Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KERJA PRAKTIK

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL PADA


DIVISI TORTILLA MENGGUNAKAN METODE
NASA-TLX DI PT DUA KELINCI

Disusun Oleh:
ANIF NUR AINUN NAJIB
201957015

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era perkembangan industri yang meningkat pesat atau lebih dikenal
industri 4.0 ini, perusahaan dituntut untuk bisa memenuhi permintaan konsumen
dengan baik supaya perusahaan bisa tetap berdiri dan berkembang dengan
membuat inovasi dari produk yang dibuat. Dengan hal itu perusahaan
membutuhkan tenaga kerja yang ahli dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal
ini berarti dunia kerja menjadi semakin kompetitif, maka berbanding lurus dengan
dunia pendidikan khususnya mahasiswa dituntut untuk mengusai berbagai
kompetensi dan teknologi supaya bisa bersaing didunia kerja. Diharapkan
mahasiswa dapat menjadi pilar penting dalam memajukan bidang industri di
Indonesia.
PT. Dua Kelinci merupakan perusahaan industri yang bergerak di bidang
pangan dan telah berkecimpung selama 25 tahun lebih. Berlokasi di Pati,
perusahaan ini telah berhasil mengolah dan meproduksi berbagai jenis kacang
tanah, biji-bijian dan juga butir gandum yang menghasilkan produk yang lezat dan
bergizi untuk masyarakat luas. Selain itu, PT. Dua Kelinci mulai berinovasi pada
produk baru seperti wafer dan minuman. Perusahaan ini terus mengejar tujuannya
yang dalam perjalanannya telah menerapkan standar manajemen dan juga kualitas
yang bermutu internasional, dibuktikan dengan banyaknya produk yang diekspor
ke berbagai wilayah dunia seperti: Asia Tenggara, Cina, Timur Tengah, Eropa,
Amerika Utara, dan Afrika. Di PT. Dua Kelinci sendiri juga terdapat banyak
divisi salah satunya adalah divisi Tortilla. Divisi Tortilla di PT. Dua Kelinci
terdapat 3 bagian/area yaitu persiapan, proses, dan packing. Di area Persiapan
sendiri memiliki tugas yaitu melakukan persiapan pengadaan persediaan bahan
baku seperti bahan baku utama meliputi jagung dan tepung kanji. Sedangkan di
area proses dilakukan untuk menghasilkan produk jadi yaitu berupa krip krip
Tortilla yang dibuat dari bahan baku jagung. Proses produksi dilakukan
berdasarkan permintaan pasar atau pesanan. Proses produksi Tortilla di PT. Dua
Kelinci berlangsung secara kontinyu dengan waktu produksi 24 jam per hari
Bahan Baku Dan Bahan Pengemas Produk tortilla dibuat dengan bahan baku
jagung, starch, lime, minyak, zat aditif, bumbu. Kemudian area packing Tortilla
yang sudah di olah kemudian masuk ke area packing yang nantinya di cek lagi
oleh QC area packing.
Beban kerja merupakan sekumpulan tugas yang harus diselesaikan oleh
seseorang atau organisasi dalam periode waktu yang telah ditentukan (Sunarso,
2010). Beban kerja berdampak secara langsung berdasarkan besarnya beban kerja
yang dirasakan oleh pekerja. Faktor yang mempengaruhi seseorang mengalami
beban kerja dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal berupa kondisi stasiun kerja, bentuk pekerjaan, dan
lamanya waktu bekerja. Faktor internal berupa kondisi kesehatan pekerja dan
kondisi psikis pekerja (Manuaba, 2000).
Dampak dari beban kerja mental tidak dapat dilihat secara langsung pada
pekerja, tetapi dapat diamati. Secara fisik, aktivitas mental dikenal sebagai jenis
pekerjaan yang ringan, akan tetapi jika dilihat dari segi pikiran dan tanggung
jawab, aktivitas mental secara jelas lebih berat dibandingkan aktivitas fisik karena
lebih banyak melibatkan kerja otak daripada kerja otot. Beban kerja mental yang
berlebihan akan mengakibatkan stres kerja. Stres kerja adalah kejadian–kejadian
di sekitar kerja yang merupakan bahaya atau ancaman seperti rasa takut, cemas,
rasa bersalah, marah sedih, putus asa, bosan, dan timbulnya stres kerja disebabkan
beban kerja yang diterima melampaui batas–batas kemampuan pekerja yang
berlangsung dalam waktu yang relatif lama pada situasi dan kondisi tertentu
(Fraser, 1992).
Dalam penelitian ini, pengukuran beban kerja mental karyawan dengan
pendekatan metode NASA-TLX. Metode NASA-TLX sendiri dapat dilakukan
dengan menanyakan kondisi pekerja secara subjektif terhadap apa yang dirasakan
pekerja disaat bekerja dari berbagai variabel indikator. Penelitian ini
menggunakan metode NASA-TLX dikarenakan metode yang subyektif
multidimensional yang paling banyak digunakan karena mudah digunakan dan
sensitif pada pengukuran beban kerja (Widiastuti et. al, 2017). Terdapat enam
dimensi pengukuran sebagai variabel indikator kondisi pekerjaan yang dirasakan
oleh pekerja antara lain berdasarkan kebutuhan mental. (mental demand),
kebutuhan fisik (physical demand), kebutuhan waktu (temporal demand),
performansi (performance), tingkat frustasi (frustation level), dan tingkat usaha
(effort). Metode NASA-TLX menggunakan kuesioner sebagai media
pengumpulan data yang akan mewakilkan pernyataan kondisi pekerja di lapangan.
Tahapan kuesioner NASA-TLX dibagi menjadi dua bagian yaitu tahapan rating
dan tahapan pembobotan. Setelah mendapatkan hasil beban kerja mental, peneliti
dapat memberikan rekomendasi untuk PT. Dua Kelinci yang bisa digunakan
untuk mengevaluasi sistem kerja dan dapat meningkatkan produktivitas pekerja.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah sebagai berikut:
1 Bagaimana kondisi tingkat beban mental pekerja di divisi Tortilla PT. Dua
Kelinci dengan menggunakan metode NASA-TLX?
2 Bagaimana perbandingan beban kerja mental pada divisi Tortilla bagian
packing dan peoses di PT. Dua Kelinci?
3 Bagaimana memberikan rekomendasi untuk meningkatkan produktivitas
pekerja berdasarkan analisis beban kerja mental?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka diambil tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1 Mengetahui beban kerja mental di divisi Tortilla
2 Mengetahui perbandingan beban kerja mental di divisi Tortilla bagian
packing dan proses.
3 Meningkatkan produktivitas pekerja berdasarkan rekomendasi dari
analisis beban kerja mental

