Pada bagian ini berisi mengenai paparan data dan temuan untuk menggambarkan
fenomena yang ada di lapangan, antara lain: (1) Gambaran umum SMP Shalahuddin Malang, (2)
Tingkat kedisiplinan siswa di SMP Shalahuddin Malang, (3) Peran guru PPKn dalam membina
kedisiplinan siswa, (4) Kendala guru PPKn dalam membina kedisiplinan siswa di SMP
Shalahuddin Malang, (5) Upaya guru PPKn dalam mengatasi kendala dalam membina
kedisiplinan siswa di SMP Shalahuddin Malang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
peneliti mengumpulkan dan memperoleh data berdasarkan rumusan masalah yang telah
ditemukan dalam penelitian ini.
1. Gambaran Umum SMP Shalahuddin Malang
a. Sejarah SMP Shalahuddin
Sejarah berdirinya SMP Shalahuddin bermula pada tanggal 1 Juni Tahun 1947
dengan nama “Sekolah Menengah Islam” atau disingkat SMI. Sekolah ini didirikan oleh
Kiyai H. Zaini dan Firmansyah Barok pada saat masa pendudukan Kolonial Belanda. Latar
belakang didirikannya sekolah ini adalah untuk menarik dan menghambat banyaknya siswa
yang hendak melanjutkan pendidikan ke SMP Recomba yang didirikan oleh pemerintah
pendudukan Belanda. Kemudian pada tahun 1958 SMI ini berubah nama menjadi SMP
Nahdlatul Ulama. Pengubahan nama tersebut dikarenakan banyaknya anggota dewan guru
yang menganut faham Nahdlatul Ulama. Akan tetapi, nama sekolah SMP Nahdlatul Ulama
tidak bertahan lama dan hanya bertahan selama 16 tahun saja. Selanjutnya pada tahun 1977
SMP Nahdlatul Ulama berubah nama menjadi SMP NU Shalahuddin. Nama Shalahuddin
tersebut terinspirasi dari seorang tokoh pejuang islam yakni Shalahuddin Al Ayyubi, beliau
adalah seorang ksatria islam yang sangat tangguh dalam berperang dan rajin menyuarakan
dakwah agama Islam. Oleh karena itu lahirnya nama SMP NU Shalahuddin memiliki filosofi
bahwa SMP NU Shalahuddin akan menjadi sekolah yang tangguh dan tidak tergerus oleh
perkembangan jaman. Tidak hanya itu, nama tersebut juga memberikan motivasi agar
lembaga sekolah SMP NU Shalahuddin menjadi madrasah yang senantiasa mengajarkan
ajaran islam dengan baik dan benar kepada calon generasi penerus bangsa dimasa depan.
Setelah berjalan selama dua tahun lamanya yaitu tepat pada tahun 1977 nama sekolah
mengalami perubahan kembali menjadi “SMP Shalahuddin”, alas an dari pergantian nama
tersebut dikarenakan madrasah/lembaga berkeinginan untuk dapat merangkul semua
kalangan yang beragama Islam dengan tidak membedakan anatara faham-faham yang
dianutnya sehingga kemudian kata NU dihilangkan dari labelnya. Nama tersebut kemudian
bertahan sampai saat ini yang biasa kita kenal dengan nama SMP SHALAHUDDIN yang
berada dibawah naungan Yayasan Tarbiyah Islamiyah Malang dan berlokasi di Jalan Jaksa
Agung Suprapto No.10 Malang.
b. Lokasi SMP Shalahudin Malang
SMP Shalahudin Malang merupakan salah satu sekolah swasta di Jl. Jaksa Agung
Suprapto No. 10 Malang, Kecamatan Klojen, Kota Malang. SMP Shalahudin terletak di
tengah Kota Malang berdekatan dengan rumah sakit Saiful Anwar dan Polresta Kota Malang.
Untuk mempermudah dalam hal komunikasi dan publikasi terdapat kontak yang dapat
dihubungi yaitu (0341) 364528, e-mail smpshalahuddin1010mlg@gmail.com kode pos
65111.
NPSN 20533745
NSS 202056101016
Nama SMP Shalahudin Malang
Akreditasi A
Alamat Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 10, Kec. Klojen, Kota
Malang.
Kode pos 65111
Telp/Fax 0341- 364528
Email smpshalahuddin1010mlg@gmail.com
Jenjang SMP
Status Swasta
Situs www.smp-shalahudgin.sch.id
Sumber: Web SMP Shalahuddin Malang
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan komponen yang sangat penting
dalam mengembangkan sikap disiplin siswa, karena disekolah siswa dibelajarkan tentang tata
tertib dan kedisiplinan. Aturan atau tata tertib sekolah berfungsi agar siswa menjadi disiplin.
Disiplin sekolah harus dilaksanakan dengan baik konsekuen dan konsisten. Berdasarkan hasil
penelitian mengenai peran guru PPKn dalam membina kedisiplinan di SMP Shalahuddin Malang
dilihat dari keadaan dilapangan bahwa kedisiplinan yang ada sudah cukup baik. Seperti yang
telah dijelsakan oleh Bapak Syamsul Muarif, S.Ag selaku wakakesiswaan:
“Menurut saya tingkat kedisiplinan siswa disini sudah cukup baik daripada tahun-
tahun sebelumnnya. Terlihat dari penerapan system poin yang sudah mulai dijalankan
bulan lalu. Di SMP Shalahuddin saat ini menggunakan ketentuan sistem poin dalam
mencatat pelanggaran siswa. Sistem poin ini baru berjalan pada awal September 2023.
Ada beberapa tingkatan poin mulai dari pelanggaran yang ringan, sedang, hingga berat.
Di SMP Shalahuddin ada dua pencatatan pelanggaran kedisiplinan yang pertama
mencatat secara manual yang dilakukan oleh semua guru dan kemudian diupload di
aplikasi TATIBSI pada setiap minggunya. Dalam aplikasi TATIBSI tersebut sudah
tertera bentuk pelanggaran dan sanksinya. Setiap 1 Minggu sekali data catatan poin
pelanggaran dalam aplikasi TATIBSI dibagikan ke orang tua agar orang tua tau tingkatan
poin siswanya”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa SMP Shalahuddin Malang
sudah mulai berbenah dalam tata tertib siswa agar menciptakan siswa yang memiliki kesadaran
akan kedisiplinan. Tingkat kedisiplinan di Smp Shalahuddin Malang menggunakan system poin
dalam mencatat agar dapat mengakumulasikan data - data siswa yang melanggar peraturan pada
setiap minggunya. Kemudian dibertahukan kepada orang tua / wali murid. Sehingga di harapkan
siswa akan dapat melakukan evaluasi diri dari pembertahuan orang tua. Poin-poin siswa akan
diunggah kedalam aplikasi TATIBSI agar mempermudah guru untuk melihat akumulasi
pelanggaran yang dilakukan oleh siswa.
Selanjutnya tingkat kedisiplinan siswa di SMP Shalahuddin Malang juga diungkapkan oleh guru
PPKn bapak Abdullah Wafi S.Pd :
“Menurut pandangan saya tingkat kedisiplinan siswa disini sudah ada
peningkatan. Dapat dilihat dari yang sebelumnya masih banyaknya siswa yang terlambat
sekarang sudah mulai minim keterlambatan siswa. Dari catatan pelanggaran di buku
TATIBSI milik saya terdapat 62 pelanggaran yang dilakukan oleh siswa yang sudah saya
catat mulai tanggal 23 Agustus- 15 Oktober 2023. Bentuk pelanggarannya adalah
terlambat datang sekolah, atribut tidak lengkap, memakai sandal diluar jam sholat,
perkelahian, dan mengeluarkan kata-kata tidak sopan pada guru”.
Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa menurut guru PPKn tingkat kedisiplinan siswa sudah
cukup baik. Dilihat dari observasi di lapangan bahwa sudah jarang siswa yang terlambat datang
ke sekolah. Guru PPKn sudah mencatat pelanggaran siswa di buku TATIBSI dan hasilnya
menunjukkan terdapat 62 pelanggaran yang terjadi selama 2 bulan terakhir yakni terlambat
datang ke sekolah sebanyak 21 anak, tidak menggunakan atribut dengan lengkap sebanyak 35
anak, memakai sandal diluar jam sholat sebanyak 10 anak, perkelahian sebanyak 2 anak,
mengeluarkan kata-kata tidak sopan kepada guru sebanyak 1 anakterlambat datang ke sekolah
sebanyak 13 anak, tidak menggunakan atribut dengan lengkap sebanyak 18 anak, mengeluarkan
kata-kata tidak sopan kepada guru sebanyak 1 anak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pelanggaran kedisiplinan siswa yang paling banyak adalah tidak memakai atribut dengan
lengkap.
