Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pemikiran politik adalah suatu pemikiran tentang asal usul negara, struktur, dasar-dasar dan juga tujuan-tujuan mewujudkan negara itu. Pemikiran politik bersangkut paut dengan moral-moral fenomena kelakuan manusia di dalam suatu masyarakat. Pemikiran politik adalah rekaan orang-orang Yunani karena mereka memiliki tenaga penggerak yang mahir dalam usaha menerangkan apa yang mereka pikirkan1. Pemikiran politik adalah jenis pemikiran yang paling tinggi. Pemikiran politik adalah pemikiran yang berkaitan dengan pengaturan dan pemeliharaan umat. Tingkat tertinggi dari pemikiran politik adalah pemikiran yang berhubungan dengan urusan umat manusia di dunia dari sudut pandang tertentu. Pemikiran politik Sjahrir dapat dilihat dari tulisan-tulisannya, bagi dia politik bukanlah hal yang sangat di inginkannya, tetapi menjadi sebuah tanggung jawab buat dia sebagai anak bangsa dan intelektual muda yang beruntung mendapatkan pendidikan tinggi di eropa yang tanah airnya sedang terjajah oleh kolonialisme. Bagi Sjahrir politik bukanlahsekedar merebut kekuasaan dan memanfaatkan kekuasaan tersebut. Oleh sebab itu ia tidak memandang politik merupakan suatu tujuan yang harus dicapai dengan berbagai cara, kemerdekaan Indonesia bukanlah akhir dari tujuan politik, kemerdekaan adalah jembatan

menuju kesejahteraan rakyat yang telah lama tertindas dan juga mewujudkan kebebasan manusia sebagai makhluk yangmemiliki martabat. Politik menurutnya adalah wahana untuk mencapai kemerdekaan bangsa. Soetan Sjahrir adalah seorang tokoh yang jalan perjuangannya selalu mengutamakan jalan-jalan perdamaian, menghindari cara-cara kekerasan, seperti angkat senjata maupun pengerahan massa dalam jumlah besar. Jika suatu masalah dapat ditempuh dengan jalur diplomasi, maka ia akan menempuh jalur tersebut dalam perjuangannya, walaupun akibatnya ia dapat ditangkap dan di adili karena berhadapan langsung dengan musuh. Sehingga ia banyak dimusuhi oleh tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan lainnya karena di anggap lemah dan berkompromi dengan pihak Belanda sedangkan tokoh lainnya berjuang dengan angkat senjata terhadap kolonial, seperti yang dilakukan oleh Jendral Soedirman maupun agitasi-agitasi politik dikalangan rakyat bawah yang dilakukan oleh Tan Malaka Tujuan perjuangan Sjahrir adalah mencapai kemerdekaan, dan kemerdekaan adalah jembatan untuk mencapai tujuan, yaitu kerakyatan, kemanusiaan, kebebasan dari kemelaratan, tekanan dan penghisapan, keadilan, pembebasan bangsa dari ancaman sisa-sisa feodalisme dan pendewasaan bangsa. Tujuannya tersebut dapat ia wujudkan sewaktu menjadi Perdana Menteri yaitu satu negara Indonesia yang merdeka, demokratis, berkerakyatan, memberi pendidikan politik pada rakyat tentang hak dan tanggung jawab membela kemerdekaan dan menegakkan demokrasi.

Soetan Sjahrir adalah tokoh yang kontroversial pada masa itu, ia mempunyai cirri khas yang kompleks, pemikirannya sering kali berbeda dengan tokoh perjuangannya lainnya, seperti dengan Tan Malaka, Soekarno, dan yang lainnya. Dengan Tan Malaka, Sjahrir menolak aksi massa dan mobilisasi dengan cara agitasi politik seperti yang dilakukan oleh Tan Malaka. Tan Malaka yang komunis mengutamakan revolusi untuk memperoleh kemerdekaan,

mengutamakan kebutuhan materil rakyat dalam tujuannya, sedangkan Sjahrir menginginkan proses evolusi untuk mencapainya, dan menekankan kesejahteraan dan penghormatan terhadap martabat manusia orang perorang. Berkaitan perbedaan pandangan dengan Soekarno, Bernhard Dam seorang sejarawan Jerman menjelaskan perbedaan tersebut disebabkan mereka yang pergi ke Eropa seperti Hatta dan Sjahrir sekembalinya ke tanah air, mereka menemukan bahwa mereka telah kehilangan kontak dengan masa yang menurut mereka tampak bodoh, penuh dengan tahayul dan terbelakang serta tidak punya pengertian untuk pikiran-pikiran mereka yang dianggap modern atau barat. Berbeda dengan Soekarno yang sekitar tahun 1930 hubungan dengan Eropa masih asing baginya dan apa yang diketahuinya tentang itu sangat dipengaruhi oleh ideologi. Seringkali ia berbicara dengan bahasa rakyat dan untuk melukiskan perjuangan melawan kolonialisme Soekarno banyak mengambil dari mitologi jawa. Sehingga Sjahrir pada saat itu menyebut pikiran-pikiran Soekarno sebagai nasionalisme kabur.

Menurut Bernard Dahm lagi, bahwa Sjahrir menginginkan didirikannya banyak partai politik yang telah merongrong sistem satu partainya Soekarno, dimana Soekarno setuju dengan sebuah partai nasionalis yang melingkupi semua aliran dengan disiplin kuat dan dengan pimpinan yang hamper mempunyai kekuasaan penuh diktatorial. Demokrasi baginya adalahdemocratisch

centralismeyaitu demokrasi terpimpin, dimana pimpinan partai harus mempunyai kekuasaan untuk menghukum setiap penyelewengan. Perilaku politik adalah segala perilaku yang berkaitan dengan proses politik. Perilaku politik merupakan produk sosial sehingga untuk memahaminya diperlukan dukungan konsep dari beberapa disiplin ilmu. Maka untuk memahami perilaku politik tidak hanya menggunakan konsep politik saja, tetapi juga didukung dengan konsep ilmu-ilmu sosial lainnya, hal ini menunjukkan bahwa ilmu politik tidak merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri tetapi memiliki hubungan yang erat dengan disiplin ilmu yang lain.Perilaku politik aktor politik seperti perencanaan, pengambilan keputusan dan penegakan keputusan

dipengaruhi oleh berbagai dimensi latar belakang yang merupakan bahan dalam pertimbangan politiknya. Demikian juga dengan warga negara biasa dalam berperilaku politik juga dipengaruhi oleh berbagai faktor dan latar belakang. Dalam hal ini, pemikiran politik seorang Sjahrir dapat dilihat dari perilaku politik Sjahrir dalam politik Indonesia pada awal kemerdekaan, Sjahrir banyak memainkan peranannya ketika menjadi Perdana Menteri. Pada saat Sjahrir menjadi perdana menteri pertama Indonesia, Soekarno untuk sementara berada di

belakang karena tidak dpercaya oleh Belanda untuk melakukan perundingan, Sjahrirlah yang dipercaya oleh Belanda karena dianggap bersih dari sikap pro Jepang dimana Soekarno dan Hatta di anggap kooperatif dengan Jepang. Setelah persetujuan Linggarjati ditandatangani, maka Sjahrir bukan saja berhasil menempatkan Indonesia di peta politik dunia, sekaligus menghapus semua tuduhan Belanda bahwa Soekarno-Hatta adalah kolaborator dan penjahat perang. Lima hari setelah proklamasi diumumkan, dibentuklah Komite Nasional Indonesia Pusat, yang beranggotakan 137 orang. Kelompok pemuda mendorong Sjahrir menjadi ketua komite, namun ia menolak. Sjahrir masih menunggu sejauh mana komite mencerminkan kehendak rakyat. Kemudian pada rapat Komite Nasional kedua pada 16 Oktober 1945 merupakan salah satu titik penting perjalanan politik Sjahrir. Sjahrir diangkat menjadi ketua komite secara aklamasi. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang baru merdeka menghadapi rintangan berat. Belanda sangat ingin menjajah Indonesia kembali, sedangkan sekutu belum menerima kemerdekaan Indonesia. Sjahrir yang telah memprediksi sikap sekutu tersebut, berpendirian dalam menghadapai Belanda dan sekutu itu, tidak bisa lagi dengan angkat senjata, tapi harus dengan diplomasi. Kemudian dengan suara bulat, rapat memutuskan sebelum Majelis dan Dewan dibentuk, kekuasaan Presiden dialihkan ke komite. Pada 11 November 1945 Sjahrir diangkat menjadi formatur kabinet baru yang bertanggung jawab kepada komite nasional, bukan kepada Presiden Soekarno. Tiga hari kemudian Sjahrir diangkat menjadi perdana menteri, sekaligus juga menjabat sebagai

menteri luar negeri dan dalam negeri, sedangkan Amir Sjarifoedin sebagai wakil komite diangkat sebagai menteri pertahanan rakyat dalam kabinet parlementer. Adanya Maklumat X pada 3 November 1945 yang mengatur tentang pembentukan partai politik, membuat kerja sama Sjahrir dengan Amir semakin erat. Sjahrir mendirikan Partai Rakyat Sosialis (Paras) dan Amir mendirikan Partai Sosialis Indonesia (Parsi). Karena sama-sama beraliran sosialis, kemudian keduanya meleburkan Parsi dan Paras menjadi Partai Sosialis. Setelah ditunjuk sebagai perdana menteri, ia mengambil jalan diplomasi. Menurutnya, untuk mempertahankan kemerdekaan yang harus dilakukan adalah menggelar perjanjian dengan Belanda untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Dalam proses ini ia berusaha menutup peluang Belanda untuk menyudutkan Indonesia sebagai negara yang tidak aman, sehingga perlu campur tangan asing. Sehingga untuk mengantisipasi itu, Sjahrir mengeluarkan kebijakan politik militer. Semua kekuatan bersenjata, baik tentara maupun laskar harus keluar dari Jakarta, Sjahrir mengumumkan Jakarta sebagai kota Internasional. Agar program ini menarik perhatian dunia, maka digelar banyak pameran kesenian yang dipublikasikan keluar negeri. Sjahrir mengenalkan Indonesia di forum-forum internasional, seperti pada konferensi Asia di New Delhi tahun 1946, ia juga memberikan bantuan kemanusiaan berupa sumbangan beras kepada India yang terancam kelaparan akibat gagal panen.Perundingan Linggarjati adalah hasil dari politik diplomasi Sjahrir, yang memutuskan wilayah Indonesia secara de facto hanya Jawa,

