Anda di halaman 1dari 17

TUGAS 2

FILSAFAT PENDIDIKAN
“Hakikat dan Konsep Dasar Filsafat”

Disusun Oleh :
Nama : Anestra Putri Fauziah
Nim : 22129012

Dosen Pengampu:
Prof. Yalvema Miaz, MA.,Ph.D
Dr. Yullys Helsa, S.Pd., M.Pd.

8 Februari 2024

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikanrahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga penuli berhasil menyelesaikan
tugas yang telah diberikan dalam mata kuliah “filsafat Pendidikan” yang alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul “Hakikat dan Konsep Dasar Filsafat”
Penulisan tugas ini menjadi suatu bahan bagi penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Pendidikan. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin membuat makalah ini,
walaupun masih ada kekurangan. Pada kesempatan ini penulis, tidak lupa menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan kepada pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian makalah
ini terutama Prof. Yalvema Miaz, MA.,Ph.D dan Dr. Yullys Helsa, S.Pd., M.Pd. selaku dosen
pengampu yang senantiasa memberikan arahan dalam proses perkuliahan.
Semoga bimbingan dan bantuan yang telah diberikan, menjadi amal kebaikan disisi Allah
SWT. Penulis mengharapkan kritikan dan saran demi kemajuan penulis dimasa depan. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak , baik yang terkait secara lansung
atau tidak.
Akhir kata, semoga Allah SWT selalu kekuatan dan memberkahi semua amal baik yang
telah kita jalani.Amin.

Padang, 8 februari 2024

Anesrtra Putri Fauziah


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Definisi dan Pengertian Filsafat ............................................................................................. 4
a. Arti Filsafat Secara Etimologi ........................................................................................ 4
b. Arti Filsafat Secara Terminologi .................................................................................... 8
c. Mengapa Manusia Berfilsafat ......................................................................................... 8
d. Tujuan Mempelajari Filsafat ......................................................................................... 10

B. Permasalahan/Penyelesaian.................................................................................................. 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 16
a. Kesimpulan .............................................................................................................. 17
b. Saran ......................................................................................................................... 19
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................................................. 20
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Pengertian filsafat


Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata falsafah dalam bahasa Arab1 yang
diserap dari kata majemuk φιλοσοφία dalam bahasa Yunani kuno. Kata majemuk tersebut
terdiri atas kata philia (philos/philein) yang berarti cinta dan kata sophia (sophos/sofein)
yang berarti pengetahuan, hikmah, atau kebijaksanaan.2 Jadi, Philosophia sebagai kata
gabungan dalam bahasa Yunani berarti cinta kepada kebijaksanaan (mencakup dimensi
kebenaran, kebaikan, dan keindahan).
Pengertian sebagaimana tersebut di atas belum memperhatikan makna yang
sebenarnya dari kata filsafat, sebab pengertian "mencintai" belum memperlihatkan
keaktifan seorang filsuf untuk memperoleh kearifan atau kebijaksanaan itu. Menurut
pengertian yang lazim berlaku di Timur (Tiongkok/India), seseorang disebut filsuf bila
dia telah mendapatkan atau telah meraih kebijaksanaan. Sedangkan menurut pengertian
yang lazim berlaku di Barat kata "mencintai" tidak perlu meraih kebijaksanaan, karena
yang disebut filsuf atau "orang bijaksana" mempunyai pengertian yang berbeda dengan
pengertian di Timur
Dalam bahasa Arab, filsafat diartikan sebagai hubb al-hikmah (cinta hikmah) 3
Menurut alSyaibaniy, filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap
hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya, dan menciptakan
sikap positif terhadapnya. Filsafat, karenanya, dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu,
berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalamanpengalaman
manusia
Pengertian filsafat sesungguhnya telah mengalami sejumlah perubahan sepanjang
masanya. Phytagoras (481-411 SM) dikenal sebagai orang pertama yang menggunakan
perkataan tersebut dengan makna pembahasan tentang tabiat sesuatu.5 Selanjutnya para
filsuf Yunani kuno sendiri yang dikenal sebagai tempat lahirnya filsafat berbeda pendapat
tentang makna filsafat, sesuai dengan latar belakang pendidikan dan kecenderungan
orang yang mendefinisikannya
Cicero menyebut filsafat sebagai "ibu dari semua seni", juga sebagai arts vitae yaitu
filsafat sebagai seni kehidupan. Sementara al-Farabi menyatakan bahwa filsafat adalah
ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada. Begitulah
seterusnya sampai sekarang, sehingga boleh dikatakan hampir tidak ada kesepakatan
tentang apa definisi filsafat. Hanya saja, beberapa penulis belakangan lebih cenderung
mengembalikan filsafat kepada makna asal sebagaimana digunakan oleh Phytagoras
dahulu sebagai pemikiran rasional yang dilakukan secara mendalam, menyeluruh, dan
teratur dalam rangka mencari hakikat segala yang ada.
Atas dasar uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa filsafat mempunyai pengertian
yang multi dimensi. Meskipun demikian, penulis berpendapat lebih baik mengembalikan
filsafat kepada pengertian yang sudah banyak disepakati oleh para penulis di tas
berdasarkan penggunaan istilah Phytagoras tersebut. Oleh karena itu, dalam redaksi yang
ringkas penulis menyimpulkan bahwa filsafat adalah proses berpikir logis, radikal,
universal, dan sistematis dalam rangka memahami sebuah kenyataan.

