Anda di halaman 1dari 10

MODUL PERKULIAHAN

Energi
Terbarukan
Pembangkit Tenaga Kincir
Angin

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

06
Teknik Teknik Mesin 13045 Ir. Ignatius Agung Wibowo M.Sc.
Imam Hidayat, ST, MT
Dr.-ing Darwin Sebayang

Abstract Kompetensi
Angin adalah udara yang memiliki Setelah memahami materi yang
massa dan bergerak dengan kecepatan disajikan pada modul ini anda
tertentu. Akibat pergerakan ini, angin diharapkan mampu menghitung
memiliki daya. Turbin angin dirancang parameter-parameter angin untuk
untuk mengumpulkan dan pembangkit tenaga kincir angin
memanfaatkan energi angin yang
mengalir melalui turbin tersebut untuk
mengkonversi energi angin menjadi
energi listrik
6.1. Pendahuluan
Angin adalah udara yang memiliki massa dan bergerak dengan kecepatan tertentu. Akibat
pergerakan ini, angin memiliki daya yang sebanding dengan massanya dan berbanding
lurus dengan kuadrat kecepatannya. Secara ideal kecepatan angin yang menggerakkan
kincir angin ada tiga, yaitu kecepatan aliran angin masuk (Vi) atau kecepatan aliran angin
menuju blade, kecepatan aliran angin saat mengenai blade (Va) dan kecepatan aliran angin
ketika meninggalkan blade (Ve).
Angin mempunyai tenaga yang sama besarnya dengan energi kinetik dari aliran
angin tersebut, yaitu:

dengan:
Ptot = daya total angin (W)
m = aliran massa angin (kg/det)
Vi = kecepatan angin masuk (m/det)
Gc = faktor konversi

Kecepatan angin rata-rata tersebut dapat dihitung dengan rumus:

dengan:
= kecepatan angin rata-rata (m/s).
Vi = kecepatan angin yang terukur (m/s)
ti = lamanya angin bertiup dengan kecepatan Vi (m/s)
n = banyaknya data pengukuran

Kecepatan angin rata-rata tiap jam, misalnya kecepatan angin rata – rata dari jam
0.00 - 1.00, kecepatan angin rata-rata dari jam 1.00 - 2.00, dan seterusnya, digunakan untuk
mengetahui variasi kecepatan harian. Dengan mengetahui variasi harian dari kecepatan
angin, dapat diketahui saat-saat dimana angin bertiup kencang dalam satu hari, sehingga
dapat digunakan untuk menentukan berapa jam dalam sehari semalam energi angin di
daerah tersebut dapat digunakan untuk menggerakkan turbin.

201
4 2 Energi Terbarukan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Ir. Ignatius Agung Wibowo M.Sc. http://www.mercubuana.ac.id
Pada kecepatan angin v, energi yang tersedia per satuan luas tegak lurus terhadap
aliran angin dalam periode waktu tertentu t dinyatakan oleh fluks energi kinetik sebagai
berikut [6, 7]:

Ea  0,5 v 3t

dimana ρ adalah kerapatan udara (1,225 kg/m3) dan Ea adalah energi total teoritis yang
tersedia untuk memutar turbin angin. Namun demikian, hanya sebagian kecil dari total
energi bisa diperoleh. Energi maksimum yang dapat diperoleh dari suatu sistem bekerja
dengan efisiensi optimal dibatasi oleh dengan koefisien kinerja disebut batas Betz (Cp =
16/27 = 0,593). Faktor kapasitas ini membuat energi yang diperoleh adalah sekitar 59,3 %
dari energi teoritis dan diberikan oleh:

Em  0,5Cp v 3t  0,2965 v 3t

Untuk mencari daya listrik (P) yang dihasilkan oleh turbin angin dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan:

P  0,2965 Av 3

dimana  adalah efisiensi dan A adalah luas penampang sapuan sudu turbin angin. Efisiensi
 ini sudah meliputi efisiensi mekanik maupun elektrik dari turbin yaitu perbandingan antara
daya yang dikeluarkan oleh generator dan daya keluaran rotor.

