Anda di halaman 1dari 21

Beda Fasa 06

Percobaan 6 Oscilloscope Beda Fasa


KELOMPOK 7 :
1. BAYU ADJIE NATALEGAWA (230935604580)
2. FARKHAN MUHAMMAD (230935606140)
3. BELVA RHESA IVAN JANITRA (230935609464)
6.1 Dasar Teori
1. Rangkaian Beda Fasa

Rangkaian beda fasa atau fase shift adalah suatu jenis rangkaian listrik yang digunakan untuk
menghasilkan perbedaan waktu atau fasa antara tegangan dan arus listrik. Salah satu contoh
umum rangkaian beda fasa adalah rangkaian beda fasa menggunakan kapasitor dan induktor.

Berikut adalah penjelasan singkat tentang rangkaian beda fasa menggunakan kapasitor dan
induktor:

1. Rangkaian Beda Fasa Kapasitor (Capacitor Phase Shift Circuit):

Prinsip Kerja: Pada dasarnya, kapasitor menyebabkan perbedaan fasa antara tegangan dan
arus. Ketika sinyal AC melewati kapasitor, arus mendahului tegangan.

2. Rangkaian Beda Fasa Induktor (Inductor Phase Shift Circuit):

Prinsip Kerja: Induktor juga dapat digunakan untuk menciptakan perbedaan fasa antara arus
dan tegangan. Pada induktor, tegangan mendahului arus.

Penting untuk dicatat bahwa baik kapasitor maupun induktor dapat digunakan untuk
mencapai perbedaan fasa sebesar 90 derajat dalam rangkaian. Rangkaian beda fasa ini sering
digunakan dalam aplikasi seperti pembentukan sinyal fase terkendali, kontrol motor listrik, dan
dalam rangkaian osilator. Fasor adalah cara efektif untuk menganalisis perilaku elemen dalam
rangkaian AC ketika frekuensi rangkaiannya sama. Hasil penjumlahan dua fasor bergantung
pada fasa relatifnya, apakah fasa tersebut “sefasa” atau “keluar fasa” karena adanya
perbedaan fasa.

Bentuk gelombang sinusoidal adalah besaran bolak-balik yang dapat disajikan secara grafis
dalam domain waktu sepanjang sumbu horizontal. Sebagai besaran yang bervariasi terhadap
waktu, bentuk gelombang sinusoidal mempunyai nilai maksimum positif pada waktu π/2 , nilai
maksimum negatif pada waktu 3π/2 , dengan nilai nol terjadi di sepanjang garis dasar pada
titik 0 , π dan 2π .

Namun, tidak semua bentuk gelombang sinusoidal akan melewati titik sumbu nol secara tepat
pada saat yang bersamaan, namun mungkin “bergeser” ke kanan atau ke kiri
sebesar 0 o dengan nilai tertentu jika dibandingkan dengan gelombang sinus lainnya.

Misalnya, membandingkan bentuk gelombang tegangan dengan bentuk gelombang arus. Hal
ini kemudian menghasilkan pergeseran sudut atau Perbedaan Fasa antara dua bentuk
gelombang sinusoidal. Setiap gelombang sinus yang tidak melewati nol pada t = 0 mengalami
pergeseran fasa.
Sudut fase adalah sudut yang ditempuh oleh benda yang bergetar. Sudut fase dinyatakan
dalam fungsi sinus dari persamaan umum gelombang.

2. Rangkaian RLC

Rangkaian RLC adalah rangkaian yang tersusun atas resitor, induktor, dan kapistor baik secara
seri maupun paralel. Rangkaian ini dinamakan RLC karena menunjukkan simbol ketahanan (R),
induktansi (L), dan kapasitansi (C). Rangkaian RLC bisa membentuk osilator harmonik dan akan
beresonansi pada rangkaian LC. Untuk lebih jelasnya, simak analisis rangkaian RLC berikut.

