Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KIMIA KUANTUM

“ Kuantum dan Energi ”

Disusun Oleh:

Krismawati Haria (2116150001) - Pendidikan


Kimia

Dosen Pengampu :

Ibu Leony Sanga Lamsari Purba, S.Pd, M.Pd


Kuantum dan Energi
A. Teori Kuantum Untuk Energi
Fisika kuantum atau fisika modern pertama kali diperdengarkan oleh Albert Einstein
yang mengubah pandangan manusia tentang alam semesta. Hal ini sama seperti Isaac Newton
yang mengubah pandangan manusia terhadap hukum-hukum alam semesta pada saat itu.
Kuantum berasal dari bahasa latin “Quantum” yang mengacu pada unit diskrit materi
dan energi yang diprediksi dan diamati dalam fisika quantum. Fisika kuantum adalah studi
tentang perilaku materi dan energi pada tingkat molekuler, atom, nuklir dan tingkat
mikroskopis hingga yang lebih kecil lagi.
Mampu menjelaskan posisi elektron ketika sedang bergerak melintasi orbit. Teori
atom mekanika kuantum mampu mengukur perpindahan emisi dan energi eksitasi. Teori ini
juga bisa merincikan soal proton dan neutron di dalam inti atom dan elektron pada orbit.

Dalam penelitian fisika kuantum, peneliti tidak dapat melihat objek yang di teliti,
peneliti hanya merasakan objek melalui ukuran-ukuran tertentu yang terdeteksi. Fisika
kuantum lebih sulit dipelajari dibandingkan dengan fisika klasik. Karena itulah fisika
kuantum tidak dipelajari di sekolah-sekolah karena lebih berfokus pada konsep dan
perumusan matematis.
Munculnya teori kuantum akibat adanya fenomena-fenomena yang tidak sesuai
dengan gagasan fisika klasik. Berikut ini beberapa teori dari para ahli tentang fisika kuantum,
yaitu:
a) Seluruh benda yang berada di alam semesta merupakan molekul molekul yang terdiri
dari atom-atom. Seluruh benda yang dapat terlihat merupakan energi yang bergetar.
Fenomena tersebut menyebabkan benda seolah-olah nayata padahal sebenarnya tidak.
b) Benda yang berada dialam semesta berasal dari ruang hampa, berupa energi yang tampak
dan bergetar.
c) Ilmuwan fisika kuantum menyebutkan bahwa realitas yang nyata adalah ilusi semata
d) Ilmuwan fisika kuantum membuktikan bahwa suatu benda dapat berada pada 2 dimensi
yang berbeda dalam waktu yang sama
e) Ketika roh menguasai tubuh secara sumpurna, maka dalam diri tersebut berlaku hukum
fisika kuantum.
f) Teori biocentrisme mengatakan bahwa tubuh bisa mati namun kesadaran akan abdi.
Artinya kematian kesadaran sama sekali tidak ada.
Berdasarkan penemuan dari Max Planck, diketahui bahwa tiap elemen energi (E)
berbanding lurus dengan frekuesinya.

Secara mateamtis, rumus yang digunakan yaitu:


E=hv
Ket:
E = energi (J)
h = konstanta planck (6,626 x 10-34 J.s)
v = frekuensi radiasi (s-1)

Berdasarkan penemuan efek fotolistrik oleh Albert Einstein, menjelaskan jika cahaya
terdiri dari partikel-partikel foton yang energinya sebanding dnegan frekuensi cahaya. Hal ini
berarti, jika frekuensi tinggi maka setiap foton memiliki energi yang tinggi juga sehingga
mampu melepaskan electron (James E.Brady). Hal tersebut menyebabkan arus meningkat
yang secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut:
E = hv atau E = c/λ
Ket:
E = energi (J)
h = konstanta planck (6,626 x 10-34 J.s
v = frekuensi radiasi (s-1)
c = kecepatan cahaya dalam vakum ( 3 x 108 m/s)
λ = panjang gelombang (m)
Nilai beda potensial tergantung dari intensitas cahaya yang diberikan sehingga energi
kinetik maksimum dari efek fotolistrik dapat dituliskan sebagai berikut:
Ekmaks = e.V0
Ket:
e = muatan electron (C)
V0 = potensial henti (volt)
Sedangkan hubungan antar energi foton, fungsi kerja dan energi fotolistrik bisa
dituliskan sebagai berikut:
EK = E-W

EK = h.f – h.f0
Ket:
E = energi foton (J)
f = frekuensi foton (Hz)
f0 = frekuensi ambang (Hz)
Ek = energi kinetic electron (J)
W = energi ambang electron atau fungsi kerja (J)
Contoh
1, Frekuensi ambang dari sebuah logam yakni 4 x 1014 Hz. Ketika logam dijatuhi foton,
ternyata elektronnya memiliki energi kinetic sebesar 19,86 x 10 -20 J. Maka berapakah
frekuensi foton bila h = 6,62 x 10-34Js

Pembahasan

Diketahui

F0 = 4 x 1014 Hz
Ek = 19,86 x 10-20 J
h = 6,62 x 10-34Js
Maka

W0 = h.f0
W0 = (6,62 x 10-34Js) (4 x 1014 Hz)
W0 = 26,48 x 10-20 J
E = E k + W0
E = h.f, maka f = (EK+W0)/H
E = (19,86 x 10-20 J + 26,48 x 10-20 J)/ 6,62 x 10-34Js
E = 7 x 1014 Hz.
Teori Atom Mekanika Kuantum

Teori atom mengalami perkembangan mulai dari teori atom John Dalton, Joseph John
Thomson, Ernest Rutherford, dan Niels Henrik David Bohr. Perkembangan teori atom
menunjukkan adanya perubahan konsep susunan atom dan reaksi kimia antaratom.

Kelemahan model atom yang dikemukakan Rutherford disempurnakan oleh Niels Henrik
David Bohr. Bohr mengemukakan gagasannya tentang penggunaan tingkat energi elektron
pada struktur atom. Model ini kemudian dikenal dengan model atom Rutherford-Bohr.
Tingkat energy elektron digunakan untuk menerangkan terjadinya spektrum atom yang
dihasilkan oleh atom yang mengeluarkan energi berupa radiasi cahaya.

Gambar : Spektrum emisi natrium dan hidrogen dalam daerah yang dapat dilihat dengan
spektrum yang lengkap

Penjelasan mengenai radiasi cahaya juga telah dikemukakan oleh Max Planck pada tahun
1900. Ia mengemukakan teori kuantum yang menyatakan bahwa atom dapat memancarkan
atau menyerap energi hanya dalam jumlah tertentu (kuanta). Jumlah energi yang dipancarkan
atau diserap dalam bentuk radiasi elektromagnetik disebut kuantum. Adapun besarnya
kuantum dinyatakan dalam persamaan berikut:

Keterangan:

E = energi radiasi (Joule = J)

h = konstanta Planck (6,63 x 10-34 J.s)

c = cepat rambat cahaya di ruang hampa (3 x 108 ms-1)


l = panjang gelombang (m)

Dengan Teori Kuantum, kita dapat mengetahui besarnya radiasi yang dipancarkan maupun
yang diserap. Selain itu, Teori Kuantum juga bisa digunakan untuk menjelaskan terjadinya
spektrum atom. Perhatikan spektrum atom hidrogen berikut.

Pada Gambar di
atas dapat dilihat bahwa percikan listrik masuk ke dalam tabung gelas yang mengandung gas
hidrogen. Sinar yang keluar dari atom H (setelah melalui celah) masuk ke dalam prisma,
sehingga sinar tersebut terbagi menjadi beberapa sinar yang membentuk garis spektrum.
Ketika sinar itu ditangkap oleh layar, empat garis yang panjang gelombangnya tertera pada
layar adalah bagian yang dapat dilihat dari spektrum gas hidrogen.

Salah satu alasan atom hidrogen digunakan sebagai


model atom Bohr adalah karena hidrogen mempunyai struktur atom yang paling sederhana
(satu proton dan satu elektron) dan menghasilkan spektrum paling sederhana. Model atom
hidrogen ini disebut solar system (sistem tata surya), di mana electron dalam atom
mengelilingi inti pada suatu orbit dengan bentuk, ukuran, dan energi yang tetap. Semakin
besar ukuran suatu orbit, semakin besar pula energi elektronnya. Keadaan ini dipengaruhi
oleh adanya gaya tarik-menarik antara proton dan elektron. Dengan menggunakan model
atom hidrogen, Bohr menemukan persamaan energi elektron sebagai berikut.
Keterangan:

A = 2,18 x 10-18 J

N = bilangan bulat yang menunjukkan orbit elektron (1, 2, 3, …, 8)

{Tanda negatif menunjukkan orbit mempunyai energi paling rendah (harga n = 1) dan paling
tinggi (harga n = 8)}.

Pada atom hidrogen, elektron berada pada orbit energi terendah (n = 1). Jika atom bereaksi,
elektron akan bergerak menuju orbit dengan energy yang lebih tinggi (n = 2, 3, atau 4). Pada
saat atom berada pada orbit dengan energi yang lebih tinggi, atom mempunyai sifat tidak
stabil yang menyebabkan

elektron jatuh ke orbit yang memiliki energi lebih rendah. Perpindahan tersebut menjadikan
electron mengubah energinya dalam jumlah tertentu. Besar energi tersebut sama dengan
perbedaan energi antarkedua orbit yang dilepaskan dalam bentuk foton dengan frekuensi
tertentu.

Gambar : Perpindahan elektron dari satu tingkat energi ke tingkat energi lainnya

menyebabkan energi elektron berubah dalam jumlah tertentu.

Meskipun teori atom Niels Bohr mampu menerangkan spektrum gas hidrogen dan spektrum
atom berelektron tunggal (seperti He+ dan Li2+), tetapi tidak mampu menerangkan spektrum
atom berelektron lebih dari satu. Oleh karena itu, dibutuhkan penjelasan lebih lanjut
mengenai gerak partikel (atom). Pada tahun 1924, ahli fisika dari Perancis bernama Louis de
Broglie mengemukakan bahwa partikel juga bersifat sebagai gelombang. Dengan demikian,
partikel mempunyai panjang gelombang yang dinyatakan dengan persamaan berikut.

Keterangan:

l = panjang gelombang (m)

h = tetapan Planck (6,63 10-34 J.s)

p = momentum (m2s-1)

m = massa partikel (kg)

v = kecepatan partikel (ms-1)

Berdasarkan persamaan de Broglie, diketahui bahwa teori atom Bohr memiliki kelemahan.
Kelemahan itu ada pada pernyataan Bohr yang menyebutkan bahwa elektron bergerak
mengelilingi inti atom pada lintasan tertentu berbentuk lingkaran. Padahal, elektron yang
bergerak mengelilingi inti atom juga melakukan gerak gelombang. Gelombang tersebut tidak
bergerak sesuai garis, tetapi menyebar pada suatu daerah tertentu.

Selanjutnya, pada tahun 1927, Werner H eisenberg menyatakan bahwa kedudukan


elektron tidak dapat diketahui dengan tepat. Oleh karena itu, ia menganalisis kedudukan
elektron (x) dengan momentum electron (p) untuk mengetahui kedudukan elektron.

Hasil analisis Heisenberg, yaitu selalu terdapat ketidakpastian dalam menentukan kedudukan
elektron yang dirumuskan sebagai hasil kali ketidakpastian kedudukan x dengan momentum
p. Satu hal yang perlu diingat adalah hasil kali keduanya harus sama atau lebih besar dari
tetapan Planck. Persamaan ini dikenal sebagai prinsip ketidakpastian Heisenberg yang
dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

Δx = ketidakpastian kedudukan

Δp = ketidakpastian momentum

h = tetapan Planck

Selain Werner Heisenberg, ada juga ilmuwan yang menunjukkan kelemahan teori atom Bohr.
Pada tahun 1927, Erwin Schrodinger menyempurnakan teori atom yang disampaikan oleh
Bohr. Dari penyelidikan terhadap gelombang atom hidrogen, Schrodinger menyatakan bahwa
elektron dapat dianggap sebagai gelombang materi dengan gerakan menyerupai gerakan
gelombang. Teori ini lebih dikenal dengan mekanika gelombang (mekanika kuantum).
Teori model atom Schrodinger memiliki persamaan dengan model atom Bohr berkaitan
dengan adanya tingkat energi dalam atom. Perbedaannya yaitu model atom Bohr memiliki
lintasan elektron yang pasti. Sedangkan pada model atom Schrodinger, lintasan elektronnya
tidak pasti karena menyerupai gelombang yang memenuhi ruang (tiga dimensi). Fungsi
matematik untuk persamaan gelombang dinyatakan sebagai fungsi gelombang [ dibaca psi
(bahasa Yunani)] yang menunjukkan bentuk dan ener gi gelombang elektron.

Berdasarkan teori yang disampaikan oleh Schrodinger, diketahui bahwa elektron menempati
lintasan yang tidak pasti sehingga electron berada pada berbagai jarak dari inti atom dan
berbagai arah dalam ruang. Jadi, daerah pada inti atom dengan kemungkinan terbesar
ditemukannya elektron dikenal sebagai orbital.

Model Atom Mekanika Kuantum

Pada skala atomik, sebuah elektron dapat kita lakukan peninjauan sebagai gejala
gelombang yang tidak mempunyai posisi tertentu di dalam sebuah ruang. Posisi yang dimiliki
sebuah elektron diwakili oleh peluang paling besar yang dapat ditemukannya elektron yang
ada di dalam sebuah ruang. Prinsip dualisme gelombang – partikel digunakan dalam rangka
mendapatkan penjelasan yang selengkap mungkin dan juga umum dari struktur umum. Disini
gerak elektron digambarkan menjadi sebagai sebuah gejala gelombang.Persamaan dinamika
Newton yang pada umumnya digunakan untuk menjelaskan gerak elektron digantikan oleh
persamaan Schrodinger yang menyatakan mengenai fungsi dari gelombang yang dibuat
elektron.Jadi, kesimpulannya adalah model atom yang didasari oleh prinsip tersebut disebut
juga dengan model atom mekanika kuantum. Jadi, kesimpulannya adalah model atom yang
didasari oleh prinsip tersebut disebut juga dengan model atom mekanika kuantum.

Persamaan Schrodinger bagi elektron yang ada di dalam atom juga dapat menjadi
solusi yang dapat diterima, hal tersebut bisa terjadi apabila ditetapkan bilangan bulat untuk
tiga parameter yang berbeda serta menghasilkan tiga bilangan kuantum. Ketiga bilangan
kuantum tersebut terdiri dari bilangan kuantum utama, orbital, serta magnetik. Oleh sebab itu,
gambaran elektron yang ada di dalam atom dapat diwakili oleh seperangkat bilangan
kuantum tersebut.
Bilangan Kuantum

Bilangan kuantum yang terdapat di persamaan gelombang dapat digunakan untuk


menentukan kedudukan elektron, simak informasi berikut untuk penjelasan mengenai
bilangan tersebut.

1. Bilangan Kuantum Utama atau n

Bilangan kuantum utama dapat menyatakan tingkat energi dari atom yang ada
tersebut. Tingkat energi sendiri juga dapat dikatakan sebagai jumlah orbital maupun jalanan
elektron yang dimiliki dari atom tersebut. Nilai energi merupakan sesuatu yang diwakilkan
dari banyaknya elektron yang dimiliki dari atom tersebut. Semakin banyak atau besar
tingkatan energi yang dimiliki dari sebuah atom, maka nilai bilangan kuantum utama yang
dimilikinya juga akan semakin besar.

Bilangan kuantum utama atau n ini dimulai dari angka 1,2,3,4,6,8 dan juga seterusnya.

2. Bilangan Kuantum Azimut atau I

Bilangan kuantum azimuth dapat digunakan untuk melambangkan sub kulit atom
dimana tempat elektron berada. Dimana berbeda dengan bilangan kuantum utama yang
digunakan untuk melambangkan kulit atom. Bilangan kuantum azimuth sendiri bergantung
terhadap nilai bilangan kuantum utama. Dimana jika sebuah atom memiliki 2 kulit (n=2),
maka elektron yang mungkin berada di subkulit 2s serta 2p dengan bilangan azimuth yaitu 0
dan juga 1.

3. Bilangan Kuantum Magnetiork atau m

Bilangan kuantum magnetik digunakan untuk menyatakan orientasi elektron. Hal


tersebut dikarenakan kuantum magnetik berada di dalam medan magnet.Bilangan kuantum
magnetik sendiri bergantung pada bilangan pada kuantum azimuth. Dimana, jika bilangan
kuantum azimuth memiliki nilai 1, maka bilangan kuantum magnetik akan bernilai -1, 0, serta
+1.

4. Bilangan Kuantum Spin atau s

Bilangan kuantum spin tidak memiliki hubungan dengan persamaan gelombang,


namun digunakan untuk menyatakan arah rotasi elektron. Bilangan kuantum spin sendiri ada
dua yang terdiri dari searah dengan jarum jam yaitu -½ serta berlawanan arah dengan jarum
jam yaitu +½.
Bentuk Orbital Atom

Bentuk dari orbital atom bergantung pada bilangan kuantum azimut atau I. Orbital yang
mempunyai bilangan kuantum azimut dan memiliki nilai yang sama akan memiliki bentuk
yang sama pula.

1. Orbital s

Bentuk orbital atom yang pertama yaitu orbital s yang memiliki bentuk subkulit s menyerupai
bola, dimanapun elektron beredar maka akan memiliki jarak yang sama terhadap inti.

2. Orbital p

Bentuk orbital atom yang kedua yaitu orbital p memiliki rapatan elektron yang terdistribusi di
bagian yang saling berlawanan antara satu sama lain dengan inti atom. Inti atom sendiri
berada di simpul dengan kerapatan elektron yaitu 0.

Orbital p sendiri memiliki bentuk yang menyerupai balon terpilin. Bentuk orbital ini juga
memiliki tiga harga m (-1,0, +1), oleh sebab itu orbital p terdapat tiga macam yang terdiri
dari px, py, dan pz.

3. Orbital d

Bentuk orbital atom yang ketiga yaitu orbital d yang merupakan orbital dengan 1=2. Orbital d
sendiri memiliki lima jenis orientasi dimana terdapat lima nilai m yang memungkinkan, yang
terdiri dari -2, -1, 0, +1, maupun +2. Empat dari kelima orbital d yang ada, yang terdiri dari
dxy, dxz, dyz, serta dx2-y2, memiliki empat cuping dan bentuknya menyerupai daun
semanggi. Sedangkan orbital d kelima yaitu dz2 memiliki dua cuping utama yang terletak
pada sumbu z serta satu bagian yang menyerupai bentuk donat dan terletak di bagian tengah.

4. Orbital f

Bentuk orbital atom yang keempat yaitu orbital f yang merupakan orbital dengan 1=3. Bentuk
orbital f ini sendiri memiliki tujuh jenis orientasi, seperti halnya terdapat tujuh nilai m yang
memiliki kemungkinan (2l + 1 = 7). Ketujuh orbital f sendiri memiliki bentuk yang kompleks
yang dilengkapi dengan beberapa cuping. Bentuk orbital ini sendiri cuma dapat digunakan
untuk berbagai unsur transisi yang memiliki letak lebih dalam.
Pengamatan 1: Spektrum Hidrogen

Untuk memulainya, kita perlu mengetahui sedikit tentang cahaya. Semua bentuk radiasi
elektromagnetik merambat sebagai gelombang berosilasi, dengan komponen medan listrik
tegak lurus terhadap komponen medan magnet. Sebagai gelombang, radiasi dapat dicirikan
oleh “panjang gelombangnya”, yang disimbolkan sebagai λ , yang merupakan jarak antara
puncak gelombang yang berdekatan. Panjang gelombang yang berbeda berhubungan dengan
bentuk radiasi elektromagnetik yang berbeda. Misalnya, radiasi gelombang mikro memiliki
panjang gelombang dalam kisaran 10− 2 ke 10− 3 meter, sedangkan radiasi sinar X mempunyai
panjang gelombang dalam kisaran tersebut 10− 9 ke 10− 10 meter. Radiasi yang terlihat oleh
mata manusia mempunyai panjang gelombang dalam rentang yang sangat sempit 3,8 ×107 ke
7,8 ×10− 7 meter.

Radiasi juga dapat dicirikan oleh frekuensi gelombang elektromagnetik, yaitu jumlah puncak
gelombang yang melewati suatu titik dalam ruang per detik. Frekuensi dilambangkan dengan
ν Kecepatan rambat cahaya dalam ruang hampa adalah sama untuk semua bentuk radiasi
elektromagnetik, c = 2,997 ×108M/S

. Dengan demikian, kita dapat menghubungkan frekuensi cahaya dengan panjang gelombang
cahaya melalui persamaan

λ ( m ) × ν(S− 1) =c (M/S)

Semakin panjang panjang gelombangnya λ , semakin rendah frekuensinya ν . Hal ini masuk
akal jika kita mengingat bahwa cahaya bergerak dengan kecepatan tetap. Ketika panjang
gelombang lebih panjang, lebih sedikit puncak yang melewati suatu titik dalam ruang dalam
satu detik. Dari persamaan ini, terdapat hubungan spesifik antara frekuensi dan panjang
gelombang, dan salah satu atau keduanya dapat digunakan untuk mengkarakterisasi sifat
radiasi.

Dengan latar belakang ini, kita dapat menggunakan pemahaman kita tentang cahaya untuk
mendapatkan lebih banyak data tentang energi elektron dalam atom. Energi ionisasi memberi
tahu kita berapa banyak energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari sebuah atom,
namun tidak memberi tahu kita apa yang terjadi jika sebuah elektron mengubah energinya
dalam sebuah atom. Untuk menganalisis hal ini, kita memerlukan alat untuk mengukur energi
yang diperoleh atau hilang oleh suatu atom. Salah satu cara untuk melakukannya adalah
dengan menganalisis "spektrum" sebuah atom, yang merupakan kumpulan frekuensi cahaya
yang dipancarkan oleh atom. Karena hidrogen adalah atom paling sederhana, kita
menganalisis spektrum hidrogen terlebih dahulu. Kita menemukan bahwa, jika kita
mengalirkan arus listrik melalui sampel gas hidrogen, cahaya akan dipancarkan. Analisis
yang cermat menunjukkan bahwa, meskipun sebagian dari cahaya ini dipancarkan oleh H2
molekul, sebagian cahaya juga dipancarkan oleh H atom. Karena cahaya adalah salah satu
bentuk energi, maka cahaya adalah salah satu bentuk energi H atom harus melepaskan energi
yang disuplai oleh elektron dalam arus. Yang terpenting, jika kita melewatkan cahaya yang
dipancarkan sampel gas hidrogen melalui prisma, kita dapat memisahkan warna-warna
seperti pelangi, yang masing-masing memiliki frekuensi karakteristik. Gambaran yang
dihasilkan dari warna-warna yang terpisah disebut spektrum hidrogen. Kami menemukan
dalam percobaan ini bahwa hanya ada empat frekuensi (empat warna) cahaya dalam pancaran
yang terlihat. Garis spektrum yang paling intens berwarna merah terang, tetapi ada garis biru
dan ungu. Ternyata masih banyak pula frekuensi cahaya lain yang dipancarkan yang tidak
terlihat oleh mata manusia.

