17 MEI 2013
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Petrokimia
oleh
Abimata Dwi Wahyu P.
(115061100111010)
(115061101111011)
(115061101111016)
Daftar Isi ii
BAB I. Pendahuluan .. 1
1.1
1.2
1.3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
poliester dan poliester ini akan digunakan lebih lanjut sebagai bahan baku industri
tekstil dan plastik. Etilen glikol merupakan petrokimia yang berbasi etilen dengan
melalui
mekanisme
proses
tertentu.
Dengan
kebutuhan
yang
tinggi
dan
pemanfaatannya yang luas tersebut, penulis ingin menjelaskan lebih lanjut tentang
produksi etilen glikol.
1.2
Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan etilen?
b. Bagaimana proses produksi etilen glikol dengan hidrolisis?
c. Bagaimana karakteristik etilen glikol?
d. Apa manfaat etilen glikol?
e. Bagaimana penanganan dan penyimpanan etilen glikol?
1.3
Tujuan Penulisan
a. Mengetahui maksud dari etilen.
b. Mengetahui proses produksi etilen glikol dengan hidrolisis.
c. Mengetahui karakteristik etilen glikol.
d. Mengetahui manfaat etilen glikol.
e. Mengetahui penanganan dan penyimpanan etilen glikol.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Etilen
Etilen merupakan hidrokarbon olefin yang memiliki rumus kimia CH 2=CH2.
Pada suhu ruang etilen berbentuk gas. Etilen dikenal sebagai King of petrochemical
hal ini karena banyak produk-produk kimia yang menggunakan etilen sebagai bahan
bakunya dari pada hidrokarbon intermediet lainnya. Produk-produk kimia berbasis
etilen dapat dilihat pada Figure 7-1. Etilen sendiri merupakan hidrokarbon olefin yang
memiliki struktur sederhana dengan kereaktifan tinggi. Selain itu etilen merupakan
senyawa yang relatif murah yang didapatkan dengan mudah melalui proses cracking
dengan hidrokarbon sebagai sumber bahan bakunya (Matar, 1994).
Reaksi dari etilen tergolong reaksi relatif murah. Hal ini karena pada reaksi
etilen menggunakan reagen yang juga relatif murah seperti air, klorin, hidrogen
klorida, dan oksigen untuk menghasilkan produk-produk kimia yang bermanfaat
(Matar, 1994).
Dalam perkembangannya, permintaan etilen secara global mengalami
peningkatan dari 79 juta ton pada tahun 1997 menjadi 114 juta ton pada tahun 2005.
Pada tahun 1998, konsumsi etilen di U.S mencapai 52 milyar pound atau sekitar 24
juta ton. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa etilen merupakan
hidrokarbon intermediet yang memiliki nilai konsumsi besar di dunia. Hal ini karena
etilen merupakan hidrokarbon intermediet yang mudah dijadikan produk-produk
kimia yang lebih berguna melalui reaksi yang relatif sederhana (Matar, 1994).
Beberapa produk-produk kimia komersial didapatkan dari etilen dengan
berbagai proses, misalnya proses klorinasi etilen akan menghasilkan etilen diklorida
(1,2-dikloroetan) dimana etilen klorida merupakan prokursor utama untuk produksi
vinil klorida yang merupakan monomer dari polivinil klorida. Polivinil klorida banyak
dimanfaatkan untuk peralatan medis. Etilen juga mengalami proses oligomerisasi
yang salah satunya menghasilkan alkohol linier dengan menggunakan reagen
triethylaluminum (Matar, 1994).
3
Produk yang paling komersial dan memiliki nilai konsumsi yang tinggi
didunia adalah etilen glikol. Etilen glikol merupakan monomer dari poliester yaitu
merupakan polimer sintesis yang paling banyak digunakan. Etilen glikol didapatkan
dari etilen oksida sebagai bahan baku utamanya. Etilen oksida sendiri merupakan
hasil dari oksidasi senyawa etilen (Matar, 1994).
Berikut ini adalah produk-produk kimia yang dapat dihasilkan dari reaksi
kimia yang berbasis etilen:
2.2
dalam reaksi oksidasi di atas, terjadi reaksi lain yang bersamaan, yaitu oksidasi
sempurna etilen menjadi karbon dioksida dan air. Reaksinya sebagai berikut:
Etilen yang digunakan dalam proses oksidasi etilen minimal 99,85% mol
dengan sedikit zat pengotornya seperti etana dan metana. Konsentrasi etana yang
tinggi akan meningkatkan konsentrasi inhibitor klorida yang memberikan
pengaruh terhadap kualitas produk dan waktu hidup katallis. Zat pengotor lain
seperti asetilen, propilen, hidrogen, dan sulfur dapat mempengaruhi kinerja
katalis dan stabilitas produk. Asetilen menyebabkan katalis mengalami coking
pada konsentrasi yang sangat rendah. Propilen lebih reaktif daripada etilen dan
akan teroksidasi menjadi aldehid yang dapat menurunkan kualitas produk.
Hidrogen dan karbon monoksida dapat menyebabkan hot-spotting pada katalis.
Dan sulfur merupakan racun katalis yang nonreversible untuk katalis yang
berbahan dasar perak (Kirk dan Othmer, 1959).
Oksigen yang digunakan dalam proses oksidasi memiliki kemurnian 9599,95% mol dan masih mengandung zat pengotor seperti argon yang paling
dominan. Dengan kandungan argon pada umpan reaktor meningkat maka dapat
menyebabkan penurunan batas flammable-nya sehingga dapat mudah terbakar
(Kirk dan Othmer, 1959).
Katalis yang digunakan dalam oksidasi etilen terdiri dari empat komponen
yaitu katalis logam aktif; bulk pendukung; promotor katalis yang meningkatkan
selektivitas dan waktu hidup katalis; dan inhibitor atau antikatalis yang menekan
pembentukan karbon dioksida dan air tanpa menurunkan laju pembentukan etilen
oksida. Katalis yang mengandung perak digunakan di semua produksi etilen
oksida secara komersial, meskipun komposisi katalisnya dapat bervariasi. Perak
ditambahkan ke bahan pendukung sebagai pelapis dari suspensi. Pelapisan ini
dapat memberikan katalis yang mengandung perak lebih tinggi dan aktivitas
inisial lebih tinggi pula. Selain itu juga dapat menjaga kehilangan selektivitas
katalis untuk membentuk etilen oksida setelah penggunaan selama beberapa
bulan. Untuk meningkatkan selektivitas dan waktu hidup katalis dapat
menggunakan promotor seperti logam alkali (cesium, rubidium, atau potasium).
Banyak senyawa organik khususnya halida yang efektif digunakan untuk
menekan oksidasi etilen yang tidak diinginkan yaitu pembentukan karbon
dioksida dan air meskipun tidak merubah secara signifikan reaksi utama untuk
membentuk etilen oksida (Kirk dan Othmer, 1959).
Tahap ketiga yaitu purifikasi atau pemurnian etilen oksida. Etilen oksida
yang kaya akan air dari absorber digunakan sebagai penukar panas dan
diumpankan ke bagian atas desorber untuk memisahkan etilen oksida dari air.
Dalam desorber dilakukan pemanasan dengan steam sehingga etilen oksida akan
menguap karena titik didihnya lebih rendah dari air dan menuju ke stripper. Air
yang telah dipisahkan dari etilen oksida dikembalikan ke absorber untuk
digunakan kembali tetapi sebelumnya didinginkan dahulu di heat exchanger
menggunakan aliran cair dari absorber (Kirk dan Othmer, 1959).
Etilen yang dihasilkan dari desorber masih mengandung beberapa CO 2,
nitrogen, aldehid, dan sedikit etilen dan etan. Dalam stripper, gas ringan
dipisahkan ke atas dan dikeluarkan. Etilen oksida yang telah dimurnikan sebagian
dari bagian bawah stripper dikirim ke kolom refining akhir. Etilen oksida yang
keluar dari kolom refining seharusnya memiliki kemurnian > 99,5% mol. Produk
akhir biasanya disimpan sebagai cairan dalam atmosfer inert (Kirk dan Othmer,
1959).
Reaksi epoksidasi terjadi pada suhu 200-300 C dengan waktu tinggalnya 1
detik. Selektivitas yang dapat dicapai dari reaksi epoksidasi ini adalah 70-75%.
Selektivitas merupakan rasio mol etilen oksida yang diproduksi per mol etilen
yang bereaksi. Selektivitas etilen dapat ditingkatkan dengan penurunan temperatur
reaksi dan konversi etilen diturunkan (recycle gas yang tidak bereaksi lebih tinggi)
(Matar, 1994).
b. Produksi Etilen Oksida Menjadi Etilen Glikol
Etilen glikol (CH2OHCH2OH) merupakan cairan sirup yang tidak
berwarna dan sangat larut dalam air. Jalur utama dari etilen glikol yaitu dengan
hidrasi etilen oksida dengan adanya asam sulfat encer. Spesifikasi bahan baku
untuk pembuatan etilen glikol dapat dilihat pada tabel berikut :
Etilen Oksida
Temperatur
Tekanan
Molar flow
25oC
120 kPa
105.0 kgmol/h
Air Umpan
Temperatur
Tekanan
Molar flow
25oC
120 kPa
150 kgmol/h
Reaksi tersebut menghasilkan produk lain yang berupa di- dan trietilen glikol.
Untuk menurunkan pembentukan glikol yang lebih tinggi, maka dilakukan
peningkatan rasio air dengan etilen oksida dan menurunkan waktu kontaknya.
Rasio air dengan etilen glikol sama dengan 10 merupakan rasio yang optimum
untuk mendapatkan hasil monoglikol sekitar 90%. Walaupun begitu, di- dan
trietilen memiliki nilai ekonomi karena masih komersial untuk digunakan (Matar,
1994).
Berikut ini diagram proses pembuatan etilen glikol dari etilen okside
sebagai bahan baku utama.
Gambar 3. Flowsheet proses produksi etilen glikol dari etilen oksida (Matar,
1994).
10
Etilen oksida (EO) dan air (make up maupun recycle) masuk ke dalam reaktor
umpan (feed tank). Campuran ini akan membentuk larutan air-oksida yang
mengandung 8-12% etilen oksida. Setelah itu, larutan dipompa melalui preheater
menuju reaktor adiabatik, dimana pada reaktor tersebut sistem terisolasi sehingga
tidak ada panas yang masuk dan panas yang keluar (Q=0). Pada reaktor adiabatik,
etilen oksida dihidrasi menghasilkan etilen glikol (EG) atau monoetilen glikol
(MEG) dan sedikit turunan yang lebih tinggi seperti di- dan trietilen glikol.
Tekanan pada reaktor ini dikendalikan untuk mencegah penguapan dari etilen
oksida dari larutan. Pada umumnya reaktor ini beroperasi pada tekanan 14-22 bar
atau sekitar 13.82-21.71 atm.
Campuran larutan air dan glikol dari reaktor adiabatik diumpankan ke
evaporator bertingkat (reaktor 3,4,5). Pada tahap pertama, evaporator beroperasi
pada level tekanan medium dan larutan dipanaskan pada tekanan uap bertekanan
tinggi. Pada tahap selanjutnya, evaporator beroperasi pada tekanan yang lebih
rendah. Dan pada tahap akhir, evaporator beroperasi pada tekanan sangat rendah.
Pada proses ini air hasil proses evaporasi dikondensasi dan diumpankan kembali
ke reaktor umpan (feed tank) (Matar, 1994).
Larutan glikol pekat dari proses evaporasi tahap akhir dipisahkan dari air
dan sisa zat pengotor ringan pada stripper(reaktor 6) . Setelah itu larutan glikol
bebas air dan zat pengotor didistilasi pada kolom distilasi vakum untuk
memisahkan MEG dari turunan etilen glikol seperti di- dan trietilen glikol
berdasarkan titik didih, dimana titik didih monoetilen glikol lebih rendah daripada
di- dan trietilen glikol (Matar, 1994).
11
2.3
Temperatur autoignition
Tekanan kritis
Spesifik volum kritis
Temperatur kritis
Konstanta dielektrik pada 25 C
Konduktivitas elektrik pada 20 C
Laju evaporasi (butil asetat=1)
Berat molekul
Titik didih normal
Titik beku normal
Kelarutan dalam air pada 20 C
Kelarutan air dalam EG pada 20 C
Spesifik gravitasi (20/20 C)
Tegangan permukaan pada 25 C
Densitas uap (udara=1)
Tekanan uap pada 20 C
Panas pembakaran pada 25 C
Panas pembentukan pada 25 C
Panas penguapan pada 1 atm
Panas peleburan
Flash point, closed cup
Flash point, open cup
b. Sifat Kimia
Etilen glikol dapat dengan mudah dioksidasi menjadi bentuk aldehid dan
asam karboksilat oleh oksigen., asam nitrit, dan agen pengoksidasi lainnya.
Kondisi reaksi yang bervariasi dapat mempengaruhi (menentukan) formasi dari
hasil oksidasi yang diinginkan. Oksidasi fase gas dengan udara membentuk
glioksal, dengan penambahan katalis Cu. Etilen glikol dapat mengalami oksidasi
membentuk glioksal. Reaksi sebagai berikut:
C2 H 4 ( OH )2 +O2 Cu CH 2 O2 +2 H 2 O
12
2.4
13
14
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
a. Etilen merupakan hidrokarbon olefin yang didapatkan dengan mudah melalui
proses cracking dengan hidrokarbon sebagai sumber bahan bakunya.
b. Produksi etilen glikol melalui proses epoksidasi etilen untuk mendapatkan etilen
oksida. Kemudian etilen oksida dihidrasi sehingga didapatkan etilen glikol.
c. Karakteristik etilen glikol dapat dilihat secara fisika dan kimia
d. Etilen glikol dapat dimanfaatkan dalam pembuatan polyester, resin, agen wetting
dan plasticizing, zat tambahan pendingin, dan berbagai manfaat lainnya.
3.2
Saran
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan dapat
dikembangkan lebih lanjut sebagai ilmu yang bermanfaat.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
TANYA JAWAB
1. Susilowati
Pertanyaan:
a. Pada flowsheet pembuatan etilen glikol yang dikeluarkan pada reaktor nomor 6
apa? Apa yang dilakukan pada di- dan tri-etilen glikol sebagai produk samping?
b. Apa yang dilakukan pada produk samping dari produksi etilen oksida?
Jawaban:
a. Reaktor nomor 6 merupakan Stripper, dimana pad reaktor ini terjadi pemisahan
anatara lauran glikol pekat dengan za-zat pengotor ringan seperti sisa-sisa air yang
belum terevaporasi.
Hasil samping dari proses produksi etilen glikol adalah di- dan tri-etilen glikol,
dimana kedua by-product ini masih mempunyai nilai guna yaitu dimanfaatkan
untuk campurancat,tinta,kosmetik,perlengkapanmandi,industrikertas,kulit,karet,
minyakrem,industryunsaturatedpolyesterresin,dll.SelainituTEG(TriEtilenGlikol)
biasanyadigunakanuntukpelarutkarenamempunyaititikdidihtinggi,sebagaisterilisasi
padatekananatmosfer,mediumuntukheattransfer,dll.
b. Produk samping yang dihasilkan dalam produksi etilen oksida yaitu berupa
sejumlah kecil aldehid, formaldehid, CO2 dan H2O. Aldehid dan formaldehid
terbentuk dari dari reaksi samping komponen pengotor dalam umpan etilen yang
berupa metan dan etana. Aldehid dan formaldehid dipisahkan di stripper dan
hasilnya dapat digunakan dalam kebutuhan industri atau dijual sebagai produk
samping. Asetadehid dapat digunakan untuk menghasilkan asam asetat dengan
proses oksidasi. CO2 dan H2O merupakan hasil reaksi samping dari oksidasi
sempurna etilen. CO2 yang dipisahkan pada absorber dapat dilepaskan langsung
ke udara atau atmosfer. Sedangkan H2O dapat digunakan sebagai tambahan
absorben pada absorber air.
2. Ridhani Rida Ramadhan
Pertanyaan:
a. Dalam flowsheet pembuatan etilen glikol, kenapa menggunakan multiple stages
evaporator dengan tiga aliran steam yang biayanya lebih tinggi dari pada dengan
menggunakan satu aliran?
Jawaban :
17
a.
3. Muhamad Johar P.
Pertanyaan:
a. Etilen glikol meupakan bahan yang beracun namun tidak berbahaya, apa
maksudnya?
Jawaban:
a. Etilen glikol merupakan bahan yang tidak berbahaya karena bila etilen glikol
kontak dengan kulit manusia hanya iritasi ringan dan tidak berbahaya. Sedangkan
etilen glikol bersifat racun bila terhirup atau masuk ke sistem pencernaan manusia.
18