Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL

DAMPAK PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA


MASYARAKAT DI DAERAH RANCABALI CIWIDEY KABUPATEN
BANDUNG

OLEH:

FEBRIANI SAHARDJI

A1A119025

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. proposal penelitian ini membahas “Dampak pariwisata terhadap perubahan
sosial budaya masyarakat di daerah rancabali ciwidey kabupaten bandung”

Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan proposal ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan proposal selanjutnya.

Akhir kata semoga proposal ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Kendari, November 2021

Febriani Sahardji
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1.........................................................................................................................Latar
belakang...................................................................................................................
1.2.........................................................................................................................Foku
s penelitian dan Rumusan Masalah..........................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Konsep Pariwisata...............................................................................................

2.2 Hakikat Perubahan Sosial Budaya.......................................................................

2.3 Teori-teori Perubahan Sosial Budaya..................................................................

BAB III METEDEOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian..................................................................................................

3.2 Metedeologi penelitian........................................................................................

3.3 Pemilihan Informan Penelitian............................................................................

3.4 Teknik Penelitian.................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah Pembangunan berkelanjutan memang menjadi priolitas pemerintah yang


membawa perkembangan dengan sangat pesat tetapi ada hal yang mesti di kaji lebih jauh
yaitu akan terjadi perubahan dimasyarakat sebagaimana dikemukakan oleh Fuad
Hasan(1993:114) Masyarakat kita adalah masyarakat dalam perkembangan dengan tempo
yang cukup pesat. Pembangunan social adalah bagian yang melekat langsung pada upaya
pembangunan Nasional. Dalam segenap pembangunan niscaya ada dampak social yang
tidak senantiasa bisa segera dicerna oleh semua warga masyarakat. Setiap upaya
pembangunan social tidak mungkin dijamin bebas dari dampak negatif.

Dengan demikian dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa Dalam perkembangan
masyarakat yang diikhtiarkan secara berencana itu tentu saja bukan hasil hasilnya belaka
yang diharapkan, akan tetapi justru karena direncanakan maka segala akibat dan
dampaknya juga diperhitungkan, termasuk usaha mencegah sejauh mungkin dampak
negative yang ditimbulkannya.

Dampak yang ditimbulkan dari pembangunan bukan hanya positip tetapi juga dampak
yang tidak kita inginkan yaitu Negatif hal ini tidak bisa kita tolak karena merupakan hal
yang lumrah dari efek pembangunan tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh
Posman Simanjuntak (2003:188)

Pembangunan Nasional dilaksanakan secara berencana, bertahap, berkelanjutan,


menyeluruh dan terpadu untuk memacu peningkatan kemampuan nasional dalam rangka
mewujudkan kehidupan yang sejajar dengan bangsa lain yang lebih maju. Pelaksanaan
pembangunan Nasional diantaranya meliputi ekonomi, hukum, sosial Budaya. Namun
masyarakat belum sepenuhnya siap menerima perubahan yang dihasilkan oleh
pembangunan sehingga berdampak kepada social budaya masyarakat baik dampak yang
bersifat positif maupun yang Negatif.
Pengaruh yang Nampak dari pesatnya pembangunan adalah terjadinya Perubahan social
budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat
tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen
menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salah satu dampak yang dirasakan
sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmadi Abu (2004 : 14 )” perubahan sosial dan
budaya meliputi berbagai bidang kehidupan dan merupakan masalah bagi semua institusi
social seperti : industry, agama, perekonomian, pemerintahan, keluarga, perkumpulan
perkumpulan dan pendidikan“.

Pokok yang terjadi pada perubahan social dan budaya diakibatkan dari perubahan yang
berkembang pesat saat ini selain dari pengaruh Pembangunan, juga karena adanya
penetrasi kebudayaan dari luar yang masuk dengan mudah akibat proses pembangunan itu
sendiri. Diantaranya adalah proses dan berkembangnya pariwisata disuatu daerah yang
banyak dikunjungi wisatawan.

Telah disadari bahwa praktik-praktik pariwisata, yang melihat kebudayaan (juga alam),
terutama sebagai sumber komoditi, ternyata membawa dampak yang tidak selalu positif.
Dampak positif yang biasanya langsung dan segera dapat dirasakan adalah dalam segi
keuntungan ekonomi, sebagaimana yang telah di gariskan dalam Undang-undang Tentang
Kepariwisataan. No.9 Tahun 1990 yaitu Salah satu tujuan penyelenggaraan
kepariwisataan adalah untuk meningkatkan pendapatan daerah dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, juga memperluas dan memeratakan
kesempatan berusaha dan lapangan kerja serta mendorong pembangunan daerah.

Untuk itu sudah selayaknya pariwisata dapat dijadikan alternatif penggerak perekonomian
hingga sedemikian rupa menjadi sumber pendapatan bagi setiap daerah yang memiliki
potensi untuk menyelenggarakannya, dalam upaya memperoleh atau meningkatkan
pendapatan daerah. tetapi sesungguhnya keuntungan tersebut hanya merupakan
keuntungan jangka pendek. Yang dirasakan kemudian adalah dampak buruknya, yaitu
terhadap ekspresi dan eksistensi budaya yang dijadikan sumber komoditi itu.
Pariwisata yang menekankan pendekatan ekonomi cenderung memberikan peranan utama
pada pemerintah atau pemilik modal, dan tujuannya juga ditentukan dan terutama untuk
kepentingan mereka. Peranan masyarakat sangat rendah sehingga mereka cenderung
tampak patuh dan tidak punya inisiatif karena lebih ditempatkan sebagai obyek daripada
sebagai subyek. Sebagai akibatnya, adat-istiadat, nilai-nilai, dan norma-norma menjadi
semakin terkikis. Ritual-ritual suci menjadi semakin dangkal dan pertunjukan-
pertunjukan seni semakin tidak berjiwa. Masyarakat menjadi apatis dan kesejahteraan
mereka pun tidak mengalami perbaikan. Pengaruh pariwisata terhadap masyarakat
(kebudayaan) setempat, harus disadarai bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang secara
internal terdeferensiasi, aktif, dan selalu berubah. Oleh karena itu pendekatan yang
kiranya lebih realistis adalah dengan menganggap bahwa pariwisata adalah ‘pengaruh
luar yang kemudian terintegrasi dengan masyarakat’, dimana masyarakat mengalami
proses menjadikan pariwisata sebagai bagian dari kebudayaannya, atau apa yang disebut
sebagai proses ‘turistifikasi’ (touristification). Di samping itu perlu juga diingat bahwa
konsekuensi yang dibawa oleh pariwisata bukan saja terbatas pada hubungan langsung
host-guest. Pengaruh di luar interaksi langsung ini justru lebih penting, karena mampu
menyebabkan restrukturisasi pada berbagai bentuk hubungan di dalam masyarakat.

Dalam Pandangan halayak Pariwisata merupakan komersialisasi nilai nilai budaya demi
mengeruk keuntungan yang besar. Pemikiran itu di kemukakan oleh Spillane ( 1994 :28 )
digolongkan dalam pendekatan Cauntionary, yaitu menganggap bahwa pariwisata
menyebabkan berbagai macam konplik pandangan ini tidak dapat disalahkan karena pada
dasarnya budaya dan pariwisata itu sering dianggap dua aktifitas yang penuh dengan
konplik, disatu sisi karena adanya kepercayaan bahwa budaya bersifat tradisional,
sedangkan disisi lain, pariwisata relative dianggap lebih modern dan dinamis.

Ketentuan-ketentuan ini muncul karena dengan adanya kegiatan kegiatan pariwisata akan
menyebabkan terkontaminasinya nilai nilai budaya asli suatu bangsa, dengan adanya
kedatangan pengaruh budaya asing yang dibawa oleh wisatawan. Belum lagi muncul
kesan dengan adanya pariwisata akan berbentuk kelompok masyarakat vertical
( Nasikum, ( 1994 : 31 ) yaitu yang dilayani dan melayani.

Penilaian subyektif terhadap pariwisata dalam persepektif budaya bahwa dengan adanya
pariwisata justru menimbulkan akses negarif terhadap eksitensi nilai nilai budaya, sudah
begitu melekat kuat dalam pandangan masyarakat luas, tetapi pada kenyataannya bila
secara obyektif kita menilai justru tidak sedikit kontribusi atau sumbangan dan diberikan
oleh Pariwisata terhadap kelangsungan hidup manusia dan akan menggairahkan
kebudayaan asli, dan bahkan akan menghidupkan kembali kebudayaan kebudayaan yang
sudah terlupakan.

Dalam hal ini penulis mencoba membahas dampak Pariwisata terhadap perubahan social
budaya masyarakat di daerah Rancabali Ciwidey Kabupaten Bandung yang merupakan
daerah pedesaan Agraris sebagai tujuan wisata yang terkenal di daerah Bandung Selatan.
Kecamatan Rancabali Merupakan wilayah pecahan dari Kecamatan Ciwidey Kabupaten
Bandung, sebagai daerah yang terletak di ketinggian 1700 dpl, mempunyai potensi alam
yang sangat beragam, kesuburan tanah dan keindahan alam sangat dominan ditunjang
dengan sarana Transportasi yang lancar sehingga terjadi perkembangan social kehidupan
yang pesat salah satunya diakibatkan oleh peranan pariwisata didaerah ini.

Sebelumnya daerah ini merupakan daerah wisata yang dikunjungi wisatawan hanya
sebatas melihat pemandangan alam yang tersebar di beberapa lokasi diantaranya adalah
wisata perkebunan teh Rancabali, Sinumbra, Situ Patenggang, Pemandian air panas untuk
pengobatan di Cibuni, pemandian air panas walini, Cimanggu, penangkaran rusa di
Rancaupas dan Kawah putih. Wisatawan hanya meluangkan beberapa jam lamanya untuk
menikmati keindahan alam tersebut tetapi sesuai dengan perkembangan, wisatawan
akhirnya lebih lama berada di Rancabali dikarenakan salah satunya sarana dan prasarana
daerah ini semakin lengkap diantaranya adalah tempat penginapan, baik penginapan
biasa, Villa sampai hotel yang berbintang.

Semakin berkembangnya jumlah tempat penginapan maka semakin banyak pula lahan
yang digunakan, pada mulanya lahan tersebut adalah lahan pertanian. Mengingat lahan
tersebut dialih fungsikan maka penduduk di daerah itu beralih profesi diantaranya
menjadi pedagang, tukang parkir, keamanan di penginapan dan bahkan ada yang pindah
ke lereng bukit yang berbatasan dengan hutan lindung Gunung Patuha.

Selanjutnya yang dirasakan pengaruh dari wisatawan adalah beralihnya penanaman


palawija yang selama bertahun tahun di daerah Rancabali ini terkenal dengan
penyumbang hasil palawija di daerah Bandung sekarang banyak beralih menanam
Stroberi yang hampir setiap orang di daerah ini menanamnya.
Pengaruh yang terjadi didaerah tersebut adanya perubahan perubahan social budaya yang
meliputi berbagai unsur kebudayaan yang bersifat universal sebagaimana yang menjadi
kajian penelitian ini adalah studi etnografi yaitu Sistem bahasa, Sistem mata Pencaharian,
Sistem Teknologi, Organisasi Sosial, Pengetahuan, Kesenian, dan system Religi.

