َو َم ْن ُيْض ِلْل َفَال, َم ْن َيْهِد ُهَّللا َفَال ُمِض َّل َلُه, َو َنُعوُذ ِبِه ِم ْن ُش ُروِر َأْنُفِس َنا َو َس ِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا,َاْلَحْم ُد ِهَّلِل َنْح َم ُد ُه َو َنْسَتِع يُنُه َو َنْسَتْغ ِفُر ُه
َهاِدَي َلُه,
َو َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسوُلُه,َو َأْش َهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهَّللا َو ْح َد ُه َال َش ِرْيَك َلُه,
الَّلُهَّم َص ِّل َع َلى ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل ُمَحَّمٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى آِل ِإْبَر اِهيَم َو َباِرْك َع َلى ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل ُمَحَّمٍد َك َم ا َباَر ْك َت َع َلى آِل
ِإْبَر اِهيَم ِفي اْلَع اَلِم يَن ِإَّنَك َحِم يٌد َمِج يٌد
( ) َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا اَّلِذ ي َتَس اَء ُلوَن ِبِه َو اَأْلْر َح اَم ِإَّن َهَّللا َك اَن َع َلْيُك ْم َرِقيًبا
( ) َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َح َّق ُتَقاِتِه َو اَل َتُم وُتَّن ِإاَّل َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم وَن
( َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َو ُقوُلوا َقْو اًل َسِد يًدا ُيْص ِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َو َيْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُنوَبُك ْم َو َم ْن ُيِط ِع َهَّللا َو َر ُسوَلُه َفَقْد َفاَز َفْو ًز ا
) َع ِظ يًم ا
َأَّم ا َبْعُد َفِإَّن َخْيَر اْلَحِد يِث ِكَتاُب ِهَّللا َو َخْيُر اْلُهَدى ُهَدى ُمَحَّمٍد َو َش ُّر اُأْلُم وِر ُم ْح َد َثاُتَها َو ُك ُّل ِبْد َعٍة َض اَل َلٌة
Sesungguhnya kenikmatan Allah kepada kita sangat banyak. Oleh karena itu, kita wajib
bersyukur dengan sebenar-benarnya atas semua kenikmatan itu. Yaitu bersyukur dengan hati,
lisan dan anggota badan.
Bersyukur dengan dengan hati, yaitu dengan mengakui bahwa kenikmatan itu datang dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bersyukur dengan lisan, yaitu dengan memuji Allah dan
menyebut-nyebut kenikmatan tersebut, jika tidak dikhawatirkan hasad. Dan bersyukur
dengan anggota badan, yaitu menggunakan anggota badan kita ini untuk taat kepada-Nya,
dengan bertakwa kepada-Nya secara sebenar-benarnya. Takwa ini merupakan perintah Allah
kepada seluruh manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
َياَأُّيَها الَّناُس اَّتُقوا َر َّبُك ُم اَّلِذ ي َخ َلَقُك م ِّم ْن َنْفٍس َو اِحَدٍة َو َخ َلَق ِم ْنَها َز ْو َجَها َو َبَّث ِم ْنُهَم ا ِر َج اًال َك ِثيًرا َو ِنَس آًء َو اَّتُقوا َهللا اَّلِذ ي
َتَس آَء ُلوَن ِبِه َو ْاَألْر َح اَم ِإَّن َهللا َك اَن َع َلْيُك ْم َرِقيًبا
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari yang
satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah
memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama–Nya, kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu. (Q.s. an Nisaa`: 1).
Keutamaan takwa sangat sering kita dengar, antara lain firman Allah,
Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
(Q.s. ath Thalaq: 2).
Juga firman-Nya,
َو َم ن َيَّتِق َهللا َيْج َع ل َّلُه ِم ْن َأْم ِر ِه ُيْسًرا
Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya. (Q.s. ath Thalaq: 4).
