Anda di halaman 1dari 303

DESAIN BIMTEK PROFESIONAL 2

(PUBLIKASI ILMIAH)
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN GURU PAI (PKB -GPAI)

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


All Rights Reserved

Pengarah:
Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP., M.T

Penanggung jawab:
Dr. H. Rohmat Mulyana Sapdi, M.Pd

Tim Penulis
1. Dr. Andewi Suhartini, M.Ag | andewi.suhartini@uinsgd.ac.id
2. Nurhuda Kurniawan, S.Ag., M.Si | hudawan76@gmail.com

Diterbitkan oleh:
Kementerian Agama Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Jl. Lapangan Banteng Barat No. 3-4 Jakarta Pusat
SAMBUTAN
Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP., M.T
Direktur Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI

Pendidikan memiliki peran penting bagi penyiapan generasi bangsa. Sebagai


ujung tombak transformasi nilai dan pengetahuan, guru mempunyai peran, fungsi,
dan kedudukan yang sangat penting dalam mencapai visi pendidikan yaitu
menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Dalam hal ini,
peningkatan profesionalitas guru termasuk Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI)
menjadi sebuah keharusan. Profesi guru harus dikembangkan sebagai profesi yang
bermartabat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen.
GPAI seharusnya juga mampu menjadikan pendidikan agama sebagai instrumen
transformasi sosial. Tanggung jawab GPAI tidak hanya berhenti dalam aspek
kognitif akan tetapi lebih jauh dari itu, yaitu membentuk karakter peserta didik.
Karena itu GPAI tidak boleh berhenti belajar dan mencukupkan pengetahuan yang
dimiliki. Sebaliknya GPAI harus terus memperkuat dan meningkatkan kompetensi
serta kualitasnya. GPAI juga dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuan
mengajarnya, hal ini agar pembelajaran yang ia bawakan dapat sesuai dengan
perkembangan peserta didik, baik secara psikologis, teknologis, maupun
sosiologis.
Untuk itu, diperlukan sistem pembinaan dan pengembangan terhadap profesi
guru secara terprogram dan berkelanjutan. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama terus berkomitmen meningkatkan kualitas GPAI. Hal ini
diperlukan agar Pendidikan Agama Islam (PAI) tidak mengalami stagnasi baik dari
sisi kualitas guru, kurikulum, ataupun metode pembelajaran. Sebaliknya
penyelenggaraan PAI perlu terus disempurnakan dengan metode dan
pengetahuan terbaru. Komitmen ini diwujudkan dengan Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan Guru Pendidikan Agama Islam (PKB-GPAI).
PKB-GPAI merupakan salah satu program yang dirancang untuk mewujudkan
terbentuknya GPAI yang profesional dalam melaksanakan tugasnya sebagai ujung
tombak keberhasilan pembelajaran. PKB-GPAI merupakan inisiasi yang baik untuk
meningkatkan kualitas dan profesionalitas GPAI di sekolah. Melalui PKB-GPAI ini
diharapkan menjadi sarana bagi terwujudnya GPAI yang kompeten dan
profesional.

i
Kami mengapresiasi terbitnya modul Bimtek PKB-GPAI ini. Semoga buku ini dapat
digunakan dengan baik sebagai panduan dalam rangkaian bimtek PKB-GPAI dan
pada akhirnya secara keseluruhan dapat meningkatkan kualitas Pendidikan Agama
Islam di Indonesia.

Jakarta, September 2021

ii
KATA PENGANTAR
Dr. H. Rohmat Mulyana Sapdi, M.Pd
Plt. Direktur Pendidikan Agama Islam
Kementerian Agama RI

Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah (SD, SMP, SMA, dan SMK) memiliki peran
penting bagi penumbuhan perilaku beragama di tengah kehidupan berbangsa dan
bernegara yang majemuk. Oleh karena itu, Ikhtiar untuk meningkatkan kualitas
Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) di sekolah terus dilakukan oleh Direktorat
Pendidikan Agama Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama. Hal ini diwujudkan dengan berbagai inovasi agar penyelenggaraan PAI di
sekolah mengalami kemajuan secara berkelanjutan sesuai dengan tantangan dan
perkembangan dunia pendidikan. Salah satunya adalah melalui Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan Guru Pendidikan Agama Islam (PKB-GPAI).
PKB-GPAI diproyeksikan sebagai bentuk peningkatan kualitas penyelenggaraan
PAI, utamanya dari sisi kompetensi dan profesionalitas GPAI. Program yang
dikembangkan oleh Direktorat Pendidikan Agama Islam ini merupakan wujud
penguatan layanan standar kompetensi GPAI agar kualitas, kompetensi, dan karir
mereka semakin meningkat.
Secara umum tujuan PKB-GPAI adalah untuk meningkatkan kualitas layanan PAI di
sekolah dalam rangka peningkatan mutu PAI. Program ini difokuskan untuk
pengembangan keprofesian GPAI yang mencakup 6 (enam) kompetensi, yaitu
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi
profesional, kompetensi spiritual, dan kompetensi leadership. Proses dan kegiatan
dalam program ini dirancang untuk meningkatkan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan profesional GPAI di sekolah yang dilaksanakan secara berjenjang dan
berkesinambungan dalam rangka peningkatan kinerja dan pemenuhan kompetensi
profesional GPAI di sekolah.
Dalam implementasinya, PKB-GPAI membutuhkan desain bimtek yang sesuai
dengan standar kompetensi dan profesionalitas. Untuk itu diperlukan suatu modul
bimtek yang dapat memandu proses bimtek PKB-GPAI, sekaligus mengatur
pelaksanaan bimtek secara tertib dan tersistem.
Atas dasar itu, Direktorat Pendidikan Agama Islam menerbitkan buku Modul
Bimtek PKB-GPAI. Buku modul kali ini merupakan penyempurnaan (revisi) dari
modul yang sebelumnya telah dipakai pada tahun 2018. Pada modul kali ini
dijabarkan tentang integrasi moderasi beragama dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di Sekolah sebagai salah satu isu sentral yang diarusutamakan oleh
Kementerian Agama.
Selayaknya sebuah modul, buku ini berisi dua bagian yaitu bagian desain bimtek

iii
dan bagian materi bimtek. Modul ini merupakan pegangan bagi pelatih dan
peserta bimtek PKB-GPAI. Dalam modul ini diuraikan secara terperinci tentang
metode, bahan, dan konten penyelenggaraan bimtek PKB-GPAI bagi Pelatih
Nasional (PN), Pelatih Provinsi (PP), maupun Pelatih Daerah (PD) tingkat
kabupaten/kota.
Buku ini selain mempermudah proses bimtek, juga diharapkan dapat menjadi
standar kualitas penyelenggaraan bimtek PKB-GPAI, sehingga dapat berlangsung
dengan baik dan lancar. Atas terselesaikannya modul ini, kami haturkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya modul ini. Semoga
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan nantinya dapat meningkatkan
mutu PAI. Amin.

Jakarta, September 2021

iv
DAFTAR ISI

Sambutan Direktur Jenderal Penbdidikan Islam .................................................................... i


Kata Pengantar Direktur PAI ......................................................................................................... iii
Daftar Isi ................................................................................................................................................. v

Bagian 1
Petunjuk Penggunaan Modul ...................................................................................................... 1

Bagian 2
Pendahuluan, Latar Belakang, Tujuan, Sasaran, dan Target ............................................. 2

Bagian 3
Materi Bimtek ..................................................................................................................................... 4
A. Materi 1 : Konsep Publikasi Ilmiah ........................................................................................ 4
B. Materi 2 : Analisis SKL, Capaian Pembelajaran kaitannya dengan Publikasi
Ilmiah ........................................................................................................................31
C. Materi 3 : Penelitian Tindakan Kelas ................................................................................40
D. Materi 4 : Praktik Penulisan PTK ........................................................................................62
E. Materi 5 : Penulisan Artikel Ilmiah ....................................................................................75
F. Materi 6 : Praktik Penulisan Artikel Ilmiah .................................................................. 103
G. Materi 7 : Penulisan Modul ............................................................................................. 111
H. Materi 8 : Praktik Penulisan Modul ................................................................................ 124

Bagian 4
I. Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 131

v
BAGIAN 1
Petunjuk Penggunaan Modul

Untuk mengoptimalkan penggunaan modul ini, perhatikan hal-hal sebagai berikut:


1. Pendahuluan
Pendahuluan berisi latar belakang pentingnya guru Pendidikan Agama Islam
untuk selalu meningkatkan kompetensi melalui bimtek Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan GPAI. Kemudian dijelaskan pula pentingnya materi
yang disajikan dalam modul ini.

2. Tujuan, Sasaran, dan Target


Tujuan modul berisi informasi tentang pemahaman terhadap semua materi
perencanaan pembelajaran yang akan disajikan dalam bimtek profesional 2
(Publikasi Ilmiah).
Sasaran diperuntukkan bagi pihak penyelenggara Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan GPAI mulai dari tingkat pusat sampai daerah dan
bagi GPAI bersangkutan.
Target modul ini adalah tercapainya penguasaan materi bimtek profesional 2
(publikasi ilmiah) oleh GPAI jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK.

3. Materi Bimtek
Materi bimtek profesional 2 (publikasi ilmiah) meliputi: Konsep Penulisan dan
Publikasi Ilmiah, Analisis SKL, Capaian Pembelajaran kaitannya dengan
Publikasi Ilmiah, Penelitian Tindakan Kelas, Praktik Penulisan PTK, Penulisan
Artikel Ilmiah, Praktik Penulisan Artikel Ilmiah Penulisan Modul,, dan Praktik
Penulisan Modul.

4. Daftar Pustaka
Memuat semua sumber kutipan yang berupa buku atau sumber lain. Pustaka
yang dimaksud dalam modul ini ialah semua sumber kutipan yang berupa
tulisan dan sejenisnya.

1
BAGIAN 2
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Guru Pendidikan Agama Islam memiliki kewajiban untuk selalu


memperbaharui dan meningkatkan kompetensi yang dimilikinya melalui
kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai esensi
pembelajar seumur hidup. Dalam rangka mendukung pengembangan
pengetahuan dan keterampilan, maka dikembangkan modul untuk
pembinaan karir guru PAI yang berisi materi profesional 2 (publikasi ilmiah).
Dengan adanya modul ini, memberikan kesempatan kepada guru PAI untuk
belajar menjadi pribadi yang lebih aktif dan produktif. Modul ini dapat
digunakan oleh pelatih dan guru PAI sebagai bahan ajar dalam pelaksanaan
kegiatan bimtek.
Modul yang berjudul “Materi Bimtek Publikasi Ilmiah” ini merupakan modul
untuk bimtek profesional 2 pada Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
GPAI. Setiap materi bahasan dikemas dalam kegiatan pembelajaran yang
memuat capaian pembelajaran (tujuan dan indikator keberhasilan), pokok-
pokok materi, uraian materi, aktivitas pembelajaran, rangkuman, tugas dan
umpan balik.

2. Tujuan
Tujuan modul ini disusun agar dapat digunakan bagi pihak-pihak
penyelenggara kegiatan bimtek PKB GPAI dan guru PAI untuk memahami
materi bidang bimtek profesional 2 (publikasi ilmiah) yang meliputi:
a. Penulisan dan Publikasi Ilmiah;
b. Penelitian Tindakan Kelas;
c. Praktik Penulisan PTK;
d. Penulisan Artikel Ilmiah;
e. Praktik Penulisan Artikel Ilmiah;
f. Penulisan Modul;
g. Praktik Penulisan Modul

3. Sasaran
Modul ini diperuntukkan bagi pihak penyelenggara Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan GPAI mulai dari tingkat pusat sampai daerah yang
meliputi:
a. Direktorat Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam,
Kementerian Agama RI.

2
b. Bidang PAI/PAKIS/PENDIS Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi.
c. Bidang PAI/PAKIS/PENDIS Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
d. Kelompok Kerja Pengawas PAI (Pokjawas Pai) dan learning community di
lingkup Kelompok Kerja Guru PAI SD dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) PAI SMP, SMA dan SMK

4. Target
Target modul ini adalah tercapainya penguasaan materi dalam bimtek
profesional 2 (publikasi ilmiah) oleh GPAI jenjang SD, SMP, SMA dan SMK.
Adapun materi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Penulisan dan Publikasi Ilmiah;
b. Penelitian Tindakan Kelas;
c. Praktik Penulisan PTK;
d. Penulisan Artikel Ilmiah;
e. Praktik Penulisan Artikel Ilmiah;
f. Penulisan Modul;
g. Praktik Penulisan Modul.

3
BAGIAN 3
Materi Bimtek

A. Materi 1: Konsep Penulisan dan Publikasi Ilmiah


1. Capaian Pembelajaran
a. Tujuan
Setelah selesai bimtek diharapkan peserta mampu memahami konsep
penulisan dan publikasi ilmiah serta angka kreditnya.
b. Indikator Keberhasilan
Setelah selesai bimtek diharapkan peserta mampu:
1) Menjelaskan Pengertian Karya Tulis Ilmiah;
2) Mengidentifikasi Kriteria Karya Tulis Ilmih;
3) Menjelaskan Fungsi Karya Tulis Ilmiah;
4) Mengidentifikasi Syarat Karya Tulis Ilmiah
5) Mengidentifikasi Sistematika Karya Tulis Ilmiah
6) Menguraikan prosedur Prosedur penulisan karya tulis ilmiah
7) Menjelaskan Pengertian Publikasi Ilmiah
8) Mengidentifikasi Macam-macam Publikasi Ilmiah dan Angka
Kreditnya

2. Pokok-Pokok Materi
a. Pengertian Karya Tulis Ilmiah;
b. Kriteria Karya Tulis Ilmiah;
c. Fungsi Karya Tulis Ilmiah;
d. Prinsip Karya Tulis Ilmiah;
e. Syarat Karya Tulis Ilmiah;
f. Sistematika Karya Tulis Ilmiah;
g. Prosedur Penulisan Karya Tulis Ilmiah;
h. Pengertian Publikasi Ilmiah;
i. Macam-macam Publikasi Ilmiah dan Angka Kreditnya.

3. Uraian Materi
a. Pengertian Konsep Karya Tulis Ilmiah
Karya Tulis Ilmiah merupakan alat berkomunikasi yang sangat penting
diantara para ilmuwan dan akademisi. Keefektifan komunikasi terkait
konten diantara para ilmuan dan akademisi ditentukan oleh kualitas
tulisan atau teks (Kirub, 2014; Mack, 2018). Inilah yang membuat
penguasaan keterampilan menulis Karya Tulis Ilmiah menjadi penting
untuk para ilmuan dan akademisi kuasai.

4
Sejumlah penulis mendefinisikan pengertian Karya Tulis Ilmiah,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karya ilmiah adalah tulisan
tentang suatu pokok yang dimaksudkan untuk dibacakan di muka
umum dan sering disusun untuk diterbitkan.
2) Karya ilmiah adalah karya ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta
dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar
(Brotowidjoyo dalam Yaniawati, 2018).
3) Karya tulis ilmiah pada hakekatnya merupakan laporan tertulis
tentang (hasil) suatu kegiatan ilmiah (Munip, 2017) dengan
serangkaian konvensi akademik dan generalitis serta pola penulisan
teks tertentu (Evans, 2007).
4) Karya ilmiah adalah suatu tulisan yang memuat kajian suatu masalah
tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan, yaitu
penggunaan metode ilmiah dan prinsip-prinsip keilmiahan: objektif,
logis, empiris, sistematis, lugas, jelas, dan konsisten (Budiyanto, 2017).
5) Karya tulis ilmiah adalah sebuah karya tulis yang disajikan secara
ilmiah dalam sebuah forum atau media ilmiah dimana karakteristik
keilmiahan nampak dari isi, penyajian, dan bahasa yang digunakan
(UPI).
6) Karya ilmiah merupakan karya tulis yang disusun berdasarkan
karangan, pernyataan, atau gagasan orang lain yang menyajikan data
dan fakta hasil penelitian atau pengkajian, ditulis menurut metode
dan sistematika yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan
(Yaniawati, 2018)
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa karya tulis
ilmiah merupakan karya tulis yang bersumber dari pemikiran, gagasan,
penelitian, telaah atau review buku, yang isinya berusaha memaparkan
suatu pembahasan secara ilmiah yang disusun berdasarkan kaidah
ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti untuk mencari
jawaban mengenai sesuatu hal dan untuk membuktikan kebenaran
tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan dan untuk
menginformasikan sesuatu hal secara logis dan sistematis sehingga
memiliki nilai tambah bagi penulis dan komunitas yang
memanfaatkannya.

b. Kriteria KTI
Dalam karya tulis ilmiah, ciri-ciri keilmiahan dari suatu karya ialah harus
dapat dipertanggungjawabkan secara empiris dan objektif, baik dalam
teknik penulisan ilmiah, bahasa yang digunakan, maupun isi kajian. Suatu

5
karya tulis baru dapat disebut sebagi karya tulis ilmiah apabila sedikitnya
memenuhi empat syarat (Yaniawati, 2018), yakni:
1) Logis, yaitu ide disampaikan sesuai dengan logika, masuk nalar dan
masuk akal.
2) Langkah-langkah penyusunan dijiwai atau menggunakan metode
berfikir ilmiah.
3) Sosok tampilannya sesuai dan telah memenuhi persyaratan sebagai
tulisan ilmiah.
Yaniawati (2018) lebih jauh mengungkapkan ciri-ciri karya tulis ilmiah.
Pertama, karya ilmiah bersifat logis, yakni ide yang disampaikan sesuai
menurut logika, benar menurut penalaran dan masuk akal. Kedua, karya
ilmiah bersifat sistematis, yakni teratur menurut sistem sehingga
membentuk suatu sistem yang utuh, menyeluruh dan terpadu. Ketiga,
karya ilmiah bersifat objektif, yakni sesuai dengan keadaan sebernarnya
tanpa dipengaruhi pandangan dan pendapat pribadi peneliti. Keempat,
karya ilmiah bersifat etis, yakni mengikuti asas perilaku dan etika yang
sudah disepakati khalayak umum.
Lebih jauh lagi, Nowak dan Thomson (2018) mengungkapkan four traits
of good scientic writing, yaitu:
1) Memiliki tema yang jelas;
2) Memiliki latar belakang informasi yang menjelaskan konteks dari
tema penelitian;
3) Terdapat contoh yang bersifat ilustratif dari tema dan menghadirkan
kesimpulan;
4) Karya tulis ilmiah menggunakan data kuantitatif dan grafik untuk
memberi gambaran dan mendukung tema yang diteliti
Kirub (2006) mengungkapkan bahwa secara umum suatu karya ilmiah
dikatakan memiliki standar karya ilmiah yang baik apabila:
1) Menampilkan akurasi pada aspek masalah yang diteliti;
2) Memiliki aliran gagasan yang logis;
3) Ditulis dengan jelas dan mudah dipahami;
4) Mengikuti kaidah penulisan ilmiah;
5) Bebas dari jargon dan kata-kata slang;
6) Memiliki ilustrasi yang lengkap dan sesuai;
7) Tidak mengandung plagiasi;
8) Memiliki hasil yang orsinil.
Secara rinci, karya ilmiah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Zulfikar
dalam http://fikarzone.wordpress.com):
1) Objektif.

6
Keobjektifan karya tulis ilmiah tampak pada setiap fakta dan data
yang diungkapkan berdasarkan kenyataan, serta dalam setiap
pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti
yang dapat dipertanggungjawabkan dan diverifikasi kebenarannya.

2) Netral.
Kenetralan karya tulis ilmiah tampak pada setiap pernyataan atau
penilaian yang bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik
kepentingan pribadi maupun kelompok.
3) Sistematis.
Uraian karya tulis ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola
pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas,
dan sebagainya sehingga pembaca dapat mengikuti alur uraiannya
dengan mudah.
4) Logis.
Kelogisan karya tulis ilmiah dapat dilihat dari pola nalar yang
digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Jika bermaksud
menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif;
sebaliknya, jika bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis
maka digunakan pola deduktif.
5) Menyajikan fakta (bukan emosi atau perasaan).
Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus
faktual, yakni menyajikan fakta.
6) Tidak Pleonastis
Kata-kata yang digunakan dalam karya tulis ilmiah langsung tepat
menuju sasaran, tidak berlebihan dan tidak berbelit-belit; dan
7) Bahasa yang digunakan adalah bahasa formal.
Yakhontova (2013) menjelaskan mengenai aspek bahasa dan gaya
akademik yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Pertama,
karya tulis ilmiah menggunakan diksi atau kosa kata akademik, dan fitur
conversational dipastikan tidak muncul dalam karya tulis ilmiah. Kedua,
dalam penulisan karya tulis ilmiah termasuk yang berbahasa Inggris fitur-
fitur seperti berikut tidak lazim muncul; 1) penggunaan contraction
seperti “we’ll” untuk “we will,” 2) Interjection atau fillers seperti “well” dan
“own”, 3) penyebutan pembaca secara langsung seperti “saudara” atau
“anda”, 4) menggunakan bentuk kalimat berupa pertanyaan langsung,
dan 5) penulisan angka di awal kalimat. Ketiga, penggunaan sudut
pandang impersonal lebih disukai dari pada sudut pandang personal. Hal
tersebut nampak dari penggunan kata “Penulis” (impersonal) dan “Saya”
(personal).
Lebih khusus lagi, karya ilmiah yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut
(Munip, 2017):

7
1) Mendalam/Tuntas.
Topik pembahasan yang diangkat dalam karya ilmiah dikupas secara
mendalam, mendetail sampai ke akar-akarnya. Agar sebuah topk
dapat dibahas dengan tuntas, maka seorang penulis hendaknya tidak
mengangkat topik yang terlalu luas. Contoh: “Pemberantasan Korupsi
di Indonesia”
2) Objektif
Segala keterangan yang dikemukakan dalam tulisan adalah benar
dan apa adanya sesuai dengan data dan fakta yang diperoleh.
Keobjektifan karya ilmiah dapat dicapai dengan tersedianya data
literatur dan data lapangan yang memadai (data harus representatif),
serta janganlah seorang penulis melakukan manipulasi data.
3) Sistematis
Ini berarti bahwa uraian disusun menurut pola tertentu sehingga jelas
urutan dan kaitan antara unsur-unsur tulisan (berkesinambungan,
berurutan, berkaitan).
4) Cermat
Seorang penulis harus berupaya menghindari kesalahan/kekeliruan
baik dalam pengutipan, penyajian data, dan penulisan huruf.
5) Lugas
Karya ilmiah menampilkan kajian tentang suatu persoalan secara
langsung, tanpa basa-basi.
6) Tidak emosional
Dalam penyajian temuan tidak melibatkan perasaan, sehingga tidak
perlu menggunakan emotional atau emotive words.
7) Logis, yakni segala keterangan yang disajikan memiliki dasar dan
alasan yang masuk akal.
8) Bernas, artinya meskipun uraian itu singkat, isinya padat.
9) Jelas, keterangan yang dikemukakan dapat mengungkap makna
secara jernih sehingga mudah dipahami pembaca.
10) Terbuka, tidak menutup kemungkinan adanya pendapat baru yang
tidak sesuai dengan apa yang ditulis dalam karya ilmiah tersebut.
11) Menggunakan bahasa baku, tepat, ringkas, dan jelas.
Secara khusus karya tulis ilmiah untuk laporan Pengembangan
Keprofesian berkelanjutan, harus memenuhi persyaratan “APIK,” yang
artinya adalah sebagai berikut (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010):
1) Asli, maksudnya laporan yang dibuat benar-benar merupakan karya
asli penyusunnya, bukan merupakan plagiat, jiplakan, atau disusun
dengan niat dan prosedur yang tidak jujur. Laporan kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan yang tidak Asli antara lain
ditandai oleh: (1) adanya bagian-bagian tulisan yang dirubah di sana-
sini, bentuk ketikan yang tidak sama, tempelan nama, terdapat

8
petunjuk adanya lokasi dan subyek yang tidak konsisten, terdapat
tanggal pembuatan yang tidak sesuai, terdapat berbagai data yang
tidak konsisten, tidak akurat; (2) waktu pelaksanaan kegiatan yang
kurang wajar; (3) adanya kesamaan isi, data dan hal lain yang sangat
mencolok dengan laporan orang lain; dan (4) tidak adanya lampiran
dokumen-dokumen kegiatan yang dapat memberikan bukti bahwa
kegiatan itu telah dilaksanakan.
2) Perlu, maksudnya hal yang dilaporkan atau gagasan yang dituliskan,
harus sesuatu yang diperlukan dan mempunyai manfaat dalam
menunjang pengembangan keprofesian dari guru yang bersangkutan
untuk memperbaiki mutu pembelajaran di satuan pendidikan guru
bersangkutan. Laporan kegiatan PKB yang tidak Perlu antara lain
ditandai oleh: (1) masalah yang dikaji terlalu luas, dan (2) tidak
langsung berhubungan dengan permasalahan yang berkaitan
dengan upaya pengembangan profesi dari guru yang bersangkutan.
3) Ilmiah, maksudnya laporan disajikan dengan memakai kerangka isi
dan mempunyai kebenaran yang sesuai dengan kaidah-kaidah
kebenaran ilmiah dan mengkuti kerangka isi yang telah ditetapkan.
Laporan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang
tidak Ilmiah antara lain ditandai dengan adanya: (1) latar belakang
masalah yang tidak jelas sehingga tidak dapat menunjukkan
pentingnya hal yang dibahas dan hubungan masalah tersebut
dengan upayanya untuk mengembangkan profesinya; (2) kebenaran
yang tidak terdukung oleh kebenaran teori, kebenaran fakta dan
kebenaran analisisnya; (3) kesimpulan yang tidak/belum menjawab
permasalahan yang diajukan.
4) Konsisten, maksudnya isi laporan harus sesuai dengan tugas pokok
penyusunnya. Bila penulisnya seorang guru, maka isi laporan
haruslah berada pada bidang tugas guru yang bersangkutan, dan
memasalahkan tentang tugas pembelajaran yang sesuai dengan
tugasnya di sekolah/madrasahnya.

c. Fungsi Karya Tulis Ilmiah


Fungsi dari karya tulis ilmiah ialah untuk mengembangkan informasi, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni yang digunakan dalam bidang
keilmiahan akademik (tugas perkuliahan) dan karya ilmiah
keprofesionalan (karya ilmiah yang mengembangkan informasi). Jika
dihubungkan dengan hakekat ilmu, karya ilmiah mempunyai fungsi
sebagai berikut (Dwiloka dan Riana, 2005: 2-3):
1) Penjelasan (Explanation). Karya ilmiah dapat menjelaskan suatu hal
yang sebelumnya tidak diketahui, dan tidak pasti, menjadi sebaliknya.

9
2) Ramalan (Prediction). Karya ilmiah dapat membantu mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa
mendatang.
3) Kontrol (Control). Karya ilmiah dapat berfungsi untuk mengontrol,
mengawasi dan atau mengoreksi benar tidaknya suatu pernyataan.

d. Prinsip Karya Tulis Ilmiah


Dalam Karya Tulis Ilmiah terdapat 10 prinsip yang harus diperhatikan,
yaitu sebagai berikut:
1) Tujuan yang Jelas. Tujuan paling umum dalam penulisan akademik
adalah untuk membujuk, menganalisis/mensintesis, dan
menginformasikan.
a) Tujuan persuasif, yaitu untuk membuat pembaca mengadopsi
sudut pandang yang diuraikan di dalam tulisan ilmiah dan
mengubah sudut pandang pembaca tentang topik tersebut.
Tulisan yang persuasif termasuk artikel argumentatif dan posisi.
b) Tujuan analitis, yaitu untuk menjelaskan dan mengevaluasi
gagasan dan memilih gagasan yang terbaik berdasarkan kriteria
sendiri. Tugas analitis sering menyelidiki penyebab, memeriksa
efek, mengevaluasi keefektifan, menilai cara memecahkan
masalah, menemukan hubungan antara berbagai ide, atau
menganalisis argumen orang lain. Sedangkan tujuan sintesis,
yaitu mengumpulkan semua bagian menjadi satu kesatuan.
Contoh dari penugasan ini adalah artikel analisis dan analisis
kritis.
c) Tujuan informatif, yaitu untuk menjelaskan gagasan, memberikan
informasi baru kepada pembaca tentang topik tertentu. Ini
berbeda dari topik analitis karena tidak mendorong sudut
pandang tertentu pada pembaca, tetapi mencoba memperbesar
pandangan pembaca.
2) Keterlibatan Pemirsa. Seperti halnya semua tulisan, tulisan akademis
diarahkan pada audiens yang memiliki pemikiran spesifik.
3) Sudut Pandang yang Jelas. Penulisan akademik, bahkan dengan
tujuan informatif, bukan hanya daftar fakta atau ringkasan sumber.
4) Fokus Tunggal. Setiap paragraf (bahkan setiap kalimat) dalam tuisan
ilmiah akan mendukung pernyataan tesis tetentu.
5) Organisasi Logis. Penulisan akademik mengikuti pola organisasi
standar. Esai akademik dan makalah, terdiri dari pendahuluan, tubuh,
dan kesimpulan. Setiap paragraf secara logis mengarah ke yang
berikutnya.

10
a) Pengantar menangkap perhatian pembaca, memberikan informasi
latar belakang, dan memungkinkan pembaca tahu apa yang
diharapkan. Ini juga memiliki pernyataan tesis.
b) Paragraf tubuh mendukung pernyataan tesis. Setiap paragraf
tubuh memiliki satu poin utama untuk mendukung tesis, yang
dinamai dalam kalimat topik. Setiap poin kemudian didukung
dalam paragraf dengan penalaran dan bukti logis. Setiap kalimat
terhubung ke satu sebelum dan sesudahnya. Pembaca tidak harus
bekerja untuk menemukan hubungan antara ide-ide.
c) Kesimpulannya merangkum tesis dan poin-poin utama paper dan
menunjukkan kepada pembaca pentingnya temuan-temuan paper
tersebut.
6) Dukungan kuat. Setiap paragraf tubuh akan memiliki dukungan yang
cukup dan relevan untuk kalimat topik dan pernyataan tesis.
Dukungan ini akan terdiri dari fakta, contoh, deskripsi, pengalaman
pribadi, dan pendapat dan kutipan ahli.
7) Penjelasan yang Jelas dan Lengkap. Pembaca tidak perlu berpikir
keras untuk memahami ide, logika, atau organisasi tulisan ilmiah.
8) Penggunaan Penelitian yang Efektif. Tulisan ilmiah harus mengacu
pada berbagai sumber terkini, berkualitas tinggi, profesional dan
akademis. Riset yang digunakan mendukung ide yang harus
diintegrasikan ke dalam tulisan dan tidak disajikan secara terpisah. Itu
berarti bahwa materi sumber akan diperkenalkan, dianalisis,
dijelaskan, dan kemudian dikutip.
9) Gaya APA yang Benar. Semua makalah akademis harus mengikuti
pedoman dari American Psychological Association seperti yang
ditemukan dalam Research and APA Style Guide 2010, mengenai
kutipan dalam teks, daftar referensi, dan format.
10) Gaya menulis, yakni dengan menggunakan kata-kata sendiri jika
memungkinkan. Tulisan harus jelas, ringkas, dan mudah dibaca. Juga
sangat penting bahwa tidak ada kesalahan tata bahasa, ejaan, tanda
baca, atau kosakata dalam penulisan akademik (Anne Whitaker:
2010).

e. Syarat Karya Ilmiah


Dalam penulisanya karya ilmiah memiliki syarat-syarat tertentu, berikut
ini adalah syarat-syarat karya ilmiah menurut Zulfikar (dalam
http://fikarzone.wordpress.com):
1) Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur
pikiran.

11
2) Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan
unsur-unsur yang menyangganya.
3) Alur pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi.
4) Karya tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan
gambar, yang tersusun mendukung alur pikir yang teratur.
5) Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang
terkandungdalam hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah
kebahasaan.
6) Karya tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan),
eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan).

f. Sistematika Karya Tulis Ilmiah


Sistematika karya ilmiah yang akan dipublikasikan pada dasarnya
meminta penulis untuk menjawab 5 (lima) pertanyaan berikut:
1) Apa yang menjadi masalah? Paparan tentang apa yang menjadi
masalah dengan latar belakangnya biasanya dikemas dalam bagian
Pendahuluan.
2) Kerangka acuan teoretik apa yang dipakai untuk memecahkan
masalah? Paparan tentang kerangka acuan teoretik yang digunakan
dalam memecahkan masalah umumya dikemukakan dalan bagian
dengan judul Kerangka Teoritis atau Teori atau Landasan Teori, atau
Telaah Kepustakaan, atau label-label lain yang semacamnya.
3) Bagaimana cara yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah
itu? Paparan mengenai apa yang dilakukan dikemas dalam bagian
yang seringkali diberi judul Metode atau Metodologi atau Prosedur
atau Bahan dan Metode.
4) Apa yang ditemukan? Jawaban terhadap pertanyaan apa yang
ditemukan umumnya dikemukakan dalam bagian Temuan atau Hasil
Penelitian.
5) Makna apa yang dapat diambil dari temuan itu? Paparan tentang
makna dari temuan penelitian umumnya dikemukakan dalam bagian
Diskusi atau Pembahasan.
Khusus untuk penerbitan karya ilmiah berupa jurnal ilmiah, Sistematika
karya ilmiah sangat bergantung pada tradisi masarakat keilmuan dalam
bidang terkait, jenis karya ilmiah (makalah, laporan penelitian, skripsi).
Dalam suatu karya ilmiah yang mempunyai tingkat keformalan yang
tinggi, seperti misalnya skripsi, sistematika penulisan lebih baku, dan
beberapa paparan lainnya sering diminta dari mahasiswa kesimpulan dan
rekomendasi (saran-saran) pada bagian akhir, atau kata pengantar pada
bagian awal. Banyak jurnal dan majalah memuat abstrak, yakni
rangkuman informasi yang ada dalam dokumen laporan, makalah, atau

12
skripsi, lengkapnya (Muslimin Mahmud, http://research-report. umm.ac.id
/index.php/research-report/article/view/872 ).
Sebagian besar tulisan yang terbit dalam jurnal ilmiah mengandung
komponen sederhana yang dikenal dengan IMRAD (Mack, 2018):
1) Introduction
2) Method (experiment, theory, design, model)
3) Results and Discussion
4) Conclusions

g. Prosedur penulisan karya tulis ilmiah


1) Tahap persiapan
a) Persiapan penulisan karya ilmiah
Langkah-langkah persiapan penulisan karya ilmiah:
(1) Pemilihan topik/ masalah untuk karya ilmiah
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada saat
menentukan topik untuk karya ilmiah. Dalam penulisannya
harus mengikuti kaidah kebenaran isi, metode kajian, serta
tata cara penulisannya yang bersifat keilmuan. Salah satu
cara untuk memenuhi kaidah tersebut adalah dengan
melakukan pemilihan topik yang jelas dan spesifik. Pemilihan
untuk karya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan cara; (a)
Merumuskan tujuan yang jelas dan tepat untuk dapat
menghasilkan karya tulis ilmiah yang terfokus bahasannya.
Tips yang dapat dilakukan untuk merumuskan tujuan
diantaranya; 1) Usahakan merumuskan tujuan dalam satu
kalimat yang sederhana; 2) Ajukan pertanyaan dengan
menggunakan salah satu kata tanya terhadap rumusan yang
kita buat; 3) Jika kita dapat menjawab dengan pasti
pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan, berarti rumusan
tujuan yang kita buat sudah cukup jelas dan tepat; (b)
Menentukan Topik. Langkah pertama yang harus dilakukan
dalam menentukan topik adalah menentukan ide-ide utama.
Kemudian uji dan tanya pada diri sendiri apakah ide-ide itu
yang akan kita tulis; (c) Menelusuri Topik. Bila topik telah
ditentukan, kita masih harus memfokuskan topik tersebut
agar dalam penulisannya tepat sasaran. Beberapa langkah
yang dapat ditempuh dalam memfokuskan topik;
1) Fokuskan topik agar mudah dikelola; 2) Ajukan pertanyaan.
(2) Mengidentifikasi pembaca karya ilmiah

13
Kewajiban seorang penulis karya ilmiah adalah memuaskan
kebutuhan pembacanya akan informasi, yaitu dengan cara
menyampaikan pesan yang ditulisnya agar mudah dipahami
oleh pembacanya. Sebelum menulis, kita harus
mengidentifikasi siapa kira-kira yang akan membaca tulisan
kita. Hal tersebut perlu dipertimbangkan pada saat kita
menulis karya tulis ilmiah agar tulisan kita tepat sasaran.
(3) Menentukan cakupan isi materi karya ilmiah
Cakupan materi adalah jenis dan jumlah informasi yang akan
disajikan di dalam tulisan.
b) Pengumpulan informasi untuk penulisan karya ilmiah
(1) Memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber data,
informasi, dan bahan untuk tulisan.
(a) Mencari Buku dengan Online Catalog dan Card Catalog
(b) Memeriksa Bahan-Bahan Pustaka yang Telah Diperoleh.
Cara memeriksa bahan pustaka tersebut adalah; atur
waktu membaca, bacalah secara selektif, bacalah secara
bertanggung jawab, bacalah secara kritis, membuat
catatan dari bahan-bahan pustaka dengan mengacu pada
kartu indeks yang telah kita buat.
(c) Membuat Ringkasan dan ‘Paraphrasing’;
(d) Membuat Kutipan dengan persis dan apa adanya
pernyataan dari sumber bacaan yang digunakan.
(2) Melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi untuk
tulisan.
Ada empat hal yang harus diperhatikan saat akan melakukan
wawancara untuk keperluan proyek penulisan karya ilmiah,
yaitu; (a) Menentukan orang yang tepat untuk diwawancarai;
(b) Mempersiapkan pedoman wawancara; (c) Melaksanakan
wawancara; (d) Mengolah hasil wawancara.

2) Tahap Proses Penulisan


Tahap Penulisan merupakan perwujudan tahap persiapan ditambah
dengan pembahasan yang dilakukan selama dan setelah penulisan
selesai.
a) Tahap Pra Penulisan, meliputi: pemilihan dan pembatasan topik,
merumuskan tujuan, mempertimbangkan bentuk karangan,
mempertimbangkan pembaca, mengumpulkan data pendukung,

14
merumuskan judul, merumuskan tesis, dan penyusunan ide
dalam bentuk karangan atau outline.
b) Tahap Penulisan Draf, meliputi: mengekspresikan ide-ide ke
dalam tulisan kasar dan pengembangan ide masih bersifat
tentatif.
c) Tahap Revisi, meliputi: memperbaiki ide-ide dalam karangan,
berfokus pada penambahan, pengurangan, penghilangan,
penataan isi sesuai dengan kebutuhan pembaca dan kegiatan:
(a) membaca ulang seluruh draf, (b) sharing atau berbagi
pengalaman tentang draf kasar karangan dengan teman, (c)
merevisi dengan memperhatikan reaksi, komentar/masukan.
d) Tahap Penyuntingan, meliputi: memperbaiki perubahan-
perubahan aspek mekanik karangan, memperbaiki karangan
pada aspek kebahasaan dan kesalahan mekanik yang lain. Aspek
mekanik antara lain: huruf kapital, ejaan, struktur kalimat, tanda
baca, istilah, kosakata, format karangan.
e) Tahap Publikasi, meliputi: tulisan akan berarti dan lebih
bermanfaat jika dibaca orang lain, dan sesuaikan tulisan dengan
media publikasi yang akan kita tuju.
f) Tahap Evaluasi, apa yang dituliskan sebagai hasil dari tahap
iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai
dengan fokus tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu
dituliskan, atau ada hal-hal yang perlu ditambahkan, dan lain-
lain. Mungkin juga ada bagian yang mengandung hal-hal yang
peka, sehingga perlu dipilih kata-kata atau kalimat yang lebih
sesuai, tanpa menghilangkan esensinya. Ada 5 (lima) kriteria
yang bisa kita gunakan untuk mengevaluasi setiap bagian dari
menulis sebagai berikut: (a) fokus yang ditulis berkaitan dengan
konteks, tujuan, dan koherensi dari sepotong tulisan, (b)
pembangunan berkaitan dengan rincian dan bukti, (c) organisasi
menyangkut ketertiban dan tata letak kertas, (d) gaya berkaitan
dengan kejelasan, keanggunan presisi, dan (5) konvensi meliputi
tata bahasa, mekanik, tanda baca, format, dan isu-isu lain yang
ditentukan oleh konvensi atau aturan (https://yanhasiholan.
wordpress. com/2013/01/14/langkah-langkah-penulisan-karya-
ilmiah/).

h. Pengertian Publikasi Ilmiah


Publikasi ilmiah adalah sistem publikasi yang dilakukan berdasarkan peer
review dalam rangka untuk mencapai tingkat obyektivitas setinggi
mungkin. "Sistem" ini, bervariasi tergantung bidang masing-masing, dan
selalu berubah, meskipun seringkali secara perlahan. Sebagian besar

15
karya akademis diterbitkan dalam jurnal ilmiah atau dalam bentuk buku.
Sebagian besar bidang akademik yang telah mapan memiliki jurnal dan
bentuk publikasi tersendiri, meskipun banyak pula terdapat jurnal
akademik yang bersifat interdisipliner (antar cabang) dan
mempublikasikan karya dari beberapa bidang yang berbeda. Jenis-jenis
publikasi yang dapat diterima sebagai kontribusi terhadap bidang ilmu
pengetahuan dan penelitian sangat bervariasi di antara berbagai bidang.
Publikasi ilmiah saat ini sedang mengalami perubahan yang besar, yang
muncul akibat transisi dari format penerbitan cetak ke arah format
elektronik, yang memiliki model bisnis berbeda dengan pola sebelumnya.
Trend umum yang berjalan sekarang, akses terhadap jurnal ilmiah secara
elektronik disediakan secara terbuka. Hal ini berarti semakin banyak
publikasi ilmiah yang dapat diakses secara gratis melalui internet, baik
yang disediakan oleh pihak penerbit jurnal, maupun yang disediakan oleh
para penulis artikel jurnal itu sendiri.
Dalam publikasi ilmiah, sebuah makalah adalah sebuah karya akademis
yang umumnya diterbitkan dalam suatu jurnal ilmiah. Makalah ini dapat
berisi hasil penelitian orisinil atau berupa telaah dari hasil-hasil yang telah
ada sebelumnya. Makalah seperti ini baru dapat dianggap valid setelah
melalui proses peer review oleh satu atau beberapa pemeriksa (yang juga
merupakan akademisi di bidang yang sama) dalam rangka untuk
memeriksa isi makalah apakah telah sesuai untuk dipublikasikan di jurnal.
Sebuah makalah dapat mengalami beberapa kali pemeriksaan dan revisi,
sebelum akhirnya dapat diterima untuk publikasi. Hal ini dapat
berlangsung hingga beberapa tahun, khususnya untuk jurnal penerbitan
yang sangat populer (http://barkah-
repeks.blogspot.com/2011/01/publikasi-ilmiah.html).

i. Macam-macam Publikasi Ilmiah dan Angka Kreditnya


Publikasi Ilmiah terdiri dari tiga kelompok kegiatan, yaitu: 1) Presentasi
pada forum ilmiah; 2) Publikasi Ilmiah hasil penelitian atau gagasan
inovatif pada bidang pendidikan formal; dan 3) Publikasi buku teks
pelajaran, buku pengayaan dan atau pedoman guru (Kementerian
Pendidikan Nasional, 2010 dan Nana Sudjana & Ulung Laksamana:
2008).
1) Presentasi pada Forum Ilmiah
Guru seringkali diundang mengikuti pertemuan ilmiah untuk
memberikan presentasi, baik sebagai pemrasaran atau pembahas
pada pertemuan ilmiah tersebut. Untuk keperluan itu, guru harus
membuat prasaran ilmiah. Prasaran ilmiah adalah sebuah tulisan

16
ilmiah berbentuk makalah yang berisi ringkasan laporan hasil
penelitian, gagasan, ulasan, atau tinjauan ilmiah. Kerangka isi makalah
pada pertemuan ilmiah pada umumnya mengikuti ketentuan yang
ditetapkan panitia pertemuan ilmiah. Namun demikian, setidaknya
makalah tersebut, mempunyai bagian-bagian isi sebagai berikut:
Bagian Awal: Memuat judul, keterangan tentang waktu pelaksanaan,
tempat penyelenggaraan, dan pada kegiatan apa pertemuan ilmiah
tersebut dilakukan. Bagian Isi: 1) sajian abstrak / ringkasan; 2) paparan
masalah utama berikut pembahasan masalah, dan 3) penutup. Bagian
Akhir: Daftar Pustaka.
Makalah prasaran ilmiah untuk penilaian angka kredit menuntut bukti
fisik sebagai berikut:
a) Makalah yang sudah disajikan pada pertemuan ilmiah dan telah
disahkan oleh kepala sekolah / madrasah.
b) Surat keterangan dari panitia seminar atau sertifikat / piagam
dari panitia pertemuan ilmiah.
Besaran angka kredit pemrasaran / narasumber pada forum ilmiah
sebagai berikut.
Angka
No Jenis Kegiatan dalam Forum Ilmiah
Kredit
1 Pemrasaran / narasumber pada seminar atau 0,2
lokakarya ilmiah
2 Pemrasaran / nara sumber pada koloqium atau 0,2
diskusi ilmiah

Permenpan RB 16-2009 tentang JF Guru dan Angka Kredit

2) Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu bidang


pendidikan formal
Karya tulis ilmiah guru dapat dipublikasikan dalam bentuk laporan
hasil penelitian (misalnya laporan Penelitian Tindakan Kelas) atau
berupa tinjauan / gagasan ilmiah yang ditulis berdasar pada
pengalaman dan sesuai dengan tugas pokok serta fungsi guru.

Publikasi karya tulis ilmiah guru di atas, terdiri dari empat kelompok,
yakni:
a) Laporan hasil penelitian.

17
Laporan hasil penelitian adalah karya tulis ilmiah berisi laporan
hasil penelitian yang dilakukan guru pada bidang pendidikan
yang telah dilaksanakan guru di sekolah / madrasahnya dan
sesuai dengan tupoksinya, antara lain dapat berupa laporan
Penelitian Tindakan Kelas.
Laporan hasil penelitian tersebut, dibedakan berdasarkan pada
jenis publikasinya sebagai berikut.
(1) Laporan hasil penelitian yang diterbitkan/ dipublikasikan
dalam bentuk buku ber-ISBN dan telah mendapat pengakuan
BSNP.
(2) Laporan hasil penelitian yang disusun menjadi artikel ilmiah
diterbitkan/ dipublikasikan dalam majalah ilmiah / jurnal
ilmiah diedarkan secara nasional dan terakreditasi.
(3) Laporan hasil penelitian yang disusun menjadi artikel ilmiah
diterbitkan/ dipublikasikan dalam majalah / jurnal ilmiah
tingkat provinsi
(4) Laporan hasil penelitian yang disusun menjadi artikel ilmiah
diterbitkan/ dipublikasikan dalam majalah/jurnal ilmiah
tingkat kabupaten/kota.
(5) Laporan hasil penelitian yang diseminarkan di
sekolah/madrasahnya dan disimpan di perpustakaan.

Bila laporan hasil penelitian tersebut dimuat dibuku atau jurnal,


pada umumnya kerangka isi laporan mengikuti persyaratan yang
berlaku dalam penulisan buku atau jurnal.
Untuk laporan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk
makalah, pada umumnya kerangka isi atau format laporan hasil
penelitian terdiri dari bagian awal, bagian isi dan bagian
penunjang. Bagian Awal terdiri dari halaman judul; lembaran
persetujuan; kata pengantar; daftar isi, daftar label, daftar
gambar, dan lampiran; serta abstrak atau ringkasan. Bagian Isi
Umumnya terdiri dari beberapa bab yakni:
(1) Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang
Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan, dan Kemanfaatan Hasil
Penelitian;
(2) Bab Kajian/TinjauanPustaka;
(3) Bab Metode Penelitian;
(4) Bab Hasil dan Diskusi Hasil Kajian, serta
(5) Bab Kesimpulan dan Saran.
Bagian Penunjang memuat daftar pustaka dan lampiran-

18
lampiran (seperti instrumen yang digunakan, contoh hasil kerja
siswa, contoh isian instrumen, foto-foto kegiatan, surat ijin
penelitian, rencana pembelajaran, dan dokumen pelaksanaan
penelitian lain yang menunjang keaslian penelitian tersebut).
Bukti fisik yang diperlukan untuk penilaian angka kredit adalah
sebagai berikut:

(1) Buku asli atau fotokopi yang dengan jelas menunjukkan


keterangan nama penerbit, tahun terbitan, serta nomor ISBN.
Bila buku tersebut telah diedarkan secara nasional, harus
disertakan pernyataan dari penerbit yang menerangkan
bahwa buku tersebut telah beredar secara nasional. Bila buku
tersebut telah lulus penilaian dari BSNP (Badan Standar
Nasional Pendidikan) Kementerian Pendidikan Nasional,
maka harus ada keterangan yang jelas tentang persetujuan
atau pengesahan dari BSNP tersebut, yang umumnya berupa
tanda persetujuan / pengesahan yang tercetak di sampul
buku.
(2) Majalah/jurnal ilmiah asli atau fotokopi yang menunjukkan
adanya nomor ISSN, tanggal terbitan, susunan dewan redaksi
dan editor (mitra bestari). Bila jurnal tersebut dinyatakan
telah terakreditasi, harus disertai dengan keterangan
akreditasi untuk tingkat nasional. Bila dinyatakan jurnal
tersebut diterbitkan di tingkat provinsi atau kabupaten/kota
harus disertai keterangan yang jelas tentang tingkat
penerbitan jurnal tersebut. Bila satu artikel ilmiah yang sama
(atau sangat mirip) dimuat dibeberapa majalah / jurnal
ilmiah, maka angka kredit untuk artikel tersebut hanya
diberikan pada salah satu majalah/jurnal ilmiah dan dipilih
angka kredit yang terbesar.
(3) Makalah laporan hasil penelitian yang dilengkapi dengan
berita acara yang membuktikan bahwa hasil penelitian
tersebut telah diseminarkan di sekolah/madrasahnya.
Berita acara tersebut paling tidak berisi keterangan tentang
waktu, tempat, peserta, notulen seminar, dan dilengkapi dengan
daftar hadir peserta. Berita acara ditandatangan oleh panitia
seminar dan kepala sekolah/madrasah. Seminar dilaksanakan di
sekolah/ madrasah penulis, dengan peserta minimal 15 orang
guru yang berasal dari minimal 3 sekolah / madrasah yang
setingkat.
Semua bukti fisik di atas memerlukan surat pernyataan keaslian

19
dari kepala sekolah / madrasah yang disertai tanda tangan
kepala sekolah / madrasah dan cap sekolah / madrasah
bersangkutan. Juga harus disertakan surat keterangan dari
perpustakaan sekolah/madrasah yang menyatakan bahwa arsip
dari buku/jurnal/makalah tersebut telah disimpan di
perpustakaan sekolah/madrasahnya.
Besaran angka kredit untuk karya tulis hasil penelitian pada
bidang pendidikan di sekolah/madrasahnya, dapat
dipublikasikan dalam berbagai bentuk, dengan perolehan angka
kredit sebagai berikut.
No Jenis Publikasi Ilmiah Hasil Penelitian di Angka
Bidang Pendidikan Formal Kredit
Berupa buku yang diterbitkan ber ISBN dan
1 diedarkan secara nasional atau ada 4
pengakuan dari BSNP.
Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat di
2 jurnal ilmiah tingkat nasional yang 3
terakreditasi
Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat di
3 2
jurnal ilmiah tingkat provinsi
Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat di
4 1
jurnal ilmiah tingkat kabupaten/kota
Berupa makalah hasil penelitian dan telah
5 4
diseminarkan di sekolah/madrasah penulis.

Permenpan RB 16-2009 tentang JF Guru dan Angka Kredit

3) Tinjauan ilmiah

Makalah tinjuan ilmiah adalah karya tulis guru yang berisi


ide/gagasan penulis dalam upaya mengatasi berbagai masalah
pendidikan formal dan pembelajaran yang ada di satuan
pendidikannya (di sekolah/madrasahnya). Bagian Awal terdiri dari
halaman judul ; lembaran persetujuan; kata pengantar ; daftar isi,
daftar label, daftar gambar, dan lampiran; serta abstrak atau
ringkasan. Bagian Isi umumnya terdiri dari beberapa bab, yakni: a)
Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah,
Perumusan Masalah, Tujuan, dan Manfaat; b) Bab Kajian/Tinjauan
Pustaka; c) Bab Pembahasan Masalah yang didukung data berasal
dari satuan pendidikannya, adapun yang harus disajikan pada bab ini

20
adalah kejelasan ide atau gagasan asli penulis yang terkait dengan
upaya pemecahan masalah di satuan pendidikannya (di
sekolah/madrasahnya); d) Bab Kesimpulan, bagian penunjang yang
memuat daftar pustaka dan lampiran data yang digunakan dalam
melakukan tinjauan atau gagasan ilmiah.
Bukti fisik yang diperlukan untuk penilaian angka kredit berupa,
makalah asli atau fotokopi dengan surat pernyataan tentang keaslian
dari kepala sekolah/ madrasah disertai dengan tanda tangan dari
kepala sekolah/madrasah dan cap sekolah/madrasah bersangkutan,
serta didukung oleh surat keterangan dari kepala perpustakaan
sekolah/madrasah yang menyatakan bahwa arsip dari
buku/jurnal/makalah tersebut telah disimpan di perpustakaan
sekolah/ madrasahnya.
Besaran angka kredit makalah tinjauan ilmiah di bidang
pendidikanformal dan pembelajaran sebagai berikut:
Angka
No. Jenis Publikasi Ilmiah pada Bidang Pendidikan
Kredit

Tinjauan Ilmiah dalam bidang pendidikan formal


1 2
dan pembelajaran pada satuan pendidikan

4) Tulisan ilmiah popular.

Karya ilmiah populer adalah tulisan yang dipublikasikan di media


massa (koran, majalah, atau sejenisnya). Karya ilmiah populer dalam
kaitan dengan upaya pengembangan profesi ini merupakan
kelompok tulisan yang lebih banyak mengandung isi pengetahuan
berupa ide atau gagasan pengalaman penulis yang menyangkut
bidang pendidikan pada satuan pendidikan penulis yang
bersangkutan. Kerangka isinya disesuaikan dengan persyaratan atau
kelaziman dari media massa yang akan mempublikasikan tulisan
tersebut. Berupa guntingan (kliping) tulisan dari media massa yang
memuat karya ilmiah penulis, dengan pengesahan dari kepala
sekolah/madrasah. Pada guntingan media massa tersebut harus jelas
nama media massa serta tanggal terbitnya. Bila berupa fotokopi
harus ada surat pernyataan dari kepala sekolah/madrasah yang
menyatakan keaslian karya ilmiah populer yang dimuat di media
massa tersebut. Besaran angka kredit tulisan ilmiah populer sebagai
berikut:

21
Jenis Tulisan Ilmiah Populer di Bidang Pendidikan Angka
No.
dan Pembelajaran Kredit
1 Artikel ilmiah populer dibidang pendidikan formal 2
dan pembelajaran pada satuan pendidikan dimuat di
media massa tingkat nasional
2 Artikel ilmiah populer dibidang pendidikan formal 1,5
dan pembelajaran pada satuan pendidikan dimuat di
media massa tingkat provinsi

5) Artikel ilmiah

Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan adalah tulisan yang berisi


gagasan atau tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan
pembelajaran di satuan pendidikan yang dimuat di jurnal ilmiah.
Artikel ilmiah di bidang pendidikan umumnya mengikuti aturan dari
jurnal yang akan memuat artikel ilmiah dan setidak-tidaknya berisi: a)
pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan, dan manfaat; b) kajian teori, yang
menguraikan tentang teori-teori yang relevan; c) pembahasan, yang
mengemukakan tentang gagasan/ide penulis dalam upaya
memecahkan masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan dan
pembelajaran di sekolah/ madrasahnya. Pembahasan tersebut
didukung oleh teori dan data yang relevan; dan d) Kesimpulan.
Bukti fisik yang diperlukan untuk penilaian angka kredit adalah
sebagai berikut:
a) Jurnal ilmiah asli atau fotokopi yang menunjukkan adanya
nomor ISSN,
b) Surat keterangan akreditasi untuk tingkat nasional (atau surat
keterangan bahwa jurnal tersebut adalah tingkat nasional tetapi
tidak terakreditasi),
c) Surat keterangan bila jurnal tersebut diterbitkan di tingkat
provinsi atau kabupaten/kota, atau tingkat lokal
(kabupaten/kota/sekolah/madrasah).
d) Bila satu artikel ilmiah yang sama dimuat dibeberapa
majalah/jurnal ilmiah, maka yang dapat dinilai hanya satu dan
dipilih artikel yang berpeluang angka kreditnya terbesar.
Semua bukti fisik di atas memerlukan surat pernyataan keaslian dari
kepala sekolah/madrasah yang disertai tanda tangan
kepalasekolah/madrasah dan cap sekolah/madrasah bersangkutan.

22
Besaran angka kredit artikel ilmiah dalam bidang pendidikan sebagai
berikut:

No. Jenis Artikel Ilmiah di Bidang Pendidikan Angka


dan Pengajaran Kredit
Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan
1 pembelajaran pada satuan pendidikan dimuat di 2
jurnal tingkat nasional terakreditasi
Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan
pembelajaran pada satuan pendidikan di muat di
2 1,5
jurnal tingkat nasional tidak terakreditasi atau tingkat
provinsi terakreditasi
Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan
pembelajaran pada satuan pendidikan dimuat di
3 1
jurnal tingkat provinsi tidak terakreditasi atau tingkat
lokal (kabupaten/kota/sekolah/madrasah)

6) Publikasi Buku Teks Pelajaran, Buku Pengayaan, dan/ atau Pedoman


Guru

Publikasi ilmiah pada kelompok ini terdiri dari:


a) Buku Pelajaran
Buku pelajaran adalah buku berisi pengetahuan untuk bidang
ilmu atau mata pelajaran tertentu dan diperuntukkan bagi siswa
pada suatu jenjang pendidikan tertentu atau sebagai bahan
pegangan mengajar guru baik sebagai buku utama atau
pelengkap. Buku dapat ditulis guru secara individu atau
berkelompok.
Adapun kerangka isi buku pelajaran adalah sebagai berikut: (1)
pengantar, (2) bagian pendahuluan yang terdiri dari daftar isi
dan tujuan buku pelajaran, (3) bagian isi yang terdiri dari; judul
bab atau topik isi bahasan, penjelasan tujuan bab, uraian isi
pelajaran, penjelasan teori, sajian contoh, dan soal latihan, serta
(4) bagian penunjang yang terdiri dari daftar pustaka dan data
diri penulis.
Bukti fisik yang harus disertakan dalam pengajuan usul
penetapan angka kredit adalah berupa buku asli atau fotokopi
yang secara jelas menunjukkan nama penulis tersebut. Buku
tersebut juga harus secara jelas menunjukkan nama penerbit,
tahun diterbitkan, serta keterangan- keterangan lain yang

23
diperlukan seperti persetujuan dari BSNP, nomor ISBN, dan lain-
lain (jika ada).
Bila buku tersebut berupa fotokopi, maka diperlukan surat
pernyataan keaslian dari kepala sekolah/madrasah disertai tanda
tangan kepala sekolah/madrasah dan cap sekolah/madrasah
bersangkutan.
Besaran angka kredit untuk buku pelajaran sebagai berikut:
Angka
No. Jenis Buku Pelajaran
Kredit
1 Buku pelajaran yang lolos penilaian oleh BSNP 6
Buku pelajaran yang dicetak oleh penerbit dan
2 3
ber ISBN
Buku pelajaran yang dicetak oleh penerbit tetapi
3 1
belum ber –ISBN

b) Modul / Diktat Pembelajaran per Semester


Modul adalah materi pelajaran yang disusun dan disajikan
secara tertulis sedemikian rupa sehingga pembacanya
diharapkan dapat menyerap sendiri materi tersebut. Diktat
adalah catatan tertulis suatu mata pelajaran atau bidang studi
yang dipersiapkan guru untuk mempermudah/ memperkaya
materi mata pelajaran / bidang studi yang disampaikan oleh
guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Materi pelajaran pada suatu modul, disusun dan disajikan
sedemikian rupa agar siswa secara mandiri dapat memahami
materi yang disajikan. Modul umumnya terdiri dari: petunjuk
siswa, isi materi bahasan (uraian dan contoh), lembar kerja siswa,
evaluasi, kunci jawaban evaluasi, dan pegangan tutor / guru (bila
ada). Ciri lain dari modul adalah dalam satu modul terdapat
beberapa kegiatan belajar yang harus diselesaikan dalam kurun
waktu tertentu dan di setiap akhir kegiatan belajar terdapat
umpan balik dan tindak lanjut. Umumnya satu modul
menyajikan satu topik materi bahasan yang merupakan satu unit
program pembelajaran tertentu.
Sebagai bagian dari modul, buku materi bahasan mempunyai
kerangka isi yang tidak berbeda dengan buku pelajaran. Ciri
khas modul adalah tersedianya berbagai petunjuk yang lengkap
dan rinci, agar siswa mampu menggunakan modul dalam
membelajarkan diri mereka sendiri.

24
Pada hakikatnya diktat adalah buku pelajaran yang “masih”
mempunyai keterbatasan, baik dalam jangkauan
penggunaannya maupun cakupan isinya. Dengan demikian
kerangka isi diktat yang baik seharusnya tidak berbeda dengan
buku pelajaran, namun karena masih digunakan dikalangan
sendiri (terbatas), beberapa bagian isi seringkali ditiadakan.
Bagian yang seharusnya tetap tersaji pada suatu diktat
adalahsebagai berikut:
(1) Bagian Pendahuluan yang terdiri dari; daftar isi dan
penjelasan tujuan diktat pelajaran.
(2) Bagian Isi yang terdiri dari; judul bab atau topik isi bahasan,
penjelasan tujuan bab, uraian isi pelajaran, penjelasan teori,
sajian contoh, soal latihan.
(3) Bagian Penunjang yang terdiri dari daftar pustaka.
Bukti fisik yang harus disertakan dalam pengajuan angka kredit
adalah berupa modul atau diktat asli atau fotokopi yang secara
jelas menunjukkan nama penulisnya. Modul atau diktat tersebut
harus secarajelas menunjukkan nama mata pelajaran atau materi
pokok tertentu yang menjadi isi utamanya, tahun/semester
diterbitkan, serta penjelasan kelas dari siswa yang akan
menggunakan modul atau diktat tersebut.
Modul dan diktat yang digunakan di tingkat provinsi
memerlukan pengesahan dari kepala Dinas Pendidikan Provinsi
yang disertai tanda tangan kepala sekolah/madrasah dan cap
Dinas Pendidikan Provinsi bersangkutan. Modul dan diktat yang
digunakan di tingkat kota/kabupaten memerlukan pengesahan
dari kepala Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten yang disertai
tanda tangan kepala sekolah/madrasah dan cap Dinas
Pendidikan Kota/Kabupaten bersangkutan. Modul dan diktat
yang digunakan di sekolah/ madrasah harus disahkan oleh
kepala sekolah/madrasah yang disertai tanda tangan kepala
sekolah/madrasah dan cap sekolah/ madrasah bersangkutan.
Besaran angka kredit modul dan diktat sebagai berikut:

Jenis Modul/Diktat Pembelajaran per Angka


No.
Semester Kredit
Modul dan diktat yang digunakan di
1 1,5
tingkat provinsi.

25
Modul dan diktat yang digunakan di
2 1
tingkat kota/kabupaten.
Modul dan diktat yang digunakan di
3 0,5
sekolah/madrasah.

c) Buku dalam Bidang Pendidikan


Perbedaan antara buku pelajaran dan buku dalam bidang
pendidikan adalah sebagai berikut:
Buku dalam Bidang
Aspek Buku Pelajaran
Pendidikan
Berisi pengetahuan untuk Berisi pengetahuan
Isi bidang ilmu atau mata yang terkait dengan
pelajaran tertentu bidang kependidikan
Tidak hanya pada siswa
Sasaran Siswa pada jenjang
pada jenjang
Pembaca pendidikan tertentu
pendidikan tertentu
Tidak hanya
membantu siswa
dalam memahami
mata pelajaran
Membantu siswa dalam tertentu, atau sebagai
memahami mata pelajaran bahan pegangan
tertentu, atau sebagai mengajar guru, baik
Tujuan
bahan pegangan mengajar pegangan utama
guru, baik pegangan utama maupun pelengkap
maupun pelengkap namun dimaksudkan
juga untuk
memberikan informasi
pengetahuan dalam
bidang kependidikan
Guru atau kelompok guru Guru atau kelompok
yang bertugas dan atau guru yang
Penulis
berkemampuan terhadap berkemampuan
isi buku terhadap isi buku

26
Berbeda dengan kerangka isi buku pelajaran, buku dalam
bidang pendidikan mempunyai kerangka isi yang lebih bebas,
tergantung pada isi pengetahuan apa yang akan disajikan dalam
buku tersebut. Meskipun demikian pada umumnya kerangka
buku dalam bidang pendidikan terdiri dari: Pengantar, daftar isi,
bagian pendahuluan, bagiani isi yang terdiri dari beberapa
bab/bagian sesuai dengan isi pengetahuan yang disajikan,
dimana masing-masing dari bab/bagian serupa dengan bagian
isi buku. Bagian penunjang yang terdiri dari daftar kepustakaan
dan data diri penulis.
Bukti fisik yang harus disertakan dalam pengajuan angka kredit
adalah berupa buku asli atau fotokopi yang secara jelas
menunjukkan nama penulis buku tersebut. Buku tersebut juga
harus secara jelas menunjukkan nama penerbit, tahun
diterbitkan, serta keterangan- keterangan lain yang diperlukan
seperti, nomor ISBN, dan lain-lain (jika ada). Bila buku tersebut
berupa fotokopi, maka diperlukan pernyataan keaslian dari
kepala sekolah/madrasah yang disertai tanda tangan kepala
sekolah/madrasah dan cap sekolah/ madrasah bersangkutan.
Besaran angka kredit dari buku dalam bidang pendidikan adalah
sebagai berikut:

No Jenis Buku dalam Bidang Pendidikan Angka


Kredit
1 Buku dalam bidang pendidikan yang 3
dicetak oleh penerbit dan ber-ISBN
2 Buku dalam bidang pendidikan yang 1,5
dicetak oleh penerbit tetapi belum
ber-ISBN

d) Karya Terjemahan
Karya terjemahan adalah tulisan yang dihasilkan dari
penerjemahan buku pelajaran atau buku dalam bidang
pendidikan, dari bahasa asing atau bahasa daerah ke Bahasa
Indonesia atau sebaliknya. Buku yang diterjemahkan biasanya
adalah buku yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan.
Untuk itu, perlu adanya surat pernyataan dari kepala
sekolah/madrasah yang menjelaskan perlunya karya terjemahan
tersebut untuk menunjang proses pembelajaran. Bagian buku
yang diterjemahkan adalah keseluruhan isi buku secara lengkap

27
dan bukan merupakan bagian dari buku, atau suatu tulisan
pendek, artikel, atau jenis tulisan lain di luar guru.
Umumnya kerangka karya terjemahan mengikuti kerangka isi
dari buku yang diterjemahkannya. Bukti fisik yang harus
disertakan dalam pengajuan angka kredit adalah berupa karya
terjemahan atau fotokopinya yang secara jelas menunjukkan
nama buku yang diterjemahkan, nama penulis karya terjemahan,
serta daftar isi buku yang diterjemahkan.
Buku tersebut harus dilengkapi dengan surat pernyataan dari
kepala sekolah/madrasah yang menjelaskan perlunya karya
terjemahan tersebut untuk menunjang proses pembelajaran
guru disertai tanda tangan kepala sekolah/madrasah dan cap
sekolah/madrasah bersangkutan. Besaran angka kredit karya
terjemahan adalah sebagai berikut:

Angka
No Jenis Karya Publikasi Ilmiah
Kredit
1 Karya hasil terjemahan 1

e) Buku Pedoman Guru


Buku Pedoman Guru adalah buku tulisan guru yang berisi
rencana kerja tahunan guru. Isi dari rencana kerja paling tidak
meliputi upaya dalam meningkatkan/ memperbaiki kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi proses pembelajaran.
Pada rencana tersebut juga harus disajikan rencana kegiatan
PKB yang akan dilakukan.
Melalui rencana kerja tersebut, guru mempunyai pedoman
untuk mengembangakan profesinya. Buku ini juga dapat dipakai
kepala sekolah/madrasah dan/atau pengawas sekolah untuk
mengevaluasi kinerja guru bersangkutan. Buku pedoman guru
disajikan dalam bentuk makalah, diketik dan dibendel, dengan
kerangka isi sebagai berikut:
(1) Bagian Awal yang terdiri dari; halaman judul yang
menerangkan identitas guru dan tahun kerja dari rencana
kerja guru tersebut, lembaran persetujuan dari kepala
sekolah/ madrasah, kata pengantar, dan daftar isi.
(2) Bagian Isi umumnya terdiri dari beberapa bab yakni:
(a) Pendahuluan, yang menjelaskan tentang tujuan,

28
pembuatan Rencana Kerja Tahunan Guru,
menjelaskan ringkasan target-target capaian yang
diharapkan dicapai.
(b) Rincian rencana kerja yang disajikan dengan
satuan bulanan selama setahun. Rencana kerja
tersebut berupa rencana guru yang bersangkutan
dalam meningkatkan kompetensinya sebagai
guru, yakni kompetensi pedagogik, sosial,
kepribadian, professional, spiritual dan leadership.
(3) Penutup, yang menjelaskan ringkasan rencana kegiatan dan
rencana target yang ingin dicapai.
(4) Bagian penunjang memuat lampiran yang menunjang
rencana kerja tahunan tersebut, misalnya RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, skenario kegiatan, dan lain-lain.
Bukti fisik yang harus disertakan dalam pengajuan penetapan
angka kredit adalah berupa makalah rencana kerja (Pedoman Kerja
Guru) yang secara jelas menunjukkan nama penulis dan tahun
rencana kerja tersebut akan dilakukan. Makalah tersebut
dilengkapi dengan pernyataan keaslian dari kepala
sekolah/madrasah yang disertai tanda tangan kepala
sekolah/madrasah dan cap sekolah/madrasah bersangkutan.
Besaran angka kredit Buku Pedoman Guru sebagai berikut:
Angka
No Jenis Karya Publikasi Ilmiah
Kredit
1 Buku Pedoman Guru 1,5

4. Rangkuman
Karya Tulis Ilmiah adalah kegiatan penuangan data lapangan atau gagasan
pemikiran dalam bentuk karangan dengan mengikuti aturan dan metode
ilmu pengetahuan sebagai informasi ilmiah yang dapat didiskusikan dan
disebarluaskan kepada masyarakat pendidikan serta didokumentasikan
diperpustakaan. Karya Tulis Ilmiah memiliki 4 kriteria yaitu; asli, perlu, ilmiah,
dan konsisten. Jika dihubungkan dengan hakekat ilmu, karya ilmiah
mempunyai fungsi sebagai penjelasan (Explanation), ramalan (Prediction),
dan kontrol (Control). Sistematika karya tulis ilmiah terdiri dari; masalah,
kerangka acuan teoretik, cara yang telah dilakukan untuk memecahkan
masalah, sesuatu yang ditemukan dan makna dari sebuah temuan. Syarat
karya tulis ilmiah hendaknya memuat gagasan ilmiah, bangun pikir yang
berdasar, sistematika dan notasi, memuat unsur-unsur; kata, angka, tabel,
dan gambar yang disusun untuk mendukung dan mampu mengekspresikan

29
asas-asas yang terkandung dalam hakikat ilmu dengan memperhatikan
kaidah-kaidah kebahasaan serta merupakan narasi (penceritaan), eksposisi
(paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan). Prosedur penulisan
karya tulis ilmiah terdiri dari; Pra penulisan (bahan tulisan dan kerangka),
Penulisan (draft tulisan), dan Pasca penulisan (Penyuntingan dan publikasi).
Publikasi Ilmiah merupakan upaya untuk menyebarluaskan suatu karya
pemikiran seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk laporan
penelitian, makalah, buku atau artikel yang merupakan wujud dari
profesionalisme guru sebagai salah satu bentuk upaya untuk
memperbaharui mental. Publikasi Ilmiah terdiri dari tiga kelompok kegiatan,
yaitu: 1) Presentasi pada forum ilmiah; 2) Publikasi Ilmiah hasil penelitian
atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal; dan 3) Publikasi buku
teks pelajaran, buku pengayaan dan atau pedoman guru.

5. Tugas
Tugas ini berkaitan dengan tagihan produk yang harus diselesaikan dan
dihasilkan peserta bimtek pada sesi penulisan dan publikasi ilmiah,
diantaranya:
a. Mempresentasi konsep karya tulis dan publikasi ilmiah
b. Mengisi lembar kerja permasalahan karya tulis ilmiah (masalah apa,
mengapa dianggap masalah, apa penyebab, dan apa alternatif solusinya)
c. Lembar kerja Index Card Match tentang macam-macam publikasi ilmiah
dan angka kreditnya
d. Lembar kerja sistematika karya tulis ilmiah

6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


a. Manfaat apa yang sudah anda dapatkan setelah mendalami materi
penulisan karya tulis ilmiah dan publikasi ilmiah?
b. Apa yang akan anda lakukan setelah mendalami materi penulisan karya
tulis ilmiah dan publikasi ilmiah?

30
B. Materi 2: Analisis SKL, Capaian Pembelajaran Kaitannya dengan Publikasi
Ilmiah

1. Capaian Pembelajaran
a. Tujuan
Tujuan dari mengikuti materi ini adalah diharapkan peserta bimtek dapat
menganalisis deskripsi Standar Kompetensi Lulusan, deskripsi
Kompetensi Inti, deskripsi Kompetensi Dasar dan Konsep Publikasi
Ilmiah, menyusun Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) sesuai
kompetensi dasar, mengidentifikasi jenis-jenis publikasi ilmiah yang
tepat sesuai dengan hasil indentifikasi masalah pada materi, metode,
Media, Alat peraga, Sumber belajar, Hasil belajar, menganalisis
keterkaitan SKL, Capaian Pembelajaran, Tema serta IPK dengan tema
pokok penulisan dan publikasi ilmiah.
b. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti bimtek ini, diharapkan peserta bimtek dapat:
(1) Menganalisis Standar Kompetensi Lulusan sesuai jenjang yang
meliputi dimensi sikap, pengetahuan dan keterampilan
(2) Menganalisis deskripsi kompetensi inti sesuai dengan standar
kompetensi lulusan yang meliputi aspek sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan dan keterampilan
(3) Menganalisis kompetensi dasar sesuai kompetensi inti aspek sikap
spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan
(4) Menyusun indikator pencapaian Kompetensi (IPK) sesuai kompetensi
dasar pada tema
(5) Menganalisis jenis-jenis publikasi ilmiah
(6) Mengidentifikasi jenis-jenis publikasi ilmiah yang tepat sesuai dengan
hasil indentifikasi masalah pada materi, metode, Media, Alat peraga,
Sumber belajar, Hasil belajar.
(7) Menganalisis keterkaitan SKL, Capaian Pembelajaran dan IPK dengan
tema pokok penulisan dan publikasi ilmiah

2. Pokok-pokok Materi
a. Analisis Standar Kompetensi Lulusan sesuai jenjang yang meliputi
dimensi sikap, pengetahuan dan keterampilan
b. Kompetensi inti sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang meliputi
aspek sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan
c. Kompetensi dasar sesuai kompetensi inti aspek sikap spiritual, sikap
sosial, pengetahuan dan keterampilan

31
d. Indikator Pencapaian Kompetensi, Materi, Metode, Media, Sumber
Belajar dan Hasil Belajar kaitannya dengan tema pokok penulisan dan
publikasi ilmiah.
e. Jenis-jenis publikasi ilmiah.
3. Uraian Materi
a. Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan merupakan salah satu dari delapan Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 35 Ayat
(1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan, yang akan
menjadi acuan bagi pengembangan kurikulum dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan ialah:
1) Pengertian
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
2) Tujuan
Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama
pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian
pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.
3) Ruang Lingkup
Standar Kompetensi Lulusan terdiri dari kriteria kualifikasi
kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah
menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
4) Monitoring dan Evaluasi
Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar
Kompetensi Lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan
pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada satuan pendidikan
tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan
berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari
monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi
penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan di masa yang akan
datang.

Setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki


kompetensi pada tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan

32
keterampilan. Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B memiliki kompetensi
pada dimensi sikap sebagai berikut:
Dimensi sikap
SMP/MTs/SMPLB/
Paket B
RUMUSAN
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap:
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
2. Berkarakter, jujur, dan peduli,
3. Bertanggungjawab,
4. Pembelajar sejati sepanjang hayat, dan
5. Sehat jasmani dan rohani
sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.

Lulusan SMP/MTs/ SMPLB/Paket B memiliki kompetensi pada dimensi


pengetahuan sebagai berikut:

Dimensi pengetahuan
SMP/MTs/SMPLB/
Paket B
RUMUSAN
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berkenaan
dengan:
1. Ilmu pengetahuan,
2. Teknologi,
3. Seni, dan
4. Budaya.
mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri,
keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa,
negara, dan kawasan regional.

33
Istilah pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif
pada masing-masing satuan pendidikan dijelaskan pada matriks berikut:
Penjelasan SMP/MTs/SMPLB/
Paket B
Faktual Pengetahuan teknis dan spesifik tingkat sederhana
berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.

Konseptual Terminologi/ istilah dan klasifikasi, kategori, prinsip,


generalisasi dan teori, yang digunakan terkait
dengan pengetahuan teknis dan spesifik tingkat
sederhana berkenaan dengan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan budaya terkait dengan
masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa,
negara, dan kawasan regional.

Prosedural Pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau


kegiatan yang terkait dengan pengetahuan teknis,
spesifik, algoritma, metode tingkat sederhana
berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.

Metakognitif Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri


sendiri dan menggunakannya dalam mempelajari
pengetahuan teknis dan spesifik tingkat sederhana
berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.

34
Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B memiliki kompetensi pada dimensi
keterampilan sebagai berikut:
Dimensi keterampilan
SMP/MTs/SMPLB/
Paket B
RUMUSAN
Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak:
1. Kreatif,
2. Produktif,
3. Kritis,
4. Mandiri,
5. Kolaboratif, Dan
6. Komunikatif
melalui pendekatan ilmiah sesuai dengan yang dipelajari di satuan
pendidikan dan sumber lain secara mandiri

Gradasi untuk dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan antar


jenjang pendidikan memperhatikan:
a. Perkembangan psikologis anak;
b. Lingkup dan kedalaman;
c. Kesinambungan;
d. Fungsi satuan pendidikan; dan
e. Lingkungan.

b. Kompetensi Inti
Kompetensi inti pada kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan
untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki
seorang peserta didik pada setiap tingkatan kelas. Isi Kurikulum 2013
dikembangkan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar
(KD). Kompetensi Inti dikembangkan dari Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) dan merupakan kualitas minimal yang harus dikuasai peserta didik
di kelas untuk setiap mata pelajaran.
Kompetensi Inti terdiri atas; jenjang kompetensi minimal yang harus
dikuasai peserta didik di kelas tertentu, isi umum materi pembelajaran,
dan ruang lingkup penerapan kompetensi yang dipelajari. Jenjang
kompetensi dalam KI meningkat untuk kelas-kelas berikutnya, KI tidak
memuat konten khusus mata pelajaran tetapi konten umum yaitu fakta,
konsep, prosedur, metakognitif dan kemampuan menerapkan

35
pengetahuan yang terkandung dalam setiap mata pelajaran. Perluasan
penerapan kompetensi yang dipelajari dinyatakan dalam KI, dimulai dari
lingkungan terdekat sampai ke lingkungan global. Dalam desain
Kurikulum 2013, Kompetensi Inti berfungsi sebagai pengikat bagi
Kompetensi Dasar. Oleh karena itu, setiap Kompetensi Dasar yang
dikembangkan harus mengacu kepada Kompetensi Inti.
Kompetensi Inti terdiri atas empat dimensi yang satu sama lain saling
terkait. Keempat dimensi tersebut adalah; sikap spiritual (KI 1), sikap
sosial (KI 2), pengetahuan (KI 3), dan keterampilan (KI 4), yang tercantum
dalam pengembangan Kompetensi Dasar, Silabus, dan RPP. Dalam
proses pembelajaran, KI 1 dan KI 2 dikembangkan di setiap kegiatan
sekolah dengan pendekatan pembelajaran langsung (direct teaching)
dan tidak langsung (indirect teaching). Sedangkan KI 3 dan KI 4
dikembangkan oleh masing-masing mata pelajaran dengan pendekatan
pembelajaran langsung (direct teaching). Kompetensi Inti 3 (KI 3)
menitikberatkan pada pengembangan pengetahuan (faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif) dalam jenjang kemampuan kognitif dari
mengingat sampai mencipta. Sedangkan KI 4 merupakan penerapan dari
apa yang dipelajari pada KI 3 dalam proses pembelajaran yang
terintegrasi ataupun terpisah. Pembelajaran terintegrasi mengandung
makna bahwa proses pembelajaran KI 3 dan KI 4 dilakukan pada waktu
bersamaan baik di kelas, laboratorium maupun di luar sekolah.
Pembelajaran terpisah mengandung makna bahwa pembelajaran
mengenai KI 3 terpisah dalam waktu dan/atau tempat dengan KI 4.
Setiap KI dijabarkan dalam bentuk Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi
Dasar (KD) dari masing-masing KI menjadi rujukan guru dalam
pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP
merupakan rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu
pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya
mencapai Kompetensi Dasar (KD).
Lingkup kompetensi minimal terdapat pada jenjang SMP/MTs Kelas VII-
IX . Kompetensi minimal tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut oleh
satuan pendidikan yang telah memenuhi standar nasional pendidikan.

c. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan kemampuan dan materi pembelajaran
minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran
pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada
kompetensi inti. Kompetensi Dasar (KD) adalah kemampuan untuk
mencapai Kompetensi Inti yang harus diperoleh peserta didik melalui
pembelajaran. Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran dikembangkan

36
dengan merujuk kepada Kompetensi Inti dan setiap KI memiliki KD yang
sesuai. Dengan perkataan lain, KI 1 memiliki KD yang berkaitan dengan
sikap spiritual, KI 2 memiliki KD yang berkaitan dengan sikap sosial, KI 3
memiliki KD yang berkaitan dengan pengetahuan dan KI 4 memiliki KD
yang berkaitan dengan keterampilan. KI-1, KI-2, dan KI-4 dikembangkan
melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam
KI-3.
Setiap kompetensi berimplikasi terhadap tuntutan proses pembelajaran
dan penilaian. Hal ini bermakna bahwa pembelajaran dan penilaian pada
tingkat yang sama memiliki karakteristik yang relatif sama dan
memungkinkan terjadinya akselerasi belajar dalam 1 (satu) tingkat
kompetensi. Selain itu, untuk tingkat kompetensi yang berbeda
menuntut pembelajaran dan penilaian dengan fokus dan penekanan
yang berbeda pula. Semakin tinggi Tingkat Kompetensi semakin
kompleks intensitas pengalaman belajar peserta didik dan proses
pembelajaran serta penilaian. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
yang dimaksud di atas jenjang SMP/MTs Kelas VII sampai dengan Kelas
IX. Kompetensi Dasar tersebut dapat dilihat pada lampiran
permendikbud no 37 tahun 2018.
d. Indikator Pencapaian Kompetensi, identifikasi masalah pada materi,
Metode, Media/alat peraga, Sumber Belajar dan Hasil Belajar kaitannya
dengan tema pokok penulisan dan publikasi ilmiah.
Indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan
atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar
tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator
pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Hal ini berarti indikator pencapaian kompetensi
merupakan rumusan kemampuan yang harus dilakukan atau ditampilkan
oleh siswa untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar (KD).
Dengan demikian indikator pencapaian kompetensi merupakan tolok
ukur ketercapaian suatu KD. Hal ini sesuai dengan maksud bahwa
indikator pencapaian kompetensi menjadi acuan penilaian mata
pelajaran.
Keterkaitan antara SKL, Capaian Pembelajaran dan IPK merupakan
langkah awal guru dalam mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan
masalah yang terdapat pada materi, metode, media/alat peraga, sumber
belajar dan hasil belajar. Berdasarkan langkah awal tersebut akan
teridentifikasi materi apakah yang perlu diperbaiki, diperdalam,
dikembangkan; metode apa saja yang perlu dimodifikasi, diperbaiki dan
diperbaharui; media/alat peraga pembelajaran apa saja yang perlu
didesain, dibuat, dikembangkan sesuai kebutuhan peserta didik dan

37
perkembangan zaman; sumber belajar apa saja yang diperlukan, apakah
perlu pendalaman dan perluasan sumber belajar terkait dengan
perkembangan revolusi industri 4.0; apakah hasil belajar siswa pada
kompetensi dasar tertentu sudah sesuai harapan, ada masalah atau perlu
peningkatan? Pengayaan apa yang harus diberikan? Hasil identifikasi
terhadap problem tersebutlah yang akan menjadi tema pokok penulisan
dan publikasi ilmiah.
Berikut ini tabel yang dapat membantu untuk melakukan analisis SKL,
Capaian Pembelajaran, IPK kaitannya dengan tema pokok penulisan dan
publikasi ilmiah.

