Anda di halaman 1dari 19

TUGAS 4

FILSAFAT PENDIDIKAN
“Ruang Lingkup Filsafat”

Disusun Oleh :
Nama : Anestra Putri Fauziah
Nim : 22129012

Dosen Pengampu:
Prof. Yalvema Miaz, MA.,Ph.D
Dr. Yullys Helsa, S.Pd., M.Pd.

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikanrahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga penuli berhasil menyelesaikan
tugas yang telah diberikan dalam mata kuliah “filsafat Pendidikan” yang alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul “Ruang Lingkup Filsafat”
Penulisan tugas ini menjadi suatu bahan bagi penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Pendidikan. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin membuat makalah ini,
walaupun masih ada kekurangan. Pada kesempatan ini penulis, tidak lupa menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan kepada pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian makalah
ini terutama Prof. Yalvema Miaz, MA.,Ph.D dan Dr. Yullys Helsa, S.Pd., M.Pd. selaku dosen
pengampu yang senantiasa memberikan arahan dalam proses perkuliahan.
Semoga bimbingan dan bantuan yang telah diberikan, menjadi amal kebaikan disisi Allah
SWT. Penulis mengharapkan kritikan dan saran demi kemajuan penulis dimasa depan. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak , baik yang terkait secara lansung
atau tidak.
Akhir kata, semoga Allah SWT selalu kekuatan dan memberkahi semua amal baik yang
telah kita jalani.Amin.

Padang, 25 februari 2024

Anesrtra Putri Fauziah


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Ruang Lingkup Filsafat .......................................................................................................... 4
B. Metode Filsafat ....................................................................................................................... 11
C. Pembagian Filsafat .................................................................................................................. 13
D. Perbedaan filsafat dengan ilmu dan agama .......................................................................... 15
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 16
a. Kesimpulan .............................................................................................................. 17
b. Saran ......................................................................................................................... 19
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................................................. 20
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Filsafat


Ruang lingkup fisafat adalah segala sesuatu lapangan pemikiran manusia yang amat luas
(komprehensif).Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar-benar ada (nyata),baik
material konkrit maupun material abstrak (tidak terlihat).Jadi obyek filsafat itu tidak
terbatas.(Noor Syam,1988:22).
Ruang lingkup filsafat ilmu meliputi beberapa bidang, antara lain seperti yang
dikemukakan para ahli di bawah ini:

a. Peter Angeles, yang merumuskan filsafat ilmu terbagi ke dalam empat bidang kajian,
yaitu:
1. Telaah mengenai berbagai konsep, pra anggapan dan metode ilmu, berikut
analisis, perluasan, dan penyusunannya untuk memperoleh pengetahuan yang
lebih ajeg dan cermat.
2. Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu, berikut struktur
perlambangannya.
3. Telaah mengenai saling kaitan diantara berbagai ilmu.
4. Telaah mengenai akibat-akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan
dengan penerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika
dan matematika dengan realitas, entitas teoretis, sumber dan keabsahan
pengetahuan, serta sifat dasar kemanusiaan.
b. Cornelius Benjamin, merumuskan filsafat ilmu ke dalam tiga bidang kajian, yaitu:
1. Telaah mengenai metode ilmu, lambang ilmiah dan struktur logis dari
perlambangan ilmiah. Telaah ini banyak menyangkut logika dan teori
pengetahuan dan teori umum tentang tanda.
2. Penjelasan mengenai konsep dasar, pra anggapan dan pangkal pendirian ilmu,
berikut landasan-landasan empiris, rasional atau pragmatis yang menjadi tempat
tumpuannya. Segi ini banyak hal yang berkaitan dengan metafisika, karena
mencakup telaah terhadap berbagai keyakinan mengenai dunia kenyataan,
keragaman alam dan rasionalitas dari proses alamiah.
3. Aneka telaah mengenai saling kait diantara berbagai ilmu dan implikasinya bagi
suatu teori alam semesta, seperti idealism, materialism, monism, atau pluralism.
c. Edward Madden, merumuskan lingkup filsafat ilmu ke dalam tiga bidang kajian,
yaitu:
1. Probabilitas.
2. Induksi
3. Hipotesis.
d. Ernest Nagel, memberikan rumusan luang lingkup filsafat ilmu ke dalam tiga bidang
kajian, yaitu:
1. Pola logis yang ditunjukkan oleh penjelasan dalam ilmu ; logical pattern exhibited
by explanations in the sciences.
2. Pembentukan konsep ilmiah; construction of scientific concepst.
3. Pembuktian keabsahan kesimpulan ilmiah; validation of scientific conclusions.
(susanto, 2014:55-57).
Dengan memerhatikan beberapa pendapat ahli, seperti yang dikemukakan di atas,
maka ruang lingkup filsafat ilmu pada dasarnya mencakup dua pokok bahasan utama,
yaitu;
a. membahas sifat-sifat pengetahuan ilmiah (epistimologi).
b. Menelaah cara-cara mengusahakan pengetahuan ilmiah (metodologi). Sehingga
filsafat ilmu ini pada akhirnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu
sebagai berikut:
1. filsafat ilmu umum, yang mencakup kajian tentang persoalan kesatuan,
keseragaman, serta hubungan diantara segenap ilmu. Kajian ini terkait dengan
masalah hubungan antara ilmu dengan kenyataan, kesatuan, perjenjangan,
susunan kenyataan, dan sebagainya.
2. filsafat ilmu khusus, yaitu kajian filsafat ilmu yang membicarakan kategori-
kategori serta metode-metode yang digunakan dalam ilmu-ilmu tertentu atau
dalam kelompok-kelompok ilmu tertentu, seperti dalam kelompok ilmu alam,
kelompok ilmu kemasyarakatan, kelompok ilmu tehnik dan sebagainya.

Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang
inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa

dan bagaimana.

Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut

untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik

akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan

kita pilih.

Akslologi llmu meliputi nilal-nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian

makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita

yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasansimbolik atau pun

fisik-material.

Adapun menurut pendapat para ahli tentang ruang lingkup filsafat :

a. Tentang hal mengerti, syarat-syaratnya dan metode-metodenya.

b. Tentang ada dan tidak ada.

c. Tentang alam, dunia dan seisinya.

d. Menentukan apa yang baik dan apa yang buruk.

e. Hakikat manusia dan hubungannya dengan sesama makhluk lainnya.

f. Tuhan tidak dikecualikan.

Jadi dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup filsafat adalah segala sesuatu

lapangan pikiran manusia yang amat luat. Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar,

benar ada (nyata), baik material konkrit maupuan nonmaterial abstrak (tidak terlihat).

B. Metode Filsafat
a. Pengertian Metode
Istilah metode berasal dari kata Yunani, methodos yang berarti apa yang ada di
sebalik jalan atau cara. Kata methodos dari akar kata meta (di sebalik) dan hodos
(jalan). Dalam konteks keilmuan, metode berarti cara atau prosedur atau jalan yang
ditempuh dalam rangka mencapai kebenaran. Langkahlangkah itu harus dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah di hadapan akal budi: runtut, logis-rasional,
dan konsisten. Dengan metode dimaksudkan agar langkahlangkah pencarian
kebenaran ilmiah dapat dilaksanakan secara tertib dan terarah, sehingga dapat dicapai
hasil optimal. Metode sering diartikan sebagai jalan berpikir dalam bidang keilmuan.
Secara luas, metode adalah cara bertindak menurut sistem aturan jalan untuk
mencapai pengertian baru pada bidang ilmu pengetahuan tertentu.
b. Macam-macam Metode dalam Filsafat
Barangkali jalan terbaik adalah dengan melihat secara konkrit tentang metode yang
digunakan setiap atau seorang filosof dan penjelajahan filosofisnya. Sepanjang
sejarah filsafat telah dikembangkan sejumlah metode filsafat yang berbeda. Macam-
macam metode dalam filsafat, yaitu:
1. Metode Kritis.
Metode kritis bersifat analisis istilah dan pendapat. Merupakan hermeneutika
yang menjelaskan keyakinan dan memperhatikan pertentangan. Dengan jalan
bertanya (berdialog) itu bisa membedakan, membesihkan, menyisihkan dan
menolak, akhirnya ditentukan hakekat.
2. Metode Intuitif.
Metode ini dengan jalan introspeksi intiutif dan dengan pemakaian simbol-simbol
diusahakan pembersihan intelektual (bersama dengan pencucian moral) sehingg
tercapai penerangan pikiran. Bergson dengan jalan pembauran antara kesadaran
dan prosess perubahan, tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.
Metode Bergson dan Plotinus sering dikatakan tidak bertumpu pada intelek dan
rasio manusia, tetapi bukan bersifat anti-intelektual. Metode keduanya lebih
bersifat supra intelektual. Manusia terkadang harus mengambil jarak dan
berjauhan dengan logika, serta menyerahkan diri pada kemurnian kenyataan dan
keaslian fitrah manusia. Ini bukan berarti logika harus dibungkam dan rasio
diceraikan, tetapi untuk bisa menganalisis dan jangan terjerat olehnya.
3. Metode Skolastik
Metode ini bersifat metode sintetis deduktif. Dengan bertitik tolak definisi atau
prinsip-prinsip yang jelas dengan sendiriya, di tarik kesimpulan-kesimpulan.
Thomas Aquinas (1225-1247 M) merupakan salah satu penganjurnya. Pada masa
Klasik, Aristoteles juga dikatakan sebagai pengguna metode sintetis deduktif ini.
Menurut de Wulf (Scholastic Philosophy), pada periode ini filsafat menjadi
bagian integral dari teologi. Meskipun begitu, Thomas menunjukkan penghargaan
yang tinggi terhadap filsafat yang dikatakannya „puncak kemampuan akal - budi
manusia‟. Menurut Thomas sendiri, dalam filsafat itu argument yang paling lemah
ialah argument kewibawaan (yang merupakan ciri berpikir keagamaan).
4. Metode Empiris-Eksperimenta
Empirisme berasal dari kata Yunani yaitu "empiris" yang berarti pengalaman
