Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA PENGUKURAN

Guru:
1. Ryan Eko Harjono, S.Pd (Fisika)
2. Masroni, S.Pd (Bahasa Indonesia)
3. Memi Hotmatiur Bertua, S.Pd (Matematika)

Disusun oleh:
Dien Syifaaur Rahmah
Kelas Fase E 3

SMAN 18 KABUPATEN TANGERANG


TAHUN AJARAN 2023/2024
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Tujuan........................................................................................................................ 1
BAB II ALAT DAN BAHAN ................................................................................................ 2
2.1 Alat ............................................................................................................................ 2
2.2 Bahan......................................................................................................................... 2
2.3 Prosedur Kerja ........................................................................................................... 2
BAB III HASIL PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
3.1 Pengukuran Dengan Jangka Sorong .......................................................................... 3
3.2 Pengukuran Dengan Mikrometer Sekrup .................................................................. 5
3.3 Pengukuran Dengan Neraca Ohaus ........................................................................... 5
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 7
4.1 Kesimpulan................................................................................................................ 7
4.2 Saran .......................................................................................................................... 7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam ilmu fisika, pengukuran dan besaran merupakan hal yang bersifat dasar,
kegiatan yang dilakukan terhadap suatu objek tertentu dengan menggunakan alat ukur
yang bersesuaian dengan objek yang diukur. Pengukuran adalah kegiatan untuk
mendapatkan informasi data secara kuantitatif, proses mengukur suatu besaran, yaitu
membandingkan nilai besaran yang sedang kita ukur dengan besaran lain sejenis yang
dipakai sebagian acuan.
Sebelumnya ada baiknya jika kita mengingat definisi pengukuran atau mengukur
itu sendiri. Mengukur adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran
lain yang telah disepakati. Misalnya menghitung volume balok, maka harus mengukur
untuk dapat mengetahui panjang, lebar dan tinggi balok, setelah itu baru menghitung
volume. Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik
suatu fenomena atau permasalahan secara kualintatik. Dan jika dikaitkan dengan proses
penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis maka pengukuran menjadi jalan
untuk mencari data-data yang mendukung. Dengan pengukuran ini kemudian akan
diperoleh data-data numeric yang menunjukan pola-pola tertentu sebagai bentuk
karakteristik dari permasalahan tersebut.
Pentingnya besaran dalam pengukuran, maka dilakukan praktikum ini yang dapat
membantu untuk memahami materi dasar-dasar pengukuran. Dalam mengamati suatu
gejala tidak lengkap apabila tidak dilengkapi dengan data yang didapat dari hasi
pengukuran yang kemudian besaran-besaran yang didapat dari hasil pengukuran
kemudian ditetapkan sebagai satuan.
Dengan salah satu argumen di atas, setelah dapat kita ketahui betapa penting dan
dibutuhkannya aktivitas pengukuran dalam fisika, untuk memperoleh hasil atau data
dari suatu pengukuran yang akurat dan dapat dipercaya.
1.2 Tujuan
1. Mampu menggunakan alat alat ukur dasar, seperti Jangka Sorong,
Mikrometersekrup, Neraca Ohauss
2. Menentukan kepastian dalam pengukuran serta menuliskan hasil pengukuran
secara benar.
1
BAB II

ALAT DAN BAHAN

2.1 Alat
1. Jangka Sorong
2. Mikrometer Sekrup
3. Neraca Ohaus

2.2 Bahan
1. Balok
2. Tabung
3. Pipih (Penggaris)
4. Air (Botol Minum)

2.3 Prosedur Kerja


A. Bahan: Balok
1) Ukur balok menggunakan Jangka Sorong
2) Ukurlah Panjang, lebar dan tinggi balok
3) Ubah satuannya menjadi Meter (M)
4) Lalu, tentukan volume balok
B. Bahan: Tabung
1) Ukur tabung menggunakan Jangka Sorong
2) Ukurlah tinggi dan diameter tabung
3) Ubah satuannya menjadi Meter (M)
4) Lalu, tentukan volume tabung
C. Bahan: Pipih (Penggaris)
1) Ukur ketebalan Penggaris menggunakan Mirkometer Sekrup
2) Lalu ubah satuannya menjadi Meter (M)
D. Bahan: Air (Botol Minum)
1) Ukur Massa Air menggunakan Neraca Ohaus
2) Lalu, ubah satuan Air menjadi Kilo Gram (KG)

2
BAB III

HASIL PEMBAHASAN

3.1 Pengukuran Dengan Jangka Sorong


a. Mengukur Balok
Setelah saya menggukur balok, saya mendapatkan hasil, yaitu:
A. Panjang Balok: 7,35 cm
B. Lebar Balok: 2,58 cm
C. Tinggi Balok: 1,54 cm
Karena satuan dari panjang, lebar, tinggi balok masih cm, saya akan mengubah
satuan cm menjadi m, dengan cara seperti berikut:
Centi Meter (cm) menaiki tangga sebanyak 2 tangga untuk mencapai Meter, yang
mengartikan bahwa jika ingin mengubahnya perlu dibagi 100.
Panjang balok: 𝟕, 𝟑𝟓 ÷ 𝟏𝟎𝟎 = 𝟎, 𝟎𝟕𝟑𝟓
= 𝟕, 𝟑𝟓 × 𝟏𝟎-2 m

Lebar balok: 2,58 ÷ 100 = 0,0258

= 𝟐, 𝟓𝟖 × 𝟏𝟎-2 m

Tinggi balok: 𝟏, 𝟓𝟒 ÷ 𝟏𝟎𝟎 = 𝟎, 𝟎154


= 𝟏, 𝟓𝟒 × 𝟏𝟎-2 m

Setelah menemukan Panjang, lebar dan tinggi balok, saya akan mencari volume
balok.

