Anda di halaman 1dari 20

REVISI

17 MEI 2013

PETROKIMIA BERBASIS ETILEN (ETILEN GLIKOL)

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Petrokimia

oleh
Abimata Dwi Wahyu P.

(115061100111010)

Ayu Indah Wibowo

(115061101111011)

Widya Anggi Yulianda

(115061101111016)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2013
DAFTAR ISI

Daftar Isi ii
BAB I. Pendahuluan .. 1
1.1
1.2
1.3

Latar Belakang Masalah . 1


Rumusan Masalah .................. 2
Tujuan Penulisan . 2

BAB II. Pembahasan .. 3


2.1 Etilen ... 3
2.2 Proses Produksi Etilen Glikol . 5
2.3 Karakteristik Etilen Glikol . 12
2.4 Manfaat Etilen Glikol . 13
2.5 Penanganan dan Penyimpanan Etilen Glikol ................................................. 14
BAB III. Penutup 16
3.1 Kesimpulan . 16
3.2 Saran ... 16
Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 17
Lampiran..18

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah


Perkembangan proses industri di Indonesia terus mengalami peningkatan
khususnya pada industri kimia. Meskipun Indonesia sempat dilanda krisis ekonomi
sampai saat ini, namun dengan usaha-usaha tertentu yang dilakukan pemerintah,
sektor ini mulai bangkit kembali. Usaha yang dapat dilakukan untuk membangkitkan
dunia industri di Indonesia dengan menyediakan kebutuhan bahan baku industri. Hal
tersebut perlu diperhatikan karena bahan baku merupakan hal penting yang mendasari
berjalannya sebuah industri. Contoh bahan baku industri yang banyak digunakan
adalah etilen glikol.
Etilen glikol adalah salah satu bahan kimia yang jumlahnya belum mencukupi
kebutuhan industri di Indonesia. Pemanfaatan etilen glikol sangat luas dalam dunia
industri.

Etilen glikol sebagian besar digunakan sebagai bahan baku pembuatan

poliester dan poliester ini akan digunakan lebih lanjut sebagai bahan baku industri
tekstil dan plastik. Etilen glikol merupakan petrokimia yang berbasi etilen dengan
melalui

mekanisme

proses

tertentu.

Dengan

kebutuhan

yang

tinggi

dan

pemanfaatannya yang luas tersebut, penulis ingin menjelaskan lebih lanjut tentang
produksi etilen glikol.

1.2

Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan etilen?
b. Bagaimana proses produksi etilen glikol dengan hidrolisis?
c. Bagaimana karakteristik etilen glikol?
d. Apa manfaat etilen glikol?
e. Bagaimana penanganan dan penyimpanan etilen glikol?

1.3

Tujuan Penulisan
a. Mengetahui maksud dari etilen.
b. Mengetahui proses produksi etilen glikol dengan hidrolisis.
c. Mengetahui karakteristik etilen glikol.
d. Mengetahui manfaat etilen glikol.
e. Mengetahui penanganan dan penyimpanan etilen glikol.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Etilen
Etilen merupakan hidrokarbon olefin yang memiliki rumus kimia CH 2=CH2.
Pada suhu ruang etilen berbentuk gas. Etilen dikenal sebagai King of petrochemical
hal ini karena banyak produk-produk kimia yang menggunakan etilen sebagai bahan
bakunya dari pada hidrokarbon intermediet lainnya. Produk-produk kimia berbasis
etilen dapat dilihat pada Figure 7-1. Etilen sendiri merupakan hidrokarbon olefin yang
memiliki struktur sederhana dengan kereaktifan tinggi. Selain itu etilen merupakan
senyawa yang relatif murah yang didapatkan dengan mudah melalui proses cracking
dengan hidrokarbon sebagai sumber bahan bakunya (Matar, 1994).
Reaksi dari etilen tergolong reaksi relatif murah. Hal ini karena pada reaksi
etilen menggunakan reagen yang juga relatif murah seperti air, klorin, hidrogen
klorida, dan oksigen untuk menghasilkan produk-produk kimia yang bermanfaat
(Matar, 1994).
Dalam perkembangannya, permintaan etilen secara global mengalami
peningkatan dari 79 juta ton pada tahun 1997 menjadi 114 juta ton pada tahun 2005.
Pada tahun 1998, konsumsi etilen di U.S mencapai 52 milyar pound atau sekitar 24
juta ton. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa etilen merupakan
hidrokarbon intermediet yang memiliki nilai konsumsi besar di dunia. Hal ini karena
etilen merupakan hidrokarbon intermediet yang mudah dijadikan produk-produk
kimia yang lebih berguna melalui reaksi yang relatif sederhana (Matar, 1994).
Beberapa produk-produk kimia komersial didapatkan dari etilen dengan
berbagai proses, misalnya proses klorinasi etilen akan menghasilkan etilen diklorida
(1,2-dikloroetan) dimana etilen klorida merupakan prokursor utama untuk produksi
vinil klorida yang merupakan monomer dari polivinil klorida. Polivinil klorida banyak
dimanfaatkan untuk peralatan medis. Etilen juga mengalami proses oligomerisasi
yang salah satunya menghasilkan alkohol linier dengan menggunakan reagen
triethylaluminum (Matar, 1994).
3