inderawi. Oleh karena itu empirisme dinisbatkan kepada faham yang memilih
pengalaman sebagai sumber utama pengenalanan dan yang dimaksudkan
dengannya adalah baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun
pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia.
Menurut Hume bahwa semua ilmu berhubungan dengan hakikat manusia. Ilmu
tentang manusia merupakan satu-satunya dasar kokoh bagi ilmu-ilmu lain.
Karenanya, ilmu tentang manusia perlu disusun paling awal. Inilah yang
dilakukandalam karyanya Treatise yang setelah menerangkan hakikat manusia, ia
menyusun sistem keilmuan yang lengkap. Hume memakai metode eksperimental,
metode yang membawa kepada kesuksesan yang luar biasa dalam ilmu alam.
Menurut Hume, mustahil mengungkapkan hakikat manusia melalui intuisi, hingga
perlu diambil jalan yang lebih induktif ketimbang deduktif. Semua pengertian dan
kepastian berasal dari pengamatan terhadap tingkah laku dan introspeksi tentang
proses-proses psikologis.
Dengan metode tersebut, dapat disusun suatu filsafat yang dapat dipertanggung
jawabkan. Tetapi, karena ketatnya pengujian, maka yang bisa diterima hanya
sangat sedikit. Itu sebabnya Hume mengatakan bahwa filsafat moral bias dan
biasa didasarkan atas kepercayaan (belief) dan perasaaan (feeling). Metode Hume
ini didukung oleh Thomas Hobbes, John Locke dan Berkeley.
5. Metode Transendental
Aliran rasionalisme dan empirisme diatasi Immanuel Kant (1724-
1804.)Filsafatnya pertama ditekankan kepada aktivitas pengertian dan penilaian
manusia. Jadi, dalam hal ini tidak menurut aspekatau segi kejiwaan sebagaimana
dalam empirisme, tetapi sebagai analisis kritis.
Metodenya merupak ananalisa kriteria logis mengenai pengertian dasar tersebut.
Analisa ini dapat dibedakan dari bermacam- macam analisa lain. Analisa lain itu
mencakup analisa psikologis, analisa ontologis dan analisa kriteriologis. Sama
dengan kebanyakan filsafat lain, Kant memulai dengan meragukan segala sesuatu,
terutama pemahaman yang didasarkan atas alasan metafisik. Pemikiran Kant ini
telah melampaui keterbatasan aliran filsafat sebelumnya. Walaupun demikian,
Kant masih berkeyakinan bahwa kenyataan itu jauh lebih luas dari pada apa yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
6. Metode Dialektis
Menurut Hegel, jalan untuk memahami kenyataan adalah mengikuti gerakan atau
pikiran konsep. Asal saja mulai berpikir secara benar, ia akan diawah oleh
dinamika pikiran itu sendiri, dan akan dapat memahami seluruh perkembangan
sejarah pula
Jalan untuk memahami kenyataan ialah dengan mengikuti gerakan pikiran atau
konsep. Ikuti saja gerak dinamika pikiran itu sendiri, maka seluruh perkembangan
sejarah akan mudah dipahami. Struktur pikiran sama dengan proses genetis dalam
kenyataan. Maka metode dan teori atau sistem tidak dapat dipisahkan dan saling
menentukan Karena mengikuti dinamika dan kenyataan itu, maka metode Hegel
disebut dialektis.
7. Metode Fenomenologis
Fenomenologis adalah suatu aliaran yang membicarakan tentng segala sesuatu
yang menampakkn diri,atau suatu aliran yang membiraka gejala Edmund Husseri
(1859-1938) adalah salah seorang eksponen pendukung metode ini. Awalnya
Husserimen dalami ilmu pasti, belakangan ia tertarik pada filsafat. Sejalan dengan
makin digandrunginya ilmu alami (natural sciences) pada abad 19 dan 20. Husserl
ingin menjadikan filsafat sebagai suatu sistem ilmu pengetahuan yang terbebas
dari prasangka metafisik. Sistim seperti ini tentu memerlukan pemahaman-
pemahaman dasariah yang jelas dan sistematika yang keta.
8. Metode Analitika Bahasa
Metode dengan jalan analisa pemakaian bahasa hai-hari ditentukan sah atau
tidaknya ucapan-ucapan filosofis. Wittgenstein menyatakan bahwa „berbicara‟
merupakan tingkah laku tertentu dalam situasi tertentu untuk menyampaikan
pikiran. Karenanya, pikiran dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Pikiran bukanlah
suatu proses dibalik atau terpisah dari bahasa; melainkan terjadi dalam dan terdiri
linguistic behavior.
Sedangkan metode filsafat menurut Surajiyo, sebagai berikut:
1. Metode Kritis.
2. Metode Intuitif.
3. Metode Skolastik.
4. Metode Geometris.
5. Metode Empiris.
6. Metode Transendental.
7. Metode Fenomenologis.
8. Metode Dialiktis.
9. Metode Neo-psotivistis.
10. Metode Analitika Bahasa