Sumatera dan Madura. Indonesia kemudian menjadi Republik Indonesia Serikat yang tergabung dalam Uni Indonesia Belanda. Dalam perundingan tersebut Sjahrir memasukkan pasal tambahan mengenai arbitrase, yaitu jika ada perselisihan menyangkut perjanjian tersebut, akan diajukan ke Dewan Keamanan PBB. Pasal ini akhirnya terbukti menjadi penyelamat ketika Belanda melakukan agresi ke wilayah Indonesia. Ketika Belanda melakukan agresi militernya ke sejumlah kota-kota penting Indonesia, Sjahrir lalu memimpin delegasi Indonesia dan berangkat ke sidang Dewan Keamanan PBB di Lake Success, Amerika Serikat. Ia berpidato menjelaskan bahwa kemerdekaan Indonesia bukanlah hadiah dari Jepang, dan meminta PBB mengeluarkan putusan untuk memaksa pasukan Belanda untuk mundur dari wilayah Indonesia. Pidato Sjahrir di Dewan Keamanan ini

dimungkinkan karena adanya pasal tentang arbitrase pada perjanjian Linggarjati yang diusulkan oleh Sjahrir sebelumnya. Perkembangan sistem politik Indonesia pada awal kemerdekaan periode 1945 sampai 1950 sangat bergejolak. Pertama perubahan fungsi Komite Nasional dari pembantu Presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara berdasarkan Maklumat Wakil Presiden Muhammad Hatta no. X (iks) tanggal 16 Oktober 1945. Kedua ialah perubahan sistem kabinet Presidensil menjadi kabinet parlementer berdasarkan usul dari Badan Kerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) pada tanggal

11 November 1945, yang kemudian disetujui oleh Presiden Soekarno dan diumumkan dengan Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945. Sementara itu pada tanggal 3 November 1945, atas usul BP-KNIP, pemerintah mengeluarkan Maklumat X yang ditandatangani oleh Wakil Presiden Muhammad Hatta tentang pembentukan partai-partai politik. Bahwa pendirian partai-partai tersebut adalah untuk memperkuat perjuangan dalam

mempertahankan kemerdekaan dan menjamin keamanan masyarakat. Sejak tanggal 14 November 1945 kekuasaan pemerintah (eksekutif) dipegang oleh perdana menteri sebagai pemimpin kabinet dengan para menteri sebagai anggota kabinet. Secara bersama-sama atau sendiri-sendiri perdana menteri dan para menteri itu bertanggung jawab kepada KNIP yang berfungsi sebagai legislatif (DPR) dan tidak bertanggung jawab kepada Presiden seperti dalam UUD 1945. Perkembangan sistem politik tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, yang menyebabkan semakin meningkatnya ketidakstabilan di bidang politik, ekonomi, pemerintahan dan keamanan. Namun pada tanggal 27 Desember 1949 berlaku konstitusi RIS, UUD 1945 tidak berlaku lagi, yang berlaku adalah UUD Negara Bagian RI yang berpusat di Yogyakarta dalam kerangka konstitusi RIS. Berdasarkan konstitusi RIS, negara kesatuan Republik Indonesia menjadi Negara federasi RIS, dengan Soekarno sebagai Presidennya.10 Akan tetapi Negara federasi RIS hanya berlangsung singkat, disebabkan oleh banyaknya desakan dari berbagai daerah

untuk kembali menjadi Negara kesatuan. Pembubaran dan penggabungan Negaranegara bagian itu memang dimungkinkan dalam ketentuan pasal 43 dan 44 konstitusi RIS. Dengan dipelopori oleh pemimpin republik, Soekarno, Hatta dan Sjahrir maka pada tanggal 17 Agustus 1950, Negara federasi RIS kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan konstitusi sementara yang dikenal dengan UUDS 1950, yang merupakan konstitusi ketiga. Menurut UUD sementara ini, sistem pemerintahan yang di anut adalah sistem pemerintahan parlementer bukan presidensil.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti merumuskan masalahnya, yaitu : 1. Bagaimana deskripsi tentang Soetan Sjahrir? 2. Bagaimana pemikiran politik serta peran Soetan Sjahrir pada politik Indonesia pasca kemerdekaan?

1.3 Pembatasan Masalah Untuk memperjelas serta mempertegas batasan ruang lingkup penelitian dengan tujuan untuk menghasilkan uraian yang sistematis maka diperlukan adanya batasan masalah. Penelitian akan dibatasi pada bagaimana pemikiran dan peran politik Soetan Sjahrirpolitik Indonesia pada tahun 1945 sampai 1950 saja.

10

1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan tentang seorang soetan Sjahrir. 2. Untuk menganalisis pemikiran dan perannya Soetan Sjahrir terhadap politik Indonesia pada awal kemerdekaan

1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Secara akademis, penelitian ini dapat menambah referensi dan literatur bagi departemen Ilmu politik tentang pemikiran politik tokoh. 2. Dapat menambah wawasan bagi penulis sendiri untuk memahami pemikiran politik Soetan Sjahrir sebagai seorang pahlawan kemerdekaan.

1.6 Kerangka Teori Definisi politik sendiri dalam sebagai suatu ilmu mempunyai pengertian yang berbeda dikalangan para ahli, namun secara garis besar politik adalah kekuasaan dan segala sesuatu yang berorientasi kepada tujuan pencapaian kekuasaan. Secara umum, politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusanitu tentang apa saja yang menjadi tujuan utama dari suatu sistem politik dan memiliki beberapa alternatif dalam penyusunan skala prioritas dari sejumlah tujuan yang telah dipilih tersebut.

11

Dan untuk melaksanakan segala tujuan tersebut diperlukan public policy yang menyangkut pengaturan dan alokasi dari sumber-sumber yang ada.Untuk melaksanakan kebijakan itu, baik untuk membina kerja sama maupun untuk menyeleseikan konflik yang mungkin timbul dari proses ini. Cara yang dipakai bersifat paksaan (coercion). Tanpa ada unsur paksaan, kebijakan ini hanya merupakan perumusan keinginan (statement of intent) belaka. Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals) dan bukan tujuan pribadi seseorang (private goals). Menurut Adrian Leftwich dalam bukunya What is politics?, menjelaskan bahwa poltik adalah jantung dari semua kegiatan sosial kolektif, formal maupun informal, public dan privat, di dalam semua kelompok-kelompok manusia, lembaga-lembaga dan masyarakat, mulai dari interaksi sosial keluarga sampai kepada interaksi di dalam bangsa maupun lintas bangsa. Yang membedakannya dengan interaksi sosial biasa adalah bahwa politik melahirkan kekuasaan yang memperhatikan penciptaan, pendistribusian danpenggunaan sumber-sumber keberadaan sosial manusia. Dengan demikian, politik memunculkan dimensi kekuasaan pengambilan keputusan, kekuasaan atas agenda setting dan kekuasaan atas kontrol pemikiran. Jika politik secara hakiki dipandang sebagai proses interaksi antar elemen di dalam suatu negara atau dunia yang berisikan konflik dan konsesus, maka politik dapat diartikan sebagai suatu perjuangan memperebutkan sumber-sumber yang terbatas melalui kekuasaan di tengah-tengah hasrat atau keinginan manusia

12

yang cenderung tidak terbatas. Dengan begitu, menjadi penting pula membicarakan bagaimana proses serta hasil dari pengambilan keputusan kebijakan publik dilakukan, siapa menentukan apa dan mendapatkan apa dan bagaimana proses saling mempengaruhi dalam pembuatan kebijakan

pendistribusian sumber-sumber yang ada di sebuah negara. Perbedaan-perbedaan yang ditemui dalam definisi politik disebabkan oleh adanya perbedaan dalam menganalisa suatu aspek dalam politik tersebut, sedangkan dalam politik terdapat konsep-konsep pokok, yaitu : 1. Negara (state) 2. Kekuasaan (power) 3. Pengambilan Keputusan (decision making) 4. Pembagian (distribution) atau alokasi (allocation) Bagi Sjahrir politik bukanlah sekedar perkara yang pragmatis sifatnya, yang hanya menyangkut suatu tujuan dan cara mencapai tujuan tersebut, yang dapat ditangani dengan memakai rasionalitas instrumental. Bagi Sjahrir politik lebih dari pragmatisme simplistis, tetapi mengandung sifat eksistensial dalam wujudnya, karena melibatkan juga rasionalitas nilai-nilai. Politik lebih mirip suatu etika yang menuntut agar suatu tujuan yang dipilihharus dapat dibenarkan oleh akal sehat yang dapat diuji, dan cara yang ditetapkan untuk mencapainya haruslah dapat dites dengan kriteria moral.

13

1.6.1

Sosialisme Pengertian sosialisme sebagai ideologi dapat didefinisikan lebih sempit

eksistensi sosialisme sebagai paham atau ideologi yaitu Sosialisme ialah faham yang bertujuan perubahan bentuk masyarakat dengan menjadikan perangkat produksi menjadi miliki bersama dan pembagian hasil secara merata disamping pembagian lahan kerja dan bahan konsumsi secara menyeluruh. Dapat pula kita definisikan Sosialisme adalah sistem hidup yang menjamin hak asasi manusia, hak sama rata (equality), demokrasi, kebebasan dan sekularisme. Jaminan ini akan mewujudkan keadilan secara keseluruhan. Dalam membahas istilah sosialisme terdapat banyak tafsiran mengenai faham ini, diantara banyak tafsiran tersebut terdapat dua pandangan yang mewakilinya. Yang pertama sosialisme dikaitkan dengan faham komunisme yang berlandaskan pada ajaran Marxisme dan Leninisme. Pandangan yang kedua, sosialisme adalah berbeda dengan komunisme, istilah yang sering digunakan yaitu sosial-demokrat atau demokrasi sosial. Perbedaan yang paling mencolok antara dua pandangan ini adalah bahwa demokrasi sosial melaksanakan cita-citanya melalui jalan evolusi, persuasi, tanpa jalan kekerasan, tetapi melalui jalan pemilihan umum dan perjuangan dalam parlemen. Sebaliknya komunisme yakin bahwa cita-citanya hanya dapat dicapai melalui dengan menghancurkan masyarakat lama melalui revolusi dan suatu kediktatoran proletar. Sosialisme adalah paham tentang masyarakat yang lebih umum. Semula, kata itu merupakan nama untuk hasrat dan gerakan yang ingin membangun

14

masyarakat yang adil dan bebas, dengan keyakinan bahwa sumber segala ketidakadilan adalah hak milik pribadi dan itu harus dihapuskan. Sosialis dan Komunis memang sangatlah tidak sama, bukan saja filosofinya yang berbeda, tetapi dari segi metode dan tujuan pun tidak sama. Meskipun demikian terdapat semangat yang sama dari dua aliran yang sering kedua istilah yang maknanya berbeda, tetapi digunakan dalam konteks yang sama atau sebaliknya. Kesamaan yang dimaksud adalah dalam soal pemihakan, keduanya sama-sama berpihak kepada penbelaan atas keadaan penderiataan masyarakat lemah dan berbasis kepada nilai kolektifitas dan solidaritas dalam membangun metode yang dianutnya. Selain itu paham sosialisme dan komunisme lahir menjadi kekuatan ideologis sebagai reaksi atas ketidaksetujuan dan penentangan keras terhadap keberadaan liberalisme dan kapitalisme sebagai ideologi yang menekankan kepentingan individu (individualisme) serta kuat berpegang kepada pandangan hasil pemikiran yang rasional semata.

1.6.2

Sejarah Sosialisme Dalam perjalanan sejarahnya sosialisme dan komunisme sebagai suatu

kekuatan ideologi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, keduanya memiliki sifat dan metode gerakan politik maupun cita-cita akhir politik yang sangat berbeda, bahkan dalam kenyataannya kedua pengikut ideologi itu saling bertentangan. Dari aspek sejarah kelahiran sosialisme tidak terlepas sebagai reaksi atas liberalisme dan kapitalisme, tetapi secara filosofis faham ini di inspirasikan dari perintah agama. Nilai-nilai teologis memiliki peran penting terhadap lahirnya

15

gagasan sosialisme. Di eropa, jelas agama kristiani sebagai pemeluk mayoritas dan akarnya telah demikian kuat bersemai dalam kehidupan masyarakat barat, dan memiliki peran penting dalam membangun ideologi sosialis ini. Pada tahun 1642, Uskup Agung Cantebury, William Temple, dalam bukunya crhistiany and the social order, mengemukakan pemikiran yang sangat dekat dengan sosialisme. Ia memiliki pandangan bahwa setiap sistem ekonomi untuk sementara maupun selamanya, memberikan pengaruh edukatif yang sangat besar dan karena itu gereja harus ikut mempersoalkannya. Setelah melebarnya sayap-sayap Ideologi Liberalisme dan Kapitalisme, maka dunia telah tersentuh ideologi ini dipenuhi dengan dengan pragmatisme hidup, sikap individualitas, konsumerisme, hedonisme, materialism dan sekularisme. Ini telah menimbulkan masalah sosial sampai pada tingkat unit sosial terkecil, seperti melemahkan ikatan emosional dalam keluarga, disorientasi, disorganisasi sosial, pada skala yang besar timbulnya aliansi sosial sebab jauh dari agama dan ketimpangan sosial dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Ini yang kemudian menimbulkan reaksi untuk memberikan rumusan alternatif dalam melakukan perubahan sosial ditengah masyarakat, maka lahirlah paham Sosialisme. Mereka menentang kepentingan individu sebagai dasar pribadi, juga kebebasan ekonomi yang perlu melibatkan negara. Sosialisme mengusahakan industri negara bukan semata digunakan untuk mencari keuntungan yang melebihi usaha keuntungan kapitalis yang mungkin berhasil mungkin tidak.

16

Akan tetapi, untuk mengembangkan sistem penyelenggaraan industri yang lebih demokratis, bermanfaat dan bermartabat, penggunaan mesin yang lebih memperhatikan manusia dan penggunaan hasil kecerdasan manusia yang lebih bijak.18Kemudian lahirlah tokoh-tokoh sosialis seperti St. Simon (1760 1825), Fourier (1837), Robert Owen (17711858), Louis Blane (1813 1882), Bakunin (1814 1876). Awal mula lahirnya Sosialisme tidak dapat dipastikan, ada beberapa pendapat yang menyatakan doktrin sosialis berasal dari Plato, sebab konsep kemakmuran yang ideal yang dicita-citakan faham sosialis telah ada dalam karya Plato yang berjudul Republic. Dalam karya tersebut Plato menggambarkan bahwa penguasa tidak memiliki kekayaan pribadi, serta apa yang dimiliki oleh negara berupa hasil produksi dan konsumsi dibagikan sama kepada semua. Robert Owen dikenal sebagai pelopor sosialisme Inggris, ia juga merupakan orang pertama yang menggunakan kata Sosialisme. Robert Owen berpendapat bahwa yang bertanggung jawab atas penderitaan manusia dan penyakit-penyakit sosial bukanlah individu tetapi masyarakat. Owen juga percaya bahwa masyarakat bisa dan harus

berubah.20Sedangkan Saint Simon berpendapat bahwa masalah-masalah sosial yang dihadapi dapat diatasi jika masyarakat diatur menjadi asosiasi produktif yang pimpinannya diserahkan kepada para teknokrat dan ahli-ahli industry, yang mengatur kehidupan secara rasional dan mengendalikan kekuatan-kekuatan ekonomi termasuk usaha swasta.21Robert Owen, Saint Simon dan Fourier mereka

17

mencoba memperbaikinya terdorong oleh rasa perikemanusiaan tetapi tidak dilandasi dengan konsep yang jelas dan dianggap hanya angan-angan belaka, karena itu mereka disebut kaum Sosialis Utopia. Karl Marx dari Jerman juga banyak mengecam keadaan ekonomi dan sosial di sekitarnya, tapi menurut Karl Marx keadaan tidak dapat diperbaiki dengan landasan biasa seperti gali lobang tutup lobang, menurutnya keadaan ini harus diperbaiki dengan teori sosial didasari hukum-hukum ilmiah dan untuk membedakan gagasannya dengan sosialis utopis. Pada tahun 1844, Friedrich Engels datang ke Paris dan bertemu dengan Marx untuk pertama kalinya. Mereka berdua lalu bekerjasama dalam membangun pemikiran-pemikiran revolusioner dan komunis. Karya-karya bersama mereka di antaranya berjudul The Holy Family, The German Ideology dan The Communist Manifesto.Dalam manifesto komunis Marx mendefinisikan berbagai mazhab yang mengaku sosialis dengan menunjuk ke golongan sosial yang mereka wakili, yaitu sosialisme feodal, sosialisme borjuis kecil. Dalam manifesto komunis Engles menyatakan Sosialisme modern isinya yang utama adalah pengertian, dari satu sisi, mengenai pertentangan kelas antara pemilik dengan non-pemilik modal, antara kaum kapitalis dan kaum buruh dan dari sisi lain adalah pengertian tentang keadaan anarkis yang marajalela dibidang produksi. Menurut Marx, masyarakat berubah dan berkembang secara dialektik, artinya masyarakat dinegasikan sehingga akhirnya menjadi komunis. Dalam uraian Marx, komunis adalah tahap negasi dari negasi. Negasi diartikan sebagai penghancuran dari yang lama, sebagai hasil dari perkembangan sendiri yang

18

diakibatkan oleh kontradiksi intern. Proses ini sering dinamakan dengan Materialisme Historis. Dari sinilah berkembang paham Marxisme yang banyak dianut dan dipercayai mampu membela hak kaum kecil dalam artian dapat mengganti paham kapitalisme untuk menuju masyarakat sosialis. Marxis ialah bagian terpenting dari paham sosialis paling banyak menyebar dan pengaruhnya tidak sedikit. Pada masa Lenin (1870-1924). Dia terpengaruh oleh populisme, namun setelah mempelajari Das Kapital dia semakin cenderung ke arah Marxis. Ia memperkenalkan istilah sosialisme untuk masa yang oleh Marx disebut tahap pertama masyarakat komunis Marxisme beda dengan komunisme. Yang pertama merupakan sebagian dari komunisme, sementara komunisme lebih daripada hanya marxisme. Komunisme berideologi bukan hanya marxisme, tetapi marxismeleninisme. Artinya, marxisme sebagaimana dipersepsi Lenin. Tambahan Lenin pada marxisme adalah ajaran tentang perebutan kekuasaan oleh Partai Komunis, hal yang tak pernah dipikirkan oleh Karl Marx. Ajaran Marx umum sifatnya, sementara Lenin bicara strategi dan taktik perjuangan proletariat atas pimpinan Partai Komunis. Lalu Lenin berhasil menciptakan revolusi Oktober 1917. Menjelang akhir abad ke-19 terjadi perkembangan baru dalam industri di Eropa, yang tak sesuai dengan ramalan Marx tentang tahapan-tahapan menuju revolusi proletar. Industri bertumbuh pesat, kaum pekerja pabrik bertambah banyak dan proletarisasi memang meluas, tetapi kaum buruh tidak menjadi semakin miskin

19

dan sengsara, tidak mengalami Verelendung sebagaimana diramalkan Marx. Demikianpun buruh tidak menjadi lebih radikal karena ditemukan metode baru untuk memperbaiki nasib mereka melalui mogok dan hak pilih. Eduard Berstein dan Rosa Luxemburg yang mencoba merevisi ajaran Marx, Berstein tampil dan mengusulkan agar kaum sosialis Jerman melepaskan diri dari ajaran Marx dan mendirikan partai politik sendiri. Sifat internasional gerakan buruh ditolak, karena menurut Bernstein dan pengikutnya, buruh tetap mempunyai tanah air. Ajaran Marx perlu direvisi secara besar-besaran sehingga gerakan ini dinamakan revisionisme di kalangan Marxis. Pemisahan kaum sosialis Jerman dari Marxisme ortodoks ditandai oleh terbitnya buku Bernstein berjudul Voraussetzungen des Sozialismus und die Aufgaben der Sozialdemokratie (syaratsyarat sosialisme dan tugas-tugas sosial-demokrasi) pada 1899. Menurut Bernstein, tujuan dapat dicapai tanpa revolusi, melainkan melalui jalan parlementer. Pada abad 20, kata sosialisme mendapat makna lebih luas. Sosialisme terpecah menjadi Sosialisme Komunis dan Sosialisme Demokratis atau kini dikenal Sosialisme Demokrat (Sosdem). Kedua paham yang ingin

memperjuangkan keadilan sosial lewat cita-cita demokrasi dan penghormatan terhadap hak asasi manusia (HAM). Maka Sosdem sejak Perang Dunia II menjadi soko guru demokrasi Barat. Konsep sosial-demokrasi muncul pertama kali di kalangan kaum sosialis Jerman di bawah pimpinan Eduard Bernstein, setelah berdirinya Gerakan Buruh Internasional II (dikenal sebagai Internasional II) di

20

Paris pada Juli 1889. Internasional II lahir dua dasawarsa setelah Internasional I yang didirikan pada 1864 dengan mengikuti gagasan Marx, hancur berantakan oleh revolusi 1871 yang menelan korban lebih dari 20 ribu jiwa. Kritik kepada Marx menimbulkan antikritik yang sama gencarnya mempertahankan Marxisme. Pergolakan dalam kalangan Marxis Jerman melahirkan tiga sayap pergerakan, yaitu sayap kanan di bawah pimpinan Bernstein yang menganjurkan sosial-demokrasi, sayap tengah dengan dua tokoh utama, August Bebel dan Karl Kautsky, yang menolak mogok sebagai metode perjuangan kaum pekerja, dan sayap radikal di bawah Rosa Luxembourg. Internasional II praktis bubar dengan pecahnya Perang Dunia I, sampai muncul Internasional III sesudah pecah Perang Dunia II. Tiga pimpinannya yang kemudian memainkan peranan penting adalah Lenin, Trotsky, dan Stalin, yang mencoba menghidupkan kembali impian semula dari Marx, yaitu mengobarkan revolusi proletar di seluruh dunia. Tulisan-tulisan Lenin yang bersifat menafsirkan dan menyederhanakan ajaran Marx dan Engels dan menyesuaikannya dengan keadaan Rusia di abad 20, dikukuhkan dan dinamakanLeninisme, Marxisme dalam era Imperialisme. Dengan demikian Leninisme menjadi komponen integral dari ajaran komunisme, yang karena itu juga disebut dengan Marxisme-Leninisme.

1.6.3

Sosialisme Menurut Soetan Sjahrir Soetan Sjahrir adalah tokoh yang pemikirannya seringkali berlawanan

dengan tokoh kemerdekaan lainnya, pemikirannya sering di anggap jauh

21

melampaui zamannya. Sjahrir adalah tokoh yang kontroversial pada saat itu, dengan sikapnya yang sering berlawanan dengan tokoh perjuangan lainnya. Ideologi dan pemikirannya tersebut banyak terbentuk sewaktu dia kuliah di Belanda yang pada saat itu eropa berada pada masa pencerahan. Di Belanda ia dekat dengan kelompok-kelompok sosial demokrat, dan kemudian mempelajari Sosialisme lebih dalam, sehingga dengan yakin dia memutuskan Sosialisme sebagai ideologinya dalam berjuang membebaskan tanah airnya dari kolonialisme dan imperialisme Belanda. Dalam usahanya mempelajari Sosialisme lebih dalam, ia dekat dengan golongan kiri maupun dengan golongan anarkis yang menjauhkan diri dari segala bentuk kapitalisme ataupun yang berhubungan dengannya. Dan ia pernah bekerja pada Sekretariat Buruh Transportasi Internasional (International Transport Workers Federation). Sjahrir dengan serius mempelajari Marxisme. dia mengamati dan menyadari bahwa ajaran Marx tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat eropa. Kaum buruh tidak berperan sebagai kelas revolusioner dan tidak mengalami proses pemiskinan. Kapitalisme tidak runtuh sebagaimana diramalkan oleh Marx, kapitalisme mampu mengadopsi buruh. Maka perjuangan kelas yang merupakan sendi ajaran Marx tidak lagi relevan atau mengena. Sosialisme tidak perlu dicapai dengan cara revolusi, tapi dengan cara demokratis. Marxisme bukan berhala yang dipuja dan wajib dilaksanakan secara kaku dan doktriner. Marxisme bisa dipakai sebagai alat analisa memahami perkembangan masyarakat. Dalam mempelajari Sosialisme, Sjahrir sudah

