Anda di halaman 1dari 1

epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinandeterminan penyakit dan kesehatan pada populasi manusia.

distribusi frekuensi penyakit berdasar orang, waktu, dan tempat

faktor penyebab penyakit

Menilai keberhasilan intervensi yang dilakukan terhadap berbagai permasalahan


tujuan kesehatan yang ada di masyarakat

Pengendalian penyakit dan pencegahan penyakit

Mengidentifikasi risiko penyakit,


menetapkan upaya intervensi yang sesuai baik dalam bentuk promotif, preventif, kuratif
Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit hingga
dan rehabilitatif.

definisi variabel, tingkat-tingkatnya, dan hubungan suatu variabel dengan berat badan anak (variabel terikat) dan umur anak (variabel
harus mencakup
variabel lainnya. bebas), yang artinya adalah bahwa peningkatan berat badan anak akan senantiasa tergantung pada umurnya, yaitu makin
hubungan antara dependent variable (variabel terikat) dan independent bertambah umur, makin bertambah pula berat badan anak
uji hipotesis contoh
variable (variabel bebas). infeksi pasca
bedah (variabel terikat) sangat ditentukan oleh baik/buruknya prosedur sterilitas alat,
lingkungan, dan petugas (variabel bebas).

untuk
hanya mengamati suatu fenomena ataupun
untuk deskriptif menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinan penyakit berdasar populasi, letak
kejadian dan sama sekali tidak melakukan intervensi
geografik, dan waktu.
jenis penelitian epidemiologi
sosio-dermografik
indikator untuk menggambarkan distribusi dan determinan gaya hidup (life style) dan sosial seperti jenis makanan, pemakaian obatobatan tertentu, perilaku seksual
seperti umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaaan, dsb; maupun

prevalensi infeksi pasca bedah


contoh
pada suatu rumah sakit.
deskriptif
laporan kasus (case report)

studi
jenis penelitian deskriptif
kasus serial (case series),

studi cross-sectional

hanya mengamati (mengukur), mencatat, mengklasifikasi, menghitung, dan menganalisis


tidak sengaja memberikan intervensi, melainkan
(membandingkan) perubahan pada variabel-variabel
observasional
studi kohort

jenis penelitian analitik studi kasus kontrol

studi potong-lintang

Agar diperoleh kesimpulan yang benar secara internal (validitas internal) tentang
hubungan/pengaruh variabel, maka peneliti harus mengontrol bias dan kerancuan
(confounding).
analitik
jenis Peneliti harus menghindari bias dalam memilih subjek penelitian (bias seleksi)
dan bias dalam mengukur variabel (bias informasi, bias pengukuran).
status epidemiologi
kerancuan dapat dicegah pada tahap desain penelitian, yaitu (1) restriksi; (2)
surveilans epidemiologi pencocokan, atau dikontrol pada tahap analisis data, yaitu (1) analisis berstrata, dan (2)
analisis multivariat.

misal : pemberian terapi pada suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok lain yang mendapat
sengaja melakukan intervensi.
terapi yang berbeda

eksperimental randomized controlled trial yang menggunakan pasien sebagai subyek penelitian

manajemen kejadian luar biasa dan wabah jenis penelitian eksperimental


penelitian uji lapangan

neonatal mortality rate intervensi komunitas yang menggunakan orang sehat dan komunitas sebagai subyek
ukuran epidemiologi penelitian.
maternal mortality rate
organisme, biasanya manusia atau hewan yang menjadi
tempat persinggahan penyakit.

Pejamu memberikan tempat dan


penghidupan kepada suatu patogen (mikroorganisme penyebab penyakit)
dan dia bisa saja terkena atau tidak terkena penyakit.
host / pejamu
Efek yang ditimbulkan
organisme penyebab penyakit terhadap tubuh juga ditentukan oleh tingkat
imunitas, susunan genetic, tingkat pajanan, status kesehatan, dan
kebugaran tubuh pejamu.