C. Cabang-Cabang Filsafat
Menurut The Liang Gie, filsafat dibagi menjadi:
1. Metafisika (filsafat tentang hal ada).
2. Epistemologi (teori pengetahua).
3. Metodologi (teori tentang metode).
4. Logika (teori tentang penyimpulan).
5. Etika (filsafat tentang pertimbangan moral)
6. Estetika (filsafat tentang keindahan).
7. Sejarah filsafat

Inti dari permasalahan yang dibahas dalam filsfat meliputi tiga bidang pokok, yaitu
pertama logika, kedua etika yang mana dianggap baik dan buruk tentang apa yang
termasuk indah.
Berdasarkan pembagian cabang filsafat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tampak
demikian luas bidang penelaahan filsafat itu. Padahal, cabang-cabang tersebut masih
dapat diperinci lagi menjadi rantingranting, dan sebagiannya bahkan berkembang
menjadi bidang filsafat yang berpengaruh. Hal ini kembali kepada ciri filsafat bahwa ia
bersifat umum, universal dan ultimate (tertinggi). Jadi, ilmu apa pun difinalkan dengan
pembahasan fundamen filosofis dari ilmu dan disiplin itu. Setelah Anda mengenal dan
menguasai ilmu hukum, contohnya, akhirnya, Anda diperkenalkan dengan filsafat
hokum.

Menurut Asmoro Achmadi, filsafat terbagi dengan beberapa macam, yaitu:


1. Filsafat tentang pengetahuan, terdiri dari:
 Epistemology.
 Logika.
 Kritis
2. lmu Filsafat tentang keseluruhan kenyataan, terdiri dari:
 Metafisika umum (ontologi)
 Metafisika khusus, terdiri:
a. Teologi metafisik
b. Antropologi
c. Kosmologi
3. Filsafat tentang tindakan, terdiri dari:
 Etika
 Estetika

D. Perbedaan Filsafat dengan Ilmu dan Agama


a. Filsafat
Secara historis-sosiologis, istilah filsafat berasal dari Bahasa Yunani
“philosophia” yang merupakan gabungan dua kata “philo” dan “sophia”. Philo berarti
cinta, dan sophia berarti kebijaksanaan.
(yang mencangkup pengetahuan, keterampilan, pengalaman, inteligensi). Jadi
filsafat berarti mencintai kebijaksanaan.
Arti kata tersebut diatas belum memperhatikan makna yang sebenarnya dari kata
filsafat, sebab pengertian “mencintai” belum memperlihatkan keaktifan seseorang
filosof untuk memperoleh kearifan dan kebijaksanaan itu. Menurut pengertian yang
lazim berlaku di timur (Tiongkok atau India), seseorang disebut filosof bila dia telah
mendapatkan atau telah meraih kebijaksanaan. Sedangkan menurut pengertian yang
lazin berlaku di Barat, kata “mencintai” atau “orang bijaksana” mempunyai
pengertian yang berbeda di timur.

Filsafat adalah salah satu bidang kajian yang mengkaji cara berpikir sampai
mendalam tentang hakikat sesuatu. Filsafat tidak sekedar memberikan informasi dari
kehidupan hanya menjadi satu bagian saja yang harus dikaitkan dengan pengetahuan
lainnya. Bisa dikatakan bahwa filsafat merupakan induk dari berbagai ilmu
pengetahuan. Filsafat adalah ingin mengetahui dari mana sesuatu, bagaimana sesuatu
dan untuk apa sesuatu, sementara ilmu hanya ingin tahu bagaimana sesuatu itu. Lain
halnya pula dengan agama yaitu berupaya menjelaskan mana yang benar dan mana
yang tidak benar tentang sesuatu itu. Kebenaraan sesuatu dalam agama adalah terletak
apakah ia diwahyukan atau tidak sesuatu itu. Yang diwahyukan itu harus dipercayai
dan harus ditaati, dengan demikian agama itu hakikatnya adalah suatu kepercayaan.

Manusia begitu ia dilahirkan tidak tahu dan tidak mengenal dengan apa-apa yang
ada disekitarnya, bahkan dengan dirinya sendiri. Ketika manusia mulai mengenal
dirinya, kemudian mengenal alam sekitarnya, karena manusia adalah sesuatu yang
berpikir, maka ketika itu dia mulailah ia memikirkan dari mana asal sesuatu,
bagaimana sesuatu, untuk apa sesuatu, kemudian apa manfaat sesuatu itu.

Sebenarnya pada ketika manusia telah mulai tahu dari mana asalnya, bagaimana
proses terjadinya, siapa dia, untuk apa dia, pada ketika itu ia telah berfilsafat. Karena
filsafat itu pada intinya adalah berusaha mencari kebenaran tentang segala sesuatu,
baik yang ada maupun yang mungkin ada, dari mana asal sesuatu, bagaimana sesuatu
itu muncul dan untuk apa sesuatu itu ada, dari pemikiran seperti itu, maka muncullah
beraneka macam pandangan, pendapat dan pemikiran serta tanggapan, yang akhirnya
menjadi suatu kesepakatan untuk diketahui secara bersama-sama dan berlaku
dilingkunganya.
b. Ilmu
Kata ilmu adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang di ambil dari akar kata
„alima-ya„limu- „ilman/ilmun, yang berarti pengetahuan. Pemakaian kata ilmu itu di
dalam bahasa Indonesia dapat disejajarkan dengan istilah science. Science adalah kata
yang berasal dari bahasaLatin: Scio, cire, yang berarti pengetahuan.

Tidak semua pengetahuan dikatakan ilmu, sebab kalau semua pengetahuan


dikatakan ilmu tentu banyak yang bisa dikatakan ilmu, karena pengetahuan itu
sifatnya baru sebatas tahu, akan tetapi sebaliknya semua ilmu adalah pengetahuan,
akan tetapi yang dikatakan ilmu adalah pengetahuan yang di susun secara sistematis,
memiliki metode dan berdiri sendiri, tidak memihak kepada sesuatu.

Ilmu adalah pengetahuan yang pasti, sistematis, metodik, ilmiah dan mencakup
kebenaran umum mengenai objek studi. Menurut Ending Saifuddin Ansari, ilmu
adalah usaha pemahaman manusia mengenai kegiatan, struktur, pembagian, hokum
tentang ihwal yang diselidiki melalui mengindraan dan dibuktikan kebenarannya
melalui riset.