Diketahui: P = 7,35 × 10-2 m

L = 2,58 × 10-2 m

T = 1,54 × 10-2 m

Ditanyakan: V =….?

Jawab:

V = 𝒑×𝒕×𝒍

= 7,35 × 10-2 . 2,58 × 10-2 . 1,54 × 10-2

3
= 𝟐𝟗, 𝟐𝟎𝟑𝟎𝟐 × 𝟏𝟎-6 𝒎3

Jadi, volume balok adalah 29,20302 × 10-6 𝑚3

b. Mengukur Tabung
Setelah saya mengukur diameter dan tinggi tabung, saya mendapatkan hasil, yaitu:
A. Diameter Tabung: 2,77 cm
B. Tinggi tabung: 6,33 cm

Karena satuan dari diameter dan tinggi tabung masih cm, saya akan mengubah
satuan cm menjadi m, dengan cara seperti berikut:

Centi Meter (cm) menaiki tangga sebanyak 2 tangga untuk mencapai Meter, yang
mengartikan bahwa jika ingin mengubahnya perlu dibagi 100.

Diameter Tabung: 2,77 ÷ 100 = 0,0277

= 𝟐, 𝟕𝟕 × 𝟏𝟎-2 m

Tinggi Tabung: 6,33 ÷ 100 = 0,0633

= 𝟔, 𝟑𝟑 × 𝟏𝟎-2 m

Setelah menemukan diameter dan tinggi tabung, saya akan mencari volume tabung.

Diketahui: 𝜋 = 3,14 cm

d = 2,77 × 10-2 𝑟 = 1,385 × 10-2 m

t = 6,33 × 10-2 m

Ditanyakan: V =….?

Jawab:

V = 𝝅 × 𝒓2 × 𝒕

= 3,14 . 1,385 × 10-2 . 1,385 × 10-2 . 6,33 × 10-2

= 𝟑𝟖, 𝟏𝟐𝟕𝟎𝟐𝟑𝟕𝟒 × 𝟏𝟎-6 𝒎3

Jadi, volume balok adalah 38,12702374 × 10-6 𝑚3

4
3.2 Pengukuran Dengan Mikrometer Sekrup
Pipih (Penggaris)
Setelah saya mengukur ketebalan penggaris, saya
mendapatkan hasil, yaitu;

Ketebalan: 6,33 cm

Karena satuan dari tabung masih cm, saya akan mengubah satuan cm menjadi m,
dengan cara seperti berikut:

Centi Meter (cm) menaiki tangga sebanyak 2 tangga, yang mengartikan bahwa jika
ingin mengubahnya perlu dibagi 100.

Ketebalan: 1,40 ÷ 100 = 0,014 𝑚

= 𝟏, 𝟒𝟎 × 𝟏𝟎-2 𝒎

3.3 Pengukuran Dengan Neraca Ohaus

Air (Botol Minum)

Setelah saya mengukur massa dari air yang dibotol minum,


saya mendapatkan hasil, yaitu:

Massa: 499,6 gram

Karena satuan dari massa air masih gram, saya akan mengubah satuan gram menjadi
kg, dengan cara seperti berikut:

Gram menaiki tangga sebanyak 3 tangga untuk sampai ke Kg, yang mengartikan bahwa
jika ingin mengubahnya perlu dibagi 1000.

Massa: 499,6 ÷ 1000 = 0,4996 𝑘𝑔

5
FOTO SAAT MENGGUNAKAN ALAT UKUR JANGKA SORONG

a. Tabung b. Balok

6
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, saya dapat menyimpulkan bahwa saya sudah berhasil
mengamati cara pemakaian dari tiga alat, yaitu Jangka Sorong, Mikrometer Sekrup, dan
Neraca Ohaus. 4 bahan yang dipakai, ialah Balok, Tabung, Pipih, dan Botol berisi air.
Memiliki hasil yang berbeda-beda tergantung alat ukur, ketelitian, ketepatan dalam
mengukur dan menghitung.

4.2 Saran
Pendidikan fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang tergolong rumit,
yang pada dasarnya teori-teori yang di pelajari tidak akan berkembang tanpa adanya
praktikum. Seperti halnya dalam pengukuran menggunakan mistar, jangka sorong,
mikrometer sekrup, dan neraca. Mungkin, kebanyakan siswa tidak tahu cara mengukur
yang benar menggunakan alat ukur tersebut. Namun, setelah diadakan praktik siswa dan
siswi dapat mengetahui cara mengukur menggunakan alat tersebut dengan baik dan
benar. Dalam ilmu pendidikan teori atau studi dengan praktik adalah dua hal yang tidak
bisa dipisahkan, dengan praktik teori-teori yang dipelajari akan terasa lebih
terealisasikan. Namun yang lebih menunjang untuk melakukan praktik adalah sarana
dan psarana, alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum, semua hal itu
merupakan infrastruktur untuk menuju kesuksesan dalam studi maupun praktikum mata
pelajaran fisika. Untuk itu, siswa- siswi akan lebih memahami jika setiap teori selalu di
adakan praktik.

Anda mungkin juga menyukai