Selanjutnya daya spesifik dapat dihitung dengan persamaan:

P
Ps   0,2965v 3
A

6.2. Distribusi Probabilitas Kecepatan Angin


Pengetahuan tentang distribusi frekuensi kecepatan angin dapat digunakan untuk
mengoptimalkan rancangan turbin angin. Kecepatan angin untuk suatu lokasi tertentu dapat
dirumuskan dengan fungsi distribusi probabilitas Weibull. Bentuk umum dari fungsi
kepadatan probabilitas Weibull dwi-parameter diungkapkan secara matematis oleh
persamaan berikut ini [2, 3]

201
4 3 Energi Terbarukan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Ir. Ignatius Agung Wibowo M.Sc. http://www.mercubuana.ac.id
 k  v 
k 1
  v k 
f (v )      exp    
 c  c    c  
untuk k > 0, v > 0 dan c > 1, di mana f(v) adalah probabilitas terjadinya kecepatan angin
v(m/detik) pada suatu lokasi, k adalah faktor bentuk nir-dimensi yang menunjukkan bentuk
dan lebar distribusi, dan c adalah faktor skala Weibull dengan satuan kecepatan (m/detik)
yang berhubungan dengan kecepatan angin rata-rata di lokasi itu. Dua parameter inilah
yang menentukan kecepatan angin untuk kinerja optimum turbin angin serta rentang
kecepatan angin di mana turbin angin dapat beroperasi.
Parameter k dan c dapat dihitung dengan regresi linier distribusi Weibull kumulatif
yang diberikan oleh:

  v k 
F (v )  1  exp    
  c  

sehingga

1.086
 
k  
 vm 
sedangkan

vm
c
 1
 1 
 k

dimana σ adalah simpangan baku (standard deviation), v m adalah kecepatan angin rata-
rata dan  adalah fungsi gamma yang didefinisikan dalam variabel umum-x sebagai


x   x n 1e x dx
0

Dari persamaan-persamaan di atas dapat ditunjukkan bahwa adalah probabilitas terjadinya


kecepatan angin f(v) adalah lebih tinggi jika nilai faktor bentuk k untuk lokasi tersebut adalah
besar. Nilai k yang kecil (k < 1) menunjukkan bahwa lebih banyak konsentrasi energi angin

di bawah kecepatan rata-rata ( v m ) untuk lokasi itu, sedangkan nilai k yang lebih tinggi
(k > 1) dapat ditafsirkan bahwa kecepatan angin di lokasi itu didominasi oleh nilai-nilai di
atas kecepatan rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang nilai yang tepat
201
4 4 Energi Terbarukan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Ir. Ignatius Agung Wibowo M.Sc. http://www.mercubuana.ac.id
dari k memberikan informasi awal mengenai kondisi kecepatan angin di suatu lokasi
berguna untuk merancang turbin angin. Di sisi lain nilai c untuk setiap lokasi memberikan
informasi awal tentang karakteristik kecepatan angin untuk lokasi tersebut.
Nilai empiris dari k dan c dapat diperoleh dari data seperti ditunjukkan Gambar 6.1 [4]

Gambar 6.1 Contoh distribusi frekuensi kecepatan angin


Jadi data prediksi kecepatan angin selama satu tahun yang sudah diperoleh pada
langkah sebelum ini akan digunakan untuk menemukan nilai k dan c sehingga dapat
digunakan untuk merancang turbin angin di lokasi tersebut.
Secara teori, kecepatan angin tepat di atas permukaan tanah adalah nol, dan
kemudian meningkat terhadap ketinggian. Umumnya laju pengurangan kecepatan angin
tergantung pada medannya dan dinyatakan dengan faktor kekasaran. Faktor ini dapat
dihitung dengan persamaan-persamaan berikut [5]:

V  ZR  ln  Z   V  Z  ln  ZR 
ln  Z0  
V  ZR   V  Z 

Z 
V  Z  ln  R 
V  ZR    Z0 
 Z 
ln  
 Z0 

dimana
V Z  : kecepatan angin pada ketinggian yang diinginkan Z
V  ZR  : kecepatan angin referensi pada ketinggian referensi ZR

Z0 : faktor kekasaran
201
4 5 Energi Terbarukan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Ir. Ignatius Agung Wibowo M.Sc. http://www.mercubuana.ac.id
Setelah faktor kekasaran diketahui maka kecepatan angin untuk setiap ketinggian
yang diinginkan dapat dihitung.
Cara lain untuk menghitung kecepatan angin pada ketinggian tertentu dari suatu
ketinggian yang sudah diketahui adalah dengan rumus empiris berikut:

V Z 

Z 
 
V  ZR   ZR 

Pangkat α dapat dihitung dengan bebagai rumus sebagai berikut:

α sebagai fungsi kecepatan angin dan ketinggian referensi

0.37  0.088ln V  ZR  

Z 
1  0.088ln  R 
 10 

α sebagai fungsi faktor kekasaran permukaan

  0.096log10 Z0  0.016  log10 Z0   0.24


2

Rumus ini berlaku untuk faktor kekasaran 0.001m < Z0 < 10m.

 α sebagai fungsi faktor kekasaran permukaan, ketinggian referensi dan ketinggian yang
diinginkan

  Z 
 ln   
Z
ln   0  
  Z 
 ln  R  
  Z0  

 Z 
ln  
 ZR 

6.3. Turbin Angin


Turbin angin dirancang untuk mengumpulkan dan memanfaatkan energi angin yang
mengalir melalui turbin tersebut untuk mengkonversi energi angin menjadi energi listrik.

201
4 6 Energi Terbarukan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Ir. Ignatius Agung Wibowo M.Sc. http://www.mercubuana.ac.id
Berdasarkan bentuk rotor, turbin angin dibagi menjadi dua tipe, yaitu turbin angin sumbu
mendatar (horizontal axis wind turbine/ HAWT) dan turbin angin sumbu tegak (vertical axis
wind turbine/ VAWT).

Keterangan

1. Arah angin pada HAWT jenis melawan arah angin (upwind)

2. Diameter rotor

3. Tinggi puat (hub)

4. Bilah

5. Kotak roda gigi (gear box)

6. Generator

7. Nasel (nacelle)

8. Menara HAWT

9. Arah angin pada HAWT jenis menurut arah angin (downwind)

10. Tinggi rotor

11. Menara VAWT

12. Tinggi equator

13. Bilah VAWT


201
4 7 Energi Terbarukan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Ir. Ignatius Agung Wibowo M.Sc. http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 6.2. Jenis turbin angin

6.4. Contoh Pembangkit Listrik Tenaga Angin


Berikut ini adalah controh sistem pembangkit listrik tenaga angin 2 kW. Dalam desain akan
digunakan kincir angin dengan kapasitas daya 1 kW, dengan jumlah 2 (dua) buah kincir
angin. Kincir angin 1 kW yang digunakan merupakan kincir angin yang dirancang untuk
putaran rendah. Kincir angin model ini memiliki kecepatan awal sebesar 2 m/s. Kincir angin
ini mengunakan magnet permanen sebagai rotornya.

Berikut adalah data spesifikasi kincir yang digunakan :

Tabel 6.1 Spesifikasi kincir angin


Model FD 3.0-1000
Rated Power (W) 1000
Rated Voltage (V) 48
Rotor diameter (m) 2,9
Start-up wind speed (m/s) 2
Rated wind speed (m/s) 9
Security wind speed (m/s) 35
Furling type Mechanism
Rated rotating rate (r/m) 400
Generator work way magnetic saturation
Generator material Castediron
Blade Material fiber glass
Blade Quantity 3
Tower Height (m) 6

Tower diameter (mm) 114


Suggested battery capacity 12V200AH 4pcs
Matched inverter type Sinewave

201
4 8 Energi Terbarukan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Ir. Ignatius Agung Wibowo M.Sc. http://www.mercubuana.ac.id
Dari tabel spesifikasi diatas, kincir ini dapat menghasilkan daya keluaran
maksimum sebesar 1000 watt. Daya maksimum ini dapat dicapai ketika putaran generator
mencapai kecepatan 400 radian per minute (rpm).
Kincir mulai dapat bekerja ketika kecepatan angin minimun ialah 2 m/s dan akan
kecepatan rotor akan mencapai 400 rpm ketika kecepatan angin mencapai 9 m/s.
Kecepatan batasan maksimum yang dapat diterima ialah 35 m/s.
Generator kincir ini terbuat dari besi cor. Sedangkan baling-balingnya (sudu)
terbuat dari serat kaca (fiber glass).

Gambar 6.3. Gambar kincir angin 1 kW

Gambar 6.4. Gambar generator dan sudu kincir 1 kW

Dua buah kincir ini nantinya akan menghasilkan total output daya sebesar 2 kW.
Mengingat nilai maksimum ini dapat dicapai dengan kecepatan angin tertentu, diasumsikan
kincir angin mampu menghasilkan energy efisien sebesar 20 % dari sistem yang terpasang,
dengan perhitungan 20 % 2 kW = 0,4 kW. Untuk perhitungan daya maksimal dalam satu
201
4 9 Energi Terbarukan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Ir. Ignatius Agung Wibowo M.Sc. http://www.mercubuana.ac.id
hari, dengan asumsi bahwa kincir angin memperoleh daya maksimal dari perputaran
idealnya selama 4 jam dalam satu hari, maka dapat kita lakukan perhitungan 0,4 kW x 4 jam
= 1,6 kWh.

6.5. Daftar Pustaka

1) Pudjanarsa, Astu. & Djati Nursuhud., Mesin Konversi Energi, Penerbit Andi,
Yogyakarta, 2008
2) Twidell, John and Tony Weir., Renewable Energy Resources 2nd Edition, Taylor and
Francis, New York, 2006

201
4 10 Energi Terbarukan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Ir. Ignatius Agung Wibowo M.Sc. http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai