Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN POLA ASUH DAN RESILIENSI PADA

MAHASISWA YANG MERANTAU DI BANDUNG

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Psikologi Pribumi dan Budaya

Oleh
Aldi Aldiyatna (1176000014)
Alma Azkiya Vitayala R (1176000015)
Bisyarah Fauni (1176000043)
Hasna Esa Nisrina (1176000066)
Muhamad Fasha Kurnia (1176000180)

BANDUNG
2019 M/1441 H
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................................ii


KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2. Pertanyaan Kajian ..................................................................................................................... 3
1.3. Tujuan ......................................................................................................................................... 3
1.4. Manfaat Kajian .......................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 4
2.1 Pola Asuh ..................................................................................................................................... 4
2.2 Resiliensi....................................................................................................................................... 5
2.3 Mahasiswa Perantau ................................................................................................................... 8
2.4 Hubungan Antar Variabel .......................................................................................................... 8
2.5 Kerangka Pemikiran ................................................................................................................... 9
2.6 Bagan Kerangka Pemikiran ..................................................................................................... 10
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................................... 11
3.1 Pendekatan dan Rancangan ..................................................................................................... 11
3.2 Lokasi Penelitian ....................................................................................................................... 11
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................................................. 11
3.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................................................... 12
3.5 Pengolahan dan Analisis Data .................................................................................................. 13
BAB IV DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 15

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji
serta syukur kami panjatkan kepada-Nya atas rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas proposal Hubungan Pola Asuh dan Resiliensi Pada
Mahasiswa yang Merantau di Bandung. Proposal ini kami tujukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Psikologi Pribumi dan Budaya.

Sholawat serta salam semoga tetep terlimpahkan kepada Rosululloh SAW yang telah
membimbing dan mengarahkan umatnya ke jalan kehidupan yang penuh dengan
rahmat ini. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Elis Anisah Fitriah selaku
dosen Mata Kuliah Psikologi Budaya dan Pribumi. Terlepas dari itu kami menyadari
bahwa dalam penulisan proposal ini sepenuhnya masih banyak kekurangan baik dari
susunan maupun tata bahasanya. Karena itu, kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca.

Tim peneliti mengucapkan banyak terima kasih dan memberikan penghargaan


setinggi-tingginya kepada semua informan yang bersedia meluangkan terlibat dalam
studi ini. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih atas kerja keras tim peneliti
mengumpulkan informasi dan menuliskan proposal ini. Terakhir kami berharap
proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam Hubungan Pola
Asuh dan Resiliensi Pada Mahasiswa yang Merantau di Bandung.

Bandung, 8 November 2019

Penyusun

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai individu tentunya kita menginginkan kehidupan yang lebih baik, salah satunya
dalam segi pendidikan. Banyaknya lembaga pendidikan yang unggul di kota besar
membuat pelajar di daerah tertarik untuk melanjutkan pendidikan nya, salah satunya di
kota Bandung. Pada umumnya pelajar yang merantau untuk melanjutkan pendidikan,
memiliki umur yang berkisar 18 - 20 tahun, dimana secara psikologi umur tersebut
masuk kedalam kategori remaja akhir dan dewasa awal. Pada masa ini umum nya
kedewasaan individu belum lah matang, masih terombang-ambing, dan masih
bergantung kepada orang lain. Tuntutan untuk menjadi mandiri dan meraih kualitas
pendidikan yang lebih baik mengharuskan pelajar merasakan merantau ke kota besar.

Pelajar yang merantau ke kota besar tentu nya dihadapkan beberapa masalah,
diantaranya masalah psikososial dimana mereka tidak familiar dengan gaya dan norma
sosial yang baru, perubahan pada sistem dukungan, dan masalah intrapersonal dan
interpersonal yang disebabkan oleh proses penyesuaian diri. Proses penyesuaian diri
ini bukanlah hal yang mudah dan membutuhkan waktu. Sama hal nya dengan hasil
wawancara yang dilakukan pada tanggal 9 november 2019 menunjukkan bahwa
mereka mengalami kesulitan dalam beradaptasi terhadap lingkungan yang baru, serta
merasakan kesepian akan ketidak hadirannya orang tua. Masalah-masalah tersebut
tidak bisa dihindari oleh mereka seorang perantau ditahun pertama. Mereka harus bisa
menjadi resilien untuk dapat bangkit, bertahan dalam hubungan, dan memperbaiki rasa
kecewa untuk mengatasi berbagai permasalahan. Mereka dapat bangkit jika memiliki
kualitas yang baik dalam pemecahan segala masalah yang dihadapi. Pembentukan

1
karakter yang berkualitas selain dari pembekalan akademik, juga dapat dipengaruhi
dengan pola asuh orang tua sebagai pondasi dasar pembentukan karakter tersebut.

Setiap orang tua berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Orang tua
pastinya memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak.
Cara dan pola tersebut tentu berbeda-beda antara satu keluarga dengan keluarga yang
lainnya. Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan gambaran
interaksi antara orang tua dan anak. Pola asuh yang tepat bisa membantu orang tua
dalam menerapkan nilai-nilai positif kepada anak. Pola asuh mencangkup perlakuan
orang tua dalam merawat, memelihara, mengajar, mendidik, membimbing, dan melatih
yang dapat terwujud dalam bentuk pendisiplinan, pemberian tauladan, kasih sayang,
hukuman, ganjaran, dan kepemimpinan melalui perkataan dan tindakan. Terdapat tiga
macam pola asuh yang sering diterapkan orang tua kepada anak, yaitu pola asuh orang
tua yang otoritarian, permisif, dan otoritatif. Pola asuh otoritarian adalah pola asuh
yang menekankan kepatuhan dan kontrol. Pola asuh permisif adalah pola asuh yang
menekankan ekspresi diri dan pengaturan diri sendiri. Pola asuh otoritatif adalah pola
asuh yang menggabungkan penghargaan terhadap individualitas anak dengan usaha
untuk menanamkan nilai sosial.

Peran orang tua sangat mempengaruhi sikap resiliensi pada remaja. Kedaketakan orang
tua dengan anak menjadi salah satu dasar resiliensi dapat terbentuk. Resiliensi
merupakan konsep dasar berbagai karakter positif dalam diri seseorang. Berdasarkan
berbagai penelitian sebelum nya belum banyak yang berfokus kepada hubungan pola
asuh terhadap resiliensi mahasiswa yang merantau, oleh karena itu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian hal tersebut di kota Bandung

2
1.2. Pertanyaan Kajian
Bagaimana hubungan pola asuh dan resiliensi pada mahasiswa yang meranrau di
Bandung?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui peranan pola asuh terhadap resiliensi pada mahasiswa yang merantau
di Bandung
2. Mengetahui perbedaan resiliensi pada mahasiswa yang merantau di Bandung
ditinjau dari pola asuh orang tua.
3. Mengetahui pentingnya bagi orang tua untuk memahami tugas dan perannya dalam
mendidik anaknya guna menumbuhkan resiliensi.

1.4. Manfaat Kajian


1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi di bidang psikologi


khususnya psikologi perkembangan, dan psikologi sosial yang berkaitan dengan
hubungan antara pola asuh dengan resiliensi pada remaja.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi orang tua dan remaja
tentang pentingnya pola asuh dan pembentukan resiliensi.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi masyarakat yang
memiliki anggota keluarga berusia remaja.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pola Asuh


Makrum (1999) berpendapat bahwa pola asuh adalah cara orang tua mendidik anak dan
membebaskan anak yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor budaya,
agama, dan kebiasaan dan kepercayaan, serta pengaruh kepribadian orang tua atau
orang tua sendiri maupun orang yang mengasuhnya (Novianti, 2018). Hurlock (1999)
mengatakan bahwa pola asuh dapat diartikan pula dengan kedisiplinan. Disiplin
merupakan cara masyarakat mengajarkan kepada anak perilaku moral yang dapat
diterima kelompok (Firdaus, 2019). Adapun tujuan kedisiplinan adalah
memberitahukan kepada anak sesuatu yang baik dan buruk serta mendorong untuk
berperilaku dengan standar yang berlaku dalam masyarakat dilingkungan sekitar.
Diana Baumrind (Annuzul, A F 2012) mengatakan bahwa ada tiga bentuk pola asuh
orang tua, yaitu :

a. Pola asuh otoriter

Suatu gaya pengasuhan yang membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti perintah-
perintah orang tua. Orang tua yang otoriter menetapkan batas-batas yang tegas dan
tidak memberi peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengemukakan pendapat.
Orang tua otoriter juga cenderung bersikap sewenang-wenang dan tidak demokratif
dalam membuat keputusan, memaksakan peran-peran atau pandangan-pandangan
kepada anak atas dasar kemampuan dan kekuasaan sendiri, serta kurang menghargai
pemikiran dan perasaan mereka. Anak dari orang tua yang otoriter cenderung bersifat
curiga pada orang lain dan merasa tidak bahagia dengan dirinya sendiri, merasa
canggung berhubungan dengan teman sebaya, canggung menyesuaikan diri pada awal

4
masuk sekolah dan memiliki prestasi belajar yang rendah dibandingkan dengan anak-
anak lain.

b. Pola asuh demokratis

Salah satu gaya pengasuhan yang memperlihatkan pengawasan ekstra ketat terhadap
tingkah laku anak-anak, tetapi mereka juga bersikap responsif, menghargai dan
menghormati pemikiran, perasaan, serta mengikut sertakan anak dalam pengambilan
keputusan. Anak-anak prasekolah dari orang tua yang otoritatif cenderung lebih
percaya pada diri sendiri, pengawasan diri sendiri, dan mampu bergaul baik dengan
teman-teman sebayanya. Pengasuhan otoritatif juga diasosiasikan dengan harga diri
yang tinggi, memiliki moral standar, kematangan psikososial, kemandirian, sukses
dalam belajar, dan bertanggung jawab secara sosial.

c. Pola asuh permisif

Gaya pengasuhan dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak
yang memiliki orang tua yang mengabaikan merasa bahwa aspek lain kehidupan orang
tua lebih penting dari pada mereka. Anakanak ini cenderung tidak memiliki
kemampuan sosial. Banyak diantaranya memiliki pengendalian diri yang buruk dan
tidak mandiri. Mereka sering kali memiliki harga diri yang rendah, tidak dewasa, dan
mungkin terasing dalam keluarga. Dalam masa remaja, mereka mungkin menunjukkan
sikap suka membolos dan nakal.

2.2 Resiliensi
Menurut Connor dan Davidson (2003), resiliensi merupakan suatu kualitas personal
yang memungkinkan seseorang untuk dapat berkembang di tengah kesulitan yang
dihadapinya. Resiliensi juga dapat dilihat sebagai ukuran kemampuan seseorang dalam
mengatasi stress, dimana hal ini dapat menjadi target untuk penyembuhan kecemasan,
depresi, dan reaksi stress (Connor dan Davidson, 2003). Jadi, dapat disimpulkan bahwa

5
resiliensi adalah suatu kualitas personal berupa kemampuan seseorang untuk mengatasi
stress, yang memungkinkan orang tersebut untuk bisa berkembang di tengah kesulitan
yang dihadapinya.(Andriani & Listiyandini, 2017)

Menurut Wolin (1999) ada tujuh karakteristik utama yang dimiliki oleh individu yang
resilien. Karakteristik karakteristik inilah yang membuat individu mampu beradaptasi
dengan baik saat menghadapi masalah. Berikut karakteristik atau indikator manusia
yang resilien (Magister & Uma, 2019).

a. Wawasan

Kemampuan untuk memahami dan memberi arti pada situasi, orang orang yang ada di
sekitar, dan nuansa verbal maupun nonverbal dalam komunikasi, individu yang
memiliki wawasan mampu menanyakan pertanyaan yang menantang dan
menjawabnya dengan jujur. Hal ini membantu mereka untuk dapat menyesuaikan diri
dalam berbagai situasi.

b. Kemandirian

Kemampuan untuk mengambil jarak secara emosional maupun fisik dari sumber
masalah dalam hidup seseorang. Kemandirian melibatkan kemampuan untuk menjaga
keseimbangan antara jujur pada diri sendiri dengan peduli pada orang lain. Orang yang
mandiri tidak bersikap ambigu dan dapat mengatakan “tidak” dengan tegas saat
diperlakukan. Ia juga memiliki orientasi yang positif dan optimistik pada masa depan.

c. Hubungan

Seseorang yang resilien mampu mengembangkan hubungan yang jujur, saling


mendukung dan berkualitas bagi kehidupan, atapun memiliki role model yang sehat.

d. Inisiatif

Individu yang resilien bersikap proaktif, bukan reaktif, bertanggung jawab dalam
memecahkan masalah, selalu berusaha memperbaiki diri ataupun situasi yang dapat

6
diubah, serta meningkatkan kemampuan mereka menghadapi hal-hal yang tak dapat
diubah. Mereka melihat kehidupan sebagai rangkaian tantangan dimanamereka yang
mampu mengatasinya. Anak-anak yang resilien memiliki tujuan yang mengarahkan
hidup mereka secara konsisten dan mereka menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh
untuk berhasil disekolah.

e. Kreativitas

Kreativitas melibatkan kemampuan memikirkan berbagai pilihan, konsekuensi, dan


alternatif dalam menghadapi tantangan hidup. Individu yang resilien tidak terlibat
dalam perilaku negatif sebab ia mampu mempertimbangkan konsekuensi dari tiap
perilakunya dan membuat keputusan yang benar. Kreativitas juga melibatkan daya
imajinasi yang digunakan untuk mengekspresikan diri dalam seni, serta membuat
seseorang mampu menghibur dirinya sendiri saat menghadapi kesulitan. Anak yang
resilien mampu secara kreatif menggunakan apa yang tersedia untuk pemecahan
masalah dalam situasi sumber daya yang terbatas. Selain itu, bentuk-bentuk kreativitas
juga terlihat dalam minat, kegemaran, kegiatan kreatif dari imajinatif.

f. Humor

Humor adalah kemampuan untuk melihat sisi terang dari kehidupan, menertawakan
diri sendiri, dan menemukan kebahagiaan dalam situasi apapun. Seseorang yang
resilien menggunakan rasa humornya untuk memandang tantangan hidup dengan cara
yang baru dan lebih ringan. Rasa humor membuat saat-saat sulit terasa lebih ringan.

g. Moralitas

Moralitas atau orientasi pada nilai-nilai ditandai dengan keinginan untuk hidup secara
baik dan produktif. Individu yang resilien dapat mengevaluasi berbagai hal dan
membuat keputusan yang tepat tanpa takut akan pendapat orang lain. Mereka juga
dapat mengatasi kepentingan diri sendiri dalam membantu orang yang membutuhkan.
Moralitas adalah kemampuan berperilaku atas dasar hati nurani.

7
2.3 Mahasiswa Perantau
Fenomena mahasiswa perantau umumnya bertujuan untuk meraih kesuksesan melalui
kualitas pendidikan yang lebih baik pada bidang yang diinginkan. Fenomena ini juga
dianggap sebagai usaha pembuktian kualitas diri sebagai orang dewasa yang mandiri
dan bertanggung jawab dalam membuat keputusan (Anggraini, 2013). Hal tersebut
tentu saja menyebabkan perubahan situasi kehidupan dan menuntut usaha lebih besar
untuk mandiri serta bertanggung jawab dalam menghadapi perubahan lingkungan
sosial (Widya dkk, 2012). Perubahan perubahan itulah yang dapat menghambat
pencapaian prestasi mahasiswa perantau (Widya dkk, 2012). Pernyataan ini didukung
oleh Winata (2014) yang mengatakan bahwa proses belajar mahasiswa untuk mencapai
prestasi akademik dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan alam dan sosial serta
faktor psikologis (Rahayu & Amanah, 2008). Oleh karena itu memberi perhatian pada
mahasiswa perantau penting untuk dilakukan. Proses penyesuaian diri pada mahasiswa
perantau bukanlah hal yang mudah dan membutuhkan waktu. Apalagi untuk mereka
yang merantau dan juga sebagai mahasiswa baru, ini merupakan pengalaman pertama
buat mereka jauh dari keluarga. Untuk mengetahui lebih lanjut perubahan-perubahan
yang dialami mahasiswa tahun pertama yang merantau, peneliti melakukan studi awal
melalui wawancara. Peneliti mewawancarai dua orang mahasiswa tahun pertama yang
merantau berasal dari Universitas X dan Universitas Y, untuk menggali berbagai
permasalahan yang sedang dihadapi sebagai mahasiswa tahun pertama.

2.4 Hubungan Antar Variabel


Dari pemaparan diatas tampak bahwa pola asuh orang tua berperan dalam memecahkan
berbagai persoalan seperti dalam interaksi sosial, pengendalian emosi, dan kepercayaan
diri. Interaksi sosial, pengendalian emosi, dan kepercayaan diri merupakan aspek-
aspek yang menyusun resiliensi (Permata & Listiyandini, 2015). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Lin dan Yi (1997) menunjukkan bahwa masalah unik yang dialami
mahasiswa perantau adalah masalah psikososial diantaranya adalah tidak familiar

8
dengan gaya dan norma sosial yang baru, perubahan pada sistem dukungan, dan
masalah intrapersonal dan interpersonal yang disebabkan oleh proses penyesuaian diri.
Hurlock mengemukakan (1999, dalam Widya, dkk., 2012) bahwa penyesuaian yang
dialami mahasiswa perantau antara lain ketidakhadiran orang tua, sistem pertemanan
dan komunikasi yang berbeda dengan teman baru, penyesuaian dengan norma
sosialisasi warga setempat, dan strategi belajar yang berbeda (Hutapea, 2006 dalam
Widya dkk, 2012). Sebagian besar riset yang ada yaitu tentang pola asuh otoriter
dengan persepsi, pola asuh orang tua dengan perkembangan anak, pola asuh orang tua
dan konsep diri anak , resiliensi dan regulasi emosi, dukungan sosial dan tingkat
resiliensi dan gambaran resiliensi pada mahasiswa tahun pertama yang merantau
(Sunarty, 2016). Secara umum pola asuh dilakukan oleh ayah, ibu atau kedua orang
tua, namun terdapat perbedaan konsep pengasuhan anak yang dilakukan oleh ayah, ibu
atau orang tua sehingga perbedaan konsep pengasuhan anak tersebut dapat
mempengaruhi tingkat resiliensi pada mahasiswa yang sedang merantau.

2.5 Kerangka Pemikiran


Pola asuh orang tua adalah bagaimana cara orang tua untuk mendidik anak, mengatur
anak dan membebaskan anak agar anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang sesuai
dengan keinginan orang tuanya. Terdapat tiga macam umum pola pengasuhan pada
anak yang dilakukan oleh orang tua diantaraya pola asuh otoriter, permisisf dan
demokratis. Pola asuh otoriter yaitu dimana orang tua memegang penuh kendali pada
anak, pola asuh permisif yaitu dimana orang tua membebaskan anaknya memegang
kendali perilakunya sendiri dan pola asuh demokratis yaitu dimana anak memegang
kendalinya perilakunya sendiri namun diawasi dan diarahkan oleh orang tuanya.

Jenis pola asuh orang tua pada anaknya berperan dalam memecahkan berbagai
persoalan seperti dalam interaksi sosial, pengendalian emosi, dan kepercayaan diri.
Interaksi sosial, pengendalian emosi, dan kepercayaan diri merupakan aspek-aspek
yang menyusun resiliensi. Resiliensi adalah kondisi seseorang untuk bertahan dan
menyelesaikan permasalahan yang dialaminya. Pentingnya resiliensi pada mahasiswa

9
perantau karena mereka jauh dari orang tua sehingga mereka perlu bisa bertahan dan
mengatasi permasalahan yang dialaminya. Sehingga pola asuh orang tua pada
mahasiswa perantau sangat mempengaruhi tingkat resiliensi yang ada dalam diri
mahasiwa perantau tersebut.

2.6 Bagan Kerangka Pemikiran

Pola Asuh
Orang Tua

Pola Asuh Pola Asuh Pola Asuh


Otoriter Permisif Demokratis

Resiliensi Terhadap
Mahasiswa Perantau

10
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Rancangan


Penelitian ini menggunakan pendekatan metode-metode penelitian kuantitatif,
penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2011) adalah metode yang tradisional.
Karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai
metode untuk penelitian. Disini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat mengumpulkan data, dan menggunakan desain
penelitian asosiatif.

Desain penelitian ini adalah penelitian asosiatif, dimana peneliti ingin mengetahui
hubungan dari kedua variabel penelitian. Penelitian asosiatif adalah salah satu desain
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel penelitian
atau lebih (Sugiyono, 2010). Dalam hal ini akan melihat hubungan pola asuh orang tua
dan resiliensi pada mahasiswa yang merantau di Bandung.

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di berbagai Universitas yang ada di wilayah Kota Bandung,
diantaranya UIN SGD Bandung, ITB, UPI, dan Univeritas lainnya yang ada di Kota
Bandung. Penyebaran kuesioner untuk pengambilan data dalam penelitian ini
dilakukan dalam waktu seminggu.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang merantau di wilayah
Bandung. Dengan ketentuan subjek adalah mahasiswa tingkat awal, yang sedang

11
berada pada tahun pertama kuliah tentunya yang merantau di Bandung. Peneliti
mengambil sampel ini, karena karakteristik mahasiswa tingkat awal yang sedang
berada pada tahun pertama kuliah berkaitan dengan latar belakang resiliensi yang akan
diambil peneliti, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Berusia 18-20
tahun, dengan jenis kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Peneliti memilih
sampel maha-siswa baru berusia 18-20 tahun, karena biasanya individu memasuki
jenjang perkuliahan pada usia 18-20 tahun (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2013). Peneliti juga mengambil sampel dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki,
karena peneliti ingin melihat korelasi antara kedua variabel pada subjek secara umum
tanpa membedakan laki-laki atau perempuan

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-probability sampling.


Teknik nonprobability sampling merupakan “teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang atau kesempatan bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel” (Sugiyono, 2011). Lebih singkatnya yaitu subjek yang dipilih
adalah subjek yang berkaitan dengan topic penelitian.

Desain non-probability sampling yang digunakan adalah insidental sampling.


Insidential sampling ialah teknik yang digunakan untuk menentukan sampel
berdaarkan kebetulan siapa saja yang secara kebetulan atau incidental bertemu dengan
peneliti dan dapat di gunakan sebagai sampel bila orang tersebut ditemui cocok dengan
apa yang akan diteliti sebagai narasumber (Sugiyono,2011).

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan kuesioner
sebagai alat mengumpulkan data, dan menggunakan desain penelitian asosiatif. Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel yang di ukur yaitu jenis pola asuh orang tua, dimana
dalam penelitian ini skor pola asuh orang tua diperoleh menggunakan skala PAQ
(Parental Authority Quesionnaire) dari Buri (1999), yang mengacu pada tipe-tipe pola

12
asuh orang tua dari Baumrind (dalam Papalia dkk., 2009) yaitu pola asuh otoritarian
(authoritarian), pola asuh permisif (permissive), dan pola asuh otoritatif (authoritative).
Dalam skala PAQ, pola asuh orang tua diukur secara terpisah antara pola asuh ibu dan
pola asuh ayah. Dengan demikian akan terdapat 6 jenis pola asuh yang akan diukur.

Kemudian, resiliensi (terikat) dalam penelitian ini skor resiliensi diperoleh


menggunakan skala CD-RISC (Connor-Davidson Resilience Scale) dari Connor &
Davidson (2003). Skala ini terdiri atas 25 item, yang disusun berdasarkan lima faktor/
dimensi, yaitu (1) Kompetensi personal, standar tinggi, dan kegigihan, (2) Keyakinan
terhadap insting, toleransi terhadap efek negatif, dan efek menguatkan dari stress, (3)
Penerimaan positif terhadap perubahan dan hubungan lekat dengan orang lain, (4)
Kontrol, dan (5) Pengaruh spiritual.

Dalam hal ini, peneliti memperoleh subjek penelitian mahasiswa tingkat awal melalui
jaringan orang-orang terdekat dan menyebarkan data melalui daring dengan
menggunakan fitur di dalam web survey. Kuesioner tersebut disebarkan pada
mahasiswa tingkat awal di Bandung.

3.5 Pengolahan dan Analisis Data


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis korelasi yang merupakan salah satu
teknik analisis kuantitatif atau salah satu teknik statistik yang dapat digunakan untuk
menguji hipotesis mengenai ada tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti.
Metode analisis korelasi di pilih karena akan mempelajari hubungan dua variabel atau
lebih,yaitu hubungan variasi dalam satu variabel dengan variabel dalam variabel lain.
Dalam hal ini akan melihat hubungan pola asuh orang tua dan resiliensi pada
mahasiswa yang merantau di Bandung.

13
Kemudian peneliti melakukan uji hipotesis dengan analisis regresi; baik analisis regresi
linier sederhana maupun regresi ganda. Pengujian hipotesis peneliti lakukan
menggunakan aplikasi SPSS for Windows versi. 17.0. Variabel bebas/ prediktor (X)
pada penelitian ini adalah pola asuh orang tua dan variabel terikat/ kriterianya (Y)
adalah resiliensi.

14
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, A., & Listiyandini, R. A. (2017). Peran Kecerdasan Sosial terhadap


Resiliensi pada Mahasiswa Tingkat Awal. Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi,
4(1), 67–90. https://doi.org/10.15575/psy.v4i1.1261
Anggraini, E. N. (2013). Hubungan Antara Kemandirian Dengan Penyesuaian Diri
Pada Mahasiswa Yang Baru Merantau di Kota Malang. Hubungan Antara
Kemandirian Dengan Penyesuaian Diri Pada Mahasiswa Baru Yang Merantau
Di Kota Malang, 1–11.
Firdaus, I. K. (2019). Pengaruh Pola Asuh terhadap Online Resilience. 6, 20–38.
Magister, J., & Uma, P. (2019). Jurnal Magister Psikologi UMA. 11(1), 60–71.
Novianti, R. (2018). Orang Tua Sebagai Pemeran Utama Dalam Menumbuhkan
Resiliensi. 7(1).
Permata, D., & Listiyandini, R. A. (2015). Peranan Pola Asuh Orang Tua dalam
Memprediksi Resiliensi Mahasiswa Tahun Pertama yang Merantau di Jakarta.
Psikologi, 6, 1–8.
Rahayu, M. D., & Amanah, S. (2008). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pola Asuh Anak Pada Keluarga Etnis Minang, Jawa Dan Batak. Journal of
Parenting.
Sunarty, K. (2016). Hubungan Pola Asuh Orangtua Dan Kemandirian Anak. Journal
of Educational Science and Technology (EST), 2(3), 152.
https://doi.org/10.26858/est.v2i3.3214
Widya, R., & Tuapattinaja, J. (2012). Gambaran virtue mahasiswa perantau. Volume.
1 Nomor. 2 Desember 2012.
Annuzul, A. F. (2012). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Konsep Diri Positif
Peserta Didik MI Tsamrotul Huda II Jatirogo Bonang Demak (Doctoral
dissertation, IAIN Walisongo).
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta

15
16

Anda mungkin juga menyukai