Ilmu itu juga dapat dikatakan dengan sekumpulan pengetahuan yang diperoleh
dari pengalaman-pengalaman yang dilalui atau yang diterima, baik itu pengetahuan
lewat pengalaman mimpi, lewat pengalaman perjalanan, lewat pengalaman spritual,
lewat pengalaman bekerja dan lain-lain sebagainya, kemudian pengetahuan itu
disusun secara sistematis, dengan memiliki metode, kemudian harus bersifat atau
berlaku untuk umum dan tidak boleh memihak kepada sesuatu serta berdiri sendiri
atau otonom.

Filsafat dan keseluruhan ilmu itu bertemu pada satu titik, titik itu adalah semua
yang ada dan yang mungkin ada, yang disebut dengan objek material, akan tetapi
ilmu dan filsafat tetap berbeda, tidak sama, karena berbeda pada objek formalnya.
Objek formal ilmu itu adalah mencari sebab yang sedalam-dalamnya, sedangkan
objek formal filsafat adalah mencari keterangan yang sedalamdalamnya.

Kesepakatan tentang sesuatu itu dan berlaku untuk umum serta menjadi
kebiasaan pada komunitasnya secara turun temurun hal itulah yang dinamakan tradisi,
dari tradisi itulah berkembang menjadi suatu ilmu. Seperti kalau mau menanam padi
di sawah harus ada air, kemudian harus dipikirkan dari mana mengambil air,
bagaimana menyuplaikan air ke sawah, akhirnya memunculkan ide untuk membuat
kincir air atau membuat saluran air ke sawah (irigasi), halhal yang seperti itulah yang
akhirnya menjadi suatu ilmu.

Manakala jika disepakati dengan suatu konsep bahwa filsafat adalah induk dari
segala ilmu pengetahuan, maka setiap metode, objek, dan sistematika filsafat itu harus
mempunyai arti fungsional bagi setiap pengembangan ilmu pengetahuan yang
lainnya. Dengan berdasarkan atas konsep yang telah dikemukakan dan dipaparkan di
atas, maka dengan jelas dapat dipahami bahwa setiap ilmu pengetahuan yang lain
yang bersifat terapan merupakan pengembangan dari metode dan sistematika yang
ada di dalam disiplin filsafat.

Sebagai kesimpulan dengan rumusan lain bahwa ilmu pengetahuan adalah hasil
dari usaha manusia dengan kekuatan akal budinya yang berupaya untuk memahami
kenyataan, struktur, pembagian bagianbagian dan hukum-hukum yang berlaku di
dalam alam semesta ini, dan juga untuk memahami apa yang dimaksud dengan
menggunakan metode tertentu yang sistematis.

c. Agama
Sedangkan agama berasal dari Bahasa Sansekerta berasal dari kata a dan gama. A
berarti “tidak” dan gama berarti “kacau”. Jadi kata agama diartikan tidak kacau, tidak
semrawut hidup menjadi lurus dan benar. Pengertian agama menunjukkan kepada
jalan atau cara yang ditempuh untuk mencari keridhoan Allah.

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sistem atau
prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama
lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan tersebut.

Agama dikategorikan masuk ke dalam bagian dari filsafat, karena agama itu
termasuk kedalam golongan yang ada. Agama itu tidak perlu mengetahui sebab yang
sedalam-dalamnya, akan tetapi yang perlu adalah mencari keterangan yang sedalam-
dalamnya, karena keterangan itulah yang bisa membuat orang jadi tahu, dari tahu itu
pulalah orang akan mau mengerjakan apa yang diperintah oleh agama dan
meninggalkan apa yang dilarang oleh agama, yang disebut dengan taat.

Barangkali tidak ada yang paling sulit dan yang paling susah diberi pengertian
atau definisi dan mencari arti selain dari pada kata agama. Karena hal itu cukup
beralasan, paling tidak ada tiga alasan untuk masalah itu, yaitu: pertama, karena
pengalaman agama itu adalah masalah bathin yang berhubungan dengan spritual dan
yang bersifat subjektif, disamping itu juga sangat individualistik.

Kedua, barang kali tidak ada orang yang berbicara begitu bersemangat dan
emosional dari pada membicarakan agama, maka oleh karena itu apabila membahas
arti agama pasti ada emosi yang sangat kuat sekali sehingga sulit untuk memberikan
arti kalimat agama itu.