Gambar 4.2 Buku TATIBSI guru PPKn Gambar 4.3 Catatan Pelanggaran Siswa
Sumber: Catatan Guru PPKn Sumber: Catatan Guru PPKn
Disiplin sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau
ketertiban. Pelaksanaan peraturan sekolah sangat berpengaruh terhadap perilaku siswa. Dalam
tata tertib, setiap siswa akan belajar mengetahui perilaku yang sesuai dan yang tidak sesuai untuk
dilakukan.Tujuan dari dilakukannya pembinaan kedisiplinan juga diungkapkan oleh Bapak
Abdullah Wafi, S.Pd:
“Tujuan pembinaan kedisiplinan siswa di sekolah adalah agar siswa menjadi lebih
disiplin dan memiliki karakter unggul. Karena pembinaan kedisiplinan akan berdampak
positif bagi kehidupan dan perilaku siswa tersebut jika dikembangkan dan diterapkan
dengan baik, konsisten, dan konsekuen”.
Pembinaan kedisiplinan siswa yang diterapkan dengan baik akan berdampak positif terhadap
siswa. Tidak hanya hasil belajar yang berkualitas, namun penanaman sikap disiplin siswa
bertujuan untuk membentuk peserta didik yang berkepribadian santun dan berkarakter, yang
mampu menghargai dan memanfaatkan waktu dengan baik, taat pada peraturan, serta
menjadikan, berkarakter unggul.
3. Peran Guru PPKn Dalam Membina Kedisiplinan Siswa di SMP Shalahuddin Malang
Komponen penting selain sekolah dalam membina kedisiplinan siswa yaitu guru, dimana
guru memiliki peran besar dalam pembinaan kedisiplinan siswa. Peran Guru PPKn sangat
penting, selain memberi materi pelajaran Guru PPKn juga berperan dalam membina kedisiplinan
siswanya. Berdasarkan hasil penelitian dan observasi Peran guru PPKn dalam membina
kedisiplinan siswa sebagaimana yang telah di sampaikan oleh Bapak Abdullah Wafi S.Pd, selaku
guru PPKn:
“Saya membina kedisiplinan siswa melalui kegiatan pembelajaran di dalam kelas
dan dalam kegiatan ekstrakurikuler paskibra. Peran saya dalam membina kedisiplinan
siswa meliputi membina karakter siswa, memberikan keteladanan pada siswa, dan
memberi hukuman/sanksi pada siswa yang melanggar kedisiplinan, serta mengawasi
perilaku siswa dengan tegas. Bentuk pembinaan karakter siswa yang saya berikan
misalnya dengan memberikan nasihat dan motivasi seperti mengajarkan pada siswa
tentang sopan santun, budi pekerti, dan akhlak. Kemudian dalam pemberian teladan pada
siswa saya berusaha memberikan contoh yang terbaik seperti saya selalu datang tepat
waktu saat mengajar, saya berpakaian rapi, bertutur kata yang baik dan sopan. Dan dalam
pemberian sanksi saya berperan untuk memberi hukuman yang menurut saya dapat
membuat siswa menambah wawasan terkait materi PPKn, misalnya jika ada siswa yang
terlambat masuk di jam saya maka saya menyuruh siswa tersebut untuk berdiri di depan
kelas dan saya suruh menjawab pertanyaan dari saya terkait dengan materi PPKn seperti
saya suruh untuk menghafal pembukaan UUD, dan pertanyaan lainnya seputar pelajaran
PPKn seperti apa saja pengamalan Pancasila, lembaga-lembaga apa yg berdaulat di
negara ini dan kalau bisa menjawab siswa diizinkan untuk duduk. Tapi yang terpenting
bagi saya adalah saya selalu menanamkan pentingnya manajamen waktu kepada siswa.
