Anda di halaman 1dari 14

Orbital Molekul dan reaksi

kimia
Krismawati Haria
Teori orbital tentang kereaktifan

1.Bilangan okupasi elektron dan kereaktifan

Bilangan okupasi elektron dalam tingkat energi satu elektron dibatasi oleh 2, 1, 0 menurut prinsip eksklusi Pauli dan bilangan
ini diklasifikasikan dalam tiga kasus sebagaimana tertera dalam Tabel
Jumlah elektron tidak berpasangan dan valensi

Jumlah elektron yang tidak berpasangan dan jumlah ikatan yang stabil yang
akan dibentuk saling berhubungan dikarenakan elektron yang tidak
berpasangan dapat dipasangkan untuk membentuk sebuah pasangan elektron
melalui bentuk (3) dalam Tabel 6.2. Ini juga berkaitan dengan jumlah dari
elektron valensi dan valensinya. Tabel 6.3 memberikan daftar jumlah kulit
elektron terluar, jumlah elektron valensi, jumlah elektron yang tidak
berpasangan dan valensi biasa dari atom dengan bilangan atom yang lebih
kecil dari 11. Jumlah dari elektron yang tidak berpasangan dapat berubah
bergantung pada konfigurasi elektron dari atom-atom. Ketika kita hanya
memperhatikan konfigurasi elektron dasar, beberapa perbedaaan dari yang
digunakan secara konvensional akan ditemui pada atom C dan Be
Prinsip HOMO-LUMO dan teori orbital terdepan
Reaksi tanpa elektron yang tidak berpasangan dalam bentuk (4) dalam Tabel 6.2. Jenis
interaksi ini ini antara sebuah orbital kosong dan sebuah pasangan elektron memerlukan
kondisi yaitu pemisahan energi yang cukup kecil dan juga cukup tumpang tindih antar
orbital. Dalam konfigurasi keadaan dasar tanpa pasangan-pasangan elektron, pasangan
elektron akan menempati tingkat yang lebih rendah hingga mencapai HOMO dan
tingkat yang lebih tinggi dari LUMO kosong sebagaimana dapat dilihat pada Gambar
6.1. Dengan demikian kondisi yang dipersyaratkan berupa pemisahan energi yang cukup
kecil akan memberikan kesimpulan penting berikut.
prinsip interaksi transfer muatan
 Pemberian elektron pada spesies yang lain paling mudah terjadi pada HOMO

 Penerimaan elektron dari spesies yang lain paling mudah terjadi pada LUMO.

 HOMO yang lebih tinggi (energi ionisasi yang lebih kecil) memberikan kemampuan yang lebih kuat
untuk memberikan elektron pada spesies yang lain.

 LUMO yang lebih rendah (afinitas elektron yang lebih besar) memberikan kemampuan yang lebih
kuat untuk menerima elektron dari spesies yang lain.

 LUMO yang lebih tinggi dan HOMO yang lebih rendah akan memberikan kemampuan yang lebih
rendah pada kemampuan untuk menerima atau memberikan elektron.
Kestabilan kimia dan kreaktifan gas mulia
Kondisi untuk kestabilan kimia
 Tidak ada elektron yang tidak berpasangan
 HOMO sangat rendah. (Hampir tidak memiliki kemampuan untuk
pemberian elektron yanng disebabkan energi ionisasi yang terlalu besar).
 LUMO sangat tinggi. (Tidak memiliki kemampuan untuk menerima
elektron, disebabkan oleh afinitas elektron negatif).
 Daerah spasial di mana HOMO dan LUMO berada tidak dapat dicapai
oleh orbital dari spesies yang lain.
Kereaktifan gas mulia
Gas mulia dalam keadaan dasarnya memenuhi kondisi (1)-(3) untuk kestabilan kimia (1) tidak
memiliki elektron yang tidak berpasangan, (2) energi ionisasi sangat besar dan (3) afinitas elektronnya
negatif dan dengan demikian kereaktifannya sangat rendah. Akan tetapi, beberapa reaksi dapat terjadi jika
kondisinya sebagian tidak dipenuhi. Meskipun energi ionisasi untuk atom gas mulia besar, nilainya menurun
dalam urutan sebagai berikut, He (24.6 eV), Ne (21.6 eV), Ar (15.8 eV), Kr (14.0 eV) dan ionisasi energi
untuk Xe adalah 12.1 eV, yang lebih kecil dari energi ionisasi untuk atom hidrogen (13.6 eV). Hal ini
memberikan indikasi bahwa kondisi (2) tidak berlaku untuk Xe. Dengan mencatat kecenderungan ini, N.
Bartlet melakukan sintesis XePtF6 dari Xe dan PtF6 pada tahun 1962 dan juga N.
H. Clasen memperoleh XeF4 melalui reaksi termal antara Xe dan F2 pada tahun 1962. Selanjutnya,
XeF2, XeF6, XeO3, XeO4 dan beberapa senyawa gas mulia lainnya telah berhasil disintesis dan
mengakibatkan hipotesis bahwa gas mulia adalah gas yang tidak reaktif ditolak.
Reaksi adisi siklik dan pertukaran ikatan
kimia
a.Reaksi Diels-Alder