Dari gambar di atas terlihat bahwa komponen L dan C akan dilalui arus yang sama, yaitu I. Oleh karena
itu, pada komponen L akan muncul tegangan VL dan pada komponen C akan muncul tegangan VC.
Perbedaan fase arus dan tegangan serta diagram fasor tegangannya bisa Quipperian lihat pada gambar
berikut.
Berdasarkan gambar di atas, VL akan mendahului arus dengan beda sudut fase 90 derajat,
sedangkan VC tertinggal dari arus dengan beda sudut fase 90 derajat. Secara matematis, persamaan
yang terkait rangkaian LC seri ini dirumuskan sebagai berikut.

3. Oscilloscope

Oscilloscope merupakan sebuah alat ukur elektronik yang digunakan untuk memproyeksikan sinyal listrik
serta frekuensi menjadi gambar grafik sehingga dapat dinyatakan dalam satuan tertentu sebagai
indikator kinerja. Fungsi utama dari oscilloscope adalah membaca sinyal dan frekuensi listrik yang
kemudian diproyeksikan menjadi visual gambar listrik agar dapat dengan mudah dilihat, dipelajari
maupun dianalisa. Bentuk gelombang sinyal atau frekuensi listrik dari suatu rangkaian elektronika dapat
diketahui secara detail menggunakan oscilloscope. Oscilloscope akan menampilkan hasil pengukuran
berupa gambar grafik dua dimensi (2D) dengan dimensi analogi sumbu X (Waktu) dan sumbu Y
(Tegangan). Pada umumnya, oscilloscope banyak digunakan pada beberapa bidang seperti penelitian,
sains, engineering, kedokteran dan telekomunikasi.

- Fungsi Oscilloscope
• Mengukur jumlah frekuensi dan gelombang
• Menganalisa gejala gelombang yang bersifat periodik
• Untuk mengetahui bentuk gelombang dari suatu tegangan.
• Untuk menganalisa gelombang dan fenomena lain dalam sebuah rangkaian elektronika.
• Untuk melihat dan membaca emplitudo, tegangan, periode dan frekuensi dari sinyal yang tidak
diketahui.
• Untuk menganalisa tingkah laku besaran yang dapat berubah-ubah terhadap waktu pada
tampilan di layar
• Untuk mengukur perubahan aliran (phasa) dari sinyal input.
• Untuk mengetahui beda Fasa antara dua sinyal
• Mengukur frekuensi dan tegangan AC/DC
- Manfaat Oscilloscope
• Seberapa besar tegangan dan bagaimana tegangan tersebut bervariasi dengan waktu
• Frekuensi sinyal dari sinyal osilasi
• Banyaknya sinyal yang mengandung komponen AC dan komponen DC
• Berapa jumlah noise yang ada pada rangkaian elektronika dan bagaimana noise yang berbeda-
beda setiap waktu
• Komponen yang rusak pada sebuah rangkaian elektronika dengan mengamati respon dari
rangkaian tersebut ketike diuji dengan input yang bervariasi

- Jenis Oscilloscope
Berdasarkan prinsip kerjanya, terdapat 2 jenis oscilloscope yaitu oscilloscope analog dan oscilloscope
digital.

1. Oscilloscope Analog
Oscilloscope analog atau yang sering disebut oscilloscope tabung kaca merupakan alat yang
menggunakan tabung CRT (Cathode Ray Tube) sebagai layarnya. Oscilloscope analog memanfaatkan
tegangan yang diukur untuk menggerakkan berkas elektron dalam tabung CRT sesuai dengan bentuk
gambar yang diukur.

Beberapa kelebihan oscilloscope analog dibandingkan dengan oscilloscope digital antara lain:

• Harganya lebih murah


• Memiliki respon yang lebih cepat terhadap sinyal
• Memiliki sifat yang realtime dan pengaturan yang mudah dilakukan
• Mampu meragakan bentuk yang lebih baik seperti yang diinginkan untuk melihat gelombang-
gelombang yang kompleks.

2. Oscilloscope Digital
Oscilloscope digital mengambil bentuk gelombang yang diukur dan menggunakan ADC (Analog to Digital
Converter) untuk mengubah besaran tegangan yang diambil tadi menjadi besaran digital. Oscilloscope
digital sering dikenal dengan oscilloscope LCD.

Beberapa kelebihan dari oscilloscope jenis digital antara lain :


• Lebih ringan dan mudah karena menggunakan LCD
• Mampu memberikan kemampuan ekstensif
• Kemudahan tugas-tugas akuisisi gelombang dan pengukurannya

4. Function Generator

Function Generator atau Generator Fungsi adalah alat uji elektronik yang dapat
membangkitkan berbagai bentuk gelombang. Bentuk Gelombang yang dapat dihasilkan oleh
Function Generator diantaranya seperti bentuk gelombang Sinus (Sine Wave), gelombang Kotak
(Square Wave), gelombang gigi gergaji (Saw tooth wave), gelombang segitigam (Triangular
wave) dan gelombang pulsa (Pulse). Fungsi ini sedikit berbeda dengan RF Signal Generator
ataupun Audio Signal Generator yang pada umumnya hanya fokus pada pembangkitan bentuk
gelombang sinus. Function Generator dapat menghasilkan Frekuensi hingga 20MHz tergantung
pada rancangan produsennya. Frekuensi yang dihasilkan tersebut dapat kita atur sesuai dengan
kebutuhan kita. Selain pengaturan Frekuensi, kita juga dapat mengatur bentuk gelombang, DC
Offset dan Duty Cycle (Siklus Kerja). Sebagai pengetahuan, DC Offset digunakan untuk
mengubah tegangan rata-rata pada sinyal relatif terhadap 0V atau Ground. Sedangkan Yang
dimaksud dengan Duty Cycle atau Siklus kerja adalah perbandingan waktu ketika sinyal
mencapai kondisi ON dan ketika mencapai kondisi OFF dalam satu periode sinyal. Dengan kata
lain, Siklus Kerja atau Duty Cycle adalah perbandingan lamanya waktu kondisi ON dan kondisi
OFF suatu sinyal pada setiap periode. Fungsi pengaturan Duty Cycle untuk mengubah rasio
tegangan tertinggi ke tegangan terhadap tegangan terendah pada sinyal gelombang persegi.
Jenis-Jenis Function Generator

Di pasaran, terdapat beberapa jenis Function Generator yang menawarkan kinerja dan harga
yang bervariasi. Berikut ini adalah jenis-jenis Function Generator atau Generator Fungsi yang
dimaksud.

1.Analogue Function Generator (Generator Fungsi Analog) – Function


Generator jenis ini adalah Function Generator yang paling pertama dikembangkan yaitu sekitar
tahun 1950-an. Pada saat tersebut, penggunakan teknologi digital masih sangat terbatas.
Meskipun masih menggunakan Teknologi Analog, Function Generator jenis ini memiliki
beberapa kelebihan yaitu Harga yang relatif lebih murah, cara penggunaan yang lebih mudah
dan sederhana.
2.Digital Function Generator (Generato Fungsi Digital) – Seperti namanya,
Function Generator jenis ini memanfaatkan Teknologi Digital untuk menghasilkan bentuk
gelombangnya. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk membangkitkan bentuk
gelombang, namun teknik yang paling umum digunakan adalah teknik Direct Digital Synthesis
(Sintesis Digital Langsung) atau disingkat dengan DDS. Digital Function Generator ini mampu
menghasilkan bentuk gelombang dengan tingkat akurasi dan stabilitas yang tinggi karena
rangkaian sistem Pewaktunya (clock) dikendalikan oleh Kristal (Crystal). Digital Funciton
Generator juga mampu menghasilkan spektral yang murni (high spectral purity) dan Noise Fase
yang rendah (low phase noise). Dengan beberapa kelebihan Digital Function Generator yang
ditawarkan ini, Harga Digital Function Generator menjadi lebih mahal dan pengoperasian lebih
rumit jika dibandingkan dengan Analog Function Generator.

3. Sweep Function Generator (Generator Fungsi Sweep) – Function Generator jenis ini memiliki
kemampuan Sweep pada Frekuensinya. Pada umumnya, Sweep Function Generator ini
menggunakan Teknologi Digital, namun ada juga yang menggunakan versi Analog. Kemampuan
Sweep pada Function Generator jenis ini dapat mencapai 100:1 atau bahkan lebih tergantung
pada tipe generatornya.
4. Resistor

Resistor adalah komponen elektronika yang bersifat menghambat arus listrik. Resistor
termasuk dalam komponen pasif karena komponen ini tidak membutuhkan arus listrik untuk
bekerja. Resistor terbuat dari material atau bahan karbon dan keramik yang berbentuk tabung.
Semakin besar kapasitas resistor, semakin besar pula diameter tabung yang dipergunakan.
Fungsi resistor Dikutip dari buku Dasar Teknik Listrik (2018) oleh Hantje Ponto, dalam
rangkaian elektronika, resistor memiliki beberapa kegunaannya yaitu sebagai berikut.
Penghambat arus listrik Pembagi tegangan Pembagi arus Pengaman arus dan sebagainya. Baca
juga: Pengertian Rangkaian Seri dan Paralel Kapasitor Rumus resistor Dikutip dari buku
Pembelajaran Konsep Listrik dan Magnet (2018) oleh Saminan, rumus resistor adalah sebagai
berikut:

Keterangan:

R = tahanan dengan satuan Ohm

V = tegangan dengan satuan Volt

I = arus dengan satuan ampere


5. Induktor

Sebuah induktor atau reaktor adalah sebuah komponen elektronika pasif (kebanyakan
berbentuk torus) yang dapat menyimpan energi pada medan magnet yang ditimbulkan
oleh arus listrik yang melintasinya. Kemampuan induktor untuk menyimpan energi magnet
ditentukan oleh induktansinya, dalam satuan Henry. Biasanya sebuah induktor adalah sebuah
kawat penghantar yang dibentuk menjadi kumparan, lilitan membantu membuat medan
magnet yang kuat di dalam kumparan dikarenakan hukum induksi Faraday. Induktor adalah
salah satu komponen elektronik dasar yang digunakan dalam rangkaian yang arus dan
tegangannya berubah-ubah dikarenakan kemampuan induktor untuk memproses arus bolak-
balik.

Sebuah induktor ideal memiliki induktansi, tetapi tanpa resistansi atau kapasitansi, dan tidak
memboroskan daya. Sebuah induktor pada kenyataanya merupakan gabungan dari induktansi,
beberapa resistansi karena resistivitas kawat, dan beberapa kapasitansi. Pada suatu frekuensi,
induktor dapat menjadi sirkuit resonansi karena kapasitas parasitnya. Selain memboroskan
daya pada resistansi kawat, induktor berinti magnet juga memboroskan daya di dalam inti
karena efek histeresis, dan pada arus tinggi mungkin mengalami nonlinearitas karena
penjenuhan.

6. Kapasitor

Kapasitor sering disebut juga dengan istilah kondensator. Untuk dapat menyimpan energi
listrik, cara kerja kapasitor yakni perlu mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari sebuah
muatan listrik. Ketika kapasitor dihubungkan pada sumber tegangan, maka yang terjadi
kemudian adalah kepingannya akan berisi elektron. Bila dari kedua kepingin kapasitor berisi
elektron, maka kedua plat tersebut akan mengandung muatan listrik. Selanjutnya, muatan
listrik ini akan terus tersimpan didalam kondensator dalam jangka waktu tertentu.
Kapasitor merupakan komponen elektronika yang terdiri dari dua konduktor. Dimana
keduanya dipisahkan oleh dua penyekat yang disebut dengan keping. Sederhanannya fungsi
utama kapasitor adalah untuk menyimpan energi listrik, namun masih banyak lagi fungsi-fungsi
kapasitor yang harus kamu ketahui. Adapun fungsi kapasitor adalah sebagai berikut :

Berperan sebagai isolator, dalam hal ini fungsi kapasitor adalah untuk memperlambat arus DC
(arus searah). Kapasitor berfungsi sebagai penyaring atau filter dalam sebuah rangkaian power
supply (catu daya). Fungsi kapasitor sebagai pembangkit frekuensi pada alat osilator. Kapasitor
berfungsi untuk menyimpan tegangan dan kuat arus pada periode tertentu. Pada
rangkaian antena, fungsi kapasitor adalah sebagai frekuensi. Pada lampu neon, fungsi dari
kapasitor adalah sebagai penghemat daya listrik. Manfaat kapasitor yang lainnya yaitu
berfungsi sebagai penghilang loncatan api (bouncing) ketika memasang saklar. Kapasitor juga
berfungsi sebagai kopling, penggeser fasa dan juga konduktor.

6.2 Tujuan Percobaan


Mahasiswa dapat mengukur beda fasa dari dua sinyal dengan menggunakan oscilloscope

6.3 Alat dan Bahan


1. 1 buah function generator
2. 1 buah oscilloscope
3. Resistor 100 ohm
4. Induktor 7,37 H
5. Kapasitor 7,3 Farad

6.4 Hasil Percobaan


Tabel 6.1 Tabel hasil percobaan beda fasa

No kot
Frekuensi kotak
Vpp Θ Selektor ak A Θ
XL XC R Z T
(Vsumber) (Hz) teori time/div (beda praktikum
(periode)
fasa)
1. 100 -77° 5 ms/div 0,6 X -70°
2,31 436,26 Ω 5 ms
5 50 445,32 4 div
Ω Ω =3
ms
2. 100 -45° 1 ms/div 0,8 X -42°
9,26 109,1 Ω 1 ms
10 200 141,30 5 div
Ω Ω = 0,8
ms
3. 5 500 23,1 43,6 Ω 100 102,1 -11° 0,5 4 div 0,7 X -10°
Ω Ω ms/div 0,5
ms
=
0,35
ms
4. 100 14° 0,2 0,2 X 12°
Ω ms/div 0,2
46,3 ms
10 1000 21,8 Ω 103 5 div
Ω =
0,04
ms
5. 100 32° 0,1 0,3 X 30°
Ω ms/div 0,1
92,6 ms
5 2000 29,6 Ω 118,2 5 div

= 0,3
ms
6. 100 61° 50 0,4 X 60°
185,2 Ω uS/div 50 uS
10 4000 5,45 Ω 205,7 5 div
Ω = 0,8
ms

