KEDIRI
Kawedusan adalah desa yang berada di kecamatan Plosoklaten, kabupaten Kediri, Jawa
Timur, Indonesia. Desa ini terletak di ujung barat kecamatan Plosoklaten sehingga berbatasan
langsung dengan kecamatan Gurah di baratnya . Untuk batas desa, sebelah utara berbatasan
dengan desa Tiru Kidul, Gurah, sebelah timur desa Kelanderan, sebelah selatan desa kelanderan
dan Donganti. Kawedusan terdiri dari 5 dusun yakni dusun Sadon, Belung, Kwarasan, Dawuhan
dan Bulurejo. Kepala desa Kawedusan saat ini dijabat oleh Dedy santosa S.Sos dan kepala dusun
ndawuhan dijabat oleh Agus Herlambang.
Tujuan dari observasi dan wawancara adalah untuk mengetahui berbagai kearifan lokal
diantaranya pemahaman budaya, pertukaran pengetahuan, pelestarian warisan, inspirasi dan
inovasi, pembelajaran dan pendidikan. Observasi kearifan lokal membuka pintu bagi pertukaran
budaya yang saling menguntungkan, memperkaya pemahaman kita tentang keanekaragaman
dunia dan menumpuk rasa hormat terhadap warisan budaya setiap komunitas.
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi
kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab
berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Kearifan lokal bertujuan untuk
peningkatan kesejahteraan dan menciptakan kedamaian. Kearifan lokal digali dari produk
kultural yang menyangkut hidup dan kehidupan komunitas pemiliknya, misalnya sistem nilai,
kepercayaan dan agama, etos kerja, bahkan bagaimana dinamika itu berlangsung.
METODE
Metode penelitian yang kami gunakan untuk meneliti kesenian Gologanjur mencakup
beberapa pendekatan yang holistik dan terintegrasi. Berikut adalah beberapa metode yang
kami gunakan.
1. Studi Historis: Melibatkan penelitian dan analisis terhadap sumber-sumber
sejarah tertulis dan lisan untuk memahami asal-usul, perkembangan, dan evolusi
kesenian Gologanjur dari masa ke masa.
Seni Gologanjur adalah seni pertunjukan tradisional dari Indonesia. Khususnya dari
daerah Bali. Seni ini memiliki ciri khas yang unik dan menggabungkan unsur unsur drama, tari,
dan musik. Di desa Kawedusan sendiri kesenian gologanjur sudah ada sejak tahun 2004. “ seni
ini sudah lama banget dari pemerintah pak Endro ( kepala dusun sebelum pak Agus ), mungkin
sudah hampir 20 tahun” menurut pak agus. Keseniaan ini sudah beberapa tampil di beberapa
daerah seperti di Bali Tabanan , Tangerang, Madiun, Blitar.Biasanya tampil di berbagai kegiatan
bersih desa untuk menyambut bulan 1 suro salah satunya di desa itu sendiri, di Pare, Sumber
Banteng, Gedhang Sewu, Menang, bahkan pernah mengikuti kirab budya khusus nya di
kabupaten Kediri. Sejarah kesenian Gologanjur dapat ditelusuri kembali ke masa lampau di
Indonesia, khususnya di daerah Bali. Meskipun tidak ada catatan tertulis yang pasti mengenai
asal-usulnya, Gologanjur diyakini telah ada dan berkembang dalam masyarakat Jawa sejak
zaman dahulu.
Pertunjukan Gologanjur secara tradisional dihubungkan dengan upacara-upacara adat
dan keagamaan di Bali. Awalnya, pertunjukan ini mungkin dimaksudkan sebagai bagian dari
ritual atau perayaan yang bertujuan untuk menghormati para dewa atau leluhur, atau mungkin
sebagai sarana komunikasi dengan dunia spiritual.
Selama berabad-abad, Gologanjur terus berkembang dan mengalami perubahan sesuai
dengan perubahan sosial, budaya, dan politik di Bali. Perkembangan tersebut mungkin
melibatkan pengaruh dari berbagai budaya dan tradisi lain yang berinteraksi dengan
masyarakat Jawa, seperti pengaruh Hindu-Buddha, Islam, dan budaya lokal lainnya.
Pada masa kolonial dan pasca-kolonial, Gologanjur tetap menjadi bagian integral dari
kehidupan masyarakat Bali meskipun menghadapi tantangan dan perubahan. Namun,
perhatian terhadap warisan budaya tradisional meningkat pada abad ke-20, yang menyebabkan
upaya lebih serius untuk melestarikan dan mengembangkan seni Gologanjur. Kesenian
Gologanjur ini sudah ada hampir sekitar 20 tahun. Jumlah pemain pada kesenian ini biasanya
berjumlah sekitar 30 / 60 orang, paling sedikit sekitar 30 orang untuk pemusiknya. Para pemain
biasanya dari desa dan lingkungan khususnya pemuda Dusun Kawedusan yang diajak untuk
berseni.
Para pemain terdiri dari:
1. Kejer : 16 - 24 orang
2. Kenong : 4 orang
3. Gendang : 1 orang
4. Drum : 2 orang
5. Jidur : 2 orang
6. Gong : 3 orang
Kesenian ini biasanya di tampilkan dalam acara tanggal 1 suro, biasanya musik ini untuk
mengiringi diwaktu adanya kirab budaya, petilasan di desa, pesarean, bagat tanah di desa,
mboto putih dll. Jika ada tamu kehormatan yang berkunjung atau para pejabat musik ini
digunakan sebagai iring-iringan di desa. Dengan alunan musik yang bergetar mendapat nomor 1
secara Nasional di Jakarta. Kesenian ini juga pernah tampil di kontes Tangerang, Bali Tabanan,
Sembrana Bali, Madiun, Pemkot Blitar bersih desa di Pare Santren, Gedhang Sewu, Sumber
Banteng, Menang. Musiknya yang “jengg…. jenggg… dangg…dangg…” mengandung filosofi
untuk menarik para penonton agar terlihat menarik untuk dilihat.