1.2 Fokus Penelitian dan Rumusan Masalah


1. Fokus Penelitian
Latar belakang menunjukan arah dan dampak yang ditimbulkan oleh Pariwisata
terhadap perubahan social budaya masyarakat di Rancabali Ciwidey . Rancabali
merupakan Kecamatan pemecahan dari Kecamatan Ciwidey, merupakan daerah yang
mempunyai keragaman dari segi Alam merupakan daerah pegunungan subur dan
mempunyai keindahan alam selalu menjadi tempat yang ramai untuk dikunjungi dari
berbagai tempat local bahkan dari mancanegara dari segi social dan budaya
merupakan salah satu lingkungan yang mempunyai karakter pedesaan yang umumnya
memegang teguh kebiasaan social budaya setempat.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan Bagaimana
dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap perubahan Sosial Budaya.( study
etnografi pada Masyarakat Rancabali Ciwidey Kabupaten Bandung).
Pertanyaan tersebut diuraikan kedalam beberapa pertanyaan khusus yang merupakan
permasalahan yang ingin diungkapkan melalui penelitian ini :
1. Bagaimana dampak Pariwisata terhadap prilaku prilaku hidup Sosial Budaya
masyarakat menurut Sistem Bahasa
2. Bagaimana dampak Pariwisata terhadap prilaku prilaku hidup Sosial Budaya
masyarakat menurut Sistem mata Pencaharian
3. Bagaimana dampak Pariwisata terhadap prilaku prilaku hidup Sosial Budaya
masyarakat menurut Sistem Teknologi
4. Bagaimana dampak Pariwisata terhadap prilaku prilaku hidup Sosial Budaya
masyarakat menurut Sistem Organisasi Sosial
5. Bagaimana dampak Pariwisata terhadap prilaku prilaku hidup Sosial Budaya
masyarakat menurut Sistem Pengetahuan
6. Bagaimana dampak Pariwisata terhadap prilaku prilaku hidup Sosial Budaya
masyarakat menurut Sistem Kesenian
7. Bagaimana dampak Pariwisata terhadap prilaku prilaku hidup Sosial Budaya
masyarakat menurut Sistem Religi

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah: secara umum untuk mengetahui Dampak
Perkembangan Pariwisata terhadap social Budaya masyarakat Rancabali Ciwidey
sedangkan secara khusus bertujuan untuk :
a. Mengetahui Kondisi social Budaya masyarakat Rancabali Ciwidey
b. Mengetahui perkembangan Pariwisata di daerah Rancabali Ciwidey
c. Mengetahui dampak social budaya dari perkembangan Pariwisata terhadap
kehidupan masyarakat di Rancabali
2. Manfaat
Adapun manfaat penelitian ini, diharapkan berguna untuk berbagai pihak, sebagai
berikut :
a. Teoritis
1) Sebagai bahan ilmu pengetahuan mengenai perkembangan pariwisata terhadap
perubahan Sosial Budaya di masyarakat
2) Sebagai bahan ilmu pengetahuan bagi siswa disekolah pada pengajaran IPS.
tentang dampak perkembangan pariwisata terhadap Sosial Budaya
3) Sikap yang dihadapi oleh masyarakat dalam menghadapi perkembangan
Pariwisata.
3) Sikap yang dihadapi masyarakat terhadap perubahan social budaya
b. Praktis
1) Memberikan masukan masukan yang dapat memperkaya pemahaman
perubahan sosial budaya
2) Memberikan pemahaman tentang Pariwisata yang berdampak pada perubahan
sosial Budaya.
3) Bagi lembaga terkait kususnya Pemerintah Daerah dan Dinas Pariwisata, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dalam mengantisifasi
dampak pariwisata terhadap perubahan Sosial budaya menyangkut masalah
masalah 7 unsur Kebudayaan Universal.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Konsep Pariwisata