6.5 Lampiran Percobaan

Gambar 6.1 Percobaan Beda Fasa 50 Hz 5 Vp-p


Gambar 6.2 Percobaan Beda Fasa 200 Hz 10 Vp-p

Gambar 6.3 Percobaan Beda Fasa 500 Hz 5 Vp-p


Gambar 6.4 Percobaan Beda Fasa 1000 Hz 10 Vp-p

Gambar 6.5 Percobaan Beda Fasa 2000 Hz 5 Vp-p


Gambar 6.6 Percobaan Beda Fasa 4000 Hz 10 Vp-p

6.6 Lampiran Simulasi

Gambar 7.1 Simulasi Beda Fasa 50 Hz 5 Vp-p


Gambar 7.2 Simulasi Beda Fasa 200 Hz 10 Vp-p

Gambar 7.3 Simulasi Beda Fasa 500 Hz 5 Vp-p

Gambar 7.4 Simulasi Beda Fasa 1000 Hz 10 Vp-p


Gambar 7.5 Simulasi Beda Fasa 2000 Hz 5 Vp-p

Gambar 7.6 Simulasi Beda Fasa 4000 Hz 10 Vp-p

6.7 Analisis Data


Perhitungan teori dari XL, XC, Θ teori dan Z
1. Vpp = 5, Frekuensi = 50Hz
- Xl = wl = 2π . f . l = 2 . π . 50 . 0,00737 = 2,31 Ω
- Xc = 1/wc = 1/ 2 . π . f . c = 1/ 2 . π . 50 . 7,3 x 10-6 = 436,26 Ω
- Tan Θ = (xl – xc)/R = (2,31 Ω - 436,26 Ω)/100 = -433,95/100 = -4,34
- Θ = tan-1 (-4,34) = -77°

- Z total = √R2 + (xl – xc)2 = √1002 + (2,31 Ω - 436,26 Ω)2 = √10.000 + (-433,95)2 = 445,32

2. Vpp = 10, Frekuensi = 200Hz


- Xl = wl = 2π . f . l = 2 . π . 200 . 0,00737 = 9,26 Ω
- Xc = 1/wc = 1/ 2 . π . f . c = 1/ 2 . π . 200 . 7,3 x 10-6 = 109,1 Ω
- Tan Θ = (xl – xc)/R = (9,26 Ω - 109,1 Ω)/100 = -99,84/100 = -0,9984
- Θ = tan-1 (-0,9984) = -45°

- Z total = √R2 + (xl – xc)2 = √1002 + (9,26 Ω - 109,1 Ω)2 = √10.000 + (-99,84)2 = 141,30

3. Vpp = 5, Frekuensi = 500Hz


- Xl = wl = 2π . f . l = 2 . π . 500 . 0,00737 = 23,1 Ω
- Xc = 1/wc = 1/ 2 . π . f . c = 1/ 2 . π . 500 . 7,3 x 10-6 = 43,6 Ω
- Tan Θ = (xl – xc)/R = (23,1 Ω - 43,6 Ω)/100 = -20,5/100 = -0,205
- Θ = tan-1 (-0,205) = -11°

- Z total = √R2 + (xl – xc)2 = √1002 + (23,1 Ω - 43,6 Ω)2 = √10.000 + (-20,5)2 = 102,1

4. Vpp = 10, Frekuensi = 1.000Hz


- Xl = wl = 2π . f . l = 2 . π . 1000 . 0,00737 = 46,3 Ω
- Xc = 1/wc = 1/ 2 . π . f . c = 1/ 2 . π . 50 . 7,3 x 10-6 = 21,8 Ω
- Tan Θ = (xl – xc)/R = (46,3 Ω - 21,8 Ω)/100 = 24,5/100 = 0,245
- Θ = tan-1 (0,245) = -14°

- Z total = √R2 + (xl – xc)2 = √1002 + (46,3 Ω - 21,8 Ω)2 = √10.000 + (24,5)2 = 103

5. Vpp = 5, Frekuensi = 2.000Hz


- Xl = wl = 2π . f . l = 2 . π . 2000 . 0,00737 = 92,6 Ω
- Xc = 1/wc = 1/ 2 . π . f . c = 1/ 2 . π . 2000 . 7,3 x 10-6 = 29,6 Ω
- Tan Θ = (xl – xc)/R = (92,6 Ω - 29,6 Ω)/100 = 63/100 = 0,63
- Θ = tan-1 (0,63) = 32°

- Z total = √R2 + (xl – xc)2 = √1002 + (92,6 Ω - 29,6 Ω)2 = √10.000 + (63)2 = 445,32

6. Vpp = 10, Frekuensi = 4.000Hz


- Xl = wl = 2π . f . l = 2 . π . 4000 . 0,00737 = 185,2 Ω
- Xc = 1/wc = 1/ 2 . π . f . c = 1/ 2 . π . 4000 . 7,3 x 10-6 = 5,45 Ω
- Tan Θ = (xl – xc)/R = (185,2 Ω - 5,45 Ω)/100 = 180/100 = 1,8
- Θ = tan-1 (1,8) = 61°

- Z total = √R2 + (xl – xc)2 = √1002 + (185,2 Ω - 5,45 Ω)2 = √10.000 + (180)2 = 205,70

Perhitungan selektor time/div


a) No. 1 :
- T = 1/f = 1/50 =0,02 S = 20 ms
- Selektor = 5 ms/div

b) No. 2 :
- T = 1/f = 1/200 =0,005 S = 5 ms
- Selektor = 1 ms/div

c) No. 3 :
- T = 1/f = 1/500 =0,002 S = 2 ms
- Selektor = 0,5 ms/div

d) No. 4 :
- T = 1/f = 1/1000 =0,001 S = 1 ms
- Selektor = 0,2 ms/div

e) No. 5 :
- T = 1/f = 1/2000 =0,0005 S = 0,5 ms
- Selektor = 0,1 ms/div

f) No. 6 :
- T = 1/f = 1/4000 = 0,00025 S = 0,25 ms
- Selektor = 50 uS/div
kotak A (beda fasa)
a. No. 1 :
- 0,6 X 5 ms = 3 ms
b. No. 2 :
- 0,8 X 1 ms = 0,8
c. No. 3 :
- 0,7 X 0,5 ms = 0,35 ms
d. No. 4 :
- 0,2 X 0,2 ms = 0,04 ms
e. No. 5 :
- 0,3 X 0,1 ms = 0,03 ms
f. No. 6 :
- 0,4 X 50 uS = 0,08 ms

6.8 Kesimpulan
Praktikum beda fasa mengonfirmasi prinsip dasar bahwa komponen elektronik seperti
kapasitor dan induktor dapat menyebabkan perbedaan waktu atau fasa antara tegangan dan
arus dalam suatu rangkaian listrik.

Perbedaan Fasa pada Kapasitor dan Induktor:

Rangkaian kapasitor cenderung memiliki arus yang mendahului tegangan, menciptakan


perbedaan fasa positif. Sebaliknya, rangkaian induktor memiliki tegangan yang mendahului
arus, menciptakan perbedaan fasa negatif.
Pengukuran dan Pemodelan:

Melalui pengukuran dan analisis data, dapat dibuktikan bahwa perbedaan fasa dapat diukur
menggunakan alat pengukur fasa, seperti osiloskop. Rumus-rumus matematis yang terkait
dengan kapasitor dan induktor membantu memodelkan hubungan antara arus dan tegangan
dalam konteks perbedaan fasa.

Pengaruh Frekuensi dan Komponen Pasif:

Frekuensi sinyal AC memiliki pengaruh signifikan terhadap perbedaan fasa. Nilai komponen
pasif, seperti resistansi, kapasitansi, dan induktansi, dapat memengaruhi besarnya perbedaan
fasa.

Aplikasi Rangkaian Beda Fasa:

Rangkaian beda fasa memiliki aplikasi praktis dalam berbagai bidang teknik, termasuk
pembentukan sinyal fase terkendali, kontrol motor, dan osilator. Pemahaman perbedaan fasa
memainkan peran penting dalam merancang rangkaian yang memerlukan kontrol atau
sinkronisasi fasa.

Pentingnya Pemahaman Teori dan Penerapan:

Praktikum ini menekankan pentingnya pemahaman teori di balik perbedaan fasa dan
bagaimana menerapkannya dalam situasi nyata. Kesimpulan praktikum ini membantu
mahasiswa atau praktisi untuk mengaitkan konsep teoritis dengan aplikasi praktis dalam
desain dan pemecahan masalah rangkaian listrik.

Dengan demikian, kesimpulan praktikum beda fasa mencerminkan pemahaman tentang


prinsip-prinsip fundamental dan aplikasi praktisnya dalam dunia rekayasa elektronik.

Anda mungkin juga menyukai