Dan firman-Nya,
َو َم ن َيَّتِق َهللا ُيَك ِّفْر َع ْنُه َس ِّيَئاِتِه َو ُيْع ِظ ْم َلُه َأْج ًرا
Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menutupi kesalahan-
kesalahannya, dan akan melipatgandakan pahala baginya. (Q.s. ath Thalaq: 5).
Kita berharap, semoga Allah membersihkan jiwa kita dan memberikan ketakwaan pada hati
kita, yang ketakwaan itu muncul pada lisan dan perbuatan kita semua.
Takwa, secara bahasa artinya melindungi diri. Yaitu seseorang melakukan sesuatu untuk
melindingi dirinya dari perkara yang dia takuti dan dia khawatirkan.
Adapun takwa hamba kepada Rabb-nya adalah, hamba itu melindungi dirinya dari
kemurkaan dan siksa Allah. Yakni dengan cara beribadah, yaitu melaksanakan ketaatan
kepada-Nya dan menjauhi kemaksiatan kepada-Nya.
َتَخ اُف َع َذ اَب ِهللا, َو َأْن َتْتُرَك َم ْع ِصَيَة ِهللا َع َلى ُنْو ٍر ِم َن ِهللا, َتْر ُجْو َر ْح َم َة ِهللا, َأْن َتْع َم َل ِبَطاَع ِة ِهللا َع َلى ُنْو ٍر ِم َن ِهللا:َالَّتْقَو ى
Takwa adalah, engkau mengamalkan ketaatan kepada Allah, di atas cahaya dari
Allah, engkau mengharapkan rahmat Allah. Engkau meninggalkan
kemaksiatan kepada Allah, di atas cahaya dari Allah, engkau takut siksa Allah.
(Majmu’atul Fatawa Ibnu Taimiyah, 4/105).
Perkataan Thalq bin Habib ini menjelaskan hakikat takwa. Bahwa di dalam takwa harus ada
amal, iman, serta ikhlas; yang ketiga hal tersebut membutuhkan ilmu.
Amal adalah perbuatan. Yaitu dengan melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.
Amal akan diterima, jika mengikuti syariat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dan sudah pasti, seseorang tidak dapat mengetahui syariat Islam, kecuali dengan ilmu.
Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Pondasi takwa adalah, seorang hamba mengetahui
apa yang (harus) dijaga, kemudian dia menjaga diri (darinya)”. (Jami’ul Ulum wal Hikam,
1/402).
Barangsiapa meninggalkan amal, maka dia akan menyesal. Allah berfirman,
} َو ُهْم36{ َو اَّلِذ يَن َكَفُروا َلُهْم َناُر َجَهَّنَم َال ُيْقَض ى َع َلْيِهْم َفَيُم وُتوا َو َال ُيَخ َّفُف َع ْنُهم ِّم ْن َع َذ اِبَها َك َذ ِلَك َنْج ِز ي ُك َّل َك ُفوٍر
َيْص َطِر ُخ وَن ِفيَها َر َّبَنآ َأْخ ِر ْج َنا َنْع َم ْل َص اِلًحا َغْيَر اَّلِذ ي ُكَّنا َنْع َم ُل َأَو َلْم ُنَعِّم ْر ُك م َّم اَيَتَذَّك ُر ِفيِه َم ن َتَذَّك َر َو َج آَء ُك ُم الَّنِذ يُر َفُذ وُقوا َفَم ا
}37{ ِللَّظاِلِم يَن ِم ن َّنِص يٍر
Dan orang-orang kafir, bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan sehingga
mereka mati, dan tidak (pula) diringankan dari mereka adzabnya. Demikianlah Kami
membalas setiap orang yang sangat kafir. Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, “Ya
Rabb kami, keluarkanlah kami, niscaya kami akan mengerjakan amal shalih berlainan
dengan yang telah kami kerjakan”. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam
masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang
kepada kamu pemberi peringatan, maka rasakanlah (adzab Kami) dan tidak ada bagi orang-
orang yang zhalim seorang penolongpun. (Q.s. Fathir: 36, 37).