22

dipengaruhi oleh aliran revisionisme yang mengkritik Marxisme.26Aliran yang muncul pertama kali oleh seorang sosialis Jerman yaitu Edward Bernstein, pemisahan kaum sosialis Jerman dari Marxisme ortodoks ditandai oleh terbitnya buku Bernstein berjudul Voraussetzungen des Sozialismus und die Aufgaben der Sozialdemokratie (Syarat-Syarat Sosialisme dan Tugas-Tugas Sosial-Dsemokrasi) pada 1899. Sosialisme merupakan alat perjuangan untuk melepaskan Indonesia dari cengkeraman kolonialisme Belanda yang merupakan bagian dari imperialisme menurut teori imperialism Lenin. Dan setelah Indonesia mencapai kemerdekaan, maka kemerdekaan itu harus dikawal dari ancaman nasionalisme yang bisa berkembang menjadi chauvinisme dan feodalisme yang akan dimanfaatkan oleh pemimpin lokal untuk mendapatkan kekuasaan baru yang bisa membawa kembali rakyat kepada kesenjangan antara manusia satu dengan manusia maupun dengan kelompok lain, oleh karena itu sosialisme diperlukan untuk mencegahnya. Karena itu menurut Sjahrir, bahwa revolusi nasional harus segera disusul oleh suatu revolusi sosial yang dapat membebaskan rakyat dari kungkungan feodalisme lama dan jebakan-jebakan ke arah fasisme yang muncul bersama kapitalisme yang tak terkendali. Kemerdekaan nasional bukanlah tujuan akhir dari perjuangan politik, tetapi menjadi jalan bagi rakyat untuk merealisasikan diri dan bakat-bakatnya dalam kebebasan tanpa halangan dan hambatan. Karena itulah nasionalisme harus tunduk kepada kepentingan demokrasi, dan bukan sebaliknya, karena tanpa

23

demokrasi maka nasionalisme dapat bersekutu kembali dengan feodalisme lama yang hanya memerlukan beberapa langkah berikut untuk tiba pada fasisme. Pada Sjahrir sudah timbul kesadaran bahwa bahaya dan ancaman fasismelah yang utama, dan pergerakan rakyat harus dipersiapkan untuk menghadapi bahaya dan ancaman fasisme tersebut. Dalam hal ini, kedudukan Belanda dan demokrasi Belanda sama dengan Indonesia, yaitu Belanda menghadapi bahaya fasisme Jerman, sedangkan Indonesia menghadapi bahaya dan ancaman fasisme Jepang. Renungan dan kesadaran Sjahrir ini serta pandangannya terhadap perkembangannya terhadap perkembangan dunia

selanjutnya seperti ditulis dalam bukunya Renungan Indonesia.

1.7 Metodologi Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara kerja yang digunakan dalam penelitian untuk memahami objek penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatuyang baru diketahui, serta dapat memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan. Metode kualitatif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan, melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian seseorang, masyarakat dan lain-lain, pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

24

1.7.1

Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan penelitian deskriptif

analitif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan menggunakan analisa tertentu.30 Penelitian deskriptif juga digunakan sebagai suatu cara pemecahan masalah yang diteliti dengan menggunakan analisa mendalam terhadap objek yang diteliti.

1.7.2

Teknik Pengumpulan Data Dalam mendapatkan data dalam penelitian ini penulis menggunakan

penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku, literature, dokumen-dokumen, artikel, jurnal ilmiah, majalah, koran, dan sumber lainnya yang berhubungan dengan penelitian dan bisa menjadi sumber informasi tentang masalah yang akan diteliti. Studi pustaka merupakan suatu tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian dengan mengumpulkan data-data dan sumber-sumber penelitian melalui buku, jurnal, majalah, surat kabar, dan lain-lain. Studi pustaka digunakan dengan mengumpulkan data-data yang ada kemudian memahami dari setiap kesimpulan dan mengambil sumber-sumber data tersebut untuk dijadikan literatur dan referensi dalam memahami dan menganalisa penelitian.

1.7.3

Teknik Analisa Data Dalam penelitian ini, metode analisis yang dipakai adalah interpretasi.

Interpretasi yang dimaksud sebagai upaya tercapainya pemahaman yang benar

25

terhadap fakta. Penulis mendeskripsikan pemikiran serta mengambil kesimpulankesimpulan dari fakta yang ada.

1.8 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teoritis, metodologi penelitian dan sistematika penelitian. BAB II BIOGRAFI SOETAN SJAHRIR Bab ini berisi tentang biografi soetan sjahrir mulai dari lahir, pendidikannya, keluarganya, serta pengalaman dan perjuangannya hidupnya hingga akhir hayat, dengan biografi ini akan menerangkan latar belakang pemikirannya serta apa dan siapa saja yang mempengaruhi pemikirannya tersebut. BAB III ANALISIS DATA Bab ini akan membahas hasil penelitian yang diperoleh dan penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai pemikiran politik Soetan Sjahrir dalam politik Indonesia tahun 1945 1950. BAB IV PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari keseluruhan penelitian yang dilakukan penulis.

Anda mungkin juga menyukai