Produk yang paling komersial dan memiliki nilai konsumsi yang tinggi
didunia adalah etilen glikol. Etilen glikol merupakan monomer dari poliester yaitu
merupakan polimer sintesis yang paling banyak digunakan. Etilen glikol didapatkan
dari etilen oksida sebagai bahan baku utamanya. Etilen oksida sendiri merupakan
hasil dari oksidasi senyawa etilen (Matar, 1994).
Berikut ini adalah produk-produk kimia yang dapat dihasilkan dari reaksi
kimia yang berbasis etilen:

Gambar 1. Bahan Kimia yang Berbahan Dasar Etilen (Matar, 1994).

2.2

Proses Produksi Etilen Glikol


a. Produksi Etilen Menjadi Etilen Oksida
Etilen oksida (EO) merupakan gas tidak berwarna yang dapat mencair
ketika didinginkan pada suhu di bawah 12 C. Kelarutan etilen oksida dalam air
dan pelarut organik sangat tinggi. Etilen oksida merupakan prekursor untuk
beberapa produk kimia yang komersial, seperti etilen glikol, etanolamin, dan
alkohol etoksilat (Matar, 1994).
Jalur utama untuk mendapatkan etilen oksida adalah oksidasi etilen
menggunakan perak sebagai katalisnya. Reaksi ini merupakan reaksi eksotermis,
yang ditunjukkan dalam persamaan di bawah ini:

dalam reaksi oksidasi di atas, terjadi reaksi lain yang bersamaan, yaitu oksidasi
sempurna etilen menjadi karbon dioksida dan air. Reaksinya sebagai berikut:

Reaksi ini sangat eksotermis. Kenaikan temperatur yang berlebihan dapat


menurunkan hasil etilen oksida dan menyebabkan penurunan kinerja katalis.
Oksidasi yang berlebih dapat diminimalisasi dengan menggunakan klorida
organik (Matar, 1994).
Proses oksidasi etilen untuk menjadi etilen oksida dapat melalui oksidasi
langsung dengan udara atau oksida langsung dengan oksigen. Dalam oksidasi
langsung dengan udara memerlukan pemurnian udara sebelum masuk ke reaktor
sebagai umpan dan memerlukan unit proses pembersihan udara sisa oksidasi lebih
banyak dibandingkan proses oksidasi dengan oksigen. Sekarang ini proses
oksidasi langsung dengan oksigen lebih banyak digunakan karena lebih ekonomis.
Dan dalam penjelasan di bawah ini akan menjelaskan tentang proses oksidasi
langsung menggunakan oksigen.

Etilen yang digunakan dalam proses oksidasi etilen minimal 99,85% mol
dengan sedikit zat pengotornya seperti etana dan metana. Konsentrasi etana yang
tinggi akan meningkatkan konsentrasi inhibitor klorida yang memberikan
pengaruh terhadap kualitas produk dan waktu hidup katallis. Zat pengotor lain
seperti asetilen, propilen, hidrogen, dan sulfur dapat mempengaruhi kinerja
katalis dan stabilitas produk. Asetilen menyebabkan katalis mengalami coking
pada konsentrasi yang sangat rendah. Propilen lebih reaktif daripada etilen dan
akan teroksidasi menjadi aldehid yang dapat menurunkan kualitas produk.
Hidrogen dan karbon monoksida dapat menyebabkan hot-spotting pada katalis.
Dan sulfur merupakan racun katalis yang nonreversible untuk katalis yang
berbahan dasar perak (Kirk dan Othmer, 1959).
Oksigen yang digunakan dalam proses oksidasi memiliki kemurnian 9599,95% mol dan masih mengandung zat pengotor seperti argon yang paling
dominan. Dengan kandungan argon pada umpan reaktor meningkat maka dapat
menyebabkan penurunan batas flammable-nya sehingga dapat mudah terbakar
(Kirk dan Othmer, 1959).
Katalis yang digunakan dalam oksidasi etilen terdiri dari empat komponen
yaitu katalis logam aktif; bulk pendukung; promotor katalis yang meningkatkan
selektivitas dan waktu hidup katalis; dan inhibitor atau antikatalis yang menekan
pembentukan karbon dioksida dan air tanpa menurunkan laju pembentukan etilen
oksida. Katalis yang mengandung perak digunakan di semua produksi etilen
oksida secara komersial, meskipun komposisi katalisnya dapat bervariasi. Perak
ditambahkan ke bahan pendukung sebagai pelapis dari suspensi. Pelapisan ini
dapat memberikan katalis yang mengandung perak lebih tinggi dan aktivitas
inisial lebih tinggi pula. Selain itu juga dapat menjaga kehilangan selektivitas
katalis untuk membentuk etilen oksida setelah penggunaan selama beberapa
bulan. Untuk meningkatkan selektivitas dan waktu hidup katalis dapat
menggunakan promotor seperti logam alkali (cesium, rubidium, atau potasium).
Banyak senyawa organik khususnya halida yang efektif digunakan untuk
menekan oksidasi etilen yang tidak diinginkan yaitu pembentukan karbon
dioksida dan air meskipun tidak merubah secara signifikan reaksi utama untuk
membentuk etilen oksida (Kirk dan Othmer, 1959).

Berikut ini adalah flowsheet yang menjelaskan proses oksidasi langsung


dengan oksigen dalam proses pembuatan etilen oksida:

Gambar 2. Flowsheet proses oksidasi langsung berbahan dasar oksigen untuk


etilen oksida (Kirk dan Othmer, 1959).
Pada tahap pertama, oksigen diumpankan secara terpisah dari etilen ke
aliran gas recycle. Setelah itu oksigen dan gas recycle serta etilen diumpankan ke
reaktor multitubular primer. Jumlah reaktor primer bergantung pada kapasitas,
ukuran dari reaktor tunggal dan selektivitas dari katalis yang digunakan. Etilen
dioksidasi menjadi etilen oksida, karbon dioksida, dan air di dalam converter
packed-bed dan panas reaksi yang dihasilkan kemudian dihilangkan dengan cara
mensirkulasi atau mendidihkan minyak organik pada dinding luar reaktor seperti
Dowtherm, Tetralin atau bahan lainnya yang memiliki titik didih yang lebih
tinggi. Minyak yang panas tersebut didinginkan di generator uap sehingga
menghasilkan uap tekanan tinggi yang digunakan untuk proses etilen oksida dan
proses lainnya (Kirk dan Othmer, 1959).
Konversi etilen tiap melewati reaktor primer dijaga pada 20-30% untuk
memastikan selektivitas katalis 70-80%. Inhibitor oksidasi fasa uap seperti etilen
7

diklorida, vinil klorida atau senyawa halogen lainnya ditambahkan ke dalam


reaktor untuk menghambat pembentukan CO2. Apabila konsentrasi CO2 lebih dari
15% maka akan mengganggu kerja katalis. Aliran yang keluar dari reaktor dapat
mengandung 1-3% etilen oksida. Gas panas ini kemudian didinginkan di heat
exchanger shell and tube hingga suhu 35-40 oC dengan menggunakan gas recycle
aliran umpan reaktor yang dingin dari absorber primer. Produk gas mentah yandg
telah didinginkan kemudian dikompresi di blower sentrifugal sebelum masuk ke
absorber (Kirk dan Othmer, 1959).
Tahap penting kedua pada proses ini adalah pemulihan etilen oksida dari
produk gas mentah. Proses ini dilakukan pada absorber dengan countercurrent
scrubbing pada kolom setinggi 18-20 m. Etilen oksida yang dihasilkan di reaktor
dilarutkan di absorber air bersama dengan beberapa nitrogen dan karbon dioksida,
dan sedikit etilen, etana dan aldehid. Aliran cair dihilangkan dari dasar absorber
dan dikirim ke desorber. Di absorber ini ditambahkan lubang ventilasi untuk
mencegah akumulasi argon pada siklus karena argon adalah zat pengotor yang
terdapat pada penambahan oksigen mencapai 30-40% mol pada siklus jika tidak
dibersihkan. Gas yang tidak terabsorbsi pada absorbser bagian atas dipisah
menjadi dua porsi. Komponen dengan fraksi yang terbesar yaitu oksigen
dikembalikan ke reaktor primer sebagai gas recycle setelah mendingikan gas
panas di heat exchanger shell and tube, dan aliran siklusnya diulang-ulang.
Sedangkan komponen dengan fraksi yang lebih kecil diumpankan ke absorber
CO2 (Kirk dan Othmer, 1959).
Pada absorber CO2 dialirkan absorben kalium karbonat dari bagian atas
sehingga akan bertemu dengan gas dengan fraksi yang lebih kecil secara
countercurrent. Absorben akan mengikat CO2 dalam gas yang masuk dan gas
yang tidak terabsorbsi keluar dari bagian atas absorber CO 2 menuju aliran gas
recycle yang akan digunakan sebagai umpan reaktor. CO2 yang terikat dengan
absorben dialirkan ke stripper intermediet untuk memisahkan oksigen yang masih
terlarut dengan mengalirkan nitrogen secara countercurrent. Absorben dan CO2
yang masih lolos masuk ke desorber CO2 untuk dilakukan pemisahan dengan
menggunakan panas dari steam. CO2 akan dikeluarkan dari bagian atas sedangkan
absorben keluar dari bagian bawah dan dialirkan kembali ke absorber CO 2 untuk
dapat digunakan kembali.
8

Tahap ketiga yaitu purifikasi atau pemurnian etilen oksida. Etilen oksida
yang kaya akan air dari absorber digunakan sebagai penukar panas dan
diumpankan ke bagian atas desorber untuk memisahkan etilen oksida dari air.
Dalam desorber dilakukan pemanasan dengan steam sehingga etilen oksida akan
menguap karena titik didihnya lebih rendah dari air dan menuju ke stripper. Air
yang telah dipisahkan dari etilen oksida dikembalikan ke absorber untuk
digunakan kembali tetapi sebelumnya didinginkan dahulu di heat exchanger
menggunakan aliran cair dari absorber (Kirk dan Othmer, 1959).
Etilen yang dihasilkan dari desorber masih mengandung beberapa CO 2,
nitrogen, aldehid, dan sedikit etilen dan etan. Dalam stripper, gas ringan
dipisahkan ke atas dan dikeluarkan. Etilen oksida yang telah dimurnikan sebagian
dari bagian bawah stripper dikirim ke kolom refining akhir. Etilen oksida yang
keluar dari kolom refining seharusnya memiliki kemurnian > 99,5% mol. Produk
akhir biasanya disimpan sebagai cairan dalam atmosfer inert (Kirk dan Othmer,
1959).
Reaksi epoksidasi terjadi pada suhu 200-300 C dengan waktu tinggalnya 1
detik. Selektivitas yang dapat dicapai dari reaksi epoksidasi ini adalah 70-75%.
Selektivitas merupakan rasio mol etilen oksida yang diproduksi per mol etilen
yang bereaksi. Selektivitas etilen dapat ditingkatkan dengan penurunan temperatur
reaksi dan konversi etilen diturunkan (recycle gas yang tidak bereaksi lebih tinggi)
(Matar, 1994).
b. Produksi Etilen Oksida Menjadi Etilen Glikol
Etilen glikol (CH2OHCH2OH) merupakan cairan sirup yang tidak
berwarna dan sangat larut dalam air. Jalur utama dari etilen glikol yaitu dengan
hidrasi etilen oksida dengan adanya asam sulfat encer. Spesifikasi bahan baku
untuk pembuatan etilen glikol dapat dilihat pada tabel berikut :
Etilen Oksida
Temperatur
Tekanan
Molar flow