Kedua,tentang iman.
Imam Ibnul Qayyim rahimahulalh menyatakan, “(Perkataan Thalq bin Habib) ‘di atas
cahaya dari Allah’, (sebagai) isyarat kepada iman, yang merupakan sumber amalan, dan yang
menjadi pendorongnya”. (Tuhfatul Ahbab, hlm. 10-11).
Seseorang yang melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, jika tanpa
landasan iman, maka amalan itu tidak akan diterima oleh Allah. Dia berfirman,
َو اَّلِذ يَن َكَفُروا َأْع َم اُلُهْم َك َسَر اٍب ِبِقيَعٍة َيْح َس ُبُه الَّظْم َئاُن َم آًء َح َّتى ِإَذ ا َج آَءُه َلْم َيِج ْد ُه َشْيًئا َوَو َج َد َهللا ِع نَد ُه َفَو َّفاُه ِحَس اَبُه َو ُهللا َس ِريُع
اْلِح َس اِب
Dan orang-orang yang kafir, amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang
datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu, dia
tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah
memberikan kepadanya perhitungan amal-amalnya dengan cukup, dan Allah sangat cepat
perhitunganNya. (Q.s. an Nuur: 39).
Sebagaimana syarat amal adalah ilmu, maka demikian juga untuk mengetahui iman, juga
diperlukan ilmu.
Perkataan Thalq bin Habib “mengharapkan rahmat Allah” ketika mengamalkan ketaatan, dan
“takut siksa Allah” ketika meninggalkan kemaksiatan, merupakan isyarat terhadap ikhlas.
Kita mengetahui, bahwa amalan yang tidak ikhlas, juga akan ditolak oleh Allah.
َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َقاَل ُهَّللا َع َّز َو َج َّل َأَنا َأْغ َنى الُّش َر َك اِء َع ِن الِّش ْر ِك َفَم ْن َع ِمَل ِلي َع َم اًل
َأْش َر َك ِفيِه َغْيِر ي َفَأَنا ِم ْنُه َبِر يٌء َو ُهَو ِلَّلِذ ي َأْش َر َك
Demikianlah sedikit khutbah yang kami sampaikan. Semoga dapat mendorong kita untuk giat
menuntut ilmu agama, kemudian istiqamah mengamalkannya. Dan semoga kita selalu
bertakwa kepada Allah Ta’ala sampai kita menghadap-Nya dalam keadaan Islam.
الَّلُهَّم َص ِّل َع َلى ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل ُمَحَّمٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى آِل ِإْبَر اِهيَم َو َباِرْك َع َلى ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل ُمَحَّمٍد َك َم ا َباَر ْك َت َع َلى آِل
ِإْبَر اِهيَم ِفي اْلَع اَلِم يَن ِإَّنَك َحِم يٌد َمِج يٌد
َر َّبَنا َال ُتِزْغ ُقُلوَبَنا َبْع َد ِإْذ َهَدْيَتَنا َو َهْب َلَنا ِم ن َّلُد نَك َر ْح َم ًة ِإَّنَك َأنَت اْلَو َّهاُب
َر َّبَنا َال ُتَؤ اِخ ْذ َنآ ِإن َّنِس يَنآ َأْو َأْخ َطْأَنا َر َّبَنا َو َال َتْح ِم ْل َع َلْيَنآ ِإْص ًرا َك َم ا َح َم ْلَتُه َع َلى اَّلِذ يَن ِم ن َقْبِلَنا
َر َّبَنا َو َال ُتَحِّم ْلَنا َم ا َال َطاَقَة َلَنا ِبِه َو اْعُف َع َّنا َو اْغ ِفْر َلَنا َو اْر َحْم َنآ َأنَت َم ْو َالَنا َفانُصْر َنا َع َلى اْلَقْو ِم اْلَك اِفِريَن َ ,و اْلَحْم ُد ِهَّلِل َر ِّب
اْلَع اَلِم يَن