a. Pengertian Filsafat Secara Etimologi

Menurut Poedjawijatna bahwa filsafat itu berasal dari kata arab yang berhubungan
langsung rapat dengan kata yunani, kata yunani nya hampir sama dengan apa yang di
kemukakan oleh Harun Nasution yaitu Philosophia. Philosophia dibagi menjadi dua kata
yaitu philo yang arti nya cinta dalam arti yang luas, dan sophia yang berarti
kebijaksanaan dalam pengertian yang mendalam. Jadi dapat di simpulkan bahwa kata
filsafat adalah untuk mencapai cinta pada kebijakan. Dari segi bahasa filsafat diartikan
sebagai keinginan yang mendalam untuk mendapat kebijakan, atau yang mendalam untuk
menjadi bijak.
Menurut Harun Nasutio Filsafat berasal dari Yunani yang tersusun dari dua
kata Philein dalam arti cinta dan sophos dalam arti hikmah. Orang Yunani
memindahkankata tersebut menjadi philoshopia kedalam bahasa mereka. Dalam bahasa
indonesia banyak di pakai kata filsafat. Dan ini kelihatannya bukan berasal dari kata
bahasa arab yaitu falsafah dan bukan pula dari kata barat philosophy ternyata di ambil
dari dua bahasa yaitu barat dan arab, fil dari kata barat dan safah dari kata arab, sehingga
tergabunglah dari keduanya dan menimbulkan kata filsafat demikian Harun Nasution
menjelaskan.
Sebagai konsekuennya, seorang filosof tidak hanya membicarakan dunia yang ada
di sekitar nya serta dunia yang ada dalam diri nya, melain kan juga membicarakan
perbuatan berpikir itu sendiri. Ia tidak hanya mengetahui hakekat kenyataan dan ukuran-
ukuran untuk melakukan verifikasi terhadap pernyataan mengenai segala sesuatu,
melainkan ia berusaha menemukan kaidah-kaidah berfikir itu sendiri. Suatu perenungan
kefilsafatan tidak boleh mengandung pernyataan-pernyataan yang saling bertentangan.