25oC
120 kPa
105.0 kgmol/h

Air Umpan
Temperatur
Tekanan
Molar flow

25oC
120 kPa
150 kgmol/h

Reaksi hidrolisis terjadi pada rentang temperatur 50-100 C dan waktu


kontak sekitar 30 menit. Reaksi hidrolisis yang terjadi adalah sebagai berikut:

Reaksi tersebut menghasilkan produk lain yang berupa di- dan trietilen glikol.
Untuk menurunkan pembentukan glikol yang lebih tinggi, maka dilakukan
peningkatan rasio air dengan etilen oksida dan menurunkan waktu kontaknya.
Rasio air dengan etilen glikol sama dengan 10 merupakan rasio yang optimum
untuk mendapatkan hasil monoglikol sekitar 90%. Walaupun begitu, di- dan
trietilen memiliki nilai ekonomi karena masih komersial untuk digunakan (Matar,
1994).
Berikut ini diagram proses pembuatan etilen glikol dari etilen okside
sebagai bahan baku utama.

Gambar 3. Flowsheet proses produksi etilen glikol dari etilen oksida (Matar,
1994).

10

Etilen oksida (EO) dan air (make up maupun recycle) masuk ke dalam reaktor
umpan (feed tank). Campuran ini akan membentuk larutan air-oksida yang
mengandung 8-12% etilen oksida. Setelah itu, larutan dipompa melalui preheater
menuju reaktor adiabatik, dimana pada reaktor tersebut sistem terisolasi sehingga
tidak ada panas yang masuk dan panas yang keluar (Q=0). Pada reaktor adiabatik,
etilen oksida dihidrasi menghasilkan etilen glikol (EG) atau monoetilen glikol
(MEG) dan sedikit turunan yang lebih tinggi seperti di- dan trietilen glikol.
Tekanan pada reaktor ini dikendalikan untuk mencegah penguapan dari etilen
oksida dari larutan. Pada umumnya reaktor ini beroperasi pada tekanan 14-22 bar
atau sekitar 13.82-21.71 atm.
Campuran larutan air dan glikol dari reaktor adiabatik diumpankan ke
evaporator bertingkat (reaktor 3,4,5). Pada tahap pertama, evaporator beroperasi
pada level tekanan medium dan larutan dipanaskan pada tekanan uap bertekanan
tinggi. Pada tahap selanjutnya, evaporator beroperasi pada tekanan yang lebih
rendah. Dan pada tahap akhir, evaporator beroperasi pada tekanan sangat rendah.
Pada proses ini air hasil proses evaporasi dikondensasi dan diumpankan kembali
ke reaktor umpan (feed tank) (Matar, 1994).
Larutan glikol pekat dari proses evaporasi tahap akhir dipisahkan dari air
dan sisa zat pengotor ringan pada stripper(reaktor 6) . Setelah itu larutan glikol
bebas air dan zat pengotor didistilasi pada kolom distilasi vakum untuk
memisahkan MEG dari turunan etilen glikol seperti di- dan trietilen glikol
berdasarkan titik didih, dimana titik didih monoetilen glikol lebih rendah daripada
di- dan trietilen glikol (Matar, 1994).

11

2.3

Karakteristik Etilen Glikol


a. Sifat Fisika
SI unit
427 C
8.200 kPa
0,191 L/gmol
372 C
37.7
1.07 x 10-6 mhos/cm
0.01
62.07 g/mol
197.1C
-13C
100 wt%
100 wt%
1.1153
48.0 mN/m
2.1
0.0075 kPa
-1,053 kJ/gmol
-460 kJ/gmol
53.2 kJ/gmol
9.96 kJ/gmol
126.7C
137.8C
(sumber: MEGlobal, 2008)

Temperatur autoignition
Tekanan kritis
Spesifik volum kritis
Temperatur kritis
Konstanta dielektrik pada 25 C
Konduktivitas elektrik pada 20 C
Laju evaporasi (butil asetat=1)
Berat molekul
Titik didih normal
Titik beku normal
Kelarutan dalam air pada 20 C
Kelarutan air dalam EG pada 20 C
Spesifik gravitasi (20/20 C)
Tegangan permukaan pada 25 C
Densitas uap (udara=1)
Tekanan uap pada 20 C
Panas pembakaran pada 25 C
Panas pembentukan pada 25 C
Panas penguapan pada 1 atm
Panas peleburan
Flash point, closed cup
Flash point, open cup

b. Sifat Kimia
Etilen glikol dapat dengan mudah dioksidasi menjadi bentuk aldehid dan
asam karboksilat oleh oksigen., asam nitrit, dan agen pengoksidasi lainnya.
Kondisi reaksi yang bervariasi dapat mempengaruhi (menentukan) formasi dari
hasil oksidasi yang diinginkan. Oksidasi fase gas dengan udara membentuk
glioksal, dengan penambahan katalis Cu. Etilen glikol dapat mengalami oksidasi
membentuk glioksal. Reaksi sebagai berikut:
C2 H 4 ( OH )2 +O2 Cu CH 2 O2 +2 H 2 O

Etilen glikol bereaksi dengan etilen oksida

membentuk di-, tri-, tetra-, dan polietilen glikol.


(Encyclopedia, Sixth Edition, volume 12, halaman 595)

12

2.4

Manfaat Etilen Glikol


Produksi etilen glikol dunia sekitar 15 milyar pound. Etilen glikol paling
banyak digunakan untuk memproduksi resin polietilen tereptalat (PET). Resin PET
berperan dalam pembuatan fiber, film, dan botol. Etilen glikol digunakan digunakan
pula sebagai agen anti-beku. Sekitar 50% etilen glikol dunia digunakan dalam fiber
polyester dan 25% lainnya digunakan sebagai anti-beku (Matar, 1994).
a. Poliester
Poliester yang merupakan senyawa polimer jenis termoplastik ini
digunakan sebagai bahan baku industri tekstil dan plastik. Poliester ini dapat juga
dibentuk (dicetak) sebagai bahan molding seperti pada pembuatan botol plastik.
Serat, benang, film, dan polyester dihasilkan daari reaksi antara etilen
glikol dengan basis asam dan esternya, seperti asam tereptalik, oksalik, sukinik,
glutamate, dan adipin. Serat politereptalat dari etilen glikol secara luas digunakan
dalam industri tekstil dan terkenal secara komersial sebagai Tergal, Terilene,
Dacron, dan Trevira (Arak Petrochemical Company, 2000).
Dalam kaitannya dengan resisten mekanik, sifat dielektrik yang baik dan
higroskopisitas rendah, film poliester digunakan untuk menghasilkan film
fotografis, magnetic tape, dan pembungkus. Etilen glikol digunakan dalam sintesis
polietilen tereptalat (PET) yang sering digunakan sebagai pembungkus bahan
makanan dan minuman bersoda (Arak Petrochemical Company, 2000).
b. Resin
Etilen glikol digunakan dalam sintesis resin unsaturated polyester, resin
alkyd, rosin ester, dan resin poliuretan. Etilen glikol bertindak sebagai sebuah
agen penggabungan dan anti beku dalam emulsi resin. Karet dengan resistensi
terhadap abrasi dan bahan kimia tinggi dapat dihasilkan dari reaksi etilen glikol
bersama dengan asam adipin dan glikol lainnya. Resin diproduksi dari asam oleic
dan etilen glikol, terkenal seperti resin alkyd yang sering digunakan dalam industri
cat dan pernis (Arak Petrochemical Company, 2000).
c. Agen Wetting dan Plasticizing
Etilen glikol dapat digunakan sebagai agen wetting dan plasticizing dalam
produksi selopan, lem dan bahan perekat, tekstil, tinta print, kulit, kosmetik,
kertas, dan produk farmasi (Arak Petrochemical Company, 2000).
d. Zat Tambahan Pendingin

13

Etilen glikol digunakan dalam industri sirkuit pendingin dan system


pendingin mesin pembakaran dengan tujuan meningkatkan titik didih dan
menurunkan titik beku dari larutan yang digunakan. Untuk aplikasi ini, bahan anti
korosif harus ditambahkan ke etilen glikol untuk menjaga sistem dari korosi air.
Dietilen glikol dapat digunakan dalam formulasi anti beku dengan proporsi lebih
dari 10% bersama dengan etilen glikol. Berbagai jumlah rasio antara komponenkomponen tersebut sesuai untuk aplikasi yang spesifik dalam indsutri pendingin
(Arak Petrochemical Company, 2000).
e. Manfaat Lainnya
Etilen glikol dapat pula digunakan dalam formulasi tinta print, pengolahan gas,
formulasi fluida hidrolik resisten api, formulasi pemotong minyak, formulasi
surface polisher, formulasi agrokimia, ekstraksi pelarut, produksi pasta pigmentasi
dan dempul untuk dinding, dan sintesis bahan peledak (Arak Petrochemical
Company, 2000).
2.6 Penyimpanan dan Penanganan Etilen Glikol
Etilen glikol seharusnya disimpan pada wadah yang dingin, kering, dan
memiliki ventilasi yang baik. Karena beberapa wadah dapat memberikan efek warna
pada produk, maka harus menggunakan wadah yang khusus seperti baja berlapis
resin, kaca, aluminium atau stainless steel. Wadah etilen glikol harus dijaga dari
kerusakan fisik dan dipisahkan dari asam sulfat, agen pengoksidasi seperti perklorat,
peroksida, permanganate, klorat, nitrat, kelembaban, panas, dan sumber api (U.S.
Departement of Health and Human Services, 1995).
Etilen glikol merupakan bahan kimia yang stabil dan tidak korosif. Karena
etilen glikol bersifat higroskopis maka disimpan dalam tangki penyimpanan yang
harus didesain untuk meminimalisasi kelembaban. Untuk penyimpanan jangka lama
dapat menyebabkan adanya kontaminasi besi dan perubahan warna, maka digunakan
tangki yang dilapisi resin atau stainless steel dan tangki aluminium. Resin yang
digunakan biasanya resin fenolik dan epoksi. Untuk menjaga stabilitas warnanya
dalam jangka waktu yang lama, penyimpanan dilakukan dalam atmosfer inert
(Hunstman Corporation Bussiness Offices, 2009).

14

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan
a. Etilen merupakan hidrokarbon olefin yang didapatkan dengan mudah melalui
proses cracking dengan hidrokarbon sebagai sumber bahan bakunya.
b. Produksi etilen glikol melalui proses epoksidasi etilen untuk mendapatkan etilen
oksida. Kemudian etilen oksida dihidrasi sehingga didapatkan etilen glikol.
c. Karakteristik etilen glikol dapat dilihat secara fisika dan kimia
d. Etilen glikol dapat dimanfaatkan dalam pembuatan polyester, resin, agen wetting
dan plasticizing, zat tambahan pendingin, dan berbagai manfaat lainnya.

3.2

Saran
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan dapat
dikembangkan lebih lanjut sebagai ilmu yang bermanfaat.

15

DAFTAR PUSTAKA

AEA Technology plc. 1999. Ethylene Glycol Plant. New York.