Jenjang: _______________(SMP)
Kompetensi Inti:
KI-1 :
KI-2 :
KI-3 :
KI-4 :
KD IPK Identifikasi masalah pada jenis
materi metode Media Alat Sumber Hasil publikasi
peraga belajar belajar ilmiah
(modul,
diktat, buku
atau
artikel/Jurnal
1.1 1.1.1
1.1.2

dst.
2.1 2.1.1
2.1.2

dst.
3.1 3.1.1
3.1.2

dst.
4.1.1 4.1.1.1
4.1.1.2

dst.
4.1.2 4.1.2.1
4.1.2.2

38
dst.

Publikasi ilmiah menjadi sarana dan upaya bagi guru untuk berkarya dan
menyebarluaskanya dalam bentuk laporan penelitian, makalah, modul,
diktat, buku atau artikel/jurnal, untuk memberi solusi atas problem
pembelajaran dan mengembangkan pembelajaran untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa.

4. Rangkuman
a. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan
b. Kompetensi Inti pada kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan
untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang
peserta didik pada setiap tingkat kelas. Kompetensi Inti yang dimaksud
terdiri atas; kompetensi inti sikap spiritual, kompetensi inti sikap sosial,
kompetensi inti pengetahuan, dan kompetensi inti keterampilan.
c. Kompetensi Dasar yakni kemampuan dan materi pembelajaran minimal
yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada
masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti.
d. Indikator Pencapaian Kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur
dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar
tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran.
e. Keterkaitan antara SKL, Capaian Pembelajaran dan IPK berfungsi untuk
mengidentifikasi masalah yang terdapat pada materi, metode, media/alat
peraga, sumber belajar dan hasil belajar.

5. Tugas
Buatlah Analisis SKL, Capaian Pembelajaran dan IPK serta identifikasi
masalah yang terdapat pada materi, metode, media/alat peraga, sumber
belajar dan hasil belajar, kemudian tentukan bentuk karya tulis ilmiah yang
akan anda publikasikan !

6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


a. Manfaat apa yang bisa diambil setelah belajar tentang Analisis SKL,

39
Capaian Pembelajaran dan IPK kaitannya dengan publikasi ilmiah?
b. Apa rencana tindak lanjut setelah belajar tentang Analisis SKL, KI,KD dan
IPK kaitannya dengan publikasi ilmiah?

40
C. Materi 3: Penelitian Tindakan Kelas
1. Capaian Pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta bimtek mampu memahami
konsep PTK, serta format usulan dan laporan penelitian tindakan kelas.
b. Indikator
1. Menjelaskan Pengertian PTK
2. Mengidentifikasi Karakteristik PTK
3. Menjelaskan Tujuan dan Manfaat PTK
4. Mengidentifikasi Prinsip Pelaksanaan PTK
5. Menguraikan Prosedur Pelaksanaan dan Alur PTK
6. Mengidentifikasi Model dan Bentuk PTK
7. Merumuskan Format Usulan dan Pelaporan PTK

2. Pokok-Pokok Materi
1. Pengertian PTK
2. Karakteristik PTK
3. Tujuan dan Manfaat PTK
4. Prinsip Pelaksanaan PTK
5. Prosedur Pelaksanaan dan Alur PTK
6. Model dan Bentuk PTK
7. Usulan dan pelaporan PTK

3. Uraian Materi
a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas atau classroom action research (CAR) ialah
suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan di kelas. Ada
tiga istilah yang dapat memudahkan seseorang untuk memahami PTK
yaitu; penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah aktivitas
mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan
mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu
masalah.Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran. Kelas
adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima
pelajaran yang sama dari seorang guru (Kunandar: 2011).
Berikut ini beberapa pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dirumuskan oleh beberapa ahli, di antaranya yaitu:
1) PTK mengandung pengertian sebuah bentuk kegiatan refleksi diri
yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi

41
kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang:
a) Praktik-praktik kependidikan; b) Pemahaman tentang praktik-
praktik tersebut, c) Situasi dimana praktik-praktik tersebut
dilaksanakan (David Hopkins dalam Kunandar: 2011).
2) PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan–tindakan tertentu agar dapat memperbaiki
dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara
professional (Suyanto dalam Masnur Muslich: 2011).
3) PTK adalah sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan
rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,
memperdalam pemahaman terhadap tindakan–tindakan yang
dilakukan, serta memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran
tersebut dilakukan (PGSM dalam Masnur Muslich: 2011).
4) PTK adalah penelitian praktis, bertujuan untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan cara
melakukan tindakan-tindakan. Upaya tindakan untuk perbaikan
dimaksudkan sebagai pencarian jawab atas permasalahan yang
dialami guru dalam melaksanakan tugasnya sehari–hari (Kasihani
dalam Sukayati: 2008).
5) PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat (I.G.A.K Wardani, Kuswaya Wihardit; Noehi Nasution:
2006).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
Penelitian Tindakan Kelas adalah sebuah bentuk penelitian yang bersifat
reflektif yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi
kependidikan dengan melakukan tindakan–tindakan tertentu untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan–
tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi dimana praktik
pembelajaran tersebut dilakukan secara professional.

b. Karakteristik PTK
Penelitian Tindakan Kelas memiliki beberapa karakteristik, yaitu sebagai
berikut:
1) Bersifat siklis atau berulang, yakni terdapat siklus-siklus atau
perulangan mulai dari perencanaan, pemebrian tindakan,
pengamatan dan refleksi, sebagai prosedur baku;
2) Bersifat jangka panjang atau longitudinal, yakni berlangsung dalam
jangkan waktu lama yang tertentu (misalnya 2-3 bulan) secara

42
kontinu untuk memperoleh data yang diperlukan;
3) Bersifat partikular spesifik, tidak bermaksud melakukan generalisasi
dalam rangka menguji atau menemukan teori-teori;
4) Bersifat partisipatoris, yakni guru sebagai peneliti sekaligus pelaku
perubahan dan sasaran yang perlu diubah;
5) Bersifat emik (bukan etik), yaitu memandang pembelajaran menurut
sudut pandang orang dalam yang tidak berjarak dengan yang diteliti;
6) Bersifat kolaboratif dan kooperatif, artinya selalu terjadi kerjasama
antara peneliti dan pihak lain demi keabsahan dan tercapainya tujuan
penelitian;
7) Bersifat kasuistis, artinya menggarap kasus-kasus spesifik dalam
pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru;
menggarap masalah-masalah yang memiliki urgensi tinggi;
8) Mengguankan konteks alamiah kelas;
9) Mengutamakan adaya kecukupan data yang diperlukan untuk
mencapai tujuan yang diperlukan;
10) Bermaksud mengubah kenyataan dan situasi pembelajaran menjadi
lebih baik dan memenuhi harapan (Ekawarna: 2011).
c. Tujuan dan Manfaat PTK
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran yang
dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran bermutu;
2) Memperbaiki dan menignkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru;
3) Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah
pembelajaran di kelas agar pembelajaran bermutu;
4) Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam
memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat
keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya;
5) Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi
pembelajaran (misalnya, pendekatan, metode, strategi, dan media)
yang dapat dilakukan oleh guru demi peningkatan mutu proses dan
hasil pembelajaran;
6) Mencobakan aggasan,pikiran, kiat, cara, dan strategi baru dalam
pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran selain
kemampuan meningkatkan inovatif guru;
7) Mengeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan atau berbasis
penelitian agar pembelajaran dapat bertumpu pada realitas empiris
kelas, bukan semata-mata bertumpu pada kesan umum atau asumsi
(Ekawarna: 2011).

Banyak manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan PTK, antara lain:

43
1) Dengan melaksanakan PTK akan terjadi peningkatan kompetensi
guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang menjadi tugas
utamanya;
2) Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan sikap profesional
guru;
3) Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan atau
peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa;
4) Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan atau
peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas;
5) Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan atau
peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas;
6) Dengan pelaskanaan PTK akan terjadi perbaikan dan atau
peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan
untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa;
7) Dengan pelaskanaan PTK akan terjadi perbaikan dan atau
pengembangan pribadi siswa di sekolah;
8) Dengan pelaskanaan PTK akan terjadi perbaikan dan atau
peningkatan kualitas penerapan kurikulum (Masnur Muslich: 2012).
d. Prinsip Pelaksanaan PTK
Pelaksanaan PTK didasarkan pada beberapa prinsip sebagai berikut:
1) Tugas pendidika dan tenaga pendidikan yang utama adalah
menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas;
2) Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran yang tidak
menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data;
3) Kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran
harus diselenggarakan denagn tetap bersandar pada alur dan kaidah
ilmiah;
4) Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang
riil dan merisaukan tanggung jawab profesional dan komitmen
terhadap diagnosis masalah bersandar pada kajian nyata yang
berlangsung alam konteks pembelajaran yang sesungguhnya;
5) Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan; dan
6) Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi
pada masalah pembelajaran di kelas, tetapi dapat diperluas pada
tataran di luar kelas (Supardi dalam Suharsimi Arikunto, dkk.: 2010).
e. Prosedur Pelaksanaan dan Alur PTK
Pelaksanaan PTK memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang,
agar hasil yang diperoleh dari PTK yang dilaksanakan mencapai hasil
yang optimal. PTK dilaksanakan dengan langkah–langkah sebagai
berikut (Zainal Aqib, dkk. Dalam Suyadi: 2010):

44
1) Tahap 1: Tahap Perencanaan
Langkah pertama pelaksanaan PTK adalah melakukan perencanaan
secara matang dan teliti. Dalam perencanaan PTK, terdapat tiga
dasar, yaitu identifikasi masalah, merumuskan masalah, dan
pemecahan masalah.
a) Identifikasi Masalah
Langkah pertama dalam menyusun rencana PTK adalah
melakukan identifikasi permasalahan. Identifikasi yang tepat akan
mengarahkan pada hasil penelitian, sehingga dapat bermanfaat
bagi peningkatan hasil belajar siswa. Sebaliknya, identifikasi
masalah yang keliru hanya akan membuat penelitian menjadi sia-
sia, disamping memboroskan waktu dan biaya. Identifikasi
masalah menjadi titik tolok bagi perencanaan PTK yang lebih
matang. Sebab, tidak semua masalah belajar siswa dapat
diselesaikan dengan PTK. Hanya masalah-masalah tertentu yang
dapat diatasi dengan PTK.
Empat langkah yang dapat dilakukan agar identifikasi masalah
mengenai sasaran. Pertama, masalah harus rill.Masalah yang
diangkat adalah masalah yang dapat dilihat, dirasakan, dan
didengar secara langsung oleh guru. Kedua, masalah harus
problematik. Banyak masalah di sekolah, tetapi, tidak semua
masalah layak diangkat dalam PTK. Hanya permasalahan yang
problematiklah yang layak diangkat dalam PTK. Permasalahan
yang bersifat problematik adalah permasalahan yang bisa
dipecahkan oleh guru, mendapat dukungan literatur yang
memadai, dan ada kewenangan untuk mengatasinya secara
penuh. Ketiga, manfaatnya jelas. Hasil penelitian harus
bermanfaat secara jelas. Tentu, hal ini berkaitan erat dengan
kemampuan dalam mengidentifikasi atau mendiagnosis masalah.
Hasil PTK harus dapat dirasakan. Untuk mendapatkan manfaat
PTK yang maksimal, harus menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.
Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut dibiarkan? Apa yang
akan terjadi jika masalah tersebut berhasil diatasi? Dan, tujuan
pendidikan mana yang akan gagal jika masalah tersebut tidak
teratasi? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan menuntun
para pelaku PTK untuk dapat menemukan hasil yang tepat.
Keempat, masalah harus fleksibel. Masalah yang hendak diteliti
harus bisa diatasi dengan mempertimbangkan kemampuan
peneliti, waktu, biaya, tenaga, sarana prasarana, dan lain
sebagainya. Jadi, tidak setiap masalah yang riil, problematik, dan
bermanfaat secara jelas dapat diatasi dengan PTK.

45
b) Analisis penyebab masalah dan merumuskannya
Langkah kedua dalam merencanakan PTK adalah menganalisis
berbagai kemungkinan penyebab munculnya permasalahan yang
diangkat. Jadi, setelah menemukan masalah yang rill,
problematik, bermanfaat, dan fleksibel, maka masalah tersebut
harus ditemukan akar penyebabnya. Banyak cara yang bisa
dilakukan untuk menemukan penyebab masalah. Beberapa di
antaranya adalah dengan menyebar angket ke siswa,
mewawancarai siswa, observasi langsung, dan lain sebagainya. Di
samping itu, peneliti juga bisa melakukan wawancara dengan
siswa dan observasi langsung. Kemudian, semua data dari segala
sumber tersebut dikumpulkan dan dianalisis secara kolaboratif
sehingga penyebab utama munculnya masalah dapat ditemukan.
Akar masalah tersebut harus digali sedalam-dalamnya sehingga
ditemukan akar masalah yang benar-benar menjadi penyebab
utama terjadinya masalah. Akar masalah inilah yang nantinya
akan menjadi tolok ukur tindakan. Dengan menemukan akar
masalah, maka sama halnya dengan si peneliti telah menemukan
separuh dari solusi masalah. Sebab, solusi masalah sebenarnya
merupakan kebalikan dari akar masalah.
c) Ide untuk Memecahkan Masalah
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa akar masalah menjadi
tumpuan bagi rencana tindakan untuk mengatasi masalah.
Rencana tindakan sebagai langkah mengatasi masalah inilah
yang disebut dengan ide orisinal peneliti. Tetapi, sebelum
memutuskan tindakan apa yang akan dikenakan kepada siswa,
peneliti harus mengembangkan banyak alternatif sebagai
pengayaan tindakan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah
peneliti harus mempunyai dukungan teori atau referensi rujukan
atas tindakan yang akan dikenakan kepada siswa. Sebab, PTK
adalah kegiatan ilmiah sehingga tanpa adanya dukungan teori
yang memadai, sebaik apa pun tindakan guru, maka hal itu tidak
akan dianggap sebagai perilaku ilmiah. Setelah identifikasi
masalah, menemukan akar masalah, merumuskan masalah, dan
menemukan alternatif tindakan sebagai solusi masalah, maka
peneliti dapat membuat judul penelitian.
2) Tahap Acting (Pelaksanaan)
Tahap kedua dari PTK adalah pelaksanaan. Pelaksanaan adalah
menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu

46
bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa pada tahap ini,
tindakan harus sesuai dengan rencana, tetapi harus terkesan alamiah
dan tidak direkayasa. Hal ini akan berpengaruh dalam proses refleksi
pada tahap empat nanti dan agar hasilnya dapat disinkronkan
dengan maksud semula.
3) Tahap Observation (Pengamatan)
Tahap ketiga dalam PTK adalah pengamatan (observing). Prof.
Supardi menyatakan bahwa observasi yang dimaksud pada tahap III
adalah pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah alat
untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.
Pada langkah ini, peneliti harus menguraikan jenis data yang
dikumpulkan, cara mengumpulkan, dan alat atau instrumen
pengumpulan data (angket/wawancara/observasi, dan lain-lain).
Jika PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pengamatan harus
dilakukan oleh kolaborator, bukan guru yang sedang melakukan
tindakan. Walaupun demikian, antara tindakan (dilakukan oleh guru)
dan pengamatan (dilakukan oleh kolaborator), keduanya harus
berlangsung dalam satu waktu dan satu tempat atau kelas. Inilah
sebabnya, mengapa Suharsimi mengatakan kurang tepat jika
pengamatan disebut sebagai tahap ketiga. Sebab, antara tahap
kedua dan tahap ketiga itu berlangsung secara bersamaan.
Walaupun demikian, tidak ada salahnya kita menyebut “pengamatan”
sebagai tahap ketiga dalam PTK. Hanya saja, sebutan ini hanya untuk
membedakan antara tindakan dan pengamatan, bukan menunjukkan
suatu urutan.
Ketika guru sedang melakukan tindakan di kelas, secara otomatis
seluruh perhatiannya terpusat pada reaksi siswa dan tindakan
selanjutnya yang akan diterapkan. Atas dasar ini, tidak mungkin guru
mengamati tindakannya sendiri. Di sinilah diperlukan seorang
pengamat yang siap merekam setiap peristiwa berkaitan dengan
tindakan guru. Sambil merekam peristiwa yang terjadi, pengamat
sebaiknya juga membuat catatan-catatan kecil agar memudahkan
dalam menganalisis data.

4) Tahap Reflecting (refleksi)


Tahap keempat atau terakhir dalam PTK adalah refleksi (reflecting).
Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
telah dilakukan. Refleksi juga sering disebut dengan istilah
"memantul.” Dalam hal ini, peneliti seolah memantulkan

47
pengalamannya ke cermin, sehingga tampak jelas penglihatannya,
baik kelemahan dan kekurangannya.
Jika penelitian dilakukan secara individu, maka kegiatan refleksi lebih
tepat disebut sebagai evaluasi diri. Evaluasi diri adalah kegiatan
untuk melakukan introspeksi terhadap diri sendiri. Ia harus jujur
terhadap dirinya sendiri dalam mengakui kelemahan dan
kelebihannya. Dalam hal ini, guru dan peneliti juga harus mengakui
sisi-sisi mana yang telah sesuai dan sisi mana harus diperbaiki.
Refleksi atau evaluasi diri baru bisa dilakukan ketika pelaksanaan
tindakan telah selesai dilakukan. Refleksi akan lebih efektif jika antara
guru yang melakukan tindakan berhadapan langsung atau diskusi
dengan pengamat atau kolabolator. Tetapi, jika PTK dilakukan secara
sendirian, maka refleksi yang paling efektif adalah berdialog dengan
diri sendiri untuk mengetahui sisi-sisi pembelajaran yang harus
dipertahankan dan sisi-sisi lain yang harus diperbaiki.
f. Model dan Bentuk PTK
Beberapa model dan Bentuk PTK yang sering digunakan di dalam dunia
pendidikan, di antaranya: a. Model Kurt Lewin, b. Model Kemmis dan Mc
Taggart, c. Model Cohen dkk d. Model Hopkins, dan e. Model John Elliot.
1) Model Kurt Lewin
Kurt Lewin menyatakan bahwa PTK terdiri atas beberapa siklus, setiap
siklus terdiri atas empat langkah, yaitu: (1) perencanaan, (2) aksi atau
tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Keempat langkah tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:

Perencanaan

Refleksi Aksi
SIKLUS PTK

Observasi

48
Berdasarkan langkah-langkah PTK seperti yang digambarkan
di atas, selanjutnya dapat digambarkan lagi menjadi
beberapa siklus, yang akhirnya menjadi kumpulan dari beberapa
siklus sebagai berikut:

Perencanaan Perencanaan Perencanaan

Refleksi Refleksi
Refleksi

Aksi Aksi Aksi


Observasi Observasi Observasi

2) Model Kemmis dan Mc Taggart


Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart
merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan
demikian, karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen,
keempat komponen tersebut, meliputi:(1) perencanaan, (2)
aksi/tindakan,(3)observasi,dan(4) refleksi. Sesudah suatu siklus selesai
diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian
diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan
dalam bentuk siklus tersendiri.
Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Rafi′uddin, 1996) penelitian
tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral
daripenyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan
(observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan
siklus spiral berikutnya.Dalam pelaksanaannya, pada umumnya para
peneliti mulai dari fase refleksi awal untuk melakukan studi
pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan masalah penelitian.
Selanjutnya diikuti perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi
yang dapat diuraikan sebagai berikut.
a) Refleksi awal
Refleksi awal dimaksudkan sebagai kegiatan penjajagan yang
dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-
situasi yang relevan dengantema penelitian. Peneliti bersama
timnya melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengenali
dan mengetahuisituasiyang sebenarnya. Berdasarkan hasil

49
refleksi awal dapat dilakukan pemfokusan masalah yang
selanjutnya dirumuskan menjadi masalah penelitian. Berdasar
rumusan masalah tersebut maka dapat ditetapkan tujuan
penelitian. Sewaktu melaksanakan refleksi awal, paling tidak
calon peneliti sudahmenelaah teori-teori yang relevan dengan
masalah-masalah yang akan diteliti. Oleh sebab itu setelah
rumusan masalah selesai dilakukan, selanjutnya perlu
dirumuskan kerangka konseptual dari penelitian.
b) Penyusunan perencanaan
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan
refleksi awal. Secara rinci, perencanaan mencakup tindakan yang
akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau
mengubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari
permasalahan-permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan
ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan
kondisi nyata yang ada.
c) Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti
sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan
yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis
tindakan yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan
pada pertimbangan teoritik dan empiric agar hasil yang
diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang
optimal.
d) Observasi (pengamatan)
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan
kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam
kegiatan ini peneliti mengamati hasilatau dampak dari tindakan
yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah
observasi digunakan karena data yang dikumpulkan melalui
teknik observasi.
e) Refleksi
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis,
sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh
saat kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji,
melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari
tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan
yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil

50
penelitian yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang
mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam.
Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu
untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu
berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.
Pada hakekatnya model Kemmis dan Taggart berupa perangkat-
perangkat atau untaian dengan setiap perangkat terdiri dari
empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi yang dipandang sebagai suatu siklus. Banyaknya siklus
dalam PTK tergantung dari permasalahan-permasalahan yang
perlu dipecahkan, yang pada umumnya lebih dari satu siklus.
PTK yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru di
sekolah.
Pada umumnya berdasar pada model (2) ini yaitu merupakan
siklus-siklus yang berulang. Secara mudah PTK yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dapat digambarkan
dengan diagram alur berikut ini:

3) Model Cohen dkk.


Model Cohen dikembangkan oleh beberapa ahli penelitian yaitu (1)
Cohen dan Manion (1980), Taba dan Noel (1982), serta Winter (1989).
Berikut ini beberapa langkah yang hendaknya diikuti dalam
melakukan PTK (disarikan dari Marzuki: 1997 dalam Sukayat: 2008).
Beberapa langkah tersebut adalah sebagai berikut.
a) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah

51
Mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dianggap
penting dan kritis yang harus segera dicarikan penyelesaian
dalam pembelajaran sehari-hari, antara lain meliputi ruang
lingkup masalah, identifikasi masalah, dan perumusan masalah.
(1) Ruang lingkup masalah
Di bidang pendidikan, PTK telah digunakan untuk
pengembangan kurikulum dan program perbaikan sekolah.
Contoh PTK dalam pembelajaran berkaitan dengan: 1)
metode/strategi pembelajaran, 2) media pembelajaran.
(2) Identifikasi masalah
Masalah yang akan diteliti memang ada dan sering muncul
selama proses pembelajaran sehari-hari sehingga perlu
dicarikan penyelesaian. Ada beberapa kriteria dalam
menentukan masalah yaitu; 1) Masalahnya memang penting
dan sekaligus signifikan dilihat dari segi pengembangan kelas
dan sekolah, 2) Masalah hendaknya dalam jangkauan
penanganan, 3) Pernyataan masalahnya harus
mengungkap beberapa dimensi fundamental mengenai
penyebab dan faktor, sehingga pemecahannya dapat
dilakukan berdasar hal-hal fundamental ini dari pada
berdasarkan fenomena dangkal.
(3) Perumusan Masalah
Pada intinya, rumusan masalah seharusnya mengandung
deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang
diinginkan. Dalam merumuskan masalah PTK, ada beberapa
petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan yang
disarikan dari Suyanto (1997). Beberapa petunjuk tersebut
antara lain; 1) Masalah hendaknya dirumuskan secara jelas,
dalam arti tidak mempunyai makna ganda dan pada
umumnya dapat dituangkan dalam kalimat tanya, 2)
Rumusan masalah hendaknya menunjukkan jenis tindakan
yang akan dilakukan dan hubungannya dengan variabel lain,
3) Rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara
empirik, artinya dengan rumusan masalah itu
memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab
pertanyaan tersebut.

52
b) Analisis masalah
Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui dimensi-
dimensi problem yang ada untuk mengidentifikasi aspek-aspek
pentingnya sehingga dapat memberikan penekanan tindakan.
c) Merumuskan hipotesis tindakan
Hipotesis dalam PTK bukan hipotesis perbedaan atau hubungan,
melainkan hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis tindakan
memuat jawaban sementara terhadap persoalan yang diajukan
dalam PTK. Jawaban itu masih bersifat teoritik dan dianggap
benar sebelum terbukti salah melalui pembuktian dengan
menggunakan data dari PTK.
d) Membuat rencana tindakan dan pemantauan
Rencana tindakan memuat informasi-informasi tentang
hal-hal sebagai berikut; 1) Apa yang diperlukan untuk
menentukan kemungkinan pemecahan masalah yang telah
dirumuskan, 2) Alat-alat dan teknik yang diperlukan untuk
mengumpulkan data, 3) Rencana pencatatan data dan
pengolahannya, dan 4) Rencana untuk melaksanakan tindakan
dan evaluasi hasil.
e) Pelaksanaan tindakan dan pencatatan
Pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan hendaknya
cukup fleksibel untuk mencapai perbaikan yang diinginkan.
Dalam hal ini jika sesuatu terjadi dan memerlukan perubahan
karena tuntutan situasi (pada saat pelaksanaan tindakan), maka
peneliti hendaknya siap melakukan perubahan asal perubahan
tersebut mendukung tercapainya tujuan PTK. Pada saat
pelaksanaan tindakan berarti pengumpulan data mulai
dilakukan. Data yang dikumpulkan mencakup semua yang
dilakukan oleh tim peneliti yang terkait dalam PTK, antara lain
melalui angket, catatan lapangan, wawancara, rekaman video,
foto, dan slide.
f) Mengolah dan menafsirkan data
Isi semua catatan hendaknya dilihat dan dijadikan landasan untuk
refleksi. Dalam hal ini peneliti harus membandingkan isi catatan
yang dilakukan tim untuk menentukan hasil temuan. Semua yang
terjadi baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan
perlu dianalisis untuk menentukan apakah ada perubahan yang
signifikan ke arah perbaikan.
g) Pelaporan hasil

53
Hasil dari analisis data dilaporkan secara lengkap tentang
pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan maupun
perubahan yang mungkin terjadi.

4) Desain PTK Model Hopkins


Desain ini berpijak pada desain model PTK pendahulunya.
Selanjutnya Hopkins (1993: 191) menyususn desain tersendiri sebagai
berikut: mengambil start–audit–perencanaan konstruk–perencanaan
tindakan (target, tugas, kriteria keberhasilan)– implementasi dan
evaluasi: implementasi (menopang komitmen: cek kemajuan;
mengatasi problem) –cek hasil – pengambilan stok –audit dan
pelaporan.
Pada model ini, penelitian dilakukan dengan membentuk spiral yang
dimulai dari merasakan adanya masalah, menyusun perencanaan,
melaksanakan tindakan, melakukan observasi dan melakukan refleksi
serta melakukan rencana ulang dan seterusnya yang dikembangkan
oleh Hopkins dari model spiral seperti pada bagan berikut:

54
5) Model John Elliot
Model PTK dari John Elliot ini lebih rinci jika dibandingkan dengan
model Kurt Lewin dan model Kemmis-Mc Taggart. Dikatakan
demikian, karena di dalam setiap siklus terdiri dari beberapa
aksi, yaitu antara tiga sampai lima aksi (tindakan). Sementara
itu, setiap tindakan kemungkinan terdiri dari beberapa langkah yang
terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. PTK model Elliot
dapat digambarkan sebagai berikut:
Siklus I Siklus II Siklus III

Survey Penemuan Fakta dan Analisis

Rencana Umum

Tindakan 1 Implementasi
Tindakan 2 Tindakan 1

Tindakan 3

Pengaruh dan
Implementasi Monitor

Survey (menjelaskan kegagalan terhadap


Revisi Ide Utama
implementasi dan efek)

Rencana yang diubah

Tindakan 1
Implementasi Langkah
Tindakan 2 Selanjutnya

Tindakan 3

Pengaruh dan
Implementasi Monitor

Survey (menjelaskan
kegagalan terhadap Merevisi Ide Umum
Implementasi efek)

Rencana yang diubah

Tindakan 1

Tindakan 2

Tindakan 3

Pengaruh dan
Implementasi Monitor

Survey (menjelaskan kegagalan


terhadap Implementasi dan Efek)

55
g. Usulan dan Laporan PTK
1) Usulan PTK
Pada hakikatnya proposal penelitian (PTK) adalah rancangan atau
usulan yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Pada umumnya
usulan PTK berisi dua bagian penting, yaitu bagian awal dan bagian
isi proposal PTK.
a) Bagian awal proposal PTK
Bagian awal proposal PTK berisi:
(1) Halaman judul luar yang berisi Judul PTK, nama-nama peneliti,
lembaga/sekolah dan tahun penyusunan proposal
(2) Lembaran pengesahan memuat judul, mata pelajaran, nama
ketua tim peneliti (lengkap dengan gelar), nama anggota
peneliti (lengkap dengan gelar), lokasi penelitian, lama
penelitian, biaya penelitian, sumber dana, tempat dan tanggal
pembuatan usulan penelitian, tanda tangan ketua peneliti, dan
menyetujui kepala sekolah.
b) Bagian Isi Usulan PTK
Bagian Isi usulan penelitian berisi: a) Judul, b) Bidang Ilmu, c)
Bidang Kajian, d) Latar Belakang Masalah, e) Rumusan Masalah, f)
Tujuan PTK, g) Manfaat hasil penelitian, h) Kajian/tinjauan
pustaka, i) Metode Penelitian, j) Jadwal Penelitian, k) Personalia
Penelitian; l) Biaya Penelitian, dan m) Daftar Pustaka (Departemen
Pendidikan Nasional: 2007, Ekawarna: 2011 dan Masnur Muslich:
2012). Maka, Sistematika Usulan PTK adalah sebagai berikut:
(1) Judul Penelitian
(2) Bidang Ilmu
(3) Bidang Kajian
(4) Latar Belakang Masalah
(5) Rumusan Masalah
(6) Tujuan PTK
(7) Manfaat dan Hasil Penelitian
(8) Kajian Pustaka
(9) Metode Penelitian
(10) Jadwal Penelitian
(11) Personalia Penelitian
(12) Biaya Penelitian
(13) Daftar Pustaka (Masnur Muslich: 2012 dan Ekawarna: 2011)

56
2) Laporan PTK
Secara umum, laporan penelitian berisi tiga hal pokok, yaitu bagian
awal, bagian isi atau tubuh laporan dan bagian akhir.
a) Bagian Awal
Bagian awal laporan PTK berisi; halaman judul, halaman
pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel (jika
ada), daftar grafik (jika ada), daftar gambar (jika ada), daftar
lambang/singkatan (jika ada) dan daftar lampiran.
(1) Halaman Judul
Berisi judul PTK, logo lembaga (jika diperlukan), nama peneliti,
lembaga tempat peneliti bekerja dan tahun pembuatan
laporan, dan lain-lain yang dianggap perlu. Judul penelitian
sebaiknya singkat, spesifik, menunjukkan gambaran masalah,
tindakan, hasil, dan lokasi penelitian. Panjang judul maksimal
15 kata.
(2) Halaman Pengesahan
Halaman penegsahan berisi pengesahan oleh lembaga. Dalam
halaman ini dimuat hal-hal sebagai berikut; judul PTK, bidang
ilmu, kategori penelitian, identitas peneliti, lokasi penelitian,
biaya penelitian, dan sumber dana penelitian.
(3) Abstrak
Abstrak merupakan kondensasi (pemadatan/sari) dari hasil
penelitian yang terdiri atas 4 unsur pokok, yaitu; latar
belakang subjek pada awal/permasalahan penelitian, tujuan
penelitian, prosedur penelitian dan hasil penelitian. Ditulis
dalam satu halaman, satu spasi dan bergantung pada
ketentuan selingkung.
(4) Kata Pengantar
Lazimnya berisi ucapan terima kasih, baik kepada Tuhan Yang
Maha Esa maupun kepada sejawat atau siapa saja yang
terlibat dalam penelitian tersebut sampai pada pembuatan
laporannya.
(5) Daftar Isi
Bagian ini memuat bab dan sub bab yang ada dalam laporan
penelitian lengkap dengan halamannya. Dari daftar isi dapat
diketahui segala sesuatu yang ada dalam laporan penelitian
tersebut.

57
(6) Daftar Tabel, Gambar, Grafik dan lain-lain
Bagian ini menunjukkan tabel, grafik, gambar, atau lambang-
lambang lain yang ada dalam laporan penelitian tersebut.
(7) Daftar Lampiran
Daftar lampiran berisi lampiran yang diperlukan dalam laporan
penelitian, bisa berupa data yang telah diseleksi, hitungan
hasil analisis data kuantitatif yang rumit, instrumen peneltiian,
contoh surat, dokumen, foto, dan sebagainya.
b) Bagian Isi/Tubuh Laporan Penelitian
Pada bagain isi memuat 5 (lima) bab penting, yakni sebagai
berikut:
(1) Bab I Pendahuluan
Dalam bab pendahuluan terdapat:
(a) Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah berisi rasionalisasi mengapa
penelitian itu dilaksanakan. Dalam bagian ini dipaparkan
kesenjangan yang ada antara harapan (das sollen) dan
kenyataan (das sein), baik kesenjangan teoritis maupun
kesenjangan praktis yang melatar belakangi masalah yang
diteliti.

(b) Rumusan Masalah


Bagian ini berisi rumusan secara tajam masalah yang
diangkat dalam penelitian. Masalah hendaknya khas PTK
dan benar-benar dirasakan ada dalam keseharian sekolah
atau kelas yang dibina guru dan layak untuk dipecahkan
melalui PTK.
(c) Tindakan yang Dipilih
Bagian ini berisi uraian secara tajam tentang tindakan yang
dipilih atau alternatif tindakan yang akan dilakukan
berdasarkan prioritas tindakan pemecahan masalah. Uraian
itu diikuti dengan argumentasi teoretis maupun praktis
terhadap pemilihan tindakan tersebut.
(d) Tujuan
Tujuan penelitian selalu mengacu pada permasalahan yang
akan dipecahkan dalam penelitian yang ketercapaiannya
dapat diukur.

58
(e) Lingkup Penelitian
Bagian ini menguraikan lingkup atau batas-batas tindakan
yang diambil oleh peneliti dan penjelasan yang akurat
mengapa peneliti membatasi tindakan pada lingkup
tersebut.
(f) Manfaat atau Signifikansi Penelitian
Pada bagian ini diuraikan kemanfaatan pelaksanaan PTK,
khususnya bagi siswa yang merupakan pemetik
keuntungan secara langsung atas PTK tersebut, juga bagi
guru, pengembangan kurikulum, pengambil kebijakan,
lembaga sekolah, maupun pengembang proses belajar
mengajar di kelas.
(2) Bab II Kajian Teori
Pada bagian ini dipaparkan secra ringkas tetapi tajam tentang
kajian dan bahan pustaka relevan yang dapat mendukung
kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang dilontarkan
peneliti. Secara teknis bagian ini berisi tentang teori yang
mendasari penelitian.
(3) Bab III Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Dalam bab ini terdapat sub bab penting berupa:
(a) Seting penelitian
Bagian ini memaparkan lokasi penelitian (yakni sekolah atau
kelas), waktu penelitian (misal cawu I, II, II dan sebagainya),
karakteristik kelompok sasaran yang menjadi subjek
penelitian (misal pria dan wanita), latar belakang sosial
ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan yang
diangkat, tingkat kemampuan siswa dan situasi relevan
lainnya.
(b) Prosedur penelitian
Bagian ini berisi gambaran umum penelitian yang dilakukan
termasuk jumlah dan prosedur siklus penelitian yang
dilakukan mulai dari perencanaan, kegiatan pelaksanaan,
kegiatan pengamatan sampai kegiatan refleksi.
(4) Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisi sajian hasil penelitian atau temuan penelitian
setelah tindakan diterapkan, baik terkait dengan tindakan guru
maupun kegiatan siswa. Penyajian temuan disesuaikan dengan
masalah yang dirumuskan dan dibahas secara tajam dan

59
lengkap dengan cara mengadu berbagai teori atau hasil
penelitian yang relevan atau fakta-fakta objektif di lapangan
yang merupakan pengalaman guru selama ia menjadi guru di
kelas.
(5) Bab V Simpulan dan Saran
Bab ini berisi dua sub bagian yakni simpulan dan saran. Dalam
bagian simpulan peneliti menyimpulkan hasil penelitian secara
lengkap sesuai dengan masalah yang diteliti. Saran yang
disampaikan peneliti selayaknya tetap mengacu pada
permasalahan serta simpulan.
c) Bagian Akhir Laporan Penelitian
Bagian akhir laporan penelitian berisikan:
(1) Daftar Pustaka
Bagian ini berisi berbagai sumber yang menjadi rujukan
peneliti yang ditulis sesuai dengan pedoman penulisan daftar
pustaka yang dirujuk atau dikutip dalam tubuh laporan.
(2) Lampiran
Bagian ini berisi lampiran yang diperlukan dalam penelitian,
antara lain model program yang sekaligus memperlihatkan
skenario tindakan, instrumen peneltiian, data pendukung,
seperti hasil rekap tabulasi data, foto, dan daftar riwayat hidup
peneliti (Masnur Muslich: 2012 dan Ekawarna: 2011).

4. Rangkuman
PTK adalah jenis penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh para
pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan dengan melakukan
tindakan–tindakan tertentu untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi
dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan secara professional. PTK
memiliki karakteristik; bersifat siklis atau berulang, jangka panjang atau
longitudinal, partikular spesifik, partisipatoris, emik, kolaboratif dan
kooperatif, kasuistis, menggunakan konteks alamiah kelas, mengutamakan
adaya kecukupan data, dan mengubah kenyataan dan situasi pembelajaran
menjadi lebih baik dan memenuhi harapan.
PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik
pembelajaran, kinerja-kinerja pembelajaran, mengidentifikasi, menemukan
solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan dan

60
memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah
pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa,
mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi
pembelajaran, mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan strategi baru
dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran selain
kemampuan meningkatkan inovatif guru, mengeksplorasi pembelajaran
yang selalu berwawasan atau berbasis penelitian agar pembelajaran dapat
bertumpu pada realitas empiris kelas.
Manfaat PTK yaitu peningkatan kompetensi dan profesional guru, perbaikan
dan/atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa, kualitas proses,
prosedur, dan alat evaluasi proses dan hasil belajar siswa, pengembangan
pribadi siswa di sekolah dan penerapan kurikulum. PTK dilaksanakan
dengan prinsip tugas pendidik dan tenaga pendidikan yang utama untuk
menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas, tidak menuntut
kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data, tetap bersandar
pada alur dan kaidah ilmiah, masalah yang ditangani adalah masalah-
masalah pembelajaran yang riil dan merisaukan tanggung jawab
profesional.
Model dan Bentuk PTK di antaranya digambarkan dalam model Kurt Lewin,
model Kemmis dan Mc Taggart, model Cohen dkk model Hopkins, dan
model John Elliot. Usulan PTK berisi dua bagian penting, yaitu bagian awal
dan bagian isi proposal PTK. Laporan penelitian PTK pada hakikatnya berisi
tiga hal pokok, yaitu bagian awal, bagian isi atau tubuh laporan dan bagian
akhir.
5. Tugas
Tugas ini diberikan untuk memenuhi tagihan yang berkaitan dengan produk
yang harus diselesaikan dan dihasilkan oleh peserta bimtek pada sesi
Penelitian Tindakan Kelas, diantaranya:
a. Mempresentasikan materi tentang konsep dasar penelitian, bentuk-
bentuk, prosedur pelaksanaan dan alur PTK.
b. Mengisi lembar kerja perencanaan, pelaksanaan, dan observasi PTK.
c. Mengisi lembar kerja jawaban berkaitan dengan alasan menggunakan
analisis minggu efektif pembelajaran.
d. Mengisi lembar kerja format usulan dan pelaporan PTK.

