapan Pelaksanaan

RUANG
Usulan program utama direncanakan dalam kurun waktu
perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang dirinci setiap 5
(lima) tahunan, dengan dibagi kedalam 4 (empat) tahapan.

INDIKASI PROGRAM
Waktu pelaksanaan terdiri atas 4 (empat) tahapan 5 (lima)
Indikasi program utama dalam arahan pemanfaatan ruang tahunan, sebagai dasar bagi instansi pelaksana, baik pusat
Kawasan Pusat Kota Ambon meliputi: maupun daerah, dalam menetapkan prioritas pembangunan
di kawasan Kawasan Pusat Kota Ambon:
Usulan Program Utama
Usulan program utama adalah program – program
pemanfaatan ruang yang diindikasikan memiliki bobot
kepentingan utama atau diprioritaskan untuk mewujudkan
struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan tujuan penataan
ruang Kawasan Pusat Kota Ambon.

Lokasi
Lokasi adalah tempat dimana usulan program utama akan
dilaksanakan.

Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan dapat berasal dari APBN, APBD
provinsi, APBD kota, swadaya masyarakat dan pihak swasta.

Instansi Pelaksana
Instansi pelaksana adalah pelaksana program utama
yang disesuaikan dengan kewenangan masing – masing

195 196
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

TABEL INDIKASI PROGRAM KAWASAN PUSAT KOTA AMBON

197 198
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

199 200
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

201 202
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

203 204
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

205 206
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

207 208
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

209 210
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

211 212
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

213 214
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

215 216
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

217 218
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

219 220
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

221 222
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

223 224
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

225 226
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

227 228
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

229 230
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

231 232
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

233 234
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

235 236
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

237 238
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

239 240
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

241 242
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

243 244
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

245 246
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

247 248
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

249 250
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

251 252
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

253 254
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

255 256
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

257 258
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

PERATURAN
ZONASI
Peraturan Zonasi (PZ) disusun untuk setiap zona
peruntukan baik zona budidaya maupun zona lindung
dengan memperhatikan esensi fungsinya yang ditetapkan
dalam rencana rinci tata ruang dan bersifat mengikat/
regulatory. Dalam sistem regulatory, seluruh kawasan
perkotaan terbagi habis ke dalam zona peruntukan ruang
yang tergambarkan dalam peta rencana pola ruang. Dalam
Peraturan Zonasi terbagi dalam materi wajib atau muatan
dasar dan materi pilihan.

259 260
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

KETENTUAN
serta jumlah pemanfaatan. Kegiatan terbatas meliputi: Pemanfaatan Yang Tidak Diperbolehkan
Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam

KEGIATAN DAN
T1 untuk kegiatan yang dibatasi jumlahnya, klasifikasi X memiliki sifat tidak sesuai dengan peruntukan
berdasarkan standar yang berlaku lahan yang direncanakan dan dapat menimbulkan dampak

PENGGUNAAN
T2 untuk kegiatan yang dibatasi jam yang cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya.
operasionalnya
T3 untuk kegiatan yang dibatasi intensitas
LAHAN bangunannya (KDB, KLB dan KDH) dalam
suatu zona pengembangan DAFTAR KEGIATAN
T4 untuk kegiatan yang dibatasi luas
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan adalah kaplingnya dalam suatu blok atau zona Daftar kegiatan merupakan eksplorasi dari kegiatan-
ketentuan yang berisi kegiatan dan penggunaan lahan pengembangan kegiatan eksisting yang ada, serta kegiatan yang berpeluang
yang diperbolehkan, kegiatan dan pengguanaan lahan yang untuk berkembang sesuai dengan rencana. Daftar kelompok
bersyarat secara terbatas, kegiatan dan penggunaan lahan Pemanfaatan Bersyarat Tertentu kegiatan pada zona dan sub zona yang akan disusun
yang bersyarat tertentu, serta kegiatan dan penggunaan Pemanfaatan bersyarat tertentu bermakna bahwa untuk berdasarkan kelompok-kelompok Zona lindung dan zona
lahan yang tidak diperbolehkan pada zona lindung maupun mendapatkan izin atas suatu kegiatan atau penggunaan budidaya. Pengelompokan kegiatan pada zona dan sub zona
budidaya. Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan lahan diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu yang pada Kawasan Pusat Kota Ambon adalah sebagai berikut :
dirumuskan berdasarkan ketentuan maupun standar yang dapat berupa persyaratan umum dan persyaratan khusus
terkati dengan pemanfaatan ruang, ketentuan khusus bagi mengingat pemanfaatan ruang tersebut memiliki dampak

KEGIATAN
unsur bangunan atau komponen yang dikembangkan. yang besar bagi lingkungan sekitarnya.

B1 untuk kegiatan yang wajib melakukan izin dan

DAFTAR
Pemanfaatan Diperbolehkan/Diizinkan kajian lingkungan hidup sebagaiman diatur
Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam dalam peraturan perundang-undangan (UKL,
klasifikasi I memiliki sifat sesuai dengan peruntukan ruang UPL,AMDAL)
yang direncanakan. B2 untuk kegiatan yang wajib melakukan analisis dampak lalu
lintas (ANDALALIN)
Pemanfaatan Bersyarat Secara Terbatas B3 Untuk kegiatan yang wajib menyediakan prasarana minimal
Pemanfaatan bersyarat secara terbatas bermakna bahwa sesuai ketentuan (misalnya: parkir, pengolahan limbah, dll)
kegiatan dan penggunaan lahan dibatasi dengan ketentuan B4 untuk kegiatan yang wajib mengembangkan dan
pembatasan pengoperasian, intensitas pemanfaatan ruang, menyediakan fasiltas publik atau perumahan untuk MBR
yang didanai oleh Pemerintah dan/atau swasta

261 262
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

1. Kelompok kegiatan perumahan : 16 jenis kegiatan;


2. Kelompok kegiatan perdagangan dan jasa : 45 jenis kegiatan;
3. Kelompok kegiatan perkantoran : 14 jenis kegiatan;
4. Kelompok kegiatan sarana pelayanan umum : 37 jenis kegiatan;
5. Kelompok kegiatan kawasan peruntukan industri : 9 jenis kegiatan;
6. Kelompok kegiatan pembangkit tenaga listrik : 2 jenis kegiatan;
7. Kelompok kegiatan pariwisata : 3 jenis kegiatan;
8. Kelompok kegiatan pertahanan dan keamanan : 3 jenis kegiatan;
9. Kelompok kegiatan transportasi : 12 jenis kegiatan;
10. Kelompok kegiatan peruntukan lainnya : 15 jenis kegiatan;
11. Kelompok kegiatan campuran : 4 jenis kegiatan; dan
12. Kelompok kegiatan ruang terbuka hijau : 11 jenis kegiatan.

Sumber : Hasil Rencana, 2020

263 264
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional
“I” Diperbolehkan/Diizinkan “B” Bersyarat Tertentu
“T” Bersyarat Secara Terbatas “X” Tidak Diperbolehkan/Dilarang
TABEL ITBX

265 266
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

267 268
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

269 270
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

271 272
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

No Klasifikasi Tipologi
1 I = Pemanfaatan Diperbolehkan/Diizinkan
Dibatasi jumlahnya sesuai dengan standar kebutuhan berdasarkan perundangan yang
berlaku
T1 = Dibatasi jumlahnya
Dibatasi jumlahnya sesuai berdasarkan hasil kajian lapangan oleh tim teknis
Kepala pemerintah dapat menetapkan standar jumlah berdasarkan hasil kajian
T2 = Dibatasi jam beroperasi
Dibatasi luas lantai bangunan sesuai dengan standar kebutuhan berdasarkan
T = Pemanfaatan Bersyarat T3 = Dibatasi luas lantai perundangan yang berlaku
2
Secara Terbatas bangunan Dibatasi luas lantai bangunan sesuai berdasarkan hasil kajian lapangan oleh tim teknis
Kepala daerah dapat menetapkan standar luas bangunan berdasarkan hasil kajian
Dibatasi luas kavling minimum sesuai dengan standar kebutuhan berdasarkan
perundangan yang berlaku
T4 = Terbatas pada
Dibatasi luas kavling minimum sesuai berdasarkan hasil kajian lapangan oleh tim teknis
luasan kavling tertentu
Kepala daerah dapat menetapkan standar luas kavling minimum berdasarkan hasil
kajian
B1 = Wajib melakukan kajian lingkungan hidup sesuai peraturan perundangan yang berlaku (Amdal/UKL
UPL/SPPL)
B = Pemanfaatan Bersyarat B2 = Wajib Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN)
3
Tertentu B3 = Wajib menyediakan prasarana minimal sesuai ketentuan (misalnya: parkir, pengolahan limbah, dll)
B4 = Pengembangan penyediaan fasiltas publik atau perumahan untuk MBR yang didanai oleh Pemerintah
dan/atau swasta
4 X = Pemanfaatan Yang Tidak Diperbolehkan

273 274
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

KETENTUAN INTENSITAS
PEMANFAATAN RUANG
Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan teknis tentang kepadatan zona terbangun yang dipersyaratkan pada
zona tersebut dan diukur melalui Koefsien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dan Koefisien Dasar
Hijau (KDH), serta baik di atas maupun dibawah permukaan tanah.

