Anda di halaman 1dari 21

JUKNIS LOMBA KESENIAN

PERAYAAN 17 AGUSTUS 2023


KECAMATAN POSO PESISIR
MENYUKSESKAN
REVITALISASI BAHASA PAMONA

Jenis Lomba:
Membaca Puisi
Membaca Pidato
Membaca Cerpen
Membaca Cerita Rakyat
Tembang Tradisi
Stand Up Comedy

1. MEMBACA PUISI
Ketentuan Lomba :
 Puisi dibacakan bukan dihafal
 Menggunakan pakaian bebas rapi bukan baju adat tetapi menggunakan tali bonto atau
siga
 Peserta hanya 1, boleh laki-laki atau perempuan
 Jika menggunakan properti tambahan disilahkan tapi disesuaikan dengan isi puisi
 Silahkan memilih 1 puisi diantara 2 puisi yang diberikan sesuai kemampuan peserta
didik
 Puisi yang dibacakan adalah puisi yang menggungkan bahasa pamona dengan
berpedoman pada lampiran berupa teks puisi dan rekaman audio tentang cara
pengucapan yang benar menggunakan bahasa pamona.
 Direncanakan lomba membaca puisi akan dilaksanakan tanggal 18 Agustus 2023 mulai
pukul 16.30 wita sampai selesai dimulai dari jenjang SD dilanjutkan jenjang SMP. Jika
ada perubahan waktu pelaksanaan akan disampaikan kembali.

2. STAND UP COMEDY
Ketentuan Lomba
 Stand Up Comedy pesertanya 1 orang, boleh laki-laki atau perempuan
 Materi lomba disediakan sendiri oleh masing-masing satuan pendidikan
 Materi lomba bebas, tetapi tidak mengandung unsur pornografi dan SARA dan
menggunakan bahasa pamona
 Materi Stand Up Comedy jika peserta mampu menghafal lebih baik tetapi jika tidak
mampu menghafal boleh menggunakan teksnya
 Menggunakan pakaian bebas rapi bukan baju adat tetapi menggunakan tali bonto atau
siga
 Jika menggunakan properti tambahan disilahkan tapi disesuaikan dengan materi
 Durasi waktu setiap peserta 5 – 10 menit
 Direncanakan lomba Stand Up Comedy akan dilaksanakan tanggal 19 Agustus 2023
mulai pukul 16.30 wita sampai selesai dimulai dari jenjang SD dilanjutkan jenjang
SMP. Jika ada perubahan waktu pelaksanaan akan disampaikan kembali.

3. MEMBACA PIDATO
Ketentuan Lomba :
 Pidato dibacakan bukan dihafal dan materinya telah disediakan
 Menggunakan pakaian bebas rapi bukan baju adat tetapi menggunakan tali bonto atau
siga
 Peserta hanya 1, boleh laki-laki atau perempuan
 Jika menggunakan properti tambahan disilahkan tapi disesuaikan dengan isi pidato
 Pidato yang dibacakan adalah pidato yang menggunakan bahasa pamona dengan
berpedoman pada lampiran berupa teks pidato dan rekaman audio tentang cara
pengucapan yang benar menggunakan bahasa pamona.
 Direncanakan lomba membaca pidato akan dilaksanakan tanggal 21 Agustus 2023
mulai pukul 15.00 wita sampai selesai dimulai dari jenjang SD dilanjutkan jenjang
SMP. Jika ada perubahan waktu pelaksanaan akan disampaikan kembali.

4. MEMBACA CERPEN
Ketentuan Lomba :
 Cerpen dibacakan bukan dihafal dan materinya telah disediakan
 Menggunakan pakaian bebas rapi bukan baju adat tetapi menggunakan tali bonto atau
siga
 Peserta hanya 1, boleh laki-laki atau perempuan
 Jika menggunakan properti tambahan disilahkan tapi disesuaikan dengan isi cerpen
 Cerpen yang dibacakan adalah cerpen yang menggunakan bahasa pamona dengan
berpedoman pada lampiran berupa teks cerpen dan rekaman audio tentang cara
pengucapan yang benar menggunakan bahasa pamona.
 Direncanakan lomba membaca cerpen akan dilaksanakan tanggal 22 Agustus 2023
mulai pukul 15.00 wita sampai selesai dimulai dari jenjang SD dilanjutkan jenjang
SMP. Jika ada perubahan waktu pelaksanaan akan disampaikan kembali.

5. MEMBACA CERITA RAKYAT


Ketentuan Lomba :
 Cerita Rakyat dibacakan bukan dihafal dan materinya telah disediakan
 Menggunakan pakaian bebas rapi bukan baju adat tetapi menggunakan tali bonto atau
siga
 Peserta hanya 1, boleh laki-laki atau perempuan
 Jika menggunakan properti tambahan disilahkan tapi disesuaikan dengan isi cerita
rakyat
 Cerita Rakyat yang dibacakan adalah cerita rakyat yang menggunakan bahasa pamona
dengan berpedoman pada lampiran berupa teks cerita rakyat dan rekaman audio tentang
cara pengucapan yang benar menggunakan bahasa pamona.
 Direncanakan lomba membaca cerita rakyat akan dilaksanakan tanggal 23 Agustus
2023 mulai pukul 15.00 wita sampai selesai dimulai dari jenjang SD dilanjutkan
jenjang SMP. Jika ada perubahan waktu pelaksanaan akan disampaikan kembali.

6. TEMBANG TRADISI
Ketentuan Lomba :
 Materi tembang tradisi jika peserta mampu menghafal lebih baik tetapi jika tidak
mampu menghafal boleh menggunakan teksnya
 Menggunakan pakaian bebas rapi bukan baju adat tetapi menggunakan tali bonto atau
siga
 Jika memilih tembang tradisi “Mampeboo Wuya” maka pesertanya berjumlah 4 orang
boleh laki-laki atau perempuan semua, boleh juga dicampur. Jika memilih tembang
tradisi “Lega-lega” maka pesertanya berjumlah 3 orang boleh laki-laki atau perempuan
semua, boleh juga dicampur.
 Jika menggunakan properti tambahan disilahkan tapi disesuaikan dengan isi tembang
tradisi yang akan dinyanyikan
 Silahkan memilih 1 tembang tradisi diantara 2 tembang tradisi yang diberikan sesuai
kemampuan peserta didik
 Tembang tradisi yang dinyanyikan adalah tembang tradisi yang menggunakan bahasa
pamona dengan berpedoman pada lampiran berupa teks tembang tradisi dan rekaman
video tentang cara pengucapan yang benar menggunakan bahasa pamona, dan cara
melakukan permainannya.
 Direncanakan lomba tembang tradisi akan dilaksanakan tanggal 24 Agustus 2023 mulai
pukul 16.30 wita sampai selesai dimulai dari jenjang SD dilanjutkan jenjang SMP. Jika
ada perubahan waktu pelaksanaan akan disampaikan kembali.

Catatan :
 Jika ada hal-hal yang kurang jelas mengenai pelaksanaan lomba atau juknis ini
bisa menghubungi panitia yang tertera di bawah ini
(1) Bpk. YUPI (081245117277)
(2) Bpk. YEFER (081343846432)
(3) Ibu ISMA MUSTAPA (085342405160)
(4) Ibu OKTA (082271191384)
(5) Ibu JEIN (082251165311)
(6) Ibu LIDIA MELAPA (082210815373)

TEMBANG TRADISI
1. MAMPEBOO WUYA

DESKRIPSINYA :
Di suatu malam, muncullah bulan yang sangat indah di langit yang menerangi dunia
khususnya di suatu desa terpencil dan ada seorang anak yang keluar rumah untuk
melihat keindahan bulan malam itu. Dia mempunyai kerinduan untuk memanfaatkan
malam yang indah itu dengan ingin bermain bersama teman-temannya tetapi teman-
temannya tidak ada saat itu, maka dia melantunkan suatu syair lagu dengan tujuan agar
teman-temannya mendengarkan dia dan menginginkan mereka bergabung bersama dia
untuk bermain (Deskripsi ini akan dibacakan oleh seorang guru atau murid)

ORANG 1 : (Memasuki panggung) Oh Pue Alla, magaya kojo wuya ri yangi mawengi
se’i, paikanya bere’e yunuku damolega pai yaku ri wengi anu lese se’i (Oh
Tuhan Allah, bagus sekali bulan di langit malam ini, tetapi tidak ada
teman yang bermain bersama saya di malam yang indah ini)
(Sambil Menyanyi)....Oh, .........wuyaindate, pena’u tapombale.....

ORANG 2, 3, DAN 4 (Masuk secara bersamaan sambil membunyikan suara)


: Boom.....Boom.....Boom.....Boom.....Boom.....
Pena’u tapombale.....bale-baleadopi....dopi ndoi nduale (2x)

ORANG 1 DAN 2 ORANG 3 DAN 4

Oh.....Wuyaindate, pena’u tapombale..... Oh wuyaindate, pena’u tapombale


Mbale-mbalea dopi, dopi ndoi nduale
Oh wuyaindate, pena’u tapombale
Mbale-mbalea dopi, dopi ndoi nduale
Oh wuyaindate, pena’u tapombale Oh.....Wuyaindate, olika yaku langke
Mbale-mbalea dopi, dopi ndoi nduale Daku molai langke, deki jaya wurake
Oh wuyaindate, pena’u tapombale Sulabi tu’ampaka, ndeki yae mpa’anya
Mbale-mbalea dopi, dopi ndoi nduale
Oh wuyaindate, pena’u tapombale
Mbale-mbalea dopi, dopi ndoi nduale

Oh.....Wuyaindate, pena’u tapombale..... Oh wuyaindate, pena’u tapombale


Mbale-mbalea dopi, dopi ndoi nduale
Oh wuyaindate, pena’u tapombale
Mbale-mbalea dopi, dopi ndoi nduale
Oh wuyaindate, pena’u tapombale Oh.....Wuyaindate, olika yaku langke
Mbale-mbalea dopi, dopi ndoi nduale Daku molai langke, deki jaya wurake
Oh wuyaindate, pena’u tapombale Sulabi tu’ampaka, ndeki yae mpa’anya
Mbale-mbalea dopi, dopi ndoi nduale
Oh wuyaindate, pena’u tapombale
Mbale-mbalea dopi, dopi ndoi nduale

Oh.....Wuyaindate, pena’u tapombale..... Oh.....Wuyaindate, pena’u tapombale.....

ORANG 1 : Bale.....ma’i mo kita molega sangkani-ngkani (Kawan...marilah kita


bermain bersama-sama)
ORANG 2, 3, 4 (Secara serempak membalas)
: Ma’i mo (Marilah).....(sekaligus meninggalkan panggung)

2. LEGA-LEGA
DESKRIPSINYA :
Lega-lega merupakan jenis permainan rakyat yang terdiri dari gabungan beberapa
permainan yang dimainkan secara berurutan oleh beberapa orang anak yang
mengandung maksud untuk menanamkan jiwa tolong-menolong, kerja sama,
kekeluargaan, ketahanan fisik dan terlebih untuk menghibur. (deskripsi ini akan
dibacakan oleh seorang guru atau murid)

ORANG 1 : (Sambil masuk panggung berteriak memanggil teman untuk bermain)


Ee.....wa’a ongga, wa’a bale ma’imo kita sangkani-ngkani damolega
(Ee...teman wanita, teman pria marilah kita sama-sama bermain)
ORANG 2&3 : (Sambil masuk panggung dan bersuara secara bersamaan)
Molega njaa.....ongga (Bermain apa....teman wanita)
ORANG 1 : Maria ngaya lega datapowia ince’e mo Kungkulodu, Tara-Tara Impia,
Njua-Njua Loba, Towo-Towo Loka, dan Keke Buriko (Banyak sekali
permainan yang akan kita lakukan yaitu Kungkulodu, Tara-tara Impia,
Njua-Njua Loba, Towo-Towo Loka, dan Keke Buriko)
ORANG 2&3 : Ode...ara lese saa (Ode....bagus sekali)
ORANG 1 : Ma’i mo kita motunda (Marilah kita duduk)

PERMAINAN 1 (KUNGKULODU)
(Ketiga peserta mengepal kedua tangannya dan disusun secara berbalasan kemudian tangan
yang di bagian atas akan menumbuk tangan yang di bawahnya sambil menyanyi bersama dan
setelah nyanyiannya selesai maka tangan yang paling bawah akan membuka tangannya yang
dikepal dan demikian seterusnya sampai ketiga peserta tangannya terbuka semua)
Nyanyiannya : Kungkulodu, kungkulodu takumpeu
Takumpeu saoni
Saoni babulere, babulere kina’a
Kina’a pae pulu, pae pulu masapi
(Lagu dinyanyikan berulang-ulang sampai selesai permainannya)

PERMAINAN 2 ( TARA-TARA IMPIA)


(Setelah selesai permainan Kungkulodu dan semua tangan peserta telah terbuka semua,
dilanjutkan dengan permainan ini yang hampir sama dengan permainan Kungkulodu tetapi
tangannya dalam posisi terbuka dan tangan yang terbuka di bagian atas akan memukul
tangan yang terbuka di bagian bawahnya sambil menyanyi lagu “Tara-Tara Impia” dan
setelah selesai menyanyikan lagunya maka tangan yang terbuka di bagian bawah akan
meletakan tangannya di pundak teman yang disampingnya, demikian seterusnya sampai
semua peserta memegang masing-masing pundak temannya)
Nyanyiannya : Tara-tara impia, impia banalia
Petotaka ri awa ntau jela
(Lagu dinyanyikan berulang-ulang sampai selesai permainannya)

PERMAINAN 3 (NJUA-NJUA LOBA)


(Setelah selesai permainan Tara-tara impia dan ketiga peserta sudah meletakan kedua
tangannya di pundak teman yang di sampingnya maka dilanjutkan permainan ini dengan cara
ketiga peserta menggoyang-goyangkan teman di samping kiri dan kanannya sambil
menyanyikan lagu “Njua-Njua Loba” dan setelah selesai menyanyikan lagu ini maka masing-
masing akan mendorong temannya tetapi dengan tenaga yang tidak terlalu kuat agar tidak
melukai temannya)
Nyanyiannya : Njua-njua loba, njau asu loba
Mangkoni jole ngura
Benadikaka ananya
Jamo wuku mpusenya (dinyanyikan hanya sekali)

PERMAINAN 4 (TOWO-TOWO LOKA)


(Setelah selesai permainan Njua-njua loba, dilanjutkan dengan permainan ini dengan cara
semua peserta akan mengepal keempat jarinya dan hanya jari telunjuk yang mengarah ke atas
dan dilakukan oleh tangan kanan dan kiri kemudian jari telunjuk akan disusun dengan cara
orang pertama akan meletakan tangannya di bawah, orang kedua akan mencengkeram jari
telujuk teman yang dibawahnya dan demikian selanjutnya. Jari telunjuk yang di bagian atas
susunan akan menyentuh jari telunjuk yang ada di bawahnya seperti memotong kayu dan
sambil menyanyi lagu “Towo-towo loka” dan setelah selesai menyanyikan lagu tersebut
maka tangan peserta akan diletakan di dalam ketiak)
Nyanyiannya : Towo-towo loka, loka i nggatia
Nggatia lai ue
Pombebuka, pombu-mbuka, peupe-upeka
(Setelah selesai menyanyi dan semua peserta posisi tangannya sudah berada di ketiak
masing-masing, selanjutnya saling bertanya, seolah-olah ada sesuatu yang berharga yang
disembunyikan di tangan yang berada di ketiak masing-masing. Misalkan semua peserta
menyembunyikan jenis-jenis makanan, atau sayuran, atau buah-buahan)
Sesi Bertanya
ORANG 1 : Njaa incetu? (Apa itu)
ORANG 2 : Katedo (Sayur labu)
ORANG 1 : Romo ndapoapu? (sudah di masak?)
ORANG 2 : Romo (Sudah)
ORANG 1 : Konimo sakodi, dikaka inemu pai papamu (makanlah sedikit, kemudian
simpan untuk mama dan papamu)
ORANG 2 : Njaa incetu (Apa itu?)
ORANG 3 : Kina’a (Nasi)
ORANG 2 : Re’e baunya? (ada ikannya?)
ORANG 3 : Re’e (ada)
ORANG 2 : Konimo sakodi, dikaka tua’i mu sakodi (makanlah sedikit, simpan untuk
adikmu sedikit)
ORANG 3 : Njaa incetu (apa itu?)
ORANG 1 : Kukisi (kue)
ORANG 3 : Kukisi njaa (kue apa?)
ORANG 1 : Onde-onde
ORANG 3 : Maria (banyak?)
ORANG 1 : Maria (banyak)
ORANG 3 : Konimo sakodi, dikaka nenemu sakodi (makanlah sedikit, simpan untuk
nenekmu sedikit).
Pada sesi bertanya, materi pertanyaan boleh diganti sesuai kemampuan peserta didik dengan
mengganti nama buah atau sayur atau makanan

PERMAINAN 5 (KEKE BURIKO)


(Setelah selesai permainan “Towo-Towo Loka”, dilanjutkan dengan permainan Keke Buriko
dengan cara ketiga peserta berdiri dan saling membelakangi dan masing-masing peserta
mengangkat salah satu kaki mereka dan menyilangkannya satu sama lainnya kemudian
mereka akan melompot bersama dan sambil bertepuk tangan)
Nyanyiannya : Keke buriko (5 kali diulang)
ORANG 1 : Eh...ongga, eh...bale, mawengi mo, masaemo polega ta
Dana pepalimo tau tu’a ta kita, ma’i mo tapewalili, iraneo kita damo sikola
(Eh...teman wanita, eh...teman pria, sudah malam, sudah lama kita
bermain. Sudah akan dicari oleh orang tua kita, marilah kita pulang,
besok kita akan ke sekolah)
ORANG 2 : Monjo ongga, ma’i mo tapewalili (benar teman wanita, marilah kita
pulang)
(Sambil meninggalkan panggung)

CERPEN
(BAHASA PAMONA)
POMPAKAROSO
Onge…nce’emo samba’a ana we’a, anu tuwu rijuta tangara ndayanya risamba’a banua anu
morindi bangke. Risampowuro sindara I onge mampapoleke ue dana pake mampowia sagalasi ue
mapane.

Onge nce’emo ana we’a anu tuwu riraya sombori anu gana gana. Maya ndato’o sombori anu
kore’e. paikanya pindongo, I onge bena koto mangkeni koro ngkalionya, ane banya mampake
petulungi kadera moroda, painaka si’a tesaoyo naepe ewa benda linga sindara re’e ribanua anu
bangke pai maramba setu.

Rikaradua tau tu’a i onge bere’e napalinga-linga I onge, maka naepe ntau se’e bere’e anu
danapoyoweka ri ana we’a anu jamo ri kadera moroda. Sindara tukakanya se’e ewa maeyanya
mampotumpu tua’I anu ewa I onge.

Saeyo-saeyo I onge podo maroo-roo ri raya lincu, metempo-tempo napopoara kadera moroda ri
soma . Ana we’a anu tinuwu sampuyu radua nta’u setu, mawongko rayanya ane damo rando ri
soma banua, damampaka tetaji nawa-nawa anu belese mangkono ju’a anu merampe ri koronya.

Risampowuro, I onge manawu ungkari kadera moroda, bere’e sako samba’a tau anu ri raya
banua jela damantulungi, rikamawo ndayanya pai njaa anu tepewali setu, mampaka re’e roso
damampapelinja kadera moroda danjo’u ri soma banua damampaka lindo rayanya.

Risindara si’a tumangi ri soma, tingkaresaka I onge napemosuki samba’a ana we’a anu ewa
kasantinuwunya pai sawia ju’a anu merampe ri koro ntau se’e . Ana we’a setu natonjumo
palenya ri onge pai nato’omo to’onya “Hana”.

Tau se’e radua liu-liu mewali mo ongga maramu, ewa panto’o se’e mombencanimo pai njaa anu
sawia tepewali ri koro ntau se’e . tingkaresaka ri jaa setu nato’o I hana “ onge danupaincani
bere’e tau ri lino se’I anu ndapoana bemoyowe, kita lawi bebisa melinja ewa tolino ntaninya
paikanya kita ntongo mampotumpu nja anu mewali tumputa ince’emo damangaepe kawongko
ndaya. Pakatodo rayamu damangantarima koro ngkaliomu onge.

Ro mompau ewance’e, ana we’a setu metompamo ri onge. Ungkari pomberata ri soma pai I
hana, I onge montepu’u mamparindaya nja pau anu ro nato’o ana we’a setu. Anu na nawa-nawa
I onge ince’emo ewa mbe’I dakatewianaka anu natunggai ndayanya pai njaa anu tepewali pai
koronya.

Anu natunggai I onge ince’emo damewali samba’a toporando anu mampoto’o to’onya dandadika
ri susa bangke. Ungkari jaa setu si’a montepu’u madoyo mo morando. Sakodi-sakodi tangara
ndaya I onge setu montepu’u yosamo. Risindara monjii-njii si’a tesaoyo mampakatu randonya
mampoliu media sosia

Ri santempo setu, re’e samba’a tuama anu jela ri banuanya pai mampepali damanga mpeboo I
onge dasangkani-ngkani jo’u ri susa bangke. Sombori I onge liu-liu jingkinya madonge
pomparata tuama setu maka bena pasoro-soro ntau se’e I onge samba’a ana we’a anu jamo pai
kadera moroda paikanya nakoto mampowia rando anu magaya

Tau tu’a onge rata mampeole susa bangke setu, tau se’e liu-liu mawo rayanya mangkita ana we’a
anu bena linga ri sangkatuwunya. Ungkalairia setu, i onge liu-liu naepe mawongko rayanya ua
natarima nunjaa anu re’e ri kakura koronya pai napoyoweka nujaa peru ri koronya. Ine papa pai
tukakanya mantarima ri kabuke ndaya tau se’e nunjaa kakura i onge.

CERPEN
(BAHASA INDONESIA)
SEBUAH PERJUANGAN
Onge adalah gadis yang hidup dengan sejuta mimpi di dalam sebuah rumah berdinding tinggi.
Pagi menjelang saat Onge mulai mendidihkan air untuk membuat segelas teh panas.

