Guru Pembelajaran:
Feri Marjuan, S.E
Disusun Oleh :
Adli Firlian Ilmi
KELAS IX-D
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Globalisasi Harus Diwarnai Bukan Dihindari” ini dengan baik.
Saran dan kritik yang membangun sangat saya butuhkan agar dapat
menyempurnakan makalah ini dimasa yang akan datang. Semoga apa yang disajikan
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi Bagi semua.
2
DAFTAR ISI
DAFTAR IS .............................................................................................................III
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
Kesimpulan ....................................................................................................... 8
BAB I
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
mereka berbicara, berpakaian, berbicara dan berkespresi pun mulai mengadopsi
cara dari luar negeri.
Sebagian orang tua murid dan guru di SMP Negeri 1 Kota Bogor pun juga
merasa resah dengan perkembangan ini. Mereka menganggap perubahan yang
dialami anak-anaknya sebagai dampak buruk globalisasi. Haruskah orang tua murid
dan guru menyikapi globalisasi sebagai ancaman yang berbahaya?
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Hal yang mendasari penulisan makalah ini adalah:
1. Memberikan gambaran umum bagaimana menyikapi pangaruh Globalisasi di
lembaga pendidikan
2. Memberikan masukan bagaimana Lembaga Pendidikan serta orang tua dalam
menyikapi isu Globalisasi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Waktu terus berlalu. Kita tidak dapat kembali lagi ke masa lalu. Suka
tidak suka kita tetap harus berjalan maju kedepan. Begitu pula dengan
globalisasi. Perkembangan teknologi transportasi, informasi dan komunikasi
telah melahirkan globalisasi. Kita tidak bisa lagi mundur ke belakang.
Perkembangan teknologi itu akan semakin canggih. Artinya, globalisasi tidak
bisa dibendung.
Interaksi sosial yang ditimbulkan dari globalisasi menyebabkan
pertukaran budaya. Ada pihak yang melihat pertukaran budaya itu sebagai
ancaman yang harus dihindari. Ada pula yang melihat ini sebagai
keniscayaan yang tidak dapat dihindari.
Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana lembaga Pendidikan seperti
SMP Negeri 1 melihat dan menyikapi fenomena globalisasi ini?
Sebagai sebuah lembaga Pendidikan, SMP Negeri 1 Kota Bogor harus
melihat dan menyikapi sebuah fenomena sosial, termasuk globalisasi, secara
progresif bukan reaksioner. Bagaimana melihat dan menyikapi globalisasi
secara progresif?
SMP Negeri 1 Kota Bogor harus melihat globalisasi sebagai sebuah
keniscayaan sejarah akibat perkembangan teknologi transportasi, informasi
dan komunikasi. SMP Negeri 1 Kota Bogor harus pula mengakui bahwa
interkasi sosial yang ditimbulkan dalam globalisasi tidak selalu membawa
nilai-nilai kebaikan. Namun, SMP Negeri 1 Kota Bogor melihat pengaruh
buruk yang dibawa globalisasi bukan dari permukaan saja, tapi lebih dalam
dari itu.
Nilai-nilai buruk yang dibawa oleh globalisasi adalah sebuah
keniscayaan bila nilai-nilai (yang kita nilai) baik gagal mendominasi dalam
pertukaran budaya itu. Artinya, SMP Negeri 1 Kota Bogor melihat globalisasi
tidak sebagai ancaman tapi sebagai peluang untuk mewarnai globalisasi
6
dengan nilai-nilai yang kita anggap baik. SMP Negeri 1 Kota Bogor harus
optimis, bila nilai-nilai buruk bisa mendominasi interaksi sosial globalisasi,
maka nilai-nilai kebaikan pun memiliki peluang yang sama dalam
mendominasinya.
Lantas, bagaimana caranya nilai-nilai baik bisa mendominasi interaksi
sosial dalam globalisasi? Caranya sederhana saja. Nilai-nilai yang kita
anggap baik tidak boleh ditaruh di dalam sangkar emas seperti kita menaruh
burung peliharaan. Nilai-nilai yang kita anggap baik harus terbuka bukan
hanya untuk didiskusikan tapi diperdebatkan olah murid-murid SMP Negeri
1 Kota Bogor. Dengan demikian nilai-nilai yang kita anggap baik bukan
hanya bisa tertanam lebih dalam di benak murid-murid SMP Negeri 1 Kota
Bogor, namun juga mendapat pemaknaan baru sesuai dengan zamannya, tapi
tak mengubah substansi pesan moralnya. Dengan demikian nilai moral baik
akan hidup. Nilai-nilai baik itu bukan hanya menjadi filter saat berinteraksi
antar budaya namun juga bisa menominasi keberadaannya.
Memang tidak mudah untuk melakukannya, tapi bukan tidak mungkin.
Ibarat seorang bayi yang baru belajar berjalan, agar bisa terus berjalan harus
dimulai dengan langkah kecil. Jatuh adalah sebuah keniscayaan dalam proses
belajar berjalan. Tapi setelah jatuh harus bangkit lagi dan terus mencoba.
Dengan demikian seseorang benar-benar bisa berjalan dengan stabil. Begitu
pula dalam menyikapi isu globalisasi.
7
BAB III
KESIMPULAN