Koefsien Dasar Bangunan (KDB) Koefisien Dasar Hijau (KDH)


KDB adalah koefisien perbandingan antara luas lantai KDH adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang
dasar bangunan gedung dengan luas persil/kavling. KDB terbuka diluar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/
maksimum ditetapkan dengan memperhatikan tingkat penghijauaan dengan luas persil/kavling. KDH minimum digunakan untuk
pengisian atau peresapan air, kapasitas drainase, dan jenis mewujudkan RTH dan diberlakukan secara umum pada suatu zona. KDH
penggunaan lahan. minimal ditetapkan dengan mempertimbangkan tingkat pengisian atau
peresapan air dan kapasitas drainase.
Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
KLB adalah koefisien perbandingan antara luas seluruh Koefsien Tapak Bangunan (KTB)
lantai bangunan gedung luas persil/kavling. KLB minimum KTB maksimum ditetapkan dengan mempertimbangkan KDH minimal.
dan maksimum ditetapkan dengan mempertimbangkan KTB adalah angka prosentasi luas tapak bangunan yang dihitung dari
harga lahan, ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana, proyeksi dinding terluar bangunan dibawah permukaan tanah terhadap
dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan, serta luas perpetakan atau lahan perencanaan yang dikuasai sesuai Rencana
ekonomi, sosial dan pembiayaan. Detail Tata Ruang (RDTR).

275 276
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

KETENTUAN TATA
Jumlah
MATRIKS KETENTUAN INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG KAWASAN PUSAT KOTA AMBON
No Zona Sub Zona Kode KDB Maks Lantai KLB Maks KDH Min KTB Maks
Maks

BANGUNAN
A ZONA LINDUNG
1 Zona Hutan Lindung (HL) Hutan Lindung HL 10% 0 0,0 90% -
2 Zona Sempadan Pantai (SP) Sempadan Pantai SP 10% 1 0,1 90% -
3 Zona Sempadan Sungai (SS) Sempadan Sungai SS 10% 1 0,1 90% -
4 Zona Cagar Budaya Cagar Budaya CB 10% 1 0,1 90% - Ketentuan tata bangunan adalah ketentuan yang mengatur bentuk, besaran, peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona
Rimba Kota RTH-1 20% 1 0,2 80% - dan subzona untuk menjaga keselamatan dan keamanan bangunan.
Taman Kota RTH-2 20% 2 0,4 80% -
Taman Kecamatan RTH-3 20% 1 0,2 80% -
4 Zona RTH Kota (RTH) Taman Kelurahan RTH-4 20% 1 0,2 80% -
Taman RW RTH-5 20% 1 0,2 80% - Ketinggian Bangunan (TB) Maksimum Tampilan Bangunan
Taman RT RTH-6 20% 1 0,2 80% - GSB adalah jarak minimum antara garis pagar terhadap Tampilan bangunan ditetapkan dengan mempertimbangkan
Pemakaman RTH-7 20% 1 0,2 80% -
B ZONA BUDIDAYA
dinding bangunan terdepan. GSB ditetapkan dengan warna bangunan, bahan bagunan, tekstur bangunan, muka
1 Zona Perumahan (R) Rumah Kepadatan Sangat Tinggi R-1 70% 4 2,8 10% - mempertimbangkan keselamatan, resiko kebakaran, bangunan dengan lingkungan lingkungan sekitarya.
Rumah Kepadatan Tinggi R-2 70% 3 2,1 10% - kesehatan, kenyamanan, dan estetika.
Rumah Kepadatan Sedang R-3 60% 3 1,8 20% -
Rumah Kepadatan Rendah R-4 50% 2 1 30% -
2 Zona Perdagangan dan Jasa (K) Perdagangan dan Jasa Skala Kota K-1 70% 10 7 10% 70% Garis Sempadan Bangunan (GSB) Minimum
Perdagangan dan Jasa Skala BWP K-2 70% 4 2,8 10% - GSB adalah jarak minimum antara garis pagar terhadap
Perdagangan dan Jasa Skala Sub BWP K-3 70% 4 2,8 10% -
3 Zona Perkantoran (KT) Perkantoran KT 70% 10 7 10% 70% dinding bangunan terdepan. GSB ditetapkan dengan
SPU Skala Kota SPU-1 70% 10 7 10% 70% mempertimbangkan keselamatan, resiko kebakaran,
Zona Sarana Pelayanan Umum
4 SPU Skala Kecamatan SPU-2 70% 4 2,8 10% - kesehatan, kenyamanan, dan estetika.
(SPU)
SPU Skala Kelurahan SPU-3 70% 4 2,8 10% -
5 Zona KPI (KPI) Kawasan Peruntukan Industri KPI 70% 4 2,8 10% 70%
6
Zona Pembangkit Tenaga Listrik
Pembangkit Tenaga Listrik PTL 70% 4 2,8 10% -
Jarak Bebas Samping (JBS) Minimum
(PTL)
Jarak Bebas Samping (JBS) merupakan jarak minimum
7 Zona Pariwisata (W) Pariwisata W 50% 4 2 30% 50%
Zona Pertahanan dan Keamanan antara batas petak samping terhadap dinding bangunan
8 Pertahanan dan Kemamanan HK 70% 4 2,8 10% -
(HK) terdekat.
9 Zona Pertanian (P) Pertanian Perkebunan P-3 20% 1 0,2 80% -
10 Transportasi (TR) Transportasi TR 50% 4 2 30% -
Instalasi Pengolahan Air Limbah PL-4 50% 4 2 30% - Jarak Bebas Belakang (JBB) Minimum
11 Zona Lainnya (PL)
Pergudangan PL-6 70% 4 2,8 10% - JBB adalah jarak minimum antara garis batas petak belakang
Campuran Intensitas Tinggi C-1 70% 4 2,8 10% 70%
12 Zona Campuran (C) Campuran Intensitas
terhadap dinding bangunan terbelakang.
C-2 60% 10 6 20% 60%
Menengah/Sedang

277 278
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

KETENTUAN LUAS

MATRIKS KETENTUAN TATA BANGUNAN KAWASAN


PUSAT KOTA AMBON
Ketinggian GSB Min (meter)
JBS Min JBB Min
No Zona Sub Zona Kode Bangunan Tampilan Bangunan
Arteri Kolektor Lokal Lingkungan (meter) (meter)
(meter)

KAVLING MINIMUM
A ZONA LINDUNG
1 Zona Hutan Lindung (HL) Hutan Lindung HL 0 - - - - - - -
2 Zona Sempadan Pantai (SP) Sempadan Pantai SP 6 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 5-100 5-100 -
3 Zona Sempadan Sungai (SS) Sempadan Sungai SS 6 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 3-10 3-10 -
4 Zona Cagar Budaya (CB) Cagar Budaya CB 6 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 5-10 5-10 -
Rimba Kota RTH-1 6 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 10-15 10-15 -
Taman Kota RTH-2 12 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 5-15 5-15 -
Taman Kecamatan RTH-3 6 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 3-5 3-5 -
Rumah Kepadatan Rumah Kepadatan Rumah Kepadatan 5 Zona RTH Kota (RTH) Taman Kelurahan RTH-4 6 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 3-5 3-5 -
Taman RW RTH-5 6 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 3-5 3-5 -
Tinggi Sedang Rendah Taman RT RTH-6 6 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 3-5 3-5 -
Pemakaman RTH-7 6 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 10-15 10-15 -
(Kavling Kecil) (Kavling Sedang) (Kavling Besar) B ZONA BUDIDAYA
Rumah Kepadatan Sangat
R-1 24 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 0 0 -
Luas kavling Luas kavling Luas kavling 1 Zona Perumahan (R)
Tinggi
Rumah Kepadatan Tinggi R-2 18 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 0 0
minimum 90 m2 minimum 150 m2 minimum 200 m2 Rumah Kepadatan Sedang
Rumah Kepadatan Rendah
R-3
R-4
18
12
3,55-10
3,55-10
0,625-4,5
0,625-4,5
0,5-8
0,5-8
0,5-8
0,5-8
2
3
2
3
-
-
Perdagangan dan Jasa Skala Memiliki langgam/facade
K-1 60 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 5 5
Kota bangunan tradisional maluku
Sumber : Hasil Rencana, 2020 Zona Perdagangan dan Jasa Perdagangan dan Jasa Skala Memiliki langgam/facade
2 K-2 24 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 3 3
(K) BWP bangunan tradisional Maluku
Perdagangan dan Jasa Skala
K-3 24 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 1 1 -
Sub BWP
Memiliki langgam/facade
3 Zona Perkantoran (KT) Perkantoran KT 60 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 5 5
bangunan tradisional maluku
Memiliki langgam/facade
SPU Skala Kota SPU-1 60 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 5 5
bangunan tradisional maluku
Zona Sarana Pelayanan Memiliki langgam/facade
4 SPU Skala Kecamatan SPU-2 24 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 3 3
Umum (SPU) bangunan tradisional maluku
Memiliki langgam/facade
SPU Skala Kelurahan SPU-3 24 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 2 2
bangunan tradisional maluku
5 Zona KPI (KPI) Kawasan Peruntukan Industri KPI 24 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 5-15 5-15 -
Zona Pembangkit Tenaga
6 Pembangkit Tenaga Listrik PTL 24 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 5-15 5-15 -
Listrik (PTL)
Memiliki langgam/facade
7 Zona Pariwisata (W) Pariwisata W 24 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 5 5
bangunan tradisional maluku
Zona Pertahanan dan
8 Pertahanan dan Kemamanan HK 24 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 3 3 -
Keamanan (HK)
9 Zona Pertanian (P) Pertanian Perkebunan P-3 6 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 5-15 5-15 -
10 Transportasi (TR) Transportasi TR 24 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 5-15 5-15 -
Instalasi Pengolahan Air
PL-4 24 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 5-15 5-15 -
11 Zona Lainnya (PL) Limbah
Pergudangan PL-6 24 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 5 5 -
Memiliki langgam/ facade
Campuran Intensitas Tinggi C-1 24 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 2 2
bangunan tradisional maluku
12 Zona Campuran (C)
Campuran Memiliki langgam/ facade
C-2 60 3,55-10 0,625-4,5 0,5-8 0,5-8 3 3
IntensitasMenengah/Sedang bangunan tradisional maluku

279 280
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

KETENTUAN PRASARANA

TABEL PRASARANA DAN SARANA MINIMAL KAWASAN


PUSAT KOTA AMBON
DAN SARANA MINIMAL
Penerapan ketentuan sarana dan prasarana minimal untuk memberikan kemudahan dalam menerapkan ketentuan teknis
yang diberlakukan di setiap zona. Ketentuan prasarana dan sarana pendukung minimal mengatur jenis prasarana dan saran
pendukung minimal apa saja yang harus ada pada setiap zona peruntukan. Jenis prasarana dan sarana minimal ditentukan
berdasarkan sifat dan tuntutan kegiatan utama pada zona peruntukannya.