1.4 Batasan Permasalahan


Terdapat beberapa yang menjadi batasan pembahasan topik dalam
penelitian ini, berikut batasan permasalahan:
1 Lokasi penelitian di PT. Dua Kelinci pada divisi Tortilla
2 Responden berasal dari divisi Tortilla bagian packing dan proses
3 Pengukuran beban kerja mental menggunakan metode NASA-TLX
4 Penelitian dilakukan pada tanggal 11 Mei 2022 - 11 Juni 2022

1.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Kegiatan kerja praktek ini dilaksanakan selama satu bulan, yaitu dimulai
sejak tanggal 11 Mei 2022 sampai dengan 11 Juni 2022. Tempat pelaksanaan
kerja praktek ini di PT Dua Kelinci berada di Jl. Raya Pati-Kudus KM 6,3,
Kabupaten Pati, Jawa Tengah
1.6 Sistematika Penulisan
Secara garis besar, sistematika penulisan dapat dijelaskan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini terdiri dari bebrapa sub pokok pembahasan yang
meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah,
waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek, dan sistematika penulisan laporan
kerja praktek.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menguraikan konsep dan teori-teori, serta kerangka pemikiran yang
menunjang penulisan atau penelitian yang dapat diperkuat dengan menunjukkan
hasil penelitian. Pada bab ini juga menguraikan tentang sejarah perusahaan, ruang
lingkup usaha, visi dan misi, dan proses bisnis perusahaan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan metode dan langkah-langkah peneliti dalam
menemukan masalah dengan didasari studi pendahuluan terlebih dahulu yang
berguna untuk menyelesaikan studi kasus dalam kerja praktek.
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Pada bab ini peneliti menjabarkan studi kasus yang didapatkan dengan
ditambahkan pengumpulan data-data yang diperlukan dalam menyelesaikan studi
kasus berikut, sehingga peneliti dapat memahami apa yang diperlukan dalam
menganalisis berdasarkan metode yang digunakan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini terdiri dari kesimpulan yang berupa jawaban dari tujuan dilakukannya
penelitian. Dan saran yang ditujukan kepada pihak-pihak terkait dalam hal ini
perusahaan, sehubungan dengan hasil penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beban Kerja
Beban kerja merupakan usaha yang harus dikeluarkan oleh seseorang untuk
memenuhi “permintaan” dari pekerjaan tersebut. Beban tersebut dapat berupa
fisik maupun mental seseorang. Beban kerja adalah jumlah kegiatan yang harus
diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang selama periode waktu
tertentu dalam keadaan normal (Herrianto, 2010). Beban kerja merupakan salah
satu aspek yang harus di perhatikan oleh setiap perusahaan, karena beban kerja
salah satu yang dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan (Claudha dan
Hery, 2018). Beban kerja sendiri dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu:
1 Beban kerja di atas normal artinya waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan lebih besar dari jam kerja tersedia atau volume
pekerjaan melebihi kemampuan pekerjaan
2 Beban kerja normal artinya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan
pekerjaan sama dari jam kerja tersedia atau volume pekerjaan sama
dengan kemampuan pekerja
3 Beban kerja dibawah normal artinya waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan lebih kecil dari jam kerja tersedia atau volume
pekerjaan lebih rendah dari kemampuan pekerjaan.
2.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja
Dalam beban kerja dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja (Tarwaka,
2004) sebagai berikut:

1 Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri
akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi faktor
somatis (jenis kelamin, Usia, ukuran tubuh, status gizi, dan kondisi
kesehatan) dan faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan
dan kepuasan).

2 Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah beban yang berasal dari luar tubuh pekerja,
faktor eksternal beban kerja yaitu:

a Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat
kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, dan tugas-tugas
yang bersifat psikologis, seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat
kesulitan, tanggung jawab pekerjaan.
b Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu istirahat, shift
kerja, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi,
pelimpahan tugas dan wewenang.
c Lingkungan kerja, berupa lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi,
lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis.

2.2.2 Beban Kerja Mental


Beban kerja merupakan selisih antara tuntutan beban kerja dari suatu
tugas dengan kapasitas maksimum beban mental seseorang dalam kondisi
termotivasi (Henry R. Jex. 1993). Keadaan mental seseorang dalam pekerjaan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya keahlian, motivasi, jenis
pekerjaan, waktu penyelesaian, dan kelelahan. Setiap aktivitas mental yang
dilakukan akan melibatkan aspek interpretasi, persepsi, dan proses mengingat
informasi yang telah terjadi (Grandjean, 1993). Pekerjaan yang berbeda bagi
setiap pekerja akan menimbulkan tingkat stres kerja yang berbeda pula. Stres
kerja berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap aspek–
aspek pekerjaan terutama terhadap motif berprestasi yang kelak akan
berhubungan dengan proses kerja (Stoner, 1986).

Beban mental yang terlalu tinggi memiliki dampak yang buruk bagi
kesehatan. Berikut merupakan dampak beban mental (Hancock dan Meshkati,
1988) :

1 Gejala fisik
Sakit kepala, sakit perut, mudah terkejut, gangguan pola tidur, lesu, kaku
leher belakang sampai punggung, nafu makan menurun dan lain-lain.

2 Gejala mental
Mudah lupa, sulit konsentrasi, cemas, was-was, mudah marah, mudah
tersinggung, gelisah, dan putus asa.

3 Gejala sosial atau perilaku


Banyak merokok, minum alkohol, menarik diri, dan menghindar.

Tapi kita dapat mencegah dan mengendalikan beban mental tinggi yang bisa
menyebabkan stres kerja. Berikut merupakan cara mengatasi beban mental kerja
yang tinggi menurut Sauter (1990) dalam Prihatini (2007):
1 Beban kerja mental harus disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas
kerja pekerja yang bersangkutan dengan menghindarkan adanya beban
berlebih maupun beban kerja yang terlalu ringan.
2 Tuntutan tugas maupun tanggung jawab di luar pekerjaan harus
disesuaikan dengan jam kerja.
3 Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan karier,
mendapatkan promosi dan pengembangan keahlian.
4 Membentuk lingkungan sosial yang sehat yaitu antara pekerja yang satu
dengan yang lain.
5 Tugas-tugas harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi dan
kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya.

Untuk mengukur beban kerja mental ada beberapa metode yaitu metode obejktif
dan subjektif. Beriku merupakan penjelasan metode objektif dan subjektif :
1 Metode Pengukuran Objektif
Beban kerja mental dapat diukur dengan pendekatan fisologis (karena
terkuantifikasi dengan dengan kriteria objektif, maka disebut metode
objektif (Widyanti et. al, 2010). Kelelahan mental pada seorang pekerja
terjadi akibat adanya reaksi fungsionil dari tubuh dan pusat kesadaran.
Pendekatan yang bisa dilakukan antara lain :

a Pengukuran selang waktu kedipan mata (eye blink rate)


Durasi kedipan mata dapat menunjukkan tingkat beban kerja yang
dialami oleh seseorang. Orang yang mengalami kerja berat dan lelah
biasanya durasi kedipan matanya akan lama, sedangkan untuk orang
yang bekerja ringan (tidak terbebani mental maupun psikisnya),
durasi kedipan matanya relatif cepat.

b Flicker test
Alat ini dapat menunjukkan perbedaan performansi mata manusia,
melalui perbedaan nilai flicker dari tiap individu. Perbedaan nilai
flicker ini umumnya sangat dipengaruhi oleh berat/ringannya
pekerjaan, khususnya yang berhubungan dengan kerja mata.

c Pengukuran kadar asam saliva


Memasang alat khusus untuk mengetahui beban kerja yang diterima
pekerja yang melibatkan mulut, terutama dihasilkan oleh tiga pasang
kelenjar liur utama yang terletak diluar rongga mulut.

2 Metode Pengukuran Subjektif


Metode pengukuran beban kerja secara subjektif menurut (Widyanti et.
al, 2010) merupakan pengukuran beban kerja mental berdasarkan
persepsi subjektif responden/pekerja. Berikut ini merupakan beberapa
jenis metode pengukuran subjektif:

a National Aeronautics and Space Administration Task Load Index


(NASA-TLX)
b Subjective Workload Assessment Technique (SWAT)
c Modified Cooper Harper Scaling
d Multidescriptor Scale
e Rating Scale Mental Effort (RSME)

Tahapan Pengukuran Beban Kerja Mental Secara Subjektif:

a Menentukan faktor-faktor beban kerja mental pekerjaan yang diamati.


b Menentukan range dan nilai interval.
c Memilih bagian faktor beban kerja yang signifikan untuk tugas-tugas
yang spesifik.
d Menentukan kesalahan subjektif yang diperhitungkan berpengaruh
dalam memperkirakan dan mempelajari beban kerja.

Tujuan Pengukuran Beban Kerja Mental Secara Subjektif:

a Menentukan skala terbaik berdasarkan perhitungan eksperimental


dalam percobaan.
b Menentukan perbedaan skala untuk jenis pekerjaan yang berbeda.
c Mengidentifikasi faktor beban kerja mental yang secara signifikan
berhubungan berdasarkan penelitian empiris dan subjektif dengan
menggunakan rating beban kerja sampel populasi tertentu.
Dari beberapa metode tersebut metode yang paling banyak digunakan dan terbukti
memberikan hasil yang cukup baik adalah NASA-TLX dan SWAT (Hancock dan
Meshkati, 1988). Tetapi pada penelitian ini penulis menggunakan metode NASA-
TLX.
2.2.3 Metode NASA-TLX
Metode NASA-TLX merupakan metode yang digunakan untuk
menganalisis beban kerja mental yang dihadapi oleh pekerja yang harus
melakukan berbagai aktifitas dalam pekerjaanya (Vera, 2016). Metode NASA-
TLX dikembangkan oleh Sandra G. Hart dari NASA-Ames Research Center dan
Lowell E. Staveland dari San Jose State University pada tahun 1981. Pengukuran
metode NASA- TLX dibagi menjadi dua tahap, yaitu perbandingan tiap skala
(Paired Comparison) dan pemberian nilai terhadap pekerjaan (Event Scoring).
Metode NASA-TLX merupakan metode pengukuran beban kerja mental secara
subjektif. 6 faktor yang harus diperhatikan yaitu (Hancock dan Meshkati, 1988) :
Tabel 4. 1 Faktor Beban Kerja Mental Metode NASA-TLX
Skala Rating Keterangan
Mental demand (MD) Rendah – Tinggi Seberapa besar
aktivitas mental dan
perseptual yang
Skala Rating Keterangan
dibutuhkan untuk
melihat, mengingat dan
mencari.Apakah
pekerjaan tersebut
sulit,sederhana atau
kompleks. Longgar
atau ketat
Physical demand Rendah – Tinggi Jumlah aktivitas fisik
(PD) yang dibutuhkan
(misalnya mendorong,
menarik dan
mengontrol putaran).
Temporal demand Rendah – Tinggi Jumlah tekanan yang
(TD) berkaitan dengan
waktu yang dirasakan
selama elemen
pekerjaan berlangsung.
Apakah pekerjaan
perlahan atau santai
atau cepat dan
melelahkan
Own performance Sempurna – Tidak Seberapa besar
(OP) Tepat keberhasilan seseorang
di dalam pekerjaannya
dan seberapa puas
dengan hasil kerjanya
Frustation level (FR) Rendah – Tinggi Seberapa tidak aman,
putus asa, tersinggung,
terganggu yang
dirasakan
Effort (EF) Rendah – Tinggi Seberapa keras kerja
yang dibutuhkan untuk
mencapai tingkat
performansi.
Berikut langkah-langkah pengukuran dengan menggunakan NASA-TLX
1 Pembobotan
Pada bagian ini responden diminta untuk memilih salah satu dari dua
indikator yang dirasakan lebih dominan menimbulkan beban kerja mental
terhadap pekerjaan tersebut. Kuesioner NASA-TLX yang diberikan berupa
perbandingan berpasangan
2 Pemberian Rating
Pada bagian ini responden diminta memberi rating terhadap keenam
indikator beban mental. Rating yang diberikan adalah subjektif
tergantung pada beban mental yang dirasakan oleh responden tersebut

3 Menghitung Nilai Produk


Diperoleh dengan mengalikan rating dengan bobot faktor untuk masing-
masing deskriptor. Dengan demikian dihasilkan 6 nilai produk untuk 6
indikator (MD, PD, TD, CE, FR, EF):
Produk = Rating x Bobot faktor

4 Menghitung Weighted Workload (WWL)


Diperoleh dengan menjumlahkan keenam nilai produk
𝑾𝑾𝑳=Σ𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌
5 Menghitung rata-rata WWL
Diperoleh dengan membagi WWL dengan jumlah bobot total
𝑺𝒌𝒐𝒓=Σ𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌/𝟏𝟓
6 Interpretasi Skor
Berdasarkan penjelasan Hart dan Staveland (1981) dalam teori NASA-
TLX, skor beban kerja yang diperoleh terbagi dalam lima bagian yaitu:
Tabel 4. 2 Interpretasi skor
Golongan Beban Kerja Nilai
Rendah 0-9
Sedang 10-29
Agak Tinggi 30-49
Tinggi 50-79
Sangat Tinggi 80-100

2.2.4 Analisis Statistik Deskriptif


Analisis deskriptif merupakan teknik dalam statistika yang digunakan
untuk mendeskripsikan data penelitian secara umum yang bertujuan untuk
memudahkan dalam menjelaskan distribusi data (Sugiyono, 2017). Analisis
ini menggambarkan karakter responden berupa perbedaan usia, jenis
kelamin, dan Job Description. Selanjutnya akan menjelaskan distribusi
jawaban responden pada kuesioner mengenai masing-masing variabel
penelitian. Analisis statistik deskriptif pada penelitian ini menggunakan
software SPSS. Uji statistik yang digunakan adalah:
a Regresi
Analisis regresi merupakan metode analisis dalam statistika yang
digunakna untuk menentukan hubungan sebab-akibat antara satu
variabel dengan variabel yang lain. Variabel penyebab disebut juga
dengan variabel bebas, variabel independen, variabel penjelas
maupun variabel eksplanatoris. Sedangkan variabel yang terkena
akibat disebut dengan variabel variabel respon, variabel terikat,
variabel dependen. Variabel respon (dependen) merupakan variabel
acak (random).
1 Uji Normalitas Residual
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi, nilai residual memiliki distribusi normal atau
tidak (Sunyoto, 2013). Residual adalah nilai selisih antara
variabel Y dengan variabel Y diprediksikan
2 Uji Multikolinieritas
Uji asumsi klasik multikolinieritas diterapkan untuk
menganalisis kemiripan antar variabel independen (bebas)
dalam model regresi berganda (Akila, 2017). Oleh karena itu,
multikolinearitas tidak terjadi pada regresi linear sederhana
yang hanya melibatkan satu variabel independen. Uji
multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan kolerasi antar variabel bebas.
3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians tetap maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka terjadi
problem Heteroskedastisitas . Model regresi yang baik yaitu
homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas
(Ghozali, 2013).
4 Uji Autokorelasi
Uji autokerelasi dalam suatu model bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu
pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya. Untuk data
time series autokorelasi sering terjadi.
5 Uji Regresi Linear Berganda
Analisis regresi adalah suatu analisis statistik yang
memanfaatkan hubungan antara dua variable atau lebih yaitu
variable Y (variabel dependen atau respon) pada beberapa
variabel lain X1, X2, Xk, (variabel independen atau predictor).
Dalam bagian ini akan dijelaskan secara singkat bagaimana
garis regresi dapat ditentukan dan yang akan ditinjau adalah
garis regresi variabel dependen (Y) atas variabelvariabel
independen (Xi) yang paling sederhana, yang selanjutnya
disebut regresi linier berganda. Persamaan umum untuk regresi
linier berganda yaitu:
Y =b0 +b 1 X 11 + b2 X 21+ ...+ bk X ki
Dengan: b0 = konstanta
b1…bk = nilai estimasi untuk koefisien
variabel independen

b Anova
ANOVA (Analysis of Variance) merupakan uji komparasi
multivariabel dengan menguji apakah terdapat perbedaan rata-rata
tiga kelompok atau lebih dengan membandingkan variansinya
(Ghozali, 2013). ANOVA dapat digunakan untuk menganalisa
sejumlah sampel dengan jumlah data yang sama pada tiap-tiap
kelompok sampel, atau dengan jumlah data yang berbeda. ANOVA
mensyaratkan data-data penelitian untuk dikelompokkan
berdasarkan kriteria tertentu. Sampel yang berbeda dilihat dari
variabilitas-nya. Ukuran-ukuran pada variabilitas ditunjukkan
dengan nilai variansi dan standard deviation (simpangan baku).
1. Chi-Square
Chi-Square atau Chi-Kuadrat adalah salah satu jenis uji
komparatif nonparametrik. Chi-Square adalah suatu teknik
statistika yang memungkinkan peneliti menilai perbedaan
frekuensi yang nyata di observasi, dengan frekuensi yang
diharapkan dalam kategori-kategori tertentu sebagai akibat dari
kesalahan sampling.

2. T-test.
Metode yang digunakan untuk menguji kebenaran dari suatu
hipotesis berdasarkan perbedaan rata-rata populasi. Uji
hipotesis T-test dibagi menjadi tiga, yaitu uji hipotesis rataan
satu populasi (One Sample T-test), uji hipotesis rataan dua
populasi (Independent Sample T-test) dan uji hipotesis data
berpasangan (Paired Sample T-test). Pengambilan keputusan
untuk menerima atau menolak hipotesis perlu dilakukan
berdasarkan parameter nilai tingkat signifikansi alfa (α).
Tingkat signifikansi alfa (α) adalah besarnya probabilitas untuk
menolak sebuah hipotesis dengan kemungkinan hipotesis yang
ditolak adalah hipotesis yang benar.
2.2.5 Diagram Fishbone
Diagram fishbone merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi,
mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail semua
penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan. Konsep dasar dari
diagram fishbone adalah permasalahan mendasar diletakkan pada bagian
kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya,
penyebab permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya (Scarvada,
2004). Kategori penyebab permasalahan yang sering digunakan sebagai
start awal meliputi materials (bahan baku), machines and equipment (mesin
dan peralatan), manpower (sumber daya manusia), methods (metode),
Mother Nature/environment (lingkungan), dan measurement (pengukuran).

