Anda di halaman 1dari 26

HASIL TUGAS AKHIR

PRARANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DARI ETILEN


OKSIDA DAN AIR DENGAN PROSES HIDROLISIS NON
KATALITIK KAPASITAS 300.000 TON/TAHUN

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari


syarat-syarat yang diperlukan untuk
memperoleh Ijazah Sarjana

Oleh:

Nabila Adisty Nasution NIM. 190140035


Nurwardina Sofiyani NIM.190140058
Rifai Abdullah NIM.190140143

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka memasuki pembangunan jangka panjang, pemerintah menitik
beratkan pembangunan nasional pada sektor industri. Dengan berbagai kebijakan
yang diambil, pemerintah terus menciptakan iklim segar bagi pertumbuhan industri,
khususnya industri kimia. Pembangunan industri kimia ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan pemanfaatan sumber daya alam yang
ada. Dengan berdirinya pabrik akan menghemat devisa negara dan membuka
peluang berdirinya pabrik lainnya yang menggunakan produk pabrik tersebut.
Etilen Glikol merupakan salah satu bahan industri kimia yang sangat
dibutuhkan dalam sektor industri kimia saat ini. Etilen glikol digunakan sebagai
bahan baku industri poliester. Poliester yang merupakan senyawa polimer jenis
thermoplastik ini digunakan sebagai bahan baku industri tekstil dan plastik.
Kegunaan lain dari Etilen Glikol ini adalah sebagai bahan baku tambahan pada
pembuatan cat, cairan rem, solven, alkyl resin, tinta cetak, tinta ballpoint, foam
stabilizer, kosmetik, dan bahan anti beku (McKetta, 1984).
Menurut Data Badan Pusat Statistik tahun 2019 bahwa kebutuhan impor etilen
oksida sebesar 432.047,761 ton/tahun. Kebutuhan akan Etilen Glikol oleh industri
manufaktur masih terus meningkat sepanjang tahun. Satu-satunya major producer
etilen gllikol di Indonesia sampai saat ini adalah PT. Polychem Indo Tbk. Akan
tetapi, pemenuhan kebutuhan akan Etilen Glikol di Indonesia oleh PT. Polychem
Indo Tbk hanya mampu memenuhi sekitar 49-55% per tahunnya. Hal tersebut
menyebabkan kebutuhan akan Etilen Glikol harus dibantu dengan mengimpor dari
beberapa negara seperti Singapura (Shell Chemical), Korea Selatan (Lotte
Chemical), dan Arab Saudi (Petro Rabigh).
Mempertimbangkan kebutuhan Etilen Glikol di Indonesia yang terus
meningkat, maka sangat memungkinkan untuk mendirikan pabrik Etilen Glikol di
Indonesia. Pendirian pabrik ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Etilen

1
2

Glikol dalam negeri dan meningkatkan komoditas ekspor Etilen Glikol sehingga
menambah devisa negara. Selain itu, berdirinya pabrik ini juga dapat mendorong
berdirinya pabrik baru untuk diversifikasi produk menjadi bahan-bahan yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


Mengingat kebutuhan di Indonesia akan Etilen Glikol mengalami
peningkatan setiap tahun dan produksi Etilen Glikol di Indonesia tidak mencukupi,
maka pendirian pabrik Etilen Glikol sangat potensial untuk didirikan di Indonesia.

1.3 Tujuan Prarancangan Pabrik


Tujuan perancangan pabrik pembuatan Etilen Glikol ini adalah menerapkan
ilmu disiplin teknik kimia khususnya di bidang perancangan, proses, dan operasi
teknik kimia sehingga akan memberikan gambaran kelayakan prarancangan
pendirian suatu pabrik Etilen Glikol dari etilen oksida dan air dengan proses
hidrolisis.

1.4 Manfaat Prarancangan Pabrik


Manfaat yang mungkin dicapai adalah terbukanya lapangan kerja dan
memacu rakyat untuk meningkatkan produksi dalam negeri dan pada akhirnya akan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Disamping itu juga untuk memanfaatkan
sumber daya alam dan memberikan nilai ekonomis pada bahan baku agar menjadi
produk yang lebih bermanfaat.

1.5 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penyusunan dan penyelesaian tugas Prarancangan
Pabrik Etilen Glikol adalah hanya pada neraca massa, neraca energi, pembuatan
flowsheet pada kondisi steady state, pemasangan alat kontrol, spesifikasi
peralatan, unit utilitas, dan analisa ekonomi.
3

1.6 Pemilihan Proses Prarancangan Pabrik


Proses pembuatan Etilen Glikol ada beberapa jenis, yaitu dapat diuraikan
sebagai berikut ini:
1.6.1 Proses Hidrasi Etilen Oksida
Etilen Glikol disintesis dengan hidrasi dari etilen oksida, sintesis ini
berdasarkan reaksi eksotermik berikut ini:

CH2-CH2 + H2O -> HOCH2-CH2OH ∆H°298 = -75 kJ/mol


O

Pabrik industri melakukan konversi ini sesuai dengan skema berikut: umpan
etilen oksida pertama-tama diencerkan dengan sejumlah air sehingga rasio molar
H2O/oksida adalah 20 hingga 25/1, untuk mendukung produksi Monoetilen Glikol
dan untuk meminimalkan homolog yang lebih tinggi terutama di- dan Trietilen
Glikol. Suhu campuran yang diperoleh diawal, dinaikkan menjadi 154°C
menggunakan pertukaran panas dengan kondensat tahap akhir dari serangkaian
evaporator yang digunakan lebih jauh ke hilir dengan menggunakan uap dan
kemudian dimasukkan ke dalam reaktor. Operasi ini berlangsung sekitar 1,5x106
Pa absolut dengan suhu berkisar 150°C di saluran masuk hingga antara 200°C dan
210°C di saluran keluar, tanpa adanya katalis dan dengan waktu tinggal 45 menit 1
jam. Dalam kondisi ini selektivitas molar adalah sebagai berikut: 88,5% untuk
Etilen Glikol, 10,5% untuk Dietilen Glikol dan 0,5% untuk Trietilen Glikol.
Larutan yang mengandung air dari glikol mentah yang dihasilkan kemudian
dipekatkan dalam serangkaian empat evaporator. Evaporator ini beroperasi pada
tekanan yang menurun secara progresif dari 0,6 menjadi 0,01x106 Pa mutlak uap
yang meninggalkan bagian atas suatu tahap memanaskan tahap berikutnya. Adapun
kondensat dari evaporator terakhir, digunakan untuk menaikkan suhu umpan dan
untuk mengalirkan air proses ke unit.
Campuran glikol yang dihasilkan oleh operasi ini mengalami dehidrasi akhir
yang dicapai dengan distilasi vakum (10 kPa, 10 hingga 15 tray), kemudian diikuti
oleh fraksinasi dalam serangkaian tiga kolom yang juga beroperasi di bawah
vakum. Hasil akhir pemisahan secara berurutan di bagian atas kolom ini adalah
4

Monoetilen Glikol (3 hingga 4 kPa, 15 hingga 20 tray), Dietilen Glikol (3 kPa, 15


hingga 20 tray), dan trietilena glikol (1 kPa, 12 hingga 15 tray). Adapun flowsheet
dasar dari proses ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1 Flowsheet Dasar Proses Hidrasi Etilen Oksida Non Katalitik
(Alain Chauvel,1989)

1.6.2 Proses Du Pont Formaldehid


Secara komersial Etilen Glikol diproduksi dari karbon monoksida, metanol,
hidrogen, dan formaldehida (qv) hingga 1968 di Belle, Virginia Barat. Proses
tersebut terdiri dari reaksi formaldehida, air, dan karbon monoksida dengan katalis
asam untuk membentuk asam glikolat. Hidrogen diesterifikasi dengan metanol
untuk menghasilkan metil glikolat. Reduksi selanjutnya dengan hidrogen di atas
katalis kromat menghasilkan Etilen Glikol dan metanol. Metanol dan formaldehida
diproduksi di lokasi dari syngas.

Gambar 1.2 Reaksi Pembentukan Etilen Glikol, Dietilen Glikol dan Trietilen
Glikol.
5

Batubara adalah bahan baku asli untuk syngas di Belle; dengan demikian
Etilen Glikol diproduksi secara komersial dari batu bara pada satu waktu.
Pembuatan Etilen Glikol dari syngas terus diupayakan oleh sejumlah peneliti (Kirk-
Othmer).

Gambar 1.3 Flowsheet Dasar Proses Du Pont Formaldehid


(Suzuki, 1978).

Dalam proses ini formaldehid direaksikan dengan karbon monoksida dan


air pada suhu 200°C dan tekanan 700 bar untuk membentuk asam glikolat kemudian
asam glikolat diesterifikasi dengan etanol atau n-propanol menghasilkan alkil
glikolat. Alkil glikolat dihidrogenasi dalam fase uap pada suhu 200°C dan tekanan
30 atm menggunakan katalis asam sulfat untuk membentuk Monoetilen Glikol dan
alkohol. Kemudian alkohol di-recycle untuk selanjutnya tahap esterifikasi. Jika
hidrogenasi dilakukan dalam fase cair maka tekanan yang digunakan adalah 400
atm dan menggunakan katalis magnesium kopper. Yield yang dihasikan 85%.

1.6.3 Proses Halcon


Proses Halcon dilakukan dengan oksidasi etilen dan asam asetat. Proses ini
memanfaatkan katalis tellurium dioksida atau tellurium bromid untuk
menghasilkan Etilen Glikol diasetat yang kemudian dihidrolisis menjadi Etilen
6

Glikol. Proses ini sudah tidak digunakan lagi karena menyebabkan korosi pada alat
serta membutuhkan kebutuhan utilitas yang besar. Proses Halcon dilakukan alam
kondisi operasi bertemperatur 90-200oC dengan tekanan mencapai 20-30 atm dan
kemurnian ± 98% (Weissermel dan Arpe, 1998).
TeBr
C2H4(g) + ½ O2(g) + 2 CH3COOH(l) → C6H10O4(g) + H2O(g)…..(1.3)
TeBr
C6H10O4(g) + 2 H2O(g) → C2H6O2(l) + 2CH3COOH(l)………….(1.4)
Gambar 1.4 Flowsheet Dasar Proses Halcon
(Kahlich, 2000; Fedtke, 1992)

1.6.4 Proses Hidrolisis Etilen Oksida


A. Non Katalitik

Gambar 1.5 Flow Diagram Hidrolisis Etilen Oksida Non Katalitik

Metode pembuatan utama pembuatan Etilen Glikol (etana1,2-diol, titik


didih: 197.6 °C, kepadatan: 1.1155, titik nyala: 127 °C) adalah dari asam atau
hidrasi yang dikatalisis termal dan pembukaan cincin oksida.

Gambar 1.6 Reaksi Pembentukan Etilen Glikol


7

Dengan menggunakan proses non katalik, waktu tinggal dalam reaktor


kurang lebih selama satu jam. Tekanan operasi dikontrol untuk menghindari
penguapan etilen oksida. Reaktor yang beroperasi pada suhu 190°C-200°C dengan
tekanan 14-22 atm tergantung pada konsentrasi etilen oksida mula-mula. Campuran
air-glikol dari reaktor diumpankan ke evaporator untuk memekatkan konsentrasi
dengan menggunakan steam tekanan tinggi. Satu evaporator terakhir beroperasi
dengan tekanan vakum. Air yang teruapkan dikondensasi sebagai kondensat.
Larutan crude glikol dari evaporator kemudian diumpankan ke distilasi untuk
memisahkan air dan fraksi ringan. Campuran glikol yang telah bebas air kemudian
difraksinasi dalam kolom distilasi untuk mendapatkan produk utama berupa
Monoetilen Glikol, dan produk samping berupa Dietilen Glikol dan Trietilen
Glikol. Variabel yang penting dalam proses ini adalah perbandingan air dan etilen
oksida. Pada reaksi ini tidak terjadi pembentukan polietilen glikol karena
menggunakan air dalam jumlah besar, dengan perbandingan molar rasio air dengan
etilen oksida yaitu antara 2,5-30.

Gambar 1.7 Flow Diagram ntuk Pabrik Glikol


a) Reactor, b) Drying column, c) Monoethylene glycol column, d) Diethylene glycol column,
e) Triethylene glycol column, f) Heat exchanger
(Ulman encyclopedia of industrial chemistry, 2005)

Pembentukan homolog lebih tinggi pada pembuatan Etilen Glikol dapat


terjadi karena etilen oksida lebih cepat bereaksi dengan Etilen Glikol daripada
dengan air. Yield dapat ditingkatkan dengan pemberian air berlebih yaitu 20 kali
lipat. Selain nilainya dapat ditentukan dengan menggunakan katalis asam sulfat
dapat juga ditentukan tanpa menggunakan katalis yang dalam prakteknya hampir
90% etilen oksida dapat dikonversi menjadi Etilen Glikol, sisa reaksi 10% bereaksi
8

dalam bentuk homolog yang lebih tinggi. Untuk penggunaan reaktor Etilen Glikol
lebih baik menggunakan reaktor jenis plug flow dibandingkan dengan reaktor jenis
CSTR (Ullman’s, 1989).

B. Katalitik
Pada proses hidrolisis etilen oksida, distribusi produk pada reaktor tidak
begitu terpengaruh oleh suhu dan tekanan pada kisaran suhu 90ºC-200ºC dan
tekanan 1-30 bar. Distribusi produk secara substansional sama antara reaksi katalik
dan reaksi nonkatalik. Di mana bila dengan katalis basa hasil glikol derajat tinggi
akan meningkat atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan katalis asam. Kecepatan
reaksi hidrolisis sangat dipengaruhi oleh suhu katalis asam. Efektifitas basa sekitar
1/100 dibandingkan dengan asam pada konsentrasi yang sama dalam reaksi
hidrolisis. Pemakaian katalis asam dalam reaktor hidrolisis memungkinkan untuk
dioperasikan pada suhu dan tekanan relatif lebih rendah dibandingkan reaksi non
katalis, tetapi membuat larutan sangat korosif dan membutuhkan peralatan anti
korosif yang harganya mahal.
Bahan baku etilen oksida dan air dicampur bersama-sama dengan recycle
dan dipompa ke reaktor hidrolisis setelah dipanaskan dengan menggunakan air
panas recycle dan uap air. Jika unit glikol dikombinasi dengan pabrik etilen oksida,
maka akan menjadi pertimbangan ekonomi, untuk memberi umpan dari unit etilen
oksida. Akan tetapi, hal ini dapat berpengaruh pada katalis reaktor Etilen Glikol
jika produk yang dihasilkan Monoetilen Glikol fiber grade. Proses hidrolisis dengan
menggunakan katalis akan dapat dioperasikan dengan temperatur dan tekanan lebih
rendah. Tetapi katalis asam bersifat korosif sehingga diperlukan peralatan bahan
anti korosi yang mahal (McKetta, 1985).
Keutungan dari proses ini adalah jika proses dilakukan untuk membentuk
Dietilen Glikol dalam jumlah besar, maka dibandingkan dengan proses du pont
formaldehid lebih menguntungkan karena biaya opersi lebih murah. Sedangkan
kerugiannya adalah biaya pemurnian mahal dan akan kehilangan produk karena
biaya pemurnian lebih mahal dari pada proses hidrasi (McKetta, 1984).
Adapun flowsheet dasar proses hidrolisis etilen okside sebagai berikut:
9

Gambar 1.8 Flowsheet Dasar Proses Hidrolisis Etilen Glikol


(Kirk-Othmer,19)

Adapun perbandingan beberapa proses pembuatan Etilen Glikol dapat


dilihat dalam Tabel sebagai berikut:

Tabel 1.1 Perbandingan Proses Pembuatan Etilen Glikol


Proses Pembuatan
Hidrasi
Hidrolisis Hidrolisis
Parameter Etilen Proses Du Pont Proses
Etilen Oksida Etilen Oksida
Oksida Non Formaldehid Halcon
Non Katalitik Katalitik
Katalitik
Etilen Karbon
Bahan Etilen Oksida Etilen Oksida Etilen dan
Oksida dan Monoksida dan
Baku dan Air dan Air Asam Asetat
Air Air
Tellurium
Katalis - - Asam Sulfat Asam Sulfat
dan Bromine

Temperatur 150 – 210oC 190-200oC 90-200oC 200oC 90 – 200oC

Tekanan 14 – 22 atm 14-22 atm 1-30 bar 700 bar 20 – 30 atm


Dietilen
Dietilen Glikol Dietilen Glikol
Produk Glikol dan
dan Trietilen dan Trietilen Methanol Asam Asetat
Samping Trietilen
Glikol Glikol
Glikol
Konversi 99,8% 90% 90% 90% -

Yield 99,5% 90% 90% 85% 75%

Sumber: (Alain Chauvel, 1989; Chem System. Inc, 1977; Shell Oil Company, 2002;
Shell Oil Company, 2014).
10

Berdasarkan beberapa proses diatas maka dapat disimpulkan proses


hidrolisis non katalitik menjadi pilihan yang cukup baik bila di tinjau dari segi
bahan baku dan penggunaan katalis. Dengan demikian, maka dipilih proses
hidrolisis etilan oksida non katalitik, dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Bahan baku yang murah dan mudah diperoleh
2. Konversi dan yield yang cukup tinggi
3. Biaya perawatan tidak terlalu tinggi
4. Efisiensi penggunaan bahan baku
5. Penghematan biaya

1.7 Uraian Proses


Metode pembuatan utama pembuatan Etilen Glikol (etana1,2-diol, titik didih:
197.6 °C, kepadatan: 1.1155, titik nyala: 127 °C) adalah dari asam atau hidrasi
yang dikatalisis termal dan pembukaan cincin oksida.

Gambar 1.9 Reaksi Pembentukan Etilen Glikol


(Ulman encyclopedia of industrial chemistry, 2005)

Dengan menggunakan proses non katalik, waktu tinggal dalam reaktor


kurang lebih salama satu jam. Tekanan operasi dikontrol untuk menghindari
penguapan etilen oksida. Reaktor yang beroperasi pada suhu 190°C-200°C dengan
tekanan 14-22 atm tergantung pada konsentrasi etilen oksida mula-mula. Campuran
air-glikol dari reaktor diumpankan ke evaporator untuk memekatkan konsentrasi
dengan menggunakan steam tekanan tinggi. Satu evaporator terakhir beroperasi
dengan tekanan vakum. Air yang teruapkan dikondensasi sebagai kondensat.
Larutan crude glikol dari evaporator kemudian diumpankan ke distilasi untuk
memisahkan air dan fraksi ringan.
11

Campuran glikol yang telah bebas air kemudian difraksinasi dalam kolom
distilasi untuk mendapatkan produk utama berupa Monoetilen Glikol, dan produk
samping berupa Dietilen Glikol dan Trietilen Glikol. Variabel yang penting dalam
proses ini adalah perbandingan air dan etilen oksida. Pada reaksi ini tidak terjadi
pembentukan polietilen glikol karena menggunakan air dalam jumlah besar, dengan
perbandingan molar rasio air dengan etilen oksida yaitu antara 2,5-30.

Gambar 1.10 Flow Diagram untuk Pabrik Glikol


a) Reactor, b) Drying column, c) Monoethylene glycol column, d) Diethylene glycol column,
e) Triethylene glycol column, f) Heat exchanger

Pembentukan homolog lebih tinggi pada pembuatan Etilen Glikol dapat


terjadi karena etilen oksida lebih cepat bereaksi dengan Etilen Glikol daripada
dengan air. Yield dapat ditingkatkan dengan pemberian air berlebih yaitu 20 kali
lipat. Selain nilainya dapat ditentukan dengan menggunakan katalis asam sulfat
dapat juga ditentukan tanpa menggunakan katalis yang dalam prakteknya hampir
90% etilen oksida dapat dikonversi menjadi Etilen Glikol, sisa reaksi 10% bereaksi
dalam bentuk homolog yang lebih tinggi. Untuk penggunaan reaktor Etilen Glikol
lebih baik menggunakan reaktor jenis plug flow dibandingkan dengan reaktor jenis
CSTR. (Ullman’s, 1989).

1.8 Penentuan Kapasitas Prarancangan Pabrik


Kapasitas produksi suatu pabrik akan mempengaruhi tingkat perhitungan
teknik dan nilai keuntungan yang dihasilkan oleh pabrik. Pendirian pabrik dengan
kapasitas tertentu antara lain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,
membantu perkembangan industri lain yang menggunakan produk tersebut.
12

Kebutuhan impor Etilen Glikol pada tahun 2015-2020 dapat dilihat pada Tabel 1.2
berikut.
Tabel 1.2 Kebutuhan Impor Etilen Glikol dalam Negeri
Tahun Jumlah (Ton/Tahun)
2019 152.700
2020 180.900
2021 226.558
2022 297.431
(Sumber: comtradeplus.un.org)

Berdasarakan Tabel 1.2 maka dapat dibuat suatu persamaan linier agar dapat
memperkirakan kebutuhan Etilen Glikol pada tahun 2026 seperti pada Gambar 1.8.

Gambar 1.11 Kebutuhan Impor Etilen Glikol di Indonesia

Dari gambar 1.11 disimpulkan bahwa kebutuhan konsumen akan Etilen


Glikol terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini tentu menyebabkan kebutuhan akan
etilen glikol pada masa yang akan datang juga akan terus meningkat sejalan dengan
laju pertumbuhan industri yang menggunakan bahan baku akan Etilen Glikol.
Untuk menghitung kebutuhan akan Etilen Glikol pada tahun berikutnya maka dapat
menggunakan metode ekstrapolasi. Kebutuhan akan Etilen Glikol dapat diketahui
dengan persamaan:
y = a (x) + b........................................................................................................(1.2)
y = 47985 (x) + 94435
y = 47985 (9) + 94435
y = 526.300
13

Dari hasil perhitungan dapat diperkirakan kebutuhan Glikol di Indonesia


pada tahun 2027 adalah sebesar 526.300 ton/tahun, sehingga hasil ekstrapolasi
dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut.

Tabel 1.3 Data Ekstrapolasi Impor Etilen Glikol di Indonesia


Tahun Ke Tahun Jumlah (ton/tahun)
5 2023 334.360
6 2024 382.345
7 2025 430.330
8 2026 478.315
9 2027 526.300
Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pabrik Etilen Glikol yang
akan didirikan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan luar negeri. Kebutuhan
Etilen Glikol di beberapa negara dapat dilihat pada Tabel 1.3

Tabel 1.4 Kebutuhan Etilen Glikol di Beberapa Negara


Negara Ton/tahun
China 4.110.000
Turkey 623.000
India 512.000
Belgium 453.000
Mexico 708.000
(sumber: oec.world)

Dari Tabel 1.4 diperoleh banyaknya kebutuhan Etilen Glikol di beberapa


negara dan kebutuhan ini akan terus meningkat sejalan dengan makin banyaknya
penggunaan Etilen Glikol sebagai bahan baku untuk di beberapa industi. Namun
nilai ini dapat menjadi patokan bahwa Etilen Glikol menjanjikan prospek yang baik
untuk didirikan menjadi sebuah industri.
Besarnya kapasitas produksi Etilen Glikol disesuaikan dengan jumlah
kebutuhan dalam negeri maupun kebutuhan ekspor. Adapun data-data pabrik Etilen
Glikol yang sudah berdiri dapat dilihat pada Tabel 1.5.
14

Tabel 1.5 Data Pabrik Etilen Glikol di dunia


Nama Pabrik Lokasi Kapasitas (ton/tahun)
Petrochemical Company Al Jubail, Arab Saudi 700.000
Al-Jubail
Reliance Industries Ltd Mumbai, India 750.000
Zhejiang Satellite China 910.000
Petrochemical Co Ltd
Connel Chemical Jilin City 300.000
Industry Co Ltd Tiongkok
Indian Oil Corp Sri Langka, India 303.000
Scientific Design Co.Inc 49 Industrial Ave, USA 137.522
PT Polychem Indonesia Jakarta, Indonesia 233.600
(Sumber: UN Data, 2021)

Pada Tabel diatas dapat dilihat bahwa kapasitas produksi Etilen Glikol di
dalam negeri hanya ada satu yaitu terdapat di PT. Polychem Indonesia yang
berlokasi di Jakarta dengan kapasitas 233.600 ton/tahun. Kondisi ini membawa
kesempatan besar untuk dilakukan pendirian pabrik untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri serta berkompetisi dengan produsen internasional dari Arab Saudi,
Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura.
Berdasarkan data konsumsi dan produksi dari beberapa negara, maka Etilen
Glikol direncanakan akan beroperasi dengan kapasitas 300.000 ton/tahun. Dimana
produk Etilen Glikol ini sebanyak 50% akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
di Indonesia sedangkan 50% lagi akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan luar
negeri. Kapasitas Perancangan Pabrik Etilen Glikol ini sengaja ditetapkan sebesar
itu dengan harapan:
1. Dapat memenuhi kebutuhan Etilen Glikol dalam negeri yang terus
meningkat setiap tahun, serta mengurangi ketergantungan pada negara lain.
2. Dapat memberikan kesempatan bagi berdirinya industri-industri lain yang
menggunakan Etilen Glikol sebagai bahan baku. Dan dampak positif dari
berkembangnya industri-industri baru tersebut adalah dapat menyerap
banyak tenaga kerja dan mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
3. Apabila terpenuhi kebutuhan dalam negeri, sisa produk dapat diekspor
keluar negeri sehingga dapat menambah devisa negara.
15

1.9 Uji Ekonomi Awal Proses Etilen Glikol


Kapasitas pabrik merupakan faktor yang sangat penting dalam pendirian
pabrik karena akan mempengaruhi perhitungan teknik dan ekonomi. Meskopun
secara teori semakin besar kapasitas pabrik kemungkinan keuntungan yang
diperoleh akan semakin besar, tetapi dalam penentuan kapasitas perlu juga
dipertimbangkan faktor lain yaitu seperti diperlihatkan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.6 Uji Ekonomi Awal


Bahan baku yang Berat Molekul Harga Rp/Kg
digunakan (g/mol)
Bahan Baku
1. Etilen Oksida 44,05 5690
2. H2O 18,05 200
Produk
1. Etilen Glikol 62,068 35.000
2. Dietilen glikol 106,12 25.000
3. Trietilen glikol 150,17 21.000

Berdasarkan data diatas, maka dihitung perhitungan ekonomi (PE) awal


sebagai berikut
Rx :
PE = Biaya Produk – Biaya bahan baku
PE = [(BM Etilen Glikol x Harga) + (BM Etilen Dietilen Glikol x Harga) + (BM
Trietilen Glikol) ] – [ (BM Etilen Oksida x Harga) + (BM H2O x Harga)]
PE = [(62,068 x 35000) + (106,12 x 25000) + (150,17 x 21000)] – (44,05 x 5690) +
(18,05 x 200)]
PE = (7.978.950 – 250.644,5 + 3.610)
PE = 7.731.195,5

1.10 Lokasi Pabrik


Ketepatan pemilihan lokasi suatu pabrik harus direncanakan dengan baik
dan tepat. Secara geografis, penentuan lokasi pabrik sangat menentukan kemajuan
serta kelangsungan dari suatu industri saat ini dan pada masa yang akan datang
karena berpengaruh terhadap faktor produksi dan distribusi dari pabrik yang
didirikan. Pemilihan lokasi pabrik harus tepat berdasarkan perhitungan biaya
16

produksi dan distribusi yang seminimal mungkin serta pertimbangan sosiologi dan
budaya masyarakat di sekitar lokasi pabrik.
Oleh karena itu pemilihan dan penentuan lokasi pabrik yang tepat
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perencanaan
pendirian pabrik. Berdasarkan pertimbangan diatas, maka ditentukan rencana
pendirian pabrik etilen oksida ini berlokasi di daerah Cilegon, Banten. Faktor-faktor
yang menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan lokasi pabrik adalah sebagai
berikut:

LOKASI PABRIK

Gambar 1.12 Lokasi Pendirian Pabik Etilen Glikol

1. Dekat dengan sumber bahan baku, yaitu etilen oksida yang dibeli di PT.
Chandra Asri Petrochemical Center.
2. Dekat dengan kawasan industri.
3. Dekat dengan sungai dan pantai sebagai sumber air.
4. Dekat dengan Pelabuhan sehingga memudahkan impor barang-barang
kebutuhan pabrik dan ekspor produk.
5. Sarana dan prasarana yang sangat memadai meliputi transportasi, jalan, dan
listrik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Etilen Glikol


Etilen glikol (1,2-etanediol, HOCH2CH2OH), biasanya disebut glikol,
adalah diol yang paling sederhana. Ini pertama kali disiapkan oleh Wurtz pada
tahun 1859; pengobatan 1,2 dibromoethane dengan perak asetat menghasilkan
Etilen Glikol diacetate, yang merupakan kemudian dihidrolisis menjadi Etilen
Glikol. Etilen glikol pertama kali digunakan secara industri sebagai pengganti
gliserol selama Perang Dunia I sebagai perantara untuk bahan peledak (Etilen
Glikol dinitrat), tetapi sejak itu berkembang menjadi produk industri utama.
Kapasitas di seluruh dunia untuk produksi Etilen Glikol melalui hidrolisis etilen
oksida diperkirakan sekitar 7x106 t/a. Etilen glikol digunakan terutama sebagai an-
tifreeze di radiator mobil dan sebagai bahan baku untuk pembuatan serat poliester.
(Ulmanns).
Pada tahun 1937 aplikasi komersial pertama dari oksida etilen langsung
Lefort ke etilen oksida diikuti oleh hidrolisis etilen oksida menjadi, dan tetap pada
1990-an, sumber komersial utama produksi Etilen Glikol. Etilen Glikol awalnya
diproduksi secara komersial di Amerika Serikat dari etilen klorohidrin, yang
diproduksi dari etilen dan asam hipoklorit. Klorohidrin dapat dikonversi langsung
menjadi Etilen Glikol dengan hidrolisis menggunakan basa, umumnya campuran
kaustik atau kaustik/bikarbonat. Metode produksi alternatif adalah mengubah
klorohidrin menjadi etilen oksida dengan hidrolisis berikutnya (Kirk-Othmer).

2.2 Spesifikasi Bahan Baku


2.2.1 Etilen Oksida
Etilen oksida juga dikenal oksirana adalah senyawa organik dengan rumus
molekul C2H4O. Meskipun Etilen oksida merupakan bahan baku penting dalam
berbagai aplikasi, termasuk produk manufaktur seperti polysorbate-20 dan
polyethylene glycol yang sering lebih efektif dan kurang beracun dibandingkan
dengan material alternatif, etilen oksida itu sendiri zat yang sangat berbahaya,

17
18

pada suhu kamar (EO) mudah terbakar, karsinogenik, mutagenic, iritasi dan gas
anaestetik dengan menyesatkan aroma menyenangkan. Senyawa ini berjenis eter
siklik. Etilena oksida berbentuk gas tidak berwarna, mudah terbakar pada suhu
ruangan dan berbau manis. Senyawa ini merupakan epoksida paling sederhana:
cincin tiga-anggota dengan 1 oksigen dan 2 karbon. Karena struktur molekulnya
ini, etilena oksida banyak dipakai pada reaksi adisi, seperti polimerisasi. Etilen
oksida berisomer dengan asetaldehida dan vinil alkohol. Etilen oksida pertama
kali disintesis oleh Wurtz tahun 1859 dan kemudian dikenalkan sebagai proses
klorohidrin. Produksi pertama etilen oksida secara komersial dimulai pada tahun
1914 hingga sekarang. Tahun 1931, Lefort mengembangkan proses oksidasi
langsung yang menggeser keberadaan proses klorohidrin hingga sekarang.

2.2.2 Air
Air mempunyai rumus kimia H2O, yang berarti satu molekul air terdiri dari
dua atom hydrogen dan satu atom oksigen. Sering digunakan sebagai pelarut. Air
merupakan senyawa kimia yang paling aman dan paling dibutuhkan seluruh
makhluk hidup karena tanpa air, makhluk hidup tidak akan dapat bertahan hidup.
Ilmu yang mempelajari tentang kandungan, sifat-sifat, proses penyebaran, dan
kebiasaan alami air dikenal dengan hidrologi. Hidrologi merupakan induk ilmu
untuk percabangan teknik sipil, dan hidrologi mempelajari masalah persediaan air
dan penyaluran kotoran, sistem pengaliran air dan irigasi, peraturan navigasi dan
sungai, dan pengendalian banjir dan tenaga air.

2.3 Spesifikasi Produk


2.3.1 Etilen Glikol
Monoetilen glikol yang sering disebut Etilen Glikol adalah cairan jenuh,
tidak berwarna, tidak berbau, berasa manis dan larut sempurna dalam air. Grup
hidroksil pada glikol memberikan kemungkinan turunan senyawa yang lebih luas.
Gugus hidroksil ini bisa diubah menjadi aldehid, alkil halide, amina, azida, asam
karboksil, eter, merkaptan, ester nitrat, nitril, ester nitrit, ester organic, ester
posphat, dan ester sulfat. Senyawa-senyawa ini membuat Etilen Glikol bisa menjadi
19

senyawa intermediet dalam banyak reaksi, terutama dalam formasi resin, termasuk
kondensasi dengan dimetil terephtalat atau asam terephtalat yang menghasilkan
resin polyester (MEG Global Group, 2008 ).

2.3.2 Dietilen Glikol


Dietilen glikol (DEG) merupakan produk samping dari hidrolisis etilen
oksida, berfungsi sebagai polyurethane, resin poliester tak jenuh.

2.3.3 Trietilen Glikol


Trietilen glikol (TEG) digunakan sebagai pewarna tekstil, pelarut pada
ekstraksi petroleum, dehidrolisis natural gas, plasticizer dan surfaktan.

2.4 Sifat Sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku dan Produk
Proses pembuatan Etilen Glikol menggunakan bahan baku yaitu etilen
oksida dan air, pada pabrik ini akan menggunakan proses hidrolisis. Berikut ini
adalah spesifikasi bahan baku dan produk :

2.4.1 Bahan Baku


1. Etilen Oksida
A. Sifat Fisika
Tabel 2.1 Sifat Fisika Etilen Oksida
Rumus Molekul C2H4O
Berat Molekul 44,05 g/mol
Bentuk Cair
Warna Tidak berwarna
Kemurnian 99,97%
Titik didih (1 atm) 10,4oC
Titik beku (1 atm) -111,7oC
Tekanan kritis 7,19 Mpa
Temperatur kritis 195,8oC
20

Densitas (20oC) 0, 8697 kg/L


Viskositas (20oC) 0,26 Mpa.s
Konduktivitas thermal 0,15 W/(m.K)
Kapasitas panas (20oC) 2008 J/kg.K
Panas spesifik(20oC) 0,44 kal/g.oC
Panas penguapan (1 atm) 6,1 kkal/g.mol
Panas peleburan (1 atm) 1,236 kkal/g.mol
(McKetta, 1984)
B. Sifat Kimia
1. Dekomposisi
Etilen Oksida dalam bentuk gas akan mulai terdekomposisi pada 400°C
membentuk CO, CH4, C2H4, H2 atau CH3CHO.
2. Reaksi dengan atom hidrogen labil
Etilen bereaksi dengan senyawa yang mengandung atom hidrogen yang labil
dan membentuk gugus hidroksil etil.
3. Reaksi oleh senyawa ikatan rangkap
Etilen oksida dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa berikatan rangkap
(double bond) membentuk senyawa siklis, misalnya dengan CO2.
4. Isomerisasi katalitik
Etilen oksida dapat bereaksi membentuk asetaldehid dengan bantuan katalis
Ag, pada kondisi tertentu.
5. Reduksi menjadi etanol
Reduksi etilen oksida menjadi etanol dapat dilakukan dengan katalis Ni,
Cu, Cr, dan Al2O3.
6. Reaksi dengan pereaksi Grignard
Reaksi etilen oksida dengan pereaksi Grignard menghasilkan senyawa
dengan gugus hidroksil primer.
21

2. Air
A. Sifat Fisika
Tabel 2.2 Sifat Fisika Air
Rumus molekul H2O
Berat molekul 18,05 g/mol
Bentuk Cair
Warna Jernih, tidak berwarna
Titik didih (1 atm) 100oC
Titik beku (1 atm) 0oC
Densitas (20oC) 1 g/ml
Tekanan kritis 2,8 atm
Temperatur kritis 374,2oC
Panas pembentukan -68,31 kkal/g.mol
Panas pengupan 9,71 kkal/g.mol
(McKetta, 1984)
B. Sifat kimia
1. Mudah melarutkan zat-zat baik cair, padat maupun gas
2. Merupakan reagent penghidrolisis pada proses hidrolisis

2.4.2 Produk
1. Etilen Glikol
A. Sifat Fisika
Tabel 2.3 Sifat Etilen Glikol
Rumus molekul C2H6O2
Berat molekul 62,068 g/mol
Densitas 1,1132 g/cm3
Titik leleh -12,9oC (260 K)
Titik didih 197,3oC (470 K)
Titik beku -130C
22