Ketentuan prasarana dan sarana minimum sekurangnya harus mengatur jenis prasarana dan sarana pendukung untuk lima zona
budidaya utama, perumahan, komersial, PSU, industri dan zona hijau budidaya. Prasarana dan sarana minimum pada Zona
Lainnya diatur mengikuti aturan pada kelima zona di atas.

Prasarana yang diatur dalam peraturan zonasi dapat berupa prasarana parkir, aksesibilitas untuk difabel, jalur pedestrian,
jalur sepeda, bongkar muat, dimensi jaringan jalan, kelengkapan jalan, jaringan mitigasi bencana seperti jalur evakuasi dan
kelengkapan prasarana lainnya yang diperlukan.

281 282
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

283 284
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

PETA KETENTUAN KHUSUS KAWASAN PUSAT KOTA AMBON


KETENTUAN KHUSUS
Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona yang memiliki fungsi khusus dan diberlakukan ketentuan
khusus sesuai dengan karakteristik zona dan kegiatannya. Selain itu, ketentuan pada zona-zona yang digambarkan di peta
khusus yang memiliki pertampalan (overlay) dengan zona lainnya dapat pula dijelaskan disini. Ketentuan khusus merupakan
aturan tambahan yang ditampalkan (overlay) diatas aturan dasar karena adanya hal-hal khusus yang memerlukan aturan
tersendiri yang belum diatur di dalam aturan dasar.

No Lokasi Spesifik Karakteristik Lokasi


1 Kawasan Rawan Ketentuan khusus mengenai Kawasan Rawan Bencana adalah untuk Zona Ruang Rawan Bencana (ZRB) dimana
Bencana merupakan peta multi rawan bencana secara fisik yang terdiri dari beberapa kawasan rawan bencana pada suatu
wilayah. Zona Ruang Rawan Bencana (ZRB) menggunakan data bencana dari berbagai sumber dan skala peta, sehingga
dapat tergambarkan secara luas perlakuan terhadap setiap zona yang ada. Terdapat jenis bencana dari sumber data yang
digunakan dalam proses analisis ini diantaranya Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Banjir, Peta Kawasan Rawan
Bencana (KRB) Gempabumi, Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah (ZKGT); Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Longsor;
dan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Tsunami.
2 Resapan Air Ketentuan khusus mengenai Resapan Air adalah peruntukan kawasan sempadan mata air dengan buffer atau luasan
lahan yang mengelilingi mata air paling sedikit berjarak 200 (dua ratus) meter dari pusat mata air berdasarkan Permen
PU No. 28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Sempadan Danau.
3 Pertahanan Keamanan Ketentuan khusus mengenai hankam adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang
(Hankam) dikembangkan untuk menjamin kegiatan dan pengembangan bidang pertahanan dan keamanan seperti kantor, instalasi
hankam, termasuk tempat latihan baik pada tingkat nasional, Kodam, Korem, Koramil, dan lain-lain.
4 Tempat Evakuasi Ketentuan khusus mengenai Tempat Evakuasi Bencana adalah area terbuka atau lahan terbuka hijau atau bangunan yang
Bencana dapat digunakan masyarakat untuk menyelamatkan diri dari bencana alam maupun bencana lainnya. Ruang Evakuasi
Bencana terdiri dari 2 jenis yaitu:
a. Tempat Evakuasi Sementara (TES)
Ruang penyelamatan diri (escape building) dan berfungsi sebagai tempat berkumpul (assembly point) penduduk yang
akan melanjutkan mobilisasi ke Tempat Evakuasi Akhir (TEA).
b. Tempat Evakuasi Akhir (TEA)
Ruang/bangunan evakuasi yang merupakan tempat penampungan penduduk di kawasan aman dari bencana dan
dapat ditempati untuk jangka waktu tertentu. TEA biasa digunakan untuk semua jenis bencana Penentuan lokasi TEA
harus berdasarkan kajian risiko bencana.
5 Cagar Budaya atau Ketentuan khusus mengenai pengaturan pada zona cagar budaya adalah untuk bangunan, situs, atau kawasan yang
Adat berada di luar zona lindung spiritual dan kearifan lokal dan ditetapkan menjadi cagar budaya setelah ditetapkannya RDTR
ini. Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya bahwa cagar budaya merupakan
285
kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya286 bagi
pemahaman dan perkembangan sejarah ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat,
Bencana dapat digunakan masyarakat untuk menyelamatkan diri dari bencana alam maupun bencana lainnya. Ruang Evakuasi
Bencana terdiri dari 2 jenis yaitu:
a. Tempat Evakuasi Sementara (TES)
Ruang penyelamatan diri (escape building) dan berfungsi sebagai tempat berkumpul (assembly point) penduduk yang
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional
akan melanjutkan mobilisasi ke Tempat Evakuasi Akhir (TEA).
b. Tempat Evakuasi Akhir (TEA)
Ruang/bangunan evakuasi yang merupakan tempat penampungan penduduk di kawasan aman dari bencana dan
dapat ditempati untuk jangka waktu tertentu. TEA biasa digunakan untuk semua jenis bencana Penentuan lokasi TEA
No Lokasi Spesifik harus berdasarkan kajian risiko bencana. Karakteristik Lokasi Jenis TPZ Penjelasan Kode Jenis TPZ Penjelasan Kode

51 Cagar
Kawasan Rawan
Budaya atau khusus mengenai
Ketentuan khusus mengenai pengaturan
Kawasan Rawan Bencana
pada zona cagaradalah
budayauntuk
adalahZona
untukRuang Rawansitus,
bangunan, Bencana (ZRB) dimana
atau kawasan yang Transfer Teknik pengaturan zonasi yang memungkinkan pemilik tanah untuk menjual a Pertampalan Teknik pengaturan zonasi yang memberikan fleksibilitas dalam penerapan g

Bencana
Adat merupakan
berada peta
di luar zonamulti rawan
lindung bencana
spiritual secara fisik
dan kearifan lokalyang terdiri darimenjadi
dan ditetapkan beberapa kawasan
cagar budaya rawan
setelahbencana pada suatu
ditetapkannya RDTR Development haknya untuk membangun kepada pihak lain, sehingga pembeli dapat Aturan (Overlay) peraturan zonasi berupa pembatasan intensitas pembangunan melalui

wilayah.
ini. Zona Ruang
Berdasarkan amanatRawan Bencana (ZRB)
Undang-Undang menggunakan
Nomor 11 Tahun data
2010bencana
tentang dari
Cagarberbagai
Budaya sumber dan skala
bahwa cagar peta,
budaya sehingga
merupakan Right (TDR) membangun propertinya dengan intensitas lebih tinggi. Umumnya TDR penerapan dua atau lebih aturan. Dapat diterapkan sebagai bentuk
dapat tergambarkan
kekayaan secara luas
budaya bangsa perlakuan
sebagai wujudterhadap
pemikiransetiap
danzona yang ada.
perilaku Terdapatmanusia
kehidupan jenis bencana
yang dari sumber
penting data yang
artinya bagi digunakan untuk melindungi penggunaan lahan pertanian atau penggunaan disinsentif pemberian persyaratan tertentu dalam perizinan.
digunakan dalam
pemahaman dan proses analisis inisejarah
perkembangan diantaranya Peta Kawasan dan
ilmu pengetahuan, Rawan Bencana (KRB)
kebudayaan dalamBanjir, Peta Kawasan
kehidupan Rawan
bermasyarakat, lahan hijau lainnya dari konversi penggunaan lahan, dimana pemilik lahan Zona Ambang Teknik pengaturan zonasi yang merupakan ketentuan pengaturan pada blok h

Bencana (KRB)
berbangsa, danGempabumi,
bernegara. Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah (ZKGT); Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Longsor; pertanian atau lahan hijau lainnya dapat mempertahankan kegiatan peruntukan yang diambangkan pemanfaatan ruangnya dan peruntukan

6 Kawasan Transit dan Peta Kawasan Rawan Bencana


Transit oriented development atau (KRB) Tsunami.
disingkat menjadi TOD merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang pertaniannya dan memperoleh uang sebagai ganti rugi atas haknya untuk ruangnya ditentukan kemudian berdasarkan perkembangan pemanfaatan
2 Oriented
Resapan Air Ketentuan khusus mengenai Resapan
Development mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi Air adalah peruntukan kawasan
penggunaan sempadan
angkutan massal.mata air dengan berorientasi
Pembangunan buffer atau transit
luasan membangun. ruang pada blok peruntukan tersebut.

(TOD) lahan yang mengelilingi mata air paling sedikit berjarak 200 (dua ratus) meter dari pusat mata air
atau Transit Oriented Development (TOD) adalah suatu konsep pengelolaan ruang dan transportasi secara terintegrasi.berdasarkan Permen Bonus Zoning Teknik pengaturan zonasi yang memberikan izin kepada pengembang untuk b Zona Banjir Teknik pengaturan zonasi yang merupakan ketentuan pengaturan pada zona i

PU No. 28/PRT/M/2015
Dengan membuat fungsitentang
campuran Penetapan Garis
(mixed use) Sempadan
yang kompakSungai
dalam dan Sempadan
jangkauan limaDanau.
hingga lima belas menit berjalan kaki meningkatkan intensitas pemanfaatan ruang melebihi aturan dasar dengan rawan banjir untuk mencegah atau mengurangi kerugian akibat banjir.

pada area-area transit, di harapkan di dapatkan beberapa manfaat.


3 Pertahanan Keamanan Ketentuan khusus mengenai hankam adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang imbalan (kompensasi) pengembang tersebut harus menyediakan sarana Penerapan zona banjir sekurang-kurangnya memenuhi kliteria lokasi yang
publik tertentu, misalnya RTH, terowongan penyeberangan, dan sebagainya. ditetapkan teridentifikasi adanya rawan bencana banjir yang berdasarkan
(Hankam) dikembangkan untuk menjamin kegiatan dan pengembangan bidang pertahanan dan keamanan seperti kantor, instalasi
Penerapan bonus zoning membutuhkan kehati-hatian agar tidak analisis banjir tahunan hinga jangka waktu tahunan tertentu dan
hankam, termasuk tempat latihan baik pada tingkat nasional, Kodam, Korem, Koramil, dan lain-lain.

TEKNIK
TPZ berdasarkan Permen ATR/BPN No.14 Tahun 2020 menimbulkan kesan bahwa pembangunan dapat dilakukan sekehendak berdasarkan analisis kerentanan maupun resiko bencana banjir.
4 Tempat Evakuasi Ketentuan khusus mengenai Tempat Evakuasi Bencana adalah area terbuka atau lahan terbuka hijau atau bangunan yang
tentang Pedoman Penyusunan Basis Data Peta Rencana pengembang selama pihak tersebut mampu menanggung kompensasinya. TPZ Khusus Teknik pengaturan zonasi yang memberikan pembatasan pembangunan j
Bencana dapat digunakan masyarakat untuk menyelamatkan diri dari bencana alam maupun bencana lainnya. Ruang Evakuasi

PENGATURAN
untuk mempertahankan karakteristik dan/atau objek khusus yang dimiliki
Bencana terdiri dari 2 jenis yaitu: Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten Dan Kota, Conditional Uses Teknik pengaturan zonasi yang memungkinkan suatu pemanfaatan ruang c
yang dianggap penting atau diperlukan keberadaannya untuk dimasukkan ke zona, yang penetapan lokasinya dalam peraturan zonasi. Dapat diterapkan
a. Tempat Evakuasi Sementara (TES) Serta Peta Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota,
dalam satu zona peruntukan tertentu sekalipun karakteristiknya tidak sebagai bentuk disinsenif pemberian persyaratan tertentu dalam perizinan.
Ruang penyelamatan diri (escape building) danmeliputi:
berfungsi sebagai tempat berkumpul (assembly point) penduduk yang

ZONASI
memenuhi kriteria zona peruntukan tersebut. Pemerintah Daerah dapat Pengendalian Teknik pengaturan zonasi yang merupakan ketentuan pengaturan pada zona k
akan melanjutkan mobilisasi ke Tempat Evakuasi Akhir (TEA). Pertumbuhan untuk mengendalikan atau membatasi pembangunan di suatu zona,
menerbitkan izin pemanfaatan ruang bersayarat atau Conditional Use
b. Tempat Evakuasi Akhir (TEA) kawasan, atau koridor untuk mempertahankan atau melindungi
Permit (CUP) setelah melalui konsultasi publik atau pembahasan dengan
Ruang/bangunan evakuasi yang merupakan tempat penampungan penduduk di kawasan aman dari bencana dan karakteristiknya
masyarakat sekitar dan pertimbangan instansi yang terkait di daerah.
TPZ adalah aturan yang dapat ditempati untuk
disediakan untuk jangka waktu tertentu. TEA biasa digunakan untuk semua jenis bencana Penentuan lokasi TEA
mengatasi Zona Performa Teknik pengaturan zonasi yang merupakan ketentuan pengaturan pada satu d Pelestarian Teknik pengaturan zonasi yang merupakan ketentuan pengaturan pada zona l
harus berdasarkan kajian risiko bencana.
kekauan aturan dasar di dalam pelaksanaan pembangunan. atau beberapa zona/zub zona dalam satu blok atau beberapa blok yang Cagar Budaya untuk memelihara visual dan karakter budaya, bangunan, dan kawasan
5 Cagar Budaya atau Ketentuan khusus mengenai pengaturan pada zona cagar budaya adalah untuk bangunan, situs, atau kawasan yang masyarakat setempat yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
aturannya tidak didasarkan pada aturan perspektif, namun didasarkan pada
Adat berada di luar zona lindung spiritual dan kearifan lokal dan ditetapkan menjadi cagar budaya setelah ditetapkannya RDTR undangan. Ketenuan zona pelestarian kawasan cagar budaya dapat menjadi
TPZ bertujuan untuk membuat peraturan
ini. Berdasarkan zonasi lebih Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya bahwa cagar budaya merupakan
amanat Undang-Undang
kualitas kinerja tertentu yang ditetapkan. Zona performa didesain untuk
menyusun standar-standar kondisi fisik yang terukur yang harus diikuti zona pertampalan, apabila sudah ada ketentuan terkait ketentuan kawasan
tanggap dan luwes terhadap persoalan
kekayaan budaya bangsanyata
sebagaiyangwujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi
cagar budaya. Pelestarian kawasan cagar budaya sekurang-kurangnya
dengan standar kinerja yang mengikat.
dihadapi di lapangan pemahaman dan perkembangan sejarah ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, Zona Fiskal Teknik pengaturan zonasi yang ditetapkan pada satu zona atau beberapa e memenuhi kriteria
berbangsa, dan bernegara. TPZ Lainnya TPZ lainnya yang tidak termasuk pada jenis TPZ (kode penulisan a-l) dapat m
zona yang berorientasi kepada peningkatan pendapatan daerah.
6 Kawasan Transit Transit oriented development atau disingkat menjadi TOD merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang
TPZ Oriented
berfungsi untuk memberikan fleksibilitas dalam
Development mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan massal. Pembangunan berorientasi transit
Pemufakatan Teknik pengaturan zonasi yang merupakan ketentuan pengaturan pada zona f didefinisikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing pemerintah daerah.

penerapan
(TOD) peraturan zonasi dasar
atau Transit serta
Oriented memberikan
Development (TOD) adalah suatu konsep pengelolaan ruang dan transportasi secara terintegrasi.
Pembangunan yang scara spesifik memperbolehkan adanya pembangunan yang dilakukan Apabila terdapat lebih dari satu TPZ lainnya, dapat dituliskan dengan kode
berdasarkan kesepakatan antar pemangku kepentingan m1, m2, m3 dst.
pilihan penanganan pada lokasi tertentu sesuai
Dengan membuat fungsi campuran dengan
(mixed use) yang kompak dalam jangkauan lima hingga lima belas menit berjalan kaki
pada area-area transit,
karakteristik, tujuan pengembangan, dan dipermasalahan
harapkan di dapatkan beberapa manfaat.
yang dihadapi pada zona tertentu.

287 288
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

PETA KETENTUAN KHUSUS KAWASAN PUSAT KOTA AMBON


CARA MEMBACA PETA TEKNIK Teknik peraturan zonasi memberikan aturan berbeda
dan khusus untuk kawasan yang bertampalan untuk
PENGATURAN ZONASI meberikan fleksibilitas

KODE PERATURAN ZONASI

C-1.i.k
C-1 = Campuran Intensitas
Tinggi

i = Zona Banjir
pengaturan pada zona rawan banjir
untuk mencegah atau mengurangi
kerugian akibat banjir.

k = Zona Pengendalian
Pertumbuhan
memberikan kelonggaran kepada
ketentuan penggunaan lahan yang sudah
ada dan tidak sesuai untuk menyesuaikan
dengan ketentuan tertentu untuk tetap
mempertahankan fungsi dan kualitas
ruang

289 290
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

PERTAMPALAN ATURAN (OVERLAY) ZONA BANJIR

TPZ Kode Definisi Penerapan TPZ Kode Definisi Penerapan

Pertampalan g Memberikan fleksibilitas dalam penerapan peraturan zonasi Kawasan Permukiman Zona Banjir i Ketentuan pengaturan pada zona rawan banjir untuk mencegah Kawasan Rawan Bencana
Aturan berupa pembatasan intensitas pembangunan melalui Kumuh atau mengurangi kerugian akibat banjir. Penerapan zona banjir Banjir
penerapan dua atau lebih aturan. Dapat diterapkan sebagai sekurang-kurangnya memenuhi kriteria lokasi yang ditetapkan
teridentifikasi adanya rawan bencana banjir yang berdasarkan
bentuk disinsentif pemberian persyaratan tertentu dalam
analisis banjir tahunan hinga jangka waktu tahunan tertentu dan
perizinan.
berdasarkan analisis kerentanan maupun risiko bencana banjir.
Sumber: Hasil Rencana, 2020 Sumber: Hasil Rencana, 2020

KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG ZONA


Komponen Kegiatan Program NUSP-2 terdiri dari: BANJIR
FUNGSI KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
a. Perbaikan/pembangunan infrastruktur dasar ZONA & KRITERIA MITIGASI BENCANA
UTAMA DIPERBOLEHKAN BERSYARAT DILARANG
lingkungan dimaksudkan untuk meningkatkan akses
Lindung Sempadan sungai • Diarahkan untuk relokasi bangunan pada sempadan sungai • Alih fungsi lahan terbangun menjadi non
masyarakat miskin terhadap layanan infrastruktur • Difungsikan untuk kawasan non terbangun seperti RTH (taman), terbangun
dasar permukiman; kebun, pertanian dan sebagainya • Mempertahankan kawasan non-
b. Pembangunan kawasan permukiman baru (New Site terbangun
Development) dimaksudkan untuk meningkatkan Budidaya FLOODWAY • Infrastruktur • pertanian • Hunian/ • Maks kawasan terbangun 50 %
akses MBR terhadap perumahan yang layak dan KRB III (Tinggi) Sumberdaya Air lahan basah, perumahan • Konstruksi bangunan tahan banjir
terjangkau; dan Genangan > 3m • Fasilitas pertanian • Perdagangan dan • Jumlah lantai bangunan minimal dua
Debit Rencana Q2<Q<Q10 transportasi lahan kering, Jasa lantai
c. Penguatan kapasitas aparat pemerintah dan masyarakat sungai hortikultura, • Fasilitas pelayanan • Vegetasi: tanaman bambu dan pinus;
didalam penanganan permukiman kumuh kota • Utilitas (gas, air, perkebunan, • Obyek tanaman dengan kanopi yang besar; atau
listrik, telekom.) perikanan, vital/fasilitas kritis tanaman holtikultura yang ditata sesuai
• Fasilitas rekreasi dan berisiko tinggi dengan pola tanam dan teknik konservasi
dan olah raga peternakan; (reaktor nuklir, dll)
FLOOD FRINGE • Hunian/ • Maksimal kawasan terbangun 60 %
KRB II (Sedang) perumahan • Elevasi dasar lantai bangunan setinggi
Genangan 1 - 3m elevasi muka air banjir rencana 50 (lima
Debit Rencana puluh) tahunan di tambah tinggi jagaan
291 292
Q10<Q<Q25 setinggi 30 (tiga puluh) cm.
• Konstruksi bangunan tahan banjir
terbangun
Budidaya FLOODWAY • Infrastruktur • pertanian • Hunian/ • Maks kawasan terbangun 50 %
KRB III (Tinggi) Sumberdaya Air lahan basah, perumahan • Konstruksi bangunan tahan banjir
Tata Ruang Genangan
Mewujudkan > 3m • Fasilitas
Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon pertanian • Perdagangan dan • Jumlah lantai bangunan minimal dua Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional
Debit Rencana Q2<Q<Q10 transportasi lahan kering, Jasa lantai
sungai hortikultura, • Fasilitas pelayanan • Vegetasi: tanaman bambu dan pinus;
• Utilitas (gas, air, perkebunan, • Obyek tanaman dengan kanopi yang besar; atau
listrik, telekom.) perikanan, vital/fasilitas kritis tanaman holtikultura yang ditata sesuai Ketentuan Teknik peraturan zonasi (TPZ) pengendalian pertumbuhan berupa zona sempadan pantai dengan jarak 100
FUNGSI KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
ZONA & KRITERIA • Fasilitas rekreasi dan berisiko tinggi dengan pola tanam BENCANA
MITIGASI dan teknik konservasi
UTAMA dan olah raga
DIPERBOLEHKAN peternakan;
BERSYARAT (reaktor nuklir, dll)
DILARANG
meter diwakili dengan kode “k” sesuai aturan yang berlaku di Kawasan Pusat Kota Ambon adalah sebagai berikut :
Lindung FLOOD
Sempadan FRINGE
sungai • • Hunian/
Diarahkan untuk relokasi bangunan pada sempadan sungai • Maksimal
Alih fungsikawasan terbangun
lahan terbangun 60 % non
menjadi
KRB II (Sedang) • Difungsikan untuk kawasanperumahan
non terbangun seperti RTH (taman), • Elevasi dasar lantai bangunan setinggi
terbangun
a. memberikan kelonggaran kepada ketentuan penggunaan lahan yang sudah ada dan tidak sesuai untuk menyesuaikan
Genangan 1 - 3m kebun, pertanian dan sebagainya • elevasi muka air banjir
Mempertahankan rencana
kawasan non-50 (lima dengan ketentuan tertentu untuk tetap mempertahankan fungsi dan kualitas ruang;
Debit Rencana puluh) tahunan di tambah tinggi jagaan
terbangun b. kegiatan pemanfaatan ruang sempadan pantai yang terlanjur terbangun sebelum penetapan Perda RDTR dan tidak
Q10<Q<Q25 setinggi 30 (tiga puluh) cm. membangun kembali (tanpa kerusakan struktural) pasca bencana;
Budidaya FLOODWAY • Infrastruktur • pertanian • Hunian/ • Maks kawasan terbangun 50 %
• Konstruksi bangunan tahan banjir
KRB III (Tinggi) Sumberdaya Air lahan basah, perumahan • Konstruksi bangunan tahan banjir c. pemanfaatan ruang keterlanjuran tidak mengganggu fungsi lingkungan hidup dan ekosistem alami, serta memperhatikan
• Vegetasi: tanaman bambu dan pinus;
Genangan > 3m • Fasilitas pertanian • Perdagangan dan • Jumlah lantai bangunan minimal dua peningkatan nilai tambah bagi wilayah yang bersangkutan;
tanaman dengan kanopi yang besar; atau
Debit Rencana Q2<Q<Q10 transportasi lahan kering, Jasa lantai
tanaman holtikultura yang ditata sesuai d. ketentuan sarana dan prasarana minimal seperti tersedianya akses publik menuju dan di sepanjang pantai dan sistem
sungai hortikultura, • Fasilitas pelayanan • Vegetasi: tanaman bambu dan pinus;
dengan pola tanam dan teknik konservasi
• Utilitas (gas, air, perkebunan, • Obyek tanaman dengan kanopi yang besar; atau evakuasi bencana (papan infromasi bencana, rambu mitigasi, jalur evakuasi dan early warning system)
FLOOD FRINGE • Hunian/
listrik, telekom.) • Obyek
perikanan, vital/fasilitas kritis • Maks
tanamankawasan terbangun
holtikultura yang70 % sesuai
ditata e. menyediakan bangunan dengan struktur bertingkat minimal di atas 3 lantai yang sekaligus difungsikan sebagai Tempat
KRB I (Rendah) • perumahan
Fasilitas rekreasi vital/fasilitas
dan berisiko tinggi • Sarana
dengandrainase yangdan
pola tanam memadai
teknik konservasi
Genangan < 1 m • Perdagangan
dan olah ragadan kritis berisiko
peternakan; (reaktor nuklir, dll)
Evakuasi Sementara (TES) tsunami, atau bangunan TES sesuai persyaratan yang berlaku, bila berjarak lebih dari 100
Debit Rencana Jasa tinggi meter dari perbukitan terdekat; dan
FLOOD FRINGE • Hunian/ • Maksimal kawasan terbangun 60 %
Q25<Q<Q100
KRB II (Sedang)
• Fasilitas (hankam,
perumahan • Elevasi dasar lantai bangunan setinggi
f. melakukan proteksi dan adaptasi bangunan terhadap bencana tsunami dan/atau konservasi pantai untuk mengembalikan
pelayanan reaktor Batas Sempadan Pantai minimal 100 (seratus) meter yang diperuntukkan sebagai kegiatan Ruang Terbuka Hijau publik
Genangan 1 - 3m elevasi muka air banjir rencana 50 (lima
nuklir, dll)
Debit Rencana puluh) tahunan di tambah tinggi jagaan dan pengembangan struktur alami dan/atau struktur buatan untuk mitigasi bencana pesisir.
Q10<Q<Q25 setinggi 30 (tiga puluh) cm.
• Konstruksi bangunan tahan banjir
• Vegetasi: tanaman bambu dan pinus;
tanaman dengan kanopi yang besar; atau PELESTARIAN CAGAR BUDAYA
tanaman holtikultura yang ditata sesuai
PENGENDALIAN PERTUMBUHAN dengan pola tanam dan teknik konservasi TPZ Kode Definisi Penerapan
FLOOD FRINGE •
Hunian/ • Obyek • Maks kawasan terbangun 70 %
TPZ KRB I (Rendah)
Kode perumahan Definisi
vital/fasilitas Penerapan
• Sarana drainase yang memadai Pelestarian l Ketentuan pengaturan pada zona untuk memelihara visual dan Zona Cagar Budaya
Genangan < 1 m • Perdagangan dan kritis berisiko Cagar karakter budaya, bangunan, dan kawasan masyarakat setempat
Pengendalian
Debit Rencanak Ketentuan
Jasapengaturan padatinggi
zona untuk mengendalikan atau Sempadan Pantai Budaya yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Ketenuan
Q25<Q<Q100
Pertumbuhan • Fasilitas (hankam,
membatasi pembangunan di suatu zona, kawasan, atau zona pelestarian kawasan cagar budaya dapat menjadi zona
pelayanan reaktor
koridor untuk mempertahankan
nuklir, dll) atau melindungi pertampalan, apabila sudah ada ketentuan terkait ketentuan
karakteristiknya kawasan cagar budaya. Pelestarian kawasan cagar budaya
sekurang-kurangnya memenuhi kriteria
Sumber: Hasil Rencana, 2020
Sumber: Hasil Rencana, 2020