Onge merupakan gadis yang tumbuh di dalam keluarga berkecukupan bahkan bisa dibilang
sangat kaya raya. Namun sayangnya, Onge tidak bisa menopang tubuhnya sendiri tanpa
menggunakan bantuan kursi roda sehingga kerap merasa diacuhkan bahkan saat berada di istina
mewah tersebut.

Kedua orang tua Onge selalu mengabaikannya karena merasa tidak ada yang bisa mereka
harapkan dari gadis dengan kursi roda tersebut. Sementara kakaknya kemungkinan besar malu
punya adik dengan kondisi seperti Onge.

Setiap hari, Onge hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar dan sesekali mengarahkan
kursi rodanya menuju arah taman. Gadis yang kini berusia 12 tahun itu sangat senang untuk
menggambar di taman guna menghilangkan pikiran buruknya yang menyesali keadaannya.

Suatu pagi, Onge jatuh dari kursi rodanya, tapi tidak ada seorangpun di dalam rumah tersebut
mendekat untuk menolongnya. Rasa kecewa terhadap hal tersebut membuat Onge memiliki
kekuatan untuk menggerakan kursi rodanya ke arah taman kompleks dengan niatan untuk
menenangkan diri.

Saat sedang terisak menangis di taman, tiba-tiba Onge dihampiri oleh seorang gadis yang terlihat
seperti seusianya dengan kondisi yang sama. Gadis tersebut mengulurkan tangan untuk Onge dan
mulai menyebutkan namanya “Hana” katanya.

Mereka berdua mudah sekali akrab, mungkin karena keduanya saling mengerti kondisi masing-
masing. Tiba-tiba Nama berkata, “Onge, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang
terlahir sia-sia. Mungkin kita tidak bisa berdiri tegak layaknya manusia lain. Tapi, kita masih
punya hak untuk merasakan bahagia. Cobalah untuk menerima dirimu sendiri, Onge.

Setelah berucap demikian, akhirnya gadis itu berpamitan pada Onge. Semenjak pertemuan di
taman dengan Hana, Onge mulai merenungi kata-kata yang diucapkan oleh gadis tersebut. hal
yang dipikirkan oleh Onge adalah bagaimana ia bisa mewujudkan mimpinya dengan kondisi
tersebut.

Mimpi Onge adalah menjadi seorang pelukis yang karyanya bisa dipajang di pameran besar.
Oleh karenanya, ia mulai rajin membuat lukisan. Perlahan, mimpi sang Onge mulai terwujud saat
diam-diam ia sering mengunggah lukisannya melalui media sosial.

Hingga suatu hari, ada seorang pria yang datang ke rumah Onge dan mencarinya guna mengajak
Onge bergabung di sebuah pameran lukisan. Keluarga Onge jelas bingung mendengar ucapan
pria tersebut sebab tidak menyangka bahwa Onge si gadis kursi roda bisa menghasilkan karya
lukisan yang indah.

Orang tua Onge menghadiri pameran itu dan merasa terharu atas pencapaian putri yang selama
ini diabaikan. Sementara itu, Onge merasa lega bisa menerima keadaan fisiknya dan
memanfaatkan apa yang dia miliki. Kedua orang tuanya dan kakanya sangat menyayangi Onge
dan menerima Onge apa adanya.

PIDATO
(BAHASA PAMONA)

Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatu


Tabea petubunaka kuparata ri kita pura-pura
Maradeka… maradeka… maradeka…
Anu kutubunaka papa/ine pomatua Juri
Anu kutubunaka pura-pura wa’a yunu anu damawianaka pobasa pidato, pai kita pura-pura anu
ma’i mampakadoro posusa se’i.
Riu riunya kuparata peunde ri Pue Alla anu makuasa, anu mawaika donde ngkore rikita
pura-pura rata rijaya se’i kita momberata damaendoka kamaradeka banca Indonesia, anu
kapapitu mpuyu uayu nta’u , anu tapowia risepalemba poso pasisir.
Jaa se’i ndiwai tempo riyaku damawai pomparata anu powo’onya :
“KAROSO KASAMBA’A-MBA’A PAI KASIUJU-UJU DATEPU’U UNGKARI
POSIKOLA”
Ewa anu tancani sangkani-ngkani, ri Indonesia tepodede togongi anu bangke ungkari
Sabang ratari Merauke. Tepodede ungkari moncowu-ncowu togongi anu kore’e suku pai
adantana. Mau re’e posisala, kita datesua majagai kasamba’a-mba’a pai kasiuju-uju bancata,
pagonya ri Tana Poso, danaka ne’emo tepewali poiwali ewa anu ro taliunaka. Maka singkono pai
anu ndapomata-mata ince’emo “Bhineka Tunggal Ika” mau lau ripengaya-ngaya
posisala,paikanya kita samba’a Banca Indonesia.
Paikanya ri anuntaninya tadonge bambari wawa se’i, madoro ndapasimbaju rilino
pompaguru ince’emo mangkono katepewali pombeluku ntoposikola, pai tepewali pombekei-kei
risikola.
kita toposikola datesua majagai kasamba’a mba’a pai kasiuju-uju bancata, datongawa
rilengko pai engko rikasiyunu ri posikola, bara ribanua, kita damampotowe ne’e re’e posisala pai
kasiyunu.
Kasamba’a-mba’a pai kasiuju-uju anu maroso damampakalawa kita ungkari
kamasinandaya. Aralese ane samba’a- mba’a pai kasiuju-uju datuwu malinuwu ri raya toposikola
Indonesia
Mewali, pombesisala banya damasalempori riraya ngkatuwuta. Papewalimo posisala
mewali kasugi bancata . pombesisala datapapewali ‘’karoso kasamba’a-mba’a pai kasiuju-uju
datepu’u ungkari posikola’’
posikola ince’emo tampa mpeguruta. Kita meguru danaka taincani ewambe’i posisala
posisala kasiyunu, kita meguru naka tainci posisala-posisala nce’emo pombai impue anu
makuasa, kita meguru damombetubunaka pai kita meguru danaka takoto mangawianaka posisala
posisala mewali kasamba’a-mba’a pai kasiuju-uju anu maroso, danaka rikapusanya, kita
damampotumpu roso kasamba’ba’a-mba’a pai kasiuju-uju riraya mponawa-nawa pai polengko
danaka mewali samba’a patiendo rikita pura-pura riraya ngakatuwuta sangkani-ngkani. Ua
ngkaince’enya, ritempo se’i maimo kita damampaliu tangarandaya kamaredeka Malulu karoso
kasamba’a-mba’a pai kasauju-uju datepu’u ungkari posikola.
Rikapusa pidato se’i, kusale kita pura-pura damampekakaika pomakoje banca danaka
limbayo sumanga pomakoje male’o tampa anu madago risori imPue Alla anu makuasa.
Dirgahayu Republik Indonesia. Maradeka.
Tarimakase
PIDATO
(BAHASA INDONESIA)

Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh


Salam sejahterah buat kita sekalian

Merdeka...Merdeka...Merdeka

Yang terhormat Bapak/Ibu dewan juri


Yang terhormat para peserta lomba pidato dan
Para hadirin yang berbahagia

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan nikmat
sehat kepada kita semua sehingga pada saat ini kita dapat berjumpa dalam rangka mengikuti
kegiatan perayaan HUT kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-78 di Kecamatan Poso
Pesisir.

Pada kesempatan ini izinkanlah saya menyampaikan sebuah pidato yang bertema “Semangat
persatuan dan kesatuan dimulai dari sekolah”.

Seperti yang kita ketahui Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas, terbentang dari
Sabang sampai Merauke terdiri dari beribu-ribu pulau yang kaya akan suku dan budaya.
Walaupun berbeda-beda kita harus tetap menjaga rasa persatuan dan kesatuan bangsa khususnya
di daerah kita tanah Poso agar tidak terjadi lagi konflik seperti yang sudah kita alami di masa
yang lalu karena sesuai dengan semboyan negara kita yaitu “Bhineka Tunggal Ika” berbeda-beda
tapi tetap satu jua.

Namun disisi lain kita mendengar berita yang akhir-akhir ini sedang ramai diperbincangkan di
dunia pendidikan kita yaitu mengenai fenomena tawuran antar pelajar, dan terjadinya pembulian
di sekolah-sekolah.

Kita sebagai pelajar tentu harus ikut berperan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Nilai-nilai persatuan dan kesatuan dapat kita amalkan melalui sikap dan tingkah laku kita yang
baik seperti berteman baik di sekolah maupun di lingkungan rumah. Kita harus bergaul dan
berteman tanpa membeda-bedakan satu dengan lainnya.

Dengan persatuan dan kesatuan yang kuat akan menjauhkan diri kita dari iri dan dengki.
Alangkah indahnya jika persatuan dan kesatuan tumbuh dan terjalin dengan erat di hati para
pelajar Indonesia sejak dini.

Oleh karena itu, perbedaan bukanlah merupakan kendala bagi kita. Jadikanlah perbedaan itu
sebagai kekayaan bangsa kita. Perbedaan dapat kita satukan dengan semangat persatuan dan
kesatuan dimulai dari sekolah.

Sekolah adalah tempat kita belajar. Kita belajar untuk memahami perbedaan-perbedaan diantara
kita, kita belajar untuk memahami bahwa perbedaan-perbedaan itu adalah karunia Tuhan Yang
Maha Esa, kita belajar untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan, dan kita
pun belajar untuk merajut perbedaan-perbedaan menjadi satu kesatuan yang kokoh sehingga
pada akhirnya kita memiliki semangat persatuan dan kesatuan dalam berpikir dan bertindak
untuk kepentingan kita bersama dalam suasana kekeluargaan. Oleh karena itu, saatnya sekarang
ini mari kita melanjutkan cita-cita kemerdekaan dengan semangat persatuan dan kesatuan
dimulai dari sekolah menuju Kota Poso Cerdas.

Mengakhiri pidato ini, saya mengajak kita sekalian mendoakan para pahlawan bangsa kiranya
arwah para pahlawan mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Dirgahayu
Republik Indonesia. Merdeka!

Sekian dan terima kasih

Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh


Syalom
PUISI
(BAHASA PAMONA)
KITA TO INDONESIA
UKI MPALE : NN

Yaku nce’emo ana tuama pai ana we’a banca to Indonesia


Pai oninganga ma’ai anu yonto mampeoraka
Maradeka.....maradeka.....maradeka
Bekupokaeka isema siko ane siko ince’emo yaku
Maka yaku pai siko ince’emo to Indonesia

Sawia kita to Indonesia


Pai oninganga anu momperedasi
Kita damampanggoraka
Maradeka.....maradeka.....maradeka
Maka ma’imo kita meora sangkani-ngkani
Maka yaku, siko, pai kita pura-pura
Ince’emo to Indonesia

Kita to Indonesia
Yaku, siko, pai kita pura-pura
Damampowia tetala anu bangke
Damampoliu banca se’i
Danaka jela ri kamaradeka
Anu monco pai maroso
Kita ndasarumaka damawianaka
Maka kita to Indonesia
PUISI
(BAHASA INDONESIA)
KITA INDONESIA
Karya : NN

Aku adalah putra putri bangsa


Dengan suara keras dan tegas meneriakan
Merdeka, merdeka, merdeka!
Tak peduli siapa engkau
Jika kau adalah aku
Maka teriaklah hal yang sama
Karena aku dan kau adalah Indonesia

Kita adalah Indonesia


Dengan suara menggelegar kita berteriak
Merdeka, merdeka, merdeka!
Maka marilah berteriak bersama
Karena aku, kau, dan kita semua
Adalah Indonesia

Kita Indonesia
Aku, kau, dan kita semua
Akan melakukan tugas yang besar
Untuk majunya bangsa ini
Menuju kemerdekaan yang sejati
Kita wajib melakukannya
Karena kita Indonesia
PUISI
(BAHASA PAMONA)
SAMBA’A PAU MARADEKA
UKI MPALE : NN

Rantani jaa se’i


Rincowu daa anu tetonto
Rantani jaa se’i
Rincowu inosa anu moyano-yano
Rantani jaa se’i
Rincowu wuku simbalenta
Samba’a sililenge anu dabayari
Tila mampatongawa kamaradeka to Indonesia
Tila mampatongawa samba’a pau “Maradeka”

Se’i se’i kita maradeka


Se’i se’i Indonesia maradeka
Banca bangke tewianaka
Mampatongawa karoso surodado
Sililenge montede daa pai ue mata
Sangkani pai wa’antau mate
Ua dakamaradeka

Bendakoto maimba tau mate ri poiwali


Daa malino mencisi ri tana ue
Riwongko ndaya sumangami tekalumiri
Mangkita penangi anu bemoniepe
Pura-puranya podo samba’a pau
“Maradeka...maradeka...maradeka”
PUISI
(BAHASA INDONESIA)
SATU KATA “MERDEKA”
KARYA : NN

Hingga detik ini


Ribuan darah telah tertumpah
Hingga detik ini
Ribuan nyawa telah melayang
Hingga detik ini
Ribuan belulang telah berserakan
Sebuah harga yang harus dibayar
Demi terwujudnya kemerdekaan Indonesia
Demi terwujudnya satu kata “Merdeka”

Detik ini bangsa kita telah merdeka


Detik ini Indonesia telah merdeka
Bangsa yang besar telah lahir
Terwujud dengan semangat para pejuang
Yang terbayarkan dengan tetesan darah dan air mata
Serta jiwa-jiwa yang terkorbankan
Demi satu kata “Merdeka”

Tak terhitung jiwa gugur di medan pertempuran


Darah segarmu merasuk ke dalam sela-sela tanah air
Dengan bangga jenazahmu tersenyum
Menyaksikan kemenangan yang tak pernah kau nikmati
Semua demi satu kata
“Merdeka...merdeka...merdeka”
CERITA RAKYAT
TANA MAGONU
(BAHASA PAMONA)

Betania, samba’a lipu anu lau ri sepalemba. Kare’e lipu betania napoliu koro mapane.
rioyo buyu re’e samba’a limbo bangke anu ndato’oka “Tana Magonu”. Uyu-uyunya tempo setu
napeari wa’antau, anu nakekeni pomakoje mangkekeni posongka pai peayandaya anu mewali
ada ntana, anu danda linja baka. Katuwu ntau se’e riu-riunya moawu, molida, mobonde, pai
mampakaosa tau maju’a. pura-puranya setu ndapotetalaka tau se’e malulu songka anu madago,
danaka I Mpue palaburu mangadonco katuwu tau se’e.
Pura-pura ngaya pinatuwu rilipu pai ri yopo bemaya ndapowia siwia pai tolino, tau se’e
bemaya molega-lega pai pinatuwu malulu pepokono ndaya tau se’e. ane tau se’e mowia ja’a
ripinatuwu, dare’e samba’a anu datepewali ri tau se’e, katuwu ntau se’e ndapomawo ripoparenta
samba’a pomakoje.
Ri kalo’e loenya kuse mesompo santempo damanawu ri tana. Wance’emo anu tepewali ri
lipu karodo ntau se’e, ua tause’e mowia anu besilulu pai ada ntana. Risantempo, tau se’e
mawongko rayanya ua tepewalimo njaa tangara ndaya ntau se’e silulu pai pepokono. Ua
kawongko ndaya, ntau se’e mampowia pangkoni, panginu pai ponggora-nggora, pura-pura tau
mangura, tau tu’a mantima tila rikadoro anu napowia ntau se’e.
Ri kapusa kawongko ndaya tau se’e, benapa soro-soro, I’tua mantima samba’a tumpa,
wuku witi tumpa ndapu’asi liu-liu ndapapesua riraya pauba. Liu mesua I tu’a rioyo ntau anu
monggora-nggora. Ua maju’a naepe I tumpa setu benaowe mowotu-wotu “ Klok…klok…klok”.
Pindongo saa pinatuwu setu.
Madonge powotu tumpa anu beme’onto-onto, tau sondo meole ri tu’a, simbente
mombepeoasi oni njaa Mowotu setu. U…..Klok…Klok…Klok. Rasi berale’o rugi jela. Jaa setu
se’e, liu-liu moberese pai tudu uja anu marombo ewa yangi damaombo. Ua popatuju inosa
magali, pura-pura parewa pai wa’a banua ntau se’e mewali samba’a limbo bangke,pai pura-pura
wa’a ntolino mewali bau. Ince’e pu’unya painaka tampa setu ndato’oka “TANA MAGONU”.
Anu posokinya “ Tolino mewali Bau, Tana pai aga-aga mewali Limbo Bangke”.
Ritempo anu roo ndaliunaka, re’e samba’a Tuama njo’u momeka rilimbo setu. Maria bau
anu nale’o pai nalemba ri awaanya. Sindara pelinjanya nadonge re’e oninganga ungkari
talikunya nato’o “Tana setu waka lipuku owi”. Ua ngkajingkinya meole ri taliku, pai bere’e
banja-njaa nakita. Bemasae oyonya nadonge wo’u oninganga, “Tampa se’i tampa pobonde tau
tu’aku“. liu jingkinya, jabutu meole ri taliku, tanoka bau anu mompau. Ua kajingki ndayanya,
natajika bau setu nepa molonco gorindayanya. Ane wawa se’i tana setu mewalimo tampa
“Pojamaa”.
CERITA RAKYAT
TANA MAGONU
(BAHASA INDONESIA VERSI LENGKAP)

Betania adalah sebuah desa yang terdapat dalam Wilayah Kecamatan Poso Pesisir dan
salah satu desa yang menjadikan Ibu Kota Kecamatan tersebut. Di lereng perbukitan wilayah ini
terdapat dataran dan pada dataran inilah terdapat danau kecil atau kolam besar yang namanya
“TANA MAGONU”.

Konon cerita, dahulu kala tempat ini dihuni oleh sekelompok orang yang statusnya sama
dengan kelompok-kelompok orang di tempat-tempat lain. Mereka mempunyai pemimpin,
mempunyai peraturan-peraturan bahkan kepercayaan-kepercayaan yang akhirnya melahirkan
adat istiadat yang harus ditaati dan dijalankan. Membuka lahan, menanam padi, menuai,
mengobati orang sakit, pergi berburu dan lain sebagainya, semuanya dilaksanakan dengan
memperhatikan serta mengikuti peraturan-peraturan yang ada secara baik dan hormat. Semua
jenis hewan peliharaan dan semua jenis hewan hutan tidak boleh diperlakukan sama dengan
manusia. Mereka tidak boleh bermain-main dengan hewan sesuka hati. Apabila mereka berbuat
menyimpang dari peraturan-peraturan dan melanggar adat istiadat yang sudah ditetapkan maka
satu yang pasti ialah malapetaka akan datang menimpa mereka.

Hidup rukun, hidup damai, sangat terpelihara di bawah kepemimpinan seorang


pemimpin. Mereka bekerja secara gotong-royong membangun dan menata pemukiman mereka,
tidak dapat disangkal bahwa sering terjadi silang sengketa, silang pendapat antar sesama warga
namun semua dengan mudah diselesaikan oleh Tua-tua Hadat.

Demikian pada suatu saat, dimana warga kelompok ini merasa penuh bahagia karena
segala sesuatu sudah boleh terjadi sesuai keinginan mereka dan kebutuhan mereka terpenuhi,
mereka telah pulang dengan selamat dari berburu, kebun mereka berhasil baik, mereka terhindar
dari segala macam penyakit maka kegembiraan inilah mendorong mereka mengadakan kegiatan
berpesta pora makan dan minum serta bersukaria tidak terkecuali anak-anak, anak muda, orang
tua, kakek dan nenek, turut mengambil bagian dalam segala macam kesenian yang ditampilkan
pada waktu itu.

Di penghujung kegembiraan tanpa disadari karena ingin disanjung, seorang nenek


menangkap seekor katak, lalu tulang kakinya dipatah-patahkan lalu katak itu dimasukkan ke
dalam sarung yang dipakai oleh nenek itu, kemudian nenek masuk ke tengah-tengah orang
banyak lalu menari-nari. Karena kesakitan, katak itu tidak henti-hentinya berbunyi seakan-akan
katak itu mengikuti irama tari nenek.

Mendengar bunyi katak yang tidak henti-hentinya, maka orang banyak mengarahkan
perhatiannya kepada nenek sebagai sumber suara itu. Akhirnya terjadilah perpaduan suara antara
suara manusia dan suara katak cukup membahana membela angkasa, menghalau kesunyian di
malam itu.

Seketika itu juga turunlah halilintar sambar-menyambar, petir sambung-menyambung,


hujan deras turun seakan-akan tempayan-tempayan langit semua terbalik.

Dengan kekuatan yang dasyat dan ajaib, maka pada saat itu terjadilah peleburan rumah-
rumah mereka beserta semua alat-alat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari mencair
menjadi air kolam dan semua penghuninya tenggelam ke dalam air kolam itu lalu berubah
menjadi ikan yang mendiami kolam tersebut. Itulah sebabnya tempat tersebut sampai sekarang
dinamai dan disebut-sebut “TANA MOGONU” yang artinya “PENGHUNI DAN
PEMUKIMANNYA DILEBUR MENJADI KOLAM DAN IKAN”.

Setelah beberapa tahun berlalu seorang pria datang memancing di kolam itu. Karena
banyaknya ikan yang diperolehnya, maka ikan-ikan itu harus dipikulnya saat pulang. Tiba-tiba
dalam perjalanan pulang, pemancing itu mendengar semua orang yang datang dari arah belakang
dan mengatakan: “tempat ini bekas kebun saya dahulu”. Pemancing itu menoleh ke belakang,
namun tak seorangpun yang kelihatan. Pemancing bingung dan bertanya dalam hatinya, siapa
gerangan yang berkata-kata itu.

Tak lama kemudian pemancing itu mendengar suara yang lain yang datangnya juga dari
arah belakang yang mengatakan “tempat ini bekas perkebunan orang tuaku”. Pemancing itu
segela menoleh ke belakang dan melihat kepada ikan yang dipikulnya dimana mulut ikan itu
masih bergerak-gerak mengeluarkan suara.

Hilang keberanian, takut yang luar biasa mendatangi pemancing itu, menyuruh
membuang ikan-ikan itu dan segera mengambil langkah seribu. Pemancing itu lari pontang-
panting, jatuh bangun menuju tempat pemukimannya.

Sekarang ini sekeliling TANA MAGONU sudah menjadi lahan perkebunan rakyat,
namun TANA MAGONU itu sendiri yang penuh misteri itu sampai kini belum seorangpun yang
berani menatanya. Sekian...

Anda mungkin juga menyukai