Disusun Oleh:
ANIF NUR AINUN NAJIB
201957015
1 Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri
akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi faktor
somatis (jenis kelamin, Usia, ukuran tubuh, status gizi, dan kondisi
kesehatan) dan faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan
dan kepuasan).
2 Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah beban yang berasal dari luar tubuh pekerja,
faktor eksternal beban kerja yaitu:
a Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat
kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, dan tugas-tugas
yang bersifat psikologis, seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat
kesulitan, tanggung jawab pekerjaan.
b Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu istirahat, shift
kerja, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi,
pelimpahan tugas dan wewenang.
c Lingkungan kerja, berupa lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi,
lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis.
Beban mental yang terlalu tinggi memiliki dampak yang buruk bagi
kesehatan. Berikut merupakan dampak beban mental (Hancock dan Meshkati,
1988) :
1 Gejala fisik
Sakit kepala, sakit perut, mudah terkejut, gangguan pola tidur, lesu, kaku
leher belakang sampai punggung, nafu makan menurun dan lain-lain.
2 Gejala mental
Mudah lupa, sulit konsentrasi, cemas, was-was, mudah marah, mudah
tersinggung, gelisah, dan putus asa.
Tapi kita dapat mencegah dan mengendalikan beban mental tinggi yang bisa
menyebabkan stres kerja. Berikut merupakan cara mengatasi beban mental kerja
yang tinggi menurut Sauter (1990) dalam Prihatini (2007):
1 Beban kerja mental harus disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas
kerja pekerja yang bersangkutan dengan menghindarkan adanya beban
berlebih maupun beban kerja yang terlalu ringan.
2 Tuntutan tugas maupun tanggung jawab di luar pekerjaan harus
disesuaikan dengan jam kerja.
3 Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan karier,
mendapatkan promosi dan pengembangan keahlian.
4 Membentuk lingkungan sosial yang sehat yaitu antara pekerja yang satu
dengan yang lain.
5 Tugas-tugas harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi dan
kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya.
Untuk mengukur beban kerja mental ada beberapa metode yaitu metode obejktif
dan subjektif. Beriku merupakan penjelasan metode objektif dan subjektif :
1 Metode Pengukuran Objektif
Beban kerja mental dapat diukur dengan pendekatan fisologis (karena
terkuantifikasi dengan dengan kriteria objektif, maka disebut metode
objektif (Widyanti et. al, 2010). Kelelahan mental pada seorang pekerja
terjadi akibat adanya reaksi fungsionil dari tubuh dan pusat kesadaran.
Pendekatan yang bisa dilakukan antara lain :
b Flicker test
Alat ini dapat menunjukkan perbedaan performansi mata manusia,
melalui perbedaan nilai flicker dari tiap individu. Perbedaan nilai
flicker ini umumnya sangat dipengaruhi oleh berat/ringannya
pekerjaan, khususnya yang berhubungan dengan kerja mata.
b Anova
ANOVA (Analysis of Variance) merupakan uji komparasi
multivariabel dengan menguji apakah terdapat perbedaan rata-rata
tiga kelompok atau lebih dengan membandingkan variansinya
(Ghozali, 2013). ANOVA dapat digunakan untuk menganalisa
sejumlah sampel dengan jumlah data yang sama pada tiap-tiap
kelompok sampel, atau dengan jumlah data yang berbeda. ANOVA
mensyaratkan data-data penelitian untuk dikelompokkan
berdasarkan kriteria tertentu. Sampel yang berbeda dilihat dari
variabilitas-nya. Ukuran-ukuran pada variabilitas ditunjukkan
dengan nilai variansi dan standard deviation (simpangan baku).
1. Chi-Square
Chi-Square atau Chi-Kuadrat adalah salah satu jenis uji
komparatif nonparametrik. Chi-Square adalah suatu teknik
statistika yang memungkinkan peneliti menilai perbedaan
frekuensi yang nyata di observasi, dengan frekuensi yang
diharapkan dalam kategori-kategori tertentu sebagai akibat dari
kesalahan sampling.
2. T-test.
Metode yang digunakan untuk menguji kebenaran dari suatu
hipotesis berdasarkan perbedaan rata-rata populasi. Uji
hipotesis T-test dibagi menjadi tiga, yaitu uji hipotesis rataan
satu populasi (One Sample T-test), uji hipotesis rataan dua
populasi (Independent Sample T-test) dan uji hipotesis data
berpasangan (Paired Sample T-test). Pengambilan keputusan
untuk menerima atau menolak hipotesis perlu dilakukan
berdasarkan parameter nilai tingkat signifikansi alfa (α).
Tingkat signifikansi alfa (α) adalah besarnya probabilitas untuk
menolak sebuah hipotesis dengan kemungkinan hipotesis yang
ditolak adalah hipotesis yang benar.
2.2.5 Diagram Fishbone
Diagram fishbone merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi,
mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail semua
penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan. Konsep dasar dari
diagram fishbone adalah permasalahan mendasar diletakkan pada bagian
kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya,
penyebab permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya (Scarvada,
2004). Kategori penyebab permasalahan yang sering digunakan sebagai
start awal meliputi materials (bahan baku), machines and equipment (mesin
dan peralatan), manpower (sumber daya manusia), methods (metode),
Mother Nature/environment (lingkungan), dan measurement (pengukuran).