Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH ILMU BAHAN

OLEH:

KELAS TD 1.3

DOSEN PENGAMPU:

Bapak Ir. Suharto, M.Sc.


A. ETENA
Bahan baku produksi dalam industri etilena adalah etana. Etilena atau disebut juga Etena
atau ethene merupakan senyawa alkena yang terdiri dari dua atom karbon dan empat atom
hidrogen dimana atom atau ethene karbon terhubung dengan ikatan rangkap. Etilena
merupakan hidrokarbon tak jenuh atau disebut juga olefin. Etilena secara alami merupakan
hormon tumbuh dari hasil metabolisme normal dalam tanaman, diproduksi dari tumbuhan
tingkat tinggi dari asam amino metionin yang esensial pada seluruh jaringan tumbuhan.
Produksi etilena bergantung pada tipe jaringan, spesies tumbuhan dan tingkat
perkembangan. Etilena pada umumnya digunakan dalam pemeraman buah agar cepat matang
dan untuk merontokkan daun, dapat digunakan juga untuk menghambat proses
pembentukkan batang, akar dan bunga, namun dapat merangsang pembentukkan bunga bila
bersama hormon lainnya yaitu hormone auksin.
Ethylene dapat diperoleh dari berbagai macam bahan baku seperti naftha, ethanol, gas
etana dan gas methane. Dalam skala Industri Etilena diproduksi dari industri petrokimia hulu
(upstream petrochemical industry), yaitu yang menghasilkan produk petrokimia yang masih
berupa produk dasar atau dapat dibuat dari bahan kimia lainnya sebagaimana yang
diproduksi oleh Perusahaan Kimia Braskem dari Brazil yang merupakan pabrik pertama di
dunia yang berhasil memproduksi etilena dari etanol yang berasal dari gula tebu. Ini
merupakan green ethylene yang ditargetkan akan diproduksi 600.000 ton setiap tahunnya. Di
Indonesia salah satu produsen Etilena adalah PT. Chandra Asri Petrochemical dengan
menggunakan proses Naphtha Cracker dari hasil pengolahan minak bumi seperti naphtha,
LPG dan condensatenya dengan kapasitas produksi etilen sebesar 860.000 ton per tahun.
Secara garis besar proses di pabrik ethylene ini terdiri dari 3 unit. Unit yang pertama
adalah unit persiapan bahan baku yang berfungsi untuk menghilangkan impiurities yang
terkandung di dalam gas alam yang terbagi menjadi 2 sub-unit yaitu purification unit dan
dehydration unit. Purification unit berfungsi untuk menghilangkan solid dan acid gas (CO2)
yang terkandung di dalam gas alam tersebut . Unit yang kedua adalah unit thermal cracking.
Gas yang berasal dari dehydration unit selanjutnya akan dialirkan ke dalam de-methanizer
column untuk memisahkan fraksi-fraksi gas alam, dimana metana akan keluar sebagai hasil
atas pada suhu -122,9o C sedangkan etana, propana dan butana dan fraksi berat lainnya pada
suhu -269o C akan keluar sebagai hasil bawah. Unit yang ketiga adalah oxidative coupling oc
methane fresh feed y

B. VINIL KLORIDA
Vinil klorida adalah suatu organoklorida dengan rumus H2C=CHCl yang juga disebut
sebagai monomer vinil klorida (vinyl chloride monomer atau VCM) atau kloroetena.
Senyawa tak berwarna ini merupakan bahan kimia penting di industri yang digunakan dalam
produksi polimer polivinil klorida (PVC). Vinil klorida pertama kali diproduksi pada tahun
1835 oleh Justus von Liebig dan muridnya Henri Victor Regnault. Mereka memperoleh
senyawa ini melalui reaksi 1,2-dikloroetana dengan larutan kalium hidroksida dalam etanol.
Pada tahun 1912, Fritz Klatte, seorang kimiawan Jerman yang bekerja untuk Griesheim-
Elektron, mematenkan alat untuk memproduksi vinil klorida dari asetilena dan hidrogen
klorida menggunakan raksa(II) klorida sebagai katalis. Vinil klorida diproduksi dalam skala
besar—sekitar 31,1 juta ton diproduksi pada tahun 2000.[6] Dua metode digunakan dalam
produksi senyawa ini, melalui hidroklorinasi asetilena dan dehidroklorinasi etilen diklorida
(1,2-dikloroetana). Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengubah etana secara langsung
menjadi vinil klorida.Vinil klorida juga dapat diperoleh sebagai produk sampingan dalam
sintesis klorofluorokarbon ketika klorofluorokarbon jenuh dideklorinasi secara katalitik oleh
etilena. Sulfoklorinasi etana telah diusulkan sebagai rute sintesis untuk memproduksi vinil
klorida menggunakan belerang dan bukan oksigen.
Cairan vinil klorida diumpankan ke reaktor polimerisasi yang dikonversi dari monomer
menjadi polimer PVC. Produk akhir dari proses polimerisasi adalah PVC dalam bentuk
serpihan atau pelet. Dari bentuk serpihan atau peletnya, PVC dijual kepada perusahaan yang
memanaskan dan membentuk PVC menjadi produk akhir seperti pipa dan botol PVC.
Beberapa juta ton PVC dijual di pasar global setiap tahun.

C. TETRAFLUOROETILENA
Tetrafluoroethylene (TFE) merupakan produk intermediate yang juga bahan baku
(monomer) dalam pembuatan Polytetrafluoroethylene (PTFE) atau yang lebih dikenal dengan
nama Teflon. Bahan tersebut memiliki sifat yang sangat reaktif dan hazardous. Karena TFE
merupakan bahan baku dari PTFE maka jumlah kebutuhan TFE sangat langsung berkaitan
dengan kapasitas produksi PTFE. Pabrik TFE ini didesain dengan kapasitas 24.000 ton/tahun
dengan bahan baku Chlorodifluoromethane (CDM) menggunakan metode Thermal Pyrolisis
of Chlorodifluoromethane. Secara umum, pembuatan TFE terdiri dari 3 tahap sebagai berikut
: (i) persiapan bahan baku CDM, (ii) pirolisis CDM menjadi TFE dan produk lain seperti
HCl, C3F6, c-C4F8, dan C2HClF4, (iii) pemurnian produk utama TFE dan produk samping
berupa HCl 35%.
TFE dapat disintesis dari tetrafluoromethane (CF4) dengan high-intensity
arcmenggunakan elektrode berupa karbon. Reaksi kimia yang terjadi dalam pembuatan
TFE dengan cara ini adalah sebagai berikut (Bronfine, 1970):2 CF4 → C2F4+2F2(1.1)
Selain menghasilkan TFE sebagai produk utama, proses ini juga menghasilkan produk
samping berupa hexafluoroethane (C2F6) dan octafluoropropane (C3F8). Semakin tinggi
daya listrik yang digunakan dan semakin rendah tekanan operasi, akan meningkatkan
yieldTFE yang diperoleh. YieldTFE maksimum yang dapat diperoleh adalah 75%
dengan menggunakan daya sebesar 20 kW pada tekanan operasi 0,1 atm dan suhu 2000-
4000 K. Proses pemisahan TFE dari produk sampingdilakukan dengan proses
brominasi yang diikuti dengan dehalogenasi menggunakan zinc.YieldTFE yang
diperoleh melalui proses ini cukup tinggi, akan tetapi proses ini menggunakan teknologi
yangtergolong baru dan membutuhkanenergi yang sangat besar. Selain itu, untuk
memperoleh TFE dengan kemurnian yang tinggi harus melewati proses pemurnian
yang panjang dan kompleks, dengan demikian biaya untuk proses pemurnian produk
cukup besar.

Thermal Pyrolisis of Chlorodifluoromethane

Pembuatan TFE dengan bahan baku berupa chlorodifluoromethane (CHClF2) melalui


mekanisme reaksi sebagai berikut (Broyer dkk, 1987):

CHClF2 ↔ CF2∙+ HCl(1.2)

2CF2∙↔ C2F4(1.3)

2C2F4↔ c-C4F8(1.4)

C2F4+ CF2∙↔ C3F6(1.5)

C2F4+ HCl → H(CF2)

2Cl(1.6)

Pembuatan TFE dilakukan melalui proses pirolisis pada plug-flow reactoryang tahan
terhadap korosi seperti platinum pada tekanan subatmosferis hingga atmosferis dengan
suhu 590-900 oC. Yield yang dihasilkan melalui proses ini cukup tinggi yaitu sebesar 95%.
Untuk meningkatkan efisiensi proses biasanya digunakan superheated steamsebagai diluen.
Setelah proses pirolisis berlangsung, gas keluar reaktor didinginkan dan dilakukan proses
absorpsi dengan air untuk memisahkan asam yang terbentuk. Campuran gas keluar absorber
selanjutnya dikeringkan menggunakan kalsium klorida atau asam sulfat, kemudian
campuran gas dikompresi untuk selanjutnya masuk ke proses refrigerated distillationdimana
terjadi proses pemisahan TFE dari sisa reaktan dan produk samping lainnya,sehingga
diperoleh TFE dengan kemurnian 99,99%

Anda mungkin juga menyukai