Sekolah : SMA X
Mata Pelajaran : Geografi
Kelas/Semester : X IIS/Ganjil
Materi Pokok : Konsep Wilayah dan Tata Ruang
Alokasi Waktu : 4 x 4 JP (45’)
A. Kompetensi Inti
No Kompetensi Inti
1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,
gotong
royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
B. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1. Memahami 3.1.1. Menjelaskan pengertian konsep wilayah dan tata ruang
konsep wilayah 3.1.2. Menjelaskan pembangunan dan perkembangan wilayah
dan perwilayahan 3.1.3. Menjelaskan perencanaan tata ruang nasional, provinsi,
dala perencanaan dan kabupaten / kota
tata ruangwilayah 3.1.4. Menganalisa permasalahan dalam penerapan perencanaan
nasional, tata ruan wilayah.
provinsi, dan
kabupaten/kota
4.1. Membuat peta 4.1.1. Mengumpulkan informasi/data melalui observasi berkiatan
pengelompokan penggunaan lahan di wilayah baik kabupaten / kota /
provinsi
penggunaan lahan 4.1.2. Mengolah informasi/data melalui observasi berkaitan
di wilayah dengan penggunaan lahan di wilayah baik kabupaten / kota /
kabupaten / kota/ provinsi
4.1.3. Menyajikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan
provinsi lahan di wilayah kabupaten / kota / provinsi dalam bentuk
berdasarkan data peta
wilayah setempat
C. Tujuan
Melalui pembelajaran berbasis aktivitas diharapkan peserta didik mampu: memahami konsep
dasar wilayah dan tata ruang wilayah dan berbagai permasalahan yang teradi karena adanya
perencanaan wilayah. Menyajikan contoh pembuatan perencanaan tata ruang baik di wilayah
kabupaten / kota/ provinsi dengan mengembangkan nila karakter gotong royong dan kerja
sama.
D. Materi Pembelajaran
1. Wilayah dan tata ruang, meliputi:
a. Pengertian wilayah
b. Konsep wilayah
c. Perwilayahan
d. Tata ruang
2. Pembanguanan dan pertumbuhan wilayah, meliputi:
a. Pembangunan wilayah
b. Pertumbuhan wilayah
3. Perencanaan tata ruang nasiona, provinsi, dan kabupaten / kota
E. Metode:
Tanya jawab
Diskusi
Penugasan
Model :
Learning commmunity dengan Discovery learning
F. Media pembelajaran:
Alat:
LCD Proyektor
Laptop
Peta,dan Power point
Sumber:
Yasindhu Sinto P. 2016. Geografi SMA Kelas XII. Jakarta : Erlangga
Internet
G. Langkah Pembelajaran:
5. Pertemuan kelima
Indikator Pencapaian Kompetensi:
3.1.2. Menjelaskan perencanaan tata ruang nasional, provinsi, dan kabupaten / kota
Kegiatan Inti
Sintak model Kegiatan pembelajaran
pembelajaran
Orientasi peserta Mengamati
didik kepada Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk
masalah memusatkan perhatian (Berpikir kritis dan bekerjasama 60
(4C) dalam mengamati permasalahan (literasi membaca) menit
dengan rasa ingin tahu, jujur dan pantang menyerah
(Karakter)pada topic dengan cara :
Melihat (tanpa atau dengan alat) Berpikir kritis dan
bekerjasama (4C) dalam mengamati permasalahan
(literasi membaca) dengan rasa ingin tahu, jujur dan
pantang menyerah (Karakter). Menayangkan
gambar/foto/tabel
Mengamati Berpikir kritis dan bekerjasama (4C)
dalammengamati permasalahan (literasi membaca)
dengan rasa ingin tahu, jujur dan pantang menyerah
(Karakter). lembar kerja, pemberian contoh-contoh
materi/soal untuk dapat dikembangkan peserta
didik, dari media interaktif,
Membaca (dilakukan di rumah sebelum kegiatan
pembelajaran berlangsung), (Literasi) materi dari
buku paket atau buku-buku penunjang lain,
Mendengar pemberian materi oleh guru
Menyimak, penjelasan pengantar kegiatan/materi
secara garis besar/global tentang materi pelajaran
untuk melatih kesungguhan, ketelitian, mencari
informasi.
Membimbing Mengumpulkan informasi
penyelidikan Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi (Berpikir
individu dan kritis, kreatif, bekerjasama dan saling berkomunikasi dalam
kelompok kelompok (4C), dengan rasa ingin tahu, tanggung jawab dan
pantang menyerah (Karakter),literasi (membaca) yang dapat
mendukung jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan, baik dari buku paket maupun sumber lain seperti
internet; melalui kegiatan:
Membaca sumber lain selain buku teks,
Mengunjungi perpustakaan untuk melhat-lihat peta
perencanaan tata ruang nasional, provinsi, kabupaten / kota.
Mengumpulkan informasi
Mengumpulkan data/informasi melalui diskusi kelompok
atau kegiatan lain guna menemukan solusi masalah terkait
materi
pokok yaitu: perencanaan tata ruang nasional, provinsi,
kabupten / kota.
Aktivitas (Mengembangkan kemampuan berpikir kritis,
kreatif, berkomunikasi dan bekerjasama (4C)
Peserta didik diminta mencari materi yang berkaitan
dengan perencanaan tata ruang nasional, provinsi, kabupaten
/ kota.
Mengembangkan Mengkomunikasikan
dan menyajikan Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
hasil karya Menyampaikan hasil diskusi berupa kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau
media lainnya untuk mengembangkan sikap jujur,
teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan sopan
Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara
klasikal
Mengemukakan pendapat atas presentasi yang
dilakukan dan ditanggapi oleh kelompok yang
mempresentasikan
Bertanya atas presentasi yang dilakukan dan peserta
didik lain diberi kesempatan untuk menjawabnya
Menyimpulkan tentang point-point penting yang
muncul dalam kegiatan pembelajaran
Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau
guru melemparkan beberapa pertanyaan kepada
siswa.
Menyelesaikan uji kompetensi yang terdapat pada
buku pegangan peserta didik atau pada lembar lerja
yang telah disediakan secara individu untuk
mengecek penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran
Menganalisa & Mengasosiasikan
mengevaluasi Peserta didik menganalisa masukan, tanggapan dan koreksi
proses dari guru terkait pembelajaran
pemecahan Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan dari hasil
masalah kegiatan/pertemuan sebelumnya maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi yang
sedang
berlangsung dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pada
lembar
kerja.
Catatan :
Selama pembelajaran berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam
pembelajaran
yang meliputi sikap: disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh
menghadapi
masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan)
Kegiatan Penutup
Peserta didik :
Membuat rangkuman/simpulan pelajaran. tentang point-point penting yang
muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan. 25
Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. menit
Guru :
Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa. Peserta didik
yang
selesai mengerjakan projek dengan benar diberi paraf serta diberi nomor urut
peringkat, untuk penilaian projek.
Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan
kerjasama yang baik
Evaluasi secara individu dengan tes tertulis
Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya dengan
materi permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan karena perencanaan tata
ruang.
Memberi salam
H. Pembelajaran, remedial dan pengayaan
Penilaian Teknik Rubrik Instrumen Remedial Pengayaan
Penilaian Penilaian Penilaian ( < KKM) ( >KKM)
Sikap : Observasi 1) Pembelajaran 1) Belajar
Pengetahuan : tertulis ulang kelompok
Keterampilan : tugas 2) Pemberian 2) Belajar
kelompok bimbingan mandiri
secara khusus 3) Pembelajaran
Terlampir 3) Pemberian berbasis tema
tugas-tugas
latihan secara
khusus
4) Pemanfaatan
tutor sebaya
, …………. 2018
Mengetahui Kepala SMAN Guru Mata Pelajaran Geografi
Lampiran
Lampiran Penilaian:
N Waktu Tindak
Nama Peserta Didik Kejadian prilaku Butir sikap Pos/neg
o lanjut
1 +
2
3
4
5
…
Kelas/Semester: X / Ganjil
Soal uraian
kisi-kisi
4. Diberikan soal
tentang perlunya
perencanaan tata
ruang
Soal – soal :
1. Mengapa wilayah perlu mengatur dalam perencanaan tata ruangnya?
2. Apa yang dimaksud dengan perencanaan tata ruang menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional!
3. Buatlah skema tentang urut-urutan perencanaan tata ruang wilayah di tingkat kabupaten!
4. Berapa lama RTRW dapat dikaji ulang dan diperbarui!
Kunci Jawaban:
1. Wilayah perlu mengatur dalam perencanaan tata ruang, hal ini dikarenakan tujuan
dari perencanaan tersebut adalah untuk memberikan keuntungan disegala aspek
sehingga erlu direncanakan dengan matang dan berkelanjutan tentunya.
2. Perencanaan tata ruang menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia adalah
arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara.
3. Urut-urutan perencanaan tata ruang ditingat Kabuaten, yakni sebagai berikut:
a. Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten mengacu
pada:
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata ruang
wilayah provinsi;
pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang;
dan
rencana pembangunan jangka panjang daerah.
Artikel kelompok 1
Sumber: https://properti.kompas.com/read/2018/01/30/164421221/negara-harus-hadir-dalam-
perencanaan-tata-ruang-nasional.
Penulis : Arimbi Ramadhiani
Pertanyaan:
1. Bagaimana tanggapan anda tentang artikel Negara harus hadir dalam perencanaan tata ruang
nasional?
2. Mengapa perlu adanya pembangunan yang SDG atau Sustainable Development Goals?
3. Apa maksud dari negara harus hadir dalam perencanaan tata ruang nasional?
Artikel kelompok 2
Artikel kelompok 3
PERLUNYA PENYELESAIAN TATA BATAS NEGARA DI KAWASAN
PERBATASAN NEGARA OEPOLI
Dengan ditetapkannya Perpres 179 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT), diketahui bahwa Oepoli merupakan salah satu pusat pelayanan pintu gerbang dari 8 (delapan) lokasi
yang tersebar di Provinsi NTT. Pusat pelayanan pintu gerbang yang merupakan pusat kegiatan terdepan dalam peningkatan
pelayanan pertahanan dan keamanan negara serta kegiatan lintas batas di kawasan perbatasan negara. Sehubungan dengan
agenda kerja prioritas Presiden RI bahwa pembangunan kawasan perbatasan diprioritaskan, maka diperlukan penanganan
yang lebih diutamakan untuk kawasan perbatasan tersebut, dalam hal ini melalui Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kawasan Perbatasan Negara di Oepoli. Hal tersebut diungkapkan oleh Kasubdit Perencanaan dan Kemitraan Rahma
Julianti yang mewakili Direktur Perencanaan Tata Ruang Direktorat Jenderal Tata Ruang dalam Pembahasan Penjaringan
Isu Strategis di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Oepoli, di Kabupaten Kupang (25/5).
Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Kupang Victoria Kanahebi dalam sambutannya menyampaikan
bahwa kawasan perbatasan negara di Oepoli akan menjadi halaman terdepan wilayah perbatasan antara Kabupaten Kupang
dengan Timor Leste.
Rahma juga menambahkan penyusunan RDTR kawasan perbatasan negara di PLBN Oepoli ini sebagai alat operasional dari
Rencana Tata Ruang Kawasan Stategis Nasional. Oepoli yang memiliki 4 (empat) fungsi sebagai pusat pelayanan
kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan; pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara; pusat pelayanan
pendidikan dan kesehatan; dan pusat pelatanan sistem angkutan umum penumpang. “Fungsi PLBN disinii adalah gerbang
untuk distribusi barang, jasa, dan manusia”, lanjut Rahma.
Deliniasi awal kawasan perbatasan negara di PLBN Oepoli mencakup kawasan Naktuka dan Pulau Batek di Kecamatan
Amfoang Timur, dimana fungsi PLBN di Oepoli tersebar di 3 (tiga) lokasi yaitu Pos Oepoli Pantai, Pos Oepoli Tengah dan
Pos Oepoli Sungai.
Permasalahan yang ada di Oepoli yaitu sengketa tanah terkait tapal batas di Naktuka (Noel Besi-Citrana), Kerajaan Amfoang
(RI) dan Kerajaan Ambenu (Oecusse-Timor Leste). “Penanganan kawasan Naktuka harus segera diselesaikan di tingkat
pemerintah pusat tepatnya Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Luar Negeri. PLBN dapat dibangun jika kawasan
Naktuka sudah jelas statusnya”, ungkap Dandim Kupang 1604/Kupang Letkol Kav Aprilian.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian yaitu akses infrastruktur jalan yang belum memadai dan lintasan pada sungai yang
masih alami. Hingga tahun 2015 pembangunan jalan poros tengah Kabupaten Kupang baru terbangun 41 km dari 126 km
yang direncanakan. “Jalan poros tengah ini sangat penting bagi Kabupaten Kupang, karena akan menghubungkan jalan dari
Kabupaten Kupang menuju wilayah perbatasan Timor Leste di Oecusse.” ungkap Kabid Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi NTT Nara Lourensius.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut, perwakilan dari Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Nusa Tenggara TImur dan
Kabupaten Kupang, PDAM, Komando Distrik Militer, dan Kepolisian Resor. (aps)
Sumber: http://tataruang.atr-bpn.go.id/Berita/Detail/3412
Pertanyaan:
1. Bagaimana tanggapan anda tentang artikel “ Perlunya penyelesaian tata batas negara di kawasan perbatasan negara
Oepoli”?
2. Mengapa wilayah perbatasan perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah?
Artikel kelompok 4
Depok akan Bangun Tol Lingkar Luar
Artikel kelompok 5
TATA RUANG SANGAT MENENTUKAN PENGURANGAN RESIKO
BENCANA
Berdasarkan data yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) setidaknya telah terjadi 438 bencana di
Indonesia pada awal tahun 2018 ini saja. Tingginya frekuensi bencana menyebabkan hal ini menjadi prioritas nasional. Oleh
karena itu, salah satu hal yang ditunggu banyak pihak adalah lahirnya Pedoman Perencanaan Tata Ruang Berbasis
Pengurangan Resiko Bencana. “Pedoman ini ditargetkan menjadi Peraturan Menteri ATR/ BPN pada tahun ini”, ujar Agus
Sutanto, Direktur Penataan Kawasan, Ditjen Tata Ruang dalam sambutan pembukanya pada Focus Group
Discussion ( FGD) Penyusunan Platform Penataan Kawasan Rawan Bencana di Jakarta(7/6).
Pengurangan Risiko Bencana bertujuan untuk mengurangi warga dan infrastruktur penting terdampak. “Tata Ruang sangat
menentukan pengurangan resiko bencana”, ujar Raditya Jati, Direktur Pengurangan Risiko Bencana, BNPB. Namun kondisi
saat ini, Perda Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan belum memberikan perhatian khusus terhadap aspek
kebencanaan. “Tata ruang yang memberikan perhatian khusus pada aspek kebencanaan akan meminimalkan resiko yang
terjadi terhadap jiwa dan infrastruktur penting yang telah dibangun”, tegas Agus.
Setidaknya terdapat lima potensi bencana yang menjadi perhatian, yaitu banjir, longsor, gerakan tanah, gunung api dan
gempa bumi. Banyaknya jenis bencana yang perlu mendapat perhatian sering membingungkan daerah dalam proses
penyusunan RTRW. Untuk itu perlu dilakukan integrasi dan sinergi data kebencanaan yang dihasilkan wali data yang
berbeda dalam sebuah sistem. “Resiko bencana idealnya dipahami secara detil untuk masing-masing daerah”, ujar Radit.
Namun salah satu kendala yang selama ini dihadapi dalam penyusunan rencana tata ruang berbasis mitigasi bencana adalah
minimnya data yang tersedia. Data yang tersedia seringkali tidak sesuai dengan level rencana yang sedang disusun
khususnya rencana dengan skala besar seperti Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) yang memiliki skala 1:5000. “Saat ini,
kajian risiko yang tersedia di BNPB masih pada skala 1 : 250.000 dan skala 1: 50.000. Untuk skala 1:25.000 hanya tersedia
untuk kabupaten/kota prioritas berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM)”, lanjut Radit.
Hal senada juga disampaikan oleh Rachmat Triyono, Plt. Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami, BMKG bahwa saat ini
memang belum tersedia peta dalam skala besar. Untuk itu perlu ditemukan terobosan untuk mengatasi kendala data ini.
“Jenis bencana tertentu seperti gempa bumi tidak perlu dijabarkan terlalu detil karena dapat terlihat dari dampak yang terjadi
di wilayah tersebut”, ujar Rachmat. Terobosan lainnya yang disepakati forum adalah perlunya perhatian terkait skenario
pengembangan wilayah. “Wilayah yang diprediksi perkembangannya sangat pesat adalah wilayah yang sangat perlu
dilengkapi peta kebencanaan dalam skala besar”, ujar Agus. Untuk wilayah dengan pengembangan yang tergolong rendah,
penyusunan RDTR dapat menggunakan peta kebencanaan dengan skala maksimal yang tersedia.
Jenis bencana sangat mempengaruhi apakah suatu kawasan dapat dibangun atau tidak. “Kawasan Rawan Bencana (KRB)
tinggi gunung api dan kawasan yang termasuk rawan tsunami tidak dapat dikembangkan menjadi kawasan permukiman.
Namun untuk kawasan rawan gempa bumi masih dapat dijadikan hunian dengan mengacu pada building code,” ujar
Sumaryono, Kasubbid Gerakan Tanah, PVMBG. Untuk itu ketentuan terkait bangunan (building code) penting untuk
diperhatikan dalam RDTR dan peraturan zonasinya.
Terobosan lain yang mengemuka dalam forum adalah penggunaan modelling dalam mengatasi kendala data. “Kami
melakukan permodelan banjir dalam penyusunan peta risiko yang berbasis Daerah Aliran Sungai (DAS)”, ujar Oky Subrata,
Kasi Penyelenggaraan Teknis, Balai Hidrologi dan Tata Air, Kementerian PUPR. Perpaduan antara penentuan jenis bencana
mana yang memerlukan penjabaran dalam peta skala besar, skenario perkembangan wilayah dan penggunaan modelling
diharapkan dapat mengatasi kendala yang selama ini dihadapi dalam penyusunan peta resiko bencana.
Dapat disimpulkan, wilayah adalah area di permukaan bumi yang dibatasi oleh kenampakan tertentu
yang bersifat khas dan membedakan wilayah tersebut dengan wilayah lainnya. Misalnya, wilayah
hutan berbeda dengan wilayah pertanian, wilayah kota berbeda dengan perdesaan.
B. Pembagian Wilayah
1. Wilayah Formal (Uniform Region)
Wilayah yang dicirikan berdasarkan keseragaman atau homogenitas tertentu. Misalnya berdasarkan
kriteria fisik atau alam maupun kriteria sosial budaya.
1. Wilayah formal berdasarkan kriteria fisik didasarkan pada kesamaan topografi, jenis batuan,
iklim, dan vegetasi. Misalnya wilayah pegunungan kapur (karst), wilayah beriklim dingin,
dan wilayah vegetasi mangrove.
2. Wilayah formal berdasarkan kriteria sosial budaya misalnya wilayah suku Banjar, wilayah
industri tekstil, dan wilayah pertanian sawah basah.
2. Wilayah Fungsional (Nodal Region)
Wilayah yang dicirikan dengan kegiatan yang saling berhubungan antara beberapa pusat kegiatan
secara fungsional. Misalnya wilayah Jabodetabek secara fisik memang berbeda (heterogen), namun
secara fungsional saling berhubungan dalam memenuhi kebutuhan hidup di setiap wilayah.
Pembagian wilayah menurut Rustiadi sebagai berikut.
a. wilayah homogen
konsep wilayah homogen adalah konsep wilayah yang didasarkan pada
kenyataan bahwa faktor-faktor dominan pada wilayah tersebut bersifat
homogen. Sementara itu, faktor-faktor yang tidak dominan mungkin saja
beragam (hetergon). Faktor alamiah antara lain mencakup kemampuan
topografi dan iklim. Sedangkan faktor artifisial antara lain mencakup faktor-
faktor sosial seperti suku bangsa, budaya, perilaku sosial, pandangan politik,
dan tingkat pendapatan.
b. wilayah sistem/fungsional
wilayah fungsional merupaan konsep wilayahsebagai suatu yang menekankan
perbedaan dua komponen wilayah yang terpisah berdasarkan fungsinya.
Konsep ini terdii dari dua hal sebagai berikut.
1) Konsep wilayah sistemm sederhana (dikotomis), konsep ini mengacu pada
wilayah yang bertumpu pada sistem kebergantungan atau keterkaitan anatar
dua bagian wilayah.
2) Konsep wilayah sistem kompleks (nondikotomis), konsep ini
menggambarkan interaksi antarwilayah sebagai suatusistem yang terdiri dari
berbagai komponen-komponen bersifat kompleks.
c. wilayah perencanaan/pengelolaan (planning region atau programming region)
wilayah perencanaan/pengelolaan tidak selalu berwujud administratif,
melainkan dapat berupa wilaya yang memiliki sifat-sifat tertentu baik sifat
alamiah maupun nonalamiah. Wilayah perencanaan khusu dapat ditunjukkan
untuk percepatan ertumbuhan wilayah serta produktivitas atau mobilisasi
sumber daya dan efisiensi. Contohnya, kawasan pengembangan ekonomi
terpadu (kapet). Kawasan ini merupakan wilayah geografis dengan batas-batas
tertentu yang memiliki potensi untuk seat tumbuh, dan / atau mempunyai
sektor unggulan yang dapat menggerakan pertumbuhan ekonomi di wilayah
sekitarnya, dan / atau memerlukan dana insvestasi yang besar bagi
pengembangnya.
C. Perwilayahan
Perwilayahan (regionalisasi) adalah suatu proses penggolongan wilayah berdasarkan kriteria tertentu.
Klasifikasi atau penggolongan wilayah dapat dilakukan secara formal maupun fungsional. Dalam
perencanaan pembangunan, pemerintah harus memahami kondisi suatu wilayah karena setiap wilayah
memiliki kondisi yang berbeda-beda.
Penggolongan wilayah secara garis besar terbagi atas:
1. Natural Region (Wilayah Alamiah atau Fisik); berdasarkan ketampakan alami, seperti
wilayah pertanian dan kehutanan.
2. Single Feature Region (Wilayah Ketampakan Tunggal); berdasarkan pada satu ketampakan,
seperti wilayah berdasarkan iklim, hewan, atau iklim saja.
3. Generic Region (Wilayah Berdasarkan Jenisnya); didasarkan pada ketampakan jenis atau
tema tertentu. Misalnya di wilayah hutan hujan tropis yang ditonjolkan hanyalah flora tertentu
seperti anggrek.
4. Specific Region (Wilayah Spesifik atau Khusus); dicirikan kondisi grafis yang khas dalam
hubungannya dengan letak, adat istiadat, budaya, dan kependudukan secara umum. Misalnya
wilayah Asia Tenggara, Eropa Timur, dsb.
5. Factor Analysis Region (Wilayah Analisis Faktor); berdasarkan metoda statistik-deskriptif
atau dengan metoda statistik-analitik. Penentuan wilayah berdasarkan analisis faktor terutama
bertujuan untuk hal-hal yang bersifat produktif, seperti penentuan wilayah untuk tanaman
jagung dan kentang.
Pembangunan adalah upaya secara sadar dari manusia untuk memanfaatkan lingkungan dalam usaha
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan adanya pembangunan, kehidupan dan kesejahteraan manusia
dapat meningkat.
Pembagian wilayah ditujukan untuk pemantapan dalam perumusan dan pengarahan kegiatan
pembangunan. Hal tersebut bertujuan agar pelaksanaan pembangunan bisa berjalan serasi dan
seimbang, baik di dalam wilayah pembangunan maupun antarwilayah pembangunan di seluruh
Indonesia.
Tujuan akhir pembagian wilayah pembangunan ini adalah pemerataan pembangunan di seluruh
wilayah Indonesia.
Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah merupakan salah satu cara untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan
pembangunan.
Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018, maka pengembangan wilayah akan
ditujukan pada pertumbuhan dan pemerataan pembangunan. Pertumbuhan pembangunan daerah pada
tahun 2018 akan didorong melalui pertumbuhan peranan sektor jasa-jasa, sektor industri pengolahan
dan sektor pertanian. Peningkatan kontribusi sektor-sektor tersebut dilakukan seiring dengan terus
dikembangkannya kawasan-kawasan strategis di wilayah yang menjadi main prime mover (pendorong
pertumbuhan utama) antara lain Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Industri, Kawasan
Perkotaan (megapolitan dan metropolitan), Kawasan Pariwisata serta Kawasan yang berbasis
pertanian dan potensi wilayah seperti agropolitan dan minapolitan.
F. Pertumbuhan wilayah
Merupakan laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Pusat
pertumbuhan (growth pole) adalah suatu wilayah atau kawasan yang pertumbuhan pembangunannya
sangat pesat jika dibandingkan dengan wilayah lainnya sehingga dapat dijadikan sebagai pusat
pembangunan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan wilayah lain di sekitarnya.
Jakarta, salah satu pusat pertumbuhan di Indonesia. (Sumber: fourseasons.com).
1. Teori tempat sentral (Walter Christaller). Menurut Christaller, kota sentral merupakan pusat
bagi daerah sekitarnya yang menjadi penghubung perdagangan dengan wilayah lain. Selanjutnya,
Christaller menyebutkannya sebagai tempat sentral karena tempat yang sentral tersebut tidaklah
semata-mata hanya bergantung kepada aspek permukiman penduduk. Dalam teori in digambarkan
bahwa tempat sentral merupakan suatu titik simpul dari suatu bentuk heksagonal atau segienam.
Daerah segienam ini merupakan wilayah-wilayah yang penduduknya mampu terlayani oleh tempat
yang sentral tersebut. Tempat sentral dan daerah yang dipengaruhinya (komplementer), pada dasarnya
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu hirarki 3 (K=3), hirarki 4 (K=4), dan hirarki 7 (K=7).
a. Hirarki 3 (K=3)
Pusat pelayanan berupa pasar yang selalu menyediakan kebutuhan bagi daerah sekitarnya, sering
disebut kasus pasar optimal. Selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, wilayah ini juga
mempengaruhi sepertiga bagian dari masing-masing wilayah tetangganya.
Struktur ini disebut Christaller sebagai asas pasar. Dalam arti, semua daerah harus dilengkapi
dengan barang-barang yang diperlukan dan lokasi tempat-tempat sentral harus harus sesedikit
mungkin.
b. Hirarki 4 (k=4)
Wilayah ini dan daerah sekitarnya yang terpengaruh memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang
paling efisien. Tempat sentral ini disebut pula situasi lalu lintas yang optimum. Situasi lalu lintas
yang optimum ini memiliki pengaruh setengah bagian di masing-masing wilayah tetangganya.
Struktur ini disebut Christaller sebagai asas pengangkutan. Menurut asas pengangkutan,
penyebaran tempat-tempat sentral paling menguntungkan apabila terdapat tempat penting terletak
pada jalan yang menghubungkan dua kota. Jalan penghubung dua kota ini hendaknya berjarak pendek
dan lurus.
c. Hirarki 7 (k=7)
Selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi seluruh bagian (satu bagian) masing-
masing wilayah tetangganya. Wilayah ini disebut juga situasi administratif yang optimum. Situasi
administratif yang dimaksud dapat berupa kota pusat pemerintahan. Pengaruh tempat yang sentral
dapat diukur berdasarkan hirarki tertentu, dan bergantung pada luasan heksagonal yang dilingkupinya.
Menurut Christaller, daerah ini sesuai dengan asas pemerintahan. Asas pemerintahan lebih ditekankan
pada penyatuan dan perlindungan kelompok masyarakat yang terpisah dari ancaman musuh. Oleh
karena itu, sebuah tempat sentral ideal menurut asas pemerintahan adalah kota besar yang berada di
tengah-tengah kota dan dikelilingi oleh kotakota satelit dan tak berpenghuni di pinggirnya.
Ketiga asas yang telah dikemukakan, masing-masing menentukan sistem tempat-tempat sentral
dengan cara yang berbeda-beda. Asas pasar dan pengangkutan dipengaruhi oleh motif ekonomi,
sedangkan asas pemerintahan dipengaruhi oleh kekuasaan negara.
sumber: sutartogeo.blogspot.co.id
Gambar di atas mencerminkan progresi wilayah pasaran untuk berbagai barang dan jasa dengan
ambang yang semakin meningkat. Masing-masing barang dan jasa terdapat di berbagai wilayah
pasaran pada bentang lahan yang disusun dengan penumpukan di atas wilayah pasaran lainnya yang
berbentuk heksagonal.
Daerah dengan penduduk padat akan cepat berkembang (gambar A ditunjukkan dengan titik-titik, B
berupa noda hitam serta di C secara mendetail). Berdasarkan teori sektor oleh Losch dapat
disimpulkan bahwa suatu kota akan lebih cepat berkembang bila penduduknya padat dengan wilayah
yang luas.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan
ruang wilayah negara yang dijadikan acuan untuk perencanaan jangka panjang. Jangka waktu
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah 20 (dua puluh) tahun, ditinjau kembali satu
kali dalam lima tahun.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) memuat:
1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;
2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;
3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional;
4. Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta
keserasian antarsektor;
5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
6. Penataan ruang kawasan strategis nasional;
7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan pengembangan struktur
ruang dan pola ruang.
Struktur ruang wilayah nasional:
1. Akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah.
2. Kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi,
dan sumber daya air.