Anda di halaman 1dari 7

Persamaan Antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru – John Calvin

PERSAMAAN ANTARA PERJANJIAN LAMA


DAN PERJANJIAN BARU
John Calvin

Kovenan di dalam Perjanjian Lama sesungguhnya sama dengan


yang ada di dalam Perjanjian Baru. Karena sebagian orang
memperdebatkan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, maka
untuk mengatasi semua kesulitan yang dapat muncul kita akan
memeriksa apa yang menjadi persamaan dan perbedaan antara
keduanya, perjanjian apa yang dilakukan Allah dengan umat Israel di
masa dulu dan dengan kita sejak kedatangan Yesus.

Kita dapat menyimpulkan bahwa perjanjian yang dilakukan dengan


para bapa leluhur adalah sama dengan perjanjian yang dilakukan dengan
kita. Hanya cara penyelenggaraannya saja yang berbeda. Untuk
menegaskan mengenai persamaannya, marilah kita menyebutkan tiga
prinsip ini. Pertama, kekayaan dan berkat jasmaniah bukanlah tujuan
akhir mereka, sebaliknya mereka didorong untuk mengarahkan
pengharapan mereka pada kekekalan. Kedua, perjanjian yang melaluinya
mereka dipersatukan dengan Tuhan dibuat bukan berdasarkan pada jasa
mereka, tetapi atas kemurahan Allah. Ketiga, bahwa mereka memiliki
dan mengenal Kristus sebagai perantara, yang melaluinya mereka
dipersatukan dengan Allah dan menjadi pewaris janji.

Berkenaan dengan prinsip pertama, kita melihat bahwa ada begitu


banyak ayat dalam Alkitab yang mengajarkan bahwa Injil dijanjikan
sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabinya dalam kitab-kitab suci
tentang Anak-Nya (Rm. 1:1-3), dan bahwa ini "disaksikan dalam Kitab

Page 1
Persamaan Antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru – John Calvin

Taurat dan Kitab-kitab para nabi" (Rm. 3:21). Demikian juga sekarang,
orang tidak dibiarkan berpuas diri hanya dengan kehidupan masa kini,
tetapi mengangkat mereka kepada pengharapan kekal (Ef. 1:13-14; Kol.
1:4-5; 2Tes. 2:14). Sebagaimana Injil bersifat rohani dan memimpin
orang kepada hidup yang kekal, demikian juga orang Yahudi dalam
Perjanjian Lama tidak mengabaikan jiwa mereka. Sebagaimana
Perjanjian Lama memberikan janji Injili maka jelas ia berkenan dengan
kehidupan yang akan datang.

Prinsip kedua dan ketiga yang menegaskan bahwa perjanjian


didasarkan pada kemurahan Allah dan diteguhkan melalui perantaraan
Kristus, kita melihat persamaannya dengan pemberitaan Injil yang
mewartakan bahwa orang berdosa dibenarkan oleh Allah terlepas dari
jasa perbuatan mereka. Orang-orang Yahudi tidak bisa dipisahkan dari
Kristus yang melalui-Nya keselamatan mereka dinyatakan. Siapa yang
dapat mengatakan bahwa mereka hanya orang-orang asing yang tidak
memiliki keselamatan yang cuma-cuma. Kristus berkata, Abraham
bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan
ia bersukacita (Yoh. 8:56) Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari
ini dan sampai selama-selamanya (Ibr. 13:8) adalah terus menerus
dinyatakan kepada umat-Nya yang setia. Bahkan Maria dan Zakharia
menyatakan bahwa keselamatan yang dinyatakan dalam Kristus adalah
suatu perwujudan dari janji yang dinyatakan dalam Kristus.

Lebih dari itu, para rasul menyamakan umat Israel dengan kita
bukan hanya dalam perjanjian tetapi juga dalam sakramen, ketika
mereka berkata bahwa mereka dibaptis dalam awan, makan makanan
rohani yang sama, dan minum-minuman rohani yang sama (1Kor. 10:1-
4).

Page 2
Persamaan Antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru – John Calvin

Argumen mengenai pengharapan hidup kekal, menunjukkan bahwa


para bapa leluhur dalam Perjanjian Lama menantikan penggenapan janji
kehidupan yang akan datang. Para bapa leluhur memiliki perjanjian yang
rohani; yang dengan itu mereka juga memiliki hidup yang kekal. Petrus
menegaskan bahwa firman Allah diberikan kepada mereka adalah benih
yang tidak fana, yang hidup dan yang kekal (1Pet. 1:23,25), perkataan
ini diambil dari Yesaya 40:8. Ketika Allah menyatukan orang Yahudi
dengan diri-Nya dalam ikatan yang suci ini, tidak diragukan bahwa Ia
juga memberikan kepada mereka pengharapan hidup yang kekal.