6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


a. Manfaat apa yang bisa diambil setelah belajar tentang Penelitian
Tindakan Kelas?
b. Apa rencana tindak lanjut setelah belajar tentang Penelitian Tindakan
Kelas?

61
D. Materi 4: Praktik Penulisan PTK

1. Capaian Pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta pelatiham mampu menyusun
proposal dan laporan hasil PTK.
b. Indikator
1) Mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran
2) Menganalisis penyebab masalah dan merumuskannya
3) Merumuskan ide untuk memecahkan masalah
4) Menyusun instrumen observasi
5) Menyusun rancangan refleksi
6) Menyusun kerangka proposal dan laporan PTK
7) Meyusun proposal PTK
8) Menyusun laporan hasil PTK
2. Pokok-Pokok Materi
a. Identifikasi masalah dalam pembelajaran
b. Analisis penyebab masalah dan merumuskannya
c. Rumusan ide untuk memecahkan masalah
d. Rumusan instrumen observasi
e. Rumusan skenario refleksi
f. Rumusan kerangka proposal dan laporan PTK
g. Rumusan proposal PTK
h. Rumusan laporan hasil PTK
3. Uraian Materi
a. Tahap pertama : Tahap Perencanaan
1) Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan langkah pertama dalam menyusun
rencana PTK. Ada empat langkah yang dapat dilakukan agar
identifikasi masalah mengenai sasaran yaitu; masalah harus nyata,
problematik, manfaatnya jelas, fleksibel.
Tabel identifikasi Masalah
Masalah Problematik Manfaat Fleksibilitas
nyata
Materi
Metode
Media

62
Alat
Peraga
Sumber
Belajar
Prestasi
Belajar

2) Analisis Penyebab Masalah dan Merumuskannya


Langkah berikutnya dalam merencanakan PTK adalah menganalisis
berbagai kemungkinan penyebab munculnya permasalahan yang
diangkat. Jadi, setelah menemukan masalah yang nyata, problematik,
bermanfaat, dan fleksibel, maka masalah tersebut harus ditemukan
akar penyebabnya.
Tabel cara menganalisis penyebab masalah dan rumusannya
Teknik mendapatkan informasi Akar masalah
(Angket/wawancara/observasi)
Materi
Metode
Media
Alat Peraga
Sumber Belajar
Prestasi Belajar

3) Ide untuk Memecahkan Masalah


Rencana tindakan sebagai langkah mengatasi masalah ini disebut
dengan ide orisinil peneliti. Namun sebelum memutuskan tindakan
apa yang akan dikenakan kepada siswa, peneliti harus
mengembangkan banyak alternatif sebagai pengayaan tindakan. Hal
yang tidak kalah pentingnya adalah peneliti harus mempunyai
dukungan teori atau referensi rujukan atas tindakan yang akan
dikenakan kepada siswa.
Tabel Ide untuk Memecahkan Masalah
Alternatif Pemecahan Masalah
Materi

63
Metode
Media
Alat Peraga
Sumber Belajar
Prestasi Belajar

b. Tahap Acting (Pelaksanaan)


Tahap kedua dari PTK adalah pelaksanaan. Pelaksanaan adalah
menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu
bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa pada tahap ini
tindakan harus sesuai dengan rencana, tetapi juga harus terkesan
alamiah dan tidak direkayasa. Hal ini akan berpengaruh dalam proses
refleksi pada tahap empat dan agar hasilnya dapat disinkronkan dengan
maksud semula.
c. Tahap Observation (Pengamatan)
Tahap ketiga dalam PTK adalah pengamatan (observing). Prof. Supardi
menyatakan bahwa observasi yang dimaksud pada tahap III adalah
pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk
memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada
langkah ini, peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan,
cara mengumpulkan, dan alat atau instrumen pengumpulan data
(angket/ wawancara / observasi, dan lain-lain).
Contoh lembar observasi:
LEMBAR OBSERVASI PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
Sekolah :
Mata Pelajaran :
Kelas, Semester :
Kompetensi Dasar :

Indikator

Alokasi Waktu :

64
No. Aspek Pengamatan Pemantauan Skor Kategori

I Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
 Guru mengajak siswa berdoa dan membaca surat
Al-Fatihah bersama
 Guru menanyakan kabar dari siswa yang tidak
hadir
 Guru menjelaskan tujuan dan kompetensi yang
harus dicapai dalam kegiatan pembelajaran
materi Iman Kepada Qada dan Qadar dan
pendekatan pembelajaran Kontekstual berbasis
masalah
 Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam
aktivitas pemecahan masalah yang akan dipilih.
 Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
kecil (small group) yang terdiri dari 6 atau 5 siswa.

B. Kegiatan Inti
1. Mempresentasikan informasi
2. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok
3. Membimbing siswa bekerja dalam kelompok
4. membimbing siswa memunculkan keterampilan
kooperatif :
 Mengajukan pertanyaan
 Menjawab pertanyaan
 Bekerja dalam kelompok
 Mengkomunikasikan hasil kerja kelompok
5. Mengawasi kerja kelompok
6. Memberikan bantuan pada kelompok yang
kesulitan
B. Penutup
1. membimbing siswa merefleksikan hasil diskusi

65
2. melakukan evaluasi
3. pemberian penghargaan
II Suasana Kelas
1. Siswa antusias
2. Guru antusias
3. berpusat pada siswa
III Penggunaan waktu efisien

JUMLAH
RATA-RATA
KATAGORI

Catatan:
1 = Kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = sangat baik
0,00 – 1,69 = tidak baik
1,70 – 2,59 = kurang baik
2,60 – 3,49 = cukup baik
3,50 – 4,00 = baik
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dikatakan efektif apabila telah
mencapai kategori baik.

REKAP OBSERVASI PENGELOLAAN PEMBELAJARAN


No. Aspek Yang diamati Rata-rata Skor Kategori
1 Pendahuluan
2 Kegiatan Inti
3 Penutup
4 Suasana Kelas
5 Penggunaan waktu
Rata - rata

66
LEMBAR OBSERVASI TERHADAP AKTIVITAS SISWA
Hasil Observasi
No Indikator
Baik Cukup Kurang
1. Keseriusan
2. Inisiatif bertanya
3. Partisipasi dalam pembelajaran
4. Kemampuan memahami
pemodelan
5. Kemampuan berdiskusi

d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini jika penelitian dilakukan secara individu, maka
kegiatan ini lebih tepat disebut sebagai evaluasi diri yaitu kegiatan
untuk melakukan introspeksi terhadap diri sendiri. Refleksi atau evaluasi
diri baru bisa dilakukan ketika pelaksanaan tindakan telah selesai
dilakukan. Berikut ini tabel refleksi dalam kegiatan PTK.

Tabel refleksi kegiatan PTK


Nama
Kegiatan/
No kekuatan kelemahan peluang Tantangan/hambatan
tahap
kegiatan

e. Praktik Penyusunan Proposal PTK


Dalam sesi praktik ini, peserta diwajibkan untuk menyusun proposal
dengan melakukan setiap tahapan dalam sesi ini. Adapun tahapannya
adalah sebagai berikut:
1) Halaman Judul luar yang berisi Judul PTK, nama-nama peneliti
lembaga/sekolah dan tahun penyusunan proposal

67
Contoh :

Judul PTK

Nama Peneliti

Lembaga/sekolah
Tahun

Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa TK Nawa Kartika


Muatan PAI aspek moral agama melalui penerapan metode role
playing.
2) Lembaran pengesahan, memuat judul, mata pelajaran, nama ketua
tim peneliti (lengkap dengan gelar), nama anggota peneliti (lengkap
dengan gelar), lokasi penelitian, lama penelitian, biaya penelitian,
sumber dana, tempat dan tanggal pembuatan usulan penelitian,
tanda tangan ketua peneliti, dan menyetujui kepala sekolah.
Contoh lembar pengesahan PTK kelompok:

Lembaran Pengesahan

Judul PTK : ______________________


Mata Pelajaran : ______________________
Ketua Tim Peneliti : ______________________(lengkap gelar)
Anggota Peneliti : 1. ____________________(lengkap gelar)
2. ____________________(lengkap gelar) dst
Lokasi penelitian : ______________________
Lama Penelitian : ______________________
Biaya penelitian : ______________________
Sumber dana : ______________________

Mengetahui (tempat dan tanggal pembuatan usulan


penelitian)
Kepala Sekolah Ketua Tim Peneliti

Ttd Ttd

Nama Kepala Sekolah Nama Ketua Tim

Lembaga/sekolah
Tahun

68
Contoh lembar pengesahan PTK individu:

Lembaran Pengesahan

Judul PTK : ______________________


Mata Pelajaran : ______________________
Nama Peneliti : ______________________(lengkap gelar)
Lokasi penelitian : ______________________
Lama Penelitian : ______________________
Biaya penelitian : ______________________
Sumber dana : ______________________

Mengetahui (tempat dan tanggal pembuatan usulan


penelitian)
Kepala Sekolah Peneliti

Ttd Ttd

Nama Kepala Sekolah Nama Peneliti

Lembaga/sekolah
Tahun

3) Bagian Isi Usulan PTK


Bagian Isi usulan penelitian, berisi: a) Judul, b) Bidang Ilmu, c) Bidang
Kajian, d) Latar Belakang Masalah, e) Rumusan Masalah, f) Tujuan
PTK; g) Manfaat hasil penelitian; h) Kajian/tinjauan pustaka; i)
Metode Penelitian; j) Jadwal Penelitian; k) Personalia penelitian; l)
Biaya Penelitian; dan m) Daftar Pustaka (Departemen Pendidikan
Nasional: 2007, Ekawarna: 2011 dan Masnur Muslich: 2012).

69
Contoh isi usulan PTK

Isi Usulan PTK

A. Judul : _________________________________________
B. Bidang Ilmu : _________________________________________
C. Bidang Kajian : _________________________________________
D. Latar Belakang Masalah:
_______________________________________________________

_______________________________________________________

_______________________________________________________

E. Rumusan Masalah:
_______________________________________________________

F. Tujuan PTK:
_______________________________________________________

G. Manfaat hasil penelitian


_______________________________________________________

H. Kajian/tinjauan pustaka:
I. Metode Penelitian :
J. Jadwal Penelitian :
K. Personalia penelitian :
L. Biaya Penelitian :
M. Daftar Pustaka :

4) Laporan PTK
Secara umum, laporan penelitian pada hakikatnya berisi tiga hal
pokok, yaitu bagian awal, bagian isi atau tubuh laporan dan bagian
akhir.
a) Bagian Awal
Bagian awal laporan PTK berisi tentang halaman judul, halaman
pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel (jika
ada), daftar garfik (jika ada), daftar gambar (jika ada), daftar
lambang/singkatan (jika ada) dan daftar lampiran.

70
(1) Halaman Judul
Halaman judul lazimnya berisi Judul PTK, logo lembaga (jika
diperlukan), nama peneliti, lembaga tempat peneliti bekerja
dan tahun pembuatan laporan, dan lain-lain yang dianggap
perlu. Judul penelitian sebaiknya singkat, spesifik,
menunjukkan gambaran masalah, tindakan, hasil, dan lokasi
penelitian. Panjang judul maksimal 15 kata.
(2) Halaman Pengesahan
Halaman pengesahan berisi pengesahan oleh lembaga.
Dalam halaman ini dimuat hal-hal sebagai berikut: Judul PTK,
bidang ilmu, dan kategori penelitian, identitas peneliti, lokasi
penelitian, biaya penelitian, dan sumber dana penelitian.
(3) Abstrak
Abstrak merupakan kondensasi (pemadatan/sari) dari hasil
penelitian, yang terdiri atas 4 unsur pokok, yaitu Latar
belakang subjek pada awal/ permasalahan penelitian, tujuan
penelitian, prosedur penelitian dan hasil penelitian. Ditulis
dalam satu halaman, satu spasi dan bergantung pada
ketentuan selingkung.
(4) Kata Pengantar
Bagian ini lazimnya berisi ucapan terima kasih, baik kepada
Tuhan Yang Maha Esa maupun kepada sejawat atau siapa
saja yang terlibat dalam penelitian itu sampai pada
pembuatan laporannya.
(5) Daftar Isi
Bagian ini memuat bab dan sub bab yang ada dalam laporan
penelitian lengkap dengan halamannya. Dari daftar isi dapat
diketahui segala sesuatu yang ada dalam laporan penelitian
tersebut.
(6) Daftar Tabel, Gambar, Grafik dan lain-lain
Bagian ini menunjukkan tabel, grafik, gambar, atau lambang-
lambang lain yang ada dalam laporan penelitian tersebut.
(7) Daftar Lampiran
Daftar lampiran berisi lampiran yang diperlukan dalam
laporan penelitian berupa data yang telah diseleksi, hitungan
hasil analisis datakuantitatif yang rumit, instrumen peneltiian,
contoh surat, dokumen, foto, dan sebagainya.

71
b) Bagian Isi/Tubuh Laporan Penelitian
Bagian isi memuat lima bab penting, yakni:
(1) Bab I Pendahuluan
Dalam bab pendahuluan terdapat:
(a) Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah berisi rasionalisasi mengapa
penelitian itu dilaksanakan. Dalam bagian ini dipaparkan
kesenjangan yang ada antara harapan (das sollen) dan
kenyataan (das sein), baik kesenjangan teoretis maupun
kesenjangan praktis yang melatarbelakangi masalah yang
diteliti.
(b) Rumusan Masalah
Bagian ini berisi rumusan secara tajam masalah yang
diangkat dalam penelitian. Masalah hendaknya khas PTK
dan benar-benar dirasakan ada dalam keseharian sekolah
atau kelas yang dibina guru yang layak untuk dipecahkan
melalui PTK.
(c) Tindakan yang Dipilih
Bagian ini berisi uraian secara tajam tentang tindakan
yang dipilih atau alternatif tindakan yang akan dilakukan
berdasarkan prioritas tindakan pemecahan masalah.Uraian
itu diikuti dengan argumentasi teoretis maupun praktis
terhadap pemilihan tindakan tersebut.
(d) Tujuan
Tujuan penelitian selalu mengacu pada permasalahan
yang akan dipecahkan dalam penelitian yang
ketercapaiannya dapat diukur.

(e) Lingkup Penelitian


Bagian ini menguraikan lingkup atau batas-batas tindakan
yang diambil oleh peneliti dan penjelasan yang akurat
mengapa peneliti membatasi tindakan pada lingkup
tersebut.
(f) Manfaat atau Signifikansi Penelitian
Pada bagian ini diuraikan kemanfaatan pelaksanaan PTK,
khususnya bagi siswa yang merpakan pemetik

72
keuntungan secara langsung atas PTK tersebut, juga bagi
guru, pengembangan kurikulum, pengambil kebijakan,
lembaga sekolah, maupun pengembang proses belajar
mengajar di kelas
.
(2) Bab II Kajian Teori
Pada bagian ini dipaparkan secara ringkas tetapi tajam
tentang kajian dan berbagai bahan pustaka yang relevan yang
dapat mendukung kesenjangan antara harapan dan
kenyataan yang ditemukan peneliti. Secara teknis bagian ini
berisi tentang teori yang mendasari penelitian.
(3) Bab III Prosedur Penelitian Tindakan kelas
Dalam penelitian ini terdapat sub bab:
(a) Seting penelitian
Bagian ini memaparkan lokasi penelitian (yakni sekolah
atau kelas), waktu penelitian (misal semester I, II, dan
sebagainya), karakteristik kelompok sasaran yang menjadi
subjek penelitian (misal pria dan wanita),latar belakang
sosial ekonomi yang mungkin relevan dnegan
permasalahan yang diangkat, tingkat kemampuan siswa
dan situasi relevan lainnya.
(b) Prosedur penelitian
Bagian ini berisi gambaran uum penelitian yang dilakukan
termasuk jumlah dan prosedur siklus penelitian yang
dilakukan mulai dari perencanaan, kegiatan pelaksanaan,
kegiatan pengamatan sampai kegiatan refleksi.
(4) Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan
Bab ini berisi sajian hasil penelitian atau temuan penelitian
setelah tindakan diterapkan, baik terkait dengan tindakan
guru maupun kegiatan siswa. Penyajian temuan disesuaikan
dnegan masalah yang dirumsukan dan dibahas secara tajam
dan lengkap dengan cara mengadu berbagai teori atau hasil
penelitian yang relevan atau fakta-fakta objektif di lapangan
yang merupakan pengalaman guru selama ia menjadi guru di
kelas.
(5) Bab V simpulan dan saran
Bab ini berisi dua sub bagian yakni simpulan dan saran.
Dalam bagian simpulan peneliti menyimpulkan hasil

73
penelitian secara lengkap sesuai dengan masalah yang
diteliti. Saran yang disampaikan peneliti selayaknya tetap
mengacu pada permasalahan serta simpulan.
c) Bagian Akhir Laporan Penelitian
Bagian ini berisi:
1) Daftar Pustaka
Bagian ini berisi berbagai sumber yang menjadi rujukan
peneliti yang ditulis sesuai dengan pedoman penulsian daftar
pustaka yang dirujuk atau dikutip dalam tubuh laporan.
2) Lampiran
Bagian ini berisi lampiran yang diperlukan dalam penelitian,
antara lain model program yang sekaligus memperlihatkan
skenario tindakan, instrumen peneltiian, data pendukung,
seperti ahsil rekap tabulasi data, foto, dan curriculum vitae
peneliti (Masnur Muslich: 2012 dan Ekawarna: 2011).

4. Rangkuman
Langkah-langkah PTK meliputi: 1) identifikasi masalah dalam pembelajaran;
2) analisis penyebab masalah dan merumuskannya; 3) rumusan ide untuk
memecahkan masalah; 4) rumusan instrumen observasi; 5) rumusan
skenario refleksi; 6) rumusan kerangka proposal dan laporan PTK; 7)
rumusan proposal PTK; dan 8) rumusan laporan hasil PTK.

5. Tugas
Tugas ini berkaitan dengan tagihan produk yang harus diselesaikan dan
dihasilkan peserta bimtek pada sesi praktik penulisan PTK, diantaranya:
a. Mengisi lembar kerja identifikasi masalah yang ditemukan dalam
pembelajaran dan rumusan judul PTK
b. Mengisi lembar kerja kerangka proposal PTK
c. Mengisi lembar kerja kerangka laporan PTK

6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


a. Meyusun proposal PTK
b. Menyusun laporan hasil PTK

74
E. Materi 5: Penulisan Artikel Ilmiah

1. Capaian Pembelajaran
a. Tujuan Penelitian
Setelah proses pembelajaran, peserta bimtek mampu memahami tetang
konsep dasar dan menyusun artikel ilmiah.

b. Indikator
1) Menjelaskan Pengertian Artikel Ilmiah
2) Mengidentifikasi Ciri-ciri dan Syarat-syarat Artikel Ilmiah
3) Menganalisis Aturan Umum untuk Menulis Artikel Ilmiah
4) Mengidentifikasi Jenis dan Bentuk Artikel Ilmiah
5) Memetakan Pola Dasar dan Sistematika Artikel Ilmiah
6) Langkah Penulisan Artikel Ilmiah

2. Pokok-Pokok materi
a. Pengertian Artikel Ilmiah
b. Ciri-ciri dan Syarat-syarat Artikel Ilmiah
c. Aturan Umum untuk Menulis Artikel Ilmiah
d. Jenis dan Bentuk Artikel Ilmiah
e. Pola Dasar dan Sistematika Artikel Ilmiah
f. Langkah Penulisan Artikel Ilmiah

3. Uraian Materi
a. Pengertian Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah adalah suatu tulisan yang berisi kumpulan ide, gagasan,
dan hasil pemikiran dari seseorang atau sekelompok orang setelah
melalui proses penelitian, pengamatan, kajian, dan evaluasi ke dalam
suatu bentuk laporan tertulis sesuai dengan sistematika, metode, dan
kaidah tertentu yang telah disepakati, sehingga isinya dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan dapat diuji kebenarannya
untuk selanjutnya dipublikasikan pada jurnal ilmiah nasional maupun
internasional. Selain untuk publikasi pada jurnal, artikel ilmiah juga dapat
disusun untuk dipresentasikan pada forum atau konferensi nasional
maupun internasional yang dihadiri para ilmuwan yang kompeten di
bidangnya masing-masing (Wisnu Jatmico, dkk: 2015).
Artikel ilmiah adalah artikel yang memenuhi kaidah ilmu pengetahuan.
Artikel imiah juga dapat diartikan sebagai hasil berpikir ilmiah yang
didasarkan pada rencana yang relatif matang karena akan memudahkan

75
penulis untuk mewujudkan teks artikel. Artikel ilmiah yaitu karya tulis
ilmiah yang dikhususkan diterbitkan di jurnal ilmiah. Artikel ilmiah dalam
bidang pendidikan adalah tulisan yang berisi gagasan atau tinjauan
ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran di satuan
pendidikan yang dimuat di jurnal ilmiah
(http://www.academia.edu/28886223/Pengertian_Artikel_Ilmiah).
Selain itu, artikel juga merupakan suatu representasi hasil pemikiran atau
suatu obyek kajian kepada pembaca melalui bahasa tulis dengan
mengikuti sistematika dan kaidah penulisan ilmiah. Secara umum artikel
ilmiah adalah suatu tulisan (essay) merupakan suatu usaha untuk
mengkomunikasikan informasi, opini atau perasaan (feeling) dan
biasanya juga menampilkan argumen tentang topik tertentu. Istilah
tulisan ilmiah, tulisan akademis dan tulisan penelitian seringkali memiliki
makna yang sama walaupun berbeda dalam bentuk fisik dan
peruntukannya. Peran artikel ilmiah sangat tergantung dari
peruntukannya, yaitu untuk melaporkan (to report), mengartikan (to
interpret) atau untuk menganalisis (to analyze) sumber-sumber yang
dimiliki. Namun seringkali ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan.
Artikel ilmiah mempunyai 4 dimensi: yaitu 1) Dimensi hasil pemikiran
atas suatu obyek kajian yang dapat berupa temuan penelitian atau
gagasan analitis kritis; 2) Dimensi bahasa tulis sebagai alat
mempresentasikan hasil pemikiran penulis dalam bentuk satuan-satuan
makna dan penanda hubungan satuan – satuan makna secara eksplisit;
3) Dimensi sistematika yang dijadikan unsur pembeda antara bentuk
karya tulis artikel dengan bentuk karya tulis lain; 4) Dimensi kaidah
penulisan yang harus ditaati, baik yang bersifat universal (umum)
maupun bersifat selingkung.
Artikel sangat berbeda dengan karya tulis ilmiah. Dari segi bahasa,
bahwa artikel lebih sederhana karena sasaran pembacanya menjangkau
semua kelompok masyarakat. Sedangkan bahasa yang digunakan dalam
karya tulis ilmiah haruslah menggunakan bahasa yang formal sehingga
kadang-kadang terasa kaku. Dari segi isi, gagasan-gagasan dalam
sebuah artikel tidak perlu ditunjang oleh bukti-bukti yang lengkap
sebagaimana dalam karya tulis ilmiah. Di dalam karya tulis ilmiah, penulis
harus menyertakan sumber data berupa kutipan, catatan kaki, biografi,
serta daftar pustaka pada akhir tulisan. (Admin Sevima,
https://sevima.com/pengertian-karya-ilmiah-menurut-para-ahli-dan-
jenis-jenis-karya-ilmiah/ ).

76
b. Ciri-ciri dan Syarat-syarat Artikel Ilmiah
Suatu artikel dikatakan baik apabila memiliki semua kriteria yang dimiliki
artikel. Adapun ciri artikel yang baik yaitu: 1) Aktual; 2) Cukup panjang
dan bagus; dan 3) Mempunyai gambar-gambar sebagai ilustrasi lengkap.
Secara lebih spesifik, suatu artikel ilmiah harus memiliki ciri-ciri berikut:
1) Sintesa temuan-temuan tentang suatu topik dan pendapat penulis; 2)
Pekerjaan yang memperlihatkan keaslian (originality) penulis; 3)
Pengakuan / pernyataan / jawaban terhadap semua sumber yang
digunakan; dan 4) Memperlihatkan bahwa penulis merupakan bagian
dari suatu komunitas akademis.
Syarat-syarat Artikel yang baik adalah: 1) Mengandung masalah; 2) Topik
harus spesifik, sehingga dapat dengan mudah diuraikan atau dijelaskan.
Semakin spesifik suatu topik, semakin mudah bagi penulis untuk
menyelesaikannya; 3) Semua gagasan harus bisa
dipertanggungjawabkan dengan mengikutsertakan alasan, bukti, dan
contoh; dan 4) Panjang artikel antara 3-5 halaman. Sebuah artikel
hendaknya menyertakan alternatif pemecahan persoalan atau
menyertakan harapan, usul atau saran kepada pembaca (http://toka-tiki-
toki.blogspot.com/2011/12/artikel-ilmiah-dan-tulisan-populer.html)

c. Aturan Umum untuk Menulis Artikel Ilmiah


Ada beberapa aturan umum untuk menulis artikel ilmiah (Abdullah, D. A.,
Kode Etik Penulis dan Etika Penulisan Dalam Artikel Ilmiah, 2012 dalam
Wisnu Jatmico, dkk. : 2015) antara lain:
1) Outline untuk mengarahkan penelitian
Proses penulisan artikel ilmiah dan penelitian merupakan satu hal
yang sejalan dan tidak dapat dipisahkan. Untuk itu diperlukan adanya
outline atau desain penelitian untuk membantu dalam proses
penentuan tujuan penelitian, alur percobaan yang akan dilakukan
dalam penelitian, serta mengorganisir materi dan data yang akan
digunakan. Proses menulis artikel ilmiah dapat digunakan untuk
menilai kembali penelitian secara keseluruhan, mengevaluasi alur
percobaan, dan memeriksa validitas hasil penelitian.
2) Lebih sedikit lebih baik
Keputusan untuk membuat satu penelitian atau lebih dari satu
penelitian harus didasarkan pada pertimbangan terhadap dampak
sosial yang ditimbulkan oleh artikel ilmiah pada suatu subyek/bidang
penelitian. Signifikansi dan keterkaitan hasil penelitian yang disajikan
secara keseluruhan dalam artikel ilmiah harus menjadi kualitas dari
penelitian. Lebih sedikit artikel ilmiah yang dihasilkan dalam satu

77
penelitian dan memiliki nilai yang lebih signifikan pada satu bidang
keilmuan adalah lebih baik.
3) Pilih pembaca yang tepat
Menentukan sudut pandang pada artikel ilmiah yang akan dibuat
merupakan sebuah tantangan pada awal proses menulis.
Menentukan informasi yang akan disampaikan dari berbagai sudut
pandang merupakan suatu hal yang penting. Permasalahan ini dapat
diuraikan dengan memilih target pembaca dan jurnal yang sesuai.
4) Alur yang logis
Dasar untuk menghasilkan tulisan yang bagus sehingga mudah untuk
dipahami adalah logika dan teori yang jelas sebagai dasar penulisan
artikel ilmiah. Untuk membuat tulisan yang mudah diikuti alurnya
(flow), maka perlu untuk menentukan alur logika (logic flow) terlebih
dahulu sebelum mulai menulis. Urutan yang logis juga bermanfaat
untuk menghindari bahasan masalah dan kutipan pendapat yang
sama pada beberapa bab, sehingga menyebabkan pembaca merasa
tidak nyaman. Strategi efektif untuk membantu mengembangkan
alur logika (logic flow) yaitu dengan membuat atau
memperkirakannya dengan gambar maupun tabel yang akan
dihasilkan dari penelitian tersebut. Kemudian kita susun secara
berurutan sesuai dengan alur logika (logic flow) pada eksperimen.
5) Sistematis dan informatif
Artikel ilmiah yang baik harus bersifat sistematis dan informatif agar
mudah dipahami oleh pembaca. Untuk mewujudkannya ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu; Pertama, aspek yang
penting dan relevan dari hipotesis harus dibahas dengan data
pendukung yang lengkap dan detail. Jika terkendala masalah batasan
halaman, maka harus fokus pada satu atau dua aspek yang utama
secara detail. Kedua, tidak menyatakan hasil yang sudah disajikan
dalam gambar dan tabel, yang membuat penulisan menjadi berulang.
Seharusnya dilakukandengan cara mengupas atau membahas hasil
yang diperoleh dan bagaimana dampaknya terhadap penelitian yang
dilakukan. Ketiga, membuat suatu artikel ilmiah dapat berdiri sendiri
tanpa materi pendukung. Berilah latar belakang dan pengantar yang
cukup untuk pambaca yang menjadi target penelitian. Keempat,
buatlah keterangan eksplisit sehingga tidak perlu untuk mencari atau
melihat data yang ditampilkan sebelumnya. Kelima, gambar dan tabel
merupakan komponen yang penting dari paper. Hal ini bertujuan
untuk membantu interpretasi data yang disajikan. Sehingga peneliti

78
harus dapat membuat gambar dan tabel lengkap dengan semua
informasi yang diperlukan.
6) Ringkas dan mudah dipahami
Dalam menulis artikel ilmiah, ketepatan penggunaan kata dan
keringkasan isi merupakan hal yang harus diperhatikan. Penulisan
artikel ilmiah dengan kalimat rumit dan pemilihan kata-kata yang
kurang tepat akan menganggu, membosankan, dan menjenuhkan
pada pembaca. Sehingga, pembaca akan merasa sulit untuk
memahami artikel ilmiah yang dibacanya.
7) Sentuhan seni (tidak monoton)
Artikel ilmiah yang ditulis dengan sentuhan nilai seni atau tidak
monoton akan memberikan kesan kepada pembaca terhadap kualitas
penelitian kita. Hal ini juga akan berguna pada proses review.
Sehingga, kita perlu memfokuskan pada ejaan, pemilihan kata,
menghindari gaya tulisan yang membosankan, margin halaman, font,
dan lain-lain. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah memiliki
kamus lengkap dengan thesaurus-nya dan contoh penggunaanya
pada kalimat.
8) Menjadi hakim untuk artikel ilmiah kita sendiri
Sebuah naskah yang lengkap biasanya memerlukan banyak literasi
untuk melakukan revisi. Memiliki sikap yang objektif atau fair selama
revisi sangat penting untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
ketika menulis. Objektivitas dengan pekerjaan yang kita lakukan
dengan tidak melebih-lebihkan atau meremehkan pentingnya hasil
dan metode yang dikembangkan. Setelah bekerja keras cukup lama
pada bidang yang diteliti, maka seseorang akan menjadi ahli
terhadap masalah yang dipelajari. Ketika melakukan revisi draft
paper, lupakan sementara penelitian dan kerja keras yang sudah kita
lakukan. Untuk lebih konkrit, posisikan diri kita sebagai reviewer
dengan melihat dengan detail penelitian yang sudah dilakukan,
logika penulisan, kebenaran dan kevalidan dari hasil penelitian,
kesimpulan yang diambil dari hasil analisa, organisasi artikel ilmiah
yang dibuat, dan penyajian data yang digunakan dalam penelitian.
Pada praktiknya kita dapat meletakkan draft yang sudah dibuat
dalam waktu satu atau dua hari. Kemudian, cobalah untuk
melupakannya dan setelah itu kita kembali dengan keadaan yang
fresh, dengan menganggap artikel ilmiah tersebut dibuat oleh orang
lain, membacanya dengan teliti, dan berusaha mencari kelemahan
dari artikel ilmiah yang sedang dibaca. Pada proses ini, pahami artikel
ilmiah tanpa mencoba untuk memahami atau mengintepretasikan

79
dari sudut pandang kita. Jangan takut untuk membuang kalimat yang
dianggap tidak penting atau membingungkan. Hal ini mungkin
melelahkan dan sedikit tidak nyaman, tapi sangat berguna untuk
menghasilkan tulisan yang baik dan logis.
9) Meminta kritikan dari orang lain
Sebelum melakukan pengajuan artikel ilmiah (submission), sangat
penting untuk mengantisipasi kemungkinan pertanyaan dan kritikan
yang mungkin muncul dari reviewer. Sehingga, peneliti dapat
memperbaiki artikel ilmiah yang sudah dibuat menjadi lebih mudah
dipahami orang lain. Untuk melakukannya dapat meminta pendapat
atau pembahasan dari rekan kerja. Diskusikan penelitian yang sudah
dilakukan, sehingga mendapat masukan, saran dan kritik untuk
pekerjaan yang sudah dilakukan. Sebuah seminar atau pertemuan
dalam kelompok riset dapat membantu menemukan masalah yang
mungkin muncul. Jika anda adalah mahasiswa yang sedang
mengerjakan tesis, hal itu sangat baik untuk dipresentasikan ke
dewan penguji atau pembimbing tesis sehingga mendapat masukan
untuk perbaikan penelitian dan penulisan yang dilakukan.
10) Membuat tim virtual dari kolaborator
Ketika pengajuan artikel ilmiah ditolak atau mendapatkan ulasan
yang tidak baik, sikap kita sebaiknya tidak tersinggung dan jangan
diambil hati. Harus disadari bahwa pemberi ulasan (reviewer) sudah
menyisihkan waktunya untuk membaca dan memberikan
penilaiannya, yang mana waktu mereka bisa saja digunakan untuk
mengerjakan penelitiannya sendiri. Sehingga, reviewer secara tidak
langsung telah membantu untuk membuat artikel ilmiah menjadi
lebih baik dan lebih mudah dipahami oleh target pembaca. Oleh
karena itu, reviewer dapat dipertimbangkan sebagai kolaborator
dalam penelitian dan sebaiknya diperlakukan dengan baik.
Hal tersebut dapat meningkatkan kualitas artikel ilmiah dan
penelitian. Membaca dan memeriksa ulasan yang telah diberikan
oleh reviewer secara obyektif. Seringkali sebuah kritik dibesar-
besarkan karena salah satu aspek dari hipotesis penelitian tidak
dipelajari secara mendalam atau hasil yang penting dari penelitian
sebelumnya tidak disebutkan atau tidak konsisten dengan penelitian.
Jika kritik yang diberikan adalah mengenai ketahanan (robustness)
sebuah metode yang digunakan atau validitas hasil, seringkali
penelitian perlu diulang atau perlu dilakukan penambahan data. Jika
yakin bahwa reviewer telah salah paham pada titik tertentu, maka

80
periksa ulang tulisan yang telah dibuat. Hal yang sering terjadi adalah
penulisan kata-kata yang kurang tepat dapat membuat reviewer
memiliki persepsi yang salah. Jika hal ini terjadi, maka perlu
dilakukan revisi penulisan secara menyeluruh. Jangan berdebat
dengan reviewer tanpa adanya data pendukung dan jangan
mengirimkan artikel ilmiah ke tempat lain tanpa adanya proses
perbaikan.

d. Jenis-Jenis dan Bentuk Artikel Ilmiah


1) Jenis artikel Ilmiah
Ditinjau dari isinya, artikel ilmiah dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis, antara lain:
a) Research Articles
Research Articles ialah artikel ilmiah yang memuat tentang
informasi ilmu pengetahuan baru dan telah dipublikasikan pada
jurnal, baik itu jurnal nasional maupun jurnal internasional.
Research Articles atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai
artikel ilmiah menjelaskan tentang hasil riset yang bersifat baru
dan original serta menjelaskan bagaimana metodologi penelitian
yang telah dilakukan, pengolahan data yang digunakan untuk
melakukan penelitian dan penjelasan cara untuk mengambil data
serta analisa hasil penelitian yang sudah dilakukan.
b) Review Articles
Review articles menjelaskan tentang tinjauan dari suatu bidang
atau subjek dan merangkum penelitian yang sudah dilakukan.
Review articles biasanya diberi batas awal dan akhir tahun studi
literatur yang diterbitkan. Artikel jenis ini memiliki kesamaan
dengan research article. Kedua artikel tersebut sama-sama
dipublikasi pada peer reviewed jurnal tetapi artikel ini merupakan
ringkasan dari sub-bidang. Pada artikel ini juga tidak terdapat
subbab metodologi. Untuk memulai penelitian sebaiknya
melakukan studi literatur pada review articles terlebih dahulu dan
dilanjutkan pada technical paper. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan gambaran secara umum permasalahan yang
dihadapi dalam penulisan artikel ilmiah yang meliputi teknik yang
digunakan dan penentuan state of the art dari suatu penelitian.
c) News Articles

81
News Articles berisi penjelasan dan analisa dari hasil penelitian
yang dilakukan. Sasaran news articles ditujukan untuk orang
awam. Jadi, tujuan utama news articles adalah memberikan
informasi atau wawasan yang akurat kepada masyarakat
berdasarkan observasi, eksperimen, atau survei yang telah
dilakukan peneliti.
d) Meeting Abstracts and Proceedings
Artikel abstrak dan prosiding merupakan jenis artikel ilmiah yang
berisi penjelasan original research yang dipresentasikan pada
kegiatan konferensi ilmiah. Konferensi ilmiah merupakan salah
satu kegiatan yang ditujukan untuk para ilmuan/peneliti untuk
berdiskusi dan mempresentasikan hasil dari penelitian yang telah
mereka lakukan.
e) Tesis/Disertasi
Karya tulis ilmiah mahasiswa untuk menyelesaikan jenjang studi
S2 (master) di sebut tesis sedangkan karya tulis ilmiah mahasiswa
untuk menyelesaikan jenjang studi S3 (doktor) disebut disertasi.
Tesis dan disertasi memiliki perbedaan dalam hal persentase
kontribusi yang diberikan terhadap penyelesaian permasalahan
yang dihadapi. Tesis mengungkap pengetahuan baru yang
diperoleh dari penelitian yang dilakukan sendiri ditemani oleh
dosen Pembimbing. Pada tahap ini mahasiswa tidak dituntut
untuk menemukan metode yang baru dan original. Sedangkan
disertasi merupakan hasil penelitian yang bersifat original.
Originalitas penelitian dalam disertasi biasanya terdapat dalam
bentuk metode atau model baru yang diterapkan pada selama
proses penelitian yang sedang dilakukan (Wisnu Jatmico, dkk. :
2015).