b. Pengertian Filsafat Secara Terminologi


Istilah filsafat awalnya berasal dari bahasa Yunani yakni ”philosophia”. Seiring
perkembangan zaman akhirnya dikenal pula dalam berbagai bahasa, seperti misalnya
”philosophic” yang berasal dari kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan juga Perancis;
“philosophy” dalam terjemahan ke bahasa Inggris; “philosophia” dalam terjemahan ke
bahasa Latin; dan juga“falsafah” dalam bahasa Arab.
Para filsuf memberikan batasan yang berbeda-beda tentang filsafat, tetapi batasan
yang berbeda tersebut tidak mendasar. Selanjutnya, batasan filsafat bisa ditinjau dari dua
segi yakni secara etimologi serta secara terminology
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari terjemahan bahasa Arab, yakni
falsafah ataupun dari bahasa Yunani yakni philosophia – philien yang artinya cinta dan
sophia yang artinya kebijaksanaan. Jadi dapat dipahami bahwa filsafat artinya cinta
kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah seorang pencari kebijaksanaan, pecinta
kebijaksanaan dalam arti hakikat
Pengertian filsafat secara terminologi amat beragam. Para filsuf merumuskan
pengertian filsafat sesuai kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya.
Berikut ini akan disajikan beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para ahli:
1. Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
2. Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab
dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas
penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
3. Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni“ ( the mother
of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )
4. Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari
ilmu-ilmu, yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan
sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan
seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan .
5. Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak
menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang
sama, yang memikul sekaliannya .
6. Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi
pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat
persoalan.
7. Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-
sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya
sampai “mengapa yang penghabisan “.
8. Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran ,
tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan
universal.
9. Harold H. Titus (1979 ): (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat
adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan
keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti
kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat
perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
10. Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan
mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah
mencapai pengetahuan itu.
11. Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia
menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
12. . Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. : Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia
dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis,
fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan
kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
13. Bertrand Russel: Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi
dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai
masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak
bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia
daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
14. Hasbullah Bakry
Ilmu filsafat merupakan ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai Ketuhanan,alam semesta, dan manusi sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana hakikat sejauh yang dapat dicapai akal manusia.
Pencinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai usaha dan
petunjuk tujun hidup nya, atau dengan perkataan lain orang yang mengabdikan diri
nya dengan pengetahuan.

Rizal Mustansyir dan Misnal Munir menjelaskan tentang pengertian filsafat didalam
buku nya yang berjudul Filsafat Ilmu, bahwasan nya filsafat ialah:
1. Sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan serta alam yang tidak
diterima secara keritis.
2. Suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita
jujung tinggi.
3. Berusaha untuk mengkombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman
manusia sehingga menjadi konsisten tentang pandangan alam.
4. Analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep.
5. Sekumpulan problema yang langsung dan mendapat perhatian dan dicarikan jawaban
dari ahli-ahli filsafat.

Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan bahwa
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya
secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala
situasi tersebut.
c. Mengapa Manusia Berfilsafat

Menurut Lasiyo dan Yuwono ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat:
1. Keheranan
2. Kesangsian
3. Kesadaran akan keterbatasan
 Keheranan

Sebagai filsuf ada nya rasa heran merupakan asal dari berfilsafat. Menurut
Immanuel Kant gejala yang paling mengherankan adalah “melihat langit berbintang-
bintang diatas”.
 Kesangsian

Augustinus dan Rane Descartes berpendapat bahwa kesangsian itu merupakan


sumber utama bagi pemikiran manusia. Pada saat itu manusia meliat hal yang baru maka
ia akan merasa heran kemudian merasa ragu-ragu dengan hal itu. Rane Descartes pernah
mengucapkan “cagito ergo sum” yang arti nya “saya berfiki, maka saya ada” dan kata-
kata itulah yang membuat dia terkenal saat itu. Yang dimaksud Rane dengan berfikir
ialah menyadari bahwasan nya ia menyaksikan.
 Kesadaran akan keterbatasan

Manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya itu sangat kecil dan
lemah jika dibandingkan dengan alam sekitar nya. Dengan kesadaran akan keterbatasan
ini manusia mulai berfilsafat ia memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas pasti ada
sesuatu yang tidak terbatas
d. Kegunaan Mempelajari Filsafat
Apabila diperhatikan kedudukan ilmu, filsafat, dan agama dalam pembahasan
terdahulu dapat dipahami bahwa filsafat pada dasarnya tidak mampu menjangkau hakikat
melebihi informasi agama dan tidak begitu mampu memberikan bukti-bukti empiris yang
diperlukan dalam upaya pengembangan kehidupan. Bahkan, senada dengan pernyataan
Lubis, dilihat secara aksiologis filsafat juga belum bisa memberikan kepastian dan
menjadi solusi yang aman dari kerusakan tata nilai dan moral dunia
Filsafat merupakan bagian dari keyakinan dan tindakan manusia, meskipun banyak yang
tidak disadari. Semakin seseorang mendalami keyakinan dan hakikat tindakannya,
semakin nyata bahwa ia sedang berpikir filsafat. Oleh karena itu, membuat manusia sadar
dengan keyakinan dan tindakannya merupakan kegunaan penting filsafat
Oleh karena itu, membuat manusia sadar dengan keyakinan dan tindakannya
merupakan kegunaan penting filsafat Apabila dikembalikan kepada ciri-ciri utama
filsafat, tentu saja berbagai keyakinan dan tindakan dalam menjalani kehidupan ini harus
dipertimbangkan secara logis.
Sebagai contoh sederhana, orang yang meyakini adanya kehidupan kembali
sesudah kematian secara logis, tentu ia akan berusaha mempelajari dan mempersiapkan
segala sesuatu yang diperlukan untuk menjalani kehidupan abadi itu sesuai dengan
keyakinannya yang diperoleh dari ajaran agama. Ia juga harus mencermati satu persatu
terkait ajaran tentang kehidupan abadi dimaksud, ditelaah secara mendalam (radikal),
dihubungkan dengan berbagai aspek kehidupan (universal), dan disusun sejumlah
persiapan berdasarkan tahapan-tahapan tertentu atau berdasarkan sistem prioritas
(sistematis). Dengan demikian, ia sudah berfilsafat, selaras dengan keyakinan agamanya.
Kalaulah ilmu dapat memberikan manusia pengetahuan, maka filsafat dapat
memberikan hikmah, sehingga memberikan kepuasan kepada manusia dengan
pengetahuan yang teratur rapi dan benar. Plato sendiri merasakan berpikir itu suatu
nikmat luar biasa, sehingga filsafat dinamakan dengan ”keinginan yang sangat berharga,
sebab tujuan tunggal filsafat adalah menemukan kebenaran.
Disanalah terletak kebesaran, kemuliaan dan ketinggian derajat filsafat
(Alisjahbana, 1957). Filsafat dapat membantu membangun keyakinan manusia secara
intelektual, asalkan saja konsepsi agama tersebut tidak bergantung pada pra-ilmiah usang
sempit dan dogmatis. Sebab masalah agama berkisar, pada harmonis, pengaturan, ikatan,
pembebasan, dan Tuhan . Memang ada orang yang mempelajari filsafat, hanya sekedar
ingin tahu hasratnya tercapai atau untuk mepertajam pikiran. Sebenarnya lebih dari itu,
filsafat tersebut di samping punya arti teoritis juga punya arti praktis. Orang yang
berfilsafat tidak hanya untuk mengetahui, tetapi juga mempraktekan dalam hidupnya.
Filsafat akan memberikan kepada manusia dasar-dasar pengetahuan untuk dapat hidup
dengan baik sehingga ia akan menjadi manusia yang baik dan bahagia (Epping, 1983).
Jan Hendrik Rapar merumuskan filsafat ke dalam tiga peranan yang dapat diakses
oleh semua manusia yang mencintai hikmah, yaitu sebagai pendobrak, pembebas dan
pembimbing. Dalam sejarah menunjukkan betapa filsafat telah mendobrak pintu-pintu
dan tembok-tembok tradisi yang begitu sakral dan tidak boleh diganggu-gugat karena
percaya pada tahayul dan khurafat serta kepercayaan pada animisme dan dinamisme,
dirobohkan dan dihancurkan dengan rasionalitas filsafat (Rapar, 2020).
Filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohannya. Demikian
pula, filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan mitis itu.
Lebih dari itu, filsafat membimbing manusia untuk berpikir secara logis dan sistematis,
secara integral dan koheren, sehingga manusia menemukan kebenaran yang hakiki yang
menjadi persoalan yang dihadapi semua manusia.
B. Permasalahan/Penyelesaian
1. Mengapa filsafat dengan pendidikan berkaitan?
Jawab : Filsafat dan pendidikan merupakan dua hal yang saling terkait karena
pendidikan pada hakikatnya merupakan hasil dari pemikiran (filsafat), filsafat merupakan
arah dan pedoman atau pijakan dasar bagi tercapainya pelaksanaan dan tujuan
pendidikan. Jadi, filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang Pendidikan. terimakasih
2. Bagaimana proses pembentukan Karakter Manusia menurut pandangan Filsafat?
Jawab : Menurut pendapat saya, sejak lahir setiap manusia dikaruniai dua potensi atau
karakter, yakni potensi kebaikan/ karakter baik dan potensi keburukan/ karakter buruk.
Potensi tersebut akan berkembang mengikuti proses pertumbuhan manusia. Potensi mana
yang akan dominan, baik atau buruk tergantung bagaimana lingkungan yang
membentuknya. Jika tumbuh dalam lingkungan yang baik, maka akan menjadi baik, dan
jika tumbuh dalam lingkungan yang buruk, maka akan menjadi buruk. Oleh karena itu,
dalam dunia pendidikan, lingkungan sekolah harus benar-benar mampu menjadi
lingkungan belajar yang baik bagi anak agar mampu mengoptimalkan karakter baik
dalam setiap diri anak. Terima kasih.
3. Bagaimana Filsafat mampu menuntun kita mencapai Cita-cita?
Jawab : Filsafat adalah tentang berpikir, untuk menggapai cita-cita kita tentu harus
berpikir caranya agar bisa meraih cita-cita. Terdapat beberapa hal yang perlu kita
perhatikan dalam menggapai cita-cita yaitu, pikiran kita tentang bagaimana dan apa yang
dilakukan untuk dapat menggapainya, niat yang tulus dalam diri, keikhlasan untuk dapat
menjalani dan menerima resiko yang ada, dan mampu untuk melakukan hal-hal positif
yang dapat dapat mendukung tujuan kita dalam menggapai cita-cita, serta kita harus
menghindari rasa takut akan kegagalan dan ragu-ragu dalam usaha kita dalam menggapai
cita-cita tersebut
4. Bagaimana agar terhindar dari Ruang dan Waktu yang salah?
Jawab : Sebelum kita menghindar, kita harus memahami dahulu mana yang berarti salah
maupun benar dalam konteks ruang dan waktu. Ketika kita telah memahami betul apa
yang dimaksud benar sesuai ruang dan waktu maka diri kita pun akan memposisikan diri
pada keadaan yang benar. Maka dari itu kita harus mampu belajar memposisikan diri
untuk mengetahui mana yang baik dan benar juga mana yang salah dan buruk. Ketika
kita berada pada posisi yang salah sebenarnya hati kita pun akan merasa tidak nyaman,
maka berusahalah untuk selalu menjernihkan hati dan pikiran kita dengan mendekatkan
diri kepada Allah SWT agar kita selalu takut pada hal hal buruk yang menjerumuskan
kita
Filsafat merupakan olah pikir. Berpikir dalam berbagai hal. Berpikir antara mana yang
baik dan buruk, berpikir antara yang sesuai dan tidak sesuai, dan lain sebagainya. Agar
tidak salah ruang dan waktu maka kita harus terus belajar dan berlatih. Belajar tentang
materi pembelajaran, belajar tentang kehidupan, belajar dengan kondisi yang sesuai dan
tidak, belajar yang mungkin dan tidak mungkin, dan belajar hal-hal yang lainnya. Kita
harus terus belajar agar dapat mengetahui ruang dan waktu yang sesuai. Kita berfilsafat
ketika dalam melakukan proses pembelajaran filsafat bersama dengan dosen ahli. Jangan
sampai kita berfilsafata dirumah dengan adik kita yang masih belum mengerti hal-hal ini
karena berpikir filsafat belum tentu diterima oleh orang lain. Yang ada malah kita
dianggap sudah tidak waras lagi. Berfilsafatlah pada ruang dan waktu yang sesuai.
Contoh lain seperti pada saat membahas tugas matematika, lakukanlah bersama orang
yang sesuai jurusan atau yang lebih tahu, jangan dibahas dengan orang bahasa yang
cenderung menghindari matematika apalagi ditambah dengan situasi yang krang
memungkinkan seperti ketika dia sedang sibuk mengerjakan tugasnya. Hal ini tidak akan
menyelesaikan masalah yang ada malah akan menambah masalah. untuk itu kita harus
terus belajar dan berusaha untuk lebih mengerti mana yang sesuai dan tidak sesuai.
Kapan dan dimana kita harus berbuat A, kapan dan dimana kita harus berbuat B, dan lain
sebagainya
5. Bagaimana konsep Karma dalam Filsafat?
Jawab : Karma sama seperti halnya akibat. Karma baik dapat diperoleh ketika kita
melakukan perbuatan baik. melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Sedangkan karma buruk dapat diperoleh karena telak melakukan perbuatan buruk. Karma
diberikan oleh yang Kuasa karena makhluknya sudah sangat keterlaluan. Jika manusia
sudah melakukan keburukan yang sangat parah dan tidak bisa ditoleransi lagi oleh
manusia, maka Allah akan menghukumnya secara langsung dan dengan cara yang sangat
pedih. Tapi jika manusia tersebut selalu berbuat baik dan senantiasa mendekatkan diri
kepada Allah, maka ia akan mendapatkan balasan yang sesuai yan disini disebut sebagai
karma baik.
6. Bagaimana Filsafat memandang konsep hubungan/interaksi dalam keluarga dan
masyarakat?
Jawab : Sangat penting dalam bagi kita dalam membangun hubungan interaksi kepada
masyarakat atau keluarga, karena interaksi yang sering terjalin akan memudahkan kita
untuk saling bekerjasama dalam membangun kehidupan kekluargaan. Hal utama yang
menjadi perhatian bagi yang ingin membangun hubungan dengan masayarakat atau
keluarga adalah komunikasi, dengan komunikasi yang lancar maka kerbersamaan akan
selalu ada dan terjaga.
Manusia merupakan makhluk sosial yang memiliki kepribadian atau katakteristik yang
berbeda-beda. Adanya perbedaan tersebut menjadikan seseorang tidak akan bisa
menjalani hidupnya tanpa adanya orang lain. Maka dari itu diperlukan suatu interaksi
atau hubungan untuk saling melengkapi diantara perbedaan yang ada dalam diri setiap
orang. Karena dengan melakukan suatu interaksi atau hubungan akan membuat setiap
orang untuk saling membantu.
7. Bagaimana cara mengetahui diri sendiri dan menyadari bahwa Filsaat sangatlah
dekat dengan diri kita masing-masing?
Jawab : Gali dalam pikiran, selami mereka, pahami mereka satu persatu, ajak kenalan
lagi bila perlu, karena semua yang ada di dalam pikiran diri ini merupakan dasar filsafat
yang memang sudah menjadi bakal filsafat sejak dulu. Renungi diri sendiri, evaluasi diri,
atau bahkan hanya melakukan aktifitas seperti biasanya sudah termasuk filsafat. Cukup
sadari bahwa diri ini sedang beraktifitas melakukan apapun, baik benar maupun salah
tetap sudah termasuk berfilsafat. Kenali diri lebih dalam lagi dan selalu bersyukur karena
sudah melakukan aktifitas yang baik setiap harinya.

Semua persoalan yang terjadi, pada akhirnya kita kembalikan kepada diri kita sendiri.
Manusia tentu mempersoalkan dirinya sendiri. Dalam suatu persoalan, perdebatan dan
cita-cita, kita terus –menerus bertanya tentang diri kita sendiri, Siapakah sebetulnya aku
ini?, bahkan ketika kita mengalami suatu pertentangan, kebingungan ataupun
kebimbangan mengenai yang baik dan buruk, maka kita akan refleks berfikir untuk
menjawab permasalahan tersebut. Jadi, cara untuk mengetahui diri sendiri dengan terus
memikirkannya dan menerjemahkannya, karena ada banyak hal dalam diri kita juga yang
perlu diterjemahkan (hermeneutika). Jika seseorang tidak berusaha mengenal diri sendiri,
maka dia akan sulit menentukan arah dan tujuan hidupnya. Sebenar-benarnya tidak ada
manusia yang mampu mengetahui dirinya sendiri, yang ada manusia yang berusaha untuk
mengetahui dirinya sendiri.
C. Simpulan
1. Pengertian filsafat sesungguhnya telah mengalami sejumlah perubahan sepanjang
masanya. Phytagoras (481-411 SM) dikenal sebagai orang pertama yang
menggunakan perkataan tersebut dengan makna pembahasan tentang tabiat sesuatu.5
Selanjutnya para filsuf Yunani kuno sendiri yang dikenal sebagai tempat lahirnya
filsafat berbeda pendapat tentang makna filsafat, sesuai dengan latar belakang
pendidikan dan kecenderungan orang yang mendefinisikannya Cicero menyebut
filsafat sebagai "ibu dari semua seni", juga sebagai arts vitae yaitu filsafat sebagai
seni kehidupan. Sementara al-Farabi menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang
menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada. Begitulah seterusnya
sampai sekarang, sehingga boleh dikatakan hampir tidak ada kesepakatan tentang apa
definisi filsafat.
2. Menurut Lasiyo dan Yuwono ada tiga hal yang mendorong manusia untuk
berfilsafat:
 Keheranan
 Kesangsian
 Kesadaran akan keterbatasan
3. Jan Hendrik Rapar merumuskan filsafat ke dalam tiga peranan yang dapat diakses
oleh semua manusia yang mencintai hikmah, yaitu sebagai pendobrak, pembebas dan
pembimbing. Dalam sejarah menunjukkan betapa filsafat telah mendobrak pintu-
pintu dan tembok-tembok tradisi yang begitu sakral dan tidak boleh diganggu-gugat
karena percaya pada tahayul dan khurafat serta kepercayaan pada animisme dan
dinamisme, dirobohkan dan dihancurkan dengan rasionalitas filsafat (Rapar, 2020).
4. Filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohannya. Demikian
pula, filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan mitis
itu. Lebih dari itu, filsafat membimbing manusia untuk berpikir secara logis dan
sistematis, secara integral dan koheren, sehingga manusia menemukan kebenaran
yang hakiki yang menjadi persoalan yang dihadapi semua manusia.
D. Daftar Rujukan

Asmoro Achmadi, Filsafat Umum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 3-10.

Bagus, Lore. 1996. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2010

Ferry Hidayat, Pengantar Teori-Teori Filsafat (Bekasi: STBA Pertiwi, 2016), h. 7.

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Cet. ke-18. (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2005), h. 8-35.

Nur A. Fadhil Lubis, Pengantar Filsafat Umum, Edisi Revisi, Cet. ke-3. (Medan: IAIN
Press, 2011), h. 3

Mahsun Mahfud, “Hakikat Kebebasan Berpikir Dan Etika,” Jurnal Hermeneia Vol. 6, No.
1 (June 2007): h. 163-164

Palmquis Stephen. Pohon Filsafat. Cetakan I. Pustaka Pelajar. Jakarta. 2000.

Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, cet. XVI, Jakarta : Sinar
Harapan, 2003

Anda mungkin juga menyukai