2.1.1 Interaksi antara wisatawan dengan masyarakat Lokal


Undang-undang No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan. (Salah satu
tujuan penyelenggaraan kepariwisataan adalah untuk meningkatkan
pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat, juga memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha
dan lapangan kerja serta mendorong pembangunan daerah). Untuk itu sudah
selayaknya pariwisata dapat dijadikan alternatif penggerak perekonomian
hingga sedemikian rupa menjadi sumber pendapatan bagi setiap daerah yang
memiliki potensi untuk menyelenggarakannya, dalam upaya memperoleh atau
meningkatkan pendapatan daerah.
Proses pembangunan pariwisata harus berjalan seiring dengan peningkatan
“Sadar Wisata” masyarakat. Tugas aparat pemerintah adalah untuk
menciptakan kondisi yang memungkinkan terwujudnya peran serta
masyarakat dengan cara-cara yang mudah difahami dan dilaksanakan oleh
masyarakat. Sadar Wisata dikalangan masyarakat tidak tumbuh dengan
sendirinya, masyarakat lebih mudah memahami apa yang mereka lihat, apa
yang mereka rasakan. Pembangunan pariwisata yang manfaatnya langsung
dapat dirasakan oleh masyarakat akan menciptakan iklim yang lebih baik bagi
tumbuh dan berkembangnya sadar wisata dikalangan masyarakat.
Tujuan wisatawan datang ke suatu daerah antara lain didorong oleh keingian
untuk mengenal, mengetahui atau mempelajari daerah dan kebudayaan
masyarakat local. Selama ditempat wisata , wisatawan pasti berinteraksi
dengan masyarakat local diberbagai bidang.
Bidang Pariwisata Dalam hal interaksi dengan Masyarakat luas ini semakin
intensif kalau jenis pariwisata yang dikembangkan adalah pariwisata budaya
dan alam, karena kedua pariwisata ini merupakan hal yang langsung dengan
kehidupan masyarakat sehari-hari.
Daya tarik wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata sangat dipengaruhi oleh
penerimaan masyarakat setempat yang ramah, kearifan local, mempunyai
karakter alam yang berbeda dengan daerah lain, kondisi yang aman, serta
sarana transportasi yang lancar. Dengan kondisi tersebut wisatawan akan
merasa nyaman seolah olah milik mereka sendiri dan yang paling utama ketika
mereka merasakan kenyamanan tersebut menuntut untuk datang kembali ke
daerah wisata tersebut.
2.1.2 Kebudayaan Pariwisata
Dalam kajian kebudayaan Pariwisata di ulas tiga hal, yaitu a) Wisata Budaya
sebagai suatu jenis wisata, b ) Pengaruh wisata terhadap Kebudayaan. Hal
yang pertama, wisata Budaya diartikan sebagai jenis kegiatan pariwisata yang
obyeknya adalah kebudayaan. ini dibedakan dari minat minat khuss lain.
Seperti wisata alam, dan wisata petualang. Namun demikian tidak berarti
bahawa seorang wisatawan tidak bisa memiliki lebih dari satu program wisata.
Obyek daya tarik wisata budaya itu dapat berkisar pada hal, kesenian (seni
rupa dan segala bentuk pertunjukan ), upacara adat, demontrasi kekebalan.
2.1.3 Pengaruh Pariwisata terhadap Kebudayaan
Mengenai pengaruh pariwisata terhadap kebudayaan pada masarakat tuan
rumah dapat dibedakan menjadi perkara : 1 pengaruh dalam kehidupan
ekonomi, apabila kegiatan pariwisata itu dapat meningkatkan kesempatan
kerja dan tingkat kemakmuran. 2) pengaruh kehadiran wisatawan
mancanegara dengan kebiasaan dan busananya yang sebenarnya asing bagi
masyarakat tuan rumah. Kemakmuran, apabila tidak dipandu baik baik dengan
suatu sikap budaya yang benar akan dapat mengembangkan nilai nilai budaya
yang berubah misalnya dari adat kekeluargaan dan gotong royong kea rah
sikap”semua bisa dengan uang”.
Kehadiran wisatawan dengan segala adat kebiasaan tidak jarang juga
menimbulkan efek” meniru “ pada penduduk setempat. Apa yang ditiru itu
dapat baik dan buruk. Dan dalam jangka waktu tertentu dapat menggeser nilai
nilai budaya setempat.
Pengaruh pariwisata terhadap masyarakat (kebudayaan) setempat, harus
disadarai bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang secara internal
terdeferensiasi, aktif, dan selalu berubah. Oleh karena itu pendekatan yang
kiranya lebih realistis adalah dengan menganggap bahwa pariwisata adalah
‘pengaruh luar yang kemudian terintegrasi dengan masyarakat’, dimana
masyarakat mengalami proses menjadikan pariwisata sebagai bagian dari
kebudayaannya, atau apa yang disebut sebagai proses ‘turistifikasi’
(touristification). Di samping itu perlu juga diingat bahwa konsekuensi yang
dibawa oleh pariwisata bukan saja terbatas pada hubungan langsung host-
guest. Pengaruh di luar interaksi langsung ini justru lebih penting, karena
mampu menyebabkan restrukturisasi pada berbagai bentuk hubungan di dalam
masyarakat.
2.1.4 Dampak Periwisata terhadap Sosial Budaya
Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan Pariwisata disuatu daerah terhadap
Sosial Budaya sangat terasa apalagi daerah tersebut menerima pengaruh
dengan cepat tanpa ada penyaringan yang ketat terhadap kedatangan
wisatawan.. Salah satu hal adalah dimana daerah yang dituju merupakan
daerah yang lemah dalam bidang ekonomi, dengan sendirinya akan mengikuti
Perkembangan dan merubah tatanan perekonomian sendiri salah satu contoh
mengubah mata pencaharian semula yang mereka lakukan secara tradisional
menjadi lebih modern.
Masalah tentang dampak Pariwisata terhadap sosial budaya selama ini lebih
cenderung mengasumsikan bahwa akan terjadi perubahan sosial-budaya akibat
kedatangan wisatawan, dengan tiga asumsi yang umum, yaitu: (Martin,
1998:171):
a. perubahan dibawa sebagai akibat adanya intrusi dari luar, umumnya dari
sistem sosial-budaya yang superordinat terhadap budaya penerima yang
lebih lemah;
b. perubahan tersebut umumnya destruktif bagi budaya indigenous;
c. perubahan tersebut akan membawa pada homogenisasi budaya, dimana
identitas etnik lokal akan tenggelam dalam bayangan sistem industri
dengan teknologi barat, birokrasi nasional dan multinasional, a consumer-
oriented economy, dan jet-age lifestyles.
Menurut pendapat diatas menyiratkan bahwa di dalam melihat dampak
pariwisata terhadap sosial-budaya masyarakat setempat, pariwisata semata-
mata dipandang sebagai faktor luar yang akan merubah secara pasti terhadap
social budaya pada masyarakat local.

Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan


melibatkan masyarakat yang dituju, sehingga membawa berbagai dampak
terhadap masyarakat setempat. Oleh karena pariwisata banyak dikatakan
sebagai perubah yang laur biasa, mampu membuat masyarakat setempat
mengalami perubahan dalam berbagai aspek.

Dalam perubahan yang diakibatkan oleh Pariwisata Secara teoritis, Cohen


(1984) mengelompokkan dampak Pariwisata terhadap sosial budaya ke dalam
sepuluh kelompok besar, yaitu:

a. dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat


dengan masyarakat yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi atau
ketergantungannya;
b. dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat;
c. dampak terhadap dasar-dasar organisasi/kelembagaan sosial;
d. dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata;
e. dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat;
f. dampak terhadap pola pembagian kerja;
g. dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial;
h. dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan;
i. dampak terhadap meningkatnya penyimpangan-penyimpangan sosial; dan
j. dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat.