Viskositas (20oC) 20,9 Cp


Panas pembakaran -283,1 kkal/mol
Panas pembentukan -108,1 kkal/mol
(McKetta, 1984)
B. Sifat kimia
1. Pembentukan 1-3 dioksolana, reaksi antara Monoetilen Glikol dengan
senyawa karbonil akan menghasilkan 1-3 dioksolana.
2. Reaksi dengan alkil karbonat, reaksi antara Monoetilen Glikol dengan alkil
karbonat menghasilkan etilen karbonat.
3. Reaksi pembentukan 1,4 dioksan, Monoetilen Glikol dapat dikonversi
dengan hidrasi asam
4. Reaksi esterifikasi
Etilen glikol dapat dialkilasi dan diasilasi membentuk eter ataupun ester.
Tetapi adanya dua kelompok hidroksil menyebabakn susunan mono dan
diester tergantung dari reaksi reaktannya. Esterifikasi Etilen Glikol dengan
asam terepthalik untuk membentuk poliester.
5. Reaksi etoksilasi
Etilen glikol bereaksi dengan etilen oksida untuk membentuk di-tri- tetra,
dan polietilen glikol. Proporsi atau ukuran dari glikol ini ditentukan oleh
katalis yang ditentukan serta lebih dan tidaknya glikol.

2. Dietilen Glikol
A. Sifat Fisika
Tabel 2.4 Sifat Fisika Dietilen Glikol
Rumus molekul HO(CH2CH2O2)2O
Berat molekul 106,12 g/mol
Wujud Cair
Warna Jernih, tak berwarna
Titik didih 244,8oC
Titik beku -6,5oC
23

Temperatur 681,04oC
Tekanan kritis 45,45 atm
Densitas (200C) 1,1185 g/ml
Viskositas (200C) 36 Cp
Panas penguapan 129 kkal/kg
(McKetta, 1984)
B. Sifat Kimia
Dietilen glikol dapat mengalami dehidrasi menggunakan katalis asam untuk
memproduksi 1,4 – ioxane.

Gambar 2.1 Mekanisme Reaksi Dietilen Glikol

3. Trietilen Glikol
A. Sifat Fisika
Tabel 2.5 Sifat Fisika Trietilen Glikol
Rumus molekul HO(CH2CH2O)3H
Berat molekul 150,17 g/mol
Warna Jernih, tak berwarna
Titik didih 285,50C
Titik beku - 4,30C
Temperatur kritis 712,320C
Tekanan kritis 32,727 atm
Densitas (200C) 1,123 g/ml
(McKetta, 1984)
B. Sifat kimia
Trietilen glikol dapat dibuat langsung dengan mereaksikan etilen oksida
dengan dietilen glikol. Mudah larut dalam air.
24

2.5 Kegunaan Etilen Glikol


Tabel 2.6 Kegunaan Etilen Glikol
Sifat/Karakteristik Aplikasi/Kegunaan
- Resin polyester ( Fibers, Containers
dan films).
Senyawa intermediet dari - Resin ester sebagai plasticizers
resin (adhesive, pernis, dan pelapis).
- Alkyd-type resins (karet sintetis,
adhesive, pelapis permukaan).
Pasangan pelarut (Solven - Sebagai penstabil pada formasi gel
coupler)
- Fluida penghilang es ( deicing fluids )
pada pesawat terbang, dan
landasannya.
- Sebagai fluida penghantar panas
Penurunan titik
(heat transfer fluids) pada kompresor
pembekuan
gas, pemanas, pendingin udara, proses
(Freezing Point
pendingin
Depression)
- Antibeku pada kendaraan dan
pendingin.
- Formulasi berdasarkan air seperti
adesif, cat latex dan emulsi aspal).
- Garam konduktif medium pada
Pelarut
kapasitor elektronik
- Serat tekstil, kertas, kulit, adhesive, dan
Humectant
lem.

Etilen Glikol adalah komoditas yang konsumsinya dikaitkan dengan


berbagai industri seperti energi, bahan kimia, otomotif, tekstil, transportasi, dan
teknologi manufaktur. Misalnya, dapat digunakan sebagai antibeku pada radiator
mobil karena kemampuannya untuk menurunkan titik beku saat dicampur dengan
25

air. Selain itu, banyak digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan serat
poliester. Etilen Glikol secara tradisional dikaitkan dengan penggunaan sebagai
antibeku tipe permanen untuk sistem pendingin mesin pembakaran internal.
Kegunaan lain termasuk produksi poliester untuk serat, film, dan pelapis, dalam
cairan hidrolik, dalam pembuatan bahan peledak titik beku rendah, eter glikol, dan
larutan deicing.

Untuk alasan ini, produksi dan konsumsi global diol ini adalah sekitar 20
juta metrik ton pada tahun 2010 dan mencapai 25 juta ton pada tahun 2015.
Beberapa rute sintesis dikembangkan untuk menghasilkan Etilen Glikol, tetapi
bagian utama dari pangsa pasar bergantung pada produksi dari hidrasi etilen oksida.
Fakta ini mengaitkan produksi diol ini dengan industri perminyakan, yang mewakili
teknologi manufaktur ekonomi. Berkurangnya sumber daya bahan bakar fosil dan
meningkatnya masalah lingkungan membuatnya perlu untuk mempertimbangkan
proses ekonomis dan hemat energi lainnya. Pada saat ini, pembuatan Etilen Glikol
dari sumber lain seperti syngas atau biomassa menjadi alternatif yang lebih menarik
(Carlos Murillo, dkk, 2020).

Anda mungkin juga menyukai