Hingga saat ini, Gologanjur tetap menjadi salah satu bentuk seni pertunjukan yang
penting dan dihargai di Indonesia, baik sebagai bagian dari upacara adat, festival budaya, atau
pertunjukan seni yang diselenggarakan secara terpisah. Upaya terus dilakukan untuk menjaga
dan mewariskan kesenian ini kepada generasi mendatang sebagai bagian penting dari warisan
budaya bangsa.
1. Asal Usul: Seni Gologanjur berasal dari daerah Bali , Indonesia. Nama "Gologanjur"
sendiri konon berasal dari kata "golo" yang berarti bukit, dan "ganjur" yang berarti
tarian. Secara harfiah, Gologanjur dapat diartikan sebagai "tarian di atas bukit".
2. Gong dapat diartikan sebagai alat musik yang terbuat dari perunggu atau logam
yang lainnya dan berbentuk bundar pipih yang dimainkan dengan cara dipukul
menggunakan alat pemukul atau tabuh (Jawa) pada bagian pencu atau
tengahnya.
3. Kendang atau Gendang adalah alat bunyi-bunyian berupa kayu bulat panjang, di
dalamnya ada rongga dan salah satu lubangnya atau kedua-duanya diberi kulit
yang berasal dari Jawa Timur.
4. Drum, genderang atau tambur adalah kelompok alat musik perkusi yang terdiri
dari kulit yang direntangkan dan dipukul dengan tangan atau sebuah batang atau
biasanya disebut Stick drum.
5. Kencreng
5. Kostum dan Atribut: Kostum dalam seni Gologanjur seringkali berwarna-warni dan
dipenuhi dengan ornamen-ornamen tradisional Jawa. Para penari biasanya
mengenakan kostum yang mencerminkan karakter dalam cerita yang dipentaskan.
Pemain biasanya diambil dari kampong inggris di Pare.
1. pakaian penari dalam kesenian ini biasanya dibutuhkan beberapa penari untuk
menambah keunikan dari kesenian Gologanjur. Jumlah penari biasanya 20 orang. Para
penari biasanya diambil dari beberapa gadis di desa sekitar, dan biasanya di ambil dari
sebuah sanggar yang berada di Kampung Inggris Pare. Jumlah penari pun bervariasi
tergantung dari jumlah pemain dalam Kesenian Gologanjur.
2. Pakaian Pemain dalam kesenian ini pakaian yang dikenakan adalah pakaian garis-garis
berwarna hitam putih, ikat kepala bali udeng, sarung/kain kotak-kotak, dan celana
hitam.
6. Nilai Budaya dan Tradisi: Seni Gologanjur tidak hanya merupakan bentuk hiburan
semata, tetapi juga memegang peran penting dalam mempertahankan dan
mewariskan nilai-nilai budaya dan tradisi Jawa kepada generasi selanjutnya.
Pertunjukan seni ini seringkali menjadi bagian dari perayaan keagamaan, upacara
adat, atau festival budaya di Bali.
Dengan keindahan gerakan tarian, harmoni musik gamelan, dan cerita yang mendalam,
seni Gologanjur terus memikat penonton serta menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kekayaan budaya Indonesia. Untuk pemain dari kesenian ini masyarakat setempat lebih
mengutamakan warganya untuk ikut andil dalam memainkan alatnya. Ada kurang lebih 30
pemain. Di tengah alat dimainkan ada beberapa penari yang menampilkan suatu tarian, tarian
tersebut dilakukan untuk menarik perhatian penonton agar terlihat menarik dan tidak
membosankan.
Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap kesenian Gologanjur, dapat diambil beberapa
kesimpulan yang signifikan:
1. Warisan Budaya yang Berharga: Kesenian Gologanjur memiliki nilai yang tinggi sebagai
bagian dari warisan budaya Indonesia, khususnya Bali. Keberlanjutan dan pelestarian
kesenian ini penting untuk mempertahankan identitas budaya lokal.
3. Peran dalam Masyarakat: Kesenian Gologanjur memiliki peran yang signifikan dalam
kehidupan masyarakat setempat. Hal ini dapat mencakup aspek-aspek seperti fungsi
sosial, nilai pendidikan, dan dampak ekonomi terhadap komunitas.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kesenian Gologanjur, berikut beberapa saran
yang dapat kami berikan:
1. Program Pendidikan dan Pelatihan: Mendukung program pendidikan dan pelatihan
bagi generasi muda maupun komunitas lokal untuk mempelajari dan mempraktikkan
kesenian Gologanjur. Ini bisa dilakukan melalui kerja sama dengan lembaga pendidikan
setempat atau lembaga budaya.
2. Promosi dan Pameran: Mengadakan acara promosi dan pameran baik secara lokal
maupun internasional untuk meningkatkan eksposur dan apresiasi terhadap kesenian
Gologanjur. Ini dapat melibatkan pertunjukan langsung, demonstrasi, dan diskusi
tentang nilai budaya dan artistik kesenian ini.
Sumber rujukan:
1. Bapak Agus Herlambang ( Kepala Dusun )
2. Bapak Luluk Hariyanto ( pemain Kesenian Gologanjur )