Dalam Perjanjian lama, Allah memberikan kepada umat-Nya


persekutuan dengan diri-Nya dan ini juga berarti hidup yang kekal. Sifat
rohani dari perjanjian dengan orang-orang suci Perjanjian Lama
memberikan kepada mereka janji hidup kekal, hal ini terlihat dalam isi
dari perjanjian itu sendiri, "Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan
menjadi umat-Ku" (Im. 26:12). Ungkapan itu mengandung hidup,
keselamatan dan kebahagiaan surgawi. Ketika Daud mengumumkan
bahwa betapa bahagianya bangsa yang Allahnya ialah Tuhan (Mz.
114:15; 33:12), ia tidak menganggap berkat duniawi itu dapat
disejajarkan dengan berkat surgawi yang hanya diberikan Allah kepada
umat-Nya. Allahlah yang melepaskan orang dari maut dan menyatakan
kemurahan-Nya yang kekal kepada mereka yang Ia pilih menjadi umat-
Nya. Keselamatan yang Allah janjikan itu akan berlangsung selamanya,
di mana orang kudus mendapatkan penghiburan bahwa Allah tidak akan
meninggalkan mereka sendirian.

Demikianlah keberkatan umat Allah di masa Perjanjian Lama tidak


sekadar berkat jasmaniah belaka. Orang-orang kudus dalam Perjanjian
Lama terus diingatkan bahwa mereka tidak akan memiliki kebahagiaan
sepenuhnya dalam kehidupan masa kini. Abraham, bapa orang beriman,
dipisahkan dari keluarga dan sahabat-sahabatnya (Kej. 12:1) ketika

Page 3
Persamaan Antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru – John Calvin

Allah memanggil dia. Segera setelah ia dipimpin ke negeri yang


ditunjukkan oleh Tuhan ia menemui bencana kelaparan. Dan ini terjadi
kembali. Abimelekh, Hagar, Ismael membuatnya merasa susah hati.
Singkat kata, dalam seluruh hidupnya, Abraham mengalami berbagai
ujian hidup. Yakub juga menghadapi berbagai macam kesulitan hidup,
seperti ketakutan terhadap Esau saudaranya, harus melarikan diri,
menghadapi kelicikan pamannya, disiksa oleh ketakutan ketika akan
bertemu dengan saudaranya, berduka karena berita bohong kematian
Yusuf, kekerasan dan kelakuan buruk dari anaknya. Yakub mengatakan
kepada Firaun bahwa hidupnya penuh dengan kesulitan.

Karena itu, para penulis Perjanjian Baru memberitahu kita bahwa


orang-orang suci Perjanjian Lama adalah orang-orang yang melihat
kehidupan mereka sebagai kehidupan musafir, pendatang, yang tidak
memiliki hak atas negeri yang mereka diami. Karena itu, mereka adalah
orang-orang yang beriman kepada pemenuhan janji Allah yang akan
memberikan suatu negeri kekal kepada mereka. Orang-orang kudus
Perjanjian Lama memandang kepada berkat yang lebih besar, yaitu
keselamatan. Hidup mereka tidak akan berhenti hanya di kubur, tetapi
melihat kematian berarti suatu hidup yang baru. Kematian bukan akhir,
maka mereka berkata, "berharga di mata Tuhan kematian semua orang
yang dikasihi-Nya" (Mz. 116:15). Bagi orang kudus Perjanjian Lama,
kematian bukan akhir, tetapi awal menuju kehidupan kekal yang lain.

Ketika kita sampai pada para nabi, maka kita akan mendapati
penyataan yang lebih penuh mengenai hidup kekal maupun kerajaan
Kristus. Daud menyaksikan, "Sebab aku menumpang pada-Mu, aku
pendatang seperti semua nenek moyangku" (Mz. 39:13). "Sungguh
hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagi-Mu hidupku
seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan! Ia
hanyalah bayangan yang berlalu! Ia hanya mempeributkan yang sia-sia

Page 4
Persamaan Antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru – John Calvin

dan menimbun, tetapi tidak tahu siapa yang meraupnya nanti. Dan
sekarang, apakah yang kaunanti-nantikan, ya Tuhan? Kepada-Mulah aku
berharap" (Mz. 39:5-8). Yesaya mengatakan hal yang sama, "langit
lenyap seperti asap, bumi memburuk seperti pakaian yang sudah usang
dan penduduknya akan mati seperti nyamuk; tetapi kelepasan yang
Kauberikan akan tetap untuk selama-lamanya, dan keselamatan yang
daripada-Ku tidak akan berakhir" (Yes. 51:6). Banyak ayat lain dalam
Alkitab yang melihat kekayaan atau kemakmuran orang percaya
bukanlah sesuatu yang terjadi pada masa sekarang, tetapi baru akan
dimiliki pada kehidupan yang akan datang (73:2, 16-17).

Orang percaya dalam Perjanjian Lama dengan iman memandang


pada penghakiman akhir. Bersandar pada keyakinan ini, mereka
dikuatkan untuk menghadapi apa pun yang terjadi atas diri mereka,
mereka memandang pada suatu saat ketika janji Allah digenapi, "Tetepi
aku, dalam kebenaran akan kupandang wajah-Mu, dan pada waktu
bangun aku akan menjadi puas dengan rupa-Mu" (Mz. 17:15, 52:10;
55:23-24). Daud memandang pada hari kebangkitan ketika
membandingkan nasib orang benar dan orang fasik (dalam Mz. 49:6-16).
Perenungan itu memberikan kepada orang percaya penghiburan dalam
menghadapi penderitaan mereka. "Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi
seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang
pagi terdengar sorak-sorai" (Mz. 30:6). Ketika mereka memandang ke
surga, mereka memahami bahwa kesulitan yang Tuhan izinkan terjadi
atas diri mereka hanya "sesaat lamanya" sedangkan kasih sayang-Nya
yang Ia karuniakan kepada mereka adalah "selama-lamanya" (Yes. 54:7-
8).

Tetapi di atas semua itu, kesaksian Ayub mengenai kehidupan


kekal secara luar biasa melampaui semua yang lain, "Tetapi aku tahu:
Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. Juga

Page 5
Persamaan Antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru – John Calvin

sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingku pun aku akan
melihat Allah" (Ayb. 19:25-26). Jelas, melihat Allah berarti hadir
bersama Dia. Sungguh kematian tidak dapat meniadakan
pengharapannya, sebagaimana yang ia katakan, "Sekalipun Dia
membinasakan aku, aku akan tetap menaruh percayaku kepada-Nya"
(Ayb. 13:15, NIV, NKJV).

Kesaksian para nabi mengenai keabadian dalam Perjanjian Lama


demikian banyak dan semakin hari semakin jelas, dan hingga pada
penyataan Kristus semua kekaburan itu menjadi sirna. Satu contoh yang
jelas diberikan oleh Yehezkiel mengenai penglihatan mengenai tulang
belulang kering di lembang yang oleh kuasa Allah dihidupkan kembali.
Semua ini menunjukkan kuasa Allah lebih besar daripada sekadar
memulihkan keadaan mereka yang berada dalam pembuangan, tetapi
memberikan hidup dalam diri orang-orang yang sudah mati (Yeh. 37:1-
14). Bandingkan dengan perkataan Yesaya ini, "Ya, Tuhan, orang-Mu
yang mati akan hidup pula, mayat-mayat mereka akan bangkit pula..."
(Yes. 26:19-21; lihat juga 66:22-24; Dan. 12:1-2).

Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa Perjanjian atau


Konvenan Lama yang dibuat Tuhan dengan Israel tidak terbatas hanya
pada hal-hal jasmani, tetapi mencakup janji hidup rohani yang kekal.
Jadi kita melihat adanya keseragaman antara Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru mengenai hidup kekal.

(John Calvin, Institutes of the Christian Religion, II. 10, disadur


oleh syo).

Page 6
Persamaan Antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru – John Calvin

Sumber:
Ready Bread - Reformed Evangelical Daily Bible Readings, Artikel
Mingguan, Minggu ke-56, 57, 58 (Bacaan Alkitab Setiap Hari, Gereja
Reformed Injili Indonesia)

All happiness is ruinous which does not flow from the fountain of God's
gratuitous love... a cursed happiness. Semua kebahagiaan yang tidak
bersumber dari kasih karunia Allah yang penuh anugerah hanya akan
mendatangkan kehancuran... itu adalah kebahagiaan yang mendatangkan
kutuk. John Calvin.

The disciples of Christ must learn the philosophy of placing their


happiness beyond the world, and above the affections of the flesh.
Murid-murid Kristus harus belajar untuk meletakkan kebahagiaan
mereka bukannya pada hal-hal duniawi dan kesenangan jasmaniah
[tetapi di dalam Allah]. John Calvin.

All the promises that were given to believers from the beginning of the
world were founded upon Christ. Semua janji yang diberikan [Allah]
kepada orang-orang percaya sejak permulaan dunia didasarkan di atas
Kristus. John Calvin.

Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan:


Dikutip dari
http://www.geocities.com/thisisreformed/artikel/persamaanplpb.html

Page 7

Anda mungkin juga menyukai