Karena dengan menerapkan manajemen waktu dengan baik maka siswa menjadi lebih
disiplin. Selain itu dalam kegiatan pembelajaran di kelas sebelum membuka
pembelajaran saya membiasakan melakukan kegiatan berdoa bersama, demokrasi, dan
menanyakan kabar siswa karena itu merupakan bagian adab kemanusiaan dalam proses
pembelajaran. Selanjutnya dalam kegiatan ekstrakurikuler paskibraka saya selaku
pembina juga memberikan pembinaan kedisiplinan dalam bentuk pembinaaan fisik,
manajemen waktu, dan menanamkan jiwa korsa atau jiwa kebersamaan. Sekolah juga
melakukan kegiatan pembinaan kedisiplinan melalui kegiatan Keputrian, Sosialisasi,
Muraja’ah diri, ekstrakulikuler Pramuka (wajib) dan ekstrakulikuler pilihan lainnya.
Melalui kegiatan tersebut sekolah berharap dapat membentuk perilaku siswa menjadi
lebih disiplin dan berkarakter unggul. Kemudian yang terpenting dalam pembinaan
kedisiplinan siswa adalah pengawasan dari kami selaku guru di sekolah. Karena dengan
pengawasan yang lebih tegas maka siswa akan lebih disiplin”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PPKn maka dapat disimpulkan bahwa peran guru
PPKn SMP Shalahuddin Malang dalam membina kedisplinan siswa dapat dilakukan disaat
kegiatan pembelajaran di kelas maupun pada kegiatan ekstrakurikuler paskibra. Yang mana
pembinaannya dapat dilakukan melalui empat cara sebagai berikut:
Pembinaan Karakter
Pembinaan karakter adalah pembinaan yang mampu menghasilkan sumber daya yang
tangguh untuk mewujudkan manusia yang cerdas secara intelektual, social emosional,
spiritual, serta memiliki sikap disiplin, jujur, tekun, dan inovatif. Cara guru PPKn dalam
memberikan pembinaan karakter adalah dengan melalui pendidikan karakter yang dapat
dilakukan misalnya saat pembelajaran di kelas Guru PPKn memberikan motivasi kepada
siswa dan memberikan nasihat pada siswa akan pentingnya memiliki pribadi yang
disiplin. Pembinaan karakter lebih ditekankan kepada perilaku sopan santun, budi pekerti
dan akhlak pesserta didik. Pendidikan karakter penting diberikan pada siswa karena
dengan adanya pendidikan karakter ini diharapkan mampu membuat siswa lebih sadar
akan pentingnya kedisiplinan dan memiliki kecerdasan intelektual serta cara bersikap
(atitude) yang baik. Pembinaan karakter termasuk pada teknik internal control yang
artinya teknik ini diterapkan dengan menyadarkan peserta didik akan pentingnya
kedisiplinan diri sendiri dan membuat peserta didik menjadi termotivasi untuk selalu
menerapkan kedisiplinan tanpa adanya perintah atau paksaan. Dalam hal ini siswa harus
menanamkan dalam dirinya tentang pentingnya kedisiplinan dan memahami pendidikan
karakter agar senantiasa melakukan kebaikan dan menjauhi hal yang tidak baik.
Keteladanan Guru
Seorang pendidik atau guru tentunya harus dapat tampil menjadi teladan yang baik dalam
kehidupannya sehari-hari, karena keberhasilan siswa juga bergantung pada kualitas
kesungguhan, dari segi keikhlasan dan karakteristik pendidik yang akan diteladani.
Melalui keteladan guru dapat memberikan dampak langsung kepada siswa agar siswa
dapat mencotoh keteladan guru, seperti guru selalu datang tepat waktu, berpakaian rapi,
bertutur kata yang baik dan sopan. Keteladanan yang baik dari seorang guru PPKn
diyakini mampu mendorong siswa memberikan dampak pada perubahan perilakunya dari
yang sebelumnya tidak disiplin menjadi lebih disiplin sehingga dapat memberikan
dampak dalam menuju kehidupan yang lebih baik. Pemberian teladan ini juga termasuk
dalam teknik external control. Teknik external control, adalah suatu teknik dimana
disiplin peserta didik haruslah dikendalikan dari luar peserta. Dalam hal ini guru PPKn
harus berusaha memberikan contoh yang terbaik pada siswanya seperti guru selalu datang
tepat waktu saat mengajar, guru berpakaian rapi, hingga bertutur kata yang baik dan
sopan.
