Makalah Pertemuan 1 - Pembelajaran Bahasa Indonesia
Makalah Pertemuan 1 - Pembelajaran Bahasa Indonesia
Makalah Pertemuan 1 - Pembelajaran Bahasa Indonesia
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Adini Rahmi 22129110
Alya Atsilah Syahni 22129114
Afrilia Feronika 22129112
Anihsa 22129013
Dosen Pengampu :
Segala puji bagi Allah SWT penulis ucapkan atas segala karunia yang telah
diberikanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok, mata kuliah
Pembelajaran Bahasa Indonesia, yang berjudul “Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa
Anak”. Kemudian tidak lupa pula shalawat dan salam penulis kirimkan kepada Nabi
Muhammad SAW selaku junjungan umat islam, untuk meraih keberkahan dan mengharap
syafaat di hari akhirat kelak.
Makalah ini telah penulis susun secara maksimal dengan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan kita. Mohon maaf apabila masih banyak terdapat kesalahan dalam penulisan
makalah ini. Karena penulis masih dalam proses pembelajaran.
Dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
penulis dapat memperbaiki makalah ini. Selain itu, penulis mangucapkan terimakasih kepada
dosen mata Pembelajaran Bahasa Indonesia Ibu Dr. Nur Azmi Alwi, S,s,.M.Pd karena dengan
adanya tugas ini penulis dapat mengetahui dan memperdalam konsep Pemerolehan dan
Perkembangan Bahasa Anak”
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................. i
Daftar Isi.............................................................................................................................ii
Bab 1 Pendahuluan............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan............................................................................................................3
A. Pengertian Pemerolehan Bahasa.............................................................................. 3
B. Teori Pemerolehan Bahasa...................................................................................... 5
C. Proses Pemerolehan Bahasa.....................................................................................6
D. Faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa...................................................10
E. Jenis-jenis Pemerolehan Bahasa.............................................................................. 13
F. Studi Kasus Pemerolehan Bahasa............................................................................ 18
Bab III Penutup..................................................................................................................20
A. Kesimpulan...............................................................................................................20
B. Saran.........................................................................................................................20
Daftar Pustaka....................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan berbicara merupakan kelancaran yang sangat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Dalam kategori lingkungan, cakupan mencakup peran aktif orang
tua, layanan dukungan untuk penguasaan bahasa (media televisi dan radio), anak,
orang-orang terdekat, misalnya pengasuh anak, kakak, kerabat yang lebih muda dan
saudara kandung.
Bahasa anak terkadang sulit diterjemahkan karena sebagian besar anak masih
menggunakan struktur bahasanya yang masih rancu dan masih dalam tahap peralihan
berbicara sehingga sulit dipahami oleh lawan bicara. Untuk menjadi mitra bahasa anak
dan dapat memahami makna bahasa anak, mitra bahasa harus menguasai keadaan atau
lingkungan. Bahkan ketika anak-anak masih kecil, mereka menggunakan media di
sekitar mereka untuk menjelaskan apa yang ingin mereka sampaikan kepada lawan
bicaranya melalui ucapan.
Pembelajaran bahasa anak merupakan proses yang unik dan terjadi secara
bertahap dan berkesinambungan hingga mencapai potensi penuhnya. Pemerolehan
bahasa adalah pemerolehan bahasa ibu (BI) yang terjadi secara alami, yang tidak
diajarkan secara formal dan tidak disadari sampai anak memiliki kemampuan bahasa
yang baik. Perkembangan bahasa anak dari nol bulan hingga sempurna umumnya
mengikuti tahapan yang hampir sama pada setiap anak. Perkembangan bahasa anak
terus mengalami penyempurnaan dan pergaulan serta interaksi anak yang lebih luas
dengan lingkungannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa?
2. Apa saja Teori pemerolehan bahasa?
3. Bagaimana proses Pemerolehan bahasa?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa?
5. Apa saja jenis jenis pemerolehan bahasa?
6. Bagaimana studi kasus pemerolehan bahasa di sekolah Dasar?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian dari pemerolehan bahasa bagi siswa
Sekolah Dasar.
2. Mahasiswa dapat memahami teori pemerolehan bahasa bagi siswa Sekolah Dasar.
3. Mahasiswa dapat memahami proses pemerolehan bahasa pada siswa Sekolah
Dasar.
4. Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa di
sekolah Dasar.
5. Mahasiswa dapat mengetahui jenis jenis pemerolehan bahasa pada siswa Sekolah
Dasar.
6. Mahasiswa dapat memahami masalah-masalah yang timbul dalam pemerolehan
bahasa pada siswa Sekolah Dasar.
BAB II
PEMBAHASAN
4. Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor pemerolehan bahasa kedua. Sebab
dengan adanya motivasi yang kuat akan membuat pembelajar bahasa kedua berusaha
memperoleh bahasa kedua. Motivasi mengarah pada seluruh proses yang dilaksanakan
dengan upaya menguasai dan memahami bahasa kedua dengan tujuan tertentu.
Contohnya, seseorang mengupayakan agar bisa menguasai bahasa kedua agar
mendapat kepuasan diri, untuk memperoleh pujian, penghargaan dan diakui oleh
orang lain, untuk menaikkan perekonomiannya, supaya dapat bersaing dalam dunia
politik, bisa beradaptasi pada lingkungan kerja yang baru, dan bisa bersaing sesuai
dengan tuntutan zaman.
Pada teori pemerolehan bahasa kedua (second language acquisition), motivasi
umumnya dipandang sebagai garis faktor yang memuat, aspirasi agar mendapatkan
tujuan tertentu melalui belajar bahasa, bersedia melakukan dan mempertahankan
usaha untuk mencapai tujuan, serta sikap terhadap perolehan bahasa dan masyarakat
yang menggunakannya (Gardner, 1985a, 2001b; Klein, 1986; Dörnyei & Csizér, 2005)
dalam Ying, dkk (2013: 3).
E. JENIS-JENIS PEMEROLEHAN BAHASA
1. Pemerolehan Fonologi
Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi menjadi dua bagian yaitu fonetik
dan fonemik. Fonetik yaitu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi ujaran yang
dipakai dalam tutur dan bagaimana bunyi itu di hasilkan oleh alat ucap manusia.
Sedangkan fonemik yaitu ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang
berfungsi sebagai pembeda makna atau fonem. Fonem adalah dua bunyi yang secara
fonetis berbeda dalam yang sama,yang berpengaruh untuk membedakan kata-kata
yang berlainan.
Contoh anak pada usia 2 tahun
[Om tastitu] [lenal] [ma mama] [nek motoη] [yum] [eh dah] [ma?am] [aci
goyeη] [kemalin pagi] [ecil di yaηit] [yaη biyu] [ηias akasa] [aku iηin] [t lbaη] [dan
nali] [awuh tiηgi] [ke t mpat kau] [b lada]
Bunyi ungkapan anak sebenarnya
Om Swastiastu raynar bersama mama naik motor. Belum eh sudah makan nasi goreng
kemarin pagi. Kecil di langit yang biru menghias angkasa. Aku ingin terbang dan
menari jauh tinggi ke tempat kau berada.
Pembahasan
Pada kalimat-kalimat yang diucapkan oleh Raynar, terdapat perubahan pada bunyi
bahasa. Ada satuan fonem yang berubah seperti pada [lenal] yang seharusnya raynar,
/r/ berubah menjadi /l/ dan /ay/ menjadi /e/. [kemalin] yang seharusnya [kemarin],
fonem /r/ berubah menjadi /l/, dan [telbang] yang seharusnya [terbang] dan ada
beberapa fonem yang lesap seperti /k/ pada [ecil] yang seharusnya [kecil], dan fonem
/j/ yang lesap pada [awuh] yang seharusnya [jauh].
Contoh anak pada usia 3 tahun
[Om swastiyastu] [ galaη] [ma mama?] [motol] [lupa tu?] [ma?am ati][ tadi jam
satu][ bintang keciη] [di yaηit yaη bilu] [amat baňak][me ηias aηkasa][aku iηin]
[telbaη][danme nali][jawuh tiηgi] [be lada]
Bunyi yang sebenarnya
Om swastiyastu. Galang. sama mama. Motor. Lupa. Makan ati. Tadi jam satu. Bintang
kecil. Di langit yang biru. Amat banyak. Menghias angkasa. Aku ingin terbang dan
menari. Jauh tinggi. Ke tempat kau berada.
Pembahasan
Dari data yang sudah diperoleh, anak yang berumur 3 tahun yaitu Galang dalam
memeroleh bunyi bahasa mengalami perubahan bunyi /r/ menjadi /l/ yaitu pada
[motol], [bilu],[telbang],[menali] yang seharusnya [motor], [biru], [terbang], [menari],
dan bunyi konsonan /k/ hilang pada [maam] yang seharusnya [makan], hal ini karena
orang tuanya terbiasa menggunakan kata makan menjadi maam. Pengucapan [om
swastiyastu] pun sudah mulai jelas. Terjadi juga perubahan bunyi /l/ menjadi /y/ pada
[yaηit] yang seharusnya [laηit]. Dan bunyi /h/ yang menghilang pada [m ηias] yang
seharusnya [me ηhias].
Contoh anak pada usia 4 tahun
[Om swastiyastu] [ anindiya pute li] [ma ibok] [jalan ajah] [ kan deket] [dah dah]
[dibeli?in bakso ma ibok] [pe lnah sih] [tapi lupa] [ bintang keciη] [di laηit yaη biru]
[amat baňak][me ηias aηkasa][aku iηin] [te rbaη][dan me nali][jawuh tiηgi] [ke te
mpat kau] [be lada]
Pengucapan seharusnya
Om swastiastu. Anindya putri. Bersama ibu. Jalan saja. Kan dekat. Sudah. Dibelikan
bakso sama ibu. Pernah sih. Tapi lupa. Bintang kecil. Di langit yang biru. Amat
banyak mengias angkasa. Aku ingin. Terbang dan menari. Jauh tinggi ke tempat kau
berada.
Pembahasan
Bunyi konsonan yang muncul seperti /r/ yang berubah bunyi menjadi /l/ hanya pada
[pe lnah], [ me nali] ,dan [be lada] yang seharusnya [pe rnah], [ ma nari] ,dan [be
rada]. Namun pengucapan bunyi /r/ pada [t rbaη] sudah terdengar jelas. Bunyi vokal
/u/ berubah bunyi menjadi vokal /o/ pada [ibok] yang seharusnya [ibu].
Contoh anak pada usia 5 tahun
[Om swastiastu]. [windu]. [tadi diantar] [ma mama] [ke sini] [naek naek mobil] [mo
langsung] [beli kado nanti]. [udah dah kok]. [makan makan jagung manis] [windu bisa
sendiri kok][bintang bintang kecil] [di langit yang biru] [amat banyak] [meηias
aηkasa] [ aku ingin] [ terbang dan menari] [ jauh tinggi] [ke tempat] [ko ko berada]
Pengucapan seharusnya
Om swastiastu . windu . tadi diantar mama. Ke sini naik mobil. Nanti mau langsung
beli kado. Sudah . makan jagung manis. Windu bisa sendiri kok. bintang kecil di langit
yang biru amat banyak menghias angkasa. aku ingin terbang dan menari. jauh tinggi.
Ke tempat kau berada
Pembahasan
Pada data ini telah diperoleh data yang menunjukkan bahwa Windu anak yang
berumur 5 tahun sudah hampir memeroleh bunyi –bunyi bahasa yang benar. Tidak ada
perubahan bunyi fonem, namun masih ditemukan pelesapan bunyi /h/ pada [meηias]
yang seharusnya [meηhias]. Dan pada [kau] berubah menjadi [ko] vokal /a/ dan vokal
/u/ yang berubah menjadi /o/ dan pada vokal /i/ berubah menjadi /e/ pada [naek] yang
seharusnya [naik] . Terjadi reduplikasi fonologi karena si anak merasa malu sehingga
terjadi seperti [dah dah] [naek naek]
Pembahasan pada usia anak 2-5 tahun
Dalam data yang pemerolehan fonologi dapat dilihat bahwa anak-anak yang
berusia 2-4 tahun menyederhanakan bunyi-bunyi bahasa yang kompleks. Ada
beberapa bunyi konsonan seperti /r/ yang berubah bunyi menjadi /l/ dan /s/ yang
menjadi /c/ hal ini sering muncul pada anak yang berumur 2- 4 tahun, namun seiring
bertambahnya usia, akan berangsur menghilang. Dan terjadi perubahan bunyi vokal
rangkap /ai/ menjadi /e/ dan /au/ menjadi /o/. Hal ini dikarenakan kebiasaan yang
dilakukan orang tua dan orang-orang disekitarnya yang sering mengucapkan hal yang
sama. Ada sejumlah proses dasar yang digunakan anak-anak ketika berbicara. Hal
tersebut adalah tahapan yang dilalui oleh anak-anak untuk dapat berbicara seperti
orang dewasa. Seiring dengan bertambahnya usia anak dan diperolehnya
keterampilan-keterampilan bahasa yang lebih kompleks, anak akan mulai
meninggalkan pengucapan –pengucapan yang sederhana.
Dari hasil dipemerolehan fonologi dapat dilihat bahwa anak-anak yang berusia
2-4 tahun menyederhanakan bunyi-bunyi bahasa yang kompleks. Ada beberapa bunyi
konsonan seperti /r/ yang berubah bunyi menjadi /l/ dan /s/ yang menjadi /c/ hal ini
sering muncul pada anak yang berumur 2- 4 tahun, namun seiring bertambahnya usia,
akan berangsur menghilang. Dan terjadi perubahan bunyi vokal rangkap /ai/ menjadi
/e/ dan /au/ menjadi /o/. Hal ini dikarenakan kebiasaan yang dilakukan orang tua dan
orang-orang disekitarnya yang sering mengucapkan hal yang sama. Ada beberapa
proses dasar yang digunakan anak-anak ketika berbicara. Hal tersebut adalah tahapan
yang dilalui oleh anak-anak untuk dapat berbicara seperti orang dewasa. Seiring
dengan bertambahnya usia anak dan diperolehnya keterampilan-keterampilan bahasa
yang lebih kompleks, anak akan mulai meninggalkan pengucapan –pengucapan yang
sederhana.
2. Pemerolehan Morfologi
Sesuai dengan pernyataan Santoso (2004) mengungkapkan morfem
berdasarkan bentuknya ada dua macam yaitu morfem bebas dan terikat. Morfem bebas
adalah morfem yang mempunyai potensi untuk berdiri sendiri sebagai kata dan dapat
langsung membentuk kalimat sedangkan morfem terikat merupakan morfem yang
belum memiliki arti, maka morfem ini belum mempunyai potensi sebagai kata. Untuk
membentuk kata, morfem harus digabung dengan morfem bebas. Morfem terikat ada
dua macam morfem terikat morfologis dan morfem terikat sintaksis. Morfem terikat
morfologis yakni morfem yang terikat pada sebuah morfem dasar yaitu prefiks
( awalan), infiks ( sisipan), sufiks ( akhiran) dan konfiks
( imbuhan gabungan).Pada anak-anak usia dini sudah dapat membentuk beberapa
morfem yang menunjukkan fungsi gramatikal nomina dan verba yang digunakan.
Kesalahan gramatika sering terjadi pada tahap ini karena anak masih berusaha
mengatakan apa yang ingin dia sampaikan.
Dari contoh anak usia 2-3 tahun di peroleh data belum muncul morfem yang
memeroleh afiksasi, bahkan banyak morfem yang sebagian seperti /dah/ /yum/ /ma/
/nali/ yang seharusnya /sudah/, /belum/, /bersama/, /menali/.
Pada contoh anak usia 4-5 tahun sudah muncul morfem yang mendapatkan
proses afiksasi mendapat prefiks maupun sufiks, namun infiks maupun konfiks belum
muncul. pada anak yang berumur 4-5 tahun terdapat morfem yang mengalami
reduplikasi. Pada anak yang berusia dua tahun belum menunjukkan pemerolehan
afiksasi. Pada usia tiga tahun, pemerolehan morfologi kebanyakan kata-kata yang
monomorfemik. Bentuk pasif di- juga mulai muncul pada umur tiga tahun. pada usia
empat tahun prefiks formal {ber-} dan {meN-} sudah mulai muncul walaupun masih
jarang muncul. Pada usia lima tahun anak sudah mencapai perkembangan verba,
netralisasi sufiks {- kan} dan {-i} yang menjadi {-in} pada /dibeliin/ yang seharusnya
/dibelikan/.
3. Pemerolehan Sintaksis
Dalam pemerolehan sintaksis, pemerolehan bahasa anak bukan
menggabungkan kata-kata dengan sewenang-wenang melainkan mengikuti aturan-
aturan tertentu, yaitu konteks. Anak secara berangsur-angsur mengetahui konteks.
Dengan konteks itulah anak mulai menyusun kalimat-kalimat, mulai dari kalimat satu
kata, kalimat dua kata, dan menjadi kalimatkompleks seperti orang dewasa.
Bambang Kaswanti Purwo (dalam Maksan, 1993) menyatakan bahwa
penggabungan kata-kata dilakukan oleh anak bukan secara sembarangan, tetapi
berurutan. Tahapanpemerolehan sintakis yang dimaksud sebagai berikut.
1) Masa pralingual, berlangsung pda usia 0,0 s.d. 1,0 tahun.
Masa pralingual seperti halnya pemerolehan fonologi pasif. Anak baru
mendengarkan ujaran dari orang-orang dewasa di sekitarnya dan sama sekali
belum dapat mengucapkan kalimat-kalimat tersebut.
2) Masa kalimat satu kata, berlangsung pda usia 1,0 s.d. 2,0tahun
Masa ini lazim disebut masa holofrusa di mana anak menyampaikan maksud yang
terkandung dalam pikiran atau hatinya menggunakan satu kata.
3) Masa kalimat dengan rangkaian kata, berlangsung pda usia 2,0 s.d. 3,0 tahun.
Masa ini lazim disebut masa kalimat telegram. Anak tidak sekadar memendekkan
kata-katal menjadi ringkas, tapi menurut aturan tertentu seperti penggabungan
kalimat dua kata menjadi kalimat tiga kata mengikuti pola-pola tertentu.
4) Masa konstruksi sederhana dan kompleks, berlangsung pda usia 3,0 s.d. 5,0
tahun. Masa ini lazim disebut masa kalimat telegram, berlangsung pda usia 2,0
s.d. 3,0 tahun. Pada usia ini, anak mulai dengan kalimat sederhana dan kalimat
telegram. berlangsung pda usia 2,0 s.d. 3,0 tahun. Pada usia ini, anak mulai dengan
kalimat sederhana dan berangsur menjadi kalimat yang kompleks.
Dalam bentuk sintaksisnya, ujaran satu kata sangat sederhana, bahkan untuk
bahasa Indonesia hanya sebagaian. dari kata saja yang diucapkan. Tapi dari segi
semantik, ujaran satu kata dapat memiliki lebih dari satu makna. Contohnya pada
ujaran /bi/ untuk/mobil/dapat bermaksud:
a) Ma, itu mobil.
b) Ayo kita ke mobil.
c) Pa, ayo kita jalan-jalan.
d) Davendra mau mobil-mobilan.
Ujaran satu kata yang mempunyai berbagai makna disebut ujaran holofrasis. Ciri
lain ujaran satu kata hanya kata dari sintaktik utama, yaitu: nomina, verba, dan
adjektiva; tidak ada fungsi kata depan di, ke atau dari. Sekitar umur 2 tahun, anak
mulai dengan ujaran dua kata, mungkin saja diselingi jeda sehingga seperti dua kata
yang terpisah. Dengan adanya ujaran dua kata, orang dewasa dapat lebih menerka
maksud ucapan si anak karena cakupan maknanya lebih terbatas. Pada tahapan ini
anak juga sudah dapat menyatakan bentuk negatif (bukan, belum, tidak). Munculnya
bentuk negasi ini adalah sebagai respons terhadap pertanyaan (Dardjowidjojo, 2000).
Selanjutnya, ketika seorang anak sedang memperoleh bahasa B1-nya, terjadi dua
proses, yaitu proses kompetensi dan proses performasi. Kedua proses ini merupakan
dual proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang
berlangsung secara tidak disadari. Proses kompetensi ini menjadi syarat untuk
terjadinya proses performasi yang menyangkut proses pemaham dan proses
memproduksi ujaran. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mempersepsi
kalimat yang didengar. Sedangkan fungsi berbahasa merupakan fungsi yang paling
kompleks di antara seluruh faset perkembangan sebagaimana yang dijabarkan di atas.
Indikator perkembangan bahasa ini meliputi fungsi reseptif, yaitu kemampuan anak
untuk mengenal dan bereaksi terhadap seseorang, terhadap kejadian lingkungan
sekitarnya, mengerti maksud mimik dan suara dan akhirnya kata-kat dan fungsi
ekspresif, yaitu kemampuan anak mengutarakan keinginannya dan pekirannya. Fungsi
ekspresif ini dipengaruhi fungsi reseptif dan merupakan kemampuan. yang lebih
kompleks mengingat anak memulai dengan komunikasi preverbal, dilanjutkan
komunikasi dengan. ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan pada akhirnya dengan
menggunakan kata-kata atau komunikasi verbal (Pusponegoro dalam Indah, 2008).
A. KESIMPULAN
Pemerolehan bahasa merupakan suatu rangkaian proses yang amat panjang
sejak anak belum mengenal sebuah bahasa sampai kepada anak fasih dalam
berbahasa.Pemerolehan bahasa (language acquisition) juga dapat diartikan sebagai suatu
proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak sewaktu mereka mendapatkan
bahasa pertamanya atau bahasa ibu.Agar mampu melakukan kajian mengenai
pemerolehan bahasa, maka perlu untuk dipahami bagaimana konsep pemerolehan bahasa.
Pemerolehan bahasa dibedakan menjadi dua, diantaranya pemerolehan bahasa pertama
(first language acquisition), dan pemerolehan bahasa kedua (second language
acquisition).Bagi anak yang mengalami keterbatasan seperti gangguan atau cacat, maka
mereka mempelajari paling sedikitnya hanya satu bahasa, karena terdapat penge cualian.
Sehingga, kemampuan belajar memperoleh suatu bahasa menurut sejumlah linguis paling
tidak berkaitan dengan program genetic maksunya bagaimana kemampuan berbahasa
seseorang sejak lahir. Dan pemerolehan bahasa bisa dikatakan memiliki ciri
kesinambungan, kemudian mempunyai satu kesatuan rangkaian yang bergerak dari satu
ucapan kata yang sederhana menuju kepada gabungan-gabungan kata yang lebih rumit
dan kompleks.
B. SARAN
Demikian yang dapat dipaparkan mengenai materi yang telah menjadi pokok
bahasan di dalam makalah ini, tentunya di dalam penulisan masih terdapat banyak
kekurangan serta kelemahannya, dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
sumber atau referensi yang ada kaitannya dengan makalah ini. Kelompok juga
berharap kepada para pembaca agar memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun kepada kelompok demi sempurnanya tugas makalah ini dan juga
penulisan makalah di kesempatan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat berguna
bagi kelompok dan khususnya bagi para pembaca pada umumnya untuk dipelajari
agar menjadi khazana.
DAFTAR PUSTAKA