Pejamu juga dapat berupa kelompok atau


populasi dan karakteristiknya.

penyebab penyakit, bisa bakteri, virus, parasite, jamur, atau


zat kimia, faktor fisik seperti radiasi atau faktor penyebab atau faktor etiologi
kapang yang merupakan agent yang ditemukan sebagai penyebab penyakit
panas, defisiensi gizi, atau beberapa subtansi lain seperti racun ular berbisa. penyakit, ketidakmampuan, cedera, dan kematian.
infeksius.

a. Patogenesis : Kemampuan menimbulkan reaksi pada pejamu baik


agent/penyebab
Subklinis maupun klinis. Proporsi orang yang terinfeksi berkembang
3 menjadi penyakit klinis
b. Virulensi: derajat berat ringannya reaksi yang ditimbulkan oleh agen
biologik. Proporsi orang dengan penyakit klinis menjadi sakit yang berat
sifat agent biologist
atau mati
c. Imunogenitas: suatu kemampuan menghasilkan kekabalan /imunitas.
d. Infektivitas: kemampuan unsur penyebab / agent untuk masuk dan
berkembang biak serta menghasilkan infeksi dalam tubuh pejamu dan
Patogenesis

Lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar
manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan
penyakit.

faktor-faktor lingkungan dapat mencakup aspek biologis, sosial,


trias epidemiologi environtment/lingkungan
budaya, dan aspek fisik lingkungan.

Lingkungan dapat berada di dalam atau


di luar pejamu (dalam masyarakat), berada di sekitar tempat hidup
transisi epidemiologi organisme dan efek dari lingkungan terhadap organisme itu.

Misalnya:
mortalitas dan morbiditas penyakit
agent penyakit dan lingkungan Viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin sayuran di
attack rate, insiden, dan prevalensi penyakit saat pre-patogenesis dari suatu penyakit. ruang pendingin, penguapan bahan kimia beracun oleh proses
pemanasan.
Menghitung dan interpretasi attribute risk, odds ratio, relative risk, prevalence ratio Host (manusia) dan Lingkungan Misalnya: Udara dingin, hujan, dan
pada fase pre-patogenesis. kebiasaan membuat dan menyediakan makanan.
policy maker
Host dan Agent penyakit Misalnya: Demam, perubahan fisiologis dari tubuh,
KONSEP interaksi Keadaan dimana agen penyakit menetap, berkembang biak dan dapat pembentukan kekebalan, atau mekanisme pertahanan tubuh lainnya.
PRINSIP SOCIAL merangsang manusia untuk menimbulkan respon berupa gejala Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat,
penyakit. ketidakmampuan, atau kematian.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DETERMINANT OF HEALTH
Agent penyakit, Host dan Lingkungan
health service Misalnya: Pencemaran air
Keadaan dimana agent penyakit, manusia, dan lingkungan bersamasama saling mempengaruhi dan memperberat satu
sumur oleh kotoran manusia, dapat menimbulkan Water Borne
individual behavior sama lain, sehingga memudahkan agen penyakit baik secara langsung atau tidak
Disease.
langsungmasuk ke dalam tubuh manusia.
biology genetic
F0
FC Biologis: virus, bakteri, jamur, cacing, insekta
suatu sistem pelayanan kesehatan F0
FC Nutrisi: protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air
dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara primer : penyebab langsung terjadinya penyakit F0
FC Kimiawi: obat, racun, zat pengawet, zat warna
terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas F0
FC Fisika: panas, iris, tikam
Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka F0
Psikis: stress, depresi
adalah FC

pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan


yang menderita penyakit kronis untuk mencapai misal tbc penyebab utamanya bakteri m.tb
sekunder : agent penyebab tidak langsung terjadinya penyakit tapi ikut memperparah penyakitnya
kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan
penyebab sekunder : kurang gizi, sanitasi jelek, dan kepadatan penduduk.
kesehatan yang efektif dan efisien.
suatu penyakit terjadi dari hasil interaksi
Mendorong peserta penyandang penyakit kronis konsep multifaktorial
berbagai faktor.
mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator
75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes perubahan dari salah satu faktor akan mengubah
Tingkat Pertama memiliki hasil “baik” pada tujuan keseimbangan antara mereka, yang berakibat bertambah atau berkurangnya
pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 penyakit yang bersangkutan.
dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga Jaring-Jaring Sebab Akibat / web causation
suatu penyakit tidak
dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit.
bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat
Seluruh Peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit dari serangkaian proses sebab dan akibat.
kronis (Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi)
timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata cocok untuk mencari penyakit yang
a. diabetes melitus tipe 2; SK 2 rantai pada berbagai titik. disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup individu
b. hipertensi; dan/atau
Jaringan sebab akibat yang mendasari penyakit jantung koroner (PJK) Beberapa dari faktor ini instrinsik pada pejamu dan
c. penyakit kronis lain yang ditetapkan oleh Direksi sasaran/peserta
dimana banyak faktor yang merupakan menghambat atau meningkatkan tetap (umpama LDL genotip), yang lain seperti komponen makanan,
BPJS Kesehatan.
perkembangan penyakit. perokok, inaktifasi fisik, gaya hidup dapat dimanipulasi.
FKTP maupun FKRTL diagnosis ditegakkan oleh
a) Sufficient cause (cukup) adalah suatu faktor (biasanya
dilakukan setelah FKTP melakukan edukasi peserta Program Rujuk Balik wajib didaftarkan gabungan dari beberapa faktor) yang tidak dapat dihindarkan
tentang manfaat pelayanan Prolanis. sebagai peserta Prolanis. untuk menghasilkan penyakit
b) Component cause merupakan suatu faktor yang
Aktifitas dalam Prolanis meliputi aktifitas konsultasi
berkontribusi terhadap penyebab penyakit tetapi belum
medis/edukasi, Home Visit, Reminder, aktifitas klub bentuk pelaksanaan cara penyebab
PENYEBAB DAN INFERENSI KAUSAL EPIDEMIOLOGI cukup untuk menyebabkan penyakit
dan pemantauan status kesehatan. reminder melalui jalur SMS dan kunjungan ke rumah
c) Necessary cause merupakan suatu agent (atau komponen
Kantor Cabang BPJS penyebab) yang dibutuhkan untuk berkembangnya penyakit
Kesehatan bagian Manajemen Pelayanan Primer. (contohnya adalah agent infeksious). Agent ini harus selalu
pendekatan sufficient-necessary model ada jika penyakit itu terjadi
Biaya konsultasi kesehatan dan pemeriksaan kesehatan
penanggungjawab serangkaian kondisi dan peristiwa minimal yang pasti menghasilkan penyakit; “minimal” menyiratkan bahwa semua kondisi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (4) huruf a sufficient cause
masuk dalam komponen kapitasi. atau peristiwa diperlukan untuk kejadian tersebut.

pembiayaan obat juga kapitasi component cause


asosiasi kuat : bisa dijelaskan oleh faktor lain
memantau asosiasi yang kuat cenderung jadi sebab akibat daripada asosiasi yang lemah
tujuan asosiasi lemah : disebabkan oleh bias yang tidak terdeteksi
status kesehatan Peserta Prolanis.
Strength/kekuatan tapi hubungan yang lemah pun tidak mengesampingkan bisa terjadi sebab akibat
Prolanis hipertensi berupa pemeriksaan kimia darah, dengan
frekuensi pemeriksaan 6 (enam) bulan sekali. lemah : karna kan penyakit cvd masih umum shg dampak rokok relatif kecil
contoh rokok dan CVD
Prolanis diabetes melitus tipe 2 meliputi pemeriksaan: kuat : rokok ga diragukan lagi sebagai penyebab CVD
a. gula darah puasa, dengan frekuensi pemeriksaan 1
(satu) bulan sekali; pengamatan berulang thd suatu hub pada populasi yg beda dalam keadaan yang berbeda misal transfusi bisa menyebabkan hiv tapi kan harus ada virusnya
consistency/konsistensi
b. HbA1c, dengan frekuensi pemeriksaan 6 (enam)
disebabkan oleh beberapa faktor
bulan sekali; dan
c. kimia darah, dengan frekuensi pemeriksaan 6 suatu sebab menimbulkan akibat tunggal, bukan akibat ganda.
(enam) bulan sekali
Faktanya, pengalaman sehari-hari mengajarkan kita berulang kali bahwa satu peristiwa atau kondisi bisa mempunyai
a. mikroalbuminuria; banyak dampak. Merokok menimbulkan banyak dampak pada perokok, sebagian karena merokok melibatkan paparan
b. ureum; specificity/kekhususan terhadap berbagai macam zat. Adanya satu efek dari suatu paparan tidak mengurangi kemungkinan adanya efek lain.
c. kreatinin;
d. kolesterol total; kimia darah yang dimaksud kekhususan dapat digunakan untuk membedakan beberapa hipotesis kausal dari hipotesis nonkausal, ketika hipotesis
kausal memprediksi hubungan dengan satu hasil tetapi tidak ada hubungan dengan hasil lain. Dengan demikian,
e. kolesterol LDL; prolanis
f. kolesterol HDL; dan Jenis pemeriksaan penunjang kekhususan dapat berperan ketika dapat disimpulkan secara logis dari hipotesis sebab akibat yang dipertanyakan.