Ketiga, bahwa konsepsi tentang agama akan sangat dipengaruhi oleh tujuan dari
orang yang memberikan pengertian agama itu sendiri. Di dalam membahas masalah
pengertian agama agaknya ketika membicarakan tentang agama akan berhadapan
dengan apa yang disebut Problem of Ultimate Concern adalah suatu masalah atau
problem yang menyangkut dengan kepentingan mutlak yang berarti jika seandainya
seseorang membicarakan soal agamanya, maka orang tersebut tentu akan involved
(berbelit-belit) dalam sikap subjektifitas dan sulit mempunyai sikap yang objektif.

Sebenarnya hakikat manusia itu adalah mahkluk pencari kebenaran, karena ia


dibekalikan oleh Allah Swt dengan akal pikiran, akan tetapi akal pikiran yang suci
yang tidak terkontaminasi dengan yang lain, yang dibimbing oleh nilai-nilai agama,
karena dengan akan pikiran yang dibimbing oleh nilai-nilai agama itulah yang bisa
mencapai kebenaran. Paling tidak ada tiga sarana atau jalan untuk mencari,
menghampiri dan menemukan kebenaran itu, yaitu: melalui filsafat, melalui ilmu
pengetahuan dan melalui agama, yaitu melalui wahyu dari Sang Pencipta Kebenaran
yang Mutlak dan Abadi.

d. Titik Perbedaan
Filsafat dan ilmu pengetahuan kedua-duanya adalah sama-sama bersumber
kepada ra‟yu (akal, pikiran, budi, rasio, nalar dan reason) manusia untuk mencari
kebenaran. Sementara itu agama mengungkapkan, menjelaskan dan membenarkan
suatu kebenaran adalah bersumber dari wahyu.
Filsafat mencoba mencari kebenaran dengan cara menjelajahi atau menziarahi
akal-budi secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), mengakar, sistematis
(logis dengan urutan dan adanya saling hubungan yang teratur) dan intergral
(universal: umum, berpikir mengenai keseluruhan) serta tidak merasa terikat oleh
ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri, yaitu logika.

Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan menggunakan metode atau cara


penyelidikan (riset), pengalaman (empiris) dan percobaan (eksperimen) atau sangat
terkait dengan tiga aspek, yaitu: aspek hipotesis, aspek teori, dan aspek dalil hukum.
Sedangkan manusia di dalam mencari kebenaran terhadap agama itu adalah dengan
jalan atau cara mempertanyakan (dalam upaya untuk mencari jawaban) tentang
berbagai macam masalah yang asasi dari kitab suci.
C. Permasalahan dan Pembahasan
1. Mengapa filsafat dengan pendidikan berkaitan?
Jawab : Filsafat dan pendidikan merupakan dua hal yang saling terkait karena
pendidikan pada hakikatnya merupakan hasil dari pemikiran (filsafat), filsafat merupakan
arah dan pedoman atau pijakan dasar bagi tercapainya pelaksanaan dan tujuan
pendidikan. Jadi, filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang Pendidikan. terimakasih
2. Bagaimana proses pembentukan Karakter Manusia menurut pandangan Filsafat?
Jawab : Menurut pendapat saya, sejak lahir setiap manusia dikaruniai dua potensi atau
karakter, yakni potensi kebaikan/ karakter baik dan potensi keburukan/ karakter buruk.
Potensi tersebut akan berkembang mengikuti proses pertumbuhan manusia. Potensi mana
yang akan dominan, baik atau buruk tergantung bagaimana lingkungan yang
membentuknya. Jika tumbuh dalam lingkungan yang baik, maka akan menjadi baik, dan
jika tumbuh dalam lingkungan yang buruk, maka akan menjadi buruk. Oleh karena itu,
dalam dunia pendidikan, lingkungan sekolah harus benar-benar mampu menjadi
lingkungan belajar yang baik bagi anak agar mampu mengoptimalkan karakter baik
dalam setiap diri anak. Terima kasih.
3. Bagaimana cara mengetahui diri sendiri dan menyadari bahwa Filsaat sangatlah
dekat dengan diri kita masing-masing?
Jawab : Gali dalam pikiran, selami mereka, pahami mereka satu persatu, ajak kenalan
lagi bila perlu, karena semua yang ada di dalam pikiran diri ini merupakan dasar filsafat
yang memang sudah menjadi bakal filsafat sejak dulu. Renungi diri sendiri, evaluasi diri,
atau bahkan hanya melakukan aktifitas seperti biasanya sudah termasuk filsafat. Cukup
sadari bahwa diri ini sedang beraktifitas melakukan apapun, baik benar maupun salah
tetap sudah termasuk berfilsafat. Kenali diri lebih dalam lagi dan selalu bersyukur karena
sudah melakukan aktifitas yang baik setiap harinya.
Semua persoalan yang terjadi, pada akhirnya kita kembalikan kepada diri kita sendiri.
Manusia tentu mempersoalkan dirinya sendiri. Dalam suatu persoalan, perdebatan dan
cita-cita, kita terus –menerus bertanya tentang diri kita sendiri, Siapakah sebetulnya aku
ini?, bahkan ketika kita mengalami suatu pertentangan, kebingungan ataupun
kebimbangan mengenai yang baik dan buruk, maka kita akan refleks berfikir untuk
menjawab permasalahan tersebut. Jadi, cara untuk mengetahui diri sendiri dengan terus
memikirkannya dan menerjemahkannya, karena ada banyak hal dalam diri kita juga yang
perlu diterjemahkan (hermeneutika). Jika seseorang tidak berusaha mengenal diri sendiri,
maka dia akan sulit menentukan arah dan tujuan hidupnya. Sebenar-benarnya tidak ada
manusia yang mampu mengetahui dirinya sendiri, yang ada manusia yang berusaha untuk
mengetahui dirinya sendiri.
4. Bagaimana Filsafat memandang konsep hubungan/interaksi dalam keluarga dan
masyarakat?
Jawab : Sangat penting dalam bagi kita dalam membangun hubungan interaksi kepada
masyarakat atau keluarga, karena interaksi yang sering terjalin akan memudahkan kita
untuk saling bekerjasama dalam membangun kehidupan kekluargaan. Hal utama yang
menjadi perhatian bagi yang ingin membangun hubungan dengan masayarakat atau
keluarga adalah komunikasi, dengan komunikasi yang lancar maka kerbersamaan akan
selalu ada dan terjaga.
Manusia merupakan makhluk sosial yang memiliki kepribadian atau katakteristik yang
berbeda-beda. Adanya perbedaan tersebut menjadikan seseorang tidak akan bisa
menjalani hidupnya tanpa adanya orang lain. Maka dari itu diperlukan suatu interaksi
atau hubungan untuk saling melengkapi diantara perbedaan yang ada dalam diri setiap
orang. Karena dengan melakukan suatu interaksi atau hubungan akan membuat setiap
orang untuk saling membantu.

