182
Melacak Peran Tionghoa di Kancah Politik Indonesia
Retno Winarni
183
Vol. 3, No. 2, Desember 2013
penduduk Tionghoa. Kondisi RRC ketika itu yang luas kepada etnik Tionghoa. Hal ini
dinilai sebagai kekuatan komunis terbesar di berhubungan dengan strategi besarnya dalam
dunia, sangat diperhitungkan oleh Indonesia. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
Sebab lain adalah bahwa pemerintah pasca perkembangan Indonesia untuk memberikan
kemerdekaan sedang gencar-gencarnya me legitimasi kekuasaannya.
minta dukungan dari beberapa negara untuk Menurut Mahfud Orde Baru membuka
mengakui kedaulatan NKRI. Negara yang lebar-lebar bagi modal asing di Indonesia
semula mengakui kedaulatan RI adalah Mesir serta menerapkan politik pro-bisnis. Orang-
dan India. Pada saat itu peran politik warga orang Tionghoa di Indonesia sangat potensial
Tionghoa sempat terjebak pada kondisi untuk dimanfaatkan dalam bidang ekonomi,
instabilitas kedua negara, terutama kecurigaan namun secara politik mereka dicurigai bahkan
pemerintah RI akan kondisi dan status RRC didiskriminasi. Akibat yang tidak direncana
sebagai negara komunis. kan adalah meningkatnya kekuasaan ekonomi
Mahfud selanjutnya mengatakan bahwa etnik Tionghoa, tetapi pada saat yang sama
secara politis, peran individual warga Tionghoa secara politik mereka menjadi sangat rentan
memang tidak begitu signifikan apalagi terhadap serangan. Keamanan mereka
kalau dihadapkan pada kondisi pasang surut berada di tangan pribumi. Mereka tersisih
hubungan pemerintah RI dengan RRC yang secara politik. Warga Tionghoa hanya secara
menyebabkan ruang politik warga Tionghoa individual yang berkecimpung di dunia
masih terbatas pada organisasi bentukan politik, selebihnya mereka apatis, bahkan
mereka sendiri yang sifatnya masih tradisional muncul fobia politik.
dan bercorak ekonomi. Kebijakan pemerintah
Soekarno dengan pembentukan poros Jakarta- Zaman Reformasi: Sebagai Tiket Politik
Peking-Pyongyang itu pun tidak berdampak Masa setelah Orde Baru terjadi bersamaan
signifikan pada kesempatan warga Tionghoa dengan perubahan dunia internasional.
masuk dalam jajaran kabinet maupun jabatan Globalisasi dan demokratisasi berdampak ter
lainnya. Bahkan kebijakan pemerintah dalam hadap Indonesia dan banyak dunia lainnya.
UUD 1945 menyatakan bahwa Presiden Citra tentang Tiongkok juga telah berubah.
Indonesia merupakan warga negara Indonsia Negara itu tidak lagi dipandang sebagai
asli. Artinya secara tidak langsung mengubur pengekspor “revolusi”, tetapi dipandang
harapan warga keturunan untuk bercita-cita sebagai negara yang menghendaki situasi
tinggi, menjadi presiden. status quo. Demokratisasi telah terjadi di
Di era Orde Baru, nasib warga Tionghoa Indonesia. Kemajuan fundamental terjadi
tidak menjadi lebih baik. Setelah Soekarno secara bertahap dalam bidang hukum dan
yang antikolonialis dijatuhkan oleh kaum status politik etnis Tionghoa. Kemajuan
militer Indonesia yang pro-Barat, kemudian ini sebagai dampak dari perubahan situasi
Soeharto berkuasa selama 32 tahun (1966- Indonesia maupun internasional sebelumnya.
1998), dan PKI disapu bersih dari percaturan Pemerintah baru menyadari bahwa guna
kekuasaan politik Indonesia. Politik Soeharto meningkatkan kondisi ekonomi Indonesia,
terhadap etnik Tionghoa mengandung dua partisipasi etnik Tionghoa sangat menen
dimensi: budaya dan ekonomi. Dalam bidang tukan. Pemerintah Indonesia pasca-Soeharto
budaya ia memperkenalkan politik asimilasi menerapkan berbagai tindakan yang mem
total dengan menghapuskan tiga pilar budaya berikan peluang bagi etnik Tionghoa.
Tionghoa, yakni sekolah, organisasi, dan Periode ini dikatakan Mahfud sebagai
Media Tionghoa, dalam bidang ekonomi tiket politik bagi warga Tionghoa. Hal ini
penguasa baru ini memberikan kesempatan dikarenakan terbitnya berbagai kebijakan
184
Melacak Peran Tionghoa di Kancah Politik Indonesia
Retno Winarni
185
Vol. 3, No. 2, Desember 2013
186