Anda di halaman 1dari 2

IRFANDI

B012231061

ANALISIS TENTANG PENGARUH HUKUM DAN NON HUKUM DALAM DALAM


PERKEMBANGAN HUKUM TERKAIT ISU BATAS USIA CAPRES DAN CAWAPRES

Mahkamah Konstitusi (MK) segera memutus permohonan uji materi Pasal 169 huruf
q Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum atau UU Pemilu terkait
syarat usia minimal capres dan cawapres. Ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman
menyebut, putusan atas uji materiil terkait batas usia capres dan cawapres akan dilakukan
dalam waktu dekat. Perkara uji materi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum menjadi salah satu perkara di Mahkamah Konstitusi yang paling ditunggu
masyarakat. Uji materi yang diajukan oleh sejumlah pihak ini berharap ada perubahan batas
usia calon presiden dan calon wakil presiden yang sebelumnya paling muda 40 tahun. Pihak
penggugat berharap, batas usia calon presiden dan calon wakil presiden bisa dipermuda,
setidaknya 35 tahun. Ketua MK Anwar Usman menyatakan, pihaknya akan segera
memutuskan perkara ini mengingat jadwal pendaftaran pasangan capres dan cawapres
sudah akan dibuka pada 19 Oktober 2023 mendatang.

Alasan para pemohon meminta MK untuk mengabulkan dan menerima permohonan


para pemohon untuk seluruhnya dan menyatakan materi Pasal 169 huruf q UU Pemilu
bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang
tidak dimaknai “berusia paling rendah 35 (tiga puluh lima) tahun.” Sebelum Pasal 169 Huruf
q Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 diberlakukan , batas usia minimum capres-cawapres
awalnya memang 35 tahun. Ketentuan itu berlaku pada Pilpres 2004 dan 2009 lewat Pasal 6
Huruf q UU Nomor 23 Tahun 2003 dan Pasal 5 Huruf o UU Nomor 42 Tahun 2008. Para
pemohon membandingkan dengan Negara lain seperti Gabriel Boric Presiden Chile yang
berusia 35 tahun atau Mahamat Deby Presiden Chad yang berusia 38 tahun sehingga
pemohon menyimpulkan bahwa usia hanyalah angka banyak anak muda yang berpotensi
untuk memajukan bangsa. dalam menyikapi adanya isu penurunan batas minimum capres
dan cawapres. Pemohon menyebutkan pasal yang diujikan tidak melanggar nilai-nilai
moralitas, rasionalitas, dan ketidakadilan yang intolerable serta hak warga negara untuk
dipilih dan memilih. Kata Bivitri "Jika proposisi utamanya adalah pembatasan umur
menimbulkan diskriminasi bagi sebagian warga negara Indonesia yang berusia di bawah 40
tahun, maka seharusnya dalam silogisme kesimpulannya adalah menghilangkan sama sekali
batasan umur, bukan menurunkannya."

Namun sebagian masyarakat menilai bahwa uji materi terkait batas usia calon presiden
(capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang sedang bergulir di Mahkamah Konstitusi
(MK) ada kaitannya dengan langkah untuk memasangkan putranya(Jokowi), Gibran
Rakabuming Raka, dengan Prabowo di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Masyarakat
menilai, Gibran selama ini kerap didorong menjadi cawapres tetapi usianya yang masih 35
tahun belum memenuhi ketentuan batas usia minimum capres-cawapres yakni 40 tahun.
"Gugatan batas usia terlihat jelas sebagai upaya kelompok pro Jokowi untuk loloskan Gibran.
langkah ini juga turut disetujui oleh Jokowi dengan tidak ada pernyataan dari orang nomor 1
Indonesia itu saat ini terkait dengan gugatan uji materi cawapres. Selain itu, Jokowi juga hingga
saat ini belum juga menentukan arah dukungan pilpres. "Ketika Jokowi diam tidak
mengintervensi untuk menolak, maka sama saja ia merestui. Lambatnya statement Jokowi soal
siapa yang akan ia dukung, dan tokoh cawapres yang ia inginkan, menunjukkan Jokowi
menunggu keputusan MK.

Anda mungkin juga menyukai