FAKULTAS FARMASI
OLEH :
STAMBUK : 15020200188
KELAS :C9
KELOMPOK : 1 (SATU)
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2020/2021
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
netral. Ketika suku-suku aldehid memiliki 4 karbon dalam H2O dan tidak terlarut,
maka aroma yang dihasilkan enak dan tajam.
Pada jumlah karbon 8 hingga 12, larutannya bersifat encer. Aromanya seperti
bunga dan sering diaplikasikan pada industri wewangian. Bentuk aldehid rendahan
seperti, formaldehida dan asetaldehida biasanya memiliki aroma tidak enak.
Sedangkan bentuk yang encer dan berantai panjang, identic wangi (Riawan,
1989:70).
Saat ini, senyawa aldehid dan keton sering digunakan sebagai bahan parfum. Hal
ini karena kedua senyawa ini memiliki aroma yang wangi. Pada pembuatan parfum
sebelumnya, bahan yang banyak dipakai adalah minyak esensial.
Namun di abad kesembilan belas, ahli kimia laboratorium sudah mengembangkan
kimia organic sintetik. Dari pengembangan ini, mereka menghasilkan kreativitas
yang berupa parfum berbahan kimiawi (Solomon, 2011:729).
Aldehid dan keton sering dikenal dengan senyawa karbonil asli. Kedua
senyawa ini memiliki kandungan gugus karbonil (>C=O). Rumus umum aldehid
adalah R CHO. Sedangkan rumus keton adalah R CO R (Dewan, 2015:221).
❖ Sifat Fisika Aldehid dan Keton
Ada beberapa sifat fisika yang dimiliki oleh aldehid dan keton berdasarkan (Dewan,
2015:228). Diantaranya adalah:
• Senyawa aldehid pada suhu kamar, kebanyakan berwujud cairan. Namun hal
ini tidak berlaku untuk HCHO dengan wujud gas.
• Keton dengan bentuk lebih keci dan rendah, bentuknya cair namun tidak
berwarna dan berbau manis. Sedangkan keton yang lebih besar dan tinggi,
wujudnya padat dan baunya enak.
• Jika dibandingkan dengan hidrokarbon, aldehid dan keton memiliki titik
didih yang lebih tinggi. Hal ini berlaku dengan kondisi massa molekul yang
sebanding. Titik didih yang lebih tinggi ini bisa disebabkan oleh adanya
gugus karbonil polar yang interaksi dipol-dipol intermolekulnya kuat.
• Dengan adanya sifat yang lebih polar, keton bisa memiliki titik didih yang
lebih tinggi dibanding aldehid isomeric. Hal ini terjadi karena ada efek
induksi yang lebih besar dan disebabkan dua gugus alkil.
• Aldehid dan keton yang rendah, dapat larut dalam air dan membentuk
ikatan hidrogen. Namun jika ukuran R meningkat, ikatan hidrogen tersebut
dapat menurun. Reaksi ini juga dapat dipahami dengan gugus alkil non polar
yang menurunkan polaritasnya.
2.2.1 Alat
2.2.2 Bahan
BAB III
METODE KERJA
Alat yang digunakan dalam percobaan/praktikum Aldehid dan Keton ini, antara lain
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Lampu spiritus
4. Gegep kayu
5. Penangas air
Bahan yang digunakan dalam percobaan/praktikum Aldehid dan Keton ini, antara
lain :
• Sampel berupa :
- Formaldehid yang mewakili aldehid
- Aseton yang mewakili keton
• Pereaksi berupa :
- Etanol 90%
A. Uji Brady
▪ Lalu, homogenkan.
▪ Hasil positif, jika terbentuk endapan kuning, jingga atau merah. Jika tidak
membentuk endapan, maka tabung reaksi tersebut dipanaskan.
B. Uji Fehling
▪ Lalu, homogenkan.
▪ Panaskan di dalam penangas air selama 5-10 menit hingga terjadi perubahan
warna.
C. Uji Benedict
▪ Lalu, homogenkan.
▪ Panaskan di dalam penangas air selama 5-10 menit hingga terjadi perubahan
warna.
▪ Hasil positif jika larutan berubah warna menjadi merah bata dan terbentuk
endapan merah bata.
D. Uji Tollens
▪ Lalu, homogenkan.
▪ Panaskan di dalam penangas air selama 5-10 menit hingga terjadi perubahan.
E. Uji Schiff
▪ Lalu, homogenkan.
▪ Hasil positif jika mengalami perubahan warna menjadi warna merah hingga
merah ungu.
▪ Lalu, homogenkan.
BAB IV
4.1. Hasil
Pada uji ini hasil reaksi yang terjadi yaitu apabila hasil positif maka akan terbentuk
perubahhaan warna berupa endapan jingga
Pada tabung A senyawa formalin warna awalnya kuning kemudian ditambahkan pereaksi
setelah ituterjadi perubahan warna berupa endapan jingga
Pada tabung B senyawa aseton warna awalnya kuning kemudian di tambahkan pereaksi
setelah itu terjadi perubahan berupa endapan.
Pada uji ini hasil reaksi yang terjadi yaitu apabila hasil positif maka akan terbentuk
perubahhaan warna berupa endapan merah bata
Pada tabung A senyawa formalin warna awalnya biru tua kemudian ditambahkan dengan
pereaksi setelah ituterjadi perubahan warna berupa endapanmerah bata
Pada tabung B senyawa aseton warna awalnya biru tua kemudian di tambahkan pereaksi
setelah itu ternyata tidak terjadi perubahan atau tidak terjadi endapan.
Pada uji ini hasil reaksi yang terjadi yaitu apabila hasil postif maka akan terbentuk perubahan
warna berupa endapan merah bata
Pada tabung A senyawa formalin warna awalnya biru kemudian ditambahkan dengan pereaksi
setelah itu terjadi perubahan warna merah bata atau endapan merah bata
Pada tabung B senyawa aseton warna awalnya biru kemudian di tambahkan pereaksi setelah
itu ternyata tidak terjadi perubahan atau tidak terjadi endapan.
Pada uji ini hasil reaksi yang terjadi yaitu apabila hasil positif maka akan terbentuk perubahan
warna berupa endapan merah bata
Pada tabung A senyawa formalin warna awalnya putih atau tidak berwarna (bening) kemudian
ditambahkan dengan pereaksi setelah itu terjadi perubahan berupa cermin perak
Pada tabung B senyawa aseton warna awlnya putiih attau tidak berwarna (bening) kemudian di
tambahkan pereaksi setelah itu ternyata tidak terjadi perubahan atau tidak terjadi perubahan.
Pada uji ini hasil reaksi yang terjadi yaitu apabila hasil positif maka akan terbentuk
perubahhaan warna berupa endapan merah bata
Pada tabung A senyawa formalin warna awalnya berwarna putih (bening) kemudian
ditambahkan dengan pereaksi setelah ituterjadi perubahan warna berupa wrnah merah ungu
Pada tabung B senyawa aseton warna awalnya puitih (bening) kemudian di tambahkan
pereaksi setelah itu ternyata tidak terjadi perubahan atau tidak terjadi perubahan warna.
Pada uji ini hasil reaksi yang terjadi yaitu apabila hasil positif maka akan terbentuk perubahan
warna berupa endapan merah bata
Pada tabung A senyawa formalin warna awalnya berwarna kuning kemudian ditambahkan
dengan pereaksi setelah ituterjadi perubahan warna berupa warna hijau
Pada tabung B senyawa aseton warna awalnya kuning kemudian di tambahkan pereaksi
setelah itu ternyata tidak terjadi perubahan atau tidak terjadi perubahan.
4.2. Pembahasan
Setelah diberi pereaksi berupa pereaksi Fehling A dan Fehling B dan dipanaskan di
atas penangas air, dapat diamati bahwa pada tabung A yang berisikan formaldehid
terbentuk endapan merah bata yang menunjukkan hasil positif, sedangkan pada
tabung B yang berisikan aseton tidak terbentuk endapan.
Setelah diberi pereaksi berupa pereaksi benedict dan dipanaskan di atas penangas
air, dapat diamati bahwa pada tabung A yang berisikan formaldehid mengalami
perubahan warna larutan menjadi merah bata dan terbentuk endapan merah bata
yang menunjukkan hasil positif, sedangkan pada tabung B yang berisikan aseton tidak
mengalami perubahan warna larutan dan tidak terbentuk endapan.
Setelah tabung A dan B diteteskan pereaksi berupa AgNO 3, lalu diteteskan lagi
dengan pereaksi berupa NH 4OH hingga terbentuk endapan dan kemudian diberi
pereaksi NH 4OH kembali hingga endapan larut dan tabung A diteteskan sampel
berupa formaldehid dan tabung B diteteskan sampel berupa aseton. Kemudian,
tabung A dan tabung B dipanaskan di atas penangas air. Lalu, dapat diamati bahwa
pada tabung A yang berisikan formaldehid akan terbentuk endapan cermin perak,
sedangkan pada tabung B yang berisikan aseton tidak terbentuk endapan.
Setelah diberi pereaksi berupa pereaksi schiff, dapat diamati bahwa pada tabung A
yang berisikan formaldehid mengalami perubahan warna larutan menjadi merah
keunguan yang menunjukkan hasil positif, sedangkan pada tabung B yang berisikan
aseton tidak mengalami perubahan warna pada larutan.
Setelah diberi pereaksi berupa asam kromat, dapat diamati bahwa pada tabung A
yang berisikan formaldehid mengalami perubahan warna larutan menjadi hijau yang
menunjukkan hasil positif, sedangkan pada tabung B yang berisikan aseton tidak
mengalami perubahan warna pada larutan.
BAB V
5.1. Kesimpulan
Dari percobaan aldehid dan keton yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
5.2. Saran
Dalam melakukan praktikum aldehid dan keton ini, kita harus mengetahui alat -alat
dan bahan-bahan apa saja yang digunakan, terkhusus bahan yang meliputi sampel
yang terdiri atas formaldehid yang mewakili aldehid dan aseton yang mewakili keton,
serta pereaksi-pereaksi yang digunakan saat melakukan percobaan agar tujuan dari
praktikum tercapai dengan baik. Hal utama yang juga perlu untuk kita ingat bahwa kita
harus memasukkan bahan sesuai dengan literatur yang ada, dikarenakan agar hasil
yang diinginkan tercapai. Misalnya, pada uji tollens yang dimasukkan terlebih dahulu
adalah pereaksi berupa AgNO3 dan NH4OH dengan tujuan agar pereaksi bereaksi
satu sama lain terlebih dahulu. Hal lain yang perlu diingat dalam melakukan percobaan
yaitu kita harus selalu mengnakan APD yang meliputi jas praktikum, handsccon dan
juga masker.
DAFTAR PUSTAKA
Daniel. R. Bloch. 2014. Kimia Organik . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dewan, S. K.. 2015. Kimia Organik Farmasi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Solomon, Michael R. (2011). Consumer Behavior : Buying, Having and Being, 9th ed.,.
New Jersey: Pearson Addison Wesley
Ditjen POM. 1979, FARMAKOPE INDONESIA Edisi III. Departeman Kesehatan Indonesia
Ditjen POM., 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta, Depertemen Kesehatan RI.
Fessenden, Ralph J. and Fessenden, Joan. S.,1992. Kimia Organik, Erlangga. Jakarta.
LAMPIRAN
▪ Foto hasil
B. Uji Fehling
C. Uji Benedict
D. Uji Tollens
E. Uji Schiff