2.2 Gambaran Perusahaan


2.2.1 Sejarah PT. Dua Kelinci
PT. Dua Kelinci berdiri pada tahun 1972 di Surabaya, didirkan oleh
sepasang suami istri yang bernama Ho Sie Ak dan Lauw Bie Giok, dengan
visi “Memproduksi kacang gurih yang berkualitas”. Pada awalnya PT Dua
Kelinci merupakan sebuah home industri sederhana dengan merk dagang
“Sari Gurih” dengan kemasan berlogo “Dua Kelinci”. Produk pertamanya
yaitu kacang garing, yang pasarkan didaerah surabaya dan sekitarnya
hingga akhirnya bisa tersebar diseluruh wilayah Jawa Timur. Dengan
semakin terkenalnya produk tersebut, para konsumen lebih mengenal logo
kemasannya “Dua Kelinci” dari pada merk dagangnya “Sari Gurih’, maka
konsumen lebih sering menyebut produk “Dua Kelinci”. Akhirnya pada
tahun 1982 merk dagang “Sari Gurih” diganti menjadi “Dua Kelinci”,
sampai pada tahun 1985 mendapatkan hak paten dan perusahannya diberi
nama PT. Dua Kelinci.
Pada tanggal 15 Juli 1985, Ali Arifin dan Hadi Sutiono akhirnya
membangun sebuah pabrik di Kabupaten Pati dengan nama PT. Dua
Kelinci dengan luas 6 Ha. Pembangunan pabrik bertujuan untuk lebih
menjamin kualitas dan dapat memenuhi permintaan pasar yang cukup
besar hingga tersebar ke kota-kota seluruh Indonesia. Wilayah Kabupaten
Pati dipilih untuk mendirikan suatu pabrik karena di wilayah Kabupaten
Pati adalah pusat penghasil kacang di Jawa Tengah. Pabrik akan sangat
mudah untuk mendapatkan pasokan kacang tanah yang lebih berkualitas,
jadi PT. Dua Kelinci lebih mudah mewujudkan visi perusahaan yaitu
“mengutamakan kepuasan pelanggan”, dan PT. Dua Kelinci mampu
menjadi industri kacang garing terbaik di Indonesia.
PT. Dua Kelinci selalu melakukan inovasi terhadap produk, tujuan
perusahaan harus melakukan inovasi yaitu agar suatu perusahaan mampu
bersaing dalam pasar global dan dapat memberikan kepuasan
kekonsumennya. PT. Dua Kelinci untuk menjaga kualitasnya yaitu
menggunakan standar manajemen mutu Internasional dengan ISO 9001:
versi 2000 dalam usaha untuk menghasilkan produk-produk kacang baik
untuk pasar lokal ataupun global. Kegiatan industri juga dapat
meningkatkan pendapatan negara serta memperkenalkan produk-produk
buatan dalam negeri keluar negeri. Untuk itulah ekspor-impor sangat perlu
di lakukan oleh setiap negara.
Produk kacang garing PT. Dua Kelinci telah didistribusikan ke
berbagai negara seperti Timur Tengah, Hong Kong, Singapura, Malaysia,
Cina, Filipina, Australia, Kanada, Eropa, Afika, Amerika Serikat dan
Amerika Selatan. Pendistribusian ini bukanlah sekedar aktivitas penjualan,
tetapi merupakan bukti keseriusan perusahaan untuk memasuki pasar
global sebagai sasaran pemasaran perusahaan.
2.2.2 Visi dan Misi PT. Dua Kelinci
a Visi:
Menjadi produsen makanan ringan paling populer di Indonesia dan
menjadi pelopor kesempurnaan dalam metode pengolahan
makanan dan etika bisnis.
b Misi:
Untuk mencapai visi ini, PT Dua Kelinci akan terus berupaya untuk:
1. Meningkatkan daya saing dengan fokus pada peningkatan
kualitas, efisiensi dan teknologi.
2. Bekerja secara konsisten untuk meningkatkan kinerja dan
memperkuat merek korporat dengan memanfaatkan dan
memperluas jaringan distribusi global kami.
3. Bersaing dalam kualitas dengan menjadi efisien dan menerapkan
teknologi baru, serta tetap responsif terhadap kebutuhan dan
keinginan konsumen di Indonesia dan internasional.
2.2.3 Slogan dan Komitmen PT. Dua Kelinci
Dalam usaha yang dilakukan guna meningkatkan kinerja dan
meningkatkan kepuasan konsumen, maka PT Dua Kelinci Pati memiliki
Slogan dan Komitmen sebagai berikut :
a) SloganPerusahaan:
“Menjadi yang terbaik di bidang food dan benerage industry”
b) Komitmen Perusahaan:
1. Menjaga kualitas produk-produk terbaik aman, dan halal demi
kepuasan pelanggan.
2. Mengembangkan manajemen dan Sumber daya serta
mengantisipasi perubahan global.
3. Meningkatkan produktifitas dan daya saing melalui
pengembangan produk dan teknologi.
4. Mengupayakan dan memperbaiki kelestarian dan keharmonisan
2.2.4 Motto PT. Dua Kelinci
Di PT. Dua Kelinci terdapat Motto yang diterapkan untuk membuat
karyawannya termotivasi untuk lebih baik dalam atau saat bekerja. Motto
PT. Dua kelinci tersebut yaitu : “DJITU”
D = Disiplin
J = Jujur
I = Inisiatif
T = Tanggung Jawab
U = Ulet
2.2.5 Perubahan Logo PT. Dua Kelinci
Logo kacang Dua Kelinci yang digunakan pada saat itu mempunyai
kisah yang unik. Pada suatu ketika, Hadi Sutiono, sang pemilik, pergi
memancing. Pada saat memancing, didapati dua ikan melompat dari air.
Pertanda baik bagi sang pemilik.
Bermula dari kisah itu lahirlah desain logo berupa gambar dua ekor kelinci
duduk diatas sebuah kacang sedang memancing dengan dua ekor ikan
yang melompat dari air.
Logo tersebut menjadi ikon kacang Indonesia selama beberapa
dekade. Logo yang memiliki sejarah panjang telah berganti. PT. Dua
Kelinci meluncurkan logo baru. Logo baru PT. Dua Kelinci berupa simbol
dua ekor kelinci yang menghadap kearah kanan, dengan bagian atas
berupa ruang positif dan kelinci di bawah berupa ruang negatif. Tipografi
lama masih tetap dipertahankan. Perubahan logo baru merupakan sebuah
kemajuandan lebih sederhana sehingga lebih mudah diaplikasikan pada
berbagai media. Logo baru dikecilkan masih terlihat karakter unik dan
bentuk spesifikasinya jadi lebih mudah diingat, selain itu logo baru juga
lebih simpel, tidak terlalu banyak elemen grafis yang kurang penting
seperti logo lama.

Gambar 2.1 Perubahan Logo PT.Dua Kelinci


2.2.6 Lokasi PT. Dua Kelinci
PT Dua Kelinci terletak di seberang jalan raya Pati - Kudus yaitu
sekitar 6,3 km dari pusat kota Pati ke arah barat dan sekitar 37 km dari
kota Kudus ke arah timur. Lokasi pabrik ini berbatasan dengan :
1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Gantungan, Kecamatan
Margorejo.
2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Soko, Kecamatan
Margorejo.
3. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Soko, Kecamatan
Margorejo.
4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Lumpur, Kecamatan
Margorejo.

Anda mungkin juga menyukai