Booklet Formula Nilai Gizi Tepung Gonad Dan Kelor Untuk Meningkatkan Kadar Hemoglobin
Booklet Formula Nilai Gizi Tepung Gonad Dan Kelor Untuk Meningkatkan Kadar Hemoglobin
PENYUSUN:
WIRALIS, STP, Msi.Med
Dr. Nadimin, SKM, M.Kes
Suwarni, DCN, MPH
PENGANTAR
Bahan pangan tidak lagi dipandang hanya sebagai pemenuhan
kebutuhan konsumsi pangan, kandungan kimiawi yang terdapat pada
berbagai bahan pangan memberikan nilai keuntungan kesehatan yang
luas karena memiliki nilai fisiologis.
Sulawesi Tenggara yang merupakan wilayah kepulauan,
menyimpan sumber daya hayati laut yang melimpah, salah satunya
adalah Bulu babi (Sea urchins). Bulu babi memiliki spesies yang sangat
banyak, sebagian dikonsumsi dan lainnya dijadikan hiasan. Umumnya
gonad dikonsumsi dalam bentuk mentah pada masyarakat pesisir.
Spesies Deadema setosum merupakan jenis Bulu babi yang
banyak ditemukan dipesisir pantai dan kurang disukai untuk konsumsi.
Kandungan kimiawi dan gizi cukup baik dan dapat bermanfaat untuk
memperbaiki metabolisme tubuh. Peran fisiologis gonad telah dikaji
secara global. Gonad memiliki asam amino dan asam lemak dengan
kandungan yang lengkap, disamping itu memiliki mineral dan vitamin
A yang baik.
Pengolahan gonad Deadema setosum dapat meningkatan nilai
penerimaan konsumen karena dapat menghilangkan aroma amis
bahan gonad. Pembuatan tepung gonad belum dikembangkan sebagai
salah satu bentuk pengolahan gonad. Pengembangan tepung gonad
ini akan digunakan sebagai bahan yang disubstitusi paa pembuatan
berbagai olahan pangan yang akan lebih disukai.
Kelor adalah tanaman perdu yang telah dikenal di berbagai
belahan dunia dan telah di kaji sebagai terapi berbagai kondisi
patologis seperti anemia. Kelor memiliki kandungan mineral Fe yang
cukup baik untuk meningkatkan kadar hemoglobin. Pembuatan
tepung kelor pada booklet ini dipilih sebagai bagian dari proses riset
untuk mengatasi anemia.
Anemia masih menjadi masalah kesehatan, jumlah anemia pada
semua usia secara nasional 20,7%. Berbagai upaya untuk mengatasi
anemi telah dilakukan seperti memberikan tablet tambah darah dan
pengembangan produk pangan tinggi Fe dan protein untuk
meningkatkan kadar hemoglobin. Pengembangan tepung mix gonad
dan daun kelor adalah salah satu produk pengolahan pangan sebagai
cara untuk mengatasi anemia.
Pembuatan tepung mix gonad dan daun kelor menggunakan
bahan yang diperoleh dari masyarakat, seperti gonad yang digunakan
adalah yang biasa dikonsumsi masyarakat pesisir kecamatan Soropia
kabupaten Konawe. Daun kelor didapat di perkebunan kelor
masyarakat di kota kendari.
Pada booklet ini memuat prosedur formulasi tepung mix gonad
dan daun kelor yang dikaji melalui riset menggunaakan dana DIPA
Poltekkes Kemenkes Kendari pada tahun 2023.
BAB 1
HEMOGLOBIN
https://hellosehat.com/kelainan-darah/darah-lainnya/komponen-darah-manusia/
Deadema setosum
Pengeringan
menggunakan
oven listrik
Proses
penghancuran
menjadi
temenggunakan
warning blender
Proses
pengayakan
Tepung Gonad
Deadema setosum
Dikeringkan
dalam oven
Dihaluskan
dengan
warning
blender
Diayak dengan ayakan ukuran
120 mesh)
Rendemen tepung daun kelor yang dibuat didapatkan sebagai berikut: dari 3 kali pengukuran
20,73%. Rincian pengukuran disajikan berikut
a. Pengukuran 1: berat kelor segar : 500 dan berat tepung daun kelor : 107 gram = 20,20%
b. Pengukuran 2: berat kelor segar : 563 dan berat tepung daun kelor : 116 gram = 20,6%
c. Pengukuran 3: berat kelor segar : 510 gram dan berat tepung daun kelor: 103 gram = 21,4%
Gambar
BAB 3
NILAI GIZI TEPUNG MIX GONAD DAN DAUN KELOR
Kandungan gizi dan proksimat pada tepung gonad dan daun
kelor diukur pada formulasi F1 (100%), F2 (3:1) dan F3 (2:2).
Kandungan kimiawi yang diukur adalah proksimat dan mineral.
Kadar air dari ketiga formula yang paling rendah adalah formula
F2(4,1%); kadar air untuk formula F1 dan F3 relatif sama (5,5% dan
5,6%). Kadar abu ke tiga formula yang paling tinggi adalah F3 (7,4%).
Kadar protein, lemak, kaarbohidrat dan mineral bervariasi. Formula
terbaik kandungan Fe adalah F3; namun proteinnya paling rendah dari
dua formula lainnya.
Daftar Pustaka
1. Domenica Cappellini M, Motta I. Anemia in Clinical Practice-
Definition and Classification: Does Hemoglobin Change With
Aging? Vol. 52, Seminars in Hematology. 2015. p. 261–9.
2. Schechter AN, Singer K, Lehmann H, Castle W, Huisman T, Jaffe E.
ASH 50th anniversary review Hemoglobin research and the
origins of molecular medicine. Blood. 2008;112(10):3927–38.
3. Faivre B, Menu P, Labrude P, Vigneron C. Hemoglobin
autooxidation/oxidation mechanisms and methemoglobin
prevention or reduction processes in the bloodstream: Literature
review and outline of autooxidation reaction. Artif Cells Blood
Substit Immobil Biotechnol. 1998;26(1):17–26.
4. Schechter AN. Hemoglobin research and the origins of molecular
medicine. Vol. 112, Blood. 2008. p. 3927–38.
5. Heimpel H, Anselstetter V, Chrobak L, Denecke J, Einsiedler B,
Gallmeier K, et al. Congenital dyserythropoietic anemia type II:
Epidemiology, clinical appearance, and prognosis based on long-
term observation. Blood. 2003;102(13):4576–81.
6. Srivastava T, Negandhi H, Neogi SB, Sharma J, Saxena R. Methods
for Hemoglobin Estimation: A Review of “ What Works .” J
Hematol Transfus. 2014;2(3):2005–6.