g. trigliserida. perlunya suatu sebab mendahului akibat dalam waktu. Sebaliknya, observasi di mana

FKTP, laboratorium jejaring FKTP, atau laboratorium Namun, hal ini tidak berarti bahwa urutan waktu terbalik C tidak mungkin menyebabkan D dalam kasus ini; mereka tidak
dilaksanakan oleh temporality/Temporalitas
yang bekerja sama langsung dengan BPJS Kesehatan. memberikan bukti yang mendukung atau menentang hipotesis bahwa C dapat menyebabkan D dalam kasus-kasus yang

nonkapitasi. pembiayaan mendahului D.

FKTP melakukan pemantauan status kesehatan peserta kurva undirectional/searah dose respons.

Prolanis agar terkendali melalui: kesannya kek monoton : Misalnya, semakin banyak merokok berarti semakin banyak paparan karsinogen dan semakin
a. konsultasi, pemeriksaan kesehatan, dan pemberian obat banyak kerusakan jaringan, sehingga semakin besar peluang terjadinya karsinogenesis.
kepada Peserta Prolanis paling sedikit 1 (satu) kali setiap
bulan; tp ga selamanya monoton : misal Konsumsi alkohol dan kematian. Angka kematian lebih tinggi pada kelompok bukan
b. pemeriksaan penunjang sebagaimana dimaksud dalam peminum dibandingkan dengan kelompok peminum sedang, namun tingkat kematian tertinggi terjadi pada peminum
Pasal 15; berat.
c. evaluasi status kesehatan Peserta paling sedikit 1 (satu) Biological gradient karena kategori konsumsi alkohol terlalu luas untuk membedakan angka yang berbeda antara peminum sedang dan bukan
kali setiap bulan; dan
peminum.
d. penyesuaian tata laksana terapi sesuai dengan
kompetensi dan kewenangan. Asosiasi yang menunjukkan tren monoton dalam frekuensi penyakit dengan meningkatnya tingkat paparan belum tentu
bersifat sebab-akibat; perancu dapat menghasilkan hubungan yang monoton antara faktor risiko non-kausal dan penyakit
Manfaat pelayanan Prolanis sebagaimana dimaksud pada
jika faktor perancu itu sendiri menunjukkan gradien biologis dalam hubungannya dengan penyakit.
ayat (3) meliputi:
a. konsultasi kesehatan dan pemeriksaan kesehatan; Hubungan non-kausal antara peringkat kelahiran dan sindrom Down yang disebutkan pada bagian 1 di atas menunjukkan
b. pelayanan obat; gradien biologis yang hanya mencerminkan hubungan progresif antara usia ibu dan terjadinya sindrom Down.
c. pemeriksaan penunjang; dan
d. kegiatan kelompok. Masuk akal mengacu pada masuk akal secara biologis suatu hipotesis, suatu kekhawatiran penting tetapi jauh dari obyektif
HILL : membedakan causal dan non causal atau absolut. Suatu sebab yang memadai, yang masuk akal, harus mengoreksi kebetulan-kebetulan yang terjadi
a. Hasil Skrining Riwayat Kesehatan dan atau berdasarkan pengalaman sederhana.” 17 Apa yang bagi Cheever merupakan penjelasan yang tidak masuk akal ternyata
1. Melakukan identifikasi data peserta sasaran
merupakan penjelasan yang benar, karena memang hama itulah yang menyebabkan infeksi tifus. Begitulah masalah yang
b. Hasil Diagnosa DM dan HT (pada Faskes Tingkat berdasarkan:
masuk akal: sering kali hal ini tidak didasarkan pada logika atau data, namun hanya pada keyakinan sebelumnya. Hal ini
Pertama maupun RS)
tidak berarti bahwa pengetahuan biologi harus diabaikan ketika mengevaluasi hipotesis baru, namun hanya untuk
2. Menentukan target sasaran Plausibility menunjukkan kesulitan dalam menerapkan pengetahuan tersebut.
Pendekatan Bayesian terhadap inferensi mencoba mengatasi masalah ini dengan mengharuskan seseorang mengukur,
3. Melakukan pemetaan Faskes Dokter Keluarga/
pada skala probabilitas (0 hingga 1), kepastian yang dimiliki seseorang dalam keyakinan sebelumnya, serta dalam hipotesis
Puskesmas berdasarkan distribusi target sasaran
baru. Kuantifikasi ini menampilkan dogmatisme atau keterbukaan pikiran analis di depan umum, dengan nilai kepastian
peserta
mendekati 1 atau 0 yang menunjukkan komitmen kuat analis untuk mendukung atau menentang hipotesis. Hal ini juga
4. Menyelenggarakan sosialisasi Prolanis kepada dapat memberikan sarana untuk menguji keyakinan-keyakinan yang diukur tersebut terhadap bukti-bukti baru. 12 Namun
Faskes Pengelola demikian, pendekatan Bayesian tidak dapat mengubah hal yang masuk akal menjadi kriteria sebab-akibat yang obyektif.

5. Melakukan pemetaan jejaring Faskes Pengelola Diambil dari laporan ahli bedah umum mengenai merokok dan kesehatan, 11 istilah koherensi menyiratkan bahwa
(Apotek, Laboratorium) penafsiran sebab-akibat untuk suatu hubungan tidak bertentangan dengan apa yang diketahui tentang riwayat alamiah
dan biologi penyakit tersebut. Contoh-contoh yang diberikan Hill mengenai koherensi, seperti efek histopatologis merokok
6. Permintaan pernyataan kesediaan jejaring Faskes pada epitel bronkus (mengacu pada hubungan antara merokok dan kanker paru-paru) atau perbedaan kejadian kanker
untuk melayani peserta PROLANIS Coherence paru-paru berdasarkan gender, dapat dianggap sebagai contoh masuk akal dan juga koherensi. ; perbedaannya tampaknya
bagus. Hill menekankan bahwa tidak adanya informasi yang koheren, yang tampaknya dapat dibedakan dari adanya
7. Melakukan sosialisasi PROLANIS kepada peserta
informasi yang saling bertentangan, tidak boleh dianggap sebagai bukti yang menentang anggapan bahwa suatu
(instansi, pertemuan kelompok pasien kronis di RS,
hubungan sebab-akibat. Di sisi lain, adanya informasi yang bertentangan memang dapat menyangkal suatu hipotesis,
dan lain-lain)
namun kita harus selalu ingat bahwa informasi yang bertentangan tersebut mungkin saja salah atau disalahartikan.
8. Penawaran kesediaan terhadap peserta
Tidak jelas apa yang dimaksud Hill dengan bukti eksperimental. Ini mungkin mengacu pada bukti dari percobaan
penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi
laboratorium pada hewan, atau bukti dari percobaan pada manusia. Namun, bukti dari percobaan pada manusia jarang
untuk bergabung dalam PROLANIS
tersedia untuk sebagian besar pertanyaan penelitian epidemiologi, dan bukti pada hewan berhubungan dengan spesies
9. Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian data yang berbeda dan biasanya memiliki tingkat paparan yang sangat berbeda dari yang dialami manusia. Dari contoh-contoh
diagnosa dengan form kesediaan yang diberikan yang diberikan Hill, nampaknya apa yang ada dalam pikirannya sebagai bukti eksperimental adalah hasil dari penghilangan
oleh calon peserta Prolanis sejumlah paparan berbahaya dalam program intervensi atau pencegahan, dan bukan hasil eksperimen laboratorium.
Persiapan pelaksanaan PROLANIS Kurangnya ketersediaan bukti semacam itu setidaknya akan menjadi kesulitan pragmatis dalam menjadikan hal ini sebagai
10.Mendistribusikan buku pemantauan status
kriteria untuk menyimpulkan. Namun secara logis, bukti eksperimental bukanlah suatu kriteria melainkan suatu pengujian
kesehatan kepada peserta terdaftar PROLANIS Experimental evidence
terhadap hipotesis sebab-akibat, suatu pengujian yang tidak dapat dilakukan pada sebagian besar keadaan. Meskipun tes
11.Melakukan rekapitulasi data peserta terdaftar eksperimental bisa lebih kuat dibandingkan tes lainnya, tes tersebut seringkali tidak setepat yang diperkirakan, karena
kesulitan dalam interpretasi. Sebagai contoh, seseorang dapat mencoba menguji hipotesis bahwa malaria disebabkan oleh
12.Melakukan entri data peserta dan pemberian flag gas rawa yang dilakukan melalui pengeringan rawa di beberapa daerah dan tidak di daerah lain untuk melihat apakah
peserta PROLANIS tingkat malaria di kalangan penduduk terkena dampak dari pengeringan tersebut. Seperti yang diperkirakan dalam
hipotesis, angka ini akan turun di daerah yang rawa-rawanya dikeringkan. Namun, seperti yang ditekankan Popper, selalu
13.Melakukan distribusi data peserta Prolanis sesuai
ada banyak penjelasan alternatif untuk hasil setiap eksperimen. Dalam contoh ini, salah satu alternatif yang mungkin benar
Faskes Pengelola
adalah nyamuk bertanggung jawab atas penularan malaria.
14.Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi
Apa pun wawasan yang mungkin diperoleh dari analogi, terhambat oleh imajinasi inventif para ilmuwan yang dapat
data pemeriksaan status kesehatan peserta,
menemukan analogi di mana pun. Paling-paling, analogi memberikan sumber hipotesis yang lebih rumit tentang hubungan
meliputi pemeriksaan GDP, GDPP, Tekanan Darah, Analogy
yang diteliti; tidak adanya analogi seperti itu hanya mencerminkan kurangnya imajinasi atau pengalaman, bukan kesalahan
IMT, HbA1C. Bagi peserta yang belum pernah
hipotesis.
dilakukan pemeriksaan, harus segera dilakukan
pemeriksaan gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan
adalah
gangguan metabolisme karbohidrat,lipid dan protein sebagai akibat Insufisiensi fungsi insulin.
15.Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan
status kesehatan awal peserta per Faskes Pengelola prevalensi lebih tinggi pada perempuan dan pada masyarakat perkotaan dibanding pedesaan.
(data merupakan luaran Aplikasi P-Care)
fase awal obat nya cukup dengan mengubah gaya hidup, mengatur pola makan dan olahraga.
a. Menerima laporan aktifitas PROLANIS dari
16.Melakukan Monitoring aktifitas PROLANIS pada
DM pengobatan
Faskes Pengelola tahap lanjut harus rutin mengkonsumsi obat untuk mengendalikan penyakit itu.DM tak bisa sembuh, tetapi dikendalikan.
masing-masing Faskes Pengelola: Karena itu, penting sekali deteksi dini
b. Menganalisa data

17.Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS Diet atau pengaturan pola makan adalah salah satu dari 4 pilar DM, yaitu menjaga pola makan,
kepatuhan terapi kepatuhan diet
aktivitas fisik, patuh pada pengobatan dan edukasi yang tepat tentang DM.
18.Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/ outcome dm dipengaruhi oleh

Kantor Pusat. pengendalian kadar glukosa darah komplikasi dm : cerebrovascular, jantung coroner, mata, ginjal,dan syaraf.

Anda mungkin juga menyukai