E. Kesimpulan
Ruang lingkup filsafat ilmu dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu:
1. filsafat ilmu umum, yang mencakup kajian tentang persoalan kesatuan, keseragaman,
serta hubungan diantara segenap ilmu. Kajian ini terkait dengan masalah hubungan
antara ilmu dengan kenyataan, kesatuan, perjenjangan, susunan kenyataan, dan
sebagainya.
2. filsafat ilmu khusus, yaitu kajian filsafat ilmu yang membicarakan kategori-kategori
serta metode-metode yang digunakan dalam ilmu-ilmu tertentu atau dalam kelompok-
kelompok ilmu tertentu, seperti dalam kelompok ilmu alam, kelompok ilmu
kemasyarakatan, kelompok ilmu tehnik dan sebagainya
F. Daftar Rujukan
Anshari, Endang Saifuddin. 1985. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Arifin, M. 2003. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Atjeh, Abubakar. 1970. Sejarah Filsafat Islam. Semarang

Badudu, JS. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Cet. III. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Lasiyo dan Yuwono. 1985. Pengantar Ilmu Filsafat. Yogyakarta: Liberty

Maufur. 2008. Filsafat Ilmu. Bandung: CV. Bintang Warli Artika.

Poedjawijatna. 2002. Pembimbig ke Arah Alam Filsafat. Cetakan XI. Jakarta: Rineka
Cipta.

Salam, Burhanuddin. 1997. Logika Materiil. Jakarta: Rineka Cipta.

Semiawan, Conny, dkk. 2005. Panorama Filsafat Ilmu Landasan Perkembangan Ilmu
Sepanjang Zaman. Bandung: Teraju.

Suhartono, Suparlan. 2008. Filsafat Ilmu Pengetahuan : Persoalan Eksistensi dan


Hakikat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Ar Ruz Media.

Suriasumantri, Jujun S. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.

Tafsir, Ahmad. 2002. Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra.
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Anda mungkin juga menyukai