Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

ALDEHID DAN KETON: SIFAT FISIK DAN REAKSI KIMIA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK I FARMASI B22

ANDI ALFADILLA FARASTASYA (202204062)


AULIA GUNAWAN (202204066)
DEWI ANGGRAINI (202204069)
JABAL NUR (202204081)
FHADILA NURAZIZAH A (202204074)
KAMELIA CAHYANI (202204083)
RINDU MAULIDYA (202204101)
VERAWATI NINGSIH (202204110)

PENANGGUNG JAWAB : A. ASMAWATI SAAD, S.Pd., M.Pd


ASISTEN : A. ASMAWATI SAAD, S.Pd., M.Pd

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK


PROGRAM STUDI DIII FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA MAKASSAR
2023
DAFTAR ISI

I. JUDUL PERCOBAAN.........................................................................

II. TUJUAN PERCOBAAN.......................................................................

III. LANDASAN TEORI..............................................................................

IV. URAIAN BAHAN..................................................................................

V. ALAT DAN BAHAN..............................................................................

VI. PROSEDUR KEJA...............................................................................

VII. HASIL PENGAMATAN........................................................................

VIII. PEMBAHASAN....................................................................................

IX. KESIMPULAN......................................................................................

X. SARAN.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

LAMPIRAN................................................................. ................................
I. Judul Percobaan

Aldehida dan Keton : Sifat fisik dan Reaksi Kimia

II. Tujuan Percobaan

Dapata menjelaskan mengenai:

1. Perbedaan sifat-sifat senyawa aldehid dan keton

2. Jenis pereaksi yang untuk membdekan ssnyawa-senyawa aldehid

dan keton

III. Landasan Teori

Aldehid dan keton merupakan kelompok senyawa organik yang

mengandung gugus kar bonil (C2O). Rumus umum struktur aldehid

dan keton seperti tertulis di bawah ini dengan R adalah alkil atau

aril (Fessenden, 2020).

Aldehid dan keton bersifat netral, siku-siku yang rendah larut

dalam air dan pelarut organik siku yang lebih dari 4°C akan tidak

larut dalam air. Aldehid aldehid yang rendah seperti formaldehid

dan asetaldehida berbau tidak sedap yang menyengat sedangkan

aldehid yang berantai panjang dalam larutan encer baunya seperti

bunga. Aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen

dengan molekul air yang polar. Aldehida bersifat netral, siku-siku

dengan 4 karbon tak larut dalam HO berbau tajam dan enak, tetapi

yang mengandung 8-12 karbon dalam larutan encer baunya seperti

bunga dan di dalam industri wangi-wangian (Ridwan, 2019).


Uji tollens : benzaldehida merupakan larutan yang pada awalnya

tidak berwarna, kemudian setelah ditambahkan dengan reagen

tollens terbentuk endapan coklat, dan setelah dipanaskan terbentuk

cincin perak pada dasar tabung reaksi (Ghadafi, 2012).

Aseton merupakan larutan yang pada awalnya tidak berwarna,

kemudian setelah ditambahkan reagen tollens larutan tetap tidak

berwarna, dan setelah dipanaskan tetap terjadi perubahan dengan

larutan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi reaksi

aseton yang merupakan gugus keton dan reagen tollens.

9C3H6O+16Ag (NH3)2 1NO3→16Ag+27CO2+3H2O+48NH3.

Sikloheksanon merupakan larutan yang awalnya tidak berwarna,

seperti halnya pada aseton setelah ditambahkan reagen tollens

tetap tidak berwarna, dan setelah dipanaskan tetap tidak terjadi

perubahan dengan larutan tersebut. Hal ini menunjukkan juga tidak

terjadi reaksi antara sikloheksanon dan reagen tollens (Ghadafi,

2012).

C6H12O+Ag2O+NH3→Ag+C6H15O7N+NH2NO3.

Oksim tidak terjadi apa-apa karena perubahan yang dilakukan

tidak sesuai dengan prosedur percobaan dan seharusnya ada

suatu larutan yang mengandung padatan (Firdaus, 2012).

Formalin merupakan larutan yang pada awalnya tidak berwarna,

kemudian setelah ditambahkan reagen tollens terbentuk perak

pada dasar tabung reaksi tanpa memerlukan pemanasan (Ghadafi,


2012). 8(Ag(NH3)2) NO3+ 9CH2O→8Ag+9HNOCO3+15NH3+6H2O.

IV. Uraian Bahan


1. Ammonia Hidroksida (Farmakope Indonesia Edisi

lll,1979 : 86) \

Nama Resmi : AMMONIA

Nama Lain : Ammonia Hidroksida

Rumus Kimia : NH4OH

Bobot Molekul : 35,05 g/mol

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau

khas menusuk kuat.

Kelarutan : Mudah larut dalam air.

Khasiat : Sebagai pelarut.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

2. Aseton (Farmakope Indonesia Edisi lll, 1979 : 87)

Nama Resmi : ACETONUM

Nama Lain : Aseton

Rumus Kimia : C3H6O Bobot Molekul :

58,08 g/mol

Pemerian : Cairan transparan, tidak berwarna,

mudah menguap, bau khas larutan (1 dalam) netral

terhadap kertas lakmus.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air


dengan etanol, eter dan dengan

kloroform.

Khasiat : Pelarut optik polar dalam

kebanyakan reaksi organik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari

api.

1. Benedict (Farmakope Indonesia Edisi lll,

1979:160) Nama Resmi :

BENEDICT

Nama Lain :

Benedict Rumus Kimia

CUSO4, SH2O

Kelarutan : Larut dalam air, lebih mudah atau

cepat larut dengan bantuan

pemanasan atau pendidikan air.

Khasiat : Sebagai pereaksi kualitatif untuk

uji glukosa. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

baik.

2. Benzaldehid (Farmakope Indonesia Edisi lll,

1979:173) Nama Resmi :


BENZALDEHIDA

Nama Lain : Benzoat

aldehida Pemerian :

Cairan tidak

berwarna. Kelarutan :

Sedikit larut

dalam air. Khasiat :

Sebagai zat

pengawet. Penyimpanan :

Temperatur

ruangan.

3. Etanol (Farmakope Indonesia Edisi

lll, 1979:65) Nama Resmi:

ACETANOLUM

Nama Lain :

Alkohol, etanol Rumus

Kimia :

C2H5OH Bobot

Molekul :

46,07

g/mol
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah

menguap dan mudah bergerak,

bau khas, rasa panas, mudah

terbakar dengan memberikan

nyala biru yang tidak berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air

dalam kloroform P dan dalam eter

P.

Khasiat : Zat tambahan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,

terlindung dari cahaya, tempat

sejuk dan jauh dari api.

4. Formaldehid (Farmakope Indonesia Edisi lll,

1979:259) Nama Resmi :

FORMALDEHIDA

Nama Lain :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau

menusuk, uap merangsang

selaput lendir hidung dan

tenggorokan. Jika disimpan

ditempat dingin dapat menjadi

keruh.
Kelarutan : Dapat dicampur dengan air dan

etanol (95%) P.

Khasiat : Sebagai sampel.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlindung

dari cahaya, sebaiknya pada suhu

di atas 20°C.

5. Formaldehid (Farmakope Indonesia Edisi lll,

1979:259) Nama Resmi :

FORMALDEHIDA

Nama Lain :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau

menusuk, uap merangsang

selaput lendir hidung dan

tenggorokan. Jika disimpan

ditempat dingin dapat menjadi

keruh.

Kelarutan : Dapat dicampur dengan air dan

etanol (95%) P.

Khasiat : Sebagai sampel.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlindung


dari cahaya, sebaiknya pada suhu

di atas 20°C.

6. Fehling A (Farmakope Indonesia Edisi lll,

1979:160) Nama Resmi :

FEHLING A

Pemerian : Cairan berwarna biru,

tidak berbau. Kelarutan : Mudah

larut dalam air.

Khasiat : Sebagai

oksidator. Penyimpanan :

Dalam wadah

tertutup baik.

7. Fehling B (Farmakope Indonesia Edisi lll

1979:160) Nama Resmi :

FEHLING B

Rumus Kimia : KN2C4H4O6

Pemerian :

Cairan

tidak

berwar

na
Kelarutan : Mudah larut dalam air.

Khasiat : Sebagai pereaksi untuk gula yang

mereduksi. Penyimpanan: Dalam wadah

tertutup rapat.

8. Fenilhidrazin (Farmakope Indonesia Edisi lll

1979:169) Nama Resmi :

FENILHIDRAZIN

Nama Lain :

Hidrazinobenzena Rumus

Kimia :

C6H8N2

Bobot Molekul : 108,149 g/mol

Pemerian : Tidak berwarna sampai kuning

pucat cair atau padat.

Kelarutan : Larut dalam air

20°C. Penyimpanan :

Dalam wadah

tertutup rapat.

9. Hidrosilamin (Farmakope Indonesia Edisi lll,

1979:213) Nama Resmi :


HYDROXYLAMINE

Nama Lain : Hidroksilamin,

asam nitrat Rumus Kimia :

CH4NO

Bobot Molekul : 69,49 g/mol

Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih

tidak berbau hidroksida dalam

asam klorida 0,01 N dengan kadar

hidroksilamin hidroksida.

Kelarutan : Larut dalam air 20°C.

Khasiat : Sebagai agen pereduksi dalam

fotografi, dalam sintesis dan

analisis kimia.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

10. Natrium asetat (Farmakope Indonesia Edisi lll

1979:180) Nama Resmi : NATRII

ACETICUM

Nama Lain :

Natrium asetat Rumus


Kimia :

CH3COON2 Bobot

Molekul :

93,52

g/mol

Pemerian : Serbuk atau massa putih

keabuan, hidroskopik.

Kelarutan : Larut

dalam air. Khasiat :

Sebagai

pereaksi.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

11. Natrium hidroksida (Farmakope Indonesia Edisi lll

1979:412) Nama Resmi : NATRII

HYDROXIDUM

Nama Lain : Natrium

hidroksida Rumus Kimia :

NaOH

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa.

Kelarutan : Mudah larut dalam air ternyata

etanol 90%. Khasiat : Sebagai zat


tambahan.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.

12. Perak nitrat (Farmakope Indonesia Edisi lll

1979:197) Nama Resmi : ARGERTI

NITRATE

Nama Lain :

Perak nitrat Rumus

Kimia :

AgNO3

Bobot Molekul : 169,57 g/mol

Pemerian : Hablur transparan atau serbuk

hablur, berwarna putih, tidak

berbau, menjadi gelap jika kena

cahaya.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air,

mudah larut dalam etanol (95%) P.

Khasiat : Sebagai larutan

baku. Penyimpanan : Dalam

wadah tertutup rapat.


13. Sikloheksanon (Farmakope Indonesia Edisi lll

1979:457) Nama Resmi : CYCLOXANOL

Nama Lain : Sikloheksanon, sikloheksanol,

sikloheksil alkohol, hidrofenol

Rumus Kimia : C4H12O

Bobot Molekul : 100,158 g/mol

Pemerian : Cairan tak berwarna, kental,

higroskopis. Kelarutan : Larut dalam etanol,

etil eter aseton, kloroform,

V. Alat dan Bahan


1. Alat

a. Bekel Gelas

b. Botol Semprot

c. Corong Hirzt

d. Erlenmeyer

e. Gelas Ukur

f. Kompor listrik

g. Pipet tetes

h. Tabung Reaksi

2. Bahan

a. Aluminium Foil

b. Aseton

c. Aquadest

d. Benzaldehid

e. Es Batu

f. Fehling A dan B

g. Fenilhidrazin

h. Formaldehid

i. Hidroksilamin Klorida

j. Kertas saring

k. NaOH 5%

l. NH₄OH 2%

m. Reagen Benedict
n. Reagen Tollens

o. Sikloheksanon

VI. Prosedur Kerja

1. Uji Cermin Kaca Tollens

a. Tabung reaksi dicuci dengan sabun dan dibilas

beberapa kali dengan air suling diusahakan sampai

kering.

b. Dimasukkan 2 mL larutan perak nitrat 5%,

ditambahkan dua tetes larutan NaOH 5% dan

campur dengan baik.

c. Ditambahkan tetes demi tetes larutan NH4OH 2%

secukupnya sambil dikocok untuk melarutkan

endapan. Larutan yang dibuat ini sebagai reagen.

Pengujian akan gagal apabila terlalu banyak

amoniak yang ditambahkan.

d. Disiapkan 4 tabung reaksi yang berisi reagen tollens.

e. Uji benzaldehid, aseton sikloheksanon, formaldehid

(formaldehid disiapkan dengan jalan ditambahkan 5

tetes formalin ke dalam 5 mL air). Dengan cara

ditambahkan masing- masing 3 tetes bahan

tersebut ke dalam tabung uji.

f. Campuran dikocok dan didiamkan selama 10 menit,

bila reaksi tidak terjadi, tempatkan tabung reaksi ke


dalam air panas (55°C) selama 5 menit.

g. Catat apa yang terjadi.

2. Uji Fehling dan Benedict

a. Dari empat tabung reaksi masing-masing

ditambahkan 3 mL reagen benedict atau fehling

yang disediakan "fresh" (baru dilakukan

pencampuran dari 10 mL larutan fehling A dan 10

mL larutan fehling B).

b. Tambahkan 5 tetes bahan yang diuji ke dalam

masing-masing tabung reaksi, dan tabung reaksi

ditempatkan di dalam air mendidih.

c. Amati perubahan yang terjadi setelah 10-15 menit.

d. Ujilah formaldehid, benzaldehid, aseton dan

sikloheksanon.

3. Pengujian dengan Fenilhidrazin

a. Isi tabung reaksi dengan 2 mL fenilhidrazin.

b. Tambahkan 10 tetes bahan yang akan diuji

(benzaldehid, sikloheksanon).

c. Tabung reaksi ditutup dan dikocok dengan kuat

selama 1-2 menit hingga hasil menghablur.

d. Fenilhidrazin disaring dengan corong hirzt/buchner

e. Cuci sedikit dengan air dingin dan kristalisasi

dengan sedikit etanol.


f. Kristal dikeringkan.

4. Pembuatan Oksim

a. 1 gram hidroksilamin klorida dilarutkan dan 1,5

gram kristal natrium asetat terhidrat di dalam 4 mL

air dalam erlenmeyer. Campuran dipanaskan

sampai 35°C, lalu ditambahkan

sikloheksanon.

b. Labu ditutup dan dikocok selama 1-2 menit sampai

oksim terbentuk.

c. Labu didinginkan dalam air es dan kristal disaring

dalam corong Hirsch.

d. Cuci dengan sedikit air es, lalu sebar kristal di

atas kertas saring.

VII. Hasil Pengamatan

1. Uji Cermin Kaca Tollesn

No Sampel Warna Sampel + Reagen

1. Benzaldehid Bening Larutan berwarna putih keruh

terbentuk cincin dan kristal

berwarna putih.

2. Aseton Bening Larutan berwarna putih keruh

terbentuk cincin dan terdapat

kristal coklat di bawah.

3. Sikloheksanon Bening Larutan bening terbentuk


cincin dan kristal berwarna

putih.

4. Formaldehid Bening Larutan berwarna keruh,

terbentuk cincin dan kristal

berwarna hitam.

2. Uji Fehling dan Benedict

Sampel yang
No Sampel Sampel + Reagen
dipanaskan

1. Formaldehid Larutan jernih Larutan tetap

berwarna biru jernih berwarna

biru

2. Benzaldehid Larutan berwarna Larutan berwarna

biru terdapat buih biru dan terdapat

dan terbentuk cincin diatas

cincin di atas permukaan

permukaann

3. Aseton Larutan jernih Larutan tetap

berwarna biru jernih berwarna

biru

4. Siklohesanon Larutan berwarna Larutan berwarna

biru terdapat buih biru dan terdapat

dan terbentuk cincin

cincin di
permukaan

3. Pengujian dengan Fenilhidrazin

Warna
No Sampel Sampel yang dipanaskan
sampel

1. Sikloheksanon Bening Terbentuk sedikit kristal

berwarna kuning

2. Benzaldehid Bening Terjadi reaksi panas

terbentuk kristal berwarna

kuning

4. Pembuatan Oksim

Sampel + Sampel yang


No Sampel
Sikloheksana dipanaskan

1. Hidroksilamin Larutan tidak Larutan tetap tidak

Klorida terdapat Kristal terdapat Kristal

2. Natrium Asesat Larutan tidak Larutan tetap tidak

Terhidrat terdapat Kristal terdapat Kristal

VIII. Pembahasan

Aldehid merupakan salah satu kelompok senyawa yang memiliki

gugus karbonil (C2O), gugus karbonil tersebut terletak di ujung

rantai karbon induk yang diakhiri dengan atom hidrogen (Ali dkk,

2015).

Keton mempunyai satu gugus asli dengan gugus alkil yang lain

atau gugus aril yang terikat dengan karbon karbonil. Beberapa


hormon steroid mengandung gugus fungsiona keton, seperti

testosteron dan progesteron. Keton yang paling sederhana adalah

aseton (CH3COCH3) (Dzarnisa & Latif, 2014).

Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sifat-

sifat senyawa aldehid dan keton serta dapat mengetahui jenis-jenis

pereaksi untuk membedakan senyawa-senyawa aldehid dan keton.

Pada percobaan ini dilakukan empat uji yaitu uji cermin kaca

tollens dengan sampel benzaldehid, aseton, sikloheksanon, dan

formaldehid. Uji fehling dan Benedict dengan sampel formaldehid,

aseton, sikloheksanon, dan benzaldehid. Uji dengan fenilhidrazin

sampel (sikloheksanon dan benzaldehid). Pembuatan oksim

dengan sampel hidroksilamin klorida dan kristal natrium asetat.

Pada uji yang pertama, reaksi dicuci terlebih dahulu dengan

sabun dan dibilas beberapa kali dengan air suling dan kemudian

dikeringkan, lalu menambahkan reagen tollens. Selanjutnya

menyiapkan 4 tahun reaksi yang berisi reagen tollens. Tahap

pengujian benzaldehid, aseton, sikloheksanon dan formaldehid.

Formaldehid disiapkan dengan jalan menambahkan 5 tetes

formalin ke dalam 5 mL air, lalu menambahkan masing-masing 3

tetes bahan ke dalam tabung uji. Campuran tersebut dikocok dan

didiamkan selama 10 menit, bila reaksi tidak terjadi, kebun reaksi

ditempatkan dalam air panas (55°C) selama 5 menit. Adapun hasil

yang terjadi yaitu benzaldehid (larutan berwarna bening) setelah


ditambahkan reagen menghasilkan larutan berwarna putih keruh

serta terbentuk cincin dan kristal berwarna putih.

Aseton (larutan berwarna bening) setelah ditambahkan reagen

menghasilkan larutan berwarna putih keruh terbentuk cincin dan

kristal berwarna coklat susu di bawah. Sikloheksanon (larutan

berwarna bening) setelah ditambahkan reagen tollens

menghasilkan larutan bening, terbentuk cincin dan kristal berwarna

putih. Formaldehid (larutan berwarna bening) setelah ditambahkan

reagen tollens menghasilkan larutan jernih, terbentuk cincin dan

kristal berwarna hitam. Hasil dari bensoldehid tidak sesuai dengan

teori yang mengatakan bahwa pada uji tollens benzaldehida

merupakan larutan yang pada awalnya tidak berwarna, kemudian

setelah ditambahkan dengan reagen tollens terbentuk endapan

coklat dan setelah dipanaskan terbentuk cincin perak pada dasar

tabung reaksi (Ghadafi, 2012).

Faktor penyebabnya adalah pada saat pengambilan bahan atau

pengukuran volume larutan tidak sesuai dengan takaran yang telah

ditetapkan. Hasil dari aseton tidak sesuai dengan teori yang

mengatakan bahwa aseton merupakan larutan yang pada awalnya

tidak berwarna, kemudian setelah ditambahkan reagen tollens

larutan tetap tidak berwarna, dan serbuk dipanaskan tetap tidak

terjadi perubahan dengan larutan tersebut. Hal ini menunjukkan

bahwa tidak terjadi reaksi aseton yang merupakan gugus keton dan
reagen tollens.

Faktor penyebabnya adalah pada saat pengambilan bahan atau

pengukuran tidak sesuai dengan takaran yang telah ditetapkan.

Hasil dari sikloheksanon tidak sesuai dengan teori yang

mengatakan bahwa larutan yang awalnya tidak berwarna, seperti

halnya pada aseton setelah ditambahkan reagen tollens tetap tidak

berwarna, dan setelah dipanaskan tetap tidak terjadi perubahan

dengan larutan tersebut. Hal ini menunjukkan juga tidak terjadi

reaksi antara sikloheksana dengan reagen tollens (Ghadafi, 2012).

Faktor penyebabnya yaitu pada saat pengambilan bahan atau

pengukuran tidak sesuai dengan takaran yang telah ditetapkan.

Hasil dari formaldehid tidak sesuai dengan teori yang mengatakan

bahwa larutan yang awalnya tidak berwarna, kemudian setelah

ditambahkan reagen tollens berbentuk perak pada dasar tabung

reaksi tanpa memerlukan pemanasan (Ghadafi, 2012). Faktor

penyebabnya sama dengan sampel-sampel sebelumnya yaitu

takaran yang diambil tidak sesuai dengan takaran yang ditetapkan.

Adapun reaksi yang terjadi yaitu:


Pada uji yang kedua dari keempat tabung reaksi masing-masing

ditambahkan 3 mL reagen benedict atau fehling yang disediakan

fresh. Kemudian menambahkan 5 tetes bahan yang diuji ke dalam

masing- masing tabung reaksi, menempatkan tabung reaksi di

dalam air mendidih. Perubahan yang terjadi diamati setelah 10-15

menit. Kemudian dilakukan pengujian formaldehid, benzaldehid,

aseton dan sikloheksanon. Adapun hasilnya yaitu formaldehid

ditambahkan reagen mendapatkan hasil larutan berwarna biru

setelah dipanaskan larutan tetap berwarna biru. Untuk sampel

benzaldehid ditambahkan reagen benedict dan mendapatkan hasil

larutan berwarna biru, terdapat buih dan terdapat cincin dalam

permukaan setelah dipanaskan larutan berwarna biru dan terdapat

cincin di atas permukaan. Aseton ditambahkan reagen larutan

jernih berwarna biru, setelah dipanaskan larutan tetap jernih

berwarna biru. Sikloheksanon ditambahkan reagen, larutan

berwarna biru terdapat buih dan terbentuk cincin dalam permukaan

setelah dipanaskan larutan berwarna biru dan terbentuk cincin di

atas permukaan. Dari semua hasil pada uji fehling, hasil dari aseton
dan sikloheksanon sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa

pada uji fehling dan benedict,formaldehid bereaksi dengan fehling

membentuk asam karboksilat dan terdapat endapan CuO berwarna

merah bata, sedangkan pada aseton dan sikloheksanon tidak

terjadi perubahan warna atau reaksi. Hal ini dikarenakan reagen

fehling mengandung ion Cu²+ yang bersifat oksidator lemah, ion

tersebut dapat mengoksidasi gugus aldehid saja tetapi tidak dapat

mengoksidasi gugus keton seperti halnya reagen tollens (Ghadafi,

2012). Adapun reaksi yang terjadi yaitu:


Pada uji yang ketiga, mengisi tabung reaksi dengan 2 mL

fenilhidrazin, kemudian menambahkan 10 tetes bahan yang akan diuji

yaitu benzaldehid dan sikloheksanon. Menutup tabung reaksi dan dikocok

dengan kuat selama 1-2 menit hingga menghablur. Setelah itu disaring

dengan corong hirzt/buchner yang dilapisi kertas penyaring, cuci sedikit

dengan air dingin dan kristalisasi dengan sedikit metanol atau etanol dan

yang terakhir kristal dikeringkan. Adapun hasil yang terjadi saat pereaksi
yang berlangsung yaitu sampel sikloheksanon (larutan bening) setelah

ditambahkan fenilhidrazin terbentuk sedikit kristal berwarna kuning.

Sampel benzaldehid (larutan bening) ditambahkan fenilhidrazin terjadi

reaksi panas, terbentuk kristal berwarna kuning. Dari semua hasil pada uji

fenilhidrazin, hasil dari wesel dehid tidak sesuai dengan teori.

Pengujian fenilhidrazin, benzaldehid dapat bereaksi dengan

fenilhidrazin yang menghasilkan fenilhidrazin. Hal tersebut dapat terjadi

karena pasangan bebas elektron pada atom fenilhidrazin menyebabkan

senyawa-senyawa ini bereaksi membentuk fenilhidrazin yang mula-mula

membebaskan 1 mol air. Hasil dari reaksi ini adalah berupa hablur. Jika

dibandingkan dengan keton benzaldehid lebih tinggi titik lelehnya

dibandingkan keton. Hal ini dikarenakan pada aldehid terdapat ikatan

hidrogen antar molekul sehingga mengakibatkan ikatannya kuat sehingga

titik lelehnya tinggi (Ghadafi, 2012). Faktor penyebabnya pada saat


pencampuran fenilhidrazin tidak sempurna. Hasil dari sikloheksanon juga

tidak sesuai dengan teori bahwa sikloheksanon diidentifikasi yang

direaksikan dengan fenilhidrazin. Hal ini tersebut dapat terjadi karena

pasangan bebas elektron pada atom fenilhidrazin menyebabkan senyawa-

senyawa ini bereaksi membentuk fenilhidrazin ya mula-mula

membebaskan 1 mol air. Hasil dari reaksi ini adalah hablur. Di mana

hablur nantinya dapat mengidentifikasi senyawa keton. Sikloheksanon

lebih rendah titik lelehnya. Hal ini dikarenakan keton tidak terdapat ikatan

hidrogen antar molekul sehingga mengakibatkan ikatannya lemah

sehingga titik lelehnya rendah (Ghadafi, 2012). Faktor penyebabnya sama

halnya dengan yang terjadi pada benzaldehid.

Pada uji yang keempat, melarutkan 1 gram hidroksilamin dan 1,5

gram kristal natrium asetat terhidrat di dalam 4 mL air dalam erlenmeyer.

Lalu campuran dipanaskan sampai 35°C lalu menambahkan

sikloheksanon. Menutup labu dan mengocok selama 1-2 menit sampai

oksim terbentuk. Mendinginkan labu erlenmeyer dalam es dan kristal

disaring dalam corong hirsch. Mencuci dengan sedikit air es, lalu

menyebar kristal di atas kertas saring. Adapun hasilnya hidroksilamin

klorida ditambah sikloheksanon, larutan tidak terdapat kristal setelah

dipanaskan larutan tetap tidak terdapat kristal. Kristal natrium asetat

terhidrat ditambahkan sikloheksanon larutan tidak terdapat kristal, setelah

dipanaskan larutan tetap tidak terdapat kristal. Dari semua hasil

pembuatan oksim, tidak ada yang sesuai dengan teori yang mengatakan
bahwa oksim tidak terjadi apa-apa karena percobaan yang dilakukan tidak

sesuai dengan prosedur percobaan dan seharusnya ada suatu larutan

yang mengandung padatan (Firdaus, 2012).

IX. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan:

1. Yang termasuk senyawa aldehid yaitu benzaldehid

formaldehid, hidroksilamin klorida, dan kristal natrium

asetat terhidrat.

2. Yang termasuk senyawa keton yaitu aseton dari

sikloheksanon.

3. Faktor penyebab hasil praktikum tidak sesuai dengan

teori yaitu pengambilan bahan berlebihan atau

kekurangan atau tidak sesuai dengan takaran yang

ditentukan, pencampuran atau penghomogenan tidak

sempurna, dan atau karena percobaan yang dilakukan

tidak sesuai dengan prosedur percobaan serta

terkontaminasi zat lain.

X. Saran

Sebaiknya alat dan bahan harus disediakan sebelum lab berjalan

agar para praktikum ketika ingin melakukan praktikum dapat berjalan

sesuai waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Ali. dkk, 2015. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga

Dzarnisa dan Latif. 2014. Kamus Kimia. Bandung. PT Gramedia.

Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi lll. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Fessenden, R.J dan Fessenden, J.S, 2020. Kimia Organik Edisi lll Jilid
Satu.Jakarta : Erlangga.

Fessenden, R.J dan Fessenden, J.S, 2017. Kimia Organik Edisi lll Jilid
Dua.Jakarta : Erlangga

Firdaus. Ibad, 2012. Laporan Kimia Organik. Bandung : ITB

Ghadafi Muhammad, 2012. Laporan Aldehid Dan Keton. Jakarta :


Erlangga. Petrucci. R.H, 2019. Kimia Dasar Aplikasi Modern.
Jakarta : Erlangga.

Rine, 2018. Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar Wilbraham. C, 2012. Kimia Organik. Bandung : ITB.
LAMPIRAN

2
1. Uji
kaca

Proses meneteskan 2 tetes NaOH


5% Meteskan tetes demi tetes
NH4OH 2%

Hasil Uji Tollens


Memanaskan tabung reaksi
yang berisi larutan yang telah
dihomogenkan selama 5 menit

2. Uji Fehling dan benedict

Menambahkan 5 tetes sampel 3


Memasukkan tabung reaksi
(fromaldehid, benzaldehid,
yang berisi larutan kedalam air
sikloheksena) ke dalam masing-
tollens

Anda mungkin juga menyukai