Adisi sebuah senyawa yang memiliki sebuah ikatan CC tidak jenuh seperti pada etilen dan akrolen
pada sebuah diena seperti pada butadiena akan menghasilkan sebuah kerangka siklik yang terdiri dari enam
atom karbon. Reaksi tipe ini disebut sebagai reaksi Diels-Alder. Contoh tipikal adalah reaksi antara butadien
dan etilen yang menghasilkan sikloheksen sebagaimana ditunjukkan dalam diagram (a) berikut ini di mana
reaksi tersebut mudah terjadi.
Molekul jenis AH dan AH2
Molekul jenis AH
 Molekul H2
Ikatan dalam molekul H2 dibentuk dengan meningkatkan kerapatan elektron di antara kedua inti
karena adanya pasangan elektron dalam orbital molekul, dan dengan demikian ikatannya dapat dianggap
sebagai prototipe ikatan kovalen atau ikatan pasangan elektron.

 Molekul LiH
Untuk atom Li dengan konfigurasi elektron (1s2)(2p)1, hanya elektron 1s dan 2s yang harus
dipertimbangkan. Orbital 1s Li adalah orbital kulit dalam, yang energi ionisasinya jauh lebih besar daripada
energi ionisasi orbital valensinya. Sebaliknya, tingkat energi 2s Li lebih tinggi daripada orbital 1s H. Situasi
ini dapat dimengerti dari fakta bahwa energi ionisasi atom Li jauh lebih kecil dari energi ionisasi H., sebab
keelektronegatifan

Li lebih rendah dari keelektronegatifan H. Karena tingkat 2p Li tidak terlalu jauh lebih tinggi dari
tingkat 2s, tingkat 2p Li lebih baik diperhatikan juga. Namun, kita akan abaikan kontribusi orbital 2p Li,
sebab kesimpulan yang sama akan didapatkan bagi ikatan dalam molekul LiH.
 Molekul jenis AH2
Dalam molekul jenis AH2 seperti H2O, selain panjang ikatan sudut ikatan adalah parameter penting
dalam struktur molekul. Di sini kita akan membahas komposisi orbital molekul untuk molekul jenis AH2 dari
BeH2 sampai H2O dan mengelusidasi mekanisme untuk sudut ikatan

 Molekul jenis A2
Aturan untuk pencampuran dalam orbital dapat dirangkumkan sebagai berikut.
a. Semakin rendah orbital karakter ikatan akan meningkat (atau karakter anti ikatannya akan menurun)
untuk menurunkan energinya.
b. Semakin tinggi orbital karakter anti ikatannya akan meningkat (atau karakter ikatannya akan menurun)
untuk meningkatkan energinya.
Hibridisasi orbital
1. Campuran orbital dalam atom yang sama
campuran orbital s dan p atom yang sama. Karena campuran orbital p adalah ekuivalen dengan
satu orbital p dengan arah yang cocok, kita hanya perlu memperhatikan campuran satu orbital s dan satu
orbital p.
efek konstruktif terjadi di arah fasa orbital s dan p berimpit, sementara efek pencampurannya
destruktif dalam arah yang berlawanan. Efek ini menghasilkan cuping besar pada arah sefasa bersama
dengan cuping kecil di arah berlawanan. Peningkatan sifat arah semacam ini berkaitan dengan campuran
orbital atom yang sama menghasilkan orbital dengan arah yang lebih tinggi disebut hibridisasi, dan
dihasilkan orbital disebut orbital terhibridisasi atau orbital hibrid
[Sifat karakteristik orbital hibrid]
a. Keterarahan menjadi lebih tinggi, dan tumpang tindih dengan spesies yang datang dari arahnya
meningkat.
b. Distribusi elektron orbital hibrid menjadi asimetrik, dan kerapatan elektron pada arah peningkatan
menjadi semakin tinggi menjadi gaya tarik kuat antara inti ini dengan inti yang mendekat.
Ikatan tiga-pusat dua-elektron dan ikatan hidrogen
1. Interaksi orbital tiga elektron
2. Ikatan tiga-pusat dua elektron linear
3. Ikatan tiga-pusat dua-elektron bengkok
4. Ikatan hidrogen
Tingkat energi elektron dan spektra fotoelektron
1.Spektra fotoelektron dan tingkat energi elektron orbital molekul
Energi kinetik ½ mv2 fotoelektron dipancarkan dari zat yang diiradiasi oleh foton h dengan
frekuensi  dalam efek fotolistrik dapat diberikan dengan rumus berikut.

2.Spektrum fotoelektron molekul hidrogen dan energi ikatan



● THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai