Anda di halaman 1dari 26

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMA X
Mata Pelajaran : Geografi
Kelas/Semester : X IIS/Ganjil
Materi Pokok : Konsep Wilayah dan Tata Ruang
Alokasi Waktu : 4 x 4 JP (45’)

A. Kompetensi Inti
No Kompetensi Inti
1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,
gotong
royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

3 Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin


tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian
tampak mata
4 Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta
bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan

B. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1. Memahami 3.1.1. Menjelaskan pengertian konsep wilayah dan tata ruang
konsep wilayah 3.1.2. Menjelaskan pembangunan dan perkembangan wilayah
dan perwilayahan 3.1.3. Menjelaskan perencanaan tata ruang nasional, provinsi,
dala perencanaan dan kabupaten / kota
tata ruangwilayah 3.1.4. Menganalisa permasalahan dalam penerapan perencanaan
nasional, tata ruan wilayah.
provinsi, dan
kabupaten/kota
4.1. Membuat peta 4.1.1. Mengumpulkan informasi/data melalui observasi berkiatan
pengelompokan penggunaan lahan di wilayah baik kabupaten / kota /
provinsi
penggunaan lahan 4.1.2. Mengolah informasi/data melalui observasi berkaitan
di wilayah dengan penggunaan lahan di wilayah baik kabupaten / kota /
kabupaten / kota/ provinsi
4.1.3. Menyajikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan
provinsi lahan di wilayah kabupaten / kota / provinsi dalam bentuk
berdasarkan data peta
wilayah setempat

C. Tujuan
Melalui pembelajaran berbasis aktivitas diharapkan peserta didik mampu: memahami konsep
dasar wilayah dan tata ruang wilayah dan berbagai permasalahan yang teradi karena adanya
perencanaan wilayah. Menyajikan contoh pembuatan perencanaan tata ruang baik di wilayah
kabupaten / kota/ provinsi dengan mengembangkan nila karakter gotong royong dan kerja
sama.

D. Materi Pembelajaran
1. Wilayah dan tata ruang, meliputi:
a. Pengertian wilayah
b. Konsep wilayah
c. Perwilayahan
d. Tata ruang
2. Pembanguanan dan pertumbuhan wilayah, meliputi:
a. Pembangunan wilayah
b. Pertumbuhan wilayah
3. Perencanaan tata ruang nasiona, provinsi, dan kabupaten / kota

E. Metode:
 Tanya jawab
 Diskusi
 Penugasan
Model :
 Learning commmunity dengan Discovery learning
F. Media pembelajaran:
Alat:
 LCD Proyektor
 Laptop
 Peta,dan Power point

Sumber:
 Yasindhu Sinto P. 2016. Geografi SMA Kelas XII. Jakarta : Erlangga
 Internet

G. Langkah Pembelajaran:
5. Pertemuan kelima
Indikator Pencapaian Kompetensi:

3.1.2. Menjelaskan perencanaan tata ruang nasional, provinsi, dan kabupaten / kota

Rincian kegiatan waktu


Kegiatan Pendahuluan 15
Guru : Menit
Orientasi (Menunjukkan sikap disiplin sebelum memulai proses pembelajaran,
menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang dianut (Karakter) serta membiasakan
membaca dan
memaknai (Literasi).
 Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai
pembelajaran
 Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
 Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan
pembelajaran.
Apsersepsi
 Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
dengan pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan
sebelumnya,
 Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
 Mengajukan pertanyaan yang terkait dengan pelajaran yang akan
dilakukan.
Motivasi
 Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan
dipelajari.
 Apabila materi/tema/projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-
sungguh maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang:
 Perencanaan tata ruang nasional, provinsi, kabupaten/ kota.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
 Mengajukan pertanyaan.
Pemberian Acuan
 Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat
itu.
 Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan
KKM pada pertemuan yang berlangsung
 Pembagian kelompok belajar
 Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan
langkah langkah pembelajaran.

Kegiatan Inti
Sintak model Kegiatan pembelajaran
pembelajaran
Orientasi peserta  Mengamati
didik kepada Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk
masalah memusatkan perhatian (Berpikir kritis dan bekerjasama 60
(4C) dalam mengamati permasalahan (literasi membaca) menit
dengan rasa ingin tahu, jujur dan pantang menyerah
(Karakter)pada topic dengan cara :
 Melihat (tanpa atau dengan alat) Berpikir kritis dan
bekerjasama (4C) dalam mengamati permasalahan
(literasi membaca) dengan rasa ingin tahu, jujur dan
pantang menyerah (Karakter). Menayangkan
gambar/foto/tabel
 Mengamati Berpikir kritis dan bekerjasama (4C)
dalammengamati permasalahan (literasi membaca)
dengan rasa ingin tahu, jujur dan pantang menyerah
(Karakter). lembar kerja, pemberian contoh-contoh
materi/soal untuk dapat dikembangkan peserta
didik, dari media interaktif,
 Membaca (dilakukan di rumah sebelum kegiatan
pembelajaran berlangsung), (Literasi) materi dari
buku paket atau buku-buku penunjang lain,
 Mendengar pemberian materi oleh guru
 Menyimak, penjelasan pengantar kegiatan/materi
secara garis besar/global tentang materi pelajaran
untuk melatih kesungguhan, ketelitian, mencari
informasi.
Membimbing  Mengumpulkan informasi
penyelidikan Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi (Berpikir
individu dan kritis, kreatif, bekerjasama dan saling berkomunikasi dalam
kelompok kelompok (4C), dengan rasa ingin tahu, tanggung jawab dan
pantang menyerah (Karakter),literasi (membaca) yang dapat
mendukung jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan, baik dari buku paket maupun sumber lain seperti
internet; melalui kegiatan:
 Membaca sumber lain selain buku teks,
Mengunjungi perpustakaan untuk melhat-lihat peta
perencanaan tata ruang nasional, provinsi, kabupaten / kota.

 Mengumpulkan informasi
Mengumpulkan data/informasi melalui diskusi kelompok
atau kegiatan lain guna menemukan solusi masalah terkait
materi
pokok yaitu: perencanaan tata ruang nasional, provinsi,
kabupten / kota.
Aktivitas (Mengembangkan kemampuan berpikir kritis,
kreatif, berkomunikasi dan bekerjasama (4C)
 Peserta didik diminta mencari materi yang berkaitan
dengan perencanaan tata ruang nasional, provinsi, kabupaten
/ kota.

 Mendiskusikan Berpikir kritis, kreatif, bekerjasama


dan saling berkomunikasi dalam kelompok (4C),
dengan rasa ingin tahu dan pantang menyerah
(Karakter) Peserta didik dibagi menjadi enam
kelompok dengan anggota 4-5 orang. Diskusi
tentang artikel yang berkaitan dengan perencanaan
tata ruang nasional, provinsi, kabupaten / kota.
Menanggapi artikel yang berkaitan dengan
perencanaan tata ruang.
Pembagian kelompok dan artikel terlampir di
halaman lampiran.
Saling tukar informasi
Proses diskusi ini ditanggapi aktif oleh peserta didik dari
kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan
baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok.

Mengembangkan Mengkomunikasikan
dan menyajikan  Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
hasil karya  Menyampaikan hasil diskusi berupa kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau
media lainnya untuk mengembangkan sikap jujur,
teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan sopan
 Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara
klasikal
 Mengemukakan pendapat atas presentasi yang
dilakukan dan ditanggapi oleh kelompok yang
mempresentasikan
 Bertanya atas presentasi yang dilakukan dan peserta
didik lain diberi kesempatan untuk menjawabnya
 Menyimpulkan tentang point-point penting yang
muncul dalam kegiatan pembelajaran
 Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau
guru melemparkan beberapa pertanyaan kepada
siswa.
 Menyelesaikan uji kompetensi yang terdapat pada
buku pegangan peserta didik atau pada lembar lerja
yang telah disediakan secara individu untuk
mengecek penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran
Menganalisa & Mengasosiasikan
mengevaluasi Peserta didik menganalisa masukan, tanggapan dan koreksi
proses dari guru terkait pembelajaran
pemecahan Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan dari hasil
masalah kegiatan/pertemuan sebelumnya maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi yang
sedang
berlangsung dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pada
lembar
kerja.

Catatan :
Selama pembelajaran berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam
pembelajaran
yang meliputi sikap: disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh
menghadapi
masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan)
Kegiatan Penutup
Peserta didik :
Membuat rangkuman/simpulan pelajaran. tentang point-point penting yang
muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan. 25
Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. menit
Guru :
Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa. Peserta didik
yang
selesai mengerjakan projek dengan benar diberi paraf serta diberi nomor urut
peringkat, untuk penilaian projek.
Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan
kerjasama yang baik
Evaluasi secara individu dengan tes tertulis
Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya dengan
materi permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan karena perencanaan tata
ruang.
Memberi salam
H. Pembelajaran, remedial dan pengayaan
Penilaian Teknik Rubrik Instrumen Remedial Pengayaan
Penilaian Penilaian Penilaian ( < KKM) ( >KKM)
Sikap : Observasi 1) Pembelajaran 1) Belajar
Pengetahuan : tertulis ulang kelompok
Keterampilan : tugas 2) Pemberian 2) Belajar
kelompok bimbingan mandiri
secara khusus 3) Pembelajaran
Terlampir 3) Pemberian berbasis tema
tugas-tugas
latihan secara
khusus
4) Pemanfaatan
tutor sebaya

, …………. 2018
Mengetahui Kepala SMAN Guru Mata Pelajaran Geografi

Lampiran

Lampiran Penilaian:

 Instrumen Penilaian kelima

1.1. Instrument Penilaian Sikap


Nama Satuan Pendidikan : SMA Negeri ....
Tahun Pelajaran : 2018-2019
Kelas/semester : X /Ganjil
Mata pelajaran : Geografi

N Waktu Tindak
Nama Peserta Didik Kejadian prilaku Butir sikap Pos/neg
o lanjut
1 +
2
3
4
5

1.2. Instrument Penilaian Keterampilan

Materi : perencanaaan tata ruang nasional, provinsi, kabuaten / kota.


Indikator PK : menjelaskan perencanaan tata ruang nasional, provinsi, kabupaten / kota.

1.2.1. Penilaian diskusi kelompok


Jenis tagihan : Tugas kelompok
Bentuk tagihan : Hasil kerja kelompok
Contoh instrumen : Diskusikan mengenai artikel-artikel yang
berkaitan dengan materi perencanaan tata ruang nasional,
provinsi, dan kabupaten / kota, yakni sebagai berikut:
1. Kelompok 1 tentang “Negara harus hadir dalam perencanaan tata ruang nasional”
2. Kelompok 2 tentang “ Pelaku Ekonomi Dukung Pembangunan Bandara Kulon Progo”
3. Kelompok 3 tentang “ Perlunya Penyelesaian Tata Batas Negara di Kawasan
Perbatasan Negara Oepoli”
4. Kelompok 4 tentang “ Depok akan Bangun Tol lingkar Luar”
5. Kelompok 5 tentang “ Tata Ruang sangat Menentukan Pengurangan Resiko Bencana”
Aspek Nilai
A. Isi Materi
 Tulisan rapi, mudah dibaca dan sistematis
 Hasil diskusi menggambarkan tentang berbagai pertumbuhan wilayah
wilayah.
B. Kerjasama Kelompok
 Semua anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam diskusi
 Semua anggota kelompok mengerti dan memahami mengenai materi yang di
diskusikan
C. Presentasi
 Berdiri tegap menghadap dan dapat menjaga kontak mata dengan audien
 Dapat menyampaikan materi dengan suara yang baik, bahasa yang santun dan
sistematis
 Menyampaikan materi dengan intonasi dan bahasa tubuh yang menyakinkan
audien
Nilai rata-rata
Kriteria Penilaian:

Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif


A 4 > 80
B 3 75 – 80
C 2 72 - 74
D 1 < 72

3.1. Instrument Penilaian Pengetahuan


Materi perencanaan tata ruang nasional, provinsi, kabupaten / kota
Indikator PK :
3.1.2. Menjelaskan perencanaan tata ruang nasional, provinsi,
kabupaten / kota.

Kelas/Semester: X / Ganjil
Soal uraian
kisi-kisi

No Kompetensi Dasar Materi Level Indikator Soal Nomor soal


Kognitif
1 3.1.3Menjelaskan - pengertian C1 1. Disajikan soal
perencaan tata ruang perencanaa tentang
nasional, provinsi, n wilayah pengertian
perencanaan
kabupaten / kota
wilayah menurut
Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia No.26
Tahun 2008
tentang Rencana
Tata Ruang
- tatacara C2 Wilayah
perencanaa Nasional.
n wilayah
2. Diberikan soal
untuk membuat
urut-urutan
tentang tata cara
C2 perencanaan
wilayah pad
tingkat
kabupaten.
3. Diberikan soal
C3
tentang masa
berlaku RTRW

4. Diberikan soal
tentang perlunya
perencanaan tata
ruang

Soal – soal :
1. Mengapa wilayah perlu mengatur dalam perencanaan tata ruangnya?
2. Apa yang dimaksud dengan perencanaan tata ruang menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional!
3. Buatlah skema tentang urut-urutan perencanaan tata ruang wilayah di tingkat kabupaten!
4. Berapa lama RTRW dapat dikaji ulang dan diperbarui!

Kunci Jawaban:
1. Wilayah perlu mengatur dalam perencanaan tata ruang, hal ini dikarenakan tujuan
dari perencanaan tersebut adalah untuk memberikan keuntungan disegala aspek
sehingga erlu direncanakan dengan matang dan berkelanjutan tentunya.
2. Perencanaan tata ruang menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia adalah
arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara.
3. Urut-urutan perencanaan tata ruang ditingat Kabuaten, yakni sebagai berikut:
a. Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten mengacu
pada:
 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata ruang
wilayah provinsi;
 pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang;
dan
 rencana pembangunan jangka panjang daerah.

b. Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten harus


memperhatikan:
 perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian
implikasi penataan ruang kabupaten;
 upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
kabupaten;
 keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten;
 daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
 rencana pembangunan jangka panjang daerah;
 rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan; dan
 rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten.

c. Muatan, Fungsi, dan Jangka Waktu Rencana Tata Ruang


1) Rencana tata ruang wilayah kabupaten memuat:

 tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah


kabupaten;
 rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi
sistem perkotaan di wilayahnya yang terkait dengan kawasan
perdesaan dan sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten;
 rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan
lindung kabupaten dan kawasan budi daya kabupaten;
 penetapan kawasan strategis kabupaten;
 arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi
indikasi program utama jangka menengah lima tahunan; dan
 ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten
yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan
perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan
sanksi.

2) Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi pedoman


untuk:

 penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;


 penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
 pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di
wilayah kabupaten;
 mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
antarsektor;
 penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
 penataan ruang kawasan strategis kabupaten.

3) Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi dasar


untuk penerbitan perizinan lokasi pembangunan dan
administrasi pertanahan.
4) Jangka waktu rencana tata ruang wilayah kabupaten
adalah 20 (dua puluh) tahun.
5) Rencana tata ruang wilayah kabupaten sebagaimana
dimaksud ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.
6) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan
dengan bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan dan/atau perubahan batas
teritorial negara, wilayah provinsi, dan/atau wilayah
kabupaten yang ditetapkan dengan Undang-Undang,
rencana tata ruang wilayah kabupaten ditinjau kembali
lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
7) Rencana tata ruang wilayah kabupaten ditetapkan dengan
peraturan daerah kabupaten.
8) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud di atas
ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten.

4. Setiap 5 tahun sekali

Artikel kelompok 1

Negara Harus Hadir dalam Perencanaan Tata Ruang Nasional


Suasana di Stasiun Maja, Banten, setelah direnovasi, Senin (23/5/2016). Tiga stasiun kereta komuter
di wilayah Jabodetabek, yaitu Stasiun Kebayoran, Stasiun Parung Panjang, dan Stasiun Maja,
direnovasi menjadi lebih modern untuk mengakomodasi jumlah penumpang yang semakin banyak.
(KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI) JAKARTA, KOMPAS.com - Percepatan
pembangunan infrastruktur tengah dilakukan di semua lini. Namun, sejalan dengan itu pula, terdapat
lebih dari 5.000 Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi di semua kota dan
kabupaten yang harus diselesaikan. Tantangan pembangunan ke depan harus dijawab melalui
perencanaan tata ruang nasional yang berfokus pada penyelarasan daya dukung ruang, ketersedian
lahan dengan target pembangunan. "Negara harus hadir dalam melakukan perencanaan tata ruang
nasional agar menciptakan ruang-ruang layak hidup dan mampu menopang kesejahteraan masyarakat
Indonesia," ujar Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Bernardus Djonoputro melalui
keterangan tertulis, Selasa (30/1/2018). Selama ini, kata dia, harapan perencanaan kota-kota masa
depan yang nyaman dan produktif masih sebatas tataran wacana populis. Bernardus menambahkan,
pentingnya memahami ruang secara kesatuan, tanah-air-udara, semestinya diikuti dengan pengaturan
yang utuh. Hal tersebut sebagai upaya untuk mencegah ketidakseimbangan maupun
ketidakharmonisan dalam pemanfaatan ruang. Upaya harmonisasi pengaturan ruang dan perencanaan
juga diperlukan agar tahapan pembangunannya menjadi jelas. Isu lintas sektor dalam perencanaan
menekankan pentingnya pendekatan holistik perencanaan dan terakomodasinya semua matra ruang.
Urusan tata ruang juga tidak dapat dilepaskan dari pengembangan perkotaan dan perdesaan, maupun
pengembangan wilayah strategis dan khusus lainnya. Bernardus menekankan, harus ada upaya
paduserasi sektoral harus perubahan positif dalam penataan ruang dan pertanahan. Perubahan ini
terutama harus lebih peka terhadap pelayanan mayarakat umum, kepastian hukum dan pada gilirannya
membawa Indonesia menjadi semakin kompetitif di konstelasi regional. "Fokus ke depan hendaknya
diarahkan pada perencanaan ruang Indonesia yang inovatif, mumpuni, yang berpihak kepada
kebutuhan masyarakat, dan tata ruang menjadi panglima pembangunan dan pemanfaatan ruang,"
imbuh Bernardus. Ia melanjutkan, tata ruang seharusnya menjadi penjamin investasi yang
berkelanjutan, bukan penghambat. Paket kebijakan deregulasi perijinan dan insentif dalam rangka
mendorong kemudahan berbisnis di Indonesia menjadi refleksi penting bagi tata ruang ke depan. Tata
ruang sebaiknya tidak hanya mengikuti kemauan pasar semata, tapi mampu mendorong iklim
investasi yang kondusif. Caranya, dengan mengarahkan kegiatan investasi agar menempati ruang
yang sesuai dengan prinsip keberlanjutan pembangunan. "Menyiapkan sistem pembangunan
perkotaan untuk 20 tahun ke depan dalam rangka menciptakan kota yang aman, tangguh, terbuka, dan
berkelanjutan se-bagaimana tuntutan Sustainable Development Goals (SDG) dan New Urban Agenda
(NUA) harus menjadi agenda penting bersama," tutur Bernardus. Langkah awal yang telah dilakukan
adalah mengarusutamakan SDGs dalam kebijakan pemerintah, komitmen pemerintah pusat-daerah
dan juga aspek fisik perencanaan dan perancangan kota yang terjadi selama kurun waktu beberapa
tahun terakhir. Tindak lanjut dalam bentuk program-program yang relevan oleh berbagai stake-holder
menjadi kunci keberhasilan. Selain itu, tindak lanjut ini juga berupa mengintegrasikan SDGs dengan
NUA, menyiapkan indikator keberhasilan dan mengamanatkannya sebagai bagian kinerja pemerintah
daerah, serta meningkatkan kapasitas kota.

Sumber: https://properti.kompas.com/read/2018/01/30/164421221/negara-harus-hadir-dalam-
perencanaan-tata-ruang-nasional.
Penulis : Arimbi Ramadhiani
Pertanyaan:

1. Bagaimana tanggapan anda tentang artikel Negara harus hadir dalam perencanaan tata ruang
nasional?
2. Mengapa perlu adanya pembangunan yang SDG atau Sustainable Development Goals?
3. Apa maksud dari negara harus hadir dalam perencanaan tata ruang nasional?
Artikel kelompok 2

Pelaku Ekonomi Yogyakarta Dukung Pembangunan Bandara Kulon


Progo

Bandara Kulon Progo. istimewa

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pelaku ekonomi di Yogyakarta yang tergabung dalam


Komunitas Ekonomi Jogja Istimewa dan Masyarakat Peduli Bandara NYIA (Bandara
Kulon Progo) mendeklarasikan dukungan terhadap pembangunan bandara tersebut.
"Ada beragam dampak positif yang bisa dirasakan masyarakat dengan keberadaan bandara
New Yogyakarta International Airport (NYIA). Oleh karena itu, kami memberikan
dukungan agar pembangunan bandara bisa berjalan lancar," kata salah satu inisiator
deklarasi Indro Kimpling Suseno seusai deklarasi di Yogyakarta, Senin, 16 Juli 2018.
Menurut Suseno, dampak positif yang bisa dirasakan masyarakat dengan keberadaan
bandara baru tersebut di antaranya meningkatnya kesejahteraan, membuka akses
internasional bagi barang dan angkutan penumpang, menambah lapangan kerja baru,
peluang usaha kian terbuka luas dan meningkatnya kunjungan wisata, akses perdagangan,
serta pendidikan.
Oleh karena itu, lanjut dia, seluruh pelaku ekonomi di Yogyakarta tidak ingin tinggal diam,
tetapi memberikan dukungan penuh terhadap pembangunan Bandara Kulon Progo sebagai
sebuah bentuk kepedulian.
"Ini adalah sejarah investasi terbesar yang pernah ada di DIY (Daerah Istimewa
Yogyakarta). Harapan kami, tidak ada lagi penolakan dari warga. Keberadaan bandara ini
adalah untuk kepentingan lebih besar. Apalagi sudah ada lebih banyak warga yang
merelakan tanahnya untuk pembangunan bandara," kata Suseno.
Proses pembangunan Bandara Kulon Progo terbentur masalah pembebasan lahan. Meski
begitu, pembangunan bandara tersebut terus diupayakan dan ditargetkan sudah dapat
dioperasionalkan pada April 2019.
Sumber: https://bisnis.tempo.co/read/1107474/pelaku-ekonomi-yogyakarta-dukung-
pembangunan-bandara-kulon-progo .
Pertanyaan:
1. Bagaimana tanggapan anda tentang artikel “ pelaku ekonomi Yogyakarta dukung
pembangunan bandara Kulon Progo”!
2. Apa dampak yang ditimbulkan dalam pembangunan bandara tersebut? Dampak
positif dan negatif!

Artikel kelompok 3
PERLUNYA PENYELESAIAN TATA BATAS NEGARA DI KAWASAN
PERBATASAN NEGARA OEPOLI

Dengan ditetapkannya Perpres 179 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT), diketahui bahwa Oepoli merupakan salah satu pusat pelayanan pintu gerbang dari 8 (delapan) lokasi
yang tersebar di Provinsi NTT. Pusat pelayanan pintu gerbang yang merupakan pusat kegiatan terdepan dalam peningkatan
pelayanan pertahanan dan keamanan negara serta kegiatan lintas batas di kawasan perbatasan negara. Sehubungan dengan
agenda kerja prioritas Presiden RI bahwa pembangunan kawasan perbatasan diprioritaskan, maka diperlukan penanganan
yang lebih diutamakan untuk kawasan perbatasan tersebut, dalam hal ini melalui Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kawasan Perbatasan Negara di Oepoli. Hal tersebut diungkapkan oleh Kasubdit Perencanaan dan Kemitraan Rahma
Julianti yang mewakili Direktur Perencanaan Tata Ruang Direktorat Jenderal Tata Ruang dalam Pembahasan Penjaringan
Isu Strategis di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Oepoli, di Kabupaten Kupang (25/5).
Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Kupang Victoria Kanahebi dalam sambutannya menyampaikan
bahwa kawasan perbatasan negara di Oepoli akan menjadi halaman terdepan wilayah perbatasan antara Kabupaten Kupang
dengan Timor Leste.
Rahma juga menambahkan penyusunan RDTR kawasan perbatasan negara di PLBN Oepoli ini sebagai alat operasional dari
Rencana Tata Ruang Kawasan Stategis Nasional. Oepoli yang memiliki 4 (empat) fungsi sebagai pusat pelayanan
kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan; pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara; pusat pelayanan
pendidikan dan kesehatan; dan pusat pelatanan sistem angkutan umum penumpang. “Fungsi PLBN disinii adalah gerbang
untuk distribusi barang, jasa, dan manusia”, lanjut Rahma.
Deliniasi awal kawasan perbatasan negara di PLBN Oepoli mencakup kawasan Naktuka dan Pulau Batek di Kecamatan
Amfoang Timur, dimana fungsi PLBN di Oepoli tersebar di 3 (tiga) lokasi yaitu Pos Oepoli Pantai, Pos Oepoli Tengah dan
Pos Oepoli Sungai.
Permasalahan yang ada di Oepoli yaitu sengketa tanah terkait tapal batas di Naktuka (Noel Besi-Citrana), Kerajaan Amfoang
(RI) dan Kerajaan Ambenu (Oecusse-Timor Leste). “Penanganan kawasan Naktuka harus segera diselesaikan di tingkat
pemerintah pusat tepatnya Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Luar Negeri. PLBN dapat dibangun jika kawasan
Naktuka sudah jelas statusnya”, ungkap Dandim Kupang 1604/Kupang Letkol Kav Aprilian.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian yaitu akses infrastruktur jalan yang belum memadai dan lintasan pada sungai yang
masih alami. Hingga tahun 2015 pembangunan jalan poros tengah Kabupaten Kupang baru terbangun 41 km dari 126 km
yang direncanakan. “Jalan poros tengah ini sangat penting bagi Kabupaten Kupang, karena akan menghubungkan jalan dari
Kabupaten Kupang menuju wilayah perbatasan Timor Leste di Oecusse.” ungkap Kabid Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi NTT Nara Lourensius.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut, perwakilan dari Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Nusa Tenggara TImur dan
Kabupaten Kupang, PDAM, Komando Distrik Militer, dan Kepolisian Resor. (aps)
Sumber: http://tataruang.atr-bpn.go.id/Berita/Detail/3412
Pertanyaan:
1. Bagaimana tanggapan anda tentang artikel “ Perlunya penyelesaian tata batas negara di kawasan perbatasan negara
Oepoli”?
2. Mengapa wilayah perbatasan perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah?
Artikel kelompok 4
Depok akan Bangun Tol Lingkar Luar

Pembangunan jalan tol Jakarta Outer ring road


Foto: Antara
REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pembangunan jalan di Kota Depok seperti tak ada habisnya. Setelah
berbagai rencana jalan tol, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kota Depok
merencanakan proyek pembangunan jalan Depok Outer Ring Road (DORR) untuk menunjang
kelancaran lalu lintas dari dan menuju Depok.
Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Depok Enco Kuryasa mengatakan, rencananya
proyek tersebut akan dimulai tahun depan. Diskusi proyek pembangunan jalan yang menghubungkan
antara Depok, Bekasi, serta Cianjur juga, sudah dilakukan sejak 2012. “Teknisnya belum dapat
dipastikan. Saat ini, masih dalam pengkajian dari pemerintah pusat. Maunya jika tidak ada halangan
dan jika sudah ada dananya, mungkin akan dimulai tahun depan,” ujar Enco kepada Republika, Jumat
(10/5).
Enco menjelaskan, untuk mengatasi kemacetan, DORR akan dibangun mulai dari Jalan Kartini Raya
hingga Jalan Raya Citayam. Di sepanjang kedua jalan itu akan terkena pelebaran. Adapun rute DORR
akan melewati Jalan Raya Sawangan, Jalan Raya Cipayung, kemudian melintasi Sungai Ciliwung,
Cilodong, Sukmajaya, Terminal Jatijajar, hingga Tol Jagorawi. Akhirnya, DORR akan tembus hingga
Kota Bekasi.
Pemerintah Kota Depok akan memperlebar Jalan Raya Sawangan dan Tole Iskandar menjadi 16 meter
dimulai dari pertigaan Jalan Siliwangi hingga simpang Cimanggis. Ruas di kanan dan kiri jalan raya
sepanjang 11 kilometer itu terkena pelebaran sampai delapan meter. Sementara, untuk Jalan Raya
Sawangan, pelebaran akan dimulai dari pertigaan Jalan Dewi Sartika hingga Bojongsari atau Jalan
Raya Parung. Panjang pelebaran ruas ini ialah tujuh kilometer. Saat ini, semuanya masih dalam
tahap detailed engineering design (DED).
Enco melanjutkan, selain untuk mengatasi kemacetan arus lalu lintas kota yang tengah berkembang
ini, pelebaran jalan tersebut juga ditujukan untuk mendukung perkembangan Kota Depok di bagian
barat, terutama Kecamatan Sawangan dan Bojongsari. Dana pembebasan lahan untuk proyek DORR
mencapai Rp 880 miliar dengan harga tanah per meter perseginya sekitar Rp 5 juta. Nilai tersebut
belum ditambahkan dengan biaya untuk pelebaran di Jalan Raya Sawangan. Diperkirakan,
pembangunan DORR memakan dana Rp 1 triliun.
Jangan seperti JORR
Saat ini saja, sedang ada dua proyek pembangunan jalan tol yang menghubungkan Depok dengan
wilayah lain, yaitu Tol Cinere-Jagorawi (Cijago) dan Depok-Antasari (Desari) yang diharapkan bisa
mengurai kemacetan yang selalu menghantui Depok. Pengamat Perkotaan Yayat Supriyatna menilai,
pembangunan DORR pun akan berdampak positif. Dengan adanya DORR, wilayah-wilayah lain di
Kota Depok yang selama ini perekonomiannya sulit berkembang akan terdorong. Tidak di Jalan
Margonda Raya saja perekonomian Kota Belimbing itu bergejolak.
Namun, dia mengingatkan Pemerintah Kota Depok harus mampu menyelesaikan pembebasan lahan
untuk DORR agar tak bernasib seperti proyek Jakarta Outer Ring Road (JORR) I yang sudah belasan
tahun belum juga rampung di beberapa ruasnya. Pembebasan lahanlah yang selalu menyebabkan
molornya pembangunan jalan. “Jangan sampai DORR seperti JORR, jalan ora rampung-rampung,”
kata Yayat.
Yayat mengharapkan agar kajian DORR ini nantinya jangan sampai seperti proyek-proyek
pembangunan jalan lain yang saat ini tengah berproses di Kota Depok. Ia mencontohkan, jangan
kajian DORR berujung stagnan seperti pembangunan ruas Tol Depok-Antasari yang sudah enam
tahun urung selesai.
Dosen Universitas Trisakti ini menjelaskan, jika memang kajian DORR sudah berdasar pada rencana
tata ruang kota, perlu ditinjau apakah pembangunan jalan lingkar luar ini terhubung dengan ruas-ruas
tol yang saat ini juga tengah dikerjakan di Kota Depok. “Fungsi DORR ini untuk apa. Memang
akses in dan out Kota Depok itu terbatas. Maka, dilihat apakah nantinya DORR akan dibuat melingkar
untuk mengurangi kemacetan di pusat perekonomian yang itu-itu saja?” n c61 ed: rahmad budi harto.
Sumber : https://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/05/10/mml926-depok-akan-
bangun-tol-lingkar-luar
Pertanyaan:
1. Bagaimana tanggapan kaian tentang artikel yang berjudul Depok akan Bangun Tol Lingkar
Luar?
2. Apakah perlu kota Depok membangun sebuah Tol?
3. Apa dampak dari pembangunan Tol tersebut?

Artikel kelompok 5
TATA RUANG SANGAT MENENTUKAN PENGURANGAN RESIKO
BENCANA

Berdasarkan data yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) setidaknya telah terjadi 438 bencana di
Indonesia pada awal tahun 2018 ini saja. Tingginya frekuensi bencana menyebabkan hal ini menjadi prioritas nasional. Oleh
karena itu, salah satu hal yang ditunggu banyak pihak adalah lahirnya Pedoman Perencanaan Tata Ruang Berbasis
Pengurangan Resiko Bencana. “Pedoman ini ditargetkan menjadi Peraturan Menteri ATR/ BPN pada tahun ini”, ujar Agus
Sutanto, Direktur Penataan Kawasan, Ditjen Tata Ruang dalam sambutan pembukanya pada Focus Group
Discussion ( FGD) Penyusunan Platform Penataan Kawasan Rawan Bencana di Jakarta(7/6).
Pengurangan Risiko Bencana bertujuan untuk mengurangi warga dan infrastruktur penting terdampak. “Tata Ruang sangat
menentukan pengurangan resiko bencana”, ujar Raditya Jati, Direktur Pengurangan Risiko Bencana, BNPB. Namun kondisi
saat ini, Perda Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan belum memberikan perhatian khusus terhadap aspek
kebencanaan. “Tata ruang yang memberikan perhatian khusus pada aspek kebencanaan akan meminimalkan resiko yang
terjadi terhadap jiwa dan infrastruktur penting yang telah dibangun”, tegas Agus.
Setidaknya terdapat lima potensi bencana yang menjadi perhatian, yaitu banjir, longsor, gerakan tanah, gunung api dan
gempa bumi. Banyaknya jenis bencana yang perlu mendapat perhatian sering membingungkan daerah dalam proses
penyusunan RTRW. Untuk itu perlu dilakukan integrasi dan sinergi data kebencanaan yang dihasilkan wali data yang
berbeda dalam sebuah sistem. “Resiko bencana idealnya dipahami secara detil untuk masing-masing daerah”, ujar Radit.
Namun salah satu kendala yang selama ini dihadapi dalam penyusunan rencana tata ruang berbasis mitigasi bencana adalah
minimnya data yang tersedia. Data yang tersedia seringkali tidak sesuai dengan level rencana yang sedang disusun
khususnya rencana dengan skala besar seperti Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) yang memiliki skala 1:5000. “Saat ini,
kajian risiko yang tersedia di BNPB masih pada skala 1 : 250.000 dan skala 1: 50.000. Untuk skala 1:25.000 hanya tersedia
untuk kabupaten/kota prioritas berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM)”, lanjut Radit.
Hal senada juga disampaikan oleh Rachmat Triyono, Plt. Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami, BMKG bahwa saat ini
memang belum tersedia peta dalam skala besar. Untuk itu perlu ditemukan terobosan untuk mengatasi kendala data ini.
“Jenis bencana tertentu seperti gempa bumi tidak perlu dijabarkan terlalu detil karena dapat terlihat dari dampak yang terjadi
di wilayah tersebut”, ujar Rachmat. Terobosan lainnya yang disepakati forum adalah perlunya perhatian terkait skenario
pengembangan wilayah. “Wilayah yang diprediksi perkembangannya sangat pesat adalah wilayah yang sangat perlu
dilengkapi peta kebencanaan dalam skala besar”, ujar Agus. Untuk wilayah dengan pengembangan yang tergolong rendah,
penyusunan RDTR dapat menggunakan peta kebencanaan dengan skala maksimal yang tersedia.
Jenis bencana sangat mempengaruhi apakah suatu kawasan dapat dibangun atau tidak. “Kawasan Rawan Bencana (KRB)
tinggi gunung api dan kawasan yang termasuk rawan tsunami tidak dapat dikembangkan menjadi kawasan permukiman.
Namun untuk kawasan rawan gempa bumi masih dapat dijadikan hunian dengan mengacu pada building code,” ujar
Sumaryono, Kasubbid Gerakan Tanah, PVMBG. Untuk itu ketentuan terkait bangunan (building code) penting untuk
diperhatikan dalam RDTR dan peraturan zonasinya.
Terobosan lain yang mengemuka dalam forum adalah penggunaan modelling dalam mengatasi kendala data. “Kami
melakukan permodelan banjir dalam penyusunan peta risiko yang berbasis Daerah Aliran Sungai (DAS)”, ujar Oky Subrata,
Kasi Penyelenggaraan Teknis, Balai Hidrologi dan Tata Air, Kementerian PUPR. Perpaduan antara penentuan jenis bencana
mana yang memerlukan penjabaran dalam peta skala besar, skenario perkembangan wilayah dan penggunaan modelling
diharapkan dapat mengatasi kendala yang selama ini dihadapi dalam penyusunan peta resiko bencana.

Lampiran Materi Pembelajaran:

 Buku Teks Geografi :


Yasinto Sindhu P. 2016. Geografi Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Erlangga. Materi
Konsep wilayah dan Tata Ruang hal 4 – 77.

A. Pengertian Wilayah (Region)


Menurut Taylor, wilayah adalah bagian dari permukaan bumi yang berbeda dan ditunjukkan oleh
sifat-sifat yang berbeda dari lainnya.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, wilayah adalah ruang yan merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkaan administratif dan/ aspek fungsional.
Tabel pengertian wilayah menurut para ahli
No Nama Ahli Pendapat
1. M.M Fenneman Wilayah merupakan daerah tertentu yang
seluruhnya dicirikan oleh fitur permukaan yang
serupa atau terkiat erat serta dapat dibedakan
dengan daerah sekitar.
2. A.J.Herbertson Wilayah merupaansuatu kompleks tanha, air,
udara, tumbuhan, hewan dan manusia yang dilihat
memiliki hubungankhusus dalam membentuk
bagian permukaan bumi yang pasti dan khas.
3. B.A.Botkin Wilayahmerupakan istilah geografi yang mengacu
pada tipe lingkungan di mana unsur-unsur
geografis dikombinasikan dalam hubungan
tertentu yang pasti dan konstan.
4. Richard Hartshorne Wilayah adalah lahan di lokas tertentu yang agak
berbeda dari lahan-lahanyang lain dan
membentang sejauh pembedaaan itu ada.
5. Bintarto dan Hadisomarno Wilayah merupakan permukaan bumi yang dapat
dibedakan dalam hal-hal tertentu dari daerah dis
sekitarnya.
6. Rustiadi,ddk. Wilayah merupakan suatuunit geografis dengan
batas-batas spesifik tertentu. Komponen-
komponenwilayah tersebut salng berinteraksi satu
sama lain secara fungsional. Batasan wilayah
tersebut bersifat dinamis (berubah-ubah).

Dapat disimpulkan, wilayah adalah area di permukaan bumi yang dibatasi oleh kenampakan tertentu
yang bersifat khas dan membedakan wilayah tersebut dengan wilayah lainnya. Misalnya, wilayah
hutan berbeda dengan wilayah pertanian, wilayah kota berbeda dengan perdesaan.
B. Pembagian Wilayah
1. Wilayah Formal (Uniform Region)
Wilayah yang dicirikan berdasarkan keseragaman atau homogenitas tertentu. Misalnya berdasarkan
kriteria fisik atau alam maupun kriteria sosial budaya.
1. Wilayah formal berdasarkan kriteria fisik didasarkan pada kesamaan topografi, jenis batuan,
iklim, dan vegetasi. Misalnya wilayah pegunungan kapur (karst), wilayah beriklim dingin,
dan wilayah vegetasi mangrove.
2. Wilayah formal berdasarkan kriteria sosial budaya misalnya wilayah suku Banjar, wilayah
industri tekstil, dan wilayah pertanian sawah basah.
2. Wilayah Fungsional (Nodal Region)
Wilayah yang dicirikan dengan kegiatan yang saling berhubungan antara beberapa pusat kegiatan
secara fungsional. Misalnya wilayah Jabodetabek secara fisik memang berbeda (heterogen), namun
secara fungsional saling berhubungan dalam memenuhi kebutuhan hidup di setiap wilayah.
Pembagian wilayah menurut Rustiadi sebagai berikut.
a. wilayah homogen
konsep wilayah homogen adalah konsep wilayah yang didasarkan pada
kenyataan bahwa faktor-faktor dominan pada wilayah tersebut bersifat
homogen. Sementara itu, faktor-faktor yang tidak dominan mungkin saja
beragam (hetergon). Faktor alamiah antara lain mencakup kemampuan
topografi dan iklim. Sedangkan faktor artifisial antara lain mencakup faktor-
faktor sosial seperti suku bangsa, budaya, perilaku sosial, pandangan politik,
dan tingkat pendapatan.
b. wilayah sistem/fungsional
wilayah fungsional merupaan konsep wilayahsebagai suatu yang menekankan
perbedaan dua komponen wilayah yang terpisah berdasarkan fungsinya.
Konsep ini terdii dari dua hal sebagai berikut.
1) Konsep wilayah sistemm sederhana (dikotomis), konsep ini mengacu pada
wilayah yang bertumpu pada sistem kebergantungan atau keterkaitan anatar
dua bagian wilayah.
2) Konsep wilayah sistem kompleks (nondikotomis), konsep ini
menggambarkan interaksi antarwilayah sebagai suatusistem yang terdiri dari
berbagai komponen-komponen bersifat kompleks.
c. wilayah perencanaan/pengelolaan (planning region atau programming region)
wilayah perencanaan/pengelolaan tidak selalu berwujud administratif,
melainkan dapat berupa wilaya yang memiliki sifat-sifat tertentu baik sifat
alamiah maupun nonalamiah. Wilayah perencanaan khusu dapat ditunjukkan
untuk percepatan ertumbuhan wilayah serta produktivitas atau mobilisasi
sumber daya dan efisiensi. Contohnya, kawasan pengembangan ekonomi
terpadu (kapet). Kawasan ini merupakan wilayah geografis dengan batas-batas
tertentu yang memiliki potensi untuk seat tumbuh, dan / atau mempunyai
sektor unggulan yang dapat menggerakan pertumbuhan ekonomi di wilayah
sekitarnya, dan / atau memerlukan dana insvestasi yang besar bagi
pengembangnya.
C. Perwilayahan
Perwilayahan (regionalisasi) adalah suatu proses penggolongan wilayah berdasarkan kriteria tertentu.
Klasifikasi atau penggolongan wilayah dapat dilakukan secara formal maupun fungsional. Dalam
perencanaan pembangunan, pemerintah harus memahami kondisi suatu wilayah karena setiap wilayah
memiliki kondisi yang berbeda-beda.
Penggolongan wilayah secara garis besar terbagi atas:
1. Natural Region (Wilayah Alamiah atau Fisik); berdasarkan ketampakan alami, seperti
wilayah pertanian dan kehutanan.
2. Single Feature Region (Wilayah Ketampakan Tunggal); berdasarkan pada satu ketampakan,
seperti wilayah berdasarkan iklim, hewan, atau iklim saja.
3. Generic Region (Wilayah Berdasarkan Jenisnya); didasarkan pada ketampakan jenis atau
tema tertentu. Misalnya di wilayah hutan hujan tropis yang ditonjolkan hanyalah flora tertentu
seperti anggrek.
4. Specific Region (Wilayah Spesifik atau Khusus); dicirikan kondisi grafis yang khas dalam
hubungannya dengan letak, adat istiadat, budaya, dan kependudukan secara umum. Misalnya
wilayah Asia Tenggara, Eropa Timur, dsb.
5. Factor Analysis Region (Wilayah Analisis Faktor); berdasarkan metoda statistik-deskriptif
atau dengan metoda statistik-analitik. Penentuan wilayah berdasarkan analisis faktor terutama
bertujuan untuk hal-hal yang bersifat produktif, seperti penentuan wilayah untuk tanaman
jagung dan kentang.

D. Manfaat Perwilayahan (Regionalisasi)


1. Mengurutkan dan menyederhanakan informasi mengenai keanekaragaman dan gejala atau
fenomena di permukaan bumi.
2. Untuk meratakan pembangunan di semua wilayah sehingga dapat mengurangi kesenjangan
antar wilayah.
3. Memudahkan koordinasi berbagai program pembangunan pada tiap daerah.
4. Memantau perubahan-perubahan yang terjadi, baik gejala alam maupun manusia.
E. Pembangunan wilayah

Pembangunan adalah upaya secara sadar dari manusia untuk memanfaatkan lingkungan dalam usaha
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan adanya pembangunan, kehidupan dan kesejahteraan manusia
dapat meningkat.

Tujuan pembangunan dapat tercapai dengan memerhatikan berbagai permasalahan, di antaranya:

1. Pengendalian pertumbuhan penduduk dan kualitas sumber daya manusia.


2. Pemeliharaan daya dukung lingkungan.
3. Pengendalian ekosisitem dan jenis spesies sebagai sumber daya bagi pembangunan.
4. Pengembangan industri.
5. Mengantisipasi krisis energi sebagai penopang utama industrialisasi.

 Pembagian Pembangunan Wilayah di Indonesia

Pembagian wilayah ditujukan untuk pemantapan dalam perumusan dan pengarahan kegiatan
pembangunan. Hal tersebut bertujuan agar pelaksanaan pembangunan bisa berjalan serasi dan
seimbang, baik di dalam wilayah pembangunan maupun antarwilayah pembangunan di seluruh
Indonesia.
Tujuan akhir pembagian wilayah pembangunan ini adalah pemerataan pembangunan di seluruh
wilayah Indonesia.

 Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah merupakan salah satu cara untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan
pembangunan.
Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018, maka pengembangan wilayah akan
ditujukan pada pertumbuhan dan pemerataan pembangunan. Pertumbuhan pembangunan daerah pada
tahun 2018 akan didorong melalui pertumbuhan peranan sektor jasa-jasa, sektor industri pengolahan
dan sektor pertanian. Peningkatan kontribusi sektor-sektor tersebut dilakukan seiring dengan terus
dikembangkannya kawasan-kawasan strategis di wilayah yang menjadi main prime mover (pendorong
pertumbuhan utama) antara lain Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Industri, Kawasan
Perkotaan (megapolitan dan metropolitan), Kawasan Pariwisata serta Kawasan yang berbasis
pertanian dan potensi wilayah seperti agropolitan dan minapolitan.

F. Pertumbuhan wilayah

Merupakan laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Pusat
pertumbuhan (growth pole) adalah suatu wilayah atau kawasan yang pertumbuhan pembangunannya
sangat pesat jika dibandingkan dengan wilayah lainnya sehingga dapat dijadikan sebagai pusat
pembangunan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan wilayah lain di sekitarnya.
Jakarta, salah satu pusat pertumbuhan di Indonesia. (Sumber: fourseasons.com).

Teori-teori pertumbuhan wilayah, yakni sebagai berikut.

1. Teori tempat sentral (Walter Christaller). Menurut Christaller, kota sentral merupakan pusat
bagi daerah sekitarnya yang menjadi penghubung perdagangan dengan wilayah lain. Selanjutnya,
Christaller menyebutkannya sebagai tempat sentral karena tempat yang sentral tersebut tidaklah
semata-mata hanya bergantung kepada aspek permukiman penduduk. Dalam teori in digambarkan
bahwa tempat sentral merupakan suatu titik simpul dari suatu bentuk heksagonal atau segienam.
Daerah segienam ini merupakan wilayah-wilayah yang penduduknya mampu terlayani oleh tempat
yang sentral tersebut. Tempat sentral dan daerah yang dipengaruhinya (komplementer), pada dasarnya
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu hirarki 3 (K=3), hirarki 4 (K=4), dan hirarki 7 (K=7).

a. Hirarki 3 (K=3)

Pusat pelayanan berupa pasar yang selalu menyediakan kebutuhan bagi daerah sekitarnya, sering
disebut kasus pasar optimal. Selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, wilayah ini juga
mempengaruhi sepertiga bagian dari masing-masing wilayah tetangganya.

Struktur ini disebut Christaller sebagai asas pasar. Dalam arti, semua daerah harus dilengkapi
dengan barang-barang yang diperlukan dan lokasi tempat-tempat sentral harus harus sesedikit
mungkin.

b. Hirarki 4 (k=4)

Wilayah ini dan daerah sekitarnya yang terpengaruh memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang
paling efisien. Tempat sentral ini disebut pula situasi lalu lintas yang optimum. Situasi lalu lintas
yang optimum ini memiliki pengaruh setengah bagian di masing-masing wilayah tetangganya.
Struktur ini disebut Christaller sebagai asas pengangkutan. Menurut asas pengangkutan,
penyebaran tempat-tempat sentral paling menguntungkan apabila terdapat tempat penting terletak
pada jalan yang menghubungkan dua kota. Jalan penghubung dua kota ini hendaknya berjarak pendek
dan lurus.

c. Hirarki 7 (k=7)

Selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi seluruh bagian (satu bagian) masing-
masing wilayah tetangganya. Wilayah ini disebut juga situasi administratif yang optimum. Situasi
administratif yang dimaksud dapat berupa kota pusat pemerintahan. Pengaruh tempat yang sentral
dapat diukur berdasarkan hirarki tertentu, dan bergantung pada luasan heksagonal yang dilingkupinya.

Menurut Christaller, daerah ini sesuai dengan asas pemerintahan. Asas pemerintahan lebih ditekankan
pada penyatuan dan perlindungan kelompok masyarakat yang terpisah dari ancaman musuh. Oleh
karena itu, sebuah tempat sentral ideal menurut asas pemerintahan adalah kota besar yang berada di
tengah-tengah kota dan dikelilingi oleh kotakota satelit dan tak berpenghuni di pinggirnya.
Ketiga asas yang telah dikemukakan, masing-masing menentukan sistem tempat-tempat sentral
dengan cara yang berbeda-beda. Asas pasar dan pengangkutan dipengaruhi oleh motif ekonomi,
sedangkan asas pemerintahan dipengaruhi oleh kekuasaan negara.

2. Teori Kutub Pertumbuhan / Growth Pole Theory (Francis Perroux)


Teori ini menyatakan bahwa pembangunan sebuah kota atau wilayah merupakan hasil proses dan
tidak terjadi secara serentak, melainkan muncul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan
intensitas yang berbeda. Tempat atau lokasi yang menjadi pusat pembangunan atau pengembangan
dinamakan kutub pertumbuhan. Dari kutub-kutub tersebut selanjutnya proses pembangunan akan
menyebar ke wilayah-wilayah lain di sekitarnya atau ke pusat-pusat yang lebih rendah.
Dalam teori ini dikenal istilah yang berkaitan dengan timbulnya dampak positif atau dampak negatif
dari interaksi kutub pertumbuhan dengan daerah disekitarnya. Dampak positif dari kemajuan
pembangunan dari pusat pembangunan disebut dengan trickle down effect. Dampak negatif yang
dirasakan oleh wilayah pinggirannya disebut dengan backwash polarization.
Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan investasi pada satu kota tertentu yang diharapkan
selanjutnya meningkatkan aktivitas kota sehingga akan semakin lebih banyak lagi melibatkan
penduduk dan pada akhirnya semakin banyak barang dan jasa yang dibutuhkan.
3. Teori Sektoral / Sector Theory (August Losch)
Teori Losch merupakan kelanjutan dari teori tempat sentral Christaller dengan menggunakan konsep
yang sama yaitu ambang dan jangkauan. Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut.

sumber: sutartogeo.blogspot.co.id
Gambar di atas mencerminkan progresi wilayah pasaran untuk berbagai barang dan jasa dengan
ambang yang semakin meningkat. Masing-masing barang dan jasa terdapat di berbagai wilayah
pasaran pada bentang lahan yang disusun dengan penumpukan di atas wilayah pasaran lainnya yang
berbentuk heksagonal.
Daerah dengan penduduk padat akan cepat berkembang (gambar A ditunjukkan dengan titik-titik, B
berupa noda hitam serta di C secara mendetail). Berdasarkan teori sektor oleh Losch dapat
disimpulkan bahwa suatu kota akan lebih cepat berkembang bila penduduknya padat dengan wilayah
yang luas.

G. Perencanaan Tata Ruang Wilayah Nasional

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan
ruang wilayah negara yang dijadikan acuan untuk perencanaan jangka panjang. Jangka waktu
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah 20 (dua puluh) tahun, ditinjau kembali satu
kali dalam lima tahun.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) memuat:
1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;
2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;
3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional;
4. Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta
keserasian antarsektor;
5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
6. Penataan ruang kawasan strategis nasional;
7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan pengembangan struktur
ruang dan pola ruang.
Struktur ruang wilayah nasional:
1. Akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah.
2. Kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi,
dan sumber daya air.

Peta Struktur Ruang Wilayah Nasional (Sumber: bkprn.org)


Pola ruang wilayah nasional:
1. Kawasan lindung.
2. Kawasan budi daya.
3. Kawasan strategis nasional.

Peta Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional (sumber bkprn.org)


Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional

Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:


1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;
4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam
bumi dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia;
5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota
dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan
akibat pemanfaatan ruang;
6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat;
7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor;
9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.
Secara lengkap mengenai perencanaan tata ruang wilayah nasional bisa kalian ketahui dari Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional.

Perencanaan Tata Ruang Wilayah Provinsi


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi adalah rencana tata ruang yang bersifat umum
dari wilayah provinsi. Dalam penyusunannya harus mengacu pada RTRWN, pedoman bidang
penataan ruang, dan rencana pembangunan jangka panjang daerah.
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota adalah rencana tata ruang yang bersifat
umum dari wilayah kabupaten, yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah
kabupaten, rencana struktur ruang wilayah kabupaten, rencana pola ruang wilayah kabupaten,
penetapan kawasan strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

Anda mungkin juga menyukai