Dari pendapat Cohen tersebut diatas mengenai dampak pariwisata dapat


disimpulan, bahwa daerah tujuan wisata akan merasakan pengaruh yang luar
biasa dari wisatawan yang datang yaitu dari mengenai unsur kebudayaan
universal di daerah. Sebagai mana yang di kemukan oleh C.Kluckhohn dalam
Koentjaraningrat merumuskan 7 unsur Kebudayaan .

a. Sistem Bahasa
Bahasa yang digunakan pada daerah ini adalah Sunda dengan dialek yang
sama dengan sunda lainnya, Bahasa yang dibunakan oleh masyarakat
setempat baik berupa lisan maupun tulisan atau berbentuk symbol simbol
b. Sistem mata Pencaharian
Untuk menunjang hidup sehari hari, setiap masyarakat pasti memiliki mata
pencaharian utama yang berbeda ditiap daerah, sehingga terdapat suku
bangsa memiliki mata pencaharian yang khas dibandingkan dengan
dengan suku bangsa lain.
c. Sistem Teknologi
Teknologi atau peralatan hidup lain yang dimiliki oleh setiap masyarakat
mungkin berbeda beda tergantung dimana masyarakat itu berada.
d. Sistem Organisasi Sosial
Suku bangsa yang merupakan kelompok mayarakat besar akan memiliki
system kemasyarakatannya yang mungkin berbeda dengan suku bangsa
lain: misalnya suku bangsa sunda dan jawa.
e. Sistem Pengetahuan
Masyarakat memilki pengetahuan yang digunakan dalam kehidupan sehari
hari baik dalam bidang agriris maupun dalam bidang pengobatan.
f. Sistem Kesenian
Masyarakat atau suku bangsa memiliki persaan yang dituangkan kedalam
bentuk benci, sedih, gembira, jengkel, bahagia dan sebagainya.perasaan
timul dari setiap individu atau masyarakat dalat dilakukan de dalam bentuk
seni atau perasaan dapat muncul karena seni.
g. Sistem Religi
Kepercayaan ditiap daerah itu berbeda merupakan warisan masa lampau
dari perjalanan hidup masyarakat bersangkutan sebagai warisan
budayanya. Keyakinan setempat yang diyakini masyarakatnya wajib
dihormati oleh masyarakat lain, begitu pula dalam upacara ritual yang
berhubungan dengan keyakinan.

2.2 Hakikat Perubahan Sosial Budaya


1. Perubahan Sosial
Perubahan Sosial Menurut Robert H.Lauer ( 2003:4) “persefective on social”
adalah perubahan penting dari struktur social yaitu pola prilaku dan anteraksi
social tercakup dalam ekspresi tentang norma, nilai, dan fenomena culture sebagai
variasi baru atau modifikasi dalam setiap aspek proses social, pola social dan
bentuk bentuk social. selanjutnya Davis (2000:42) menjelaskan perubahan social
sebagai perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. yang
dipertegas oleh Mac Iver bahwa sebagai perubahan dalam hubungan social yang
mengarah pada kesinambungan dalam hubungan social. Barker ( 2006 )
menegaskan perubahan social sebagai perubahan multidimensi dan saling terkait
mencakup ekonomi teknologi, politik, budaya dan identitas.
Perubahan social budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur social dan pola
budaya dalam suatu masyarakat.Perubahan social budaya merupakan gejala umum
yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat.Perubahan itu terjadi sesuai
dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.

Perubahan social Budaya terjadi karena beberapa factor. Diantaranya adalah :


komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat: factor internal lain seperti perubahan
jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konplik atau revolusi: dan faktorn
eksternal seperti bencan alam dan perubahan iklim, peperangan dan pengaruh
kebudayaan masyarakat lain.
Ada pula beberapa factor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya
kurang intesifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan
iptek yang lambat; sifat masyarakat yang tradisional; ada kepentingan kepentingan
yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat ; prasangka negative terhadap hal
hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi
perubahan; hambatan idiologi ; dan pengaruh adat istiadat.
2. Glabolisasi dan Budaya
Globalisasi suatu proses luluhnya batas batas bangsa seakan tanpa batas merasuk
dan membuat unsur unsur budaya luar masuk atau merembes dengan mudah ke
budaya suatu masyarakat dewasa ini. Dalam hal ini aspek yang terpengaruh adalah
kebudayaan. Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai niali
nilai (value ) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh
warga masyarakat terhadap berbagai hal, atau kebudayaan juga dapat
didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan
hasil kelakuan. Dimana hal hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita.
Oleh karena itu nilai nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek aspek
kejiwaan atau psikologi.
Dampak globalisasi terhadap masyarakat menurut Yunan dkk
(1996:140)”goncangan budaya yang ditimbulkan oleh masuknya budaya baru
diterima oleh masyarakat yang lambat laun merubah budaya lama”. Dari pendapat
tersebut jelas bahwa dampak yang ditimbulkan oleh globalisasi terhadap
masyarakat sangat dominan sekali.
Faktor yang menyebabkan perubahan social diantaranya adalah globalisasi yang
sedang menjalar ke pelosok daerah yang diakibatkan oleh faktor-faktor berikut ini,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Posman Simanjuntak,(2003:179)” a.
meningkatnya perdangangan Internasional, b.kemajuan system komunikasi dan
alat penghubung, c. kegiatan Pariwisata”.
Permasalahan yang dihadapi sekarang adalah proses Modernisasi yang tidak bisa
dibendung, akibat dari modernisasi tersebut adalah terjadinya proses perubahan
social dan budaya di tiap daerah yang melibatkan semua kondisi atau nilai nilai
dan kebudayaan, maka dari itu kita harus menyadari dan memahami, bahwa
manakala salah satu aspek atau unsur social atau kebudayaan mengalami
perubahan, maka unsur unsur yang lainnya yang telah berubah terlebih dahulu.
Karena itu mesti dipahami dan disadari bahwa system nilai yang berlaku dalam
masyarakat bersangkutan ada yang berkualifikasi norma dan nilai.
a. Orientasi perubahan
Yang dimaksud orientasi atau arah perubahan disini adalah meliputi beberapa
orientasi, antara lain :
a) Perubahan dengan orientasi pada upaya meninggalkan factor factor atau
unsur unsur kehidupan social yang mesti ditinggalkan atau diubah.
b) Perubahan dengan orientasi pada suatu bentuk atau unsur yang memang
bentuk atau unsur baru
c) Suatu perubahan yang berorientasi pada bentuk, unsur atau nilai yang telah
ada pada masa yang lalu.
b. Dalam dinamika proses pembangunan akan mengarah kepada modernisasi
yang berujung pada perubahan perubahan social. Proses pembangunan
didaerah tradisional telah membawa perubahan dalam berbagai segi tata cara
hidup masyarakat tradisional baik struktur, fungsi, sikap, dan tingkah laku.
Perubahan perubahan tersebut ada yang sesuai dengan kebutuhan proses
pembangunan daerah tradisional tetapi terdapat juga perubahan pada beberapa
aspek kehidupan kemayarakatan yang justru bertentangan dengan prinsip dan
tujuan pembangunan itu sendiri. Beberpa factor yang menyebabkan terjadinya
proses perubahan social di masyarakat tradisional, adalah sebagai berikut :
a) Semakin lancarnya jalur jalur transportasi antara desa dengan kota
b) Kemajuan yang pesat dibaidang komunikasi
c) System perekonomian yang berdasarkan pada kemajuan dinamika
pembangunan.