293 294
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

VISUAL 3D KAWASAN
Ketentuan Teknik peraturan zonasi (TPZ) pengendalian pertumbuhan berupa zona cagar budaya diwakili dengan kode “l”
sesuai aturan yang berlaku di Kawasan Pusat Kota Ambon adalah sebagai berikut :

a. pemanfaatan cagar budaya dilaksanakan sesuai dengan aspek pelestarian dan tidak mengurangi nilai cagar budaya;
b. pemanfaatan cagar budaya mengutamakan peningkatan kesejahteraan masyarakat;
c. pemanfaatan cagar budaya harus menjaga ketertiban, keamanan dan kehidupan masyarakat setempat;
d. pemanfaatan cagar budaya selaras dengan konservasi (perjanjian internasional) bagi warisan budaya dunia dan
peraturan perundangan tentang cagar budaya dan peraturan lainnya; dan
e. pemanfaatan cagar budaya menghormati hukum adat kepercayaan, dan adat istiadat serta norma-norma masyarakat;
f. mutlak untuk mempertahankan keaslian cagar budaya;
g. tidak boleh merusak atau mencemari cagar budaya maupun nilainya;
h. tidak boleh mengubah fungsi kecuali tetap mempertahankan prinsip pelestarian cagar budaya;
i. tidak boleh untuk kepentingan komersil kecuali memenuhi kepatutan;
j. tidak boleh mendirikan bangunan baru atau fasilitas lain kecuali taman, fasilitas pelindung dan fasilitas pengamanan;
dan
k. tidak boleh mendirikan ruang kegiatan yang bertentangan dengan sifat kesakralan.

295 296
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

KONSEP PENANGANAN KAWASAN SUB BWP PRIORITAS PENATAAN KAWASAN


I (SBWP A DAN SEBAGIAN SBWP C) MARDIKA

“Pengembangan Kawasan Simpul Transportasi Berbasis Transit “


Key words: TOD, Tangguh Bencana Multifungsi, dan Berorientasi ke Tepian Air
a. Revitalisasi kawasan Pelabuhan Utama Yos Soedarso
b. Revitalisasi Terminal Mardika menjadi Terminal dan Pasar Induk Terpadu dengan konsep green
building dan multifungsi sebagai Tempat Evakuasi Sementara (TES)
c. Relokasi Pasar Mardika dan Pedagang Kaki Lima pada Terminal Terpadu (saat ini membuka lapak di
badan jalan pada Jl Mardika dan Jl Pantai Batumerah)
d. Pengembangan pusat bisnis baru yang terdiri dari pusat perbelanjaan, hotel, dan fasilitas lainnya
(Maluku Victoria Plaza selanjutnya disingkat MVP) yang multifungsi sebagai TES
e. Pengembangan pedestrian dan jalur pesepeda berorientasi pada tepian Teluk Ambon pada Jl.
Mardika dan Jl. Pantai Batumerah
f. Pengembangan Ambon Art Centre sebagai wadah untuk acara pertunjukan dan kegiatan kesenian
masyarakat Ambon (Ambon City Of Music)
g. Pengembangan kawasan Cagar Budaya “Benteng New Victoria”
h. Pengembangan zona perdagangan (sentra kuliner) pada sekitar kawasan Ambon Art Center
i. Penataan dan pengembangan pusat kegiatan perkantoran dan pemerintahan skala regional
j. Penataan koridor perdagangan dan jasa skala regional
k. Pembangunan parkir off-street secara vertikal pada MVP dapat difungsikan sebagai TES
l. Pembangunan gedung parkir off-street terpusat secara vertikal pada Kawasan Ambon Art Center
m.Peniadaan parkir on-street pada ruas jalan berhierarki arteri primer
n. Pembangunan Skywalk dengan green design (rute menunggu konfirmasi perubahan pola ruang)
• Alternatif 1: menghubungkan kawasan terminal dengan pusat bisnis baru (MVP)
• Alternatif 2: menghubungkan kawasan terminal dengan Ambon Art Center
o. Pengendalian banjir melalui pengadaan bangunan pelengkap drainase pada jalan maupun pedestrian
p. Pengembangan armada angkutan massal Trans Ambonia sebagai transportasi pelajar maupun
wisatawan di dalam Kota Ambon
q. Pengembangan titik halte dengan konsep park and ride yang terintegrasi pada jalur pejalan kaki,
jalur pesepeda, dan simpul transit
r. Pengembangan jalur pejalan kaki pada pusat perdagangan dan jasa, pemerintahan, perkantoran,
dan simpul-simpul transportasi dengan fasilitas pelengkap minimum (terlampir pada slide
berikutnya)
s. Pengembangan jalur sepeda yang dipadukan dengan pengembangan jalur pejalan kaki
t. Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik

297 298
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

PENATAAN KAWASAN REVITALISASI TERMINAL PENUMPANG TIPE B MARDIKA, RELOKASI PASAR


MARDIKA MODERN MARDIKA, DAN FASILITAS PENYEBERANGAN ORANG (JPO)

299 300
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

PENGEMBANGAN SKY WALK INTERKONEKSI PENGEMBANGAN PLAZA BERORIENTASI PADA TEPIAN TELUK
AMBON

301 302
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

REVITALISASI KAWASAN PELABUHAN UTAMA YOS SUDARSO

Terminal Penumpang

303 304
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

PENATAAN KAWASAN PERDAGANGAN DAN JASA SERTA PERKANTORAN


DAN PEMERINTAHAN BAB 6 LANGKAH
KEDEPAN
Penataan jalur pejalan kaki
(pedestrian ways)
Penataan jalur sepeda

Kawasan Perdagangan dan Jasa

Parkir dengan konsep


Park and Ride Kawasan Pemerintahan dan Pelayanan Umum

305 306
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

APRESIASI
6. Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik, Kedeputian
Bidang Informasi Geospasial Tematik, Badan Informasi

UNTUK
Geospasial;
7. Balai Besar Wilayah Sungai Maluku, Kementerian

KETERLIBATAN
Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat;
8. Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang
dan Penguasaan Tanah, Kementerian ATR/BPN;
BERBAGAI PIHAK 9. Direktorat Jenderal Tata Ruang, Kementerian ATR/
BPN;
10. OSP-11 Maluku Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU),
Balai Prasarana Permukiman Wilayah, Direktorat
Kegiatan ini dapat terlaksana dengan kontribusi dari Jendral Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi Perumahan Rakyat;
Maluku, Pemerintah Daerah Kabupaten Serang, dan 11. Kantor Wilayah BPN Provinsi Maluku Kantor
Masyarakat Kota Ambon. Selain itu, kegiatan ini juga sebagai Pertanahan Kota Ambon;
bentuk knowledge sharing antara narasumber dengan 12. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi
penulis, dan pemerintah daerah. Berikut ini adalah pihak Maluku;
yang terlibat dalam kegiatan ini: 13. Dinas Perhubungan Provinsi Maluku;
14. DPRD Kota Ambon
1. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ 15. Badan Perencanaan, Pembangunan dan Penelitian
BAPPENAS, Deputi Bidang Pengembangan Regional; Pengembangan Daerah (BAPPLITBANGDA) Kota
2. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Ambon;
Ditjen Perumahan 16. Dinas Penanggulangan Bencana Kota Ambon;
3. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Pusat 17. Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Kota Ambon;
Geologi; 18. Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan Kota
4. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Deputi Ambon;
Bidang Sistem dan Strategi 19. Dinas Perhubungan Kota Ambon;
5. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Deputi 20. Dinas Pariwissata dan Kebudayaan Kota Ambon;
Bidang Geofisika; 21. Dinas Perikanan Kota Ambon;

307 308
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

LIMITASI TINDAK LANJUT


22. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kota Ambon;

KEGIATAN
23. Camat Nusaniwe;
24. Camat Sirimau;
25. Lurah Benteng; Output dalam kegiatan Penataan Kawasan Rawan
26. Lurah Kuda Mati Bencana (KRB) Pulau Ambon dapat ditindaklanjuti hingga
Kegiatan ini masih memerlukan penyempurnaan terkait disahkannya Peraturan Walikota Ambon tentang Rencana
27. Lurah Mangga Dua; dengan tahapan yang dilaksanakan, koordinasi dengan
28. Lurah Nusaniwe; Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Pusat Kota Ambon
Kementerian/Lembaga, dan substansi dalam dokumen yang Tahun 2021-2041. Dengan disahkannya RDTR Kawasan
29. Lurah Seilale; dihasilakan. Dalam penyempurnaan kegiatan di masa yang
30. Lurah Urimesing; Pusat Kota Ambon ini dapat mewujudkan penataan ruang
akan datang alangkah lebih baik jika mempertimbangkan sebagai pintu masuk terbaik bagi investasi menuju negeri
31. Lurah Waihaong; limitasi dalam kegiatan ini, sehingga akan memperoleh hasil
32. Lurah Wainitu; adil, makmur, dan sejahtera.
yang sempurna. Limitasi dalam kegiatan saat ini, antara lain:
33. Lurah Ahusen;
34. Lurah Amantelu; Selain itu diharapkan penataan ruang Kawasan Pusat Kota
1. Data yang diperlukan dalam penyusunan dengan wali Ambon ini dapat meningkatkan kualitas penataan ruang
35. Lurah Batu Gajah; data dari kementerian/lembaga dan juga data dari pihak
36. Lurah Batu Meja; kawasan rawan bencana, keterpaduan program mitigasi
swasta, BUMN, BUMD, dan juga pemerintah daerah bencana struktural dan non-struktural berbasis kawasan,
37. Lurah Honipopu; masih terbatas
38. Lurah Karang Panjang; mengurangi risiko bencana, serta meningkatnya ketangguhan
2. Terdapat beberapa data spasial belum tersedia pada wilayah di Kawasan Pusat Kota Ambon.
39. Lurah Pandan Kasturi ketelitian 1:5.000
40. Lurah Rijali; 3. Ketersediaan peta dasar ataupun tematik tidak
41. Lurah Uritetu; sepenuhnya sesuai dengan waktu pengerjaan RDTR dan
42. Lurah Waihoka; kebutuhan
43. Kepala Desa Galala 4. Data RTRW/RDTR yang memiliki wilayah perbatasan
44. Raja Negeri Batu Merah; dengan wilayah lain tidak memiliki data batas wilayah
45. Raja Negeri Hative Kecil. atau jaringan jalan yang sesuai
46. Deltares - Netherlands Centre for Coastal Research
47. Green Moluccas
48. Seluruh pihak yang berkontribusi dalam kegiatan
Penataan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Pulau Ambon

309 310
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

LAMPIRAN

311 312
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

TIMELINE KEGIATAN RANGKAIAN KEGIATAN

FGD KE-1 FGD KE-2


Kamis, Rabu,
15 April 2020 15 Juli 2020
Kick Off Meeting Pembahasan Peta ZRB
Virtual Zoom Meeting Hotel Veranda, Jakarta Selatan

Berita Acara Berita Acara


Penyepakatan deliniasi, isu strategis 1. Pembahasan dan penyepakatan Peta Kawasan Rawan
dan komitmen daerah dalam fasilitas Bencana (KRB) Banjir, Tsunami, Longsor dan Gempabumi
penyusunan RDTR Kawasan Pusat Kota 2. Pembahasan dan penyepakatan peta ZRB
Ambon 3. Pembahasan; dan penyepakatan peta ZRB beserta arahan
spasialnya

313 314
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

SURVEY KE-1 FGD KE-3 SURVEY KE-2 KONSULTASI PUBLIK KE-1


Senin-Kamis, Kamis, Senin-Kamis, Kamis,
10-14 Agustus 2020 13 Agustus 2019 21-24 September 2020 24 September 2020
Ground Check Pembahasan Aspek Kebencanaan Isu Strategis dan BWP Prioritas RDTR dan KLHS
Kawasan Pusat Kota Ambon Swiss-Belhotel, Kota Ambon Kawasan Pusat Kota Ambon Swiss-Belhotel, Kota Ambon

1. Pengumpulan data dan informasi terkait Berita Acara 1. Pengumpulan data dan informasi terkait Berita Acara
data primer dan sekunder 1. Penyepakatan peta ZRB sebagai acuan penataan ruang berbasis isu strategis kawasan 1. Pembahasan dan penyepakatan RDTR tujuan penataan kawasan,
2. Validasi lapangan terkait kebcananaan mitigasi bencana 2. Pendetailan dan pengumpulan informasi sistem pelayanan, pembagian sub BWP, dan penetapan sub BWP
2. Penetapan KRB tingkat ancaman tinggi sebagai kawasan lindung kawasan sub BWP prioritas prioritas; dan
3. Program mitigasi bencana 2. Penjaringan dan penyepakatan isu pembangunan berkelanjutan
4. Sistem evakuasi bencana strategis penyusunan KLHS RDTR Kawasan Pusat Kota Ambon.
5. Pengendalian dan pemanfaatan ruang di KRB melalui PZ

315 316
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

FGD KE-4 KONSULTASI PUBLIK KE-2 TKPRD KOTA AMBON KLINIK RDTR
Senin, Kamis, Kamis, Selasa,
12 Oktober 2020 05 November 2020 03 Desember 2020 15 Desember 2020
Penjaringan KRP RDTR Materi Teknis RDTR Pembahasan RDTR Pembahasan Pra TKPRD Provinsi
Virtual Zoom Meeting Kawasan Pusat Kota Ambon Swiss-Belhotel, Kota Ambon

1. Penjaringan kebijakan, rencana dan Berita Acara Berita Acara Berita Acara
program tematik pada skala nasional, 1. Pembahasan dan Masukan terkait materi teknis rencana pola dan 1. Pembahasan dan Masukan terkait materi teknis 1. Pembahasan dan Masukan terkait materi teknis rencana pola dan
provinsi dan daerah Kota Ambon struktur ruang rencana pola dan struktur ruang bersama struktur ruang skala provinsi
2. Pembahasan dan masukan tekait peraturan zonasi TKPRD Kota Ambon 2. Pembahasan dan masukan tekait peraturan zonasi skala provinsi
3. Pembahasan dan masukan terkait rancangan peraturan daerah 2. Pembahasan dan masukan tekait peraturan 3. Pembahasan dan masukan terkait rancangan peraturan Walikota
zonasi bersama TKPRD Kota Ambon Ambon skala provinsi
3. Pembahasan dan masukan terkait rancangan
peraturan Walikota Ambon TKPRD Kota
Ambon

317 318
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

SURVEY KE-3
Rabu - Jumat,
MILESTONE
16 - 18 Desember 2020
Validasi Zona Ruang Rawan Bencana

Berita Acara
1. Validasi lokasi bencana tsunami, pusat gempa
dan banjir
2. Wawancara sejarah kejadian bencana di Pulau
Ambon

TKPRD KOTA SK DELINEASI KONSULTASI PUBLIK


AMBON WALIKOTA AMBON KE-1

BA PETA DASAR
KONSULTASI PUBLIK BIG
319 KE-2 320
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

MILESTONE MILESTONE
FOCUS GROUP DISCUSSION 1 FOCUS GROUP DISCUSSION 2
KICK OFF MEETING PEMBAHASAN ZONA RUANG RAWAN BENCNA (ZRB)
PENYEPAKATAN DELINEASI WILAYAH PERENCANAAN

321 322
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

MILESTONE MILESTONE
FOCUS GROUP DISCUSSION 3 FOCUS GROUP DISCUSSION 4
PEMBAHASAN ASPEK MITIGASI BENCANA SINKRONISASI KRP TEMATIK

323 324
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

MILESTONE MILESTONE
KONSULTASI PUBLIK 1 KONSULTASI PUBLIK 2
PEMBAHASAN FAKTA DAN ANALISIS PEMBAHASAN KONSEP DAN RENCANA

325 326
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

MILESTONE MILESTONE
SURVEY KE 3 SURVEY KE 4
VALIDASI KONSEP DAN RENCANA VALIDASI ZONA RUANG RAWAN BENCANA

327 328
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

MILESTONE MILESTONE
TKPRD KOTA AMBON KLINIK RDTR – PRA TKPRD PROVINSI

329 330
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

DAFTAR ISITILAH
karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan ancaman bencana. terkena bencana, baik sebagian maupun seluruhnya,
berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau 16. Mitigasi Non Struktural adalah Segala langkah yang untuk menata kembali dan melanjutkan kehidupannya di
gumpalan besar tanah. tidak melibatkan konstruksi fisik yang menggunakan tempat yang baru dan berada pada zona aman bencana.
1. Adaptasi adalah Upaya untuk menyesuaikan diri dengan 9. Kawasan Budi Daya adalah Wilayah yang ditetapkan pengetahuan, praktik atau kesepakatan untuk mengurangi 23. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat
lingkungan dengan melakukan perubahan yang mengarah dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar risiko dan dampak, khususnya melalui kebijakan dan RDTR, adalah rencana secara terperinci tentang tata
pada peningkatan daya tahan dan daya lenting terhadap kondisi dan potensi sumber daya manusia, dan sumber hukum, peningkatan kesadaran masyarakat, pelatihan ruang wilayah tingkat Kecamatan yang dilengkapi
perubahan sesuai dengan kapasitas masyarakat lokal. daya buatan. dan pendidikan. dengan peraturan Zonasi yang merupakan penjabaran
2. Ancaman adalah Suatu kejadian atau peristiwa yang bisa 10. Kawasan Lindung adalah Wilayah yang ditetapkan 17. Mitigasi Struktural adalah Segala konstruksi fisik untuk dari Rencana Tata Ruang Wilayah dengan peta skala
menimbulkan bencana. dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan mengurangi atau menghindarkan kemungkinan dampak 1:5.000.
3. Bahaya (hazard) adalah Peristiwa yang terjadi satu hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber yang ditimbulkan oleh ancaman bahaya, atau penerapan 24. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata
jenis saja atau beberapa jenis sebagai kombinasi dengan daya buatan. teknik-teknik rekayasa untuk mewujudkan ketangguhan ruang.
durasi dan frekuensi bencana yang berbeda. 11. Kerawanan adalah Peristiwa yang luar biasa yang dan daya tahan struktur-struktur atau sistem-sistem. 25. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat
4. Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana memiliki potensi untuk mengancam kehidupan manusia, 18. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan RTRW, adalah Rencana Umum Tata Ruang Wilayah.
terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume baik dirinya, harta benda, kehidupannya, maupun tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian 26. Risiko Bencana adalah Potensi kerugian yang
air yang meningkat. lingkungannya. pemanfaatan ruang. ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan
5. Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa 12. Kerentanan adalah Keadaan atau sifat/perilaku manusia 19. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka,
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan atau masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi,
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh menghadapi bahaya atau ancaman. fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor 13. Keterpaparan adalah Penduduk, harta benda, sistem- budidaya. masyarakat.
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa sistem atau elemen-elemen yang ada di kawasan 20. Proteksi adalah Upaya melindungi elemen-elemen yang 27. Ruang adalah wadah yang terdiri atas ruang darat,
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, ancaman bahaya yang oleh karenanya bisa berpotensi terkena bencana. ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam
dan dampak psikologis. mengalami kerugian/kehilangan. 21. Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia
6. Evakuasi adalah Proses pemindahan korban yang 14. Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
mengalami bencana dari sebuah bencana dari sebuah vulkanik yang dikenal dengan istilah “erupsi”. Bahaya sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu memelihara kelangsungan hidupnya.
daerah. letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran kawasan untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi 28. Sempadan Pantai adalah daratan sepanjang tepian
7. Gempa Bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, pantai, yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan
di permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan dan banjir lahar. dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak kondisi fisik pantai, minimal 100 (seratus) meter dari
antar lempeng bumi, patahan aktif, aktivitas gunung api 15. Mitigasi adalah Serangkaian upaya untuk mengurangi buruk bahaya tertentu. titik pasang tertinggi ke arah darat.
atau runtuhan batuan. risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun 22. Relokasi adalah Alternatif untuk memberikan 29. Sempadan Sungai adalah kawasan di sekitar daerah
8. Gerakan tanah adalah Peristiwa geologi yang terjadi penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi kesempatan kepada masyarakat yang tanahnya musnah aliran sungai yang berfungsi untuk melindungi sungai

331 332
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

DAFTAR PUSTAKA
Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4247);
dari kegiatan yang dapat mengganggu atau merusak gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
bantaran, tanggul sungai, kualitas air sungai, dasar adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi. Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
sungai, mengamankan aliran sungai, dan mencegah 37. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Indonesia Tahun 1945;
terjadinya bahaya banjir. geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
30. Sistem Peringatan Dini adalah Serangkaian kegiatan batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek 8. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (
pemberian peringatan sesegera adalah mungkin administratif dan/atau aspek fungsional. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik
Nomor 82,Tambahan Lembaran Negara Republik
adalah bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang Indonesia Nomor 4444);
Indonesia Nomor 5234);
berwenang. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
31. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
yang secara hirarkhis memiliki hubungan fungsional. 10. 1Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
32. Tanggap Darurat adalah Serangkaian kegiatan yang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang Republik Indonesia Nomor 4725);
tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, 11. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, pelindungan, Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-
Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
prasarana dan sarana. 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik
33. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Indonesia Nomor 4700);
Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran
34. Tempat Evakuasi Akhir yang selanjutnya disingkat TEA 12. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
adalah tempat berkumpul akhir bagi pengungsi saat Pengelolaan Sampah (Lembar Negara Republik Indonesia
5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
terjadi bencana. Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembar Negara No.
Kehutanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-
35. Tempat Evakuasi Sementara yang selanjutnya disingkat 4851);
Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan
TES adalah tempat berkumpul sementara bagi pengungsi 13. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
saat terjadi bencana. Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-
36. Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
gelombang ombak lautan (“tsu” berarti lautan, “nami” Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
berarti gelombang ombak). Tsunami adalah serangkaian 14. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik

333 334
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 68, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Republik Indonesia Nomor 4242); Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia
2012 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik 21. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang 5004); Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara
Indonesia Nomor 5280); Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik 27. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Republik Indonesia Nomor 5589);
15. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan 34. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Negara Republik Indonesia Nomor 4385); Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara 22. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 tentang 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Republik Indonesia Nomor 5492); Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Indonesia Nomor 5160); Tahun 2015 Nomor 3);
16. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran 28. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 35. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 26, tentang Penyelenggaranaan Penanggulangan Bencana Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana 6628); Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4828); Nomor 4) sebagaimana telah beberapa kali diubah,
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- 23. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang 29. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara 2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655); Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393); Proyek Strategis Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran 24. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang 30. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Indonesia Tahun 2018 Nomor 107);
Negara Republik Indonesia Nomor 5679); Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup 36. Peraturan Presidengan Nomor 77 Tahun 2014 tentang
17. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Strategis (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku (Lembaran
Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833) 2016 Nomor 228, Tambahan Lembaran Negara Republik Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 177);
2019 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Republik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 5941); 37. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016
Indonesia Nomor 6405); Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan 31. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2014 tentang tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur
18. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Penataan Wilayah Pertahanan Negara (Lembaran Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Cipta Kerja (Lembar Negara Tahun 2020 Nomor 245, Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 190, Tahun 2016 Nomor 8) sebagaimana telah diubah dengan
Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2017 tentang
6573); Negara Republik Indonesia Nomor 6042); 5574); Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun
19. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang 25. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang 32. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang 2016 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 31, Tambahan Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Tahun 2017 Nomor 27);
Republik Indonesia Nomor 5285); Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6633); 2018 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik 38. Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2016 tentang
20. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang 26. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Indonesia Nomor 6215); Batas Sempadan Pantai (Lembaran Negara Republik
Hutan Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan (Lembaran 33. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Indonesia Tahun 2016 Nomor 113);

335 336
Tata Ruang Mewujudkan Kota Tepi Air Tangguh Bencana di Ambon Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

39. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2018 tentang Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan (Lembaran tentang Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Daerah Kota Ambon Tahun 2019 Nomor 2, Tambahan
penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dalam Negara Republik Indonesia Tahun 2008); Rencana Tata Ruang Daerah (Berita Negara Republik Lembaran Daerah Kota Ambon Nomor 362);
Keadaan Tertentu (Lembaran Negara Republik Indonesia 46. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun Indonesia Tahun 2016 Nomor 464); 58. Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 2 Tahun 2018
Tahun 2018 Nomor 34); 2012 tentang Pedoman Penetapan Fungsi Jalan dan 51. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 115 Tahun tentang Izin Lingkungan (Lembaran Daerah Kota
40. Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Status Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia 2017 tentang Mekanisme Pengendalian Pemanfaatan Ambon Tahun 2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran
Nasional Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pedoman Tahun 2012 Nomor 137); Ruang Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun Daerah Kota Ambon Nomor 349);
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, 47. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2017 Nomor 1853); 59. Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 5 Tahun 2011
Kabupaten dan Kota (Berita Negara Republik Indonesia 2012 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan 52. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 116 Tahun tentang Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan
Tahun 2018 Nomor 394); Permukiman Dengan Hunian Berimbang (Lembaran 2017 Tentang Koordinasi Penataan Ruang Daerah Jalan (Lembaran Daerah Kota Ambon Tahun 2011);
41. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 571) (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 60. Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 8 Tahun 2018
Pertanahan Nasional Nomor. 16 Tahun 2018 Tentang sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir 1854); tentang Pengelolaan dan Pengembangan Sistem
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan dengan Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 53. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Penyediaan Air Minum (Lembaran Daerah Kota Ambon
Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota (Lembaran Negara 7 Tahun 2013 tentang Peraturan Menteri Perumahan Nomor P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 Tahu 2018 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1308); Rakyat Nomor 10 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Ambon Nomor 355);
42. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Perumahan dan Kawasan Permukiman Dengan Hunian Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian 61. Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 11 Tahun 2015
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor Berimbang (Lembaran Negara Republik Indonesia Lingkungan Hidup Strategis (Berita Negara Republik tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Daerah Kota
14 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyusunan Basis Tahun 2013 Nomor 1280); Indonesia Tahun 2018 Nomor 89); Ambon Tahun 2015 Nomor 11, Tambahan Lembaran
Data Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, 48. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan 54. Peraturan Daerah Provinsi Maluku Nomor 16 Tahun Daerah Kota Ambon Nomor 311);
Kabupaten dan Kota, Serta Peta Rencana Detail Tata Rakyat Nomor 28 Tahun 2015 tentang Penetapan 2013 tentang Rencana Tata RUang Wilayah Provinsi 62. Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 6 Tahun 2017
Ruang Kabupaten/Kota (Berita Negara Tahun 2020 Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau Maluku Tahun 2013-2033 (Lembaran Daerah Provinsi tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Nomor 1093); (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Maluku Tahun 16 Nomor 2013); (Lembaran Daerah Kota Ambon Tahun 2017 Nomor 6,
43. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2016 Nomor 772); 55. Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 24 Tahun 2012 Tambahan Lembaran Daerah Kota Ambon Nomor 328);
Tentang Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang 49. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ambon 63. Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 9 Tahun 2018
Rencana Tata Ruang Daerah (Berita Negara Republik 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kota Ambon tentang Rumah Susun (Lembaran Daerah Kota Ambon
Indonesia Tahun 2016 Nomor 464); (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor Tahun 2012 Nomor 24 Seri E Nomor 01, Tambahan Tahun 2018 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah
44. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2036) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Lembaran Daerah Kota Ambon Nomor 278); Kota Ambon Nomor 356);
2007 tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang 56. Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 1 Tahun 2019 64. Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 10 Tahun 2013
dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya Dalam Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor tentang Penyelenggaraan Kota Layak Anak (Lembaran tentang Bangunan Gedung (Lembaran Daerah Kota
Penyusunan Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah Kota Ambon Tahun 2019 Nomor 1, Tambhan Ambon Tahun 2013 Nomor 10, Tambahan Lembaran
Republik Indonesia Tahun 2007); Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Lembaran Daerah Kota Ambon Nomor 361); Daerah Kota Ambon Nomor 290); dan
45. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun Nomor 157); 57. Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 2 Tahun 2019 65. Peraturan Walikota Ambon Nomor 17 Tahun 2013
2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan 50. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2016 tentang Ambo Kota Kreatif Berbasis Musik (Lembaran tentang Parkir Kendaraan pada Tepi Ruas Jalan Umum
(Berita Daerah Kota Ambon Tahun 2013 Nomor 17).
337 338

Anda mungkin juga menyukai