Pengamatan dan analisis yang cermat mengungkapkan bahwa setiap frekuensi dalam
spektrum atom hidrogen dapat diprediksi dengan rumus yang sangat sederhana, yang disebut
persamaan Rydberg:

ν= R × (1/N2-1/M2)

Di mana R adalah konstanta Rydberg ( 3,29 ×1015S− 1)

. N Dan M adalah bilangan bulat (1,2,3,...). Setiap pilihan N Dan M

memprediksi frekuensi tunggal yang diamati dalam spektrum atom hidrogen.

Atom-atom dari semua unsur memancarkan radiasi ketika diberi energi dalam arus listrik,
dan seperti halnya semua molekul dari semua senyawa. Namun, kami menemukan bahwa
frekuensi spesifik cahaya yang dipancarkan merupakan karakteristik setiap atom atau
molekul. Dengan kata lain, spektrum setiap unsur bersifat unik untuk setiap unsur atau
senyawa. Hasilnya, spektrum setiap zat dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat tersebut.
(Perhatikan bahwa persamaan Rydberg hanya memberi tahu kita spektrum hidrogen.) Pada
titik ini, kita perlu menghubungkan frekuensi radiasi yang dipancarkan oleh suatu atom
dengan jumlah energi yang hilang oleh elektron dalam atom tersebut. Kami kemudian
memeriksa beberapa pengamatan tentang energi radiasi.

Tingkat tingkat energi

Tingkat Energi Terkuantisasi dalam Atom Hidrogen

Kita dapat menggabungkan pengamatan spektrum atom hidrogen dengan deduksi kita
bahwa energi cahaya dikuantisasi ke dalam paket-paket untuk mencapai kesimpulan penting.
Setiap frekuensi cahaya dalam spektrum berhubungan dengan energi cahaya tertentu dan,
oleh karena itu, dengan hilangnya energi tertentu oleh atom hidrogen, karena energi cahaya
ini dikuantisasi ke dalam paket-paket. Selain itu, karena hanya frekuensi tertentu yang
teramati, maka hanya kehilangan energi tertentu yang mungkin terjadi. Hal ini hanya masuk
akal jika energi setiap atom hidrogen dibatasi pada nilai spesifik tertentu. Jika atom hidrogen
dapat memiliki energi berapa pun, ia dapat kehilangan energi berapa pun dan memancarkan
foton dengan energi dan frekuensi berapa pun. Tapi ini tidak diperhatikan. Oleh karena itu,
energi elektron dalam atom hidrogen harus dibatasi pada batas tertentutingkat energi .
Spektrum atom Hidrogen juga memberi tahu kita tingkat energinya. Ingatlah bahwa
frekuensi radiasi yang dipancarkan oleh atom Hidrogen diberikan oleh persamaan Rydberg.
Setiap pilihan bilangan bulat positif N Dan M memprediksi frekuensi tunggal yang diamati
dalam spektrum atom hidrogen. Setiap frekuensi yang dipancarkan harus sesuai dengan suatu
energi jam ν dengan persamaan Einstein. Energi foton ini harus merupakan selisih antara dua
tingkat energi untuk elektron hidrogen, karena itulah jumlah energi yang dilepaskan oleh
elektron yang berpindah dari satu tingkat ke tingkat lainnya. Jika energi dari kedua tingkat
tersebut adalah EM Dan EN , lalu kita bisa menulisnya

jam ν=EM-EN

Dengan membandingkannya dengan persamaan Rydberg, setiap tingkat energi harus


diberikan oleh rumus

EN= ( − h ) R.1/N2

Kita dapat menarik dua kesimpulan. Pertama, elektron dalam atom hidrogen hanya dapat ada
pada energi tertentu, sesuai dengan gerak dalam keadaan yang sekarang kita sebut keadaan
atau orbital . Kedua, energi suatu keadaan dapat dikarakterisasi dengan bilangan kuantum
integer , n = 1 , 2 , 3 , . . . yang menentukan energinya.

Kesimpulan ini diperkuat oleh pengamatan serupa terhadap spektrum yang dihasilkan
dengan melewatkan arus melalui elemen lain. Hanya frekuensi tertentu yang diamati untuk
setiap atom, meskipun hanya frekuensi hidrogen yang mematuhi rumus Rydberg.

Anda mungkin juga menyukai