Pemberian Sanksi
Sanksi atau hukuman tentunya akan selalu mengandung rasa tidak senang atau tidak enak
pada peserta didik, oleh karenanya sanksi atau hukuman yang akan diberikan harus
mempertimbangkan sesuai dengan kesalahan yang diperbuatnya dan tentunya
menghindari pemberian sanksi atau hukuman fisik kepada peserta didik. Hakikatnya
sebuah sanksi atau hukuman diharapkan mampu membuat siswa jera dan tidak mau lagi
mengulagi perbuatan yang telah melanggar aturan di sekolah dan yang pada akhirnya
secara tidak langsung akan membentuk kepribadian yang berdisiplin. Dalam pemberian
sanksi, guru PPKn memberi sanksi system poin dan sanksi yang mendidik. Dalam
pemberian sanksi guru harus memberikan sanksi yang mendidik kepada siswa, misalnya
jika ada siswa yang terlambat masuk di jam pembelajaran PPKn maka guru PPKn
menyuruh siswa tersebut untuk berdiri di depan kelas dan siswa diberikan pertanyaan
oleh guru terkait dengan materi PPKn seperti menghafalkan pembukaan UUD, apa saja
bentuk pengamalan sila Pancasila, lembaga-lembaga apa yang berdaulat di negara ini,
dan pertanyaan lainnya terkait pelajaran PPKn. Hal tersebut dilakukan agar selain
membuat siswa punya efek jera juga melatih wawasan siswa terkait pelajaran PPKn.
Pemberian sanksi atau hukuman ini juga termasuk dalam teknik external control. Teknik
external control, adalah suatu teknik dimana disiplin peserta didik haruslah dikendalikan
dari luar peserta. Sehingga guru harus memberikan sanksi yang tegas jika siswa
melakukan pelanggaran kedisiplinan agar siswa jera dan tidak mengulangi kesalahannya
lagi.
Pengawasan Guru
Setiap pelaksanaan kegiatan sekolah yang telah direncanakan, memerlukan pengawasan.
Pengawasan ini dilakukan dalam rangka mengetahui efektivitas program, kendala apa
saja yang ditemui sehingga dapat menentukan upaya atau langkah-langkah
penanggulangnya. Pengawasan ini hendaknya dilakukan secara kontinyu, konstruktif, dan
bersifat preventif, korektif dan kooperatif. Pengawasan merupakan kegiatan yang paling
penting dari seluruh usaha yang dilakukan, tanpa pengawasan yang baik maka pembinaan
disiplin siswa tidak akan berhasil yang dilakukan. Guru PPKn bekerjasama dengan guru
lainnya untuk mempertegas pengawasan kedisiplinan siswa agar menekan angka
pelanggaran kedisiplinan. Pengawasan harus dilakukan secara tegas dan berkelanjutan
oleh guru PPKn dan guru-guru lainnya agar menjadikan lingkungan sekolah yang
berdisiplin tinggi. Pengawasan oleh guru termasuk dalam teknik pembinaan kedisiplinan
external control. Teknik external control, adalah suatu teknik dimana disiplin peserta
didik haruslah dikendalikan dari luar peserta. Dalam hal ini guru PPKn harus dengan
ketat melakukan pengawasan terhadap siswa agar menekan angka pelanggaran
kedisiplinan siswa.
Peran guru PPKn dalam membina kedisiplinan siswa juga diungkapkan oleh beberapa siswa.
Salah satu siswa kelas 8 mengungkapkan:
“Menurut saya Pak Wafi sudah menunjukkan perilaku disiplin, saya sering menjumpai
beliau mengenakan seragam rapi dan selalu datang tepat waktu karena beliau yang selalu
menekankan kepada kami tentang pentingnya disiplin terutama dalam disiplin waktu”.
Diperkuat dengan pendapat siswa kelas 7 yang menjelaskan tentang peran guru PPKn dalam
membina kedisiplinan siswa:
“Beliau sudah datang tepat waktu saat mengajar, pakaian juga sangat rapi. Kemudian Pak
Wafi juga sering memberi wejangan pada kami saat pembelajaran di kelas agar kami
selalu disiplin dalam segala hal. Selain itu saat ada siswa yang terlambat masuk di kelas
beliau maka siswa tersebut akan dikenakan poin dan diberikan pertanyaan seputar materi
PPKn lalu baru boleh duduk.”
Guru PPKn memiliki peran yang penting dalam pembinaan kedisiplinan siswa. Sikap dan
perilaku yang ditampilkan guru PPKn pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan
siswa. Namun pemberian contoh dan teladan tidaklah cukup. Perlu adanya program kegiatan
yang dapat menunjang keberhasilan pembinaan kedisiplinan siswa. Dari pengamatan penulis,
cara menerapkan kedisiplinan tidaklah mudah. Siswa harus diberi contoh dan teladan secara
terus menerus dan harus dibiasakan secara berkelanjutan sehingga terbentuk dengan sendirinya.
Sebab pada dasarnya prinsip dari pengembangan pembinaan kedisiplinan yaitu berkelanjutan dan
dengan sebuah proses yang panjang. Selain itu, perbaikan diri dari para pendidik dan tenaga
kependidikan pun perlu dilakukan karena seringkali siswa mencontoh perilaku yang mereka
lihat.
Gambar 4.5 Pencatatan poin pelanggaran Gambar 4.6 Siswa bersepatu putih
Pembinaan
Kedisiplinan
Siswa
Kegiatan Kegiatan
Pembelajaran Ekstrakurikuler
di Kelas Paskibra
4. Kendala Yang Dihadapi Guru PPKn Dalam Membina Kedisiplinan Siswa di SMP
Shalahuddin Malang
Dalam menerapkan pembinaan kedisiplinan bagi siswa di SMP Shalahuddin Malang
tidaklah mudah, tentunya terdapat kendala atau hambatan dalam proses penerapannya tersebut .
Adapun kendala yang dihadapi oleh guru PPKn dalam mendisiplinkan siswa sebagaimana yang
telah disampaikan oleh bapak Abdullah Wafi S.Pd, selaku guru PPKn :
“Kendala yang mungkin saya hadapi berasal dari siswanya. Karena adanya latar
belakang siswa yang berbeda-beda menyebabkan siswa sulit tidertibkan dan tidak
kondusif saat di kelas seperti mereka ramai sendiri, siswa asyik ngobrol sendiri dengan
temannya, siswa tidak memerhatikan pelajaran, dll. Selain itu juga kadang siswa tidak
disiplin dikarenakan pengaruh dari teman, serta kurangnya kesadaran siswa akan
pentingnya menerapkan kedisiplinan di sekolah. Selanjutnya untuk kendala dari guru
menrut saya adalah kurangnya kerjasama antara guru dalam membina kedisiplinan siswa
dan juga kami kesulitan untuk mencari strategi yang tepat untuk siswa agar lebih
bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembinaan kedisiplinan di sekolah. Sedangkan
kendala yang ditemukan pada kegiatan ekstrakulikuler paskibra hampir tidak ada. Karena
pada dasarnya siswa yang tergabung dalam ekstra paskibra basicnya sama dan sebelum
mereka bergabung di paskib sudah dijelaskan bagaimana mekanisme dan peraturan yang
ada di paskib. Sehingga ada pemberitahuan di awal jika mereka dirasa tidak sanggup
mengikuti semua aturan di paskibra siswa dapat berhenti dan diizinkan berpindah
ekstrakurikuler”.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa beberapa kendala yang
dihadapi guru PPKn dalam membina kedisiplinan siswa dibagi menjadi 2 tak pertama kendala
dari siswa adalah sulitnya menertibkan siswa yang sulit diatur, pengaruh teman sebaya, dan
kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya menerapkan kedisiplinan. Kemudian untuk kendala
dari guru adalah kurangnya kerjasama antar guru, serta guru kesulitan mencari strategi yang tepat
agar siswa lebih semangat dalam mengikuti kegiatan pembinaan kedisiplinan. Untuk kegiatan
ekstrakurikuler paskibra guru PPKn tidak merasakan ada kendala dalam mendisiplinkan siswa
karena pada dasarnya siswa yang tergabung dalam paskibra sudah memiliki jiwa disiplin.
5. Upaya Guru PPKn Dalam Mengatasi Kendala Dalam Membina Kedisiplinan Siswa di
SMP Shalahuddin Malang
Selama penerapan kegiatan pembinaan kedisiplinan siswa di SMP Shalahuddin Malang,
ditemukan berbagi macam kendala dan permasalahan. Namun dari pada itu, dari kendala yang
ada dapat ditemukan beberapa solusi atau pemecahan masalah yang dapat membantu proses
penerapan kegiatan pembinaan kedisiplinan siswa. Beberapa upaya yang dilakukanoleh guru
PPKN dalam membina kedisiplinan siswa sebagaimana yang telah disampaikan oleh bapak
Abdullah Wafi S.Pd, selaku guru PPKn:
“Upaya yang saya lakukan dalam mengatasi kendala dalam membina
kedisiplinan siswa adalah dengan menguatkan hubungan kerjasama antara semua pihak
yang terlibat dalam membina kedisiplinan siswa, yang meliputi kerjasama antara sesama
guru, kerjasama antara guru dengan orangtua, dan kerjasama antara orangtua dengan
siswa. Jika guru, orangtua, dan siswa dapat berkolaborasi dengan baik dalam membina
kedisiplinan siswa maka akan menciptakan siswa yang berdisiplin tinggi dan akan
tertanam pada diri siswa untuk menerapkan kedisiplinan dimanapun mereka berada dan
tanpa adanya paksaan”.
Dari penjelasan diatas menyebutkan bahwa upaya yang dilakukan oleh guru PPKn dalam
mengatasi kendala yang terjadi selama pembinaan kedisiplinan siswa adalah melalui
penguatan hubungan kerjasama antara semua pihak yang terlibat dalam membina
kedisiplinan siswa, yang meliputi kerjasama antara sesama guru, seperti guru saling
menegakkan kedisiplinan dan mengawasi dengan tegas perilaku siswa agar menekan angka
pelanggaran kedisiplianan di SMP Shalahuddin. Kemudian perlu adanya kerjasama antara
guru dengan orangtua, yang mana peran orangtua tidak kalah penting dalam membina
kedisiplian siswa.Kerjasama antara guru dengan orangtua dapat dilakukan dengan
membentuk perkumpulan antara orang tua dan guru guna pembentukan karakter disiplin,
melakukan sosialisasi pendidikan karakter disiplin, membuat program untuk orang tua
tentang karakter disiplin, melibatkan orang tua dalam perencanaan pendidikan karakter
disiplin, membuat kesepakatan tentang disiplin dengan orang tua, membuat kesepakatan
disiplin dengan orang tua untuk memerangi dampak penggunaan media pada siswa dan
kunjungan guru ke rumah orang tua siswa. Terkahir adalah kerjasama antara orangtua dengan
siswa, orang tua harus selalu berupaya semaksimal mungkin untuk nenanamkan
kedisiplinan kepada anak. Contoh sederhana misalnya, ketika anak pulang sekolah
diberi batasan waktu untuk bermain, mengaji setelah maghrib, mengerjakan tugas atau
mengulang pelajaran dari sekolah, tidur malam tidak lewat dari pukul 21.00 WIB. Jika
peran guru, orangtua, dan siswa dapat berkolaborasi dengan baik dalam membina
kedisiplinan maka akan menciptakan siswa yang berdisiplin tinggi dan akan tertanam pada
diri siswa untuk menerapkan kedisiplinan dimanapun mereka berada dan tanpa adanya
paksaanperlu adanya perhatian khusus dari seluruh guru, orangtua, dan siswa agar kegiatan
pembinaan kedisiplinan berjalan lebih efektif dan berkelanjutan agar tercapai kedisiplinan
yang diinginkan. Maka dari itu, peran serta dari berbagai pihak sangat dibutuhkan demi
suksesnya penerapan kegiatan pembinaan kedisiplinan siswa.
DOKUMENTASI
Aplikasi TATIBSI
Wawancara Dengan Bapak Syamsul Muarif Wawancara Dengan Bapak Abdullah Wafi
S.Ag Selaku Wakakesiswaan S.Pd Selaku Guru PPKn
Wawancara Dengan Yuna Siswa Kelas 7 Wawancara Dengan Selly Siswa Kelas 8