Arak Petrochemical Company. 2000. Monoethylene Glycol (MEG). Iran.
Huntsman Corporation Business Offices. 2009. Ethylene Glycol Industrial Grade.
Woodland.
Matar, Sami. 1994. Chemistry of Petrochemical Processes 2nd Edition. Texas: Gulf Publishing
Company.
MEGlobal. 2008. Ethylene Glycol Product Guide. MEGlobal Group of Company. Dubai.
Kirk and Othmer D.F, 1959. Encyclopedia of Chemical Technology. 3th Edition, John Willey
and Sons, New York.
U.S. Departement of Health and Human Services. 1995. Ethylene Glycol. U.S.: Public Health
Service.

16

TANYA JAWAB

1. Susilowati
Pertanyaan:
a. Pada flowsheet pembuatan etilen glikol yang dikeluarkan pada reaktor nomor 6
apa? Apa yang dilakukan pada di- dan tri-etilen glikol sebagai produk samping?
b. Apa yang dilakukan pada produk samping dari produksi etilen oksida?
Jawaban:
a. Reaktor nomor 6 merupakan Stripper, dimana pad reaktor ini terjadi pemisahan
anatara lauran glikol pekat dengan za-zat pengotor ringan seperti sisa-sisa air yang
belum terevaporasi.
Hasil samping dari proses produksi etilen glikol adalah di- dan tri-etilen glikol,
dimana kedua by-product ini masih mempunyai nilai guna yaitu dimanfaatkan
untuk campurancat,tinta,kosmetik,perlengkapanmandi,industrikertas,kulit,karet,
minyakrem,industryunsaturatedpolyesterresin,dll.SelainituTEG(TriEtilenGlikol)
biasanyadigunakanuntukpelarutkarenamempunyaititikdidihtinggi,sebagaisterilisasi
padatekananatmosfer,mediumuntukheattransfer,dll.

b. Produk samping yang dihasilkan dalam produksi etilen oksida yaitu berupa
sejumlah kecil aldehid, formaldehid, CO2 dan H2O. Aldehid dan formaldehid
terbentuk dari dari reaksi samping komponen pengotor dalam umpan etilen yang
berupa metan dan etana. Aldehid dan formaldehid dipisahkan di stripper dan
hasilnya dapat digunakan dalam kebutuhan industri atau dijual sebagai produk
samping. Asetadehid dapat digunakan untuk menghasilkan asam asetat dengan
proses oksidasi. CO2 dan H2O merupakan hasil reaksi samping dari oksidasi
sempurna etilen. CO2 yang dipisahkan pada absorber dapat dilepaskan langsung
ke udara atau atmosfer. Sedangkan H2O dapat digunakan sebagai tambahan
absorben pada absorber air.
2. Ridhani Rida Ramadhan
Pertanyaan:
a. Dalam flowsheet pembuatan etilen glikol, kenapa menggunakan multiple stages
evaporator dengan tiga aliran steam yang biayanya lebih tinggi dari pada dengan
menggunakan satu aliran?
Jawaban :
17

a.

Pada proses evporasi yang menggunakan multiple stages evaporator dengan


menggunakan tiga aliran steam bukan berarti steam pada proses tersebut disuplai
dari tiga sumber steam yang berbeda. Steam yang disuplai pada proses evaporasi
itu hanya berasal dari satu sumber yang diinjeksikan pada evaporator 1.
Sedangkan pada evaporator ke 2, panas (steam) berasal dari uap panas hasil dari
proses evaporasi pertama. Begitu pula denga steam yang digunakan pada
evaporator 3, steam disuplai dari uap panas hasil dari poses evaporasi kedua.
Untuk itu, proses evaporasi pada pembuatan etilen glikol tidak membutuhkan
biaya yang besar.

3. Muhamad Johar P.
Pertanyaan:
a. Etilen glikol meupakan bahan yang beracun namun tidak berbahaya, apa
maksudnya?
Jawaban:
a. Etilen glikol merupakan bahan yang tidak berbahaya karena bila etilen glikol
kontak dengan kulit manusia hanya iritasi ringan dan tidak berbahaya. Sedangkan
etilen glikol bersifat racun bila terhirup atau masuk ke sistem pencernaan manusia.

18

Anda mungkin juga menyukai