2) Bentuk Artikel Ilmiah


Ada dua bentuk artikel ilmiah, yaitu; Pertama, artikel konseptual,
yakni artikel yang diangkat dari gagasan atau ide penulis. Kedua,
artikel penelitian, yaitu artikel yang diangkat dari hasil penelitian.
Perbedaaan ke dua artikel tersebut dari bagian isi. Jika dalam artikel
konseptual antara bagian pendahuluan dan bagian penutup hanya
berisi isi artikel yang bisa terdiri dari beberapa subbab; sedangkan
dalam artikel penelitian antara bagian pendahuluan dan bagian
penutup terdapat bagian landasan teoretis, metodologi penelitian,
dan hasil pembahasan. Apapun bentuk fisik dan peruntukannya,
artikel ilmiah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis utama, yaitu:

82
a) Artikel Analitik
Artikel analitik merupakan hasil penelitian tentang suatu topik
tertentu, yang merestrukturisasi dan menyajikan bagian-bagian
dari topik tersebut dilihat dari sudut pandang penelitinya. Artikel
analitik diawali oleh suatu pertanyaan penelitian (research
question). Peneliti melakukan tahap pencarian tentang topik
spesifik tertentu, dimana peneliti belum mengambil kesimpulan
apapun. Peneliti melakukan pencarian informasi dan meneliti hal-
hal yang ada pada lingkup topik yang dipilih, apakah sebelum
atau sesudah peneliti akrab dengan topik tersebut. Peneliti
melakukan penelusuran dan pemikiran kritis berikut evaluasi
terhadap sumber-sumber yang dimilikinya. Pada akhir artikel,
peneliti mengkontribusikan pemikirannya sebagai bahan diskusi
akademis. Kontribusi ini merupakan hasil analisis yang dinyatakan
dalam pernyataan kesimpulan.
b) Artikel Argumentatif (persuasif)
Artikel argumentatif merupakan hasil penelitian tentang suatu
topik tertentu, yang memposisikan terhadap suatu permasalahan
tertentu, dan dengan menggunakan bukti/ fakta yang diperoleh
menyatakan sikap penelitiannya. Artikel argumentatif diawali oleh
suatu tesis penelitian.
Pengertian tesis di sini adalah pernyataan yang didukung oleh
argumen-argumen untuk dikemukakan. Biasanya tesis tersebut
sudah dinyatakan pada suatu paragraf pada bagian pendahuluan
artikel. Berangkat dari tesis, peneliti melakukan pembuktian atau
penunjukkan fakta dan menghubungkannya satu sama lain
dalam kerangka yang logis, sehingga diperoleh suatu konklusi
yang dapat dipertanggungjawakan.
Konklusi dari penelitian ini biasanya berupa suatu generalisasi
atau proposisi. Kebanyakan artikel ilmiah berupa artikel
argumentatif. Berdasarkan kedua hal di atas, maka tulisan ilmiah,
apakah dalam bentuk buku, laporan, ataupun artikel ilmiah pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tulisan analitik atau
tulisan argumentatif (Yunita Winarto, dkk. Karya Tulis Ilmiah
Sosial: Menyiapkan, Menulis dan Mencermatinya, Yayasan Obor
Indonesia, 2016: 61).

e. Pola Dasar dan Sistematika Penulisan Artikel Ilmiah


1) Pola Dasar Artikel Ilmiah

83
Secara umum, artikel ilmiah terdiri dari bagian-bagian yang sudah
baku, yaitu bagian awal, bagian tengah dan bagian akhir. Bagian awal
berisi hal-hal yang bersifat informatif. Ada dua jenis bagian awal,
yaitu yang bersifat umum ada pada semua jenis karya ilmiah, dan
yang bersifat khusus yang hanya dimiliki karya ilmiah tertentu. Bagian
awal artikel ilmiah terdiri atas judul, nama penulis, abstrak, dan kata
kunci. Bagian batang tubuh terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian
pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup. Bagian pendahuluan
setidaknya terdiri dari latar belakang masalah dan rumusan masalah.
Bagian isi berisi persoalan-persoalan inti atau materi inti yang ingin
disajikan. Untuk artikel penelitian bagian isi berupa landasan teori,
metodologi dan hasil pembahasan. Landasan teori berisi teori-teori
atau konsep-konsep yang dipergunakan dalam membahas masalah;
bagian metodologi berisi pendekatan yang digunakan, metode,
sasaran, sampel dan populasi serta langkah-langkah analisis data;
dan bagian hasil dan pembahasan berisi hasil kajian masalah yang
diangkat. Untuk artikel konseptual bagian isi berisi konsep-konsep
dan bahasan masalah. Bagain penutup biasanya berupa simpulan dan
saran (untuk artikel penelitian) dan simpulan atau penekanan untuk
artikel konseptual. Bagian paling akhir dari artikel ilmiah adalah
bagian kepustakaan. Bagian ini berisi daftar pustaka yang digunakan.
(http://www.academia.edu/ 28886223/Pengertian_Artikel_Ilmiah)
Artikel ilmiah di bidang pendidikan umumnya mengikuti aturan dari
jurnal yang akan memuat artikel ilmiah tersebut dan setidak-tidaknya
berisi: 1) Pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat; 2) Kajian teori, yang
menguraikan tentang teori-teori yang relevan; 3) Pembahasan, yang
mengemukakan tentang gagasan/ide penulis dalam upaya
memecahkan masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan dan
pembelajaran di sekolah/ madrasahnya. Pembahasan tersebut
didukung oleh teori dan data yang relevan; dan 4) Kesimpulan.
2) Sistematika Penulisan Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah merupakan tulisan yang berasal dari ide atau gagasan
seseorang atau beberapa orang. Ide tersebut bisa bersifat hal-hal
baru yang belum pernah diteliti atau bisa juga pengembangan
penelitian-penelitian sebelumnya. Artikel ilmiah bukan suatu bentuk
tulisan fiktif atau karangan biasa. Artikel ilmiah merupakan sebuah
tulisan yang bersifat argumentatif atau berisi alasan-alasan, dasar,
atau dalil yang bersifat ilmiah, karena dilandaskan pada kajian teoritis
dan melalui sebuah proses penelitian. Sehingga, hasil yang diperoleh
dari penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

84
Tujuan penulisan artikel ilmiah adalah untuk dipublikasikan. Publikasi
merupakan kebanggaan dan kesuksesan tersendiri bagi orang yang
mencintai artikel ilmiah. Para peneliti, dosen, dan mahasiswa akan
senang sekali bila artikel ilmiah yang sudah disusun bisa
dipublikasikan pada jurnal ilmiah ternama atau konferensi
internasional. Dengan mempublikasikan artikel ilmiah, maka berarti
tulisan seseorang akan dibaca oleh banyak orang, akan dijadikan
sitasi, dan dapat menjadi inspirasi bagi peneliti lain untuk melakukan
penelitian-penelitian lainnya.
Namun, sebelum artikel ilmiah dipublikasikan maka harus melalui
beberapa proses pengujian. Setelah diterima oleh editor, maka
pengujian awal terhadap artikel ilmiah adalah pemeriksaan format
penulisan. Hal-hal tersebut meliputi margin, ukuran kertas, tipe huruf,
font, spasi, penomoran halaman, jumlah baris tiap halaman, dan lain-
lain. Terkadang beberapa artikel ilmiah ditolak karena tidak
memenuhi persyaratan format penulisan yang telah ditetapkan.
Maka, sangat penting untuk memperhatikan instruksi format
penulisan baik pada jurnal ilmiah maupun konferensi.
Proses pengujian artikel ilmiah selanjutnya adalah review. Pada
proses ini, isi atau pembahasan artikel ilmiah akan diperiksa secara
detil dan mendalam. Artikel ilmiah akan dibaca dan direview oleh
orang-orang yang ahli dalam bidangnya. Kemudian, tim review
memeriksa artikel ilmiah mulai dari judul, abstrak, kata kunci, metode
penelitian, hasil penelitian, kesimpulan, penghargaan, referensi dan
lain-lain. Tim review akan memberikan komentar-komentar dan
catatan untuk merevisi kepada penulis bila diperlukan. Apabila lolos
dari proses review maka barulah artikel ilmiah akan dipublikasikan.
Sistematika penulisan merupakan aturan atau tata cara yang
digunakan dalam menulis artikel ilmiah sesuai kaidah yang
disepakati. Setiap jurnal ilmiah maupun konferensi ilmiah biasanya
mempunyai aturan sistematika penulisan masing-masing. Akan
tetapi, secara umum semuanya memiliki kesamaan dalam bagian-
bagian utama penulisan, seperti: judul, identitas, abstrak, kata kunci,
pendahuluan, metodologi, hasil, pembahasan, kesimpulan,
penghargaan, referensi dan lampiran atau appendix. Semua
komponen yang disebutkan di atas diuraikan di bawah ini:
a) Judul
Bagian awal dan terletak paling atas dari artikel ilmiah adalah
judul. Judul adalah bagian artikel ilmiah yang pertama kali dibaca
dan merupakan identitas yang mewakili isi dari suatu artikel

85
ilmiah. Sebuah judul dapat memberikan kesan pertama bagi
orang yang melihatnya.
Apabila judul memberikan kesan baik maka orang akan tertarik
untuk membaca dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu,
judul harus dibuat sedemikian rupa dengan menggunakan kata-
kata yang tepat agar menarik minat pembaca. Dalam memilih
judul sebaiknya tidak terlalu panjang, sederhana, singkat, dan
mudah dimengerti oleh orang lain yang ingin membacanya.
Judul yang terlalu panjang akan sulit untuk diingat dan membuat
pembaca sulit menangkap isi dari artikel ilmiah. Sedangkan judul
yang terlalu singkat tidak dapat menggambarkan isi artikel
ilmiah. Jadi, buatlah judul yang sesuai dengan isi, maksud tujuan,
dan ruang lingkup artikel ilmiah. Pilihlah kata-kata yang tepat
dan tidak bermakna ganda. Ketika menulis judul, sebaiknya
menempatkan kata kunci (keyword) yang dianggap penting, unik,
dan khas. Manfaatnya adalah agar memudahkan pencarian
melalui internet ataupun program komputer yang ada di
perpustakaan yang biasanya memakai sistem kata kunci (key
word system). Dengan meletakan kata kunci pada judul maka
dapat membantu pembaca dalam memahami isi artikel dan
semakin tertarik untuk membaca secara utuh. Apabila menyusun
artikel ilmiah dengan cara berkolaborasi dengan peneliti atau
penulis lain, maka dalam memilih judul harus dibicarakan secara
bersama-sama sehingga terdapat kesamaan visi.
Dengan saling memberikan masukan mengenai judul artikel
ilmiah maka semua penulis akan memberikan ide dan gagasan
yang terbaik. Apabila kolaborasi bersifat internasional, maka
pertemuan bisa dilakukan melalui media sosial seperti Facebook,
Yahoo Messenger, Skype, dan lain-lain. Setelah menentukan judul
yang dianggap tepat, penulis juga bisa meminta pendapat dari
rekan-rekan peneliti lain. Jangan lupa untuk memperhatikan
format penulisan judul sesuai ketentuan pada jurnal atau
konferensi. Secara umum, judul terdiri dari 10-15 kata, ditulis
tegak, cetak tebal (bold), ditengah (center), tidak miring (italic),
dan tidak digaris bawah (underline).
b) Identitas Penulis
Identitas merupakan salah satu bagian penting dari artikel ilmiah.
Identitas dapat mengungkap siapa yang bertanggung jawab
terhadap artikel ilmiah. Bila hanya satu orang yang menyusun
artikel ilmiah, maka hanya ada satu nama yang dicantumkan.

86
Sedangkan bila artikel ilmiah disusun secara berkolaborasi maka
akan terdapat beberapa nama yang dicantumkan.
Identitas sangat penting bagi peneliti atau penulis artikel ilmiah
karena berkaitan dengan H-index. H-index merupakan pengukur
produktivitas seseorang dalam menghasilkan artikel ilmiah yang
telah dipublikasikan. Adakalanya, semakin banyak penulis yang
terlibat dalam artikel ilmiah maka akan semakin berbobot isinya.
Semakin berbobot artikel ilmiah dan dipublikasikan pada jurnal
internasional, maka akan meningkatkan H-index penulis yang
bersangkutan karena akan semakin banyak peneliti lain yang
akan mensitasi artikel ilmiah yang telah kita tulis.
H-index adalah pengukur produktivitas seseorang dalam
menghasilkan artikel ilmiah yang telah dipublikasikan. Identitas
sangat penting tidak hanya bagi editor dan peneliti saja, tapi juga
bagi pembaca yang ingin memperoleh informasi atau
pengetahuan lain yang berhubungan dengan artikel ilmiah.
Identitas terdiri dari tiga bagian yaitu: nama, afiliasi, dan alamat
email penulis. Letak identitas penulis persis di bawah judul artikel
ilmiah. Nama penulis dicantumkan tanpa disertai gelar akademik
dan dicetak tebal (bold) dengan spasi single di bawah judul.
Jika nama penulis agak panjang maka nama yang boleh disingkat
sebaiknya nama depan atau tengah. Nama bagian belakang
penulis usahakan tetap utuh. Dalam mencantumkan nama
penulis, penulis harus konsisten dalam penggunaannya, karena
hal ini akan mempengaruhi key indeks performa yang dimiliki
oleh penulis tersebut pada indexing jurnal seperti pada Scopus
dan Google Scholar.
Institusi penulis adalah fakultas dan
kampus/universitas/perguruan tinggi beserta alamatnya. Letak
dari afiliasi/institusi sekitar satu spasi di bawah nama penulis.
Sedangkan alamat email penulis terletak satu spasi di bawah
afiliasi penulis. Untuk penulis yang terdiri lebih dari satu orang,
maka alamat email yang dicantumkan cukup email penulis
pertama.
c) Abstrak (Abstract)
Abstrak berbeda dengan ringkasan, karena biasanya lebih
pendek dari ringkasan. Abstrak biasanya terdiri dari satu paragraf
dan berisi sekitar 200 sampai 300 kata. Di dalam abstrak tidak
boleh terdapat kutipan, singkatan, tabel, dan gambar. Abstrak
merupakan tulisan singkat yang memberikan penjelasan lengkap

87
mengenai isi artikel ilmiah. Pada jurnal nasional, abstrak ditulis
dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Sedangkan pada Jurnal Internasional, Abstrak ditulis dalam
bahasa Inggris. Abstrak berisi beberapa hal penting yang
mewakili isi artikel ilmiah, yakni sebagai berikut:
(1) Masalah yang diteliti
(2) Metodologi yang digunakan
(3) Hasil penelitian
(4) Kesimpulan dan saran
Salah satu kesalahan yang biasanya terjadi dalam menyusun
abstrak adalah komposisi yang tidak seimbang. Ada sebagian
penulis yang terlalu banyak menuliskan bagian hasil penelitian
dan kesimpulan terlalu lengkap, sedangkan bagian lain seperti
pendahuluan dan metodologi terlalu singkat. Sebaliknya, ada
yang terlalu banyak menjelaskan pada bagian metodologi dan
hasil penelitian. Oleh karena itu, abstrak sebaiknya disusun secara
proporsional agar pembaca dapat memahami dengan jelas.
Selain judul, abstrak merupakan bagian dari artikel ilmiah yang
sering dibaca dan dapat ditelusuri oleh mereka yang suka
mencari artikel ilmiah melalui media internet. Pada jurnal ilmiah
online, bagian abstrak dan semua bagian lain dari artikel ilmiah
dapat dibaca secara utuh. Akan tetapi, khusus pada jurnal ilmiah
online berbayar hanya bagian abstrak beserta judul dan identitas
penulis saja yang masih dapat dibaca dan di-download. Sehingga,
abstrak juga merupakan salah satu bagian penting artikel ilmiah
yang dapat membantu pembaca untuk memutuskan dalam
membaca artikel ilmiah secara utuh atau tidak. Jadi, sangat
penting untuk menyusun abstrak yang baik, informatif, dan
deskriptif. Agar penulis mudah menyusun abstrak yang bagus,
sebaiknya ditulis setelah semua bagian isi artikel ilmiah atau
penelitian selesai dilaksanakan.
d) Kata Kunci/Keywords
Kata kunci merupakan beberapa kata-kata inti dari artikel ilmiah.
Kata kunci (keywords) sebaiknya ditulis mengacu kepada istilah
yang sesuai dengan topik pembahasan artikel ilmiah, sehingga
dapat membantu pembaca untuk memahami isi artikel ilmiah.
Kata kunci berupa kata tunggal (satu suku kata) atau istilah
(gabungan beberapa suku kata). Untuk memilih kata kuci yang
baik maka pilihlah kata-kata atau istilah yang sering disebutkan
dan terdapat di dalam judul, abstrak maupun isi artikel ilmiah.
Letak kata kunci (keywords) terdapat di bawah abstrak. Kata kunci

88
sebaiknya terdiri dari tiga sampai enam kata atau istilah. Untuk
jurnal ilmiah nasional biasanya kata kunci ditulis dalam dua
bahasa seperti abstrak, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris. Sedangkan untuk jurnal ilmiah internasional maka kata
kunci cukup ditulis dalam bahasa Inggris. Beberapa jurnal ilmiah
juga meminta penulisan kata kunci dengan huruf biasa dan ada
pula yang menginginkan kata kunci ditulis dengan huruf miring
(italic).
e) Pendahuluan (Introduction)
Pendahuluan merupakan bagian artikel ilmiah yang membawa
pembaca atau orang lain untuk memahami permasalahan yang
akan dibahas pada artikel ilmiah secara urut, jelas, dan terperinci.
Pada bagian pendahuluan, penulis atau peneliti dapat
mencantumkan kutipan atau sitasi cukup dengan menggunakan
angka atau nama penulis sesuai dengan aturan sitasi yang
digunakan. Adapun hal-hal yang terdapat dalam pendahuluan
antara lain ialah sebagai berikut:
(1) Latar Belakang dan Perumusan Masalah.
Pada bagian ini diuraikan alasan pemilihan memilih judul
artikel, alasan/argumentasi, dan mengenai hal yang membuat
penulis/peneliti tertarik untuk membahas masalah tersebut.
Kemudian dilanjutkan dengan permasalahan yang akan
menjadi fokus dalam artikel ilmiah tersebut. Agar penelitian
fokus dan tidak menyebar kepada hal-hal yang dianggap tidak
penting, maka penting juga untuk memberikan batasan
permasalahan.
(2) Tujuan
Hal-hal yang diuraikan dalam tujuan penelitian sebaiknya
berhubungan dengan judul dan untuk membuktikan teori-
teori yang digunakan dalam penelitian.
(3) Manfaat
Hal-hal yang dibahas dalam manfaat penelitian adalah
mengenai hasil penelitian yang diharapkan dapat berguna
bagi peneliti, objek penelitian, masyarakat, dan ilmu
pengetahuan
(4) Hipotesis
Hipotesis merupakan bentuk pernyataan atau jawaban
sementara peneliti dari permasalahan yang akan dibahas
karena harus diuji atau dibuktikan kebenarannya. Hipotesis

89
hanya terdapat pada artikel ilmiah yang menggunakan jenis
penelitian kuantitatif.
f) Tinjauan Pustaka/Kajian Teori
Bagian ini berisi pembahasan tentang teori dan hasil penelitian
yang berkaitan atau mendukung dalam penulisan artikel ilmiah.
Teori dan hasil penelitian dapat berasal dari jurnal nasional
maupun jurnal internasional. Hal ini berguna untuk lebih
meyakinkan pembaca agar semakin tertarik membaca hasil
penelitian pada artikel ilmiah.
g) Metodologi
Metodologi penelitian adalah tata cara atau aturan yang
digunakan dalam melaksanakan riset atau penelitian. Metodologi
merupakan prosedur penelitian yang tersusun secara sistematis
dan ilmiah, sehingga menjadi aturan yang harus dilakukan dalam
penelitian. Dalam artikel ilmiah, bagian metodologi berisi uraian
bagaimana proses penelitian dilaksanakan secara singkat, padat
dan harus jelas.
h) Hasil dan Pembahasan (Result and Discussion)
Hasil dan pembahasan penelitian merupakan bagian terpenting
dalam artikel ilmiah. Hal ini karena pada bagian tersebut dapat
dilihat bagaimana kemampuan dan kualitas seorang peneliti
dalam menganalisa data-data penelitian yang diperoleh sebelum
diolah menjadi kesimpulan.
Terdapat sebagian jurnal yang menginginkan agar bagian ini
dibuat secara terpisah, ada juga yang meminta dibuat satu
bagian, dan ada pula yang membebaskan dalam penyusunannya.
Apabila bagian hasil (result) dan pembahasan (discussion) dipisah,
maka pada bagian hasil (result) hanya menguraikan hasil
penelitian saja baru kemudian pada bagian pembahasan
(discussion) diuraikan tentang pembahasan analisa hasil
penelitian. Sedangkan untuk bagian hasil dan pembahasan (result
and discussion) disatukan maka penulis harus dapat menguraikan
secara urut dan jelas agar mudah dipahami. Sebelum
menganalisa hasil penelitian, semua data yang diperoleh
merupakan data mentah sehingga harus diproses terlebih
dahulu.
Penelitian yang menggunakan teknik pengumpulan data dengan
cara observasi, wawancara, maupun angket harus
menyederhanakan data. Proses penyederhanaan data dapat

90
dilakukan dengan mengelompokan dan menghitungnya sesuai
dengan teknik analisa data yang tepat. Kemudian data-data
tersebut ditampilkan dalam bentuk grafik, gambar, atau tabel,
serta dilengkapi dengan analisa data berupa uraian teks agar
mudah dimengerti. Grafik digunakan untuk menjelaskan data
yang cukup banyak dan agak rumit, sedangkan penggunaan
tabel biasanya untuk data yang sedikit dan sederhana.
Dalam bagian ini, peneliti harus menggunakan cara berfikir yang
sistematis agar dapat mendukung kesimpulan yang akan dibuat.
Uraian hasil penelitian dibuat dengan terstruktur, jelas, dan
terarah agar tidak terjadi pengulangan kalimat atau pembahasan
yang membuat bingung pembaca. Hasil penelitian dapat dibuat
dengan kalimat deduktif atau induktif dan mengacu pada
hipotesis penelitian. Pada artikel ilmiah yang ditulis dalam bahasa
Inggris maka hasil penelitian dibuat dengan kalimat past tense.
Untuk jenis penelitian tinjauan pustaka atau studi literatur,
peneliti harus dapat menganalisa data-data secara objektif,
sistematis, komprehensif, dan faktual. Walaupun tidak
menggunakan rumus matematika atau statistik, namun tetap
dibutuhkan kemampuan untuk mendapatkan hasil penelitian
yang akurat. Peneliti juga dapat meminta bantuan rekan atau
kolega untuk menyusun hasil penelitian.
i) Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
yang terdapat pada rumusan masalah atau pertanyaan penelitian.
Jumlah kesimpulan harus disesuaikan dengan jumlah rumusan
masalah yang telah diuraikan pada bagian pendahuluan artikel
ilmiah. Sehingga, pembaca akan lebih mudah memahami
penjelasan dan uraian artikel ilmiah. Pada dasarnya, kesimpulan
berisi ringkasan dari artikel yang telah diuraikan pada bagian
hasil atau pembahasan. Sehingga bagian kesimpulan harus ditulis
secara ringkas dan jelas. Namun, bentuk uraian dideskripsikan
dalam bentuk kalimat-kalimat dan bukan angka-angka, grafik,
dan tabel seperti pada bagian hasil.
Hal lainnya yang juga perlu diuraikan dalam artikel ilmiah adalah
saran. Saran dibuat berdasarkan isi yang diuraikan pada bagian
hasil dan analisis serta sejalan dengan kesimpulan. Bagian saran
biasanya berisi rekomendasi untuk penelitian-penelitian
selanjutnya atau rekomendasi untuk pihak lain yang
berkepentingan dengan hasil penelitian.

91
j) Penghargaan (Acknowledgment)
Penulis dan peneliti yang baik akan selalu menghargai siapa saja
yang telah memberikan bantuan dalam penelitian. Bentuk
penghargaan tersebut disampaikan pada bagian penghargaan.
Penghargaan atau acknowledgment adalah suatu bentuk ucapan
terima kasih kepada perorangan atau institusi yang telah
memberikan bantuan terhadap pelaksanaan penelitian dan
penyusunan artikel ilmiah.
Selain sebagai bentuk apresiasi, penghargaan merupakan bentuk
pertanggungjawaban peneliti atas bantuan yang diterima. Bentuk
bantuan meliputi moril dan materil seperti saran-saran,
pemeriksaan tata bahasa (khususnya artikel ilmiah berbahasa
Inggris), membantu proses pengumpulan dan analisa data, dana
penelitian, sarana penunjang penelitian dan lain-lain.
Pada penulisan artikel ilmiah, bagian penghargaan
(acknowledgment) tidak harus selalu dicantumkan. Penulisan
bagian ini didasarkan pada seberapa pentingnya bantuan yang
diberikan. Semakin penting dan berharga suatu bantuan maka
akan mendapat prioritas untuk dicantumkan. Bentuk bantuan
yang biasanya dicantumkan pada bagian penghargaan adalah
dana hibah penelitian (research grant).
Dengan mencantumkan penghargaan pada artikel ilmiah maka
akan memberikan keuntungan. Bagi peneliti, mencantumkan
bagian penghargaan akan memudahkan apabila ingin mendapat
bantuan selanjutnya di masa yang akan datang. Sedangkan bagi
pemberi bantuan, dengan pencantuman nama atau instansinya
akan mendapatkan kebanggan karena telah ikut berpartisipasi
dalam penelitian dan senang karena bantuan mereka bermanfaat
bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
Apabila kita mendapat bantuan dana penelitian (research grant),
maka tulislah nama institusi dan nomor kontrak perjanjiannya.
Uraian pada bagian penghargaan ditulis dengan bahasa formal
tapi tidak berlebihan. Setelah itu, jangan lupa untuk
mengkonfirmasi kepada yang bersangkutan bahwa namanya
dicantumkan dalam bagian penghargaan artikel ilmiah.
k) Referensi
Referensi adalah bagian yang berisi sumber rujukan atau sumber
acuan yang dipakai penulis untuk mengutip literatur sebagai
bahan artikel ilmiah. Hal ini sangat bermanfaat dalam
penyusunan artikel ilmiah untuk menghindari plagiarisme atau

92
dianggap plagiat. Semua sumber yang disitasi harus dicantumkan
pada bagian referensi dan begitu pula sebaliknya. Ada beberapa
model penulisan referensi, diantaranya:
(1) Sistem MLA (Modern Language Association)
(2) Sistem APA (American Psychological Association)
(3) Sistem CBE (Council of Biology Editors)
(4) Sistem IEEE
(5) Sistem Chicago
(6) Sistem Harvard
(7) Sistem Turabian
(8) Sistem AMA (American Medical Association)
(9) Sistem ACS (American Chemical Society)
(10) Sistem CSE (The Council of Science Editors)
(11) Sistem AAA (American Anthropological Association)
(12) Sistem APSA (The American Political Science Association)
(13) Sistem ASA (American Sociological Association)
(14) Sistem NLM (National Library of Medicine)
(15) Sistem ACS (American Chemical Society)
(16) Sistem MHRA (Modern Humanities Research Association)
Dari bermacam-macam model penulisan referensi di atas, yang
saat ini sering digunakan dalam penulisan artikel ilmiah adalah
sistem penomoran (vancouver) atau biasa juga disebut dengan
sistem referensi IEEE. Sistem IEEE adalah penulisan referensi
dengan memberikan penomoran angka secara berurutan untuk
menunjukan sitasi atau sumber rujukan. Pada bagian naskah
artikel ilmiah apabila penulis mengutip pendapat atau kalimat
dari suatu sumber maka cukup ditulis dengan angka dalam
kurung seperti [1], [2], [3] dan seterusnya di akhir kalimat yang
dikutip atau jika ingin menyertakan nama yang disitasi ke dalam
tulisan kita, maka cukup dengan meletakkan penomoran tersebut
setelah nama yang disitasi. Kemudian pada daftar referensi,
penulisan sumber rujukan ditulis secara urut sesuai nomor pada
naskah artikel ilmiah.
Dengan sistem penomoran, maka akan dapat memudahkan
pembaca untuk menemukan sumber rujukan atau sitasi bila
dibandingkan dengan sistem referensi yang menggunakan
urutan alfabetis nama penulis pada sistem Harvard atau sistem
CBE (Council of Biology Editors). Selain itu, menggunakan sistem
penomoran dapat memudahkan penulis dalam menyusun
sumber rujukan. Dalam kaitannya dengan publikasi ilmiah,
sebaiknya gunakan sumber rujukan yang up-to-date dan

93
perhatikan kembali instruksi format penulisan pada jurnal yang
bersangkutan. Tak jarang pula sistem penulisan referensi APA
digunakan dalam penulisan artikel ilmiah. Pencantuman sitasi
sesuai dengan penulisan gaya APA terdiri dari nama penulis yang
disitasi berikut tahunnya. Contoh: (Jatmiko, 2013). Gaya penulisan
sitasi pada buku ini menggunakan gaya penulisan APA.
l) Lampiran
Lampiran adalah bagian tambahan dalam penulisan artikel ilmiah
yang berisi informasi atau data-data yang berkaitan dengan
artikel ilmiah. İsi lampiran bisa berupa tabel, grafik, gambar, atau
yang lainnya. Disebut sebagai bagian tambahan karena bagian ini
perlu dicantumkan pada bagian tersendiri. Apabila dicantumkan
pada bagian tubuh atau isi artikel ilmiah maka dapat menganggu
alur tulisan. Sedangkan jika tidak dicantumkan atau dibuang,
maka akan mengurangi penjelasan isi artikel ilmiah. Untuk
beberapa penelitian yang menggunakan kuesioner atau angket
sebagai instrumen pengumpulan data, sebaiknya dicantumkan
contoh angket pada bagian lampiran. Hal ini akan memudahkan
pembaca untuk memahami isi artikel ilmiah khususnya pada
bagian hasil dan kesimpulan.
Pada bagian lampiran, penulis tidak perlu menambahkan tulisan
atau kalimat pengantar di dalamnya. Penulis cukup
mencantumkan bagian isi dari angket yang berisi daftar
pertanyaan atau pernyataan. Lampiran biasanya digunakan untuk
mendukung hasil penelitian yang didapatkan, atau dalam kata
lain lampiran berfungsi untuk menjelaskan secara lebih rinci
tentang hasil penelitian yang diperoleh (Wisnu Jatmico, dkk. :
2015).
f. Proses Penulisan Artikel Ilmiah
Untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah haruslah memenuhi kaidah
penulisan yang telah ditetapkan. Laplante (2012) menjelaskan proses
penulisan dalam lima tahap, yaitu: brainstorming, drafting, revising,
editing dan publishing.
Pertama, brainstorming. Proses ini umumnya disebut dengan pre-writing,
merupakan pencatatan ide di atas kertas. Dalam penulisan kreatif, proses
ini sangat bebas bentuk dan bisa mencakup gagasan apapun, ibaratnya
apa yang ada dalam pikiran dapat dituangkan dalam selembar kertas.
Kedua, drafting. Proses ini dimulai dengan melengkapi kalimat secara
utuh paragraf dan sub topik yang dilakukan saat proses brainstorming.
Selanjutnya membuat penghubung antara kalimat dan sub topik. Pada

94
proses ini biarlah ide mengalir, abaikan sementara tata bahasa, walaupun
pada layar komputer anda telah menunjukkan kesalahan pengejaan.
Ketiga, revising. Setelah menghasilkan tulisan lengkap, selanjutnya
membuat tulisan yang baik melalui revisi. Laplante (2012) menyarankan
untuk minimal melibatkan dua orang. Satu orang yang memahami
secara teknis, yaitu orang yang memahami tentang bidang tersebut.
Sedangkan yang lainnya secara non teknis, yang berfungsi untuk
menemukan kesalahan logika dari tulisan tersebut. Sampai kapan
mengakhiri tahapan revisi? Jawabannya sampai batasan waktu yang
telah ditentukan tiba.
Keempat, editing. Tahapan ini bisa menggunakan beberapa cara.
Melakukannya sendiri, meminta bantuan teman atau menggunakan jasa
editor profesional. Hal-hal yang perlu dilakukan selama proses ini adalah
memperhatikan tata bahasa dan format yang telah ditetapkan.
Kelima, publishing. Proses ini merupakan tahap akhir dari sebuah tulisan
dan dimaksudkan bahwa dokumen kita dapat diakses oleh publik.
Sebelum mempublikasikan dokumen tersebut, haruslah yakin bahwa
inilah final version dan telah layak dibaca (Muhammad Farid, 2017).
Senada dengan pendapat di atas, Anne Whitaker (2010) menyatakan
bahwa untuk penulis pemula langkah-langkah menulis artikel ilmiah
dapat ditempuh sebagai berikut:
1) Pilih sebuah topik
Topik dipilih dengan cara memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan
subjek yang menarik kemudian mempersempit ide-ide tersebut dari
subjek ke topik. Subjek adalah konsep yang luas. Cara
mempersempit subjek dengan melihat bagian-bagiannya yang lebih
kecil, atau dengan memilih masalah khusus, periode waktu, atau
tempat untuk diliput dengan melakukan sedikit riset umum jika tidak
tahu banyak tentang subjek. Juga bisa dengan bertanya pada diri
sendiri “Siapa?, Apa?, Dimana?, Kapan?, Mengapa?, dan Bagaimana?”.
Pertanyaan tentang subjek dapat membantu dalam membatasi
subjek dan menentukan minat. Topik yang dipilih adalah yang sesuai
dengan tujuan yang ditentukan.
Untuk memfokuskan artikel, sebaiknya topik dituliskan dalam bentuk
pertanyaan yang akan dijawab oleh artikel tersebut. Karakteristik
topik artikel yang baik adalah sebagai berikut:
a) Pertanyaan yang tidak memiliki jawaban yang sederhana, tetapi
memiliki beberapa jawaban alternatif, atau tidak ada jawaban
yang diterima, atau mungkin yang mudah tetapi tidak
memuaskanmenjawab. Dengan kata lain, tidak ada jawaban

95
"benar" untuk pertanyaan ini. Artikel ini akan memberikan dan
membenarkan jawaban terbaik.
b) Pertanyaan yang layak dijawab. Pembaca akan memperhatikan
jawaban atas pertanyaan ini, karena artikel ini memiliki beberapa
arti.
c) Artikel ini akan mencapai tujuannya. Apakah artikel informatif ini
benar-benar memberi pembacaperspektif baru? Apakah
pembaca akan menerima analisis yang terdapat dalam makalah
analitis ini? Apakah artikel persuasif ini berhasil mengubah
pandangan pembaca?Ini sangat penting untuk dipertimbangkan
dengan topik artikel persuasif.
d) Penulis tertarik dengan topik yang dipilih karena ia akan
menghabiskan banyak waktu dengan topik ini. Penulis tidak
memilih sesuatu yang tidak akan membuatnya bosan atau
tersiksa.
e) Topiknya adalah ukuran yang tepat untuk panjang artikel.
f) Ada cukup (tetapi tidak terlalu banyak) informasi yang tersedia di
sumber yang dapat dipercaya.
g) Penulis memiliki cukup waktu untuk melakukan apa yang perlu
dilakukan. Berapa lama waktu yang dimiliki sebelum tanggal
jatuh tempo? Penulis mungkin harus membatasi kompleksitas
topik jika ia menunggu terlalu lama untuk memulai.

2) Pikirkan (brainstorming).
Ketika topik sudah dipilih, mulai melakukan brainstorming dengan
menuliskan semua kemungkinan jawaban atas pertanyaan yang
dijaukan, kemudian menuliskan semua informasi, opini, dan
pertanyaan tentang topik yang dipilih. Brainstorming akan
membantu penulis melihat apa yang sudah diketahui dan dipikirkan,
juga apa lagi yang perlu diketahui penulis tentang topik yang
dipilihnya sehingga penulis tidak akan melupakan ide-ide tersebut.
3) Penelitian.
Penelitian adalah bagian yang terkait dengan proses penulisan.
Penulis akan terus melakukan penelitian selama proses penulisan,
ketika ia menemukan tesis, membuat garis besar dasar dan kemudian
garis besar rinci, menulis artikel, dan merevisinya. Agar penelitian
lebih efektif dan memakan waktu lebih sedikit seseorang dapat
melakukan tiga hal, yaitu 1) rencanakan penelitian sebelum memulai;
2) siapkan dan ikuti jadwal penelitian; dan 3) segera rekam informasi
sumber.

96
4) Temukan Tesis.
Pernyataan tesis adalah kalimat yang paling penting dalam sebuah
artikel. Jika seseorang bertanya, "Apa yang dikatakan dalam artikel?"
Jawaban penulis akan menjadi pernyataan tesisnya. Pernyataan tesis
yang baik biasanya meliputi:
a) Gagasan utama artikel.
b) Pendapat atau sudut pandang penulis.
c) Tujuan makalah.
d) Jawab pertanyaan penelitian.
e) Suatu unsur kejutan.
f) Kejelasan.
Pernyataan tesis ditulis ketika penulis tahu jawaban atas pertanyaan
penelitiannya. Seseorang mungkin memiliki gagasan sebelum mulai
meneliti, ia dapat menemukannya saat ia melakukan penelitian, atau
ia mungkin tidak mengetahuinya sampai ia hampir selesai menulis
artikelnya. Sangat berguna untuk memiliki ide tesis di awal untuk
membantu penulis fokus, tetapi boleh juga untuk mengubah
pernyataan tesis saat seseorang menjalani proses penulisan dan
belajar dan berpikir lebih banyak tentang topik tersebut.
5) Merencanakan (garis besar)
Setelah penulis memiliki pernyataan tesis pendahuluan (jawaban atas
pertanyaan penelitian), ia dapat membuat garis besar dasar.
Seseorang penulis mungkin dapat melakukan ini sebelum melakukan
penelitian apa pun, atau ia mungkin perlu membaca lebih banyak
tentang topik tersebut terlebih dahulu. Garis besar dasar adalah
upaya pertama penulis untuk mengatur ide-ide dari artikelnya. Ini
akan membantu penulis memfokuskan riset dan mempertimbangkan
urutan idenya. Untuk memilih dan menetapkan poin penting dalam
outline dapat dilakukan hal-hal berikut:
a) Tuliskan pertanyaan dan jawabannya (pernyataan tesis
pendahuluan). Jangan khawatir tentang menulis pernyataan tesis
yang indah, mudah diingat, dan kuat; hanya jawaban sederhana
untuk pertanyaan sudah cukup untuk memulai garis besar dasar.
b) Tuliskan semua alasan/argumen/efek/ solusi.
c) Lihatlah daftar dan atur ide-ide. Beberapa mungkin digabungkan
sebagai satu ide yang lebih besar; beberapa mungkin hanya
mengulang kata lain dengan kata lain.
d) Ide yang tersisa akan menjadi poin utama. Ide-ide ini adalah
bagian dari artikel.
e) Tentukan cara memilih poin-poin ini. Urutkan secara kronologis,

97
penyebabuntuk efek, masalah untuk solusi, yang paling penting
dan paling tidak penting, terlemah hingga terkuat. Urutan apa
yang akan membuat kertas Anda paling kuat dan paling menarik.
f) Artikel harus mencakup sudut pandang alternatif atau
berlawanan untuk menunjukkan bahwa penulis telah melakukan
penelitian lengkap dan mempertimbangkan semua gagasan.
Dalam bagian ini, penulis akan menyajikan dan menyanggah
(menentang) pandangan lain dari topik ini.

6) Menulis
Ada banyak cara untuk menulis draf pertama dari sebuah artikel.
Kuncinya adalah siap sebelum mulai, memiliki tujuan, tesis, data yang
cukup, rencana atau outline (semacam garis besar). Kemudian tulis
saja data-data tersebut secara mengalir. Penulis bisa mulai dari awal
dan menulis sampai akhir atau dapat menulis paragraf secara
terpisah, dalam urutan apa pun yang disukai. Banyak penulis
melakukan paragraf tubuh terlebih dahulu dan menyimpan
pengenalan dan kesimpulan untuk akhirnya.

7) Merevisi
Merevisi artikel berarti memperkuat konten. Untuk merevisi ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a) Ketahui apa yang harus diperbaiki.
Sebelum Anda dapat merevisi, Anda perlu tahu apa yang harus
diperbaiki. Bagaimana Anda bisa tahu itu?
(1) Dapatkan umpan balik.
(2) Lihat persyaratan artikel atau kriteria penilaian atau lihat
daftar periksa dalam panduan ini.
(3) Buat garis besar draf pertama dengan mencantumkan titik
utama setiap kalimat topik untuk menunjukkan apakah ide-
idenya terorganisir dengan jelas dan fokus pada menjawab
pertanyaan penelitian (tesis).
(4) Baca artikel untuk fokus. Baca setiap kalimat di artikel.
“Apakah ini mendukung pernyataan tesis?" Jika tidak, penulis
mencoretnya atau mengubahnya.
(5) Baca setiap paragraf tubuh untuk dukungan. Baca paragraf
tubuh, dan baca kembali kalimat topiknya. “Apakah paragraf
mendukung kalimat?”, “Apakah ada cukup detail spesifik -
fakta, contoh, deskripsi, pendapat ahli?”.
(6) Baca kembali artikel sebagai audiensi.

98
b) Memperbaikinya
Setelah penulis tahu apa yang harus diperbaiki, selanjutnya ia
harus memperbaikinya. Cara memperbaiki artikel dapat dilakukan
dengan langkah di bawah ini:
(1) Hapus kata, kalimat, atau paragraf; hilangkan semua ide yang
tidak perlu atau tidak relevan.
(2) Tambahkan kata, kalimat atau paragraf; tambahkan poin baru,
detail, atau penjelasan.
(3) Atur ulang kata-kata, kalimat atau paragraf; menempatkan
semuanya dalam urutan yang logis.
(4) Tulis ulang kata-kata, kalimat atau paragraf; simpan ide-ide
Anda tetapi sajikan dengan lebih baik.
c) Merevisi lagi
Jika ada waktu (sebaiknya luangkan waktu), revisi draf kedua dan
terus diperbaiki. Penulis yang baik cenderung merevisi lebih
daripada kurang karena mereka mendapatkan lebih banyak
pengalaman menulis.

8) Edit
Mengedit akan membuat tulisan lebih tepat dan mudah dimengerti
(tidak harus lebih pendek, tetapi lebih jelas). Saat mengedit, diperiksa
setiap kalimat dan bertanya pada diri sendiri apakah memiliki tujuan
dan apakah itu lengkap, jelas, dan ringkas. Dalam mengedit artikel
ada strategi yang perlu diperhatiakan, yaitu sebagai berikut:
a) Bacalah artikel dengan lantang perlahan (atau minta seseorang
membacakannya) untuk menemukan kesalahan, kelucuan,
pengulangan, dan kekurangjelasan yang dapat diperbaiki.
b) Gunakan fungsi pemeriksaan ejaan dan pemeriksaan grammar di
Microsoft Word untuk menemukan beberapa hal, tetapi tidak
semuanya.
Adapun beberapa strategi untuk mengedit masalah spesifik adalah
sebagai berikut:
a) Koneksi antar ide
(1) Baca awal dan akhir setiap paragraf untuk memastikan
kalimatnya sesuai alur.
(2) Dilanjutkan dengan menelaah kalimat demi kalimat dalam
artikel untuk menemukan hubungan di antara kalimat
tersebut.

99
(3) Jika terdapat ide yang tidak berhubungan, hendaknya
ditambahkan transisi, kata ganti, kata yang diulang, sinonim,
atau kalimat lain.
b) Kelucuan
(1) Cari semua kalimat yang sangat panjang (25-kata atau lebih)
dan ditulis ulang dengan lebih jelas dan ringkas.
(2) Baca setiap kalimat sehingga ditemukan apakah
membutuhkan paragraf, tambahan sesuatu yang baru, atau
perlu dihilangkan semuanya atau sebagian atau mungkin
digabungkan.
(3) Baca setiap kalimat kata demi kata. Apakah setiap kata
diperlukan atau beberapa dihilangkan atau ditulis ulang
dengan cara yang lebih singkat dan lebih jelas atau kata kerja
pasif ditulis ulang sebagai kata aktif?
c) Pengulangan, kurangnya variasi
(1) Baca setiap kalimat dan tanyakan, “Apa tujuan dari kalimat
ini?” Apakah itu memperkenalkan ide baru? Apakah itu
mendukung atau menjelaskan ide sebelumnya? atau apakah
hanya mengulanginya?
(2) Baca 5 kata pertama dari setiap kalimat untuk menemukan
kalimat yang dimulai dengan cara yang sama (seperti dengan
kata transisi), kemudian ubahlah beberapa sehingga kalimat
tersebut memiliki variasi.
(3) Lihatlah panjang setiap kalimat. Harus ada berbagai kalimat
pendek dan panjang. Buat kalimat lebih pendek dengan
membaginya atau lebih panjang dengan menggabungkan.
(4) Temukan kata-kata yang sering diulang.
d) Struktur kalimat
Lanjutkan dengan menelaah kalimat esai dengan kalimat. Beri
label subjek (s) dan kata kerja (p) dalam setiap kalimat. Pastikan
setiap kalimat memiliki subjek dan kata kerja. Pastikan tidak
terlalu banyak kombinasi subjek + kata kerja dalam setiap
kalimat dan susunan kata tersebut adalah subjek + objek + verb.
Perbaiki fragmen, run-ons, dan susunan kata.
e) Pilihan kata
Temukan semua kata panjang sehingga beberapa digantikan
dengan kata-kata yang lebih pendek dan lebih jelas.
f) Kejelasan (sesuai struktur bahasa)
(1) Baca artikel tanpa menggunakan banyak usaha
(2) Baca artikel dan terjemahkan ke dalam bahasa ibu.

100
(3) Ucapkan ide dalam artikel dalam bahasa lisan dan tulis persis
dengan apa yang dikatakan.
(4) Harus ada berbagai kalimat pendek dan panjang.
g) Proofread
Untuk mengoreksi, ada beberapa langkah yang perlu
diperhatikan, yakni:
(1) Jangan melihat artikel selama 24 jam (ini membutuhkan
keterampilan manajemen waktu)
(2) Cetak artikel untuk melihat kesalahan yang mungkin tidak
dapat dilihat di layar komputer.
(3) Mulailah dengan kalimat terakhir dari artikel dan baca kalimat
demi kalimat dengan cara mundur untuk membantu fokus
pada tata bahasa, bukan konten.
(4) Tutupi semua garis lain dengan selembar kertas lain. Arahkan
pena pada setiap kata.
(5) Pikirkan tentang tata bahasa, ejaan, tanda baca, huruf besar,
dan arti dari setiap kata.
(6) Jika tidak yakin tentang apa pun, gunakan kamus atau buku
tata bahasa. Jika masih tidak yakin, tandai garis dan mintalah
bantuan seseorang.
(7) Perbaiki semua kesalahan yang ditemukan.
(8) Cetak artikel dan periksa lagi.
Penulis pemula harus mengikuti proses ini, tetapi bagi yang lebih
berpengalaman, kemungkinan tidak persis mengikuti urutan ini
(Anne Whitaker, 2010).
Dari dua pendapat di atas, secara teknis, dapat diurutkan bahwa
langkah-langkah penulisan artikel ilmiah adalah sebagai berikut:
(1) Memilih sebuah topik
(2) Brainstorming
(3) Temukan tesis
(4) Merencanakan outline (garis besar)
(5) Menulis draft artikel ilmiah
(6) Merevisi artikel ilmiah
(7) Mengedit artikel ilmiah
(8) Proofread
Publishing (Thunes Kotze: 20017, Anne Whitaker, 2010 dan Muhammad
Farid, 2017).

101
4. Rangkuman
Artikel ilmiah memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut: 1) Aktual; 2) Cukup
panjang dan bagus; dan 3) Mempunyai gambar-gambar sebagai ilustrasi
lengkap. Secara spesifik, ciri-ciri artikel ilmiah adalah: 1) Sintesa temuan-
temuan tentang suatu topik dan pendapat penulis; 2) Pekerjaan yang
memperlihatkan keaslian (originality) penulis; 3) Pengakuan / pernyataan /
jawaban terhadap semua sumber yang digunakan; dan 4) Memperlihatkan
bahwa penulis merupakan bagian dari suatu komunitas akademis. Adapun
syarat-syarat artikel yang baik adalah: 1) Mengandung masalah; 2) Topik
harus spesifik, sehingga dapat dengan mudah diuraikan atau dijelaskan.
Semakin spesifik suatu topik, semakin mudah bagi penulis untuk
menyelesaikannya; 3) Semua gagasan harus bisa dipertanggungjawabkan
dengan mengikutsertakan alasan, bukti, dan contoh; dan 4) Artikel
hendaknya menyertakan alternatif pemecahan persoalan atau menyertakan
harapan, usul atau saran kepada pembaca.
Ada dua bentuk artikel ilmiah, yaitu; Pertama, artikel konseptual, yakni
artikel yang diangkat dari gagasan atau ide penulis. Kedua, artikel
penelitian, yaitu artikel yang diangkat dari hasil penelitian. Pola dasar artikel
ilmiah terdiri dari bagian-bagian yang sudah baku, yaitu bagian awal, bagian
tengah dan bagian akhir. Penulisan artikel llmiah dimulai dengan tahap
pengembangan gagasan, perencanaan naskah, dan penulsian akhir
(finalisasi).

5. Tugas
Tugas ini berkaitan dengan tagihan produk yang harus diselesaikan dan
dihasilkan peserta bimtek pada sesi program tahunan, diantaranya:
a. Presentasi konsep artikel ilmiah dan urgensi artikel ilmiah dalam
pengambangan karir dan profesi GPAI.
b. Lembar kerja artikel jurnal ilmiah melalui internet/digital nasional dan
internasional, gaya selingkung artikel jurnal ilmiah nasional dan
internasional.
c. Lembar kerja struktur isi artikel jurnal ilmiah nasional dan internasional.

6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


a. Apa manfaat yang bisa diambil setelah mempelajari konsep artikel
imiah?
b. Apa rencana tindak lanjut setelah mempelajari konsep artikel ilmiah?

102
F. Materi 6: Praktik Penulisan Artikel Ilmiah

1. Capaian Pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta bimtek mampu menyusun
artikel ilmiah.
b. Indikator
1) Memilih sebuah topik
2) Melakukan brainstorming
3) Menemukan tesis
4) Merencanakan outline (garis besar)
5) Menulis draft artikel ilmiah
6) Merevisi artikel ilmiah
7) Mengedit artikel ilmiah
8) Proofread
9) Publishing

2. Pokok-Pokok Materi
a. Memilih sebuah topik
b. Brainstorming
c. Temukan tesis
d. Merencanakan outline (garis besar)
e. Menulis draft artikel ilmiah
f. Merevisi artikel ilmiah
g. Mengedit artikel ilmiah
h. Proofread
i. Publishing

3. Uraian Materi
Untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah yang baik, haruslah memenuhi
kaidah penulisan yang telah ditetapkan. Laplante (2012) menjelaskan proses
penulisan artikel ilmiah dalam lima tahap, yaitu: brainstorming, drafting,
revising, editing dan publishing.
Pertama, brainstorming. Proses ini umumnya disebut dengan pre-writing,
merupakan pencatatan ide di atas kertas. Dalam penulisan kreatif, proses ini
sangat bebas bentuk dan bisa mencakup gagasan apapun, ibaratnya apa
yang ada dalam pikiran dapat dituangkan dalam selembar kertas.
Kedua, drafting. Proses ini dimulai sengan melengkapi kalimat secara utuh,
paragraf dan sub topik yang dilakukan saat proses brainstorming.
Selanjutnya dengan membuat penghubung di antara kalimat dan sub topik.

103
Pada proses ini biarlah ide mengalir, abaikan sementara tata bahasa,
walaupun pada layar komputer anda telah menunjukkan kesalahan
pengejaan.
Ketiga, revising. Setelah menghasilkan tulisan lengkap, selanjutnya membuat
tulisan yang baik melalui revisi. Laplante (2012) menyarankan untuk
menimal melibatkan dua orang. Satu orang yang memahami secara teknis,
yaitu orang yang memahami tentang bidang tersebut. Sedangkan yang
lainnya secara non teknis, yang berfungsi untuk menemukan kesalahan
logika dari tulisan tersebut. Sampai kapan mengakhiri tahapan revisi? Bila
batasan waktu yang telah ditentukan telah tiba.
Keempat, editing. Tahapan ini bisa menggunakan beberapa cara.
Melakukannya sendiri, meminta bantuan teman atau menggunakan jasa
editor profesional. Hal-hal yang perlu dilakukan dilakukan selama proses ini,
perhatikan tata bahasa dan format yang telah ditetapkan.
Kelima, publishing. Proses ini akhir dari sebuah tulisan dan dimaksudkan
bahwa dokumen kita dapat diakses oleh publik. Sebelum mempublikasikan
dokumen tersebut, haruslah yakin bahwa inilah final version dan telah layak
dibaca (Muhammad Farid, 2017).
Senada dengan pendapat di atas, Anne Whitaker (2010) menyatakan bahwa
untuk penulis pemula, langkah-langkah menulis artikel ilmiah dapat
ditempuh sebagai berikut:
1. Pilih sebuah topik
Topik dipilih dengan memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan subjek
yang menarik kemudian mempersempit ide-ide tersebut dari subjek ke
topik. Subjek adalah konsep yang luas. Cara mempersempit subjek
dengan melihat bagian-bagiannya yang lebih kecil, atau dengan memilih
masalah khusus, periode waktu, atau tempat untuk diliputdengan
melakukan sedikit riset umum jika tidak tahu banyak tentang subjek.
Juga dengan bertanya pada diri sendiri “Siapa? Apa? Dimana? Kapan?
Mengapa? dan Bagaimana? ”pertanyaan tentang subjek dapat
membantu dalam membatasi subjek dan menentukan minat. Topik yang
dipilih adalah yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan.
Untuk memfokuskan artikel, sebaiknya topik dituliskan dalam bentuk
pertanyaan yang akan dijawab oleh artikel tersebut. Karakteristik topik
artikel yang baik adalah sebagai berikut:
1) Pertanyaan yang tidak memiliki jawaban yang sederhana, tetapi
memiliki beberapa jawaban alternatif, atau tidak ada jawaban yang
diterima, atau mungkin yang mudah tetapi tidak
memuaskanmenjawab. Dengan kata lain, tidak ada jawaban "benar"
untuk pertanyaan ini. Artikel ini akan memberikan dan membenarkan
jawaban terbaik.

104
2) Pertanyaan yang layak dijawab. Pembaca akan memperhatikan
jawaban atas pertanyaan ini, karena artikel ini memiliki beberapa arti.
3) Artikel ini akan mencapai tujuannya. Apakah artikel informatif ini
benar-benar memberi pembacaperspektif baru? Apakah pembaca
akan menerima analisis yang terdapat dalam makalah analitis ini?
Apakah artikel persuasif ini berhasil mengubah pandangan
pembaca?Ini sangat penting untuk dipertimbangkan dengan topik
artikel persuasif.
4) Penulis tertarik dengan topik yang dipilih karena ia akan
menghabiskan banyak waktu dengan topik ini. Penulis tidak memilih
sesuatu yang tidak akan membuatnya bosan atau tersiksa.
5) Topiknya adalah ukuran yang tepat untuk panjang artikel.
6) Ada cukup (tetapi tidak terlalu banyak) informasi yang tersedia di
sumber yang dapat dipercaya.
7) Penulis memiliki cukup waktu untuk melakukan apa yang perlu
dilakukan. Berapa lama waktu yang dimiliki sebelum tanggal jatuh
tempo? Penulis mungkin harus membatasi kompleksitas topik jika ia
menunggu terlalu lama untuk memulai.
2. Pikirkan (brainstorming)
Ketika topik sudah dipilih, mulai melakukan brainstorming dengan
menuliskan semua kemungkinan jawaban atas pertanyaan yang
dijaukan, kemudian menuliskan semua informasi, opini, dan pertanyaan
tentang topik yang dipilih. Brainstorming akan membantu penulis
melihat apa yang sudah diketahui dan dipikirkan, juga apa yang apa lagi
yang perlu diketahui penulis tentang topik yang dipilihnya sehingga
penulis tidak akan melupakan ide-ide tersebut.
3. Temukan Tesis
Pernyataan tesis adalah kalimat yang paling penting dalam sebuah
artikel. Jika seseorang bertanya , "Apa yang dikatakan dalam artikel?"
Jawaban penulis akan menjadi pernyataan tesisnya. Pernyataan tesis
yang baik biasanya meliputi:
1) Gagasan utama artikel.
2) Pendapat atau sudut pandang penulis.
3) Tujuan makalah.
4) Jawab pertanyaan penelitian.
5) Suatu unsur kejutan.
6) Kejelasan.
Pernyataan tesis ditulis ketika penulis tahu jawaban atas pertanyaan
penelitiannya. Seseorang mungkin memiliki gagasan sebelum mulai
meneliti, ia dapat menemukannya saat ia melakukan penelitian, atau ia

105
mungkin tidak mengetahuinya sampai ia hampir selesai menulis
artikelnya. Sangat berguna untuk memiliki ide tesis di awal untuk
membantu penulis fokus, tetapi boleh juga untuk mengubah pernyataan
tesis saat seseorang menjalani proses penulisan dan belajar dan berpikir
lebih banyak tentang topik tersebut.
4. Merencanakan outline (garis besar)
Setelah penulis memiliki pernyataan tesis pendahuluan (jawaban
atas pertanyaan penelitian), ia dapat membuat garis besar dasar.
Seseorang penulis mungkin dapat melakukan ini sebelum melakukan
penelitian apa pun, atau ia mungkin perlu membaca lebih banyak
tentang topik tersebut terlebih dahulu. Garis besar dasar adalah upaya
pertama penulis untuk mengatur ide-ide dari artikelnya. Ini akan
membantu penulis memfokuskan riset dan mempertimbangkan urutan
idenya. Untuk memilih dan menetapkan poin penting dalam outline
dapat dilakukan hal-hal berikut:
1) Tuliskan pertanyaan dan jawabannya (pernyataan tesis pendahuluan).
Jangan khawatir tentang menulis pernyataan tesis yang indah,
mudah diingat, dan kuat; hanya jawaban sederhana untuk
pertanyaan sudah cukup untuk memulai garis besar dasar.
2) Tuliskan semua alasan / argumen / efek / solusi.
3) Lihatlah daftar dan atur ide-ide. Beberapa mungkin digabungkan
sebagai satu ide yang lebih besar; beberapa mungkin hanya
mengulang kata lain dengan kata lain.
4) Ide yang tersisa akan menjadi poin utama. Ide-ide ini adalah bagian
dari artikel.
5) Tentukan cara memilih poin-poin ini. Urutkan secara kronologis,
penyebabuntuk efek, masalah untuk solusi, yang paling penting dan
paling tidak penting, terlemah hingga terkuat. Urutan apa yang akan
membuat kertas Anda paling kuat dan paling menarik.
6) Artikel harus mencakup sudut pandang alternatif atau berlawanan
untuk menunjukkan bahwa penulis telah melakukan penelitian
lengkap dan mempertimbangkan semua gagasan. Dalam bagian ini,
penulis akan menyajikan dan menyanggah (menentang) pandangan
lain dari topik ini.
7) Menulis
Ada banyak cara untuk menulis draf pertama dari sebuah artikel.
Kuncinya adalah siap sebelum mulai, memiliki tujuan, tesis, penelitian
yang cukup, dan rencana (semacam garis besar). Dan kemudian, tulis
saja. Penulis bisa mulai dari awal dan menulis sampai akhir. Atau ia
bisa menulis paragraf secara terpisah, dalam urutan apa pun yang

106
disukai. Banyak penulis melakukan paragraf tubuh terlebih dahulu
dan menyimpan pengenalan dan kesimpulan untuk akhirnya.
5. Menulis draft artikel ilmiah (Merevisi)
Merevisi artikel berarti memperkuat konten, sedangkan ntuk merevisi
ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni:
1) Ketahui apa yang harus diperbaiki
Sebelum Anda dapat merevisi, Anda perlu tahu apa yang harus
diperbaiki. Bagaimana Anda bisa tahu itu?
a) Dapatkan umpan balik.
b) Lihat persyaratan artikel atau kriteria penilaian atau lihat daftar
periksa dalam panduan ini.
c) Buat garis besar draf pertama dengan mencantumkan titik utama
setiap kalimat topik untuk menunjukkan apakah ide-idenya
terorganisir dengan jelas dan fokus pada menjawab pertanyaan
penelitian (tesis).
d) Baca artikel untuk fokus. Baca setiap kalimat di artikel. Apakah ini
mendukung pernyataan tesis?" Jika tidak, penulis mencoretnya
atau mengubahnya.
e) Baca setiap paragraf tubuh untuk dukungan. Baca paragraf
tubuh, dan baca kembali kalimat topiknya. Apakah paragraf
mendukung kalimat? Apakah ada cukup detail spesifik - fakta,
contoh, deskripsi, pendapat ahli?
f) Baca kembali artikel sebagai audiensi.
6. Merevisi artikel ilmiah
Setelah penulis tahu apa yang harus diperbaiki, ia harus
memperbaikinya. Cara mengubah artikel dapat dilakukan langkah di
bawah ini:
1) Hapus kata, kalimat, atau paragraf; hilangkan semua ide yang tidak
perlu atau tidak relevan.
2) Tambahkan kata, kalimat atau paragraf; tambahkan poin baru, detail,
atau penjelasan.
3) Atur ulang kata-kata, kalimat atau paragraf; menempatkan semuanya
dalam urutan yang logis.
4) Tulis ulang kata-kata, kalimat atau paragraf; simpan ide-ide Anda
tetapi sajikan dengan lebih baik.
7. Mengedit artikel ilmiah
Jika ada waktu, revisi draf dan rakit kembali untuk upaya perbaikan.
Penulis yang baik sebenarnya cenderung merevisi lebih daripada kurang
karena mereka mendapatkan lebih banyak pengalaman menulis.

107
8. Edit
Mengedit akan membuat tulisan lebih tepat dan mudah dimengerti
(tidak harus lebih pendek, tetapi lebih jelas). Saat mengedit, periksalah
setiap kalimat dan bertanya pada diri sendiri apakah memiliki tujuan dan
apakah itu lengkap, jelas, dan ringkas dalam bahasa Inggris. Strategi
mengedit artikel, adalah sebagai berikut:
1) Bacalah artikel dengan lantang perlahan (atau minta seseorang
membacakannya), untuk menemukan kesalahan, kelucuan,
pengulangan, dan kekurangjelasan yang dapat diperbaiki.
2) Gunakan fungsi pemeriksaan ejaan dan pemeriksaan grammar di
Microsoft Word untuk menemukan beberapa hal, tetapi tidak
semuanya.
Beberapa strategi untuk mengedit masalah spesifik adalah sebagai
berikut:
1) Koneksi antar ide
a) Baca awal dan akhir setiap paragraf untuk memastikan
kalimatnya sesuai alur.
b) Dilanjutkan dengan menelaah kalimat demi kalimat dalam artikel
untuk menemukan hubungan di antara kaliat tersebut.
c) Jika terdapat ide yang tidak berhubungan, hendaknya
ditambahkan transisi, kata ganti, kata yang diulang, sinonim, atau
kalimat lain.
2) Kelucuan
a) Cari semua kalimat yang sangat panjang (25 kata atau lebih) dan
ditulis ulang dengan lebih jelas dan ringkas!
b) Baca setiap kalimat sehingga ditemukan apakah membutuhkan
paragraf, tambahan sesuatu yang baru, atau perlu dihilangkan
semuanya atau sebagian atau mungkin digabungkan.
c) Baca setiap kalimat kata demi kata. Apakah setiap kata diperlukan
atau beberapa dihilangkan atau ditulis ulang dengan cara yang
lebih singkat dan lebih jelas atau kata kerja pasif ditulis ulang
sebagai kata aktif?
3) Pengulangan, Kurangnya variasi
a) Baca setiap kalimat dan tanyakan, “Apa tujuan dari kalimat ini?”
Apakah itu memperkenalkan ide baru? Apakah itu mendukung
atau menjelaskan ide sebelumnya? atau apakah hanya
mengulanginya?
b) Baca 5 kata pertama dari setiap kalimat untuk menemukan
kalimat yang dimulai dengan cara yang sama (seperti dengan kata
transisi). Kemudian ubahlah beberapa sehingga kalimat tersebut
memiliki variasi.

108
c) Lihatlah panjang setiap kalimat. Harus ada berbagai kalimat
pendek dan panjang. Buat kalimat lebih pendek dengan
membaginya atau lebih panjang dengan menggabungkan.
d) Temukan kata-kata yang sering diulang.
4) Struktur kalimat
Lanjutkan dengan menelaah kalimat esai dengan kalimat. Beri label
subjek (s) dan kata kerja (p) dalam setiap kalimat. Pastikan setiap
kalimat memiliki subjek dan kata kerja. Pastikan tidak terlalu banyak
kombinasi subjek + kata kerja dalam setiap kalimat dan susunan kata
tersebut adalah Subjek + Objek + Verb. Perbaiki fragmen, run-ons,
dan susunan kata.
5) Pilihan kata
Temukan semua kata panjang sehingga beberapa digantikan dengan
kata-kata yang lebih pendek dan lebih jelas.
6) Kejelasan (sesuai struktur bahasa)
a) Baca artikel tanpa menggunakan banyak usaha
b) Baca artikel dan terjemahkan ke dalam bahasa ibu.
c) Ucapkan ide dalam artikel dalam bahasa lisan dan tulis persis apa
yang dikatakan.
d) Harus ada berbagai kalimat pendek dan panjang.
9. Proofread
Untuk mengoreksi, ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan:
a. Jangan melihat artikel selama 24 jam (ini membutuhkan keterampilan
manajemen waktu)
b. Cetak artikel untuk melihat kesalahan yang mungkin tidak dapat dilihat
di layar komputer.
c. Mulailah dengan kalimat terakhir dari artikel dan baca kalimat demi
kalimat dengan cara mundur untuk membantu fokus pada tata bahasa,
bukan konten.
d. Tutupi semua garis lain dengan selembar kertas lain. Arahkan pena
pada setiap kata.
e. Pikirkan tentang tata bahasa, ejaan, tanda baca, huruf besar, dan arti
dari setiap kata.
f. Jika tidak yakin tentang apa pun, gunakan kamus atau buku tata
bahasa. Jika masih tidak yakin, tandai garis dan mintalah bantuan
seseorang.
g. Perbaiki semua kesalahan yang ditemukan.
h. Cetak artikel dan periksa lagi.

109
Penulis pemula harus mengikuti proses ini, tetapi bagi yang lebih
berpengalaman, kemungkinan tidak persis mengikuti urutan ini (Anne
Whitaker, 2010).
Dari dua pendapat di atas, secara teknis, dapat diurutkan bahwa langkah-
langkah penulisan artikel ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Memilih sebuah topik
2. Brainstorming
3. Temukan tesis
4. Merencanakan outline (garis besar)
5. Menulis draft artikel ilmiah
6. Merevisi artikel ilmiah
7. Mengedit artikel ilmiah
8. Proofread
9. Publishing (Thunes Kotze: 20017, Anne Whitaker, 2010 dan
Muhammad Farid, 2017).

4. Rangkuman
Prosedur penulisan artikel ilmiah terdiri dari: 1) Memilih sebuah topik; 2)
Brainstorming; 3) Temukan tesis; 4) Merencanakan outline (garis besar); 5)
Menulis draft artikel ilmiah; 6) Merevisi artikel ilmiah; 7) Mengedit artikel
ilmiah; 8) Proofread; dan 9) Publishing.

5. Tugas
Tugas ini berkaitan degan tagihan produk yang harus diselesaikan dan
dihasilkan peserta bimtek pada sesi praktik penulisan artikel ilmiah, yaitu:
lembar kerja pembuatan struktur isi artikel jurnal ilmiah nasional dan
internasional.

6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


a. Apa manfaat yang bisa diambil setelah mempelajari materi praktik
penulisan artikel ilmiah?
b. Apa rencana tindak lanjut yang akan saudara lakukan setelah
mempelajari materi praktik penulisan artikel ilmiah?

110
G. Materi 7: Penulisan Modul

1. Capaian Pembelajaran
a. Menjelaskan pengertian modul
b. Menguraikan tujuan penggunaan modul
c. Mengidentifikasi karakteristik modul
d. Mengidentifikasi prinsip penggunaan modul
e. Memetakan struktur isi modul
f. Menguraikan prosedur penyusunan modul

2. Pokok-Pokok Materi
a. Pengertian modul
b. Tujuan penggunaan modul
c. Karakteristik modul
d. Prinsip penulisan modul
e. Struktur isi modul
f. Prosedur penyusunan modul

3. Uraian Materi
a. Pengertian Modul
Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat
dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga
media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi
petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan
kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung. Bahasa, pola,
dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul ini diatur
sehingga ia seolah-olah merupakan “bahasa pengajar” atau bahasa guru
yang sedang memberikan pengajaran kepada murid-muridnya. Maka
dari itulah, media ini sering disebut bahan instruksional mandiri.
Pengajar tidak secara langsung memberi pelajaran atau mengajarkan
sesuatu kepada para murid-muridnya dengan tatap muka, tetapi cukup
dengan modul-modul ini. Modul merupakan alat atau sarana
pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara
mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat
kompleksitasnya.
Suatu unit bahan yang dirancang secara khusus sehingga mudah
dipelajari oleh peserta didik secara mandiri. Modul merupakan program
pembelajaran yang utuh, disusun secara sistematis, mengacu pada
tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur. Modul memuat tujuan

111
pembelajaran, bahan dan kegiatan untuk mencapai tujuan serta evaluasi
terhadap tujuan pencapaian pembelajaran (Departemen Pendidikan
Nasional: 2008).
b. Tujuan Penggunaan Modul
Penggunaan modul sering dikaitkan dengan aktivitas pembelajaran
mandiri (self-instruction). Karena fungsinya yang seperti tersebut di atas,
maka konsekuensi lain yang harus dipenuhi oleh modul ini ialah adanya
kelengkapan isi; artinya isi atau materi sajian dari suatu modul haruslah
secara lengkap terbahas lewat sajian-sajian sehingga dengan begitu para
pembaca merasa cukup memahami bidang kajian tertentu dari hasil
belajar melalui modul ini. Kecuali apabila pembaca menginginkan
pengembangan wawasan tentang bidang tersebut, bahkan dianjurkan
untuk menelusurinya lebih lanjut melalui daftar pustaka (bibliografi) yang
sering juga dilampirkan pada bagian akhir setiap modul. Isi suatu modul
hendaknya lengkap, baik dilihat dari pola sajiannya, apalagi isinya.
Modul mempunyai banyak arti berkenaan dengan kegiatan belajar
mandiri. Orang bisa belajar kapan saja dan di mana saja secara mandiri.
Karena konsep belajarnya berciri demikian, maka kegiatan belajar itu
sendiri juga tidak terbatas pada masalah tempat, dan bahkan orang yang
berdiam di tempat yang jauh dari pusat penyelenggara pun bisa
mengikuti pola belejar seperti ini. Terkait dengan hal tersebut, penulisan
modul memiliki tujuan sebagai berikut:
1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu
bersifat verbal.
2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta
belajar maupun guru/pelatih.
3) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk
meningkatkan motivasi dan gairah belajar; mengembangkan
kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan
sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa atau pebelajar
belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.
4) Memungkinkan siswa atau pebelajar dapat mengukur atau
mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.

Dengan memerhatikan tujuan-tujuan di atas, modul sebagai bahan ajar


akan sama efektifnya dengan pembelajaran tatap muka. Hal ini
tergantung pada proses penulisan modul. Penulis modul yang baik
menulis seolah-olah sedang mengajarkan kepada seorang peserta
mengenai suatu topik melalui tulisan. Segala sesuatu yang ingin
disampaikan oleh penulis saat pembelajaran, dikemukakan dalam modul
yang ditulisnya. Penggunaan modul dapat dikatakan sebagai kegiatan
tutorial secara tertulis (Departemen Pendidikan Nasional: 2008).

112
c. Karakteristik modul
Sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik
sebagai berikut:
1) Self Instructional; yaitu melalui modul tersebut seseorang atau
peserta belajar mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung
pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka
dalam modul harus: 1) berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas;
2) berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil/
spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas; 3)
menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan
pemaparan materi pembelajaran; 4) menampilkan soal-soal latihan,
tugas dan sejenisnya yang memungkinkan pengguna memberikan
respon dan mengukur tingkat penguasaannya; 5) kontekstual yaitu
materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks
tugas dan lingkungan penggunanya; 6) menggunakan bahasa yang
sederhana dan komunikatif; 7) terdapat rangkuman materi
pembelajaran; 8) terdapat instrumen penilaian/assessment, yang
memungkinkan penggunaan diklat melakukan ‘selfassessment’; 9)
terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur
atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi; 10) terdapat umpan
balik atas penilaian, sehingga penggunanya mengetahui tingkat
penguasaan materi; dan 11) tersedia informasi tentang rujukan /
pengayaan/ referensi yang mendukung materi pembelajaran
dimaksud.
2) Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit
kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam
satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan
kesempatan pembelajar mempelajari materi pembelajaran yang
tuntas, karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh.
Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu
unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan
memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai.
3) Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak
tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-
sama dengan media pembelajaran lain. Dengan menggunakan
modul, pebelajar tidak tergantung dan harus menggunakan media
yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada
modul tersebut. Jika masih menggunakan dan bergantung pada
media lain selain modul yang digunakan, maka media tersebut tidak
dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri.
4) Adaptive; modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi
terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika

113
modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta fleksibel digunakan. Dengan memperhatikan
percepatan perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan
modul multimedia hendaknya tetap up to date”. Modul yang adaptif
adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan
kurun waktu tertentu.
5) User Friendly; modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya.
Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat
membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk
kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan
keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti
serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah
satu bentuk userfriendly (Departemen Pendidikan Nasional: 2008).
d. Prinsip Penulisan Modul
Modul merupakan media pembelajaran yang dapat berfungsi sama
dengan pengajar/ pelatih pada pembelajaran tatap muka. Oleh karena
itu, penulisan modul perlu didasarkan pada prinsip-prinsip belajar dan
bagaimana pengajar/pelatih mengajar dan peserta didik menerima
pelajaran. Berikut ini penjelasan prinsip-prinsip penulisan modul atas
dasar prinsip belajar:
Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang disebabkan oleh
adanya rangsangan/stimulus dari lingkungan. Terkait hal tersebut,
penulisan modul dilakukan menggunakan prinsip-prinsip antara lain
sebagai berikut.
1) Peserta belajar perlu diberikan secara jelas hasil belajar yang menjadi
tujuan pembelajaran sehingga mereka dapat menyiapkan harapan
dan dapat menimbang untuk diri sendiri apakah mereka telah
mencapai tujuan tersebut atau belum mencapainya pada saat
melakukan pembelajaran menggunakan modul.
2) Peserta belajar perlu diuji untuk dapat menentukan apakah mereka
telah mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu, pada penulisan
modul, tes perlu dipadukan ke dalam pembelajaran supaya dapat
memeriksa ketercapaian tujuan pembelajaran dan memberikan
umpan balik yang sesuai.
3) Bahan ajar perlu diurutkan sedemikian rupa sehingga memudahkan
peserta didik untuk mempelajarinya. Urutan bahan ajar tersebut
adalah dari mudah ke sulit, dari yang diketahui ke yang tidak
diketahui, dari pengetahuan kepenerapan.
4) Peserta didik perlu disediakan umpan balik sehingga mereka dapat
memantau proses belajar dan mendapatkan perbaikan bilamana
diperlukan. Misalnya dengan memberikan kriteria atas hasil tes yang
dilakukan secara mandiri.

114
Belajar adalah proses yang melibatkan penggunaan memori, motivasi,
dan berfikir. Banyaknya hal yang dapat dipelajari sesuai dengan
kapasitas pemrosesan, kedalaman pemrosesan, banyaknya upaya yang
dilakukan oleh peserta didik dalam menerima dan mengolah informasi.
Terkait dengan hal tersebut, implikasi penting prinsip belajar terhadap
penulisan modul antara lain sebagai berikut:
1) Rancang strategi untuk menarik perhatian sehingga peserta didik
dapat memahami informasi yang disajikan. Misalnya, dalam modul,
informasi penting diberi ilustrasi yang menarik perhatian dengan
memberikan warna, ukuran teks, atau jenis teks yang menarik.
2) Supaya peserta didik memfokuskan perhatian pada hal-hal yang
menjadi tujuan pembelajaran pada modul, tujuan tersebut perlu
diinformasikan secara jelas dan tegas pada peserta didik.
Informasikan pula pentingnya tujuan tersebut untuk memotivasi.
3) Hubungkan bahan ajar yang merupakan informasi baru bagi peserta
didik dengan pengetahuan yang telah dikuasai sebelumnya oleh
peserta didik. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan advance
organizer untuk mengaktifkan struktur kognitif. Gunakan juga
pertanyaan-pertanyaan untuk mengaktifkan struktur koginitif yang
relevan.
4) Informasi perlu dipenggal-penggal untuk memudahkan pemrosesan
dalam ingatan pengguna modul. Sajikan 5 sampai 9 butir informasi
dalam satu kegiatan belajar. Jika terdapat banyak sekali butir
informasi, sajikan informasi tersebut dalam bentuk peta informasi.
5) Untuk memfasilitasi peserta didik memproses informasi secara
mendalam, peserta didik perlu didorong supaya mengembangkan
peta informasi pada saat pembelajaran atau sebagai kegiatan
merangkum setelah pembelajaran.
6) Supaya peserta didik memproses informasi secara mendalam,
peserta didik perlu disiapkan latihan yang memerlukan penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Kegiatan tersebut akan mentransfer
secara efektif informasi kedalam memori jangka panjang.
7) Penyajian modul harus dapat memberikan motivasi untuk belajar.
Modul dikembangkan agar menarik perhatian penggunanya selama
mempelajarinya. Dalam modul harus tersedia informasi mengenai
mafaat pelajaran bagi yang mempelajarinya. Hal ini dapat dilakukan
dengan menjelaskan bagaimana materi pelajaran tersebut dapat
digunakan dalam situasi nyata. Urutan materi diupayakan menjamin
keberhasilan, misalnya dengan mengurutkan pelajaran dari mudah
kesulit, dari yang tidak diketahui ke yang diketahui, dan dari konkrit
ke abstrak. Di samping itu, modul perlu menyediakan umpan balik

115
terhadap hasil belajar. Peserta belajar ingin tahu bagaimana kinerja
belajar mereka. Peserta didik juga didorong untuk menerapkan yang
dipelajari kedalam situasi kehidupan nyata. Peserta didik menyukai
keterkaitan antara yang dipelajari dengan menerapkan informasi
kedalam masalah nyata yang dihadapi.

Prinsip lain yang perlu diperhatikan dalam penulisan modul adalah


bahwa proses belajar berlangsung secara aktif dengan menafsirkan
informasi atau bahan ajar dalam konteks penerapan langsung. Terkait
dengan hal tersebut, penulisan modul dilakukan dengan prinsip berikut:
1) Meminta peserta didik menerapkan yang dipelajari ke dalam situasi
praktis merupakan proses aktif. Hal seperti ini akan memfasilitasi
penafsiran peserta didik dan keterkaitan antara yang dipelajari
dengan situasi nyata. Dalam modul, hal ini dapat dilaksanakan
dengan memberikan tugas berupa menerapkan yang dipelajari ke
dalam pekerjaan atau situasi sehari-hari.
2) Peserta didik difasilitasi untuk mengembangkan pengetahuan
mereka sendiri bukan menerima pengetahuan saja. Hal ini difasilitasi
oleh pembelajaran yang interaktif. Interaksi pembelajar dengan
pembelajar lain serta interkasi dengan pengajar dapat dilakukan
melalui startegi dan media lain, misalnya melalui jaringan internet,
korespondensi, buletin cetak, atau pertemuan tatap muka sebagai
pendukung belajar menggunakanmodul.
3) Peserta didik perlu didorong bekerja sama dalam mempelajari
modul. Bekerja dengan peserta lain dalam suatu kelompok akan
memberikan pengalaman nyata akan yang bermanfaat. Hal ini dapat
dilaksanakan pada saat tutorial tatap muka yang dilakukan sesuai
dengan kebutuhan. Meskipun demikian, topik dan prosedur
pelaksanaan kegiatan dapat saja dituliskan dalammodul.
4) Peserta didik dibolehkan untuk memilih tujuan pembelajaran. Dalam
penulisan modul, hal ini dapat diterapkan bilamana urutan tujuan
pembelajaran seiring dengan urutan materi pembelajaran, sehingga
penggunanya dapat memilah dan memilih materi pembelajaran
sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
5) Peserta didik perlu diberi kesempatan menuangkan pengalaman
belajar- nya. Peserta didik dapat diminta untuk membuat semacam
jurnal belajar. Pada modul perlu dicantumkan penugasan penulisan
jurnal belajar, termasuk format dan tata carapenulisannya.
6) Belajar perlu dibuat bermakna bagi peserta didik. Bahan ajar perlu
mencakup contoh-contoh yang terkait dengan peserta didik
sehingga mereka dapat memaknai informasi yang disajikan. Tugas-
tugas perlu memungkinkan peserta didik memilih kegiatan yang

116
bermakna bagi mereka (Departemen Pendidikan Nasional: 2008).
e. Struktur Modul
Dalam menyusun sebuah modul harus memperhatikan struktur dalam
penulisan modul, yakni:
1) Pendahuluan
Berisikan uraian dan penjelasan tentang hal-hal berikut:
a) Relevansi, rasional, manfaat, materi modul
b) Cakupan materi modul
c) Petunjuk mempelajari modul
d) Prasyarat yang harus dipenuhi untuk mempelajari modul (jika
ada)
2) Tujuan Pembelajaran
Berisikan tujuan dari penyusunan modul, yang terdiri dari tujuan
umum dan tujuan khusus, adapun penjelasannya adalah sebagai
berikut:
a) Tujuan umum: menggambarkan tujuan umum yang diharapkan
dapat dicapai melalui sajian modul itu.
b) Tujuan khusus: menggambarkan rincian-rincian tujuan yanag
lebih spesifik, dengan aturan:
(1) menggunakan kata kerja operasional
(2) spesifik
(3) terukur
3) Materi
Berisikan materi modul yang terdiri dari:
a) Pokok (konsep-konsep pokok dengan mempertimbangkan aspek
keterpahaman dan keterbacaan uraian materi)
b) Penunjang (tunjukkan materi yang berkaitan dalam sumber lain
yang tidak mungkin disajikan dalam modul itu karena alasan
keterbatasan tempat/halaman). Akan lebih bagus jika penunjukan
sumber rujukan itu lengkap, mulai dari judul buku/bab.
Pengarang, tahun, dan halamannya.
c) Pengayaan (bimtek dan penugasan) yang dapat memperdalam
pemahaman pengguna modul terhadap uraian materi yang telah
dipelajarinya.
d) Kegiatan Belajar
(1) Menggambarkan prosedur kegiatan, metode, teknik, atau
strategi yang harus ditempuh pengguna modul dengan jelas.
(2) Mendeskripsikan petunjuk dengan bahasa dan arahan yang
mudah dipahami (sebaiknya dipisahkan antara judul petunjuk
dengan isi petunjuknya) Judul petunjuk lebih merupakan

117
pokok-pokok atau ide-ide petunjuk yang secara operasional
akan dijabarkan secara rinci dalam isi petunjuk.

e) Latihan (Tugas dan Latihan)


(1) Deskripsikan bentuk serta isi bimtek dengan jelas. Perhatikan
sistematika penulisan yang memenuhi kriteria keterpahaman
dan keterbacaan! Instruksi dalam bentuk naratif jauh lebih
tinggi tingkat keterbacaannya (rendah tingkat
keterpahamannya) bila dibandingkan dengan instruksi dalam
bentuk poin-poin.
(2) Keterbacaan teks berkaitan dengan tingkat kecocokan bahan
bacaan tersebut dengan peringkat pembacanya. Ada banyak
formula-formula keterbacaan yang bisa digunakan untuk
kepentingan ini, misalnya formula keterbacaan Fry, formula
Raygor, formula Flesh, formula Dall & Chall, dan lain-lain.
(3) Keterpahaman teks berkaitan dengan kemampuan
pembacanya. Hal yang harus dipertimbangkan untuk
keterpahaman teks adalah muatan-muatan konten berikut
cara-cara penyajiannya.
(4) Kelogisan dan ketermungkinan pengerjaan tugas dan latihan
harus diperhatikan benar agar si penggunan modul betul-
betul mengerjakannya dengan jujur dan sungguh-sungguh.

Seringkali pengguna modul tidak mengerjakan tugas dan bimtek


yang disajikan dalam modul, hal ini bukan disebabkan oleh
ketidakmampuannya dalam mengerjakan tugas-tugas itu, melainkan
lebih disebabkan oleh faktor lain yang berkaitan dengan sistem
penyampaian informasinya.

4) Kriteria Keberhasilan
Suatu modul dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria
berikut ini:
a) Memiliki indikator keberhasilan dengan kriteria yang jelas dan
dapat diukur.
b) Indikator keberhasilan akan terukur jika menggunakan kata-kata
kerja operasional, tingkat keberhasilan yang diharapkan baik
secara kuantitatif maupun kualitatif, mengekplisitkan sasaran
yang dituju, mencerrminkan tingkah laku yang diharapkan.
c) Menggunakan bahasa yang komunikatif, mudah dipahami.
d) Menggunakan Rujukan

118
Cantumkan sumber-sumber rujukan, baik rujukan utama maupun
rujukan penunjang dengan jelas, lengkap, serta memenuhi kaidah
tertib menulis pustaka yang berlaku secara nasional, bahkan
internasional (Yeti Mulyati: 2002).
f. Prosedur Penyusunan Modul
Penulisan modul merupakan proses penyusunan materi pembelajaran
yang dikemas secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh siswa untuk
mencapai kompetensi atau sub kompetensi. Penyusunan modul belajar
mengacu pada kompetensi yang terdapat di dalam tujuan yang
ditetapkan. Terkait dengan hal tersebut dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:

1) Analisis Kebutuhan Modul


Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis
kompetensi/ tujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul yang
dibutuhkan untuk mencapai suatu kompetensi tersebut. Penetapan
judul modul didasarkan pada kompetensi yang terdapat pada garis-
garis besar program yang ditetapkan. Analisis kebutuhan modul
bertujuan untuk mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan judul
modul yang harus dikembangkan. Analisis kebutuhan modul dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
a) Tetapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar
program pembelajaran yang akan disusun modulnya;
b) Identifikasi dan tentukan ruang lingkup unit kompetensi tersebut;
c) Identifikasi dan tentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang dipersyaratkan;
d) Tentukan judul modul yang akanditulis
e) Kegiatan analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada periode
awal pengembangan modul
2) Penyusunan Draft
Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan
pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau
sub kompetensi menjadi satu kesatuan yang sistematis. Penyusunan
draft modul bertujuan menyediakan draft suatu modul sesuai
dengan kompetensi atau sub kompetensi yang telah ditetapkan.
Penulisan draft modul dapat dilaksanakan dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Tetapkan judul modul
b) Tetapkan tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh
peserta didik setelah selesai mempelajari satu modul

119
c) Tetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang
menunjang tujuan akhir
d) Tetapkan garis-garis besar atau outline modul
e) Kembangkan materi pada garis-garis besar
f) Periksa ulang draft yang telah dihasilkan
Kegiatan penyusunan draft modul hendaknya menghasilkan draft modul
yang sekurang-kurangnya mencakup:
a) Judul modul; menggambarkan materi yang akan dituangkan di
dalam modul;
b) Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah
menyelesaikan mempelajari modul;
c) Tujuan terdiri atas tujuan akhir dan tujuan antara yang akan
dicapai peserta didik setelah mempelajari modul;
d) Materi bimtek yang berisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik;
e) Prosedur atau kegiatan bimtek yang harus diikuti oleh peserta
didik untuk mempelajari modul;
f) Soal-soal, latihan, dan atau tugas yang harus dikerjakan atau
diselesaikan oleh peserta didik;
g) Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan
peserta didik dalam menguasai modul;
h) Kunci jawaban dari soal, latihan dan atau pengujian

3) Uji Coba
Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada
peserta terbatas, untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat
modul dalam pembelajaran sebelum modul tersebut digunakan
secara umum. Uji coba draft modul bertujuan untuk;
a) mengetahui kemampuan dan kemudahan peserta dalam
memahami dan menggunakan modul;
b) mengetahui efisiensi waktu belajar dengan menggunakan
modul;dan
c) mengetahui efektifitas modul dalam membantu peserta
mempelajari dan menguasai materi pembelajaran.
Untuk melakukan uji coba draft modul dapat diikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Siapkan dan gandakan draft modul yang akan diuji cobakan
sebanyak peserta yang akan diikutkan dalam ujicoba.
b) Susun instrumen pendukung ujicoba.
c) Distribusikan draft modul dan instrumen pendukung uji coba

120
kepada peserta ujicoba.
d) Informasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan
kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta ujicoba.
e) Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen ujicoba.
f) Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukan yang dijaring
melalui instrumen ujicoba.
Dari hasil uji coba diharapkan diperoleh masukan sebagai bahan
penyempurnaan draft modul yang diuji cobakan. Terdapat dua
macam uji coba yaitu uji coba dalam kelompok kecil dan uji coba
lapangan. Uji coba kelompok kecil adalah uji coba yang dilakukan
hanya kepada 2 - 4 peserta didik, sedangkan uji coba lapangan
adalah uji coba yang dilakukan kepada peserta dengan jumlah 20 –
30 peserta didik.

4) Validasi
Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan
terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan
pengakuan kesesuaian tersebut, maka validasi perlu dilakukan
dengan melibatkan pihak praktisi ahli yang sesuai dengan bidang
terkait dalam modul. Validasi modul bertujuan untuk memperoleh
pengakuan atau pengesahan kesesuaian modul dengan kebutuhan
sehingga modul tersebut layak dan cocok digunakan dalam
pembelajaran. Validasi modul meliputi: isi materi atau substansi
modul; penggunaan bahasa; serta penggunaan metode
instruksional.
Validasi dapat dimintakan dari beberapa pihak sesuai dengan
keahliannya masing-masing antara lain:
a) ahli substansi dari industri untuk isi atau materimodul;
b) ahli bahasa untuk penggunaan bahasa; atau
c) ahli metode instruksional untuk penggunaan instruksional guna
mendapatkan masukan yang komprehensif dan obyektif.
Untuk melakukan validasi draft modul dapat diikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Siapkan dan gandakan draft modul yang akan divalidasi sesuai
dengan banyaknya validator yang terlibat.
b) Susun instrumen pendukung validasi.
c) Distribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada peserta
validator.
d) Informasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan

121
kegiatan yang harus dilakukan oleh validator.
e) Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi.
f) Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukkan yang
dijaring melalui instrumen validasi.
Dari kegiatan validasi draft modul akan dihasilkan draft modul yang
mendapat masukkan dan persetujuan dari para validator, sesuai
dengan bidangnya. Masukkan tersebut digunakan sebagai bahan
penyempurnaan modul.
5) Revisi
Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul
setelah memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi.
Kegiatan revisi draft modul bertujuan untuk melakukan finalisasi atau
penyempurnaan akhir yang komprehensif terhadap modul, sehingga
modul siap diproduksi sesuai dengan masukkan yang diperoleh dari
kegiatan sebelumnya,maka perbaikan modul harus mencakup aspek-
aspek penting penyusunan modul di antaranya yaitu;
a) pengorganisasian materi pembelajaran;
b) penggunaan metode instruksional;
c) penggunaan bahasa; dan
d) pengorganisasian tata tulis dan perwajahan.
Mengacu pada prinsip peningkatan mutu berkesinambungan, secara
terus menerus modul dapat ditinjau ulang dan diperbaiki
(Departemen Pendidikan Nasional: 2008)

4. Rangkuman
Modul merupakan program pembelajaran yang utuh, disusun secara
sistematis, mengacu pada tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur.
Modul memiliki tujuan untuk: 1) Memperjelas dan mempermudah penyajian
pesan agar tidak terlalu bersifat verbal; 2) Mengatasi keterbatasan waktu,
ruang, dan daya indera, baik peserta belajar maupun guru/pelatih; 3) Dapat
digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi
dan gairah belajar; dan 4) mengembangkan kemampuan dalam berin-
teraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang
memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri sesuai kemampuan dan
minatnya.
Modul memiliki karakteristik: 1) Self Instructional; yaitu melalui modul
tersebut seseorang atau peserta belajar mampu membelajarkan diri sendiri,
tidak tergantung pada pihak lain; 2) Self Contained; yaitu seluruh materi
pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang

122
dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh; 3) Stand Alone (berdiri
sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain
atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain;
4) Adaptive; modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi; 5) User Friendly; modul hendaknya
bersahabat dengan pemakainya.
Penulisan modul dilakukan menggunakan prinsip-prinsip: 1) Peserta belajar
perlu diberikan secara jelas hasil belajar yang menjadi tujuan pembelajaran ;
2) Peserta belajar perlu diuji untuk dapat menentukan apakah mereka telah
mencapai tujuan pembelajaran; 3) Bahan ajar perlu diurutkan sedemikian
rupa sehingga memudahkan peserta didik untuk mempelajarinya; 4) peserta
didik perlu disediakan umpan balik. Modul umumnya terdiri dari petunjuk
siswa, isi materi bahasan (uraian dan contoh), lembar kerja siswa, evaluasi,
kunci jawaban evaluasi, dan pegangan tutor / guru. Prosedur penyusunan
modul dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Analisis
Kebutuhan Modul, 2) Penyusunan Draft, 3) Uji Coba, 4) Validasi, dan 5)
Revisi.

5. Tugas
Tagihan ini berkaitan dengan produk yang harus diselesaikan dan dihasilkan
peserta bimtek pada sesi penulisan modul, diantaranya:
a. Mempresentasi tentang pengertian dan tujuan penggunaan modul.
b. Mengisi lembar kerja tentang identifikasi karakteristik modul dan
identifikasi hal-hal yang diperhatikan dalam penulisan modul
c. Mengisi lembar kerja tentang prosedur penyusunan modul dan
kerangka modul.

6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


a. Apa manfaat yang bisa diperoleh setelah mempelajari konsep
penyusunan modul?
b. Apa rencana tindak lanjut setelah mempelajari konsep penyusunan
modul?

123
H. Materi 8: Praktik Penulisan Modul

1. Capaian Pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta mampu menyusun modul.
b. Indikator
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta mampu:
1) Menganalisis kebutuhan modul
a) Menetapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar
program pembelajaran yang akan disusun modulnya;
b) Mengidentifikasi dan menentukan ruang lingkup unit kompetensi
tersebut;
c) Mengidentifikasi dan menentukan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang dipersyaratkan;
d) Menentukan judul modul yang akan ditulis
2) Menyusunan draft
a) Menetapkan judul modul
b) Menetapkan tujuan akhir setelah selesai mempelajari satu modul
c) Menetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang
menunjang tujuan akhir
d) Menetapkan garis-garis besar atau outline modul
e) Merumuskan prosedur atau kegiatan bimtek yang harus diikuti
oleh peserta didik untuk mempelajari modul;
f) Menyusun soal-soal, latihan, dan atau tugas yang harus dikerjakan
atau diselesaikan oleh peserta didik;
g) Menyusun evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur
kemampuan peserta didik dalam menguasai modul;
h) Menyusun kunci jawaban dari soal, latihan dan atau pengujian
3) Melakukan uji coba
a) Menyiapkan dan menggandakan draft modul yang akan diuji
cobakan sebanyak peserta yang akan diikutkan dalam ujicoba.
b) Menyusun instrumen pendukung uji coba.
c) Mendistribusikan draft modul dan instrumen pendukung uji coba
kepada peserta uji coba.
d) Menginformasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji
coba dan kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta uji coba.
e) Mengumpulkan kembali draft modul dan instrumen uji coba.
f) Memproses dan menyimpulkan hasil pengumpulan masukan
yang dijaring melalui instrumen uji coba.
4) Melakukan Validasi
a) Menyiapkan dan gandakan draft modul yang akan divalidasi
sesuai dengan banyaknya validator yangterlibat.

124
b) Menyusun instrumen pendukungvalidasi.
c) Mendistribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada
peserta validator.
d) Menginformasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan
kegiatan yang harus dilakukan olehvalidator.
e) Mengumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi.
f) Memproses dan simpulkan hasil pengumpulan masukkan yang
dijaring melalui instrument validasi.
5) Melakukan revisi

2. Pokok-Pokok Materi
a. Menganalisis Kebutuhan Modul
1) Metapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar
program pembelajaran yang akan disusun modulnya;
2) Mengidentifikasi dan menentukan ruang lingkup unit kompetensi
tersebut;
3) Mengidentifikasi dan menentukan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang dipersyaratkan;
4) Menentukan judul modul yang akan ditulis
b. Menyusunan Draft
1) Menetapkan judul modul
2) Menetapkan tujuan akhir setelah selesai mempelajari satu modul
3) menetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang
menunjang tujuan akhir
4) Menetapkan garis-garis besar atau outline modul
5) Merumuskan prosedur atau kegiatan bimtek yang harus diikuti oleh
peserta didik untuk mempelajari modul;
6) Menyusun soal-soal, latihan, dan atau tugas yang harus dikerjakan
atau diselesaikan oleh peserta didik;
7) Menyusun evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur
kemampuan peserta didik dalam menguasai modul;
8) Menyusun kunci jawaban dari soal, latihan dan atau pengujian
c. Melakukan Uji Coba
1) Menyiapkan dan menggandakan draft modul yang akan diuji
cobakan sebanyak peserta yang akan diikutkan dalam uji coba.
2) Menyusun instrumen pendukung uji coba.
3) Mendistribusikan draft modul dan instrumen pendukung uji coba
kepada peserta uji coba.
4) Menginformasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba
dan kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta uji coba.
5) Mengumpulkan kembali draft modul dan instrumen uji coba.
6) Memproses dan menyimpulkan hasil pengumpulan masukan yang

125
dijaring melalui instrumen ujicoba.
d. Melakukan Validasi
1) Menyiapkan dan gandakan draft modul yang akan divalidasi sesuai
dengan banyaknya validator yangterlibat.
2) Menyusun instrumen pendukungvalidasi.
3) Mendistribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada peserta
validator.
4) Menginformasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan
kegiatan yang harus dilakukan olehvalidator.
5) Mengumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi.
6) Memproses dan simpulkan hasil pengumpulan masukkan yang
dijaring melalui instrumen validasi.
e. Melakukan Revisi

3. Uraian Materi
Penulisan modul merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang
dikemas secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh siswa untuk
mencapai kompetensi atau sub kompetensi. Penyusunan modul belajar
mengacu pada kompetensi yang terdapat di dalam tujuan yang ditetapkan.
Terkait dengan hal tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Analisis Kebutuhan Modul
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis
kompetensi/ tujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul yang
dibutuhkan untuk mencapai suatu kompetensi tersebut. Penetapan
judul modul didasarkan pada kompetensi yang terdapat pada garis-
garis besar program yang ditetapkan. Analisis kebutuhan modul
bertujuan untuk mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan judul
modul yang harus dikembangkan.
Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1) Tetapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar program
pembelajaran yang akan disusun modulnya;
2) Identifikasi dan tentukan ruang lingkup unit kompetensi tersebut;
3) Identifikasi dan tentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dipersyaratkan;
4) Tentukan judul modul yang akan ditulis
5) Kegiatan analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada periode awal
pengembangan modul
6) Penyusunan draft
Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan
pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub

126
kompetensi menjadi satu kesatuan yang sistematis. Penyusunan draft
modul bertujuan menyediakan draft suatu modul sesuai dengan
kompetensi atau sub kompetensi yang telah ditetapkan. Penulisan draft
modul dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Tetapkan judul modul
2) Tetapkan tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh
peserta didik setelah selesai mempelajari satu modul
3) Tetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang menunjang
tujuan akhir
4) Tetapkan garis-garis besar atau outline modul
5) Kembangkan materi pada garis-garis besar
6) Periksa ulang draft yang telah dihasilkan
Kegiatan penyusunan draft modul hendaknya menghasilkan draft modul
yang sekurang-kurangnya mencakup:
1) Judul modul; menggambarkan materi yang akan dituangkan di
dalam modul;
2) Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah
menyelesaikan mempelajari modul;
3) Tujuan terdiri atas tujuan akhir dan tujuan antara yang akan dicapai
peserta didik setelah mempelajari modul;
4) Materi bimtek yang berisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik;
5) Prosedur atau kegiatan bimtek yang harus diikuti oleh peserta didik
untuk mempelajari modul;
6) Soal-soal, latihan, dan atau tugas yang harus dikerjakan atau
diselesaikan oleh peserta didik;
7) Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan
peserta didik dalam menguasai modul;
8) Kunci jawaban dari soal, latihan dan atau pengujian
b. Uji Coba
Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada peserta
terbatas, untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam
pembelajaran sebelum modul tersebut digunakan secara umum. Uji
coba draft modul bertujuan untuk;
1) Mengetahui kemampuan dan kemudahan peserta dalam memahami
dan menggunakan modul;
2) Mengetahui efisiensi waktu belajar dengan menggunakan modul;
dan
3) Mengetahui efektifitas modul dalam membantu peserta mempelajari

127
dan menguasai materi pembelajaran.
Untuk melakukan uji coba draft modul dapat diikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Siapkan dan gandakan draft modul yang akan diuji cobakan
sebanyak peserta yang akan diikutkan dalam ujicoba.
2) Susun instrumen pendukung uji coba.
3) Distribusikan draft modul dan instrumen pendukung uji coba kepada
peserta uji coba.
4) Informasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan
kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta uji coba.
5) Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen uji coba.
6) Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukan yang dijaring
melalui instrumen ujicoba.
Dari hasil uji coba diharapkan diperoleh masukan sebagai bahan
penyempurnaan draft modul yang diuji cobakan. Terdapat dua macam
uji coba yaitu uji coba dalam kelompok kecil dan uji coba lapangan. Uji
coba kelompok kecil adalah uji coba yang dilakukan hanya kepada 2 - 4
peserta didik, sedangkan uji coba lapangan adalah uji coba yang
dilakukan kepada peserta dengan jumlah 20 – 30 peserta didik.
c. Validasi
Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan
terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan
pengakuan kesesuaian tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan
melibatkan pihak praktisi yang ahli sesuai dengan bidang-bidang terkait
dalam modul.
Validasi modul bertujuan untuk memperoleh pengakuan atau
pengesahan kesesuaian modul dengan kebutuhan sehingga modul
tersebut layak dan cocok digunakan dalam pembelajaran. Validasi
modul meliputi: isi materi atau substansi modul; penggunaan bahasa;
serta penggunaan metode instruksional.
Validasi dapat dimintakan dari beberapa pihak sesuai dengan
keahliannya masing-masing antara lain;
1) Ahli substansi dari industri untuk isi atau materimodul;
2) Ahli bahasa untuk penggunaan bahasa; atau
3) Ahli metode instruksional untuk penggunaan instruksional guna
mendapatkan masukan yang komprehensif dan obyektif.
Untuk melakukan validasi draft modul dapat diikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Siapkan dan gandakan draft modul yang akan divalidasi sesuai

128
dengan banyaknya validator yang terlibat.
2) Susun instrumen pendukung validasi.
3) Distribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada peserta
validator.
4) Informasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan kegiatan
yang harus dilakukan oleh validator.
5) Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi.
6) Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukkan yang dijaring
melalui instrumenvalidasi.
Dari kegiatan validasi draft modul akan dihasilkan draft modul yang
mendapat masukkan dan persetujuan dari para validator, sesuai dengan
bidangnya. Masukkan tersebut digunakan sebagai bahan
penyempurnaan modul.

d. Revisi
Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul setelah
memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi. Kegiatan
revisi draft modul bertujuan untuk melakukan finalisasi atau
penyempurnaan akhir yang komprehensif terhadap modul, sehingga
modul siap diproduksi sesuai dengan masukkan yang diperoleh dari
kegiatan sebelumnya,maka perbaikan modul harus mencakup aspek-
aspek penting penyusunan modul di antaranya yaitu;
1) Pengorganisasian materi pembelajaran;
2) Penggunaan metode instruksional;
3) Penggunaan bahasa; dan
4) Pengorganisasian tata tulis danperwajahan.
Mengacu pada prinsip peningkatan mutu berkesinambungan, secara
terus menerus modul dapat ditinjau ulang dandiperbaiki (Departemen
Pendidikan Nasional: 2008)

4. Rangkuman
Penulisan modul dilakukan dengan langkah-langkah berikut: 1) Analisis
Kebutuhan Modul; 2) Penyusunan Draft; 3) Uji Coba; 4) Validasi; dan 5)
Revisi.

129
5. Tugas
Tugas ini berkenaan dengan tagihan produk yang harus diselesaikan dan
dihasilkan peserta bimtek pada sesi praktik penulisan modul adalah
penyusunan kerangka modul.
a. Analisis Kebutuhan Modul
1) Tetapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar
program pembelajaran yang akan disusun modulnya;
2) Identifikasi dan tentukan ruang lingkup unit kompetensi tersebut;
3) Identifikasi dan tentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dipersyaratkan;
4) Tentukan judul modul yang akan ditulis
5) Kegiatan analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada periode awal
pengembangan modul
b. Penyusunan Draft
1) Tetapkan judul modul
2) Tetapkan tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh
peserta didik setelah selesai mempelajari satu modul
3) Tetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang menunjang
tujuan akhir
4) Tetapkan garis-garis besar atau outline modul
5) Kembangkan materi pada garis-garis besar
6) Prosedur atau kegiatan bimtek yang harus diikuti oleh peserta didik
untuk mempelajari modul;
7) Soal-soal, latihan, dan atau tugas yang harus dikerjakan atau
diselesaikan oleh peserta didik;
8) Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan
peserta didik dalam menguasai modul;
9) Kunci jawaban dari soal, latihan dan atau pengujian

6. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut


a. Apa manfaat yang bisa diambil setelah mempelajari materi praktik
penulisan modul?
b. Apa rencana tindak lanjut yang akan saudara lakukan setelah
mempelajari materi praktik penulisan modul?

130
BAGIAN 4

Daftar Pustaka

Abebe Kirub. Essential of Scientific Writing.


http://publication.eiar.gov.et:8080/xmlui/handle/123456789/109, 2006
Anne dalam http://www.anneahira.com, Anne Whitaker, Academic Writing Guide: A
Step-by-Step Guide to Writing Academic Papers, Bratislava, Slovakia, 2010
Brotowidjoyo dalam http://fikarzone.wordpress.com
Chris A. Mack. How to Write a Good Scientific Paper. SPIE, 2018
David Richard Evans. Important Features of Academic Research Papers in English. J
Nurs Studies N C N J Vol.6 No.1 2007. Pp. 61-68
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Profesi Pendidik, Menyusun Usulan
Penelitian Tindakan Kelas 2007
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Penulisan
Modul, 2008
Dwi Budiyanto, Mengenal Karya Ilmiah, 2017
Dwiloka dan Riana (2005) Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Gaung
Persada Press, 2011
https://sevima.com/pengertian-karya-ilmiah-menurut-para-ahli-dan-jenis-jenis-
karya-ilmiah/
http://www.academia.edu/28886223/Pengertian_Artikel_Ilmiah

https://yanhasiholan.wordpress.com/2013/01/14/langkah-langkah-penulisan-
karya-ilmiah/
http://barkah-repeks.blogspot.com/2011/01/publikasi-ilmiah.html
http://toka-tiki-toki.blogspot.com/2011/12/artikel-ilmiah-dan-tulisan-populer.html
I.G.A.K Wardani, Kuswaya Wihardit; Noehi Nasution, Penelitian Tindakan
Kelas, Jakarta : Universitas Terbuka, 2006
Karya Tulis Ilmiah, 2018, file.upi.edu/direktori/fpbs , 2018

131
Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, Pembinaan Dan Pengembangan Profesi Guru
Buku 4 Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
Dan Angka Kreditnya, 2010
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT. Rajawali Pers,
2011
Laplante (2012)
Mahmud, Muslimin, Artikel,
http://research-report. umm.ac.id /index.php/research-report/article/view/872 ).
Masnur Muslich, Melaksanakan PTK Itu Mudah, Jakarta : Bumi Aksara, 2011
Muhammad Farid, Menulis Artikel Ilmiah: Proses Menemukan Ide Hingga Publikasi.
Available from:
https://www.researchgate.net/publication/320686280_Menulis_Artikel_Ilmiah_
Proses_Menemukan_Ide_Hingga_Publikasi [accessed Nov 25 2018].
Munip, Abdul Munip. Penulisan Karya Tulis Ilmiah. 2017
Nana Sudjana & Ulung Laksamana, Menyusun Karya Tulis Ilmiah untuk
Memperoleh Angka Kredit, Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2008
Nowak dan Thomson (2018)
Permenpan RB 16-2009 tentang JF Guru dan Angka Kredit
Poppy Yaniawati.Teknik Penulisan Karya Ilmiah, 2018
Rofi’udin, A. H. 1996. Rancangan Penelitian Tindakan. Makalah Disampaikan pada
Lokakarya Tingkat Lanjut Penelitian Kualitatif Angkatan V tahun 1996/1997.
Malang: lembaga Penelitian IKIP Malang.
Suderajat dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com
Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bumi Aksara: 2010
Sukayati, Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta : PPPPTK Matematika, 2008
Susilo, M. Eko, dalam http://blog4makalah.blogspot.com
Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, Jogyakarta : Diva Press, 2010
Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pengenalan
Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Dirjen Dikti
Theuns Kotze, Guidelines on Wrinting First Quatitative Academic Article,
Department of Marketing and CommunicationManagement University of
Pretoria, 2007
Wisnu Jatmico, dkk., Panduan Penulisan Artikel Ilmiah, Depok, UI Press, 2015

132
Yakhontova (2013)
Yunita Winarto, dkk. Karya Tulis Ilmiah Sosial: Menyiapkan, Menulis dan
Mencermatinya, Yayasan Obor Indonesia, 2016.
Yeti Mulyati, Pokok-Pokok Pikiran tentang Penulisan Modul Bahan Ajar dan Diklat,
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru Bahasa Jakarta, 2002
Zulfikar dalam http://fikarzone.wordpress.com

133
DESAIN BIMTEK PROFESIONAL 3 (KARYA INOVATIF)
PADA SD,SMP,SMA,SMK
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PKB-GPAI) SD, SMP, SMP, SMA, DAN
SMK

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


All Rights Reserved

Pengarah:
Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramadhani, S.TP., M.T

Penanggung jawab:
Dr. H. Rohmat Mulyana Sapdi, M.Pd

Tim Penulis:
1. Dr. Abdul Rozak, M.Si
2. Vine Ilyani, M.Pd. I

Diterbitkan oleh:
Kementerian Agama Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Jl. Lapangan Banteng Barat No. 3-4 Jakarta Pusat

2
SAMBUTAN
Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramadhani, S.TP., M.T
Direktur Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI

Pendidikan memiliki peran penting bagi penyiapan generasi bangsa. Sebagai


ujung tombak transformasi nilai dan pengetahuan, guru mempunyai peran, fungsi,
dan kedudukan yang sangat penting dalam mencapai visi pendidikan yaitu
menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Dalam hal ini,
peningkatan profesionalitas guru termasuk Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI)
menjadi sebuah keharusan. Profesi guru harus dikembangkan sebagai profesi yang
bermartabat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen.
GPAI seharusnya juga mampu menjadikan pendidikan agama sebagai instrumen
transformasi sosial. Tanggung jawab GPAI tidak hanya berhenti dalam aspek
kognitif akan tetapi lebih jauh dari itu, yaitu membentuk karakter peserta didik.
Karena itu GPAI tidak boleh berhenti belajar dan mencukupkan pengetahuan yang
dimiliki. Sebaliknya GPAI harus terus memperkuat dan meningkatkan kompetensi
serta kualitasnya. GPAI juga dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuan
mengajarnya, hal ini agar pembelajaran yang ia bawakan dapat sesuai dengan
perkembangan peserta didik, baik secara psikologis, teknologis, maupun
sosiologis.
Untuk itu, diperlukan sistem pembinaan dan pengembangan terhadap profesi
guru secara terprogram dan berkelanjutan. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama terus berkomitmen meningkatkan kualitas GPAI. Hal ini
diperlukan agar Pendidikan Agama Islam (PAI) tidak mengalami stagnasi baik dari
sisi kualitas guru, kurikulum, ataupun metode pembelajaran. Sebaliknya
penyelenggaraan PAI perlu terus disempurnakan dengan metode dan
pengetahuan terbaru. Komitmen ini diwujudkan dengan Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan Guru Pendidikan Agama Islam (PKB-GPAI).
PKB-GPAI merupakan salah satu program yang dirancang untuk mewujudkan
terbentuknya GPAI yang profesional dalam melaksanakan tugasnya sebagai ujung
tombak keberhasilan pembelajaran. PKB-GPAI merupakan inisiasi yang baik untuk
meningkatkan kualitas dan profesionalitas GPAI di sekolah. Melalui PKB-GPAI ini
diharapkan menjadi sarana bagi terwujudnya GPAI yang kompeten dan
profesional.

i
Kami mengapresiasi terbitnya modul Bimtek PKB-GPAI ini. Semoga buku ini dapat
digunakan dengan baik sebagai panduan dalam rangkaian bimtek PKB-GPAI dan
pada akhirnya secara keseluruhan dapat meningkatkan kualitas Pendidikan Agama
Islam di Indonesia.

Jakarta, September 2021

ii
KATA PENGANTAR
Dr. H. Rohmat Mulyana Sapdi, M.Pd
Plt. Direktur Pendidikan Agama Islam
Kementerian Agama RI

Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah (SD, SMP, SMA, dan SMK) memiliki peran
penting bagi penumbuhan perilaku beragama di tengah kehidupan berbangsa dan
bernegara yang majemuk. Oleh karena itu, Ikhtiar untuk meningkatkan kualitas
Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) di sekolah terus dilakukan oleh Direktorat
Pendidikan Agama Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama. Hal ini diwujudkan dengan berbagai inovasi agar penyelenggaraan PAI di
sekolah mengalami kemajuan secara berkelanjutan sesuai dengan tantangan dan
perkembangan dunia pendidikan. Salah satunya adalah melalui Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan Guru Pendidikan Agama Islam (PKB-GPAI).
PKB-GPAI diproyeksikan sebagai bentuk peningkatan kualitas penyelenggaraan
PAI, utamanya dari sisi kompetensi dan profesionalitas GPAI. Program yang
dikembangkan oleh Direktorat Pendidikan Agama Islam ini merupakan wujud
penguatan layanan standar kompetensi GPAI agar kualitas, kompetensi, dan karir
mereka semakin meningkat.
Secara umum tujuan PKB-GPAI adalah untuk meningkatkan kualitas layanan PAI di
sekolah dalam rangka peningkatan mutu PAI. Program ini difokuskan untuk
pengembangan keprofesian GPAI yang mencakup 6 (enam) kompetensi, yaitu
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi
profesional, kompetensi spiritual, dan kompetensi leadership. Proses dan kegiatan
dalam program ini dirancang untuk meningkatkan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan profesional GPAI di sekolah yang dilaksanakan secara berjenjang dan
berkesinambungan dalam rangka peningkatan kinerja dan pemenuhan
kompetensi profesional GPAI di sekolah.
Dalam implementasinya, PKB-GPAI membutuhkan desain bimtek yang sesuai
dengan standar kompetensi dan profesionalitas. Untuk itu diperlukan suatu modul
bimtek yang dapat memandu proses bimtek PKB-GPAI, sekaligus mengatur
pelaksanaan bimtek secara tertib dan tersistem.
Atas dasar itu, Direktorat Pendidikan Agama Islam menerbitkan buku Modul
Bimtek PKB-GPAI. Buku modul kali ini merupakan penyempurnaan (revisi) dari
modul yang sebelumnya telah dipakai pada tahun 2018. Pada modul kali ini
dijabarkan tentang integrasi moderasi beragama dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di Sekolah sebagai salah satu isu sentral yang diarusutamakan oleh
Kementerian Agama.

iii
Selayaknya sebuah modul, buku ini berisi dua bagian yaitu bagian desain bimtek
dan bagian materi bimtek. Modul ini merupakan pegangan bagi pelatih dan
peserta bimtek PKB-GPAI. Dalam modul ini diuraikan secara terperinci tentang
metode, bahan, dan konten penyelenggaraan bimtek PKB-GPAI bagi Pelatih
Nasional (PN), Pelatih Provinsi (PP), maupun Pelatih Daerah (PD) tingkat
kabupaten/kota.
Buku ini selain mempermudah proses bimtek, juga diharapkan dapat menjadi
standar kualitas penyelenggaraan bimtek PKB-GPAI, sehingga dapat berlangsung
dengan baik dan lancar. Atas terselesaikannya modul ini, kami haturkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya modul ini. Semoga
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan nantinya dapat meningkatkan
mutu PAI. Amin.

Jakarta, September 2021

iv
DAFTAR ISI
Sambutan Direktur Jenderal Penbdidikan Islam .................................................................................... i
Kata Pengantar Direktur PAI ................................................................................................................................ iii
Daftar Isi ................................................................................................................................................. v

Bagian 1
Petunjuk Penggunaan Desain Bimtek .......................................................................................................... 1

Bagian 2
Tujuan dan Sasaran .................................................................................................................................................... 2

Bagian 3
Struktur Program ......................................................................................................................................................... 3

Bagian 4
Pendekatan dan Alur Bimtek ............................................................................................................................... 4

Bagian 5
Deskripsi Setiap Sesi ........................................................................................................................... 6
A. Sesi 1 : Kebijakan Kementerian Agama ................................................................................ 6
B. Sesi 2 : Konsep Umum Karya Inovatif .................................................................................. 7
C. Sesi 3 : Analisis SKL, Capaian Pembelajaran Kaitannya dengan Karya Inovatif ... 11
D. Sesi 4 : Proses Perencanaan Karya Inovatif ....................................................................... 15
E. Sesi 5 : Praktik Karya Inovatif Teknologi Tepat Guna dalam Pembelajaran
Berbasis Komputer ....................................................................................................... 19
F. Sesi 6 : Praktik Pembuatan Alat Pelajaran/Peraga ........................................................... 23
G. Sesi 7 : Pelaporan Pembuatan Karya Inovatif ................................................................... 26

Bagian 6
Bahan dan Alat Bimtek ......................................................................................................................................... 31

v
BAGIAN 1
Petunjuk Penggunaan Buku
Untuk mengoptimalkan penggunaan buku ini, disarankan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Tujuan dan Sasaran Buku
Tujuan modul ini berisi informasi tentang acuan dalam menyajikan materi karya
inovasi yang berkaitan dengan struktur program dan alokasi waktu, pendekatan
dan alur bimtek, informasi tentang tujuan, materi, metode dan aktivitas tagihan,
kegiatan sesi dan alat/bahan bimtek dari materi setiap sesi.
Adapun sasaran untuk desain bimtek ini diperuntukkan bagi pihak
penyelenggara PKBPengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru Pendidikan
Agama Islam (PKB GPAI) mulai dari tingkat pusat sampai daerah.

2. Struktur Program
Struktur program berisi materi yang disajikan dalam bimtek ini tentang karya
inovasi pendidikan dan alokasi waktu yang diperlukan pada setiap sesi. Materi
tersebut adalah (1) Konsep Umum Karya Inovasi; (2) Analisis Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), Capaian Pembelajaran) Kaitannya dengan Karya
Inovatif Teknologi Tepat Guna dalam Pembelajaran Berbasis Komputer; (3)
Proses Perencanaan Karya Inovatif Pendidikan; (4) Praktik Karya Inovatif
Teknologi Tepat Guna dalam Pembelajaran Berbasis Komputer; (5) Praktik
Pembuatan Alat pelajaran/Peraga (6) Pelaporan Pembuatan Karya Inovatif.

3. Pendekatan dan Alur Bimtek


Penyusunan bahan bimtek/sesi untuk belajar aktif, digunakan satu kerangka
yang sangat sederhana, yaitu disebut ICARE. Sistem ICARE mencakup lima
elemen kunci suatu pengalaman belajar yang baik, yang dapat diterapkan
dalam suatu bimtek. Pola ICARE singkatan dari Introduction, Connection,
Application, Reflection, dan Extension.

4. Deskripsi Setiap Sesi


Penjabaran langkah setiap sesi bidang karya inovatif meliputi tujuan, materi,
metode (disesuaikan), tagihan, dan kegiatan sesi.

5. Bahan dan Alat Bimtek


Dalam pelaksanaan bimtek membutuhkan bahan dan alat untuk dijadikan
penunjang kegiatan bimtek. Alat peraga digunakan untuk mempemudah pelatih
bimtek untuk menyampaikan materi bimtek.

1
BAGIAN 2
Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
Tujuan modul ini disusun agar dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak-pihak
penyelenggara kegiatan bimtek PKB GPAI untuk:
1) Menyajikan materi setiap sesi dalam bidang karya inovatif.
2) Memberikan informasi terkait struktur program dan alokasi waktu yang
disediakan.
3) Memberikan gambaran yang komprehensif tentang pendekatan dan alur
bimtek yang digunakan dalam menyajikan materi bimtek.
4) Mendapatkan informasi tentang tujuan, materi, metode, tagihan, kegiatan
sesi dan alat/bahan bimtek dari materi setiap sesi bidang karya inovasi.

2. Sasaran
Buku ini diperuntukkan bagi pihak penyelenggara PKB GPAI mulai dari tingkat
pusat sampai daerah yang meliputi:
1) Direktorat Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam,
Kementerian Agama RI.
2) Bidang PAI/PAKIS/PENDIS Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi.
3) Bidang PAI/PAKIS/PENDIS Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
4) Kelompok Kerja Pengawas PAI (Pokjawas PAI) dan learning community Guru
PAI di lingkup KKG,MGMP PAI.

2
BAGIAN 3
Struktur Program

Struktur program yang disajikan dalam bimtek Karya Inovatif terdiri dari:

Alokasi
No. Materi
Waktu (JTM)
1. Sesi 1: Kebijakan Kementerian Agama 2
2. Sesi 2: Konsep Umum Karya Inovatif 4
Sesi 3: Analisis Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
3 2
Capaian Pembelajaran Kaitannya dengan Karya Inovatif
4 Sesi 4: Proses Perencanaan Karya Inovatif Pendidikan 4
Sesi 5: Praktik Karya Inovatif Teknologi Tepat Guna dalam
5 8
Pembelajaran Berbasis Komputer
6 Sesi 6: Praktik Pembuatan Alat Pelajaran/Peraga 8
7 Sesi 7: Pelaporan Pembuatan Karya Inovatif 4
Jumlah 32

3
BAGIAN 4
Pendekatan dan Alur Bimtek
Buku ini menggunakan pendekatan yang disebut ICARE yang meliputi lima unsur
kunci dari pengalaman pembelajaran yaitu Introduction, Connection, Application,
Reflection, dan Extension. Pendekatan tersebut menggunakan berbagai macam
metode interaktif dalam bimtek yang dimaksudkan untuk memotivasi peserta
mengikuti bimtek, memberikan kesempatan peserta mengalami langsung
penggunaan berbagai metode yang pada akhirnya dapat digunakan oleh guru di
dalam kelas. Kerangka kerja tahapan pendekatan ICARE sebagaimana dijelaskan
secara terperinci di bawah ini.

1. Introduction (Pendahuluan)
Pada tahap ini, pelatih menanamkan pemahaman tentang isi dari sesi/kegiatan
kepada para peserta. Bagian ini harus berisi deskripsi latar belakang, tujuan
yang akan dicapai pada sesi ini. Tahap Introduction (pendahuluan) harus singkat
dan sederhana sehingga tidak banyak menghabiskan waktu. Pada tahap ini juga
pelatih harus berusaha untuk memfokuskan perhatian dan membangkitkan
minat peserta untuk mengikuti sesi ini dengan bersemangat.

2. Connection (Pengaitan)
Sebagian besar bimtek merupakan rangkaian proses kegiatan yang
berkesinambungan. Oleh karena itu, bimtek yang baik perlu dimulai dari apa
yang sudah diketahui peserta atau dimulai dari kemampuan awal peserta. Pada
tahap ini, pelatih sebaiknya menghubungkan pengetahuan yang baru dengan
pengetahuan yang sudah dimiliki peserta. Untuk hal ini pelatih dapat melakukan
brainstorming yang sederhana. Sesudah itu, pelatih dapat melanjutkan dengan
memberikan presentasi atau penjelasan. Akan tetapi, perlu diingat bahwa
presentasi yang dilakukan guru seharusnya tidak terlalu lama.

3. Application (Penerapan)
Tahap ini adalah bagian yang paling penting dalam proses bimtek. Setelah
peserta memperoleh informasi atau kecakapan baru melalui tahap Connection,
mereka perlu diberi kesempatan untuk mempraktikkan dan menerapkan
pengetahuan serta kecakapan tersebut secara individual, berpasangan atau
dalam kelompok. Bagian Application harus mendapatkan porsi waktu yang
paling lama. Pada saat peserta bekerja pelatih melakukan mentoring.

4. Reflection (Refleksi)
Pada tahap ini peserta diberi kesempatan untuk merefleksikan apa yang telah
mereka pelajari. Tugas pelatih adalah menilai sejauhmana keberhasilan bimtek.

4
Kegiatan refleksi dapat dilakukan secara individual, berpasangan ataupun
kelompok. Pelatih dapat meminta peserta untuk melakukan presentasi atau
menjelaskan apa yang telah mereka pelajari secara lisan. Mereka juga dapat
melakukan kegiatan penulisan mandiri di mana peserta menulis sebuah
ringkasan dari hasil bimtek. Refleksi ini juga bisa berbentuk kuis singkat di mana
pelatih memberi pertanyaan berdasarkan isi pelajaran/sesi. Poin penting untuk
diingat dalam refleksi adalah bahwa pelatih perlu menyediakan kesempatan
bagi para peserta untuk mengungkapkan apa yang telah mereka pelajari.

5. Extension (Pengayaan)
Tahap Extension adalah tahap kegiatan di mana pelatih menyiapkan kegiatan
yang dapat dilakukan peserta setelah pelajaran/sesi berakhir, yang bertujuan
untuk memperkuat dan memperluas pemahaman peserta tentang materi
bimtek. Kegiatan Extension dapat meliputi penyediaan bahan bacaan tambahan,
tugas penelitian atau latihan.

5
BAGIAN 5
Deskripsi Setiap Sesi

Pada bagian 5 ini akan dipaparkan pada setiap sesi bidang karya inovatif yang
meliputi tujuan, materi, metode, tagihan, dan kegiatan sesi.

A. Sesi 1: Kebijakan Kementerian Agama

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru adalah pengembangan


kompetensi bagi guru sesuai dengan kebutuhan dan dilaksanakan secara bertahap
dan berkelanjutan. Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap profesional guru dalam mengemban tugas sebagai pendidikan.
Arah Pendidikan Nasional ditujukan untuk menghasilkan sumber daya manusia
Indonesia yang memiliki karakter yaitu: 1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Masa Esa, 2) berakhlak mulia, 3) sehat, 4) berilmu, 5) cakap, 6) kreatif, 7)
mandiri, 8) menjadi warga negara yang demokratis, dan 9) bertanggungjawab.
Dalam rangka mewujudkan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional tersebut,
Pendidikan Agama Islam (PAI) pada PAUD-TK, SD/SDLB, SMP/SMPLB,
SMA/SMALB, dan SMK yang selanjutnya di sebut PAI pada Sekolah, merupakan
sub sistem dari Sistem Pendidikan Nasional memberikan penguatan pengetahuan
dan keterampilan serta membentuk sikap, dan kepribadian peserta didik dalam
mengamalkan ajaran agama Islam. PAI pada sekolah merupakan program
pendidikan yang berlandaskan pada aqidah yang berisi keyakinan tentang keesaan
Allah Swt. sebagai sumber utama nilai-nilai kehidupan bagi manusia dan alam
semesta. Nilai-nilai tersebut dapat dimanifestasikan melalui akhlak yang sekaligus
merupakan landasan pengembangan nilai-nilai karakter bangsa Indonesia.
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru Pendidikan Agama Islam (PKB-
GPAI) pada sekolah merupakan suatu keharusan bagi guru sebagai tenaga
pendidik profesional sebagiamana diamanatkan perundang-undangan. Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah No
57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2017, Peraturan Menteri Agama No. 38 tahun 2018 dalam rangka
meningkatkan kompetensi dan kinerja guru, Permendikbud No. 22 Tahun 2020
tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-
204. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Tahun 2020-2024.
Keputusan Menteri Agama Nomor 529 Tahun 2021 Tentang Kelompok Kerja
Penguatan Program Moderasi Beragama Pada Kementerian Agama.

6
B. Sesi 2: Konsep Umum Karya Inovatif

1. Tujuan
1) Memahami macam-macam karya inovatif pendidikan.
2) Memahami kriteria dan jenis karya inovatif.

2. Materi
1) Menemukan teknologi tepat guna
2) Menemukan/menciptakan karya seni
3) Membuat/memodifikasi alat pelajaran/peraga
4) Mengikuti pengembangan penyusunan standar, pedoman, soal,
dan sejenisnya

3. Metode
Metode yang digunakan dalam sesi konsep umum karya inovatif
adalah sebagai berikut:
1) Brainstorming
2) Video Comment
3) Reflective Thinking
4) Diskusi

4. Tagihan
Tagihan ini berkaitan dengan produk yang harus diselesaikan dan
dihasilkan peserta pada sesi konsep umum karya inovatif, adalah:
1) Lembar kerja yang berisi penjelasan tentang konsep umum
karya inovatif.
2) Lembar kerja yang berisi uraian macam-macam karya inovatif
dalam pembelajaran.
3) Lembar kerja yang berisi uraian dan penjelasan kriteria dan jenis
karya inovatif.

5. Kegiatan Sesi
Peserta melakukan kegiatan untuk memenuhi tagihan yang
berkaitan dengan produk yang harus diselesaikan dan dihasilkan
yaitu:
1) Mengisi lembar kerja yang berisi penjelasan tentang konsep
umum karya inovatif.
2) Mengisi lembar kerja yang berisi uraian macam-macam karya
inovatif dalam pembelajaran.
3) Mengisi lembar kerja yang berisi uraian dan penjelasan kriteria
dan jenis karya inovatif.
4) Pengayaan/deskripsi materi dengan bahasa sendiri

7
Pada tahapan ini peserta melakukan kegiatan bimtek sesuai dengan
pola ICARE berikut:

1) Introduction
Pelatih menyampaikan judul sesi, latar belakang, dasar hukum,
tujuan, tagihan peserta, tahapan kegiatan.

2) Connection
Pada tahapan ini peserta melakukan kegiatan curah pendapat
dan gagasan secara spontan dari peserta berkaitan dengan
pemahaman, gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan,
pengalaman dari semua peserta tentang karakteristik peserta
didik.
Langkah-langkahnya:
a) Pemberian informasi dan motivasi.
Pada tahap ini pelatih menjelaskan masalah yang berkaitan
dengan karya inovatif dalam pembelajaran, kemudian
mengajak peserta agar aktif untuk memberikan
tanggapannya.
b) Identifikasi.
Peserta diajak memberikan sumbang saran pemikiran
sebanyak-banyaknya. Semua saran yang diberikan peserta
ditampung, ditulis dan jangan dikritik. Ketua kelompok dan
peserta dibolehkan mengajukan pertanyaan hanya untuk
meminta penjelasan.
c) Klasifikasi.
Mengklasifikasi berdasarkan kriteria yang dibuat dan
disepakati oleh kelompok. Klasifikasi bisa juga berdasarkan
struktur/faktor-faktor lain.
d) Verifikasi.
Kelompok secara bersama meninjau kembali sumbang
saran yang telah diklasifikasikan. Setiap sumbang saran diuji
relevansinya dengan permasalahan yang dibahas. Apabila
terdapat kesamaan maka yang diambil adalah salah satunya
dan yang tidak relevan dicoret. Namun kepada pemberi
sumbang saran bisa dimintai argumentasinya.
e) Konklusi (penyepakatan).
Ketua kelompok beserta peserta lain mencoba
menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah
yang disetujui. Setelah semua sepakat, maka diambil
kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang
dianggap paling tepat.

8
Metode brainstorming sangat penting untuk memberikan
kesempatan kepada peserta untuk berpendapat, melatih daya
kritis dan analisis peserta, mendorong peserta agar dapat
menghargai pendapat orang lain dan menstimulasi peserta agar
dapat berpikir secara holistik.

3) Application
Peserta mengamati contoh kasus yang berkaitan dengan karya
inovatif.
Langkah-langkahnya:
a) Pelatih menayangkan salah satu contoh kasus pada peserta
berkaitan dengan karya inovatif
b) Peserta berdiskusi dan mengomentari contoh kasus yang
dicermatinya.
c) Peserta memberikan komentar dan tanggapan salah satu
kelompok
d) Peserta memberikan simpulan dan pelatih memberikan
penguatan materi.
Metode cases comment dapat melengkapi pengalaman-
pengalaman dasar dari peserta ketika membaca, berdiskusi,
berpraktik, dan lain-lain.

4) Reflection
Dengan metode ini peserta dapat memberikan pemikirannya
terkait karya inovatif melalui pengalaman dan pemecahan
masalah yang berlangsung secara reflektif.
Peserta mengaitkan beberapa pengetahuan yang sudah ada
untuk merumuskan suatu masalah baru berdasarkan masalah
yang diberikan. Setelah peserta merumuskan masalah, untuk
memecahkan masalah tersebut, juga dibutuhkan kembali
berpikir reflektifnya. Jika peserta dapat merumuskan dan
memecahkan masalah baru, maka peserta tersebut telah
melibatkan kemampuan berpikir reflektif.
Langkah-langkahnya:
a) Peserta mendapatkan masalah yang berkaitan dengan karya
inovatif.
b) Selanjutnya peserta menyelidiki dan menganalisa
permasalahannya tersebut.
c) Peserta menghubungkan uraian-uraian hasil analisisnya itu
atau satu sama lain, dan mengumpulkan berbagai
kemungkinan guna memecahkan masalah tersebut.

9
d) Peserta memberikan jawaban atau hipotesis sesuai dengan
pemikirannya masing-masing.
e) Peserta menyampaikan simpulan dan pelatih memberikan
penguatan

5) Extension
Peserta berdiskusi tentang menyelesaikan lembar kerja yang
berkaitan dengan karya inovatif dalam perencanaan
pembelajaran.
Langkah-langkahnya:
a) Langkah persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi
diantaranya:
(1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai, baik tujuan
yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
(2) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
(3) Menetapkan masalah yang akan dibahas.
(4) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan teknis pelaksanaan diskusi.
b) Pelaksanaan diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
diskusi adalah:
(1) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat
memengaruhi kelancaran diskusi.
(2) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi.
(3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang
telah ditetapkan.
(4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap
peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-
idenya.
(5) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan
yang sedang dibahas.
c) Diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan
diskusi hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:
(1) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai
kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
(2) Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat
dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk
perbaikan selanjutnya.

10
Metode ini digunakan agar suasana bimtek lebih aktif dan
hidup karena semua peserta dan pelatih ikut terlibat,
memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menyumbangkan ide dalam memecahkan masalah.

11
C. Sesi 3: Analisis SKL, Capaian Pembelajaran, dan kaitannya dengan
Karya Inovatif

1. Tujuan
Tujuan sesi ini adalah
a. Peserta memahami dan mampu menjelaskan analisis SKL,
Capaian Pembelajaran
b. Peserta mampu menjabarkan SKL, Capaian pembelajaran ke
dalam indikator pencapaian kompetensi dan materi
pembelajaran
c. Peserta mampu menjabarkan analisis SKL, Capaian
pembelajaran untuk meluruskan perencanaan proses
pembelajaran guna pencapaian Standar Kompetensi Lulusan
d. Peserta menentukan uraian kegiatan pembuatan karya inovatif
yang dirancang berbasis aktivitas

2. Materi
a. Pengertian SKL, Capaian pembelajaran dan indikator
pencapaian kompetensi
b. Penjabaran SKL, Capaian pembelajaran ke dalam indikator
pencapaian kompetensi dan materi pembelajaran
c. Penjabaran analisis SKL, Capaian pembelajaran untuk
meluruskan perencanaan proses pembelajaran guna
pencapaian standar kompetensi lulusan

3. Metode
Metode yang digunakan dalam sesi analisis SKL, KI, KD, dan
kaitannya dengan kegiatan pembelajaran adalah:
a. Brainstorming
b. Make a Match
c. Diskusi

4. Tagihan
Tagihan ini berkaitan dengan penyelesaian produk yang harus
dihasilkan peserta bimtek pada sesi analisis SKL, KI, KD, dan
kaitannya dengan kegiatan pembuatan karya inovatif, diantaranya:
a. Lembar kerja tentang konsep SKL, KI, KD dan kegiatan
pembuatan karya inovatif
b. Lembar kerja tentang analisis SKL, KI, KD, dan kaitannya dengan
kegiatan pembuatan karya inovatif (kelompok)
c. Tugas individu menjabarkan analisis SKL, Capaian
pembelajaran untuk melinearkan perencanaan proses

12
pembelajaran guna pencapaian SKL, dan kaitannya dengan
kegiatan pembuatan karya inovatif.

5. Kegiatan Sesi
Peserta melakukan kegiatan untuk memenuhi tagihan yang
berkaitan dengan produk yang harus diselesaikan dan dihasilkan
yaitu:
a. Lembar kerja tentang konsep SKL, KI, KD dan kegiatan
pembuatan karya inovatif
b. Lembar kerja tentang analisis SKL, KI, KD, dan kaitannya dengan
kegiatan pembuatan karya inovatif (kelompok)
c. Tugas individu menjabaran analisis SKL, Capaian
pembelajaran untuk meluruskan perencanaan proses
pembelajaran guna pencapaian SKL
Pada tahapan ini peserta melakukan kegiatan bimtek sesuai dengan
pola ICARE berikut:

1) Introduction
Pelatih menyampaikan judul sesi, latar belakang, dasar hukum,
tujuan, tagihan peserta, tahapan kegiatan.

2) Connection
Pada tahapan ini peserta melakukan kegiatan curah pendapat
dan gagasan secara spontan dari peserta berkaitan dengan
penjabaranan analisis SKL, Capaian pembelajaran untuk
meluruskan perencanaan proses pembelajaran guna
pencapaian SKL.

Langkah-langkahnya:
a) Pemberian informasi dan motivasi. Pada tahap ini pelatih
menjelaskan masalah yang berkaitan dengan SKL, KI, KD,
dan kegiatan pembelajaran, kemudian mengajak peserta
agar aktif untuk memberikan tanggapannya.
b) Identifikasi. Peserta diajak memberikan sumbang saran
pemikiran sebanyak-banyaknya, semua saran yang
diberikan peserta ditampung, ditulis dan jangan dikritik.
Ketua kelompok dan peserta dibolehkan mengajukan
pertanyaan hanya untuk meminta penjelasan.
c) Klasifikasi. Mengklasifikasi berdasarkan kriteria yang dibuat
dan disepakati oleh kelompok. Klasifikasi bisa juga
berdasarkan struktur/faktor-faktor lain.

13
d) Verifikasi. Kelompok secara bersama meninjau kembali
sumbang saran yang telah diklasifikasikan. Setiap sumbang
saran diuji relevansinya dengan permasalahan yang
dibahas. Apabila terdapat kesamaan maka yang diambil
adalah salah satunya dan yang tidak relevan dicoret. Namun
kepada pemberi sumbang saran bisa dimintai
argumentasinya.
Metode brainstorming sangat penting untuk memberikan
kesempatan kepada peserta untuk berpendapat, melatih daya
kritis dan analisis peserta, mendorong peserta agar dapat
menghargai pendapat orang lain dan menstimulasi peserta agar
dapat berpikir secara holistik.

3) Application
Peserta menentukan pasangan materi dalam bentuk kartu yang
berkaitan dengan konsep SKL, KI, KD dan kegiatan
pembelajaran.
Langkah-langkahnya:
a) Pelatih menyiapkan kartu-kartu yang berisikan kartu yang
berkaitan dengan konsep dan jawaban SKL, KI, KD dan
kegiatan pembelajaran.
b) Setiap kelompok mendapatkan satu set kartu-kartu yang
berisikan dan konsep jawaban tersebut.
c) Peserta yang sudah mendapatkan kartu memikirkan
jawaban dari kartu yang didapatkannya
d) Setiap peserta dalam kelompok mencari pasangan kartu
yang sekiranya cocok dengan kartu yang dimilikinya
e) Jika peserta yang bisa mencocokkan kartu yang tepat dan
menemukan kartu cocok pada batas waktu yang ditetapkan,
maka peserta/kelompok bersangkutan akan mendapatkan
reward.
f) Peserta menyampaikan simpulan dan pelatih
menyampaikan penguatan.
g) Selanjutnya peserta mengerjakan lembar kerja analisis SKL,
KI, KD, dan kaitannya dengan kegiatan pembelajaran
(kelompok). Sistem kerja dalam kelompok diatur oleh ketua
kelompok.
Metode ini digunakan karena mengutamakan penanaman
kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama,
kemampuan berinteraksi di samping kemampuan berpikir cepat
melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu
yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

14
4) Reflection
Peserta menjawab pertanyaan tentang keterkaitan SKL, KI, KD,
dan kegiatan Pembelajaran.

5) Extension
Peserta berdiskusi menyelesaikan lembar kerja penjabaranan
SKL, Capaian pembelajaran untuk meluruskan perencanaan
proses pembelajaran guna pencapaian SKL.
Langkah-langkahnya:
a) Langkah persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi
diantaranya:
(1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai, baik tujuan
yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
(2) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
(3) Menetapkan masalah yang akan dibahas.
(4) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan teknis pelaksanaan diskusi.
b) Pelaksanaan diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
diskusi adalah:
(1) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat
memengaruhi kelancaran diskusi.
(2) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan
diskusi.
(3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang
telah ditetapkan.
(4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap
peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-
idenya.
(5) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan
yang sedang dibahas.
c) Menutup diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan
diskusi hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:
(1) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai
kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
(2) Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat
dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk
perbaikan selanjutnya.

15
Metode ini digunakan agar suasana bimtek lebih aktif dan
hidup karena semua peserta dan pelatih ikut terlibat,
memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menyumbangkan ide dalam memecahkan masalah.

16
D. Sesi 4: Proses Perencanaan Pembuatan Karya Inovatif

1. Tujuan
Tujuan sesi ini adalah:
a. Peserta memahami proses perencanaan karya inovatif
pendidikan.
b. Peserta memahami tahapan-tahapan proses perencanaan karya
inovatif.

2. Materi
a. Pengertian proses perencanaan karya inovatif pendidikan
b. Tahapan-tahapan proses perencanaan karya inovatif pendidikan

3. Metode
Metode yang digunakan dalam sesi perencanaan pembuatan karya
inovatif sebagai berikut:
a. The Power of Two
Pelatih memberikan satu atau lebih pertanyaan kepada peserta
yang membutuhkan refleksi (perenungan) dalam menentukan
jawaban.
Pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan perencanaan
pembuatan karya inovatif.
Langkah-langkahnya:
1) Langkah pertama, membuat masalah. Dalam prosesnya,
pelatih memberikan satu atau lebih pertanyaan kepada
peserta yang membutuhkan refleksi (perenungan) dalam
menentukan jawaban.
2) Langkah kedua, pelatih meminta peserta untuk nerenung
merenung dan menjawab pertanyaan sendiri-sendiri.
3) Langkah ketiga, pelatih membagi perserta berpasang-
pasangan. Pasangan kelompok bisa ditentukan atau bisa
juga diacak. Dalam proses bimtek setelah semua peserta
melengkapi jawabannya, bentuklah ke dalam pasangan dan
mintalah mereka untuk berbagi (sharing) jawaban dengan
yang lain.
4) Langkah keempat, pelatih meminta pasangan untuk
berdiskusi mencari jawaban baru. Dalam proses belajar,
pelatih meminta peserta untuk membuat jawaban baru
untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki
respon masing-masing individu.
5) Langkah kelima, pelatih meminta peserta untuk
mendiskusikan hasil sharingnya. Dalam proses

17
pembelajaran, para peserta diajak untuk berdiskusi secara
klasikal untuk membahas permasalahan yang belum jelas
atau yang kurang dimengerti. Peserta yang sudah
berpasangan membandingkan jawaban dari masing-masing
pasangan ke pasangan yang lain. Untuk mengakhiri
pembelajaran pelatih bimtek bersama-sama dengan peserta
bimtek menyimpulkan materi pembelajaran.
Metode ini digunakan dalam kelompok kecil dengan
menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan
bimtek oleh teman sejawat dengan anggota dua orang di
dalamnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2) Talking Ball
Alat/media yang digunakan dalam metode ini yaitu bola. Bola
tersebut digunakan sebagai alat dan juga sebagai media untuk
melakukan presentasi. Peserta yang presentasi yaitu peserta
yang mendapatkan bola setelah digilirkan. Materi yang
dipresentasikan adalah pembuatan karya inovatif dalam
pembelajaran berbasis komputer.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Pelatih menyampaikan materi tentang perencanaan
pembuatan karya invatif.
b) Pelatih menjelaskan tahapan “talking ball”
c) Setiap perwakilan kelompok mengambil sebuah bola yang
sudah disediakan oleh pelatih.
d) Bola digilirkan dalam satu kelompok, setelah musik
dimainkan
e) Proses menggilirkan bola berhenti apabila musik berhenti
f) Setiap peserta dalam kelompok yang mendapatkan bola
bertugas mempresentasikan materi tentang perencanaan
pembuatan karya inovatif
g) Setiap perwakilan kelompok yang sudah menyampaikan
hasil diskusinya diberikan reward.
Metode ini digunakan karena berfungsi sebagai pendorong dan
penguat pemahaman peserta terhadap materi yang
disampaikan. Selain itu metode ini juga diperlukan untuk
melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari
jawaban dalam lembar kerja, mampu melatih peserta berpikir
efektif.

3) Diskusi

18
Peserta berdiskusi menjawab pertanyaan berkaitan dengan
alasan perlunya perencanaan pembuatan karya inovatif, dengan
langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Langkah persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi
diantaranya:
(1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai, baik tujuan
yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
(2) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
(3) Menetapkan masalah yang akan dibahas.
(4) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan teknis pelaksanaan diskusi, seperti: laptop,
jaringan internet dan lainnya.
b) Pelaksanaan diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
diskusi adalah:
(1) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat
memengaruhi kelancaran diskusi.
(2) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi.
(3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang
telah ditetapkan.
(4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap
peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-
idenya.
(5) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan
yang sedang dibahas.
c) Menutup diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan
diskusi hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:
(1) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai
kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
(2) Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat
dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk
perbaikan selanjutnya.
Metode ini digunakan agar suasana bimtek lebih aktif dan
hidup karena semua peserta dan pelatih ikut terlibat,
memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menyumbangkan ide dalam memecahkan masalah.

19
4. Tagihan
Tagihan ini berkaitan dengan penyelesaian produk yang harus
dihasilkan peserta pada sesiasi perencanaan pembuatan karya
inovasi diantaranya:
a. Presentasi materi tentang proses perencanaan pembuatan karya
inovatif.
b. Lembar kerja dalam bentuk matrik terkait dengan perencanaan
pembuatan karya inovatif.
c. Lembar kerja terkait dengan jawaban berkenaan dengan
perencanaan pembuatan karya inovatif.

5. Kegiatan Sesi
Kegiatan pada setiap sesi perencanaan pembuatan karya inovatif
meliputi:
a. Capaian Pembelajaran yang berisi tujuan dan indikator
keberhasilan
b. Pokok-pokok materi
c. Uraian materi
d. Aktivitas pembelajaran
e. Rangkuman
f. Tugas, dan
g. Umpan balik dan tindak lanjut

20
E. Sesi 5: Praktik Karya Inovatif Teknologi Tepat Guna dalam
Pembelajaran Berbasis Komputer

1. Tujuan
Tujuan sesi ini adalah untuk :
a. Menjelaskan karya inovatif teknologi tepat guna dalam
pembelajaran berbasis komputer
b. Memahami pengembangan model pembelajaran melalui karya
teknologi tepat guna dalam pembelajaran berbasis komputer
c. Mendesain pembelajaran melalui aplikasi teknologi informasi
d. Berlatih membuat pembelajaran melalui aplikasi teknologi
informasi

2. Materi
a. Pengembangan model pembelajaran melalui karya teknologi
tepat guna dalam pembelajaran berbasis komputer
b. Aplikasi pembelajaran melalui teknologi informasi

3. Metode
Metode yang digunakan dalam sesi praktik karya inovatif teknologi
tepat guna dalam pembelajaran berbasis komputer ini adalah
sebagai berikut:
a. Diskusi
Peserta berdiskusi menjawab pertanyaan berkaitan dengan
praktik karya inovatif teknologi tepat guna dalam pembelajaran
berbasis komputer menggunakan microsoft powerpoint 2017.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Langkah persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi
diantaranya:
a) Merumuskan tujuan yang akan dicapai, baik tujuan
yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
b) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
c) Menetapkan masalah yang akan dibahas.
d) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan teknis pelaksanaan diskusi.
2) Pelaksanaan diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
diskusi adalah:
a) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat
memengaruhi kelancaran diskusi.

21
b) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi.
c) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang
telah ditetapkan.
d) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap
peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-
idenya.
e) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan
yang sedang dibahas.
3) Menutup diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan
diskusi hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai
kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
b) Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat
dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk
perbaikan selanjutnya.
Metode ini digunakan agar suasana bimtek lebih aktif dan
hidup karena semua peserta dan pelatih ikut terlibat,
memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menyumbangkan ide dalam memecahkan masalah.

b. Brainstorming
Curah pendapat dan gagasan secara spontan dari peserta
berkaitan dengan pemahaman, gagasan, pendapat, informasi,
pengetahuan, pengalaman dari semua peserta tentang
mekanisme dan langkah konsep, komponen, jenis-jenis, prinsip-
prinsip, strategi pembelajaran PAI berbasis komputer,
penyusunan bahan ajar PAI berbasis power point. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Pemberian informasi dan motivasi. Pada tahap ini pelatih
menjelaskan masalah yang berkaitan dengan tentang
mekanisme dan langkah konsep, komponen, jenis-jenis,
prinsip-prinsip, strategi pembelajaran PAI berbasis
komputer, penyusunan bahan ajar PAI berbasis powerpoint,
kemudian mengajak peserta agar aktif untuk memberikan
tanggapannya.
2) Identifikasi. Peserta diajak memberikan sumbang saran
pemikiran sebanyak-banyaknya. Semua saran yang
diberikan peserta ditampung, ditulis dan jangan dikritik.
Ketua kelompok dan peserta dibolehkan mengajukan
pertanyaan hanya untuk meminta penjelasan.

22
3) Klasifikasi. Mengklasifikasi berdasarkan kriteria yang dibuat
dan disepakati oleh kelompok. Klasifikasi bisa juga
berdasarkan struktur/faktor-faktor lain.
4) Verifikasi. Kelompok secara bersama meninjau kembali
sumbang saran yang telah diklasifikasikan. Setiap sumbang
saran diuji relevansinya dengan permasalahan yang dibahas.
Apabila terdapat kesamaan maka yang diambil adalah salah
satunya dan yang tidak relevan dicoret. Namun kepada
pemberi sumbang saran bisa dimintai argumentasinya.
Metode brainstorming sangat penting untuk memberikan
kesempatan kepada peserta untuk berpendapat, melatih daya
kritis dan analisis peserta, mendorong peserta agar dapat
menghargai pendapat orang lain dan menstimulasi peserta agar
dapat berpikir secara holistik.

c. Inquiry Learning
Peserta melakukan analisis untuk mencari dan menemukan
sendiri isi materi yang akan dimasukkan ke dalam komponen
yang terdapat dalam konsep, komponen, jenis-jenis, prinsip-
prinsip, strategi pembelajaran PAI berbasis komputer,
penyusunan bahan ajar PAI berbasis powerpoint. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Orientasi. Mengamati lembar kerja kaitannya format
program tahunan yang isinya adalah bab dan sub bab
konsep, komponen, jenis-jenis, prinsip-prinsip, strategi
pembelajaran PAI berbasis komputer, penyusunan bahan
ajar PAI berbasis powerpoint.
2) Merumuskan masalah. Setiap kelompok mendapatkan
kertas plano (membuat format LK) dan mencari bahan yang
terdapat dalam potongan kertas
3) Merumuskan hipotesis. Pada tahapan ini peserta dilatih
untuk membuat suatu hipotesis atau jawaban sementara
dari materi tersebut. Pelatih juga dapat membantu peserta
membuat hipotesis dalam memberikan jawabannya.
4) Mengumpulkan data. Pada tahap ini peserta melakukan
aktivitas mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang telah dibuatnya. Dalam
pembelajaran inquiry tahapan ini merupakan suatu proses
yang sangat penting untuk mengembangkan kemampuan
intelektual peserta karena pada tahap ini peserta dilatih
untuk menggunakan seluruh potensi berfikir yang
dimilikinya.

23
5) Menguji hipotesis. Langkah ini merupakan langkah yang
melatih kemampuan rasional peserta, dimana hipotesis yang
telah dibuat kemudian diuji dengan cara dibandingkan
dengan data yang ada lalu kemudian ditunjukkan. Pada
tahap ini juga dilatih sikap jujur dan percaya diri pada
peserta sehingga peserta dapat menguji hipotesisnya
berdasarkan data dan fakta
6) Merumuskan kesimpulan. Pada langkah ini peserta dituntut
untuk mendeskripsikan temuan yang telah diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis, sehingga dapat
mencapai kesimpulan yang akurat
Model ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan berfikir
peserta untuk mencari dan menemukan sendiri materi yang
akan di pelajarinya, melatih kepekaan diri, mengurangi rasa
kecemasan, menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan
motivasi, dan partisipasi belajar, meningkatkan tingkah laku
yang positif, meningkatkan prestasi dan hasil belajar.

d. Gallery Walk
Peserta melakukan kunjungan/pergerakan ke kelompok lain
untuk menganalisis hasil kerja yang sudah diselesaikan.
Langkah-langkahnya:
1) Membagi peserta menjadi beberapa kelompok (jumlah dan
anggota kelompok disesuaikan)
2) Memberikan kertas lembar kerja/format kepada setiap
kelompok
3) Setiap kelompok untuk mendiskusikan isian format
4) Setiap kelompok mengisi format
5) Setiap kelompok untuk menempel hasil kerjanya di dinding
6) Setiap mereka untuk berputar mengamati hasil kerja kelompok
lain
7) Salah satu wakil kelompok menjelaskan setiap apa yang
ditanyakan oleh kelompok lain
8) Peserta dalam kelompok secara bersama-sama untuk
mengoreksi hasil kerja kelompok lain
9) Memberikan klarifikasi dan simpulan
Metode ini digunakan agar peserta berinteraksi dan mensintesis
konsep, membuat pembelajaran lebih efektif. Keterampilan
berpikir tingkat tinggi terlibat. Peserta didorong untuk bergerak
tanpa harus duduk di satu tempat untuk waktu yang lama,
menghilangkan kebosanan yang membuat belajar tidak menarik.
Gallery walk (pameran berjalan) juga dapat memotivasi keaktivan

24
peserta dalam proses belajar sebab bila sesuatu yang baru
ditemukan berbeda antara satu dengan yang lainnya maka dapat
saling mengkoreksi antara sesama peserta baik kelompok
maupun antar peserta itu sendiri.

4. Tagihan
Tagihan ini berkaitan dengan produk yang harus diselesaikan dan
dihasilkan peserta pada sesi program tahunan, diantaranya:
a. Presentasi konsep, komponen, jenis-jenis, prinsip-prinsip, strategi
pembelajaran PAI berbasis komputer, penyusunan bahan ajar PAI
berbasis powerpoint.
b. Lembar kerja pembuatan karya inovatif sederhana dan komplek
sebagai karya inovatif
c. Lembar kerja jawaban berkaitan dengan perlunya pembuatan
bahan ajar sederhana dan komplek sebagai karya inovatif

5. Kegiatan Sesi
Kegiatan pada setiap sesi dengan materi praktik karya inovatif
teknologi tepat guna dalam pembelajaran berbasis komputer,
adalah:
a. Capaian Pembelajaran yang berisi tujuan dan indikator
keberhasilan
b. Pokok-pokok materi
c. Uraian materi
d. Aktivitas pembelajaran
e. Rangkuman
f. Tugas, dan
g. Umpan balik dan tindak lanjut

25
F. Sesi 6: Praktik Alat Pelajaran/Peraga

1. Tujuan
Tujuan sesi ini adalah
a. Memahami konsep alat pelajaran/peraga
b. Membuat alat pelajaran/peraga yang efektif dan efisien untuk
sesuai dengan capaian pembelajaran
c. Mengembangkan alat pelajaran/peraga
d. Menerapkan alat pelajaran/peraga sesuai dengan karakteristik
materi pembelajaran

2. Materi
a. Konsep alat pelajaran/peraga
b. Jenis alat pelajaran/peraga
c. Kriteria alat pelajaran/peraga
d. Jenis-jenis alat pelajaran/peraga
e. Cara penerapan alat pelajaran/peraga

3. Metode

Metode yang digunakan dalam sesi praktik penulisan PTK


a. Discovery/Inquiry Learning
b. Problem Based Learning
c. Project Based Learning

4. Tagihan

Tagihan ini berkaitan dengan produk yang harus diselesaikan dan


dihasilkan peserta pada sesi praktik pembuatan alat pelajaran/peraga,
diantaranya:
a. Lembar kerja identifikasi materi dan jenis alat pelajaran/peraga yang
digunakan
b. Model alat pelajaran/peraga

5. Kegiatan Sesi
Pada tahapan ini peserta melakukan kegiatan bimtek sesuai dengan pola
ICARE berikut:
a. Introduction
Pelatih menyampaikan judul materi, capaian pembelajaran, pokok-pokok
materi, uraian materi, rangkuman, tugas, umpan balik dan tindak lanjut.
b. Connection

26
Peserta melakukan analisis untuk mencari dan menemukan data-data
tentang jenis alat pelajaran/peraga
Langkah-langkahnya:
1) Orientasi
Mengamati lembar kerja kaitannya dengan identifikasi alat
pelajaran/peraga
2) Merumuskan masalah
Setiap kelompok mendapatkan kertas plano untuk menganalisis materi
yang sesuai dengan jenis alat pelajaran/peraga
3) Merumuskan hipotesis
Pada tahapan ini peserta dilatih untuk membuat suatu hipotesis atau
jawaban sementara dari materi tersebut. Pelatih juga dapat membantu
peserta membuat hipotesis dalam memberikan jawabannya.
4) Mengumpulkan data
Pada tahap ini peserta melakukan aktivitas mengumpulkan informasi
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang telah dibuatnya. Dalam
pembelajaran inquiry tahapan ini merupakan suatu proses yang sangat
penting untuk mengembangkan kemampuan intelektual peserta
karena pada tahap ini peserta dilatih untuk menggunakan seluruh
potensi berfikir yang dimilikinya.
5) Menguji hipotesis
Langkah ini merupakan langkah yang melatih kemampuan rasional
peserta, dimana hipotesis yang telah dibuat kemudian diuji dengan
cara dibandingkan dengan data yang ada lalu kemudian ditunjukkan.
Pada tahap ini juga dilatih sikap jujur dan percaya diri pada peserta
sehingga peserta dapat menguji hipotesisnya berdasarkan data dan
fakta
6) Merumuskan kesimpulan
Pada langkah ini peserta dituntut untuk mendeskripsikan temuan yang
telah diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis, sehingga dapat
mencapai kesimpulan yang akurat
Model ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan berfikir peserta
untuk mencari dan menemukan sendiri materi yang akan di pelajarinya,
melatih kepekaan diri, mengurangi rasa kecemasan, menumbuhkan rasa
percaya diri, meningkatkan motivasi, dan partisipasi belajar,
meningkatkan tingkah laku yang positif, meningkatkan prestasi dan hasil
belajar.

c. Aplication
Peserta mempraktikkan pembuatan alat pelajaran/peraga berikut
pelaporannya

27
d. Reflection
Peserta melakukan refleksi terkait materi yang sudah disampaikan
pelatih

e. Extention
Peserta merumuskan tindak lanjut berkaitan dengan materi pada sesi ini.

28
G. Sesi 7: Pelaporan Pembuatan Karya Inovatif

1. Tujuan
Tujuan sesi ini adalah peserta mampu:
Memahami pelaporan pembuatan karya inovatif pendidikan.

2. Materi
a. Kerangka laporan pembuatan dan penggunaan alat/mesin,
pembuatan media pembelajaran, bahan ajar interaktif berbasis
komputer.
b. Kerangka isi laporan portofolio penciptaan karya seni.
c. Kerangka isi format laporan pembuatan alat pelajaran.
d. Kerangka isi laporan mengikuti pengembangan penyusunan
standar, pedoman, soal, dan sejenisnya.

3. Metode
Metode yang digunakan dalam sesi bimtek tentang pelaporan
pembuatan karya inovatif adalah sebagai berikut :
a. Diskusi
Peserta berdiskusi menjawab pertanyaan berkaitan dengan
materi pelaporan pembuatan karya inovatif.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi
diantaranya:
1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai, baik tujuan yang
bersifat umum maupun tujuan khusus.
2) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
3) Menetapkan masalah yang akan dibahas.
4) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
teknis pelaksanaan diskusi.

Pelaksanaan diskusi:
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan diskusi
adalah:
1) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat
memengaruhi kelancaran diskusi.
2) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi.
3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah
ditetapkan.
4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta
diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.

29
5) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang
sedang dibahas.
Menutup diskusi:
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi
hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan
sesuai dengan hasil diskusi.
2) Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari
seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan
selanjutnya.

Metode ini digunakan agar suasana bimtek lebih aktif dan hidup
karena semua peserta dan pelatih ikut terlibat, memberikan
kesempatan kepada peserta untuk menyumbangkan ide dalam
memecahkan masalah.

b. Brainstorming
Curah pendapat dan gagasan secara spontan dari peserta
berkaitan dengan pemahaman, gagasan, pendapat, informasi,
pengetahuan, pengalaman dari semua peserta tentang
mekanisme dan langkah pelaporan pembuatan karya inovatif.

Langkah-langkahnya:
1) Pemberian informasi dan motivasi. Pada tahap ini pelatih
menjelaskan masalah yang berkaitan dengan tentang
mekanisme dan langkah pelaporan pembuatan karya inovatif,
kemudian mengajak peserta agar aktif untuk memberikan
tanggapannya.
2) Identifikasi. Peserta diajak memberikan sumbang saran
pemikiran sebanyak-banyaknya. Semua saran yang diberikan
peserta ditampung, ditulis dan jangan dikritik. Ketua kelompok
dan peserta dibolehkan mengajukan pertanyaan hanya untuk
meminta penjelasan.
3) Klasifikasi. Mengklasifikasi berdasarkan kriteria yang dibuat dan
disepakati oleh kelompok. Klasifikasi bisa juga berdasarkan
struktur/faktor-faktor lain.
4) Verifikasi. Kelompok secara bersama meninjau kembali
sumbang saran yang telah diklasifikasikan. Setiap sumbang
saran diuji relevansinya dengan permasalahan yang dibahas.
Apabila terdapat kesamaan maka yang diambil adalah salah
satunya dan yang tidak relevan dicoret. Namun kepada
pemberi sumbang saran bisa dimintai argumentasinya.

30
Metode brainstorming sangat penting untuk memberikan
kesempatan kepada peserta untuk berpendapat, melatih daya
kritis dan analisis peserta, mendorong peserta agar dapat
menghargai pendapat orang lain dan menstimulasi peserta agar
dapat berpikir secara holistik.

c. Inquiry Learning
Peserta melakukan analisis untuk mencari dan menemukan
sendiri terkait dengan kerangka pelaporan pembuatan karya
inovatif. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Orientasi. Mengamati lembar kerja kaitannya dengan
pelaporan pembuatan karya inovatif.
2) Merumuskan masalah. Setiap kelompok mendapatkan kertas
plano (membuat format LK) dan mencari bahan yang terdapat
dalam potongan kertas
3) Merumuskan hipotesis. Pada tahapan ini peserta dilatih untuk
membuat suatu hipotesis atau jawaban sementara dari materi
tersebut. Pelatih juga dapat membantu peserta membuat
hipotesis dalam memberikan jawabannya.
4) Mengumpulkan data. Pada tahap ini peserta melakukan
aktivitas mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang telah dibuatnya.
5) Dalam pembelajaran inquiry dimana dalam tahapan ini
merupakan suatu proses yang sangat penting untuk
mengembangkan kemampuan intelektual peserta karena pada
tahap ini peserta dilatih untuk menggunakan seluruh potensi
berfikir yang dimilikinya.
6) Menguji hipotesis. Langkah ini merupakan langkah yang
melatih kemampuan rasional peserta, dimana hipotesis yang
telah dibuat kemudian diuji dengan cara dibandingkan dengan
data yang ada lalu kemudian ditunjukkan. Pada tahap ini juga
dilatih sikap jujur dan percaya diri pada peserta sehingga
peserta dapat menguji hipotesis nya berdasarkan data dan
fakta.
7) Merumuskan kesimpulan. Pada langkah ini peserta dituntut
untuk mendeskripsikan temuan yang telah diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis, sehingga dapat
mencapai kesimpulan yang akurat.
Model ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan berfikir
peserta untuk mencari dan menemukan sendiri materi yang
akan di pelajarinya, melatih kepekaan diri, mengurangi rasa
kecemasan, menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan

31
motivasi, dan partisipasi belajar, meningkatkan tingkah laku
yang positif, meningkatkan prestasi dan hasil belajar.

d. Gallery Walk
Peserta melakukan kunjungan/pergerakan ke kelompok lain
untuk menganalisis pelaporan pembuatan karya inovatif yang
sudah diselesaikan. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Membagi peserta menjadi beberapa kelompok (jumlah dan
anggota kelompok disesuaikan)
2) Memberikan kertas lembar kerja/format kepada setiap
kelompok
3) Setiap kelompok untuk mendiskusikan isian format
4) Setiap kelompok mengisi format.
5) Setiap kelompok untuk menempel hasil kerjanya di dinding
6) Setiap mereka untuk berputar mengamati hasil kerja kelompok
lain
7) Salah satu wakil kelompok menjelaskan setiap apa yang
ditanyakan oleh kelompok lain
8) Peserta dalam kelompok secara bersama-sama untuk
mengoreksi hasil kerja kelompok lain
9) Memberikan klarifikasi dan simpulan
Metode ini digunakan agar peserta berinteraksi dan mensintesis
konsep, membuat pembelajaran lebih efektif. Metode ini
memerlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk dapat
terlibat. Melalui metode ini peserta didorong untuk bergerak
tanpa harus duduk di satu tempat untuk waktu yang lama,
menghilangkan kebosanan yang membuat belajar tidak menarik.
Gallery walk (pameran berjalan) juga dapat memotivasi keaktivan
peserta dalam proses belajar sebab bila sesuatu yang baru
ditemukan berbeda antara satu dengan yang lainnya maka dapat
saling mengkoreksi antara sesama peserta baik kelompok
maupun antar peserta itu sendiri.

4. Tagihan
Tagihan ini berkaitan dengan produk yang harus diselesaikan dan
dihasilkan peserta pada sesi pelaporan pembuatan karya inovatif,
diantaranya:
a. Presentasi pelaporan pembuatan karya inovatif.
b. Lembar kerja pelaporan pembuatan karya inovatif
c. Lembar kerja jawaban berkaitan dengan perlunya dan
kebermaknaan dalam pelaporan pembuatan karya inovatif

32
5. Kegiatan Sesi
Kegiatan pada setiap sesi pelaporan pembuatan karya inovatif
meliputi:
a. Capaian Pembelajaran yang berisi tujuan dan indikator
keberhasilan
b. Pokok-pokok materi
c. Uraian materi
d. Aktivitas pembelajaran
e. Rangkuman
f. Tugas, dan
g. Umpan balik dan tindak lanjut

33
BAGIAN 6
Bahan dan Alat Bimtek

Dalam penyelenggaran bimtek profesional 3 berkaitan dengan karya inovatif


dalam PKB GPAI diperlukan bahan dan alat bimtek sebagai berikut:
1. Bahan Bimtek
a. Kertas plano/karton
b. Kertas post-it
c. Kertas HVS
2. Alat Bimtek
a. LCD Projector
b. Slide Screen
c. Kabel Soundcard
d. Flipchart
e. Spidol besar
f. Spidol kecil
g. Bola berbahan kertas
h. Tongkat ukuran 30 cm
i. Lem cair/padat

34

Anda mungkin juga menyukai