2.3 Teori-teori Perubahan Sosial Budaya


Pengelompokan teori perubahan social telah dilakukan oleh Strasser dan
Randall.Perubahan sosial dapat dilihat dari empat teori, yaitu teori kemunculan
dictator dan demokrasi, teori prilaku kolektif, teori inkonsistensi status dan analisis
organisasi sebagai subsistem social.
Perspektif Penjelasan tentang perubahan
1. Barrington Moore, teori kemunculan dictator dan demoktrasi Teori ini didasarkan
pada pengamatan panjang tentang sejarah pada beberpa Negara yang telah
mengalami transformasi dari basis ekonomi agrarian menuju basis ekonomi
industri
2. Teori perilaku Kolektif Teori dilandasi pemikiran Moore namun lebih
menekankan pada proses perubahan daripada sumber perubahan sosial
3. Teori Inkonsistensi status Teori ini merupakan represenyasi dari teori psikilogi
social. Pada teori ini, individu dipandang sebagai suatu bentuk ketidak
konsistenan antara status individu dan grup dengan aktivitas atau sikap yang
didasarkan pada perubahan.
4. Analisis Organisasi sebagai subsistem sosial Alas an kemunculan teori ini adalah
anggapan bahwa organisasi terutama birokrasi dan organisasi tingkat lanjut yang
konpleks sebagai hasil trasformasi social yang muncul pada masyarakat modern.
Pada sisi lain. Organisasi meningkatkan hambatan anatara social dan system
interaksi.

Teori perilaku kolektif mencoba menjelaskan tentang kemunculan aksi social. Aksi
sosial merupakan sebuah gejala aksi bersama yang ditujukan untuk merubah norma
dan nilai dalam jangka waktu yang panjang. Pada sistem social seringkali dijumpai
ketegangan baik dari dalam sistem atau luar sistem. Teori ini melihat ketegangan
sebagai variable antara yang mengubungkan antara hubungan antar individu seperti
peran dan struktur organisasi dengan perubahan sosial.

Perubahan pola hubungan antar individu menyebabkan adanya ketegangan social


yang dapat berupa kompetensi atau konplik bahkan konplik terbuka atau kekerasan.
Kompetisi atau konplik inilah yang mengakibatkan adanya perubahan melalui aksi
sosial bersama untuk merubah norma dan nilai.

Stratifikasi social pada mayarakat praindustri belum terlalu terlihat dengan jelas
dibandingkan pada masyarakat modern. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya
derajat perbedaan yang timbul oleh masyarakat oleh adanya pembagian kerja dan
kompleksitas organisasi. Status social masih terbatas pada bentuk ascribed status,
yaitu suatu bentuk status yang diperoleh sejak dia lahir. Mobilitas social sangat
terbatas dan cenderung tidak ada. Kritik status mulai muncul seiring perubahan moda
produksi agraris menuju moda produksi kapitalis yang ditandai dengan pembagian
kerja dan muncul organisasi komplek. Perubahan Masyarakat yang terjadi selama ini
secara umum menyangkut perubahan perubahan struktur, fungsi budaya, dan prilaku
masyarakat.

Suatu proses yang mengakibatkan keadaan sekarang berbeda dengan keadaan


sebelumnya, perubahan bisa berupa kemunduran dan bisa juga berupa kemajuan
(progress). Sedangkan masyarakat artinya sekelompok ikatan nilai dan norma norma
social. Istilah masyarakat dapat juga diartikan sebagai wadah atau tempat orang orang
yang saling berhubungan dengan hokum dan budaya tertentu untuk mencapai tujuan
bersama.
Menurut Sumarjan dan Soemardi ( 1964 ) bahwa perubahan perubahan pada lembaga
lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi system
sosialnya, termasuk didalamnya nilai nilai, sikap sikap dan pola pola perlakuan
diantara kelompok kelompok dalam masyarakat. Hal ini menunjukan bahwa betapa
luasnya bidang bidang yang mungkin mengalami perubahan.Oleh karena itu
perubahan pada masyarakat berarti juga perubahan pada kebudayaan, maka tidak
mudah untuk mengemukakan batasannya secara ringkas dan terperinci karena bidang
kajian cukup luas.
Kendala yang cukup serius dalam hubungannya dengan proses perubahan perubahan
masyarakat yang semakin cepat adalah ketertinggalan dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi baru, sehingga upaya untuk dapat mengimbangi tuntutan
kecepatan perubahan itu mengalami keterlambatan. Keterlambatan perubahan ini
terjadi karena dalam proses perubahan masyarakat yang semakin cepat itu terdapat
kumulasi benturan budaya dan kepentingan hidup. Di satu pihak masyarakat berjuang
sekuat tenaga untuk mempertahankan dan mengembangkan kualitas kepentingan
ekonomi yang semakin terbatas, dipihak lain harga barang dan jasa meningkat, serta
menurunkan kepercayaan terhadap penguasa dan eksitensi hukum.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka sedikitnya perlu ada 4 upaya yaitu: pertama
peningkatan lapangan kerja dan potensi perekonomian masyarakat; kedua,
peningkatan keterampilan dan pengetahuan teknis terhadap pelaku atau aparat
pembangunan( agen of change ); ketiga peningkatan terhadap kualitas nilai nilai
moral, agama, dan kesadaran hokum masyarakat dan plaku pembangunan; keempat
mempertahankan dan meningkatkan wibawa dan kesadaran hokum pemerintahan
dengan memberikan teladan perilaku yang baik dan benar sesuai dengan cita-cita
pembangunan nasional.

Disimpulkan bahwa perubahan bahwa perubahan masyarakat pada dasarnya


merupakan perubahan pola perilaku kehidupan dari seluruh norma norma social yang
lama menjadi pola perilaku dan seluruh norma norma social yang baru.

Dalam memenuhi kebutuhan hidup, manusia melakukan berbagai usaha dengan


menggunakan ilmu dan ketrempilan yang dimiliki bentuk usaha manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidup diantaranya adalah kegiatan pertanian, perikanan dan
sebagainya.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian


Penelitian Ini dilakukan di Daerah Bandung Selatan Tepatnya di Kecamatan Rancabali,
Ciwidey dan Pasirjambu. Merupakan daerah tujuan wisata alam yang sudah lama menjadi
lambang Kabupaten Bandung.
Tempat wisata tersebut diantanya adalah wisata Perkebunan teh Rancabali, Sinumbra,
Situ Patenggang, Pemandian air panas untuk pengobatan di Cibuni, emandian air panas
walini, Cimanggu, penangkaran Rusa di Rancaupas dan Kawah putih

3.2 Metodologi Penelitian


Dalam proposal ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini disebabkan
karena kualitatif lebih mendalam mengenai permasalahan manusia sebagai intrumen
penelitian. Metode wawancara, observasi dan dokumentasi, juga teknik teknik analisisnya
lebih merupakan ekstensi dari prilaku manusia, seperti mendengarkan , melihat, bicara,
berinteraksi dan bertanya.
Menurut pendapat Edmund Husserl (1928) Penelitian Kualitatif adalah salah satu model
penelitian Humanistik, yang menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam
peristiwa social/budaya. Jenis penelitian ini berlandaskan pada filasafat fenomenologi.
Kemudian dikembangkan oleh Max Webber ( 1864-1920 ) kedalam sosiologi, sifat
humanistic dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia
sebagai penentu utama prilaku manusia yang tampak merupakan konsekwensi
konsekwensi dari sejumlah pandangan atau doktrin yang hidup di kepala manusia
pelakunya. Jadi, ada sejumlah pengertian, batasan batasan, atau kompleksitas makna yang
hidup di kepala manusia pelaku, yang membentuk tingkah laku yang terekpresi secara
ekplisit.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berguna untuk memperoleh penemuan
penemuan yang tidak terduga sebelumnya dan membangun kerangka teoritis baru.
Penelitian kualitatif biasanya mengejar data verbal yang lebih mewakili fenomena dan
bukan angka angka yang penuh prosentasi dan merata yang kurang mewakili keseluruhan
phenomena.
Penelitian kualitatif sebagaimana yang didefinisikan oleh Boddan dan Taylor (1975:5)
yaitu :
Refers to research procedures which prosedur descriptive data : peolple’s own written or
spoken words and the observable behavior, this approach, direch irself at scventting ang
the individuals within those setting and the study, be it an organization or an individuals,
is not reduced to an isolated variable vor to an hypothesis, but is viewed instead as part of
a whole.

Menurut Boddan bahwa rancangan penelitian kualitataif, diibaratkan seperti orang mau
bepergian, sehingga ia baru tahu keadaan dan situasi tempat yang mau dituju, tetapi
belum tahu pasti apa yang ada di tempat itu. Ia akan tahu setelah memasuki wilayah yang
baru itu dengan cara membaca, berbagai informasi tertulis, gambar gambar, berfikir dan
melihat obyek dan kegiatan orang yang ada disekitar lingkungan tersebut. Pada tahap ini
peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan ditanyakan. Setalah
peneliti terjun ke lapangan maka proses selanjutnya adalah tahap reduksi/focus, maka
pada tahap ini peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap
pertama. Tahap reduksi ini peneliti menyortir data dengan cara memilih man data yang
menarik , penting, berguna, dan baru. Data yang dirasakan tidak terpakai singkirkan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka data data tersebut selanjutnya dikelompokan
menjadi berbagai katagori yang ditetapkan sebagai focus penelitian. Kemudian tahap
selanjutnya adalah peneliti melakukan analisis yang medalam terhadap data dan informasi
yang diperoleh, maka peneliti dapat menemukan tema dengan cara memfokuskan data
yang diperoleh menjadi suatu bangunan pengetahuan yang baru.

Metode penelitian ini menggunakan Etnografi dengan pendekatam fenomenologi dalan


studi tentang penelitian masyarakat, Etnografi adalah berasal dari kata ethnos yang berarti
bangsa dan graphein yang berarti tulisan atau uraian. Jadi berdasarkan asal katanya,
etnografi berarti tulisan tentang/ mengenai bangsa. Namun pengertian tentang etnografi
tidak hanya sampai sebatas itu. Burhan Bungin ( 2008:220) mengatakan etnografi
merupakan embrio dari antropologi. Artinya etnografi lahir dari antropologi di mana jika
kita berbicara etnografi maka kita tidak lepas dari antropologi setidaknya kita sudah
mempelajari dasar dari antropologi. Etnografi merupakan ciri khas antropologi artinya
etnografi merupakan metode penelitian lapangan asli dari antropologi ( Marzali 2005:42).
Etnografi biasanya berisikan/menceritakan tentang suku bangsa atau suatu masyarakat
yang biasanya diceritakan yaitu mengenai kebudayaan suku atau masyarakat tersebut.
Dalam membuat sebuah etnografi, seorang penulis etnografi (etnografer) selalu hidup
atau tinggal bersama dengan masyarakat yang ditelitinya yang lamanya tidak dapat
dipastikan, ada yang berbulan-bulan dan ada juga sampai bertahun-tahun. Sewaktu
meneliti masyarakat seorang etnografer biasanya melakukan pendekatan secara holistik
dan mendiskripsikannya secara mendalam atau menditeil untuk memproleh native’s point
of view. Serta metode pengumpulan data yang digunakan biasanya wawancara mendalam
( depth interview) dan obserpasi partisipasi di mana metode pengumpulan data ini sangat
sesuai dengan tujuan awal yaitu mendeskripsiakan secara mendalam.

Membuat etnografi juga merupakan hal yang wajib dilakukan uuntuk para sarjana
antropologi. Seperti yang ditulis oleh Marzali (2005:42):
Bagaimanapun, etnografi adalah pekerjaan tingkat awal dari seorang ahli antropologi
yang propesional. Etnografi adalah satu pekerjaan inisiasi bagi yang ingin manjadi ahli
antropologi professional. Seseorang tidak mungkin dapat diakui sebagai seorang ahli
antropologi professional jika sebelumnya dia tidak melakukan sebuah etnografi, dan
melaporkan hasil penelitiannya. Hasil penelitiannya ini harus dinilai kualitasnya…Untuk
meningkat ke peringkat yang lebih tinggi maka…pekerjaan yang harus dilakukan
selanjutnya adalah apa yang disebut sebagai comperative study, basik secara diakronis
maupun secara sinkronis.

Jika kita membaca tulisan tersebut, terlihat penulis ingin menekankan bahwa membuat
etnografi itu merupakan suatu kewajiban. Sesorang sarjana antropologi wajib
menghasilkan sebuah etnografi jika belum maka seseorang tersebut belum dikatakan
seorang sarjana antropologi. Namun jika sudah maka seseorang tersebut berhak untuk
dikatakan seorang sarjana antropologi namun belum bisa dikatakan sebagai ahli
antropologi sesungguhnya ( ahli etnologi ). Seseorang dikatakan ahli etnologi apabila
seseorang tersebut melakukan pekerjaan yang lebih tinggi yaitu comparative study dalam
basic diakronis maupun sinkronis.

3.3 Pemilihan Informan Penelitian


Dalam pengambilan data digunakan teknik purposive sampling adalah teknik
pengambilan informan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu
ini, misalya adalah orang tersebut dianggap yang paling tahu tentang apa yang kita
harapkan, atau mungkin orang tersebut menjadi penguasa sehingga akan memudahkan
mencari informasi yang diteliti.
Lincoln dan Guba ( 1985 : 247 ) mengemukakan bahwa “ Naturalistic sampling is, then
very different from convensional smpling. It is based on information, not statistical, consi
deration, its purpose is to maximize on information, to facilitate generalization” penetuan
sampel dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan penetuan sampel dalam
penelitian konvensional ( kuantitatif ). Penetuan sampel dalam penelitian kualitatif tidak
didasarkan perhitungan statitik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan
informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan.
Karena itu, menurut Lincoln dan Guba ( 1985 : 247 ), dalam penelitian naturalistic
spesifikasi informal tidak dapat ditentukan sebelumnya. Sedangkan ciri ciri khusus
informan purposive, yaitu:
1. Emergent sampling design/sementara
2. Serial seleksion of sample units/mengelinding seperti bola salju
3. Continuous adjustmen or focusing of the sample/ disesuaikan dengan kebutuhan
4. Selection to the point of redundancy / dipilih sampai jenuh

Seperti telah dikutip diatas dalam informan purpouse besar informan ditentukan oleh
pertimbangan informasi. Seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba ( 1985 : 247 ) bahwa
“ if the purpouse is to maximize information,then sampling is terminated when no new
information is forth-coming from newly sampled units; this redundance is the primary
criterion”. Dalam hubungan ini Nasution ( 1988 : 248 menjelaskan bahwa penetuan unit
informan dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf redundance ( data
telah jenuh, ditambah informan tidak lagi memberikan informasi yang baru ) artinya
bahwa dengan menggunakan informan selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh
tambahan informasi baru yang berarti.

3.4 Teknik Penelitian


Teknik penelitian tentang cara yang gunakan dalam memecahkan masalah dengan
menggunakan metode tertentu. Dalam kaitannya dengan penelitian ini pengumpulan data
didasarkan atas metode, tujuan dan kondisi tempat yang dijadikan obyek penelitian.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen bisa berbetuk
tulisan, gambar atau karya karya monumental dari seseorang. Hasil penelitian dari
observasi atau wawancara, akan semakin kredibel/dapat dipercaya apabila didukung
oleh poto poto, karya tulis akademik, buku, jurnal dan sejenisnya.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
inginmelakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal hal dari responden yang lebih
mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri
sendiri atau setidaknya pada pengethuan dan keyakinan pribadi.

Menurut Esterberg ( 2002 ) mendefinisikan wawancara sebagai berikut “ a meeting of


two persons to exchange information and idea through question and responses,
resulting in communication and joint contruction of meaning about a particular topic”
wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic
tertentu.
Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa
garis garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara terhadap sesepuh daerah tersebut,
kepala desa/ staf desa. Tokoh masyarakat. Menyangkut permasalahan yang diteliti
yaitu “Dampak perkembangan pariwisata terhadap social budaya Masyarakat
Rancabali “
Untuk merekam wawancara yang penulis lakukan agar berjalan dengan baik maka
diperlukan alat alat yang menunjang kegiatan tersebut :

1) Buku cacatan, berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data
2) Handycam adalah untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan
3) Camera berfungsi sebagai pemotret keadaan sekitar
3. Observasi partisipasi.
Nasution ( 1982 : 123 ) mengatakan bahwa “ observasi di lakukan untuk memperoleh
informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan” melalui
observasi penulis belajar tentang prilaku manusia dan makna dari perilaku tersebut.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipasi pasif, peneliti